Anda di halaman 1dari 21

MATERI PELATIHAN

(IN-HOUSE TRAINING)

PENGENDALIAN INFEKSI RUMAH SAKIT


(HOSPITAL ACQUIRED INFECTION CONTROL)

SUBKOMITE PENGENDALIAN INFEKSI


KOMITE MEDIK
RSUP FATMAWATI, JAKARTA
Pencegahan Transmisi
MycobacteriumTuberculosis
Pada Fasilitas Kesehatan

Kemal Imran
Pendahuluan
• Transmisi Mtuberculosis merupakan risiko bagi
pasien dan tenaga kesehatan pada fasilitas
kesehatan
• Transmisi tersebut kebanyakan berasal dari
pasien yg menderita tb paru atau tb laringeal yg
tersembunyi, tidak mendapatkan OAT yg efektif
dan tidak dirawat pd ruang isolasi
• Belakangan ini telah terjadi outbreak tb pada
fasilitas kesehatan dan resisten thd obat-obat
multipel
• Pasien dgn tb yg resisten thd obat multiple akan
tetap sbg tb aktif utk jangka waktu yg lama dan
meningkatkan risiko infeksi nosokomial
• Peningkatan kasus ini sebagian berkaitan dgn
pasien yg imunosupresif tu mereka yg menderita
HIV
• Utk mendapatkan kontrol thd infeksi tb yg
efektif dibutuhkan: - identifikasi dini
- isolasi
- pengobatan thd tb aktif
• Tenaga kesehatan disini semua yg bekerja di
fasilitas kesehatan baik medis-non medis, yg
digaji oleh rumah sakit ataupun yang tidak digaji,
penuh waktu maupun paruh waktu dan mereka
yg tidak terlibat lgs dgn pasien tetapi berpotensi
terekspos karena pekerjaannya
Epidemiologi, Transmisi dan
Patogenesis Tb
• Prevalensi Tb tidak merata pada setiap orang, sebagian
orang karena kontak dan tinggal didaerah yg banyak
penderita tb nya, tuna wisma, alkoholik, narkoba suntik
dan lansia
• Sebagian lagi kelompok orang yg tb laten berkembang
menjadi tb aktif → pernah terkena tb, anak usia < 4th,
pasien dgn lesi fibrotik pada ro thorak, pasien dgn HIV,
operasi GI track, CRF dgn dialisis renal, DM, yg
mendapat terapi imunosupresif dan beberapa dgn
penyakit malignasi
• Mtuberculosis terbawa oleh partikel udara atau
dropletnuclei ketika pasien dgn tb paru atau tb
laringeal bersin, batuk, berbicara atau bernyanyi
• Partikel tersebut skt 1-5 µm, dalam keadaan
udara normal dpt tetap pada partikel udara dlm
jangka waktu yg lama dan menyebar antar
ruangan atau gedung
• Infeksi terjadi ketika seseorang menginhalasi
dropletnuclei yg mengandung Mtuberculosis
hingga ke alveoli paru
• Ketika di alveoli, kuman tsb diambil oleh
makrofag alveolar dan menyebar ke seluruh
badan.
• Dalam 2-10 minggu setelah terinfeksi, respon
imun tubuh mencegah multiplikasi dan
penyebaran tuberkel bacilli tetapi sbg bacilli
tetap dorman dan viabel untuk waktu lama → tb
laten
• Pasien yg tb laten akan mempunyai tes
tuberkulin kulit yg (+) ttp tidak menunjukkan
gejala tb aktif dan tidak infectious
Kontrol Infeksi TB
Tahap I
1. Protokol/peraturan tertulis utk identifikasi
cepat, isolasi, evaluasi diagnostik, pengobatan
tersangka tb
2. Implementasi cara-cara yg efektif: pemakaian
masker, pintu r isolasi selalu tertutup
3. Edukasi,training dan konseling nakes ttg tb
4. Skrining tb terhadap nakes
Kontrol Infeksi TB
Tahap II
• Engineeringcontrols untuk mencegah penyebaran
dan mengurangi konsentrasi dropletnuclei yg
infectious spt: penggunaan exhaustvan , kontrol
arah aliran, dilusi dan pemindahan udara yg
terkontaminasi lewat ventilasi umum dan
pembersihan udara dgn filtrasi, ultraviolet
germicidalirradiation (UVGI)
Tahap III
• Penggunaan peralatan proteksi respirasi secara
personal tu didaerah yg berisiko tinggi
Rekomendasi Centersfor Disease
Control andPrevention
A. Petugas yg bertanggung jawab thd program
B. Evaluasi Risiko, perencanaan kontrol infeksi tb
& evaluasi ulang secara periodik (PPD pada
nakes,r isolasi, profil komunitas tb,case
surveilance,review med rec pt tb, observasi
kontrol infeksi tb, evaluasi peralatan/mesin spt
AC,Van, filter)
C. Identifikasi, Evaluasi & Pengobatan thd
tersangka tb
Rekomendasi Centersfor Disease
Control andPrevention
D. Penanganan pasien tersangka tb di emergency
& rwt inap
E. Penatalaksanaan pasien tersangka & didiagnosa
tb yg dirawat (pdr isolasi, rencana keluar dr r
isolasi, pengobatan etc)
F. Kontrol teknis dan mekanik (Van, HEPA
filtration,ultra violet)
G. Proteksi Respiratory( fisioterapis, prosedur yg
merangsang batuk dgmasker yg dpt memfilter
partikel 1 µm hingga 95%, pasien yg tdk dlm r
isolasi memakai masker, pengunjung yg masuk r
isolasi mesti memakai pelindung, pada ruang
prosedur bronkoskopi dan ruang otopsi selain
perlindungan standar jg dgn mekanik pemurni
udara ruangan,negative pressurerespirator, half
maskrespirators, pada OK proteksi jalan napas
dr droplet dan melindungi lapang operasi dari
sekresi pernapasan )
Rekomendasi Centersfor Disease
Control andPrevention
H.Prosedur yg menginduksi batuk dan aerosol:
intubasi ETT, suction, pengobatan aerosol,
bronkoskopi, bila akan dilakukan sebaiknya di
ruangan yg mempunyai exhaustvan atau di
ruang isolasi & nakes memakai pelindung jalan
napas, setelah selesai dilakukan pasien menutup
mulut dan hidung dengan tissue atau setelah
pemberian sedatif pasien dipisah pada ruang
isolasi tidak di ruang recovery biasa
Rekomendasi Centersfor Disease
Control andPrevention
I. Edukasi & Pelatihan Nakes
J. Konseling, Skrining dan Evaluasi thd Nakes:
tahu patogenesis, gejala klinis dan pengobatan yg
tuntas, skrining bila batuk >3minggu, evaluasi
thd mereka yg laten tb
K.Evaluasi problem yg ada: Investigasi tes PPD,
investigasi kemungkinan transmisi pasien –
pasien, investigasi kontak pasien-nakes
L. Koordinasi dgn Dep-Kes
Rekomendasi Centersfor Disease
Control andPrevention
M. Anjuran tambahan pada fasilitas kesehatan:
- Pada operasi elektif, tindakan sebaiknya ditunda hingga
pasien tdk infectious lagi, bila hrs dilakukan OK tertutup
dan minimalkan orang keluar masuk,, penggunaan filter
bakteri pd ETT, post op recovery pasien ditempatkan
pd ruang yg berventilasi spt ruang isolasi
- Pd R otopsi dan laboratorium udara harus di exhaust
keluar ruangan, petugas memakai pelindung
pernapasan, penggunaan filter HEPA atau UVGI
- ER pasien dan nakes menggunakan masker, udara tdk
resirkulasi, jendela ambulan usahakan terbuka lebar
Rekomendasi Centersfor Disease
Control andPrevention
- Pada Gigi dan Mulut melihat riwayat penyakit
dan anamnesa gejala dan tanda tb secara rutin,
tindakan sebaiknya setelah pasien tidak lg
infectious, jika terpaksa wajib memakai pelindung
jalan napas dan sebaiknya dilakukan di r isolasi,
bila nakes pdGIMUL mengalami batuk >3
minggu hrs diinvestigasi lebih lanjut dan tidak
bekerja dulu sampai terbukti tdk menderita tb.R
GIMUL menggunakan teknik ventilasi spt ruang
yg berisiko tdp kuman tb lainnya.
Kendala
• Hal yg ideal seperti yg diajukan oleh Centersfor
DiseaseControl andPrevention (CDC) sangat
mahal screening Nakes,R isolasi utk 1 pasien,
bentuk ventilasi yg untuk r negativepressure ,filter
diganti setiap hari,UVGI, filter untk respirator
dsb
• Pemetaan daerah risiko rendah, risiko sedang
dan risiko tinggi dan sangat berisiko
• SOP bagi nakes
• Hal-hal yg bisa dilakukan tetap harus dilakukan.
Di HongKong dilakukan penyesuaian spt:
- Pasien tb sesegera mungkin dirujuk ke RS
khusus Paru-Paru, pasien tb aktif diisolasi
minimal2 minggu minimal5 hari stl kemoterapi
yg efektif. Merka yg kontak >3minggu dgn
penderita, ada gejala tb dilakukan RoThorax dan
mereka yg immunocompromised dan anak <3
th di followup hingga 3 bulan. Kemoprofilaksis
tdk dianjurkan tetapi boleh pada infant
- Staf dilakukan konseling dan edukasi
- Kontrol mekanik memaksimalkan ventilasi
natural dgn membuka jendela dan r isolasi dgn
negativepressure dilakukan pd rumkit dgn AC
sentral
- MaskerN95 hanya pada mereka yg melakukan
prosedur khusus spt bronkoskopi dan intubasi
sedangkan aktifitas lainnya dgn masker bedah
biasa

Anda mungkin juga menyukai