Anda di halaman 1dari 21

3

BAB 2 ISI 2.1. Definisi A. Kesehatan Kerja Pada tahun 1950, Bersama ILO / WHO Komite Kesehatan Kerja bertujuan untuk peningkatan dan pemeliharaan derajat kesehatan fisik, mental dan sosial yang setinggi-tingginya bagi pekerja di semua jenis pekerjaan, pencegahan terhadap gangguan kesehatan pekerja di semua jenis pekerjaan, pencegahan terhadap gangguan kesehatan pekerja yang disebabkan oleh kondisi pekerjaan, perlindungan bagi pekerja dalam pekerjaanya dari risiko akibat faktor yang merugikan kesehatan, dan penempatan serta pemeliharaan pekerja dalam suatu lingkungan kerja yang disesuaikan dengan kondisi fisiologi dan psikologisnya. Secara ringkas merupakan penyesuaian pekerjaan kepada manusia dan setiap manusia kepada pekerjaan atau jabatannya.(4,5) B. Kesehatan dan Keselamatan Kerja Upaya untuk memberikan jaminan keselamatan dan meningkatan derajat kesehatan para pekerja / buruh dengan cara pencegahan kecelakaan dan penyakit akibat kerja, pengendalian bahaya di tempat kerja, promosi kesehatan, pengobatan dan rehabilitasi.(3) C. Upaya K3 di Rumah Sakit (RS) Upaya K3 di RS menyangkut tenaga kerja, cara/ metode kerja, alat kerja, proses kerja dan lingkungan kerja. Upaya ini meliputi peningkatan, pencegahan, pengobatan dan pemulihan. Kinerja setiap petugas kesehatan dan non kesehatan merupakan resultante dari tiga komponen K3 yaitu kapasitas kerja, beban kerja dan lingkungan kerja.(3)

2.2. Prinsip K3RS Agar K3RS dapat dipahami secara utuh, perlu diketahui pengertian 3 (tiga) komponen yang saling berinterkasi, yaitu: 1. Kapasitas kerja adalah status kesehatan kerja dan gizi kerja yang baik serta kemampuan fisik yang prima setiap pekerja agar dapat melakukan pekerjaannya dengan baik. Contoh: bila seorang pekerja kekurangan zat besi yang menyebabkan anemia, maka kapasitas kerja akan menurun karena pengaruh kondisi lemah dan lesu. 2. beban kerja adlah beban fisik dan mental yang bekerja melebihi waktu kerja maksimum dll. 3. lingkungan kerja adalah lingkungan terdekat dari seorang pekerja. Contoh; seorang yang bekerja di instansi radiologi, maka lingkungan kerjanya adalah ruangan-ruangan yang berkaitan dengan proses pekerjaannya di instalasi radiologi (kamar X ray, kamar gelap, kedokteran nuklir dan lainlain).(2) A. Bahaya Potensi di RS

Bahaya potensi di RS dapat mengakibatkan penyakit dan kecelakaan akibat kerja. Yaitu disebabkan oleh faktor bilogi (virus, bakteri dan jamur);faktor kimia (antiseptik, gas anastesi); faktor ekonomi ( cara kerja yang salah); faktor fisika (suhu, cahaya, bising, listrik, getaran dan radiasi); faktor psikososial (kerja bergilir, hubungan sesama karyawan / atasan). Bahaya potesial yang di mungkinkan ada di RS, diantaranya adalah mikrobiologik, desain / fisik, kebakaran, mekanik, kimia / gas/ karsinogen, radiasi dan risiko hukum / keamanan.(3)

B. Respon Kegawat daruratan di RS Kegawatdaruratan di RS Kegawatdaruratan dapat terjadi di RS, kegawatdaruratan merupakan suatu kejadian yang dapat menimbulkan kematian atau luka serius bagi pekerja, pengunjung ataupun masyarakat atau dapat menutup kegiatan usaha, mengganggu operasi, menyebabkan kerusakan fisik lingkungan ataupun mengancam finansial dan citra RS. RS mutlak memerlukan Sistem Tanggap Darurat sebagai bagian dari Manajemen K3 RS.(3) 2.3. Sistem Manajemen K3 Rumah Sakit Sistem manajemen keselamatan dan kesehatan kerja harus memiliki komponenkomponen sebagai berikut:
1. Para pekerja harus berpartisifasi dalam menentukan tujuan dan langkah

langkah kerja kesehatan dan keselamatan petugas kesehatan dalam pekerjaan mereka sendiri
2. Konsultasi mengenai pengalaman kerja dengan faktor resiko kesehatan

yang ada.
3. Untuk meningkatkan efektifitas, prosedural dan kondisi kerja yang ideal

dalam kegiatan dan di tempat kerja. Tujuan kesehatan dan keselamatan harus dapat diukur dan harus dijadwalkan, dan harus mempunyai prinsip-prinsip di atas. Organisasi harus menyediakan sumber daya yang diperlukan untuk implementas yang berlaku khususnya untuk penamaan individu dengan fungsi keselamatan (termasuk kesehatan dan melepaskan dari pekerjaan lain).(3) A. Komitmen dan kebijakan komitmen diwujudkan dalam bentuk kebijakan (policy) tertulis, jelas dan mudah di mengerti serta diketahui oleh seluruh petugas rumah sakit, manajemen RS

mengidentifikasi dan menyediakan semua suber daya esensial seperti pendanaan, tenaga K3 dan sarana untuk terlaksananya program K3 di RS. Kebikajakn K3 di RS diwujudkan dalam bentuk wadah K3RS dalam struktus organisasi RS. Untuk melaksanakan komitmen dan kebijakan K3RS, perlu disusun strategi antara lain: 1. Advokasi Sosialisasi program K3RS 2. Menetapkan tujuan yang jelas 3. Organisasi dan penugasan yang jelas 4. Meningkatkan SDM profesional di bidang K3 RS pada setiap unit kerja di lingkungan RS 5. Sumber daya yang harus didukung oleh manajemen puncak 6. Kajian risiko secara kualitatif dan kuantitatif 7. Membuat program kerja K3RS yang mengutamakan upaya peningkatan dan penccegahan 8. Monitoring dan evaluasi secara internal dan eksternal secara berkala.(3) B. Perencanaan RS harus membuat perencanaan yang efektif agar tercapai keberhasilan penerapan sistem manajemen K3 dengan sasaran yang jelas dan dapat diukur. Perencanaan K3 di RS dapat mengacu pada standar Sistem Manajemen K3RS diantaranya self assesment akreditasi K3RS dan SMK3. a. Perencanaan meliputi: 1. Identifikasi sumber bahaya, penilaian dan pengendalian faktor risiko. RS harus melakukan kajian dan identifikasi sumber bahaya. Penilaian serta pengedendalian faktor risiko.

Identifikasi sumber bahayan dapat dilakukan dengan mempertimbangkan: kondisi dan kejadian yang dapat menimbulkan potensi bahaya jenis kecelakaan dan PAK yang mungkin dapat terjadi

Sumber bahaya yang ada di RS harus diidentifikasi dan dinilai untuk menentukan tingkat risiko yang merupakan tolak ukur kemungkinan terjadinya kecelakaan dan PAK.(3) Bahaya berdasarkan lokasi dan pekerjaann di RS meliputi:

2. Adalah proses untuk menentukan ada tidaknya risiko dengan jalan melakukan penilaian bahaya potensial yang menimbulkan risiko kesehatan dan keselamatan 3. Pengendalian faktor risiko dilakukan melalui 4 tingkatan pengendalian risiko yakni menghilangkan bahaya, menggantikan sumber risiko dengan sarana/peralatan lain yang tingkat risikonya lebih rendah/tidak ada (engineering/rekayasa). Administrasi dan alat pelindung pribadi (APP). b. Membuat peraturan RS harus membuat, menetapkan dan melaksankan standar operasional prosedur (SOP) sesuai dengan peraturan, perundangan dan ketentuan mengenai K3 lainnya yang berlaku. SOP ini harus di evaluasi, diperbaharui dan harus dikomunikasikan serta disosialisasikan pada karyawan dan pihak yang terkait. c. Tujuan dan Sasaran RS harus mempertimbangkan peraturan perundang-undangan, bahaya potensial dan risiko K3 yang bisa diukur, satuan / indikator pengukuran, sasaran pencapaian dan jangka waktu pencapaian (SMART).

10

d. Indikator kinerja Indikator harus dapat diukur sebagai dasar penialian kinerja K3 yang sekaligus merupakan informasi mengenai keberhasilan pencapaian SMK3 RS. e. Program K3 RS Program K3 RS harus menetapkan dan melaksanakan program K3RS, untuk mencapai sasaran harus ada monitoring, evaluasi dan dicatat serta dilaporkan.(2) Program K3RS Program K3RS bertujuan melindungi keselamatan dan kesehatan serta meningkatkan produktivitas SDM Rumah Sakit, melindungi pasien, pengunjung/pengantar pasien dan masyarakat serta lingkungan sekitar rumah sakit. Kinerja setiap petugas kesehatan dan non kesehatan merupakan reultante dari tiga komponen yaitu kapasitas kerja, beban kerja, dan lingkungan kerja. Program K3RS yang harus diterapkan adalah

11

12

13

14

(1)

B. Pengorganisasian Pelaksanaan K3 di RS sangat tergantung dari rasa tanggung jawab manajemen dan petugas, terhadap tugas dan kewajiban masing-masing serta kerja sama dalam pelaksanaan K3. Tanggung jawab ini harus ditanamkan melalui adanya aturan yang jelas. Pola pembagian tanggung jawab, penyuluhan kepada semua petugas,bimbingan dan latihan serta penegakan disiplin. Ketua organisasi/satuan pelaksana K3RS secara spesifik harus mempersiapkan data dan informasi pelaksana K3RS secara spesifik harus mempersiapkan data dan informasi pelaksanaan K3di semua tempat kerja, merumuskan permasalahan serta menganalisis penyebab timbulnya masalah bersama unit-unit kerja, kemudian mencari jalan pemecahannya dan mengkonsumsikannya kepada unit-unit kerja, sehingga dapat dilaksanakan dengan baik (3).

15

Organisasi harus mengumpulkan, merekam dan mengevaluasi data yang tepat dalam rangka efektivitas keselamatan dan kesehatan kerja dan untuk dapat untuk memulai langkah-langkah perbaikan yang tepat (4). 1. tugas dan fungsi organisasi / unit pelaksana K3 RS a. Tugas pokok: Memberi rekomendasi dan pertimbangan kepada direktur RS mengenai masalah-masalah yang berkaitan dengan K3 Merumuskan kebijakan, peraturan, pedoman, petunjuk pelaksaan dan prosedur. Membuat program K3RS

b. fungsi Mengumpulkan dan mengolah seluruh data dan informasi serta permasalahan yang berhubungan dengan K3 Membantu direktur RS mengadakan dan meningkatkan upaya promosi K3, pelatihan dan penelitian K3 di RS Pengawasan terhadap pelaksanaan program K3 Memberikan saran dan pertimbangan berkaitan dengan tindakan korektif. Koordinatif dengan unit-unit lain yang menjadi anggota K3RS Memberi nasehat tentang manajemen K3 di tempat kerja, kontrol bahaya, mengeluarkan peraturan dan inisiatif pencegahan Investigasi dan melaporkan kecelakaan, dan merekomendasikan sesuai kegiatannya.

16

Berpartisipasi

dalam

perencanaan

pembelian

peralatan

baru,

pembangunan gedung dan proses. 2. Struktur organisasi K3 di RS Organisasi K3 berada 1 tingkat di bawah direktur dan bukan merupakan kerja rangkap(3). 2.4. Standar Pelayanan Keselamatan Kerja di Rumah Sakit Pada prinsipnya pelayanan keselamatan kerja berkaitan erat dengan sarana, prasarana, dan peralatan kerja, bentuk pelayanan keselamatan kerja yang dilakukan: 1. pembinaan dan pengawasan kesehatan dan keselamatan sarana, prasarana dan peralatan kesehatan: Lokasi Rumah Sakit harus memenuhi ketentuan mengenai kesehatan, keselamatan lingkungan, dan tata ruang, serta sesuai dengan hasil kajian kebutuhan dan kelayakan penyelenggaraan Rumah Sakit. Teknis bangunan Rumah Sakit, sesuai dengan Fungsi, kenyamanan dan kemudahan keselamatan Prasarana harus memenuhi standar pelayanan, keamanan, serta dalam pemberian pelayanan serta perlindungan dan

keselamatan dan kesehatan kerja penyelenggaraan Rumah Sakit; Pengoperasian dan pemeliharaan sarana, prasarana dan peralatan Rumah Sakit harus dilakukan oleh petugas yang mempunyai kompetensi di bidangnya (sertifikasi personil petugas/operator sarana dan prasarana serta peralatan kesehatan Rumah Sakit). Membuat program pengoperasian, perbaikan, dan pemeliharaan rutin dan berkala sarana dan prasarana serta peralatan kesehatan dan selanjutnya didokumentasikan dan evaluasi secara berkala dan berkesinambungan;

17

Peralatan kesehatan meliputi peralatan medis dan nonmedis dan harus memenuhi standar pelayanan, persyaratan mutu, keamanan, keselamatan dan layak pakai;

Membuat program pengujian dan kalibrasi peralatan kesehatan, peralatan kesehatan harus diuji dan dikalibrasi secara berkala oleh balai pengujian fasilitas kesehatan dan / atau institusi pengujian fasilitas kesehatan yang berwenang;

Peralatan kesehtan yang menggunakan sinar pengion harus memenuhi ketentuan dan harus diawasi oleh lembaga yang berwenang;

Melengkapi prizinan dan sertifikasi sarana dan prasarana serta peralatan kesehatan;

2. Pembinaan dan pengawasan atau penyesuaian peralatan kerja terhadap SDM Rumah Sakit: Melakukan identifikasi dan penilaian risiko ergonomi terhadap peralatan kerja dan SDM Rumah Sakit. Membuat program pelaksanaan kegiatan, mengevaluasi dan

mengendalikan risiko ergonomi. 3. pembinaan dan pengawasan terhadap lingkungan kerja: Manajemen harus menyediakan dan menyiapkan lingkungan kerja yang memenuhi syarat fisik, kimia, biologi, ergonomi dan psikososial; Pemantauan / pengukuran terhadap faktor fisik, kimia, biologi, ergonomi dan psikososial secara rutin dan berkala; Melakukan evaluasi dan memberikan rekomendasi untuk perbaikan lingkungan kerja 4. pembinaan dan pengawasan terhadap sanitasi:

18

Manajemen harus menyediakan, memelihara, mengawasi sarana dan prasarana sanitasi, yang memenuhi syarat, meliputi: Penyehatan makanan dan minuman; Penyehatan air Penyehatan tempat pencucian Penanganan sampah dan limbah Pengendalian serangga dan tikus Sterilisasi/desinfeksi Perlindungan radiasi Upaya penyuluhan kesehatan lingkungan

5. pembinaan dan pengawasan perlengkapan keselamatan kerja: Pembuatan rambu-rambu arah dan tanda-tanda keselamatan Penyediaan peralatan keselamatan kerja dan alat perlindungan diri (ADP) Membuat SOP peralatan keselamatan kerja dan ADP Melakukan pembinaan dan pemantauan terhadap katuhan penggunaan peralatan keselamatan dan ADP 6. pelatihan dan promosi / penyuluhan keselamatan kerja untuk semua SDM Rumah Sakit: Sosialisasi dan promisi/ penyuluhan keselamatan kerja bagi seluruh SDM Rumah Sakit;

19

Melaksanakan pelatihan dan sertifikasi K3 Rumah Sakit kepada petugas K3 Rumah Sakit

7. Memberi rekomendasi /masukan mengenai perencanaan, desain llay out pembuatan tempat kerja dan pemilihan alat serta pengadaannya terkait keselamatan dan keamanan: Melibatkan petugas K3 Rumah Sakit didalam perencanaan, desain llay out pembuatan tempat kerja dan pemilihan serta pengadaan saran, prasarana, dan peralatan keselamatan kerja; Mengevaluasi dan mendokumentasikan kondisi sarana, prasarana dan peralatan keselamatan kerja dan membuat rekomendasi sesuai dengan persyaratan yang berlaku dan standar keamanan dan keselamatan. 8. membuat sisitem pelaporan kejadian dan tindak lanjutnya Membuat alur pelaporan kejadian nyaris celaka dancelaka Membuat SOP pelaporan, penangann dan tindak lanjut kejadian nyaris celaka (neer miss) dan celaka. 9. pembinaan dan pengawasan terhadap manajemen dan penanggulangan kebakaran (M3PK) Manajemen menyediakan sarana dan prasarana pencegahan dan

penanggulangan kebakaran Membentuk tim penanggulangan kebakaran Membuat SOP Melakukan sosialisasi dan pelatihan pencegahan dan penanggulangan kebakaran

20

Melakukan audit internal terhadap sistem pencegahan dan penanggulangan kebakaran.

10. membuat evaluasi, pencatatan dan pelaporan kegiatan pelayanan keselamatan kerja yang disampaikan kepada Direktur Rumah Sakit dan Unit teknis terkait di wilayah kerja rumah Sakit(2).

21

BAB 3 KESIMPULAN

Kesehatan dan Keselamatan Kerja di Rumah Sakit (K3 RS) penting artinya untuk meningkatkan lingkungan kerja RS agar aman, sehat dan nyaman baik bagi petugas rumah sakit, pasien, pengunjung ataupun masyarakat disekitar RS. K3 RS dapat berjalan dengan baik, bila pimpinan puncak atau Direktur RS punya komitmen yang tinggi terhadap jalannya pelaksanaan K3 di RS. Selain itu perlu juga pemahaman, kesadaran dan perhatian yang penuh dari segala pihak yang terlibat di RS, dan dapat melakukan upaya-upaya antisipasi terhadap akibat-akibat yang ditimbulkan sehingga budaya sehat dalam bekerja di Rumah Sakit bisa tercapai.

22

DAFTAR PUSTAKA 1. DEPKES RI. 2009. Standar Kesehatan Dan keselamatan Kerja di Rumah Sakit (K3RS). Jakarta 2. KEPUTASAN NOMOR DENGAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK TENTANG MAHA ESA INDONESIA STANDAR MENTERI

1087/MENKES/SK/VIII/2010 RAHMAT TUHAN YANG

KESEHATAN DAN KESELMATAN KERJA (K3) DI RUMAH SAKIT KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA. 3. KEPUTASAN NOMOR MENTERI KESEHATAN REPUBLIK TENTANG INDONESIA PEDOMAN

432/MENKES/SK/IV/2007

MANAJEMENKESEHATAN DAN KESELMATAN KERJA (K3) DI RUMAH SAKIT MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA.
4. Social Europe, 2011.

Occupational healt hand safety risks in the

healthcare sector Guide to prevention and good practice. Luxembourg: European Union.
5. WHO. 2003.

WHO definition of Health. New York Available from: Accessed at August,

http://www.who.int/about/definition/en/print.html. 1St.2013.

23

Anda mungkin juga menyukai