Anda di halaman 1dari 8

Pendahuluan Mineral adalah salah satu bahan kimia yang ada dalam tubuh makhluk hidup.

Mineral masuk ke dalam tubuh dan berbentuk garam lalu digunakan dalam bentuk elektrolit (Lehninger 1998). Mineral memiliki beberapa sifat yang spesifik, diantaranya tidak ada perubahan komposisi kimia sejak dikonsumsi hingga dibuang oleh tubuh. Mineral yang terdapat di dalam makanan maupun di dalam tubuh terutama berbentuk ion yang bermuatan positif dan negatif, selain itu mineral juga merupakan bagian dari senyawa anorganik yang berperan dalam metabolisme tubuh. Mineral dibagi menjadi tiga kelompok berdasarkan jumlah yang diperlukan oleh tubuh, yaitu kelompok makro terdiri dari unsur-unsur Ca, P, K, Na, Mg dan S. Kelompok mikro terdiri dari Fe, I, Cu, Zn, Mn, Co dan Se, dan kelompok renik terdiri dari unsur F, Mo, As, Cr, Si dan lain-lain. Beberapa unsur mineral ini ada yang termasuk golongan racun dan biasanya masih terdapat di dalam sel hayati meskipun jumlahnya sangat kecil sekali, contohnya adalah Ag, Hg dan Pb (Poedjiadi 2009). Komposisi mineral pada tulang umumnya terdiri dari kalsium, fosfor, besi, kobalt dan bebrapa mineral lain, namun mineral-mineral ini yang paling banyak ditemukan sebagai penyusun tulang (Suharjdo 1886). Abu tulang sebagian besar didominasi oleh senyawa fosfat dengan komponen mineral utama hidroksil apatit. Umumnya pada tulang yang masih basah, berdasarkan bobotnya terdapat 20% air, 45% abu, dan 35% bahan organik. Abunya mengandung 37% kalsium dan 18.5% fosfor. Mineral diperlukan dalam tubuh dalam jumlah sedikit namun manfaatnya sangat besar. Berdasarkan kegunaannya mineral dibagi menjadi dua, yaitu golongan esensial dan golongan non esensial. Mineral yang esensial adalah mineral yang sangat dibutuhkan oleh tubuh dan bila kekurangan mineral ini maka tubuh akan mengalami gangguan. Sedangkan mineral non esensial adalah mineral yang tidak begitu diperlukan oleh tubuh, jika tubuh mengalami kekurangan mineral ini tidak akan mengalami gangguan yang serius. Mineral yang terdapat dalam tubuh terutama terdapat dalam bentuk ion-ion. Mineral yang terdapat dalam bentuk ion positif adalah Na+, K+, Ca++ dan yang terdapat sebagai ion negatif adalah Cl-, sulfat, fosfat. Ion-ion ini terdapat pada cairan tubuh. Pada tulang dan gigi, mineral berada dalam bentuk garam, terutama sebagai garam kalsium dan fosfat. Mineral juga terdapat sebagai senyawa organik, misalnya dalam fosfoprotein, fosfolipid, hemoglobin, dan hormon tiroksin (Poedjiadi 2009).

Tujuan Percobaan Percobaan bertujuan mengamati peran mineral melalui keberadaannya dalam tubuh

dan mengidentifikasi berbagai jenis mineral yang terkandung dalam abu tulang secara kualitatif melalui pengamatan berdasarkan adanya perubahan warna dan pembentukan endapan. Alat dan Bahan Alat-alat yang digunakan tabung reaksi, pipet tetes, pipet Mohr 5 ml, bulb, corong gelas, batang pengaduk, gelas piala, penangas air dan botol semprot. Bahan-bahan yang digunakan Bahan-bahan yang digunakan ialah filtrat abu tulang sapi, NH4OH(p), HNO3 10%, AgNO3 2%, HCl 10%, BaCl2, asam asetat 10%, ammonium oksalat 1%, urea 1%, pereaksi Molibdat, FeSO4, Kristal NH4CO3, NH4Cl, Kristal dinatriumhidrogen posfat, ammonium tiosianat, dan kalium ferosianida.

Prosedur Percobaan Uji filtrat. Terdiri dari uji klorida dan uji sulfat. Uji klorida. Sebanyak 1 ml filtrat dimasukkan ke dalam tabung dan diasamkan dengan 1 ml HNO3 10%. Kemudian ditambahkan 1 ml AgNO3 2% ke dalam tabung. Apabila terbentuk endapan putih menunjukkan adanya klor (Cl). Uji sulfat. Sebanyak 1 ml filtrat dimasukkan ke dalam tabung dan diasamkan dengan HCl 10% lalu ditambah 1 ml larutan BaCl2. Apabila terbentuk endapan putih menunjukkan adanya Sulfat (S). Uji endapan. Terdiri dari uji kalsium, uji posfat, uji magnesium, dan uji besi. Sebanyak 25 ml asam asetat 10% dimasukkan ke dalam gelas piala berisi endapan abu tulang. Kemudian larutan disaring, filtrat digunakan dalam uji kalsium, uji posfat dan uji magnesium. Uji kalsium. Sebanyak 2 ml filtrat dimasukkan ke dalam tabung reaksi, lalu ditambahkan 1 mL larutan ammonium oksalat 1% dan dikocok. Apabila terdapat endapan putih, menunjukkan adanya kalsium oksalat. Uji fosfat. Sebanyak 1 mL filtrat dimasukkan ke dalam tabung reaksi, lalu ditambahkan 1 mL larutan urea 1% dan 1 mL pereaksi Molibdat kemudian tabung dikocok dan ditambahkan 1 mL FeSO4. Apabila larutan berubah warna menjadi biru pekat, menunjukkan adanya fosfat. Uji magnesium. Sebanyak 1 mL filtrat dimasukkan ke dalam tabung dan dipanaskan pada penangas air selama 5 menit. Kemudian ditambahkan seujung sudip kristal NH4CO3 dan NH4Cl. Kemudian larutan disaring dan filtrat dipisahkan ke dalam tabung reaksi yang lain. Seujung sudip kristal dinatriumhidrogen fosfat dimasukkan ke dalam tabung yang berisi filtrat dan ditambah larutan NH4OH (hingga basa). Endapan putih menunjukkan adanya magnesium (Mg). Endapan hasil penyaringan pada uji magnesium digunakan untuk uji besi. Uji besi. Endapan pada kertas saring ditetesi dengan HCl 10%. Sebanyak 1 mL filtrat HCl dimasukkan ke dalam tabung reaksi yang kering dan

bersih, lalu ditambahkan 1 mL ammonium tiosianat. Terbentuknya warna merah diperhatikan. Sebanyak 1 mL kalium ferosianida kemudian dimasukkan ke dalam tabung dan perubahan warna menjadi biru atau hijau diperhatikan. Perubahan warna merah, biru atau hijau menunjukkan adanya besi (Fe).

Data dan Hasil Percobaan Tabel 1 Data hasil penentuan uji mineral Jenis Uji Hasil Pengamatan (+/-) Filtrat Uji Klorida + Uji Sulfat Endapan Uji Kalsium + Uji Fosfat + Uji Magnesium + Uji Fe2+ + 3+ Uji Fe + Keterangan : (+) : Positif terdapat mineral (-) : Negatif terdapat mineral Perubahan Warna Larutan endapan putih tidak berwarna endapan putih larutan berwarna hijau endapan putih larutan merah larutan hijau

(a)

(b)

(c)

(d)

(e)

(f)

(g)

Gambar 1 Hasil uji mineral pada klorida (a), sulfat (b), kalsium (c), fosfat (d), magnesium (e), besi I (f), dan besi (II) (g) Pembahasan Percobaan ini dilakukan untuk mengidentifikasi mineral apa saja yang terdapat dalam tulang, abu tulang adalah trikalsium fosfat yang berasal dari Hidroksiapatit Ca5(OH)(PO4)3. Berbagai uji kualitatif dapat dilakukan seperti uji klorida, uji sulfat, uji magnesium, uji kalsium, uji posfat dan uji besi (Winarno 2002). Uji klorida dilakukan untuk menunjukkan adanya klor yang terkandung di dalam tulang. Pengujian dilakukan dengan

menggunakan filtrat yang telah dibasakan oleh NH4OH dan kemudian diasamkan dengan HNO3 10%, perlakuan ini bertujuan untuk memisahkan mineral dari filtrat sehingga mineral dapat diikat oleh senyawa lain. AgNO3 adalah garam yang dapat bereaksi dengan klorida dan ikatannnya akan membentuk warna keruh karena menjadi senyawa AgCl. Reaksi yang terjadi adalah sebagai berikut : Cl- + AgNO3 AgCl +NO3 (Suharjdo 1886)

Hasil yang diperoleh menunjukkan reaksi positif untuk uji klorida yang ditandai dengan terbentuknya endapan berwarna putih setelah filtrat ditambahkan dengan AgNO3. Uji sulfat dilakukan untuk menunjukkan adanya sulfat yang terkandung di dalam tulang. Pengujian dilakukan dengan menggunakan filtrat yang telah dibasakan oleh NH4OH dan kemudian diasamkan dengan HCl 10%. Perlakuan ini bertujuan memisahkan mineral dari filtrat sehingga mineral dapat diikat oleh senyawa lain. BaCl2 adalah garam yang dapat bereaksi dengan sulfat dan ikatannya akan membentuk endapan putih keruh karena menjadi senyawa BaSO4. Terbentuknya endapan ini menunjukkan pada tulang sapi terdapat sulfat Reaksi yang terjadi sebagai berikut : SO42- + BaCl2 BaSO4 + 2Cl- (Suharjdo 1886)

Penambahan pereaksi NH4OH berfungsi untuk memberikan suasana basa pada tulang sehingga mempermudah dalam memisahkan mineral dari filtrat. Fungsi dari HNO3 10% adalah sebagai katalisator. AgNO3 berfungsi sebagai pengikat mineral yang larut dalam filtrat tulang. Fungsi dari HCl 10% adalah sebagai katalisator. BaCl2 berfungsi sebagai pengikat mineral yang larut dalam filtrat tulang, larutan ammonium oksalat 1% yang berfungsi untuk mengecek apakah larutan itu mengendap atau tidak, kristal ammonium karbonat, ammonium klorida, kristal dinatriumhidrogen fosfat berfungsi untuk

mengendapkan larutan karena sifat dari semua larutan tersebut mudah larut dalam air. Uji kalsium, penambahan pereaksi amonium oksalat akan bereaksi dengan kalsium yang ada difiltrat tersebut. Endapan yang dihasilkan adalah kalsium oksalat, hal ini menandakan bahwa abu tulang mengandung kalsium. Reaksi yang terjadi : Ca + K4[Fe(CN)6] Fe4[Fe2(CN)6]3 (Suharjdo 1886) Uji fosfat dilakukan dengan menambahkan urea dan pereaksi molibdat khusus. Hal ini bertujuan hampir sama untuk memisahkan senyawa mineral lalu mineral dapat bereaksi dengan larutan ferosulfat khusus membentuk persenyawaan berwarna biru karena senyawa ferosulfat reaktif dengan fosfat dan membentuk senyawa berwarna. Reaksi yang terjadi : FeSO4 + PO4-3 Fe3(PO4)2 + SO4-2 (Suharjdo 1886)

Warna biru yang dihasilkan semakin pekat menandakan adanya posfat pada sampel tulang. Peranan fosfor dalam tubuh sama seperti kalsium, yaitu untuk pembentukan tulang dan gigi dan penyimpanan dan pengeluaran energi (perubahan antara ATP dengan ADP). Apabila seseorang kekurangan unsur ini maka pembentukan ATP akan terganggu. Selain itu pembentukan tulang rawan juga akan terganggu. Uji Magnesium dilakukan dengan memanaskan filtrat. Pemanasan dilakukan agar filtrat lebih rektif dan mineral dapat sedikit melonggar ikatan senyawanya dengan senyawa lain dalam filtrat. Pemisahan mineral dengan senyawa organik lain dalam filtrat dibantu oleh kristal dinatrium hidrogen fosfat dan larutan amonium hidroksida. Kristal akan bereaksi dengan magnesium dengan ditandai adanya endapan putih pada larutan. Adanya endapan putih menandakan adanya magnesium. Reaksi yang terjadi adalah : Mg + NaHPO4 MgHPO4 +2Na (Suharjdo 1886). Uji besi dilakukan dengan menambahkan asam klorida pada endapan yang telah didapatkan saat penambahan asam asetat yang kemudian disaring dan filtratnya digunakan untuk uji besi. Uji besi yang pertama dengan amonium tiosianat dan uji besi yang kedua dengankalium ferosianida. Besi akan membentuk senyawa berwarna dengan larutan amonium tiosianat (membentuk warna merah) dan beraksi dengan kalium ferosianida (membentuk warna biru atau hijau). Adanya warna merah, biru atau hijau menandakan adanya besi dan berdasarkan percobaan terbentuk warna hijau dan merah yang samar-samar. Berbedaan ion besi menyebabkan perbedaan reaksi yang terjadi, sehingga warna yang terjadi juga berbeda. Reaksi yang terjadi pada Fe2+ : Fe+3 + 6NH4SCN [Fe(SCN)6]-3 + 6NH4+ (Suharjdo 1886) Sedangkan pada Fe3+ reaksi yang terjadi : 4Fe+3+ + 3K4[Fe(CN)6] Fe4[Fe2(CN)6)]3 + 12K+ (Suharjdo 1886) Hal ini menandakan bahwa abu tulang mengandung besi. Jika seseorang kekurangan unsur besi maka pembentukan hemoglobin akan terganggu. Selain itu dapat menyebabkan amenia atau kekurangan darah (Suharjdo 1886). Asam yang digunakan pada setiap uji filtrat bertujuan untuk dapat mempermudah mineral bereaksi dengan senyawa indikator atau senyawa penguji sehingga mineral dapat bereaksi dengan senyawa penguji membentuk endapan berwarna atau persenyawaan berwarna. Asam akan memisahkan ikatan mineral yang terkandung dalam filtrat dengan senyawa organik dan air. Garam-garam yang dtambahkan kedalam filtrat berfungsi untuk mengikat mineral dan dapat membentuk endapan berwarna putih atau senyawa berwarna (Poedjiadi 2009). Berdasarkan hasil percobaan yang telah dilakukan, dalam tulang terdapat

klorida (Cl-), fosfat (P), magnesium (Mg), kalsium (Ca), besi I (Fe2+) dan besi II (Fe3+), hasil yang didapatkan sesuai dengan literatur, menurut Suharjdo (1886) komposisi mineral pada tulang umumnya terdiri dari kalsium, fosfor, besi, kobalt dan bebrapa mineral lain, namun mineral-mineral ini yang paling banyak ditemukan sebagai penyusun tulang. Analisis gravimetri adalah proses isolasi dan pengukuran berat suatu unsur atau senyawa tertentu. Bagian terbesar dari penentuan senyawa gravimetri meliputi transformasi unsur atau radikal senyawa murni stabil yang dapat segera diubah menjadi bentuk yang dapat ditimbang dengan teliti. Berat unsur dapat dihitung berdasarkan rumus senyawa dan berat atom unsur unsur atau senyawa yang dikandung dilakukan dengan berbagai cara, seperti : metode pengendapan; metode penguapan; metode elektroanalisis; atau berbagai macam cara lainya. Pada prakteknya 2 metode pertama adalah yang terpenting, metode gravimetri memakan waktu yang cukup lama, adanya pengotor pada konstituen dapat diuji dan bila perlu faktor faktor pengoreksi dapat digunakan (Khopkar 1999). Gravimetri adalah pemeriksaan jumlah zat dengan cara penimbangan hasil reaksi pengendapan. Gravimetri merupakan pemeriksaan jumlah zat yang paling tua dan paling sederhana dibandingkan dengan cara pemeriksaan kimia lainnya. Kesederhaan itu kelihatan karena dalam gravimetri jumlah zat ditentukan dengan cara menimbang langsung massa zat yang dipisahkan dari zat-zat lain (Rivai 1994), pada dasarnya pemisahan zat dengan gravimetri dilakukan dengan cara sebagai berikut. Mula-mula cuplikan dilarutkan dalam pelarutnya yang sesuai, lalu ditambahkan zat pengendap yang sesuai. Endapan yang terbentuk disaring, dicuci, dikeringkan atau dipijarkan, dan setelah itu ditimbang. Kemudian jumlah zat yang ditentukan dihitung dari faktor stoikiometrinya. Hasilnya disajikan sebagai persentase bobot zat dalam cuplikan semua (Rivai 1994). Manfaat mineral dalam industri adalah pembuatan susu, peleburan logam, membantu proses pembuatan makanan yang bergizi tinggi. Manfaat mineral salah satunya adalah pembentuk tulang, gigi dan memungkinkan berfungsinya vitamin B kompleks dalam tubuh yang normal. Mineral diperlukan oleh tubuh untuk membantu proses metabolisme dalam tubuh. Kandungan mineral yang ada dalam tubuh tersebar di seluruh bagian tubuh manusia. Proses kimia dan elektrik berjalan di dalam tubuh setiap saat. Proses dapat berfungsi dengan benar apabila keseimbangan mineral yang sesuai diberikan pada sistem secara berkelanjutan termasuk zat besi untuk darah, belerang untuk otot, kalsium untuk tulang serta gabungan unsur lain yang seimbang utnuk memberikan kelancaran fungsional tubuh. Mineral penting bagi kesehatan. Tubuh menggunakan lebih dari 70 mineral untuk berfungsi secara maksimal. Bukti kekurangan mineral menyebabkan kondisi kesehatan yang memprihatinkan, seperti

kurang tenaga, penuaan dini, kurang peka dan penyakit degeneratif seperti osteoporosis, jantung dan kanker. Dalam banyak hal, ini dapat dicegah dengan suplementasi mineral yang cukup (Poedjiadi 2009). Beberapa mineral berfungsi sebagai kofaktor enzim dalam mengkatalisis suatu substrat jadi enzim dapat diaktifkan apabila memiliki mineral dalam jumlah yang cukup. Mineral juga memiliki fungsi lain diantaranya melindungi tubuh dari lipid peroksidase dan juga digunakan untuk mensitesis protein. Beberapa mineral lainnya seperti besi berfungsi dalam menyusun sel darah merah (Lee 1999). Jika seseorang kekurangan unsur besi maka pembentukan hemoglobin akan terganggu. Selain itu dapat menyebabkan anemia atau kekurangan darah, fungsi Fe yang penting adalah untuk absorpsi dan transport O2 ke dalam sel-sel, Fe juga merupakan komponen yang aktif dari beberapa enzim yaitu sitokrom perioksidase dan katalase. Selain itu Fe berfungsi sebagai mediator prosesproses oksidasi (Tillman 1998). Timbulnya serangan jantung, stroke dan gangguan pada pembuluh darah lebih sering terjadi karena kelebihan zat besi. Unsur Fe diabsorpsi sesuai dengan kebutuhan dan dipengaruhi oleh beberapa faktor seperti status Fe dalam tubuh, umur hewan (Underwood 1999), kebutuhan metabolik tubuh, bentuk komponen zat besi yang terdapat dalam makanan dan ada tidaknya zat-zat nutrisi lain yang mempengaruhi absorpsi zat besi (Piliang 2002). Tempat absorpsi Fe pertama adalah duodenum (Underwood 1999). Keperluan kalsium dalam tubuh biasanya dihitung dengan keseimbangan kalsium, kira-kira sama dengan yang digunakan untuk menghitung keseimbangan nitrogen. Kebutuhan kalsium per orang dalam sehari bagi bayi anak di bawah umur 10 tahun sebesar 200-600 mg. Pria dan wanita usia di atas 10 tahun sebesar 800-1000 mg. khusus untuk ibu hamil dan menyusui perlu mendapat tambahan sebanyak 150 mg per orang dalam sehari (Winarno 2008). Kekurangan kalsium dalam diet seseorang menyebabkan terhambatnya pertumbuhan tulang dan gigi, osteomalasia, riketsia pada anak-anak dan dapat mengakibatkan osteoporosis (tulang rapuh) pada orang dewasa. Penyakit osteoporosis disebabkan konsumsi kalsium rendah, absorpsi rendah, atau terlalu banyak kalsium yang terbuang bersama urin (Winarno 2008). Kalsium memiliki peran penting dalam proses kontraksi otot, menjaga normalitas, kerja jantung dan merupakan aktivator enzim-enzim tertentu. Absorpsi kalsium dibantu oleh vitamin D, vitamin C, dan laktosa, sedangkan oksalat dan fitat mengganggu absorpsi kalsium (Poedjiadi 2009). Magnesium merupakan mineral makro yang sangat penting. Sekitar 70% dari total Mg dalam tubuh terdapat dalam tulang atau kerangka ( Underwood 1999 ), sedangkan 30% lainnya tersebar dalam berbagai cairan tubuh dan jaringan lunak ( Tillman et al 2003 ). Mg

dibutuhkan oleh sebagian besar sistem enzim, berperan dalam metabolisme karbohidrat dan dibutuhkan untuk memperbaiki fungsi sistem saraf ( Perry et al 2003 ). Selain itu Mg berperan penting untuk sintesis protein, asam nukleat, nukleotida, dan lipid ( Girindra 1988 ).

Daftar Pustaka Girindra A. 1998. Biokimia Patologi Hewan. Bogor: Institut Pertanian Bogor press. Khopkar SM. 2003. Konsep Dasar Kimia Analitik. Jakarta: Universitas Indonesia Press. Lee J. 1999. Current issues in trace element nutrition of grazing livestock in Australia and New Zealand. New York : John Willey and Sons. Lehninger AL. 1998. Dasar-Dasar Biokimia 1. Thenawijaya M, penerjemah. Jakarta: Erlangga. Terjemahan dari: Principles of Biochemistry. Perry TW et al. 2003. Feeds and Feeding Sixth Edition. New Jersey: Pearson Education Piliang WG. 2002. Nutrisi Mineral. Bogor: IPB Press. Poedjiadi A. 2009. Dasar-dasar Biokimia. Jakarta : UI Press Rivai H. 2006. Asas Pemeriksaan Kimia. Jakarta: Penerbit Universitas Indonesia. Suharjdo. 1886. Pangan Gizi dan Pertanian. Jakarta : Universitas Indonesia. Tillman A dkk. Prawirokusumo dan S. Lebdosukujo. 1998. Ilmu Makanan Ternak Dasar. Yogyakarta: UGM press. Underwood EJ and Suttle NF. 1999. The Mineral Nutrition of Livestock Third Edition. London: Cabi Publishing. Winarno FG. 2008. Kimia Pangan dan Gizi. Bogor: M-Brio Press.

Anda mungkin juga menyukai