Anda di halaman 1dari 13

BAB I PENDAHULUAN

1.1

Latar Belakang Kelistrikan adalah sifat benda yang muncul dari adanya muatan listrik. Listrik, dapat juga diartikan sebagai berikut: listrik adalah kondisi dari partikel subatomik tertentu, seperti elektron dan proton, yang menyebabkan penarikan dan penolakan gaya di antaranya, selain itu listrik adalah sumber energi yang disalurkan melalui kabel. Arus listrik timbul karena muatan listrik mengalir dari saluran positif ke saluran negatif. Bersama dengan magnetisme, listrik membentuk interaksi fundamental yang dikenal sebagai elektromagnetisme. Listrik memungkinkan terjadinya banyak fenomena fisika yang dikenal luas, seperti petir, medan listrik, dan arus listrik. Dalam realita kehidupan sehari-hari, listrik memiliki peran yang sangat penting, sebagai contoh listrik digunakan untuk menngaktifkan semua alat elektronik untuk menunjang segala aspek aktivitas manusia bahkan zaman sekarang sudah jarang, atau bahkan tidak ada alat elektronik yang tidak memerlukan listrik. Selain dalam bidang elektronik dan ilmu fisika, kajian mengenai penerapan listrik juga terdapat dalam ilmu Biologi yang sering disebut Bio-Listrik. Biolistrik adalah salah satu cabgan ilmu fisika yang mempelajari tentang potensial listrik pada organ tubuh. Pada biolistrik ada dua aspek yang memegang peranan penting yaitu : Kelistrikan dan Kemagnetan yang timbul pada tubuh manusia dan hewan-hewan yang mampu menghasilkan listrik, serta penggunaan listrik dan magnet pada permukaan tubuh manusia dan hewan-hewan yang mampu menghasilkan listrik. Aktivitas organ dan berbagai sistem didalam tubuh manusia tidak hanya berhubungan erat satu sama lain tetapi juga bekerjasama dalam menanggapi perubahan lingkungan, baik lingkungan dalam maupun lingkungan luar tubuh. Didalam tubuh manusia terdapat sistem koordinasi yang meliputi sistem saraf yang berfungsi mengendalikan aktivitas dan keserasian kerja antara sistem organ. Penerapan listrik memiliki berbagai manfaat dalam ilmu Biologi. Seperti sistem kerja Jantung yang memerlukan impuls listrik untuk berkontraksi dan relaksasi
1

dalam rangka memompa darah ke seluruh bagian tubuh manusia, selain itu jika terjadi gangguan impuls listi pada jantung dapat mengakibatkan penyakit atau kelainan Jantung. Beberapa hewan jika ditelusuri juga memiliki keistimewaan atau karakteristik yang berbeda dengan hewan lainnya yaitu dapat mengeluarkan arus lisrik dan juga menggunakan listrik sebagai alat untuk mengidentifikasi mangsa, jenis kelaminnya dan daerah dimana hewan tersebut berada.

1.2

Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang, dirumuskan masalah sebagai berikut : 1. Bagaimana sistem kerja arus listrik (Bio-Listrik) pada jantung dan penyakit apa saja yang dapat terjadi jika arus listrik tersebut mengalami gangguan ? 2. Hewan apa saja yang mampu menghasilkan listrik dan bagaimana mereka dapat menghasilkan listrik tersebut ?

1.3

Tujuan Berdasarkan rumusan masalah, dirumuskan tujuan sebagai berikut : 1. Mengetahui sistem kerja arus listrik (Bio-Listrik) pada jantung dan penyakit apa saja yang dapat terjadi jika arus listrik tersebut mengalami gangguan. 2. Mengetahui hewan apa saja yang mampu menghasilkan listrik dan bagaimana mereka dapat menghasilkan listrik tersebut.

BAB II PEMBAHASAN

2.1

Sistem Kerja Arus Listrik (Bio-Listrik) pada Pantung dan Penyakit yang Dapat Terjadi Jika Arus Listrik Tersebut Mengalami Gangguan 2.1.1 Proses Mekanis Siklus Jantung Jantung secara berselang-seling berkontraksi untuk mengosongkan isi jantung dan berelaksasi untuk mengisi darah. Siklus jantung terdiri atas periode sistol (kontraksi dan pengosongan isi) dan diastol (relaksasi dan pengisian jantung). Atrium dan ventrikel mengalami siklus sistol dan diastol terpisah. Kontraksi terjadi akibat penyebaran eksitasi (mekanisme listrik jantung) ke seluruh jantung. Sedangkan relaksasi timbul setelah repolarisasi atau tahapan relaksasi otot jantung. Kontraksi sel otot jantung untuk memompa darah dicetuskan oleh potensial aksi yang menyebar melalui membran-membran sel otot. Jantung berkontraksi atau berdenyut secara berirama akibat potensial aksi yang ditimbulkannya sendiri. Hal ini disebabkan karena jantung memiliki mekanisme aliran listrik yang dicetuskannya sendiri untuk berkontraksi atau memompa dan berelaksasi. Potensial aksi ini dicetuskan oleh nodus-nodus pacemaker yang terdapat di jantung dan dipengaruhi oleh beberapa jenis elektrolit seperti K+, Na+, dan Ca+. Gangguan terhadap kadar elektrolit tersebut di dalam tubuh dapat mengganggu mekanisme aliran listrik jantung. Arus listrik yang dihasilkan oleh otot jantung menyebar ke jaringan di sekitar jantung dan dihantarkan melalui cairan-cairan tubuh. Sebagian kecil aktivitas listrik ini mencapai permukaan tubuh dan dapat dideteksi menggunakan alat khusus. Rekaman aliran listrik jantung disebut dengan elektrokardiogram atau EKG. EKG adalah rekaman mengenai aktivitas listrik di cairan tubuh yang dirangsang oleh aliran listrik jantung yang mencapai permukaan tubuh. Jadi EKG bukanlah rekaman langsung aktivitas listrik jantung yang sebenarnya. Berbagai komponen pada rekaman EKG dapat dikorelasikan dengan berbagai proses spesifik di jantung. EKG dapat digunakan untuk mendiagnosis kecepatan denyut jantung yang abnormal, gangguan
3

irama jantung, serta kerusakan otot jantung. Hal ini disebabkan karena aktivitas listrik akan memicu aktivitas mekanis sehingga kelainan pola listrik biasanya akan disertai dengan kelainan mekanis atau otot jantung sendiri Sumber daya gerak jantung sangat bergantung pada kemampuan kerja dari sekelompok sel yang mampu menghasilkan energi listrik dalam jumlah yang cukup untuk membuatnya terus bergerak. Sel-sel ini menghasilkan impuls listrik yang kemudian diteruskan oleh sel-sel penggerak yang tersebar dipermukaan jantung dan hingga membuatnya berdenyut. Sel-sel ini disebut Sinoatrial node (SA node) yang terdapat di Atrium sebelah kanan. Selain memiliki SA node, jantung juga memiliki serabut-serabut khusus yang mendistribusikan tenaga listrik pada jantung dilakukan. Perjalanan aliran listrik pada jantung adalah sebagai berikut : Impuls listrik meninggalkan SA node menuju Atrium kanan dan kiri. hingga kedua atrium bisa berkontraksi dalam waktu yang sama. Proses ini memakan waktu 0,4 detik. Pada saat Atrium kanan dan kiri berkontraksi, ventrikel akan terisi darah Impuls lstrik kemudian kembali mengalir ke Atrioventricular Node (AV node) yang kemudian disebarkan ke kumpulan serabut yang berada disebalah kanan dan kiri jantung sampai ke serat Purkinje yang berada di Ventrikel kanan dan kiri jantung hingga membuat kedua Ventrikel berkontraksi bersamaan. Seluruh jaringan listrik pada jantung mampu menghasilkan impuls listrik. Namun SA node memiliki kemamapuan yang paling besar. Apabila SA node gagal untuk menghasilkan impuls, maka fungsinya bisa saja digantikan oleh jaringan lainnya, meskipun impllsnya cenderung lebih rendah. Pencetus listrik pada jantung memang mampu mengakomodir kebutuhan jantung untuk mampu berkontraksi terus dalma rentang waktu yang panjang. Terdapat serabut syaraf yang mampu mengubah arus listrik yang dihasilkan serta membuat perbuahan pada kekuatan kontraksi jantung. Syaraf yang dimaksud adalah bagian dari susunan syaraf otonom. Susunan syaraf otonom sendiri terdiri dari 2 bagian : Sistim Syaraf Simpatik dan Sistim Syaraf Parasimpatik. Pada keadaan normal dan istirahat, jantung orang dewasa akan berdenyut secara teratur antara 60-100 detak/menit. Kecepatan dari denyut jantung ditentukan oleh kecepatan dari signal listrik yang berasal dari pemacu jantung, SA node. Signal
4

listrik dari SA node mengalir melalui kedua serambi, menyebabkan kedua serambi berkontraksi mengalirkan darah ke kedua bilik. Kemudian signal listrik ini mengalir melalui AV node mencapai kedua bilik. Hal ini menyebabkan kedua bilik berkontraksi memompa darah keseluruh tubuh dan menghasilkan denyutan (pulse). Pengaliran listrik yang teratur ini dari SA node ke AV node menyebabkan kontraksi teratur dari otot jantung yang dikenal dengan sebutan denyut sinus (sinus beat). Pada saat istirahat, kecepatan signal listrik dari SA node perlahan, jadi denyut jantung juga perlahan. Pada saat olah raga atau pada saat sedang kegirangan , kecepatan signal listrik dari SA node menjadi cepat sehingga denyut jantung juga menjadi cepat.

(Gambar I. Jantung)

2.1.2

Gangguan Pada Jantung Penyumbatan jantung adalah penundaan pada konduksi arus listrik sewaktu

melewati batang atrioventicular, berkas pada His, atau kedua cabang berkas, seluruhnya terletak di antara atria dan bilik jantung.

Beberapa jenis pada jantung tersumbat tidak menyebabkan gejala-gejala, tetapi yang lainnya menyebabkan kelelahan, pusing dan pingsan.

Elektrodiografi digunakan untuk mendeteksi jantung tersumbat. Beberapa orang memerlukan alat pacu jantung buatan.

Jantung tersumbat dikelompokkan sebagai tingkat-pertama ketika konduksi listrik menuju bilik jantung sedikit terhambat, tingkat-dua ketika konduksi tersumbat sementara, atau tingkat-tiga (lengkap) ketika konduksi sepenuhnya tersumbat. Kebanyakan jenis penyumbatan jantung lebih sering terjadi pada orang tua. Pada penyumbatan jantung tingkat pertama, setiap impuls listrik dari atria mencapai bilik jantung, tetapi masing-masing melambat untuk pecahan kedua sebagaimana bergerak melalui batang atrioventricular. Penyumbatan jantung tingkatpertama adalah sering terjadi pada atlit yang dilatih dengan baik, para remaja, dewasa muda, dan orang dengan syaraf vagus aktif yang tinggi. Meskipun begitu, gangguan tersebut juga terjadi pada orang dengan gangguan jantung rematik, sarcoidosis yang mempengaruhi jantung, atau gangguan struktur jantung lainnya. Yang kemungkinan disebabkan oleh obat-obatan, terutama yang memperlambat konduksi impuls listrik sepanjang batang atrioventricular (seperti beta-blocker, diltiazem, verapamil, digoxin, dan amiodarone). Gangguan ini jarang menyebabkan gejala-gejala dan bisa dideteksi hanya dengan electrocardiuography (ECG), yang memperlihatkan konduksi tertunda. Pada penyumbatan jantung tingkat kedua, hanya beberapa impuls listrik mencapai ventricle. Jantung bisa berdetak dengan lambat, tidak teratur, atau keduanya. Beberapa bentuk pada penyumbatan jantung tingkat-dua menuju penyumbatan jantung tingkat-tiga. Pada penyumbatan jantung tingkat-tiga , tidak terdapat gerakan dari atria yang mencapai bilik jantung, detak dan irama jantung dikendalikan dengan batang atrioventricular, berkas His, atau bilik jantung itu sendiri. Alat pacu jantung buatan pengganti ini lebih lambat dibandingkan alat pacu jantung buatan normal (sinus atau batang sinoatrial) dan seringkali tidak teratur dan tidak dapat diandalkan. Dengan demikian, bilik jantung berdenyut sangat lambat-kurang dari 50 denyut per menit dan kadangkala 30 denyut permenit. Penyumbatan jantung tingkat -tiga adalah aritmia yang serius yang dapat memepengaruhi kemampuan memompa jantung. Lelah, pusing, dan pingsan adalah umum. Ketika bilik jantung berdenyut lebih cepat dari 40 denyut per menit, gejala-gejala sedikit berat.

Pengobatan Penyumbatan jantung tingkat-pertama tidak membutuhkan pengobatan bahkan ketika pengobatan ini disebabkan oleh gangguan jantung. Beberapa orang dengan penyumbatan jantung dengan tingkat-kedua membutuhkan alat pacu jantung buatan. Hampir semua orang dengan penyumbatan jantung tingkat-ketiga membutuhkan alat pacu jantung buatan. Alat pacu jantung sementara kemungkinan digunakan dalam keadaan darurat sampai yang permanen bisa ditanam. Kebanyakan orang membutuhkan alat Bantu jantung buatan untuk sisi hidup mereka, meskipun detak jantung bisa kembali normal jika penyebab pada penyumbatan jantung bisa dipecahkan-misalnya, setelah pemulihan dari serangan jantung.

2.2

Hewan yang Mampu Menghasilkan Listrik dan Cara Menghasilkan Listriknya

Beberapa ratus species hewan terutama yang hidup di perairan seperti ikan memiliki organ penghasil listrik, namun hanya sedikit yang dapat menghasilkan daya listrik yang kuat. Organ penghasil listrik yang dimiliki oleh kebanyakan ikan tersusun dari sel saraf dan sel otot yang telah mengalami perubahan penting. Kemampuan hewan-hewan ini untuk menghasilkan listrik biasanya digunakan untuk melindungi diri dari predatornya sehingga predatornya mersakan kejutan dan pergi meninggalkan mangsanya tersebut. Selain digunkan untuk melindungi diri dari predatornya, listrik statis tersebut digunakan juga dalam hal mencari makanan, dengan adanya listrik ini dapat melimpuhkan mangsanya. Adapun hewan yang mampu menghasilkan listrik ini antaraa lain:

2.2.1

Belut Listrik Belut Listrik merupakan hewan yang tergolong dalam golongan ikan.

Pada umumnya semua spesies ikan air tawar hanya bersifat listrik ringan, kecuali sembilang listrik dan belut listrik. Ikan listrik yang hidup di laut memiliki tenaga listrik yang lebih kuat dan berbahaya, karena air laut mengandung garam membuat dirinya lebih tahan terhadap arus listrik. Posisi dan bentuk organ listrik ini bervariasi tergantung pada speciesnya. Belut listrik menggunakan listrik bertegangan tingginya dalam hal memertahankan dirinya dari musuh serta dalam hal mencarai makanan di laut. Listrik dengan tegangan yang sangat tinggi ini biasnya membuat pemangsanya dan mangsanya pingsan ataupun hingga menyebabkan kematian. Belut listrik dapat mengatur hubungan antara baterai kecil dalam tubuhnya itu untuk mendapat tegangan listrik kecil dan tegangan listrik besar. Bentuk tubuh belut listrik unik. Hampir 7/8 bagian tubuhnya berupa ekor. Di bagian ekor inilah terdapat baterai-baterai kecil berupa lempengan-lempengan kecil yang horizontal dan vertikal. Jumlahnya sangat banyak, lebih dari 5.000 buah. Tegangan listrik tiap baterai kecil ini tidak besar, tetapi kalau semua baterai dihubungkan secara berderet (seri), akan diperoleh tegangan listrik sekitar 600 volt (bandingkan dengan batu baterai yang hanya 1,5 volt). Ujung ekor bertindak sebagai kutub positif baterai dan ujung kepala bertindak sebagai kutub negatif. Belut listrik dapat
8

mengatur hubungan antara baterai kecil dalam tubuhnya itu untuk mendapat tegangan listrik kecil dan tegangan listrik besar. Untuk navigasi, belut listrik hanya membutuhkan tegangan listrik yang kecil. Tetapi ketika bertemu musuh (predator) atau mangsanya, belut listrik akan memberikan tegangan semaksimal mungkin melalui kepala dan ekornya yang ditempelkan pada tubuh musuh atau mangsanya itu. Arus listrik sekitar 1 ampere yang ditimbulkan oleh tegangan listrik yang tinggi ini akan mengalir dan membunuh mereka. Hewan lain tidak terganggu karena mereka tidak bersentuhan langsung dengan ekor dan kepala belut listrik.

(Gambar II. Belut Listrik)

2.2.2

Hiu Martil Hiu Mrtil merupakan ikan yang tergolong ikan purba dalaam keluarga

hiu. Hiu martil dari genus Sphyrna adalah anggota dari famili Sphyrnidae. Satu-satunya genus selain Sphyrnidae, Eusphyra, terdiri dari hanya satu spesies, Esphyra blochii, winghead shark. Sembilan spesies hiu martil yang sudah diketahui memiliki panjang antara 2 hingga 6 meter (6,5 hingga 20
9

kaki), dan semua spesies memiliki proyeksi kepala menyerupai martil gepeng bila dilihat dari salah satu sisi. Mata dan lubang hidup ada di ujung kepala. Mereka adalah predator agresif yang memakan ikan, ikan pari, cumi-cumi, dan udang-udangan. Mereka ditemukan di perairan hangat sepanjang garis pantai, dan paparan benua. Bentuk kepalanya yang seperti martil menyebabkan mereka mampu berbelok dengan benar. Seperti semua hiu, hiu martil memiliki pori sensor electrolocation yang disembut ampullae of Lorenzini. Dengan menyebarkan reseptor di berbagai area, hiu martil dapat mencari mangsa dengan lebih efektif. Hiu ini mampu mendeteksi sinyal listrik setengah miliar Volt. Kepala yang berbentuk seperti martil juga memberikan keuntungan berupa area penciuman yang lebih luas, meningkatkan potensi menemukan partikel bau mangsanya di air sedikitnya 10 kali dibandingkan dengan hiu 'klasik' lainnya. Listrik yang dihasilkan hiu martil ini berbeda dengan listrik yang dikeluarkan oleh belut listrik karena jika pada belut listrik memiliki tegangan listrik bertegangan tinggi dn rendaah sesuai dengan kegunaannya dimana, listrik tegangan tinggi digunakan untuk pertahanan diri daari pemangsanya ( predator ) sedangkan listrik berteganga rendah digunakan untuk navigasi daari belut listrik tersebut. Lain halnya dengan hiu martil yang hanya mampu menghasilkan listrik dengan tegangan rendah yang digunakan untuk mendeteksi keberadaan mangsanya dan sebagai sensor navigasi. Bentuk kepala aneh hiu ini dapat dianalogikan dengan antena seekor serangga. Hiu martil memiliki mulut yang kecil dan sepertinya melakukan banyak bottomhunting. Mereka suka membentuk gerombolan di siang hari, kadang-kadang dalam kelompok lebih dari 100. Pada sore hari, seperti hiu lain, mereka menjadi pemburu solo.

(Gambar

III. Hiu Martil)

10

2.2.3

Cara Belut Listrik Menghasilkan Listrik

Ikan ini menghasilkan pancaran listrik dalam suatu alat khusus di ekornya. Listrik ini dipancarkan melalui ribuan pori-pori di punggung makhluk ini dalam bentuk sinyal yang untuk sementara menciptakan medan listrik di sekitarnya. Benda apa pun dalam medan ini membiaskannya, sehingga ikan ini mengetahui ukuran, daya alir dan gerak dari benda tersebut. Pada tubuh ikan ini, ada pengindera listrik yang terus menentukan medan ini seperti halnya radar. Ikan ini memiliki radar yang memancarkan sinyal listrik dan menerjemahkan perubahan pada medan yang disebabkan oleh benda yang menghambat sinyal-sinyal di sekitar tubuhnya. Ketika kerumitan radar yang digunakan oleh manusia kita renungkan, penciptaan mengagumkan dalam tubuh ikan akan menjadi jelas. Bentuk tubuh belut listrik unik. Hampir 7/8 bagian tubuhnya berupa ekor. Di bagian ekor inilah terdapat bateraibaterai kecil berupa lempengan-lempengan kecil yang horizontal dan vertikal. Jumlahnya sangat banyak, lebih dari 5.000 buah. Tegangan listrik tiap baterai kecil ini tidak besar, tetapi kalau semua baterai dihubungkan secara berderet (seri), akan diperoleh tegangan listrik sekitar 600 volt (bandingkan dengan batu baterai yang hanya 1,5 volt). Ujung ekor bertindak sebagai kutub positif baterai dan ujung kepala bertindak sebagai kutub negatif. Belut listrik dapat mengatur hubungan antara baterai kecil dalam tubuhnya itu untuk mendapat tegangan listrik kecil dan tegangan listrik besar.

(Gambar IV. Arus Listrik Pada Belut Listrik)

11

BAB III PENUTUP

2.1

Simpulan 1. Jantung secara berselang-seling berkontraksi untuk mengosongkan isi jantung dan berelaksasi untuk mengisi darah. Siklus jantung terdiri atas periode sistol (kontraksi dan pengosongan isi) dan diastol (relaksasi dan pengisian jantung). Atrium dan ventrikel mengalami siklus sistol dan diastol terpisah. Kontraksi terjadi akibat penyebaran eksitasi (mekanisme listrik jantung) ke seluruh jantung. Sedangkan relaksasi timbul setelah repolarisasi atau tahapan relaksasi otot jantung. Jantung berkontraksi atau berdenyut secara berirama akibat potensial aksi yang ditimbulkannya sendiri. Hal ini disebabkan karena jantung memiliki mekanisme aliran listrik yang dicetuskannya sendiri untuk

berkontraksi atau memompa dan berelaksasi. Potensial aksi ini dicetuskan oleh nodus-nodus pacemaker yang terdapat di jantung dan dipengaruhi oleh beberapa jenis elektrolit seperti K+, Na+, dan Ca+. Penyumbatan jantung adalah penundaan pada konduksi arus listrik sewaktu melewati batang atrioventicular, berkas pada His, atau kedua cabang berkas, seluruhnya terletak di antara atria dan bilik jantung. 2. Beberapa ratus species hewan terutama yang hidup di perairan seperti ikan memiliki organ penghasil listrik, namun hanya sedikit yang dapat menghasilkan daya listrik yang kuat. Organ penghasil listrik yang dimiliki oleh kebanyakan ikan tersusun dari sel saraf dan sel otot yang telah mengalami perubahan penting. Kemampuan hewan-hewan ini untuk menghasilkan listrik biasanya digunakan untuk melindungi diri dari predatornya sehingga predatornya mersakan kejutan dan pergi meninggalkan mangsanya tersebut. Selain digunkan untuk melindungi diri dari predatornya, listrik statis tersebut digunakan juga dalam hal mencari makanan, dengan adanya listrik ini dapat melimpuhkan mangsanya. Contoh hewan tersebut adalah Belut Listrik dan Hiu Martil

12

DAFTAR PUSTAKA Giancolli,D.C.2001, Fisika, Jilid 1. Jakarta: Erlangga Subratha, Nyoman. 2008. BIOFISIKA. Singaraja : Universitas Pendidikan Ganesha.

13

Anda mungkin juga menyukai