Anda di halaman 1dari 4

IRSA The 4th IRSA Institute & the 23rd PRSCO Conference (PRSCO 2013) halaman 2 LOKAKARYA NASIONAL

lokakarya nasional Capacity Building to Sustain Peace and Integration halaman 2 PENTINGNYA MITIGASI BENCANA Indonesia menyimpan segudang ancaman bahaya geologi halaman 4 RESENSI BUKU Konsultasi publik merupakan metode dan cara baru dalam proses perumusan halaman 4

SMART CITY merupakan sebuah konsep dimana.... halaman 3

NEWSLETTER

TATARUANG PERTANAHAN
MEDIA INFORMASI BIDANG TATA RUANG DAN PERTANAHAN EDISI 1 / JANUARI 2014

Tingkatkan Kawasan Terbuka Hijau


lingkungan mutlak dilakukan karena laju pembangunan permukiman telah mengabaikan keseimbangan lingkungan. Salah satu yang dapat dilakukan yakni menambah ruang terbuka hijau di pusatpusat kota. Peneliti tata ruang dari IPB, Ernan Rustiandi, mengatakan, ruang terbuka hijau (RTH) punya fungsi lingkungan hidup (LH), sosial, estetika, budaya, dan ekonomi. Fungsi RTH di bidang LH sebagai resapan air dan melindungi kawasan dari bencana. Dari fungsi sosial, RTH menjadi tempat interaksi publik serta pemenuhan hak masyarakat mendapatkan lingkungan bersih dan segar. Dari segi estetika, RTH mempercantik suatu kawasan, enak dipandang, dan meneduhkan hati. Dari fungsi budaya, RTH adalah warisan generasi sebelumnya untuk anak cucu. Terakhir, dari fungsi ekonomi, RTH seperti hutan kota, bisa dipakai untuk mendapatkan pendapatan dari jasa lingkungan, seperti ekowisata. Fungsi yang tidak tergantikan dari RTH ialah fungsi LH. Fungsi lainnya bisa tergantikan dengan bangunan, struktur, atau bentuk lain. Untuk itu, keberadaan RTH menjadi mutlak untuk perlindungan kawasan, kata Ernan. Menyadari nilai penting RTH, menjelang akhir tahun 2013, DPRD DKI Jakarta mengesahkan Peraturan Daerah tentang Rencana Detail Tata Ruang (RDTR) dan Peraturan Zonasi. Salah satu bagian dari perda tersebut adalah penambahan RTH 6 % hingga tahun 2030. Namun demikian, mahalnya harga lahan menjadi tantangan tersendiri yang harus dihadapi. Baru 9,8% ruang terbuka hijau yang ada di Jakarta, untuk mencapai 30% perlu usaha serius dalam pembangunan ruang terbuka hijau setiap tahunnya. Tahun 2013, tidak ada penambahan ruang terbuka hijau karena kesulitan mencari lahan. Tahun ini harus lebih serius mencari lahan untuk dibebaskan terutama di kawasan rawan banjir.

Salah satu RTH yang ada di Jakarta Bencana alam yang terjadi di sejumlah wilayah di Indonesia merupakan bukti rusaknya lingkungan. Saat ini, saatnya pemerintah provinsi, kabupaten, dan kota berani merevitalisasi lingkungan antara lain dengan mengembalikan fungsi sungai dan membangun lebih banyak daerah hijau di wilayahnya. Bencana banjir yang terjadi di beberapa wilayah di Indonesia merupakan akibat dari lingkungan tidak terpelihara dan sungai kehilangan fungsi. Revitalisasi lingkungan berisiko, tetapi harus berani. Kembalikan fungsi (daerah aliran) sungai dari lokasi permukiman dan industri, ungkap Jusuf Kalla. Revitalisasi

T: 012 345 6789

E: trp@bappenas.go.id

WWW.TATARUANGPERTANAHAN.COM

Lokakarya Nasional
Jakarta, (15/1), UN-Habitat bersama para stakeholder berbagi pengalaman dan pembelajaran dari salah satu program yang bernaung di bawah European Union Aid to Uprooted People (AUP) dalam lokakarya nasional Capacity Building to Sustain Peace and Integration dengan fokus pembahasan Realisasi Hak atas Tanah dan Rumah untuk Masyarakat di Daerah Tertinggal: Masukan dari Indonesia Timur untuk RPJMN 20152019. Dalam paparannya, Wakil Menteri PPN / Wakil Kepala Bappenas Lukita Dinarsyah Tuwo mengatakan bahwa RPJMN 2015-2019 sangat kritikal disebabkan adanya bonus demografi penduduk usia produktif. Dirinya juga menyatakan harapannya agar pengalaman dan

Capacity Building to Sustain Peace and Integration


masukan dari lokakarya nasional ini dapat direplikasikan ke daerah lain. Lokakarya nasional tersebut juga dihadiri oleh Direktur Tata Ruang dan Pertanahan, Bapak Oswar Mungkasa, yang menjadi salah satu pembicara dengan paparan mengenai Kebijakan Penetapan Tanah Adat. Selain itu hadir pula Pelapor Khusus Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) untuk Hak atas Perumahan yang layak, Raquel Rolnik dan Kepala Kerjasama Delegasi Uni Eropa untuk Indonesia, Brunei Darussalam dan ASEAN, Frank Viault. Lokakarya nasional ini menghasilkan beberapa kesimpulan terkait kebijakan pertanahan, sanitasi, air bersih, dan hak bertempat tinggal dan bermukim. Bentuk tanggung jawab kolektif ini tidak hanya mengantarkan hasil, tapi juga menunjukkan kontribusi dari Indonesia Timur dalam merancang RPJMN 20152019, ujar Kemal Taruc, UN-Habitat Programme. Selain sebagai masukan terhadap penyusunan rancangan Rencana Pemerintah Jangka Menengah Nasional (RPJMN) 2015-2019 yang saat ini tengah berlangsung di bawah koordinasi Kementerian PPN/Bappenas, hasil dari lokakarya nasional ini turut menanggapi temuan awal Pelapor Khusus PBB untuk Hak atas Perumahan yang Layak yang akan menyampaikan laporannya secara utuh pada Sidang Dewan Hak Asasi Manusia PBB di Jenewa bulan Maret 2014. Sumber: www.sindonews.com

IRSA International Conference 2013


Selain beliau, ada empat plenary speaker lain yang turut hadir, yakni Prof. Iwan Jaya Azis (Cornell University/ADB), Prof. Peter B. Dixon (Monash University), Prof. Piet Rietvield (VU University Amsterdam), dan Prof. Jichung Yang (President of PRSCO). Direktorat Tata Ruang dan Pertanahan mewakili BAPPENAS mempresentasikan paper mengenai Evaluasi Strategi Sertifikasi Tanah di Indonesia. Paper ini merupakan bagian dari kajian yang dilakukan oleh Direktorat Tata Ruang dan Pertanahan. Paper ini membahas singkat mengenai kepastian hukum hak atas tanah, untuk memberikan informasi yang berkaitan dengan tanah bagi para pemangku kepentingan, dan merupakan administrasi pertanahan suara sebagaimana diamanatkan oleh UndangUndang Pokok Agraria Nomor 5/1960 dan Peraturan Pemerintah Nomor 24/2007. Hal ini diyakini bahwa kepastian hukum atas tanah diperlukan untuk mengurangi konflik lahan.

Pada tanggal 2-4 Juli 2013, Direktorat Tata Ruang dan Pertanahan mewakili BAPPENAS untuk turut serta dalam The 4th IRSA Institute & the 23rd PRSCO Conference (PRSCO 2013), yang mengusung tema Green Growth and Global Recovery: A Regional Perspective. Konferensi ini diselenggarakan oleh Fakultas Ekonomi dan Bisnis, Universitas Padjadjaran yang bertempat di Hotel Asia Afrika Bandung. Konferensi ini merupakan agenda dua tahunan dari RSAI dan menjadi tempat bagi para ilmuwan regional dan peneliti dari berbagai disiplin ilmu yang berbeda dari negara-negara Pasifik dan sekitarnya, untuk berbagi hasil penelitian dan mendiskusikan topik terkini tentang aspek regional dari berbagai isu global. Menteri PPN/Bappenas Prof. Armida Alisjahbana menjadi plenary speaker utama sebagai perwakilan dari IRSA Indonesia.

Menuju Smart City


sensing (mengukur), understanding (mengetahui), hingga controlling (pengendalian). Smart city adalah sebuah impian dari publik semua negara di dunia. Berbagai macam data dan informasi yang berada disetiap sudut kota dapat dikumpulkan melalu sensor yang terpasang di setiap sudut kota, dianalisis dengan aplikasi cerdas, selanjutnya disajikan sesuai dengan kebutuhan pengguna melalui aplikasi yang dapat diakses oleh berbagai jenis gadget. Pada era yang akan datang, bisa dibayangkan bahwa kota kota yang termasuk Smart City dilengkapi fasilitas yang serba canggih dan bebasis IT. Selain teknologinya yang serba canggih SDM nya pun selalu up to date. Seperti negaranegara maju yang memang penataan kotakotanya sudah berbasis IT. Stasiun kereta api, Traffic light, jalan raya, bahkan pejalan kaki difasilitasi teknologi canggih. Smart city sendiri secara teoritis dapat dijabarkan melalui enam dimensi yakni smart economy, smart mobility, smart environment, smart people, smart living, dan smart governance. Enam dimensi itu berhubungan dengan teori regional dan neoklasik pertumbuhan dan pembangunan perkotaan tradisional. Dengan membangun secara perlahan demi perlahan, seharusnya konsep smart city tidak hanya menjadi sebuah konsep atau impian tetapi dapat diwujudukan dengan baik di salah satu kota di Indonesia. Konsep smart city secara sederhana adalah sebagai berikut (a) Sebuah kota berkinerja baik dengan berpandangan ke dalam ekonomi, penduduk, pemerintahan, mobilitas, lingkungan hidup; (b)Sebuah kota yang mengontrol dan mengintegrasi semua infrastruktur termasuk jalan, jembatan, terowongan, rel, kereta bawah tanah, bandara, pelabuhan, komunikasi, air, listrik, dan pengelolaan gedung. Dengan begitu dapat mengoptomalkan sumber daya yang dimilikinya serta merencanakan pencegahannya. Kegiatan pemeliharaan dan keamanan dipercayakan kepada penduduknya; (c) Smart City dapat menghubungkan infrastuktur fisik, infrastruktur IT, infrastruktur sosial, dan bisnis infrastruktur untuk meningkatkan kecerdasan kota; (d) Smart City membuat kota lebih efisien dan layak huni; (e) Penggunaan smart computing untuk membuat smart city dan fasilitasnya meliputi pendidikan, kesehatan, keselamatan umum, transportasi yang lebih cerdas, saling berhubungan dan efisien. Banyak faktor yang membuat smart city ini menjadi sukses di beberapa negara berkembang, selain inisiatif yang membuat smart city ini berhasil faktor lain yaitu: Manajemen dan Organisasi, Teknologi, Pemerintahan, Kebijakan, Masyarakat, Ekonomi, Infrastruktur dan, Lingkungan. Dengan adanya konsep Smart City yang berkembang saat ini, diharapkan ke depan dapat membawa perubahan yang besar dalam konsep tata ruang perkotaan, memberikan rasa aman dan kenyamanan bagi warga dan calon pendatang, serta solusi yang konkret bagi permasalahan urbanisasi, khususnya di kota-kota besar seperti Jakarta dan sekitarnya. (Dari berbagai sumber)

Smart City Banjir menjadi bencana tahunan yang tidak bisa dihindari. Kemacetan menjadi menu wajib setiap hari, tidak hanya di dalam kota namun sudah meluas ke pinggiran. Public transport bukannya menjadi kebanggaan, justru banyak menimbulkan keruwetan. Aksi kriminal jalanan menghiasi koran setiap hari. Permasalahan tersebut dapat dikurangi dengan penerapan teknologi di berbagai aspek kehidupan perkotaan. Salah satu konsep yang saat ini sedang berjalan yakni konsep Smart City. Smart citymemang masih menjadi barang asing di Indonesia. Namun, bukanlah mimpi yang tak terjangkau, pada saatnya nanti akan semakin popular dan nyata. Smart City adalah konsep pembangunan kota dari Jepang. Konsep itu merupakan pembangunan kota dengan teknologi, tujuannya untuk menyelesaikan masalah yang terjadi pada kota-kota besar untuk kaum urban. Smart city merupakan sebuh konsep dimana tidak hanya sekedar dapat membuat kehidupan manusia menjadi lebih baik, tetapi juga membuat kota menjadi lebih layak untuk ditinggali nantinya, kata Deputi Gubernur bidang Tata Ruang dan Lingkungan Hidup DKI, Sarwo Handayani, saat ditemui di Kediaman Resmi Kedutaan Besar Jepang, Konsep Smart City pada umumnya adalah suatu konsep bagaimana situasi kota bisa diketahui oleh pengelolanya, warganya, atau calon pendatang, sehingga kalau ada ketidakberesan di suatu kota, pemangku kepentingan bisa segera mengambil keputusan segera. Menurutnya, proses pengukuran, mulai dari mengetahui hingga antisipasi atau adaptasi akan bisa cepat jika dibantu dengan teknologi informasi dan komunikasi. Prosesnya merupakan urutan

Pentingnya Mitigasi Bencana


Sebagai negara yang beriklim tropis, tidak dapat dipungkiri Indonesia memiliki kekayaan alam melimpah dan pemandangan yang mempesona. Namun di sisi lain, Indonesia menyimpan segudang ancaman bahaya geologi karena letaknya merupakan bagian dari Cincin Api Pasifik (Ring of Fire). Meletusnya Gunung Sinabung di Kabupaten Karo, Sumatera Utara, sejak tiga bulan yang lalu (November 2013) memaksa kita untuk siap menghadapi berbagai bencana dengan membangun sistem penanggulangan yang disertai dengan peningkatan kewaspadaan. Sesuai dengan Pasal 1 ayat 6 PP No 21 Tahun 2008 Tentang Penyelenggaraan Penanggulangan Bencana, mitigasi bencana menjadi suatu aspek yang lebih diperhatikan. Didalam undang-undang ini dijelaskan bahwa penataan ruang wajib memperhatikan aspek kebencanaan yang berada di dalam suatu daerah dengan mengintegrasikan mitigasi bencana ke dalam rencana tata ruang nya tersebut. Berbagai kawasan rawan bencana alam seperti kawasan rawan letusan gunung berapi, kawasan rawan gempa bumi, kawasan rawan tanah longsor,dan lainnya diarahkan menjadi suatu kawasan lindung. Pada dasarnya kebencanaan merupakan suatu aspek yang tidak dapat terpisahkan dengan ilmu perencanaan wilayah dan kota. Berada di wilayah dengan potensi bencana sangat dahsyat membuat Indonesia harus memiliki sistem manajemen bencana terpadu dan terintegrasi untuk meminimalisasi dampak dari risiko yang ditimbulkan, mencakup hubungan antara komponenkomponen ancaman (hazard), kerentanan (vulnerability), dan kemampuan dalam mengelola ancaman. Salah satu elemen terpenting dalam siklus manajemen bencana adalah upaya mitigasi bencana, berupa mitigasi struktural serta mitigasi non struktural. Peran perencanaan tata ruang dalam pengurangan resiko bencana telah banyak diusulkan dalam praktik perencanaan baik di negara-negara maju maupun negaranegara berkembang. Tata ruang secara khusus memiliki kemampuan untuk mengurangi kerentanan yang terdapat di dalam suatu wilayah. Dimulai dari tahap perencanaan, pemanfaatan, hingga pengendalian, secara tidak langsung memang diarahkan untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat melalui pengembangan suatu sektor ekonomi, namun tetap selaras dengan kondisi lingkungan dengan maksud menghindari dampak-dampak negatif yang mungkin terjadi dari pengembangan ekonomi terhadap kondisi lingkungan. Pembangunan yang tidak mengindahkan aspek kebencanaan akan dapat berakibat pada besarnya resiko bencana yang timbul, seperti pembangunan permukiman dan lokasi pariwisata di sepanjang pantai berpotensi terkena dampak tsunami. Penggunaan lahan dapat digunakan sebagai salah satu upaya mitigasi. Tujuan utama dari pengaturan penggunaan lahan adalah untuk mengurangi resiko dampak bencana pada aktivitas dan properti masyarakat serta infrastruktur

MEMFASILITASI KONSULTASI PUBLIK


Resensi: Konsultasi publik merupakan metode dan cara baru dalam proses perumusan dan penentuan kebijakan. Dikatakan metode baru karena menggunakan metode terbuka dan partisipatif dalam merancang dan memutuskan sebuah kebijakan. Istilah konsultasi publik menjadi populer dengan berkembangnya proses-proses partisipatif dalam dalam penentuan kebijakan dan perumusan/ penyusunan peraturan perundangundangan yang akan berdampak pada warga negara. Buku panduan ini memaparkan apa dan bagaimana konsultasi publik digunakan sebagai salah satu metode partisipatif dalam merancang dan memutuskan sebuah kebijakan. Konsultasi publik tidak lain adalah musyawarah antara warganegara dan pemerintah untuk mencarai cara terbaik dalam memecahkan sesuatu, Melalui konsultasi publik relasi antara warga negara dan pemerintah dikembangkan menjadi hubungan yang lebih erat, sejajar dan saling memerlukan satu sama lain. Pemerintah akan tampil sebagai pemimpin yang reformis dan aspiratif, sementara warga negara akan memiliki forum alternatif yang konstruktif dalam menyampaikan aspirasi dan gagasan. Buku panduan ini diharapkan dapat bermanfaat bagi kalangan warga negara mengenai cara memanfaatkan peluang dan akses keterlibatan dalam perumusan kebijakan melalui konsultasi publik, sedangkan bagi pemerintah diharapkan dapat menjadi salah satu sumber mengenai bagaimana pengelolaan dan pelaksanaan konsultasi publik yang lebih partisipatif.

Judul Buku: MEMFASILITASI KONSULTASI PUBLIK Refleksi Pengalaman Penyusunan Rancangan Peraturan Pemerintah tentang Tahapan, Tata Cara Penyusunan, Pengenalian, dan Evaluasi Pelaksanaan Rencana Pembangunan Daerah (RPP T2CP2EPRPD).

Penyusun: Yuna Farhan, dkk Penerbit : FPPM Bandung Jumlah halaman: 168

Untuk informasi lebih lanjut silakan hubungi kami:


DIREKTORAT TATA RUANG DAN PERTANAHAN, BAPPENAS Jalan Taman Suropati No. 2A Gedung Madiun Lt. 3 T : 021 F : 012 345 6789 E : trp@bappenas.go.id W: www.trp.or.id

Anda mungkin juga menyukai