0 penilaian0% menganggap dokumen ini bermanfaat (0 suara)
75 tayangan20 halaman
Dugaan Pelanggaran Pelaksanaan Pileg 2014 (Ronny Bako)
Peningkatan kemampuan Pengawasan maritim di Asia Tenggara (Rizki R)
Anak dalam Kampanye Parpol (Herlina A)
Rencana Akuisisi BN (Hilma)
Koalisi menjelang Pileg (Dewi S)
Dugaan Pelanggaran Pelaksanaan Pileg 2014 (Ronny Bako)
Peningkatan kemampuan Pengawasan maritim di Asia Tenggara (Rizki R)
Anak dalam Kampanye Parpol (Herlina A)
Rencana Akuisisi BN (Hilma)
Koalisi menjelang Pileg (Dewi S)
Dugaan Pelanggaran Pelaksanaan Pileg 2014 (Ronny Bako)
Peningkatan kemampuan Pengawasan maritim di Asia Tenggara (Rizki R)
Anak dalam Kampanye Parpol (Herlina A)
Rencana Akuisisi BN (Hilma)
Koalisi menjelang Pileg (Dewi S)
Info Singkat 2009, Pusat Pengkajian, Pengolahan Data dan Informasi (P3DI) Sekretariat Jenderal DPR RI www.dpr.go.id ISSN 2088-2351 Kajian Singkat terhadap Isu-Isu Terkini DUGAAN PELANGGARAN PENYELENGGARAAN PEMILU LEGISLATIF 2014 Ronny Bako*) Abstrak Penyelenggaraan pemilu legislatif telah dilaksanakan sesuai yang ditetapkan pada hari Rabu 9 April 2014 di seluruh daerah pemilihan, termasuk di luar negeri. Pasca-selesainya pesta demokrasi lima tahunan ini, banyak komentar masyarakat tentang tingkat keberhasilan penyelenggaraan pemilu legislatif. Hal ini dapat dimaklumi mengingat pelaksanaan pemilu legislatif belum dapat diselenggarakan secara bersamaan pada hari yang telah ditentukan. Masih terjadi hambatan penyelenggaraan pemilu legislatif, termasuk dugaan pelanggaraan pemilu legislatif. Maraknya dugaan pelanggaran ini mencerminkan belum terencananya kegiatan pemilu legislatif oleh badan penyelenggara pemilu. Pendahuluan Pesta pemilihan umum legislatif (pileg) 2014 telah diselenggarakan Rabu 9 April 2014 dengan aman dan tertib tetapi masih terjadi dugaan pelanggaran terhadap penyelenggaraan pemilu. Banyak pihak yang mengkritisi penyelenggaraan pileg, baik dari partai politik (parpol) peserta pemilu, calon legislatif (caleg) dari parpol, Komisi Nasional Hak Asasi Manusia (Komnas HAM), media massa, dan lain-lain. Komnas HAM berpandangan bahwa penyelenggaraan pileg tersebut masih terjadi pelanggaran terhadap kelompok rentan (kalangan penyandang disabilitas, penghuni panti jompo dan warga usia lanjut) yang tidak dapat mengikuti pesta demokrasi ini. Hal ini berbeda dengan pernyataan Menko Polhukham yang mengatakan penyelenggaraan pileg berjalan aman dan lancar walaupun masih terjadi beberapa penundaan pemungutan suara karena masalah transportasi ke daerah pemilihan (dapil). Hingga Rabu 9 April 2014 pukul 22.00 WIB, menurut Komisioner Komisi Pemilihan Umum (KPU), Arif Budiman terdapat surat suara tertukar di 20 provinsi yang tersebar di 517 Tempat Pemungutan Suara (TPS) pada 77 kabupaten/kota. Pelaksanaan penyelenggaraan pileg di beberapa daerah ditunda karena alasan tertentu, atau ada di beberapa TPS ditunda pelaksanaan pemungutan suara karena ada beberapa surat suara tertukar dengan TPS lain *) Peneliti Utama bidang konstitusi pada Pusat Pengkajian Pengolahan Data dan Informasi (P3DI) Sekretariat Jenderal DPR RI, e-mail : ronny.bako@dpr.go.id - 2 - dalam satu dapil. Parpol tertentu mengindikasikan adanya kecurangan sistematis dalam penyelenggaraan pileg. Koordinator Pemantauan Kemitraan mengatakan bahwa berdasarkan laporan dari 1.602 orang pemantau pemilu masih terjadi praktek politik uang. Hal ini juga didasarkan laporan Badan Pengawas Pemilu (Bawaslu) Jakarta yang telah menerima 7 laporan politik uang yang terjadi di dapil Jakarta. Dugaan pelanggaran pileg juga dilakukan secara sengaja baik oleh tim sukses ataupun caleg yang bersangkutan dengan memberi sejumlah uang ataupun barang yang bersifat natura kepada orang-orang di dapil caleg yang bersangkutan. Hal ini dapat dibuktikan oleh tuntutan para caleg untuk meminta kembali pemberian kepada orang-orang tersebut setelah pada caleg tidak mendapatkan suara yang diharapkan. Terjadinya dugaan pelanggaran pileg juga diakibatkan oleh lemahnya sistem distribusi logistik. Hal ini pula yang mengakibatkan terjadinya kesalahan atas surat suara yang tidak tepat di TPS ataupun keterlambatan surat suara di sejumlah TPS di daerah.
Tipologi Pelanggaran Pileg 2014 Maraknya dugaan pelanggaran pileg mencerminkan bahwa belum siap sepenuhnya badan penyelenggara pileg untuk menyelenggarakan kegiatan pileg 2014. Jangka waktu 18 bulan untuk menpersiapkan penyelenggaraan pileg 2014 masih belum efektif sehingga tidak heran masih terjadi dugaan pelanggaran pileg tahun 2014. Ada beberapa tipologi yang menyebabkan terjadinya pelanggaran pileg 2014, antara lain: 1) kurangnya sosialisasi pileg; 2) lemahnya sistem distribusi; 3) lemahnya pengawasan dalam perhitungan suara; dan 4) pemberian politik uang. Tiga bentuk pelanggaran pileg merupakan kelemahan dari badan penyelenggara pemilu dan pelanggaran terakhir akibat ketidaksiapan para caleg. Kurangnya Sosialisasi Pileg 1. Pelanggaran pileg juga terjadi karena lemahnya sosialisasi pelaksanaan pileg. Hal ini tampak ada banyaknya kelompok rentan seperti warga usia lanjut, penghuni panti jompo, dan penyandang disabilitas yang tidak dapat mengikuti pelaksanaan pileg. Konsekuensinya tingkat partisipasi dari kelompok rentan tersebut relatif rendah. Kurangnya sosialisasi ini mengakibatkan sebagian masyarakat pemilih masih bingung menentukan pilihannya sehingga banyak orang yang tidak memilih didasarkan pilihan hati nuraninya. Berdasarkan fakta tersebut, dapat dikatakan KPU belum sepenuhnya menjalankan tugas dan wewenang KPU berdasarkan Pasal 8 ayat (1) huruf f pada UU No 15 Tahun 2011 tentang Badan Penyelenggara Pemilu. Berdasarkan ketentuan ini maka ketentuan atas tugas dan wewenang KPU menentukan tingkat keberhasilan pelaksanaan pileg 2014. Lemahnya Sistem Distribusi 2. Luasnya wilayah Indonesia yang terbagi atas 77 dapil yang tersebar di daerah daratan, pesisir dan daerah kepulauan, membuat sulitnya transportasi pengiriman barang logistik pemilu. Kondisi ini menyebabkan masih terjadi tertukarnya surat suara di sejumlah TPS dalam satu dapil atau terlambat datangnya surat suara di TPS tertentu. Permasalahan logistik ini juga mengakibatkan lambannya pelipatan surat suara untuk dapil yang bersangkutan yang dikelola oleh KPU Daerah setempat. Hal ini juga menyebabkan terlambatnya pengiriman surat suara terlipat ke TPS yang telah ditentukan. Lemahnya Pengawasan dalam Perhi- 3. tungan Suara Lemahnya pengawasan dalam perhitungan suara terjadi karena lambatnya penghitungan dan pengiriman hasil hitungan suara serta lamanya formulir C1 tersimpan di TPS. Akibatnya terjadi surat suara yang sudah dicoblos, rusak, dan terbuka. Di sisi lain masih lemahnya sikap KPU Daerah, Panitia Pemilihan Kecamatan (PPK) dan Panitia Pemungutan Suara (PPS) yang menutup diri atau tidak terbuka. Bahkan di Palembang Panwaslu menggrebek 11 petugas PPK dan PPS di kamar hotel dan terbukti menyimpan 130 amplop formulir C1 yang telah dirusak segelnya. Panwaslu sudah melaporkan kejadian ini ke kepolisian dan kejaksaan sebagai tindak pidana pemilu. Masih terjadinya pelanggaran dalam perhitungan suara salah satunya terjadi karena ada kerja sama dari para caleg dengan oknum PPK dan PPS atau ketidakpercayaan - 3 - dari caleg/tim sukses atas perhitungan suara tersebut. Dugaan pelanggaran pileg atas perhitungan suara ini ada yang bersifat pidana pemilu ada pelanggaran pileg karena ketidaksiapan caleg untuk 'kalah' dalam pileg 2014. Di masa mendatang perlu dipikirkan upaya menangkal manipulasi perhitungan suara melalui rekapitulasi elektronik. Saat ini Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi (BPPT) telah membuat aplikasi elektronik untuk memudahkan perhitungan suara dan pengawasan terhadap penghitungan suara melalui elektronik. Penggunaan teknologi ini dapat memenuhi akurasi data suara pemilu. Namun demikian, teknologi yang sudah tersedia belum dikembangkan sebagai acuan penyelenggaraan pileg. 4. Pemberian Politik Uang Para caleg dalam parpol tertentu bersaing dengan para caleg di parpolnya sendiri atau caleg di luar parpol yang bersangkutan. Persaingan para caleg dalam dapil yang bersangkutan terjadi karena kursi legislatif sangat terbatas dan sudah ditetapkan dalam UU, misalnya jumlah kursi di DPR sebanyak 560 orang, akibatnya para caleg bersaing antar- caleg di parpolnya sendiri ataupun bersaing dengan para caleg di luar parpol caleg yang bersangkutan. Untuk mendapatkan suara tersebut, segala cara dan upaya dilakukan oleh para caleg. Upaya mendapatkan simpati dari orang- orang di dapilnya dilakukan oleh tim sukses atau caleg melalui iklan atau baliho. Upaya ini masih dirasakan kurang ampuh oleh para caleg sehingga melalui tim suksesnya para caleg melakukan upaya untuk dapat membeli suara dari orang-orang di dapilnya melalui pemberian uang ataupun benda yang bersifat natura. Pada kenyataannya upaya 'membeli' suara tidak cukup berhasil untuk mendapatkan kursi di dapilnya. Fenomena para caleg dan tim sukses untuk melakukan upaya membeli suara ini mencerminkan bahwa para caleg tidak mempersiapkan diri untuk bertarung dalam pileg ini. Ketidaksiapan ini terjadi karena para caleg hanya menjual nama caleg dan nomor caleg pada partai yang bersangkutan dan tidak menjual program yang ditawarkan kepada orang-orang di dapilnya. Perilaku para caleg atau tim suksesnya untuk tidak memberikan politik uang atau pemberian benda yang bersifat natura sudah diatur dalam UU No 8 Tahun 2012 tentang Pemilu Legislatif Anggota DPR, DPD dan DPRD jo Peraturan KPU No. 15 Tahun 2013 tentang Pedoman Pelaksanaan Kampanye Pemilu Anggota DPR, DPD dan DPRD. Bila dilihat ketentuan hukum tersebut, pelanggaran berupa melakukan pemberian uang oleh para caleg dapat dikenai sanksi administratif dan pidana. Untuk itu perlu ketegasan dari penegak hukum untuk menindaklanjuti laporan Bawaslu terhadap para caleg dan tim suksesnya yang melakukan dugaan pelanggaran politik uang tersebut. Penutup Pesta demokrasi pileg telah dilaksanakan 9 April 2014 tetapi belum seluruh tahapan pileg selesai dilakukan karena memakan wukLu sumpuI dIumumkunnyu cuIeg dehnILII bulan Mei mendatang. Pada penyelenggaraan Pileg 2014 masih terjadi dugaan pelanggaran pileg baik yang bersifat pidana ataupun administratif. Masih terjadinya pelanggaran ini menandakan bahwa badan penyelenggara pemilu belum melaksanakan tugas dan wewenang sebagaimana diatur dalam UU No 15 Tahun 2011. Mengingat para caleg sangat berkepentingan terhadap terpilihnya mereka sebagai anggota legislatif, banyak cara yang dilakukan oleh para caleg atau melalui tim suksesnya untuk memperoleh suara dari rakyat di dapilnya. Akibatnya banyak tindakan tidak terpuji dilakukan oleh yang bersangkutan. Terhadap tindakan tidak terpuji ini seharusnya Bawaslu atau Panitian Pengawas Pemilu (panwaslu) bisa mengantisipasinya dan perlu menindaklanjuti pelanggaran sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan. Mengingat pesta demokrasi pileg diselenggarakan setiap lima tahun, para penyelenggara pemilu dan bawaslu perlu mempersiapkan diri lebih baik dibandingkan penyelenggaran pemilu sebelumnya. Terhadap para caleg yang berlomba untuk mendapatkan suara dari masyarakat di dapilnya maka seharusnya para caleg lebih mempersiapkan diri lebih baik dan berlapang dada apabila yang bersangkutan tidak terpilih sebagai anggota - 4 - legislatif. Rujukan 1. Undang-Undang Nomor 15 Tahun 2011 tentang Penyelenggara Pemilu. 2. Undang-Undang Nomor 8 Tahun 2012 tentang Pemilihan Umum Anggota DPR, DPD dan DPRD. 3. Rawan Jual Beli Suara, Kompas, 9 April 2014, hal 3. 4. Praktik Politik Uang Meningkat, Kompas, 9 April 2014, hal 4. 5. Pemilu Legislatif : Hak Pilih Banyak Hilang, Kompas, 10 April 2014, hal 3. 6. Surat Suara Tertukar, Kompas, 10 April 2014, hal 5. 7. Surat Suara Tertukar di 14 Provinsi, Media Indonesia, 10 April 2014, hal 1. 8. Surat suara Sudah Dicoblos, Media Indonesia, 10 April 2014, hal 5. 9. Serangan Fajar Marak, Media Indonesia, 10 April 2014, hal 6. 10. Banyak Pemilih Yang Terabaikan, Media Indonesia, 11 April 2014, hal 5. 11. Sebagian TPS di 14 Provinsi Adakah Pemilihan Ulang, Media Indonesia, 11 April 2014, hal 5 12. Surat Dicoblos Sebelum Pemilu, Kompas, 11 April 2014, hal 4. 13. Hak Pilih: Kompas HAM Temukan Pelanggaran, Kompas, 11 April 2014, hal 5. 14. Rekapitulasi Elektronik: Upaya Menangkal Manipulasi, Kompas, 11 April 2014, hal 14. 15. Menko Polkam : Pelaksanaan Pemilu Aman, Suara Pembaruan, 11 April 2014, hal A4. 16. Politik uang Terbukti Masih Terjadi, Suara Pembaruan, 11 April 2014, hal A4 17. Surat Suara Tertukar di 20 Provinsi, Suara Pembaruan, 11 April 2014, hal A4. 18. Pelanggaran Pemilu: Tindak Tegas Oknum Pelaku, Kompas, 12 April 2014, hal 4 19. Pemilu Legislatif: Banyak Temuan Indikasi Curang, Kompas, 13 April 2014, hal 2. 20. Politik Uang Dimulai Dari Elite, Kompas, 16 April 2014, hal 1. - 5 - Vol. VI, No. 08/II/P3DI/April/2014 HUBUNGAN INTERNASIONAL Info Singkat 2009, Pusat Pengkajian, Pengolahan Data dan Informasi (P3DI) Sekretariat Jenderal DPR RI www.dpr.go.id ISSN 2088-2351 Kajian Singkat terhadap Isu-Isu terkini PENINGKATAN KEMAMPUAN PENGAWASAN MARITIM DI KAWASAN ASIA TENGGARA Rizki Roza*) Abstrak Negara-negara di kawasan Asia Tenggara harus menghadapi berbagai ancaman keamanan maritim, baik tradisional maupun non-tradisional. Kondisi ini mendorong sejumlah negara di kawasan untuk mengupayakan peningkatan kemampuan pengawasan maritim, dan bahkan mendorong Amerika Serikat (AS) dan Jepang untuk memberikan bantuan. Bantuan tersebut dapat memberi manfaat besar namun juga dapat meningkatkan ketegangan di kawasan sehingga harus disikapi dengan hati-hati. Pendahuluan Beberapa waktu lalu, Kementerian Pertahanan Australia mengumumkan pemecatan Kapten Angkatan Laut Australia, Laksamana Madya Ray Giggs, dan enam perwira lainnya terkait tindakan indisipliner karena berlayar terlalu dekat ke Indonesia. Pelanggaran wilayah itu terjadi saat angkatan laut Australia sedang dalam misi menghadang dan mengembalikan kapal-kapal yang ditumpangi para pencari suaka ke Indonesia. Kebijakan Australia untuk menghentikan penyelundupan manusia tersebut telah memperkeruh hubungan Indonesia-Australia yang sedang terganggu akibat masalah penyadapan yang dilakukan Australia terhadap sejumlah petinggi Indonesia. Selain itu, insiden yang bagi Indonesia merupakan suatu pelanggaran kedaulatan negara, juga mencerminkan masih lemahnya kemampuan pengawasan maritim Indonesia. Insiden pelanggaran wilayah yang dilakukan Australia tersebut merupakan contoh nyata bagaimana persoalan keamanan maritim dapat secara langsung mempengaruhi hubungan antar-negara. Isu penyelundupan manusia hanya salah satu dari berbagai persoalan keamanan maritim yang harus dihadapi negara-negara di kawasan Asia Tenggara. Kondisi ini menunjukkan bahwa peningkatan kemampuan pengawasan maritim tidak hanya penting untuk menghadapi berbagai ancaman keamanan maritim, tetapi juga untuk menghindari kemungkinan *) Peneliti Muda Bidang Masalah-masalah Hubungan Internasional pada Pusat Pengkajian, Pengolahan Data dan Informasi (P3DI) Setjen DPR RI, e-mail: rizki.roza@dpr.go.id - 6 - terjadinya insiden yang berkaitan. Tulisan singkat ini akan mengulas sejumlah persoalan keamanan maritim yang dihadapi negara- negara di kawasan Asia Tenggara dan bagaimana kemampuan negara-negara Asia Tenggara untuk menjaga keamanan maritim di kawasan. Isu-isu Keamanan Maritim Asia Tenggara Persoalan keamanan maritim dewasa ini menjadi salah satu perhatian masyarakat internasional. Isu keamanan maritim mencakup persoalan keselamatan navigasi dan kejahatan transnasional seperti perompakan, penyelundupan manusia, dan terorisme maritim. Isu keamanan non-tradisional lainnya seperti keamanan lingkungan maritim, dan bahkan search and rescue di laut juga menjadi cakupan isu keamanan maritim. Kawasan Asia Tenggara yang didominasi wilayah perairan tentunya juga harus menghadapi berbagai bentuk ancaman dan tantangan keamanan maritim. Hingga saat ini, negara-negara Asia Tenggara masih harus menghadapi sejumlah isu keamanan tradisional yang dapat mengancam keamanan maritim kawasan. Beberapa negara-negara di kawasan Asia Tenggara terlibat dalam sengketa perbatasan maritim, baik bilateral maupun multilateral. Persoalan tumpang tindih klaim di Laut China Selatan (LCS) yang melibatkan beberapa negara Asia Tenggara dan China yang akhir-akhir ini cenderung asertif, merupakan persoalan utama yang dapat mengancam keamanan maritim kawasan. Sengketa perbatasan teritorial maupun perbatasan maritim di Asia Tenggara tidak jarang berujung pada insiden-insiden di lapangan yang jika tidak dikelola dengan baik maka tidak hanya berpotensi merusak hubungan dua negara tetapi dapat juga memicu terjadinya perang terbuka. Tidak hanya itu, ancaman keamanan non-tradisional juga harus dihadapi oleh negara-negara di kawasan. Keamanan lingkungan maritim menjadi perhatian negara- negara pantai di kawasan Asia Tenggara, terutama Indonesia dan Malaysia. Kedua negara menghadapi ancaman pembuangan limbah ilegal dan penyebab pencemaran laut lainnya. Pencemaran laut merupakan ancaman bagi industri perikanan, pariwisata, serta habitat laut. Dengan meningkatnya lalu lintas pelayaran di kawasan ini, sementara masih lemahnya kemampuan pengawasan maritim maka ancaman terhadap keamanan lingkungan maritim juga akan terus meningkat. Aktivitas bajak laut, meskipun cenderung mengalami penurunan, masih merupakan gangguan keamanan maritim di kawasan. Kegiatan penyelundupan melalui laut, termasuk penyelundupan manusia, narkotika, dan senjata memiliki sejarah panjang di kawasan, dan masih terjadi hingga saat ini. Kawasan Asia Tenggara juga rentan terhadap potensi bencana alam maritim sebagaimana bencana tsunami yang melanda kawasan pada 2004 dan badai Nargis yang menghantam Myanmar pada 2008. Berkaitan dengan kegiatan penangkapan ikan ilegal, Indonesia merupakan negara di kawasan yang paling dirugikan. Upaya-upaya untuk mengamankan sumber daya perikanan tidak jarang memicu insiden, baik antara aparat penegak hukum dengan para pencuri ikan, ataupun antar-sesama penegak hukum dari dua negara bertetangga. Kemampuan Pengawasan Maritim di Asia Tenggara Dihadapkan pada berbagai ancaman keamanan maritim, baik tradisional maupun non-tradisional, negara-negara di kawasan Asia Tenggara dituntut untuk memiliki kemampuan pengawasan maritim yang memadai. Potensi konIk dI CS merupukun suIuI suLu IukLor yang mendorong beberapa negara di kawasan untuk meningkatkan kekuatan angkatan lautnya, sementara beberapa negara lainnya meningkatkan pengawasan maritim untuk menghadapi ancaman keamanan maritim non- tradisional. Mengalami pertumbuhan ekonomi yang cukup baik dalam beberapa dekade terakhir memungkinkan Vietnam untuk menaikkan unggurun perLuIununnyu securu sIgnIhkun. Vietnam melakukan modernisasi kekuatan angkatan lautnya, baik dengan membangun kapal perang baru, peremajaan kapal yang sudah ada, serta melakukan modernisasi jaringan radar pengawas pantainya. Pertimbangan pertumbuhan ekonomi maritimnya dan sengketa LCS menjadi prioritas dalam penyusunan kebijakan pertahanan Vietnam. Modernisasi yang tengah dijalankan Vietnam mendorong dikembangkannya kemampuan untuk melaksanakan operasi militer di kawasan maritim Vietnam. Selain itu, Vietnam juga berusaha meningkatkan kapabilitas Marine Police, termasuk memperkuat elemen udaranya melalui pengadaan sejumlah pesawat patroli maritim. Meningkatnya ketegangan di wilayah sengketa LCS tampaknya juga mempengaruhi arah kebijakan pertahanan Filipina. Berbagai ancaman terhadap kepentingan maritimnya - 7 - telah mendorong Filipina untuk meningkatkan kemampuan angkatan laut dan udara. Sejak menjabat Presiden Filipina pada Juli 2010, Benigno Aquino III berkomitmen untuk memodernisasi angkatan bersenjata Filipina, baik untuk tujuan pertahanan teritorial maupun misi penanggulangan bencana. Dalam program modernisasi Aquino, angkatan bersenjata Filipina akan dilengkapi armada pesawat modern untuk melaksanakan patroli maritim mengawasi teritori maritim dan zona ekonominya. Sekalipun ketegangan di LCS bukan faktor utama yang mendorong modernisasi militernya, Malaysia juga berupaya meningkatkan kemampuan pengawasan maritim. Pengadaan sejumlah kapal patroli maritim menjadi bagian penting upaya Malaysia untuk memperbaharui alutsista- nya. Demikian pula halnya dengan Brunei Darussalam, modernisasi kekuatan militer yang dilakukannya hampir tidak terpengaruh oleh peningkatan ketegangan di LCS. Perkembangan ancaman-ancaman non-tradisional lebih menjadi pertimbangan kebijakan peningkatan kekuatan militer Brunei. Melindungi sumber daya maritim di mana Brunei menggantungkan perekonomiannya menjadi bagian penting dari kebijakan pertahanan Brunei. Indonesia, sebagai konsekuensi Konvensi Hukum Laut 1982, memiliki kewajiban untuk menyediakan alur laut kepulauan untuk dapat dilalui oleh kapal dan pesawat asing. Indonesia juga berkewajiban untuk menjamin keselamatan dan keamanan maritim bagi kapal dan pesawat udara yang menggunakan tiga Alur Laut Kepulauan Indonesia yang telah ditetapkan. Dengan demikian, peningkatan kemampuan pengawasan maritim sangat penting bagi Indonesia untuk melaksanakan kewajiban internasionalnya. Penguatan armada kapal patroli dan penjaga perbatasan maritim menjadi salah satu prioritas program modernisasi alat utama sistem persenjataan yang sedang dilakukan Indonesia. Pentingnya keamanan maritim Asia Tenggara juga telah mendorong negara-negara di kawasan membangun kerangka kerja sama untuk merespon ancaman-ancaman keamanan maritim. Keamanan maritim ditempatkan sebagai salah satu elemen penting ASEAN Security Community. Melalui kerangka ASEAN Maritime Forum, negara-negara di kawasan membahas langkah-langkah untuk menghadapi persoalan pembajakan, perampokan bersenjata, lingkungan kelautan, penangkapan ikan ilegal, serta penyelundupan barang, manusia, senjata, dan narkotika. Persoalan- persoalan keamanan maritim juga dibahas negara-negara anggota ASEAN bersama negara lainnya yang berkepentingan melalui kerangka ASEAN Regional Forum. Tidak hanya melalui dua forum ini, negara-negara anggota ASEAN juga mengembangkan kerjasama dengan negara-negara mitra, misalnya melalui ASEAN- EU Experts Meeting on Maritime Security, ASEAN-Japan Maritime Port and Transport Security, dan sebagainya. Bantuan Peningkatan Pengawasan Maritim Peningkatan kemampuan pengawasan maritim negara-negara Asia Tenggara tidak hanya penting bagi negara bersangkutan, tetapi juga penting bagi negara lain yang memiliki kepentingan atas keamanan maritim kawasan. The Yomiuri Shimbun memberitakan bahwa AS dan Jepang bermaksud untuk bersama-sama membantu negara-negara anggota ASEAN untuk memperkuat kemampuan pengawasan maritim mereka. Hal ini tidak dapat dipisahkan dengan upaya untuk meredam ambisi maritim China di kawasan. Dengan membantu negara- negara anggota ASEAN meningkatkan kapabilitas penjaga pantai dan organisasi terkait lainnya, AS dan Jepang berharap agar negara-negara tersebut juga akan memiliki kemampuan yang lebih baik dalam merespon bencana alam. Kerja sama AS-Jepang tersebut dikabarkan akan mencakup pengadaan kapal patroli, bantuan pelatihan personel penjaga pantai dan organisasi lainnya yang relevan, dan bantuan membangun kerangka kerja sama berbagi informasi yang berkaitan dengan kapal perompak dan kapal-kapal yang mencurigakan lainnya. AS dan Jepang sendiri meyakini bahwa dengan membantu meningkatkan kemampuan negara-negara anggota ASEAN dalam melakukan pengawasan maritim, akan memberikan manfaat pada kepentingan kedua negara di kawasan. Peningkatan kemampuan maritim Vietnam dan Filipina merupakan bagian penting untuk meredam perkembangan kemampuan maritim China, berkaitan dengan sengketa di LCS. Sementara itu, peningkatan kemampuan pengawasan maritim Indonesia dan Malaysia memiliki arti penting bagi pengamanan jalur pelayaran yang digunakan oleh kapal-kapal tanker dari Timur Tengah ke Asia Timur yang sering mendapat gangguan perompak. Peningkatan kemampuan pengawasan maritim negara-negara anggota ASEAN akan membantu mengamankan jalur pelayaran yang vital bagi AS dan Jepang. - 8 - Penutup Negara-negara di kawasan Asia Tenggara, termasuk Indonesia harus menyikapi bantuan ini dengan hati-hati. Komitmen AS dan Jepang ini dapat memberi manfaat besar bagi negara-negara di kawasan yang memang tengah berupaya melakukan peningkatan kemampuan pengawasan maritim. Namun di sisi lain, bantuan ini dapat juga meningkatkan ketegangan berkaitan dengan kecenderungan China yang sensitif akan keterlibatan negara dari luar kawasan atas isu sengketa LCS. Menjadi tugas DPR RI untuk mengingatkan pemerintah agar tetap secara konsisten turut berkontribusi dalam upaya-upaya penyelesaian sengketa LCS dengan cara-cara damai, sementara juga memanfaatkan berbagai kerja sama internasional yang bermanfaat bagi upaya Indonesia meningkatkan kemampuan pengawasan maritim dengan tanpa mengganggu stabilitas kawasan. Rujukan IISS, 1. The Military Balance 2009, London: International Institute for Strategic Stud- ies, 2009. IISS, 2. The Military Balance 2013, London: International Institute for Strategic Stud- ies, 2013. Japan, U.S. to help ASEAN monitor 3. seas, http://the-japan-news.com/news/ article/0001221995 diakses tanggal 19 April 2014. Kapten AL Australia dipecat karena me- 4. nyusup ke Indonesia, http://www.bbc. co.uk/indonesia/dunia/2014/04/140417_ komandan_angkatan_laut_australia.sht- ml, diakses tanggal 19 April 2014. Kebijakan sekoci keruhkan hubun- 5. gan Indonesia-Australia, http:// www. bbc. co. uk/i ndonesi a/ber i t a_ indonesia/2014/02/140206_suaka_seko- ci.shtml diakses tanggal 19 April 2014. Kwa Chong Guan & John K. Skogan, 6. Mari- time Security in Southeast Asia, New York: Routledge, 2007. Malaysian Defence Modernisation, Asian 7. Military Review, http://www.asianmili- taryreview.com/malaysian-defence-mod- ernisation/ diakses tanggal 19 April 2014. Richard D. Fisher, Jr., Defending the Phil- 8. ippines: Military Modernization and the Challenges Ahead, East and South China Seus BuIIeLIn , ILLp:JJwww.cnus.orgJhIesJ documents/publications/CNAS_ESCS_ bulletin3.pdf diakses tanggal 19 April 2014. Walter S. Bateman, Naval Modernisa- 9. tion and Southeast Asias Security, http:// ro.uow.edu.au/cgi/viewcontent.cgi?article =1851&context=lhapapers diakses tanggal 19 April 2014. Walter S. Bateman, Regional Maritime 10. Security: Threats and Risk Assessments, http://ro.uow.edu.au/cgi/viewcontent.cgi ?article=1423&context=lawpapers diakses tanggal 19 April 2014. - 9 - Vol. VI, No. 08/II/P3DI/April/2014 KESEJAHTERAAN SOSIAL Info Singkat 2009, Pusat Pengkajian, Pengolahan Data dan Informasi (P3DI) Sekretariat Jenderal DPR RI www.dpr.go.id ISSN 2088-2351 Kajian Singkat terhadap Isu-Isu terkini ANAK DALAM KAMPANYE PARTAI POLITIK Herlina Astri*) Abstrak Dalam setiap rangkaian kegiatan tahapan pemilu, masalah pelibatan anak-anak dalam kampanye selalu menjadi perdebatan yang tidak jelas arah solusinya. Banyak partai politik berdalih bahwa pelibatan anak-anak dalam kampanye merupakan bagian dari pendidikan politik untuk mereka. Padahal ada banyak cara untuk memberilcn pendidilcn politil lepcdc cncl cn lebih ejeltij dcn ejsien. Pendidilcn politik pada anak sejak dini seharusnya mampu menanamkan nilai-nilai dasar demokrasi, kejujuran, toleransi, dan saling menghargai perbedaan kepada generasi penerus bangsa Indonesia. Pendahuluan Pemilihan umum (pemilu) sering disebut sebagai pesta rakyat. Salah satu kegiatan yang dilakukan menyambut pemilu adalah kampanye partai politik. Keberhasilan suatu kampanye umumnya diukur dari seberapa banyak massa yang berhasil dilibatkan. Hal ini menyebabkan partai politik berusaha untuk menggalang massa sebanyak-banyaknya, termasuk dengan melibatkan anak-anak dalam kampanye tersebut. Faktanya, ada partai politik yang memang merencanakan pelibatan anak- anak tetapi ada juga yang tanpa perencanaan. Keterlibatan anak-anak dalam kampanye terbuka di Pemilu 2014 ini pun bervariasi. Komisi Perlindungan Anak Indonesia (KPAI) mengungkapkan setidak-tidaknya ada 15 modus pelanggaran kampanye yang dilakukan parpol dengan melibatkan anak, antara lain: (1) memanipulasi data anak yang belum berusia 17 tahun dan belum menikah agar bisa terdaftar sebagai pemilih; (2) menggunakan tempat bermain anak, tempat penitipan anak, atau tempat pendidikan untuk kegiatan kampanye terbuka; (3) memobilisasi massa anak oleh partai politik atau caleg; (4) menggunakan anak sebagai penganjur atau juru kampanye untuk memilih partai atau caleg tertentu; (5) menampilkan anak sebagai bintang utama dari suatu iklan politik; (6) menampilkan anak di atas panggung kampanye parpol dalam bentuk hiburan; (7) menggunakan anak untuk memasang atribut-atribut parpol; (8) menggunakan anak untuk melakukan pembayaran kepada pemilih dewasa dalam praktik politik uang oleh parpol atau caleg; (9) mempersenjatai anak atau memberikan benda tertentu yang membahayakan dirinya atau orang lain; (10) memaksa, membujuk *) Peneliti Muda Kerja Sosial bidang Kesejahteraan Sosial Pusat Pengkajian, Pengolahan Data dan Informasi (P3DI) Setjen DPR RI. Email: herlina.astri@gmail.com - 10 - atau merayu anak untuk melakukan hal-hal yang dilarang selama kampanye, pemungutan suara, atau penghitungan suara; (11) membawa anak ke arena kampanye terbuka yang membahayakan anak; (12) melakukan tindakan kekerasan atau yang dapat diartikan sebagai tindak kekerasan dalam kampanye, pemungutan suara, atau perhitungan suara (misalnya mengecat lambang parpol di bagian tubuh anak); (13) melakukan pengucilan, penghinaan, intimidasi, atau tindakan- tindakan diskriminatif kepada anak yang orang tua atau keluarganya berbeda atau diduga berbeda pilihan politiknya; (14) memprovokasi anak untuk memusuhi atau membenci caleg atau parpol tertentu; dan (15) melibatkan anak dalam sengketa hasil perhitungan suara. Sejak kampanye pemilu legislatif terbuka dilaksanakan pada tanggal 16 Maret 2014, KPAI mencatat 248 kasus pelanggaran penyalahgunaan anak dalam kampanye terbuka partai politik. Badan Pengawas Pemilihan Umum (Bawaslu) juga menemukan pelanggaran administrasi yang dilakukan semua partai politik terkait pelibatan anak- anak dalam kampanye menjelang Pemilu Legislatif 2014. Bawaslu berharap Komisi Pemilihan Umum (KPU) dapat menjatuhkan sanksi yang tegas atas pelanggaran tersebut. Tanggung Jawab Siapa? Peraturan KPU Nomor 15 Tahun 2013 Pasal 32 huruf (k) menegaskan larangan memobilisasi warga negara Indonesia yang belum memiliki hak pilih, termasuk melibatkan anak-anak dalam kampanye. Hanya saja, ketentuan tersebut tidak menyatakan sanksi yang tegas sehingga Bawaslu kesulitan dalam menegakkan aturan. Menurut Bawaslu, KPU selama ini hanya bisa mengenakan sanksi administratif kepada partai yang melakukan penyalahgunaan anak dalam kampanye. Terkait hal itu, maka KPAI seharusnya dapat berada di garda terdepan dalam memidanakan kasus-kasus tersebut. Dalam aturan lain, pelibatan anak- anak dalam politik masih bersifat kabur, misalnya dalam Undang-undang No. 8 Tahun 2012 tentang Pemilu Anggota DPR, DPD dan DPRD yang memang tidak disebutkan secara terperinci bahwa anak-anak dilarang ikut berkampanye. Namun, Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2002 tentang Perlindungan Anak (UUPA), telah mengatur bahwa setiap anak berhak memperoleh pelindungan dari penyalahgunaan dalam kegiatan politik, sengketa bersenjata, kerusuhan sosial, peristiwa berunsur kekerasan dan peperangan. Pasal 87 UUPA tersebut misalnya, berbunyi: "Setiap orang yang secara melawan hukum merekrut atau memperalat anak untuk kepentingan militer sebagaimana dimaksud dalam Pasal 63 atau penyalahgunaan dalam kegiatan politik atau pelibatan dalam sengketa bersenjata atau pelibatan dalam kerusuhan sosial atau pelibatan dalam peristiwa yang mengandung unsur kekerasan atau pelibatan dalam peperangan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 15 dipidana dengan pidana penjara paling lama 5 (lima) tahun dan/atau denda paling banyak Rp 100.000.000,00 (seratus juta rupiah)." Terlihat jelas bahwa melibatkan anak- anak dalam rangkaian kegiatan kampanye pemilu merupakan permasalahan serius dan pelanggarnya bisa dipidanakan. Hal ini bukan saja karena telah terjadi pelanggaran terhadap hak anak namun juga karena para caleg atau parpol yang melakukan pelanggaran ini merupakan calon pejabat negara. Diasumsikan jika proses kampanye saja mereka telah melanggar, apalagi jika mereka telah mendapatkan kedudukannya. Selain itu, peran orang tua juga sangat dibutuhkan dalam mengantisipasi terjadinya pelibatan anak-anak dalam kampanye- kampanye parpol. Banyak orang tua yang dengan sengaja melibatkan anak-anak dalam kampanye beralasan jika orang tua turut serta dalam kampanye maka tidak ada yang menjaga anak di rumah. Hal ini cukup memprihatinkan karena orang tua secara sadar tidak mempertimbangkan keselamatan anaknya, justru melibatkan mereka untuk ambil bagian sebagai peserta kampanye. Semestinya orang tua dapat berbagi tugas, misalnya: jika ayah ikut serta dalam kampanye maka sebaiknya ibu menjaga anaknya di rumah dan sebaliknya, atau orang tua dapat menitipkan anaknya di tempat kerabat lain yang tidak menjadi peserta kampanye. Namun demikian, kadang- kadang pertimbangan ekonomi mendasari keputusan orang tua dalam melibatkan anak-anak karena kehadiran mereka turut dihitung sebagai penerima kompensasi atau biaya pengganti transoprtasi oleh parpol yang menyelenggarakan kampanye. Pendidikan Politik bagi Anak Meskipun telah terbukti melibatkan anak-anak dalam kampanye, namun demikian masih banyak politisi mengatakan bahwa ini merupakan salah satu cara untuk memberikan - 11 - pendidikan politik pada anak sejak dini. Dalam konteks ini, perlu dipahami bahwa memang benar setiap anak berhak dan wajib mendapatkan pendidikan politik namun sebaiknya disesuaikan dengan usia mereka dan mengedepankan prinsip-prinsip pelindungan anak. Kampanye terbuka yang lebih banyak dilakukan di area terbuka (outdoor) tentunya memberIkun dumpuk kurung buIk bugI hsIk dun psikis anak. Selain faktor cuaca dan suhu udara yang tidak dapat dikendalikan, kemungkinan lain yang harus diperhitungkan adalah terjadinya keributan di tengah-tengah massa yang berkampanye. Belum lagi jika mereka menyaksikan kampanye yang melibatkan tindakan pelanggaran hukum, misalnya konvoi dengan simpatisan yang naik ke atas mobil, konvoi motor tanpa menggunakan pelindung kepala, dan lain sebagainya. Beberapa pelanggaran hukum atau aturan ketertiban yang dilihat oleh anak-anak tersebut tanpa kita sadari akan menimbulkan pemahaman yang keliru pada anak tentang perilaku dalam berkampanye. Mereka dapat saja meniru perilaku-perilaku orang-orang dewasa dalam berorasi yang tidak patut dicontoh. Jika demikian, kita tidak dapat menyimpulkan bahwa pelibatan anak-anak dalam kampanye merupakan bentuk pendidikan politik sejak dini bagi mereka. Ketua Komnas Perlindungan Anak (Komnas PA) menilai bahwa pendidikan politik untuk anak dapat dilakukan dengan mengajarkan nilai-nilai dasar demokrasi berupa sikap saling menghargai atau menyampaikan pendapat di rumah, sekolah, atau tempat lainnya. Dengan demikian, bentuknya tidak harus disampaikan melalui media kampanye terbuka tetapi dapat dilakukan dengan simulasi di sekolah melalui media mendongeng, menggambar, menyanyi, dan bermain. Pendidikan politik pada anak juga dapat dilakukan dengan memasukan nilai- nilai dari politik itu sendiri ke dalam pelajaran baik secara formal maupun informal. Salah satu bentuk pendidikan politik yang konkrit dilakukan anak-anak di usia mereka adalah melakukan pemilihan ketua kelas. Dalam pemilihan tersebut terdapat satu nilai politik yaitu nilai persaingan. Nilai ini dapat disisipkan dalam kurikulum pendidikan anak yang juga disandingkan dengan simulasi. Guru maupun para orang tua harus menjelaskan dengan baik kepada anak-anaknya bahwa dalam kehidupan sebuah persaingan itu adalah wajar. Setiap permainan selalu ada persaingan untuk mendapatkan kemenangan. Namun demikian, hal yang perlu ditekankan pada anak bahwa dalam bersaing harus menjunjung nilai-nilai kejujuran, fair play, dan rasa toleransi yang tinggi. Contoh lain yang diperoleh anak melalui pendidikan politik adalah mereka harus diberi pemahaman untuk tidak bersikap curang, misalnya tidak mencontek saat mengerjakan ujian. Jika setiap anak diajarkan nilai- nilai berpolitik yang baik maka diharapkan ketika mereka benar-benar menjalankan politik praktis nilai-nilai tersebut akan tetap dibawa dan diimplementasikan. Hal ini akan memberikan dampak positif pada kondisi perpolitikan di Indonesia yang selama ini dipandang negatif oleh masyarakat Indonesia karena praktik politik yang salah dalam mendapatkan kekuasaan. Perlu diingat bahwa merubah paradigma buruk dan keapatisan orang-orang dewasa dan tua terhadap politik merupakan hal yang sulit dilakukan. Setidaknya kita harus berusaha menyelamatkan anak-anak yang akan menjadi pewaris kepemimpinan bangsa ini dalam berpolitik sehingga Indonesia menjadi lebih baik. Penutup Keterlibatan semua pihak untuk proaktif dalam pengawasan hak-hak anak sangat dibutuhkan untuk mewujudkan kepentingan terbaik bagi mereka. Perlu dilakukan perubahan cara pandang bahwa melibatkan anak-anak dalam kampanye bukan merupakan pendidikan politik yang baik bagi mereka. Parpol dan politisi wajib menghargai penegakan hak-hak mereka dengan mengedepankan asas pelindungan anak. Terkait pendidikan politik bagi anak sebenarnya dapat dilakukan sejak dini melalui lingkungan sekolah dengan menyisipkan nilai-nilai politik dalam mata pelajaran yang diberikan. Ini merupakan IungkuI yung IebII eIekLII dun ehsIen unLuk memberikan pemahaman tentang politik pada anak. Selain itu, masyarakat, terutama para orang tua, harus disadarkan tentang pentingnya menghindarkan anak dari aktivitas politik selama masa kampanye. Beberapa hal yang dapat dilakukan untuk mengantisipasi pelibatan anak-anak dalam kampanye antara lain: (1) Mewajibkan parpol yang sedang berkampanye untuk menyediakan area khusus yang dapat digunakan sebagai tempat penitipan anak sementara (daycare for election). Hal ini dapat dilakukan secara mandiri oleh parpol atau bekerja sama dengan penyedia layanan daycare, dengan tetap - 12 - mengedepankan kepentingan terbaik untuk mereka; (2) Melakukan pengawasan rekam jejak caleg terkait riwayat pelindungan anak, kekerasan terhadap anak, dan kepedulian caleg terhadap pelindungan anak; (3) Menindak tegas parpol yang melibatkan anak-anak hanya untuk sekadar memperbanyak massa di lokasi kampanye; (4) Mengevaluasi pelibatan anak- anak dalam kampanye pemilihan legislatif sebagai bahan pembelajaran bagi semua pihak agar tidak terjadi lagi pengulangan pelanggaran pada pemilihan presiden di bulan Juli 2014 mendatang. Terkait hal tersebut, maka Dewan Perwakilan Rakyat (DPR) sebagai lembaga legislatif memiliki peran yang cukup besar dalam penyelenggaraan pendidikan politik bagi anak. Melalui peran dan wewenangnya, DPR dapat mempertegas kebijakan terkait pelibatan anak-anak dalam kampanye atau merumuskan kebijakan pendidikan politik bagi anak usia dini. Implementasi dari kebijakan-kebijakan terkait anak dalam politik harus selalu dalam pengawasan sehingga saat terjadi pelanggaran dapat diambil tindakan tegas sesuai peraturan perundang-undangan yang berlaku. Rujukan Peraturan Komisi Pemilihan Umum Nomor 1. 15 Tahun 2013. Undang-undang Nomor 23 Tahun 2002 2. tentang Perlindungan Anak. Keliru, Pendidikan Politik Anak Melalui 3. Kampanye, http://sinarharapan.co/news/ read/140319025/keliru-pendidikan-poli- tik-anak-melalui-kampanye, diakses tang- gal 11 April 2014. Anak Jangan Dieksploitasi untuk Kam- 4. panye Pemilu, http://www.hukumonline. com/berita/baca/hol21129/anak-jangan- dieksploitasi-untuk-kampanye-pemilu, di- akses tanggal 2 april 2014. 15 cara Parpol manfaatkan anak-anak 5. untuk meraup suara terbanyak, http:// www.lensaindonesia.com/2014/01/17/15- cara-parpol-manfaatkan-anak-anak-un- tuk-meraup-suara-terbanyak.html, diakses tanggal 11 april 2014. Pelibatan Anak Dominasi Pelanggaran 6. Kampanye Pemilu, http://www.kabar3. com/news/2014/03/pelibatan-anak-dom- inasi-pelanggaran-kampanye-pemilu#. UzuxgCgQ_IU, diakses tanggal 3 april 2014. Tak Mau Ditertawakan, Bawaslu Enggan 7. Pidanakan Pelibatan Anak dalam Kam- panye, http://nasional.kompas.com/ read/2014/03/25/1936107/Tak.Mau.Di- tertawakan.Bawaslu.Enggan.Pidanakan. Pelibatan.Anak.dalam.Kampanye, diakses tanggal 3 april 2014. Pelibatan anak dalam kampanye tidak 8. mendidik, http://pemilu.sindonews.com/ read/2014/03/19/113/845898/pelibatan- anak-dalam-kampanye-tidak-mendidik, diakses tanggal 3 april 2014. Bawaslu: Semua Parpol Melanggar 9. terkait Pelibatan Anak dalam Kampa- nye, http://nasional.kompas.com/ read/2014/03/18/1152027/Bawaslu.Se- mua.Parpol.Melanggar.Terkait.Pelibatan. Anak.dalam.Kampanye, diakses tanggal 15 April 2014. 248 Kasus Pelibatan Anak Selama Kampa- 10. nye, http://nasional.kontan.co.id/news/ ada-248-kasus-pelibatan-anak-selama- kampanye http://nasional.kontan.co.id/ news/ada-248-kasus-pelibatan-anak-se- lama-kampanye, diakses tanggal 17 April 2014. - 13 - Vol. VI, No. 08/II/P3DI/April/2014 EKONOMI DAN KEBIJAKAN PUBLIK Info Singkat 2009, Pusat Pengkajian, Pengolahan Data dan Informasi (P3DI) Sekretariat Jenderal DPR RI www.dpr.go.id ISSN 2088-2351 Kajian Singkat terhadap Isu-Isu terkini RENCANA AKUISISI BANK TABUNGAN NEGARA Hilma Meilani*) Abstrak Pemerintah melalui Kementerian Badan Usaha Milik Negara (BUMN) berencana melepas kepemilikan sahamnya di PT. Bank Tabungan Negara Tbk (BTN). Pemerintah saat ini memegang 60,14% saham BTN. PT. Bank Mandiri Tbk disebut-sebut sebagai calon kuat pembeli BTN. Rencana Bank Mandiri untuk mengakuisisi BTN tersebut dilakukan dalam rangka penguatan sektor keuangan untuk menghadapi Masyarakat Ekonomi ASEAN (MEA) 2015 dan integrasi sektor perbankan ASEAN pada tahun 2020, serta untuk mendukung BTN agar tetap dapat menyalurkan kredit perumahan bagi masyarakat menengah bawah. Pemerintah perlu memperhatikan dampak positif dan negatif dari rencana akusisi tersebut dan menjamin bahwa proses tersebut harus mengikuti ketentuan yang berlaku. Pendahuluan Pemerintah melalui Kementerian Badan Usaha Milik Negara (BUMN) berencana melepas kepemilikan sahamnya di PT. Bank Tabungan Negara Tbk (BTN). Langkah tersebut rencananya akan diputuskan dalam Rapat Umum Pemegang Saham Luar Biasa (RUPSLB) pada tanggal 21 Mei 2014. Surat Kementerian BUMN Nomor SR- 161/MBU/04/2014 tanggal 11 April 2014 yang ditujukan kepada Direktur Utama BTN meminta kepada perseroan untuk menambahkan agenda RUPSLB perseroan yang akan diselenggarakan bulan Mei mendatang. Agenda tersebut menyangkut persetujuan prinsip atas perubahan pemegang saham perseroan. Saat ini komposisi pemegang saham BTN terdiri dari Pemerintah Indonesia sebesar 60,14%, badan usaha asing sebesar 25,45%, dan sisanya atau 4,41% terdiri dari perseorangan, karyawan, reksadana, dana pensiun, asuransi, koperasi dan perseroan terbatas. PT. Bank Mandiri Tbk disebut-sebut sebagai calon kuat pembeli BTN. Menteri BUMN Dahlan Iskan menjelaskan bahwa salah satu tujuan utama Bank Mandiri mengakuisisi saham BTN adalah untuk memperbesar kapasitas BTN karena selama ini kapasitas BTN sangat kecil dalam membiayai pembangunan perumahan rakyat; hampir setiap tahunnya BTN kekurangan biaya untuk 1,5 juta unit rumah (backlog). Cara yang dianggap paling efektif untuk menyelamatkan BTN adalah dengan memakai BUMN untuk memperkuat BTN. BUMN yang dapat memperkuat BTN terdiri dari dua pihak, yaitu Bank Mandiri dan PT. Bank Rakyat Indonesia Tbk (BRI) karena dua bank tersebut merupakan bank besar. Berdasarkan rapat internal BUMN akhirnya diputuskan Bank Mandiri yang mengakuisisi BTN. Dengan skenario ini, terdapat tiga keuntungan yang akan diperoleh. Pertama, Bank Mandiri akan menjadi bank besar mengalahkan bank-bank *) Peneliti Muda bidang Ekonomi dan Kebijakan Publik pada Pusat Pengkajian Pengolahan Data dan Informasi (P3DI) Setjen DPR RI, e-mail: hilma.meilani@dpr.go.id - 14 - yang ada di Malaysia, Filipina dan Thailand; kedua, Kapasitas BTN akan semakin kuat dan besar; dan ketiga, Bank Mandiri bisa melayani perusahaan-perusahaan besar. Dalam rangka menghadapi Masyarakat Ekonomi ASEAN (MEA) 2015 dan integrasi sektor keuangan pada tahun 2020, akan banyak bermunculan perusahaan- perusahaan besar yang membutuhkan bank besar sebagai pusat pembiayaan. Jika Indonesia tidak mempunyai bank besar maka perusahaan tersebut akan memakai bank asing. Berdasarkan data Otoritas Jasa Keuangan (OJK), sampai Januari 2014, di Indonesia terdapat 120 bank umum dengan total aset Rp4.480,4 triliun dan total dana yang disalurkan sekitar Rp4.768,5 triliun. Total nilai aset tersebut lebih kecil dari posisi Desember 2013 sebesar Rp4.954,4 triliun. Ketentuan tentang Akuisisi Menurut Pasal 1 butir 11 Undang-Undang Nomor 40 Tahun 2007 tentang Perseroan Terbatas, akuisisi atau pengambilalihan adalah perbuatan hukum yang dilakukan oleh badan hukum atau orang perseorangan untuk mengambil alih saham perseroan yang mengakibatkan beralihnya pengendalian atas perseroan tersebut. Pengambilalihan dilakukan dengan cara pengambilalihan saham yang telah dikeluarkan dan/atau akan dikeluarkan oleh perseroan melalui Direksi Perseroan atau langsung dari pemegang saham. Kegiatan akuisisi bagi BUMN selain harus merujuk pada UU No. 40 Tahun 2007, juga wajib memperhatikan ketentuan UU No. 19 Tahun 2003 tentang Badan Usaha Milik Negara dan Peraturan Pemerintah No. 43 Tahun 2005 tentang Penggabungan, Peleburan, Pengambilalihan dan Perubahan Bentuk Badan Hukum Badan Usaha Milik Negara. Selain itu, khusus bagi perseroan terbatas yang bergerak sebagai perusahaan publik atau emiten di pasar modal, akuisisi diatur dalam Keputusan Ketua Badan Pengawas Pasar Modal dan Lembaga Keuangan No. KEP-259/BL/2008 tentang Pengambilalihan Perusahaan Terbuka. Bagi pelaku usaha perbankan, akuisisi juga harus memperhatikan ketentuan Peraturan Pemerintah Nomor 28 Tahun 1999 tentang Merger, Konsolidasi dan Akuisisi Bank. Akuisisi dapat dilakukan atas inisiatif bank yang bersangkutan, atas permintaan OJK dan atau inisiatif badan khusus dan wajib memperoleh izin dari OJK. Akuisisi bank hanya dapat dilakukan dengan persetujuan Rapat Umum Pemegang Saham (RUPS) bagi bank yang berbentuk perseroan terbatas. Akuisisi bank juga wajib memenuhi ketentuan mengenai penyertaan modal oleh bank yang diatur oleh Bank Indonesia dalam Peraturan Bank Indonesia Nomor 14/24/PBI/2012 tanggal 26 Desember 2012 tentang Kepemilikan Tunggal pada Perbankan Indonesia. Pokok kebijakan kepemilikan tunggal adalah bahwa setiap pihak hanya dapat menjadi Pemegang Saham Pengendali (PSP) pada satu bank umum di Indonesia. Kinerja Keuangan BTN dan Bank Pemerintah Lainnya Pada tahun 2013, Bank Mandiri mencatat pertumbuhan laba sebesar 17,39% dibandingkan tahun 2012, pertumbuhan laba BRI sebesar 14,23%, pertumbuhan laba PT. Bank Negara Indonesia Tbk (BNI) sebesar 28,37%, sedangkan BTN mencatat pertumbuhan laba sebesar 14,71%. Kinerja keuangan empat bank milik Pemerintah tersebut tercantum dalam Tabel 1. Sepanjang tahun 2013, BTN berhasil menunjukkan kinerja positif. Hal ini ditandai dengan peningkatan laba bersih menjadi Rp1,56 trillun dibandingkan dengan perolehan laba tahun 2012 sebesar Rp1,36 trilliun. Dana Pihak Ketiga (DPK) atau total simpanan tumbuh 19,23% menjadi Rp96,21 triliun dibandingkan periode sebelumnya sebesar Rp80,69 trilliun, sementara Non-Performing Loan (NPL) Net turun menjadi 3,04% dibandingkan tahun 2012 sebesar 3,12%. Tabel 1. Kinerja Keuangan Bank Pemerintah (dalam Triliun Rupiah) No. Uraian Mandiri BRI BNI BTN 2012 2013 2012 2013 2012 2013 2012 2013 1 Total Aset 635,62 733,10 551,34 626,18 333,30 386,65 111,75 131,17 2 Total Pinjaman dan Pembiayaan 388,83 472,44 350,76 434,32 200,74 250,64 81,41 100,47 3 Total Simpanan 482,91 556,34 450,17 504,28 257,66 291,89 80,69 96,21 4 Ekuitas/Modal 75,76 88,79 64,88 79,33 43,52 47,68 10,28 11,58 5 Laba Bersih 16,04 18,83 18,69 21,35 7,05 9,05 1,36 1,56 6 Earning Per Share, Rp 664,46 780,16 757,26 865,22 378 486 148 148 7 Capital Adequacy Ratio (CAR) 15,48% 14,93% 16,95% 16,99% 16,67% 15,09% 17,69% 15,62% 8 NPL (Gross) 1,74% 1,60% 1,78% 1,55% 2,80% 2,20% 4,09% 4,05% 9 NPL (Net) 0,37% 0,37% 0,34% 0,31% 0,60% 0,80% 3,12% 3,04% 10 Net Interest Margin (NIM) 5,68% 5,58% 8,42% 8,55% 5,90% 6,10% 5,83% 5,44% 11 Return on Equity (ROE) 27,23% 27,31% 38,66% 34,11% 20,00% 22,50% 18,23% 16,05% 12 Return on Assets (ROA) 3,55% 3,66% 5,15% 5,03% 2,90% 3,40% 1,94% 1,79% 13 Loan to Deposit Ratio (LDR) 77,66% 82,97% 79,85% 88,54% 77,50% 85,30% 100,90% 104,42% Sumber: Laporan Keuangan Bank - 15 - Di antara empat bank milik Pemerintah, BTN memiliki total aset dan ekuitas paling kecil, sedangkan Bank Mandiri memiliki total aset dan ekuitas yang terbesar di tahun 2013. Laba bersih Bank Mandiri tahun 2013 naik menjadi Rp18,83 trillun dibandingkan dengan laba tahun 2012 sebesar Rp16,04 trilliun. DPK tumbuh 15,21% menjadi Rp556,34 triliun dibandingkan tahun 2012 sebesar Rp482,91 trilliun, NPL Net sebesar 0,37% atau sama dengan tahun 2012. Sampai akhir tahun 2013 rasio kepemilikan modal atau CAR BTN sebesar 15,62%, turun dari 17,69% di tahun 2012. Rasio modal ini terus menurun sampai di akhir Februari 2014 yang berada di kisaran 12%. Pertumbuhan kredit BTN hanya 23,41% lebih rendah dari target 25%. CAR juga turun karena turunnya nilai obligasi yang membuat cadangan meningkat sementara laba menyusut. Sementara CAR Bank Mandiri 14,93%, turun dari 15,48% di tahun 2012. Nilai CAR tersebut masih berada diambang batas CAR yang ditetapkan oleh Bank Indonesia sebesar 14% Berdasarkan data per semester I tahun 2013, BTN menguasai 23% pangsa pasar kredit pemilikan rumah (KPR). Di pasar KPR bersubsidi, BTN menguasai pangsa 94% dari realisasi total program fasilitas likuiditas pembiayaan perumahan Kementerian Perumahan Rakyat per Juni 2013, sedangkan Bank Mandiri menguasai 10% pangsa pasar KPR. Tabel 2. Pangsa Pasar Kredit Perumahan Per Juni 2013 No. Nama Bank Pangsa Pasar (%) 1. Bank Tabungan Negara 23 2. Bank Central Asia 18 3. Bank Negara Indonesia 11 4. Bank Mandiri 10 5. CIMB Niaga 7 6. Bank Rakyat Indonesia 4 7. Lainnya 27 Sumber: Bank Indonesia; Koran Tempo Bank Mandiri merupakan bank pemerintah terbesar di Indonesia dengan bisnis inti Bank Mandiri adalah pada kredit korporasi, sedangkan BTN unggul pada kredit perumahan. Rencana akuisisi BTN oleh Mandiri diharapkan akan membuat BTN semakin unggul dalam sektor kredit perumahan dengan dukungan modal dari Bank Mandiri. Sementara itu, Bank Mandiri akan mendapat keunggulan tambahan pada sektor perumahan untuk melengkapi pendapatan dari kredit di sektor korporasi sehingga menjadi penunjang bisnis bank tersebut. Respon atas Rencana Akuisisi BTN Rencana pembelian saham BTN milik pemerintah oleh Bank Mandiri menimbulkan pro dan kontra. Menteri Koordinator (Menko) Perekonomian Hatta Rajasa menyebutkan bahwa rencana akuisisi BTN belum pernah dibahas dalam rapat koordinasi. Menko Perekonomian sebagai ketua tim privatisasi seharusnya mendapat laporan aksi korporasi tersebut secara terperinci. Direktur Utama Bank Mandiri Budi Gunadi Sadikin mengatakan akuisisi yang akan dilakukan Bank Mandiri terhadap BTN merupakan bagian dari upaya mempersiapkan diri menghadapi MEA tahun 2015 dan integrasi sektor keuangan ASEAN tahun 2020. Pada tahun 2020 bank- bank nasional Indonesia akan berhadapan dengan bank-bank negara tetangga yang aset dan modalnya diperkirakan mencapai 10 sampai dengan 20 kali lipat dibandingkan bank-bank nasional di tahun 2020. Wakil Ketua Komisi XI DPR Harry Azhar Azis menyebutkan bahwa akuisisi BTN oleh bank BUMN lainnya harus mendapat izin dari DPR. Meskipun keputusan untuk menjual saham BTN harus melalui mekanisme RUPSLB perseroan yang akan diselenggarakan Mei mendatang, hasil RUPSLB tersebut tidak akan sah jika tidak mendapat izin DPR. Ketua Komisi VI DPR RI Airlangga Hartarto mengatakan bahwa pihaknya belum menerima usulan dari Kementerian BUMN terkait rencana akuisisi BTN. Tahapan ini perlu dilakukan karena sebelum meminta persetujuan RUPSLB, Kementerian BUMN harus lebih dahulu meminta izin kepada DPR. Bahkan sebelum tahapan ini berjalan, Kementerian BUMN juga harus mengajukan izin pada Komite Privatisasi yang terdiri atas Menko Perekonomian, Menteri Keuangan, dan menteri yang terkait dengan bisnis BUMN tersebut. Serikat Pekerja (SP) BTN menilai rencana pelepasan saham BTN oleh Pemerintah tidak transparan. Ketua Umum Dewan Pimpinan Pusat SP BTN Satya Wijayantara menilai prosedur akuisisi BTN tidak sesuai hukum dan aturan pemerintah tentang akuisisi, merger dan konsolidasi. Dalam Pasal 37 PP No. 37 Tahun 1999 disebutkan bahwa rencana akuisisi harus disampaikan 30 hari sebelum RUPS kepada karyawan. Selain itu, langkah akuisisi BTN dikhawatirkan akan berdampak pada pengurangan jumlah pegawai. Perbedaan visi dan misi antara BTN dan Bank Mandiri juga dapat menjadi masalah. Visi dan misi BTN difokuskan pada penyediaan pembiayaan perumahan untuk rakyat. Sementara itu, visi dan misi Bank Mandiri lebih ke arah komersial sehingga dikhawatirkan dapat menghambat program pembiayaan perumahan yang telah dilakukan BTN selama ini. Risiko lainnya adalah terhambatnya ketersediaan rumah bagi rakyat yang saat ini terjadi backlog. Kepala Pusat Studi Ekonomi dan Kebijakan Publik UGM Yogyakarta, Tony Prasetiantono, menilai bahwa dampak positif rencana akuisisi BTN oleh Bank Mandiri adalah tambahan - 16 - dukungan modal dari Bank Mandiri sehingga akan lebih leluasa melakukan ekspansi kredit. Sementara itu, dampak negatifnya adalah munculnya keresahan pegawai yang pada akhirnya dapat berdampak pada menurunnya semangat kerja karyawan. Pandangan lain disampaikan guru besar ekonomi Universitas Brawijaya, Ahmad Erani Yustika yang menilai dampak positif penyatuan BTN dan Bank Mandiri uduIuI ehsIensI IndusLrI perbunkun nusIonuI karena saat ini ada 120 bank yang beroperasi di Indonesia sehingga perlu dikurangi menjadi sekitar 80 bank. Akuisisi BTN oleh Bank Mandiri juga dapat memperkuat industri perbankan domestik. Dampak negatif dari kebijakan ini adalah kekhawatiran semakin tidak lagi fokusnya pembiayaan perumahan, terutama kepada masyarakat menengah bawah, karena core business Bank Mandiri adalah kredit korporasi. Erani berpendapat sebaiknya BTN tetap berdiri sendiri dan perlu diperkuat agar mampu melayani segmen KPR dengan lebih maksimal baik melalui penyertaan modal pemerintah, penerbitan obligasi, dan lain-lain karena pembiayaan perumahan harus ditangani dengan serius. Tujuan dilakukannya akuisisi oleh perusahaan adalah untuk mendapatkan upaya sinergi atau nilai tambah. Upaya sinergi ini merupakan kondisi di mana keadaaan secara keseluruhan lebih besar daripada jumlah masing-masing bagian, sehingga dengan dilakukannya akuisisi, sinergi dan nilai setelah akuisisi seharusnya melebihi jumlah nilai dari perusahaan-perusahaan secara terpisah sebelum akuisisi. Akuisisi akan memberikan dampak bagi semua stakeholders yang pada perusahaan pengakuisisi maupun perusahaan target akuisisi. Stakeholders yang harus diperhatikan dalam proses akuisisi adalah karyawan, pemegang saham minoritas, kreditur bank, dan nasabah/ masyarakat sebagai konsekuensi bahwa salah satu unsur terpenting dari akuisisi adalah fairness (adil) bagi semua pihak (stakeholders) sehingga proses ini dapat mencapai tujuan yang ditetapkan. Penutup Pemerintah berencana melepas kepemilikan sahamnya di BTN yang akan diputuskan dalam RUPSLB pada tanggal 21 Mei 2014. DPR perlu mendapatkan penjelasan dari pemerintah mengenai rencana akuisisi tersebut khususnya terkait dengan dampak positif dan negatif akuisisi ini. Pemerintah perlu mengikuti ketentuan hukum yang berlaku tentang akuisisi bank BUMN. Proses akusisi BTN harus memperhatikan UU tentang Perseroan Terbatas dan peraturan pelaksanaannya, serta ketentuan peraturan perundang-undangan di bidang perbankan, dan mengingat BTN adalah perusahaan publik, rencana akuisisinya perlu memperhatikan ketentuan di bidang Pasar Modal. Rencana akuisisi BTN diharapkan dapat mendorong kinerja bank dan sistem perbankan nasional, namun dalam melakukan akuisisi tersebut pemerintah perlu memperhatikan kepentingan bank, kreditor, pemegang saham minoritas, karyawan bank, kepentingan masyarakat dan persaingan yang sehat dalam usaha perbankan. Rujukan Akuisisi BTN Tunggu Restu, 1. Republika, 17 April 2014. Duet Mandiri-BTN Dominasi Kredit Pemer- 2. intah, Koran Tempo, 21April 2014. Konsolidasi Perbankan 10 Bank Akan Merg- 3. er, Bisnis Indonesia, 16 April 2014. Pemerintah Akan Jual Saham BTN ke 4. Mandiri, Koran Tempo, 16 April 2014. Pemerintah Segera Lepas BTN, 5. Republika, 16 April 2014. Rencana Akuisisi BTN oleh Mandiri Salahi 6. Prosedur, Koran Jakarta, 18 April 2014. Saham BTN Segera Dilego, 7. Bisnis Indone- sia, 16 April 2014. Terkesan Dipaksakan, Karyawan BTN 8. Ancam Mogok Nasional, Suara Pembaruan, 16 April 2014. Upaya Konsolidasi Perbankan, 9. Kompas, 19 April 2014. Zulmawan, W., 10. Panduan Praktis Merger atau Akuisisi Perusahaan, Jakarta: Penerbit Permata Aksara, 2013. BTN Bakal Jadi Motor Bisnis Perumahan 11. Bank Mandiri, http://properti.kompas. com/read/2014/04/21/1153469/BTN.Bakal. Jadi.Motor.Bisnis.Perumahan.Bank.Mandiri, diakses 12 April 2014. Ini Plus Minus Akuisisi BTN oleh Bank 12. MundIrI, ILLp:JJhnunce.deLIk.comJreudJz 014/04/17/144547/2558290/5/ini-plus-mi- nus-akuisisi-btn-oleh-bank-mandiri, diakses 17 April 2014. Jika BTN Diakuisisi Mandiri Ini Dampak 13. Negatifnya, http://www.skibum.info/jika- btn-diakuisisi-mandiri-ini-dampak-negatif- nya.html, diakses 18 April 2014. Akuisisi BTN Ancam Keberlangsungan KPR 14. Bersubsidi, http://wartaekonomi.co.id/ read/2014/04/21/28010/akuisisi-btn-an- cam-keberlangsungan-kpr-bersubsidi.html, diakses 21 April 2014. Dahlan: Akuisisi BTN oleh Bank Mandiri 15. Berpotensi Menghemat APBN, http://www. beritasatu.com/ekonomi/179338-dahlan- akuisisi-btn-oleh-bank-mandiri-berpotensi- menghemat-apbn.html, diakses 22 April 2014. - 17 - Vol. VI, No. 08/II/P3DI/April/2014 PEMERINTAHAN DALAM NEGERI Info Singkat 2009, Pusat Pengkajian, Pengolahan Data dan Informasi (P3DI) Sekretariat Jenderal DPR RI www.dpr.go.id ISSN 2088-2351 Kajian Singkat terhadap Isu-Isu terkini KOALISI MENJELANG PEMILU PRESIDEN 2014 DALAM SISTEM PRESIDENSIAL DI INDONESIA Dewi Sendhikasari D.*) Abstrak Hasil perhitungan suara sementara pasca pemilihan umum legislatif pada 9 April 2014 yang lalu, dapat dipastikan tidak ada partai politik yang memperoleh suara lebih dari 20 persen yang dapat mengusung sendiri pasangan calon presiden dan wakil presiden dari partainya. Dengan demikian, koalisi sebagai suatu keniscayaan untuk dapat mengajukan pasangan calon presiden dan wakil presiden pada pemilihan umum presiden bulan juli mendatang. Akan tetapi, koalisi juga menjadi suatu perdebatan karena dianggap tidak sesuai dengan sistem presidensial yang dianut di Indonesia. Oleh karena itu, desain yang tepat bagi perkembangan demokrasi di Indonesia masih sangat diperlukan. Pendahuluan Rakyat Indonesia telah selesai menentukan pilihan pada Pemilihan Umum Legislatif DPR, DPD, DPRD Provinsi, dan DPRD Kabupaten/ Kota tanggal 9 April 2014 yang lalu. Pesta demokrasi lima tahunan ini merupakan langkah awal dalam penentuan untuk pemilu presiden pada bulan Juli mendatang. Meski pengumuman resmi Komisi Pemilihan Umum (KPU) masih belum diumumkan, namun hasil hitung cepat (quick count) sejumlah lembaga survei telah memberikan gambaran terkait suara yang diperoleh partai politik (parpol). Hasil hitung cepat lembaga survei itu menunjukkan tidak ada parpol yang menang mutlak. Hasil hitung cepat Saiful Mujani Research and Consulting (SMRC), misalnya, memperlihatkan PDIP mendapatkan suara 19 persen, disusul Partai Golkar 15 persen, Partai Gerindra 12 persen, Partai Demokrat 10 persen, PKB 9,1 persen, PAN 7,7 persen, PKS 6,9 persen, Partai Nasdem 6,6 persen, PPP 6,3 persen, Partai Hanura 5,2 persen, PBB 1,4 persen, dan PKPI 1 persen. Dengan demikian tidak ada parpol yang *) Peneliti Muda bidang Politik Dalam Negeri pada Pusat Pengkajian, Pengolahan Data dan Informasi (P3DI) Setjen DPR RI, e-mail: sendhik@gmail.com - 18 - mampu mengusung sendiri pasangan calon presiden (capres) dan calon wakil presiden (cawapres). Secara konstitusional, Pasal 6A Ayat (2) UUD 1945 membuka ruang adanya koalisi partai politik peserta pemilu. Kemudian, Undang-Undang Nomor 42 Tahun 2008 tentang Pemilihan Umum Presiden dan Wakil Presiden (UU Pilpres), pada Pasal 8 UU Pilpres menyebutkan capres dan cawapres diusulkan dalam satu pasangan oleh parpol atau gabungan parpol. Kemudian, Pasal 9 UU Pilpres tersebut menegaskan, pasangan calon diusulkan oleh parpol atau gabungan parpol peserta pemilu yang memenuhi persyaratan perolehan kursi paling sedikit 20 persen dari jumlah kursi DPR atau memperoleh 25 persen dari suara sah nasional dalam pemilu anggota DPR. Oleh karena itu dipastikan pemerintahan mendatang terbentuk oleh suatu koalisi. Dengan desain legal seperti itu, partai politik yang sedang bersiap menghadapi Pilpres 2014 harus sejak dini mempertimbangkan agar koalisi tidak menjadi permasalahan bagi presiden nantinya. Sejumlah pengamat memperkirakan bakal ada tiga atau paling banyak empat poros koalisi, yakni PDIP, Partai Golkar, Partai Gerindra, dan Partai Demokrat. Dengan poros seperti itu, partai- partai menengah, yang didominasi oleh partai berbasis massa Islam, akan menjadi penentu. Prediksi Koalisi Partai Politik Jelang Pilpres 2014 Pluralisme masyarakat Indonesia turut mempengaruhi sistem multipartai di Indonesia. Oleh karena itu sistem demokrasi yang dianut Indonesia merupakan Sistem Demokrasi Pancasila, yang didasarkan pada dasar negara Pancasila yang diyakini dapat merangkul semua aspek masyarakat Indonesia yang majemuk. Terlepas dari perdebatan mengenai sistem multipartai dalam sistem presidensial di Indonesia, koalisi antara parpol tetap merupakan keniscayaan demi terselenggaranya pesta demokrasi pemilihan presiden bulan Juli mendatang. Koalisi sudah tergambar jauh sebelum pileg digelar, pertemuan di antara para elite parpol sudah sering digelar. Pertemuan-pertemuan itu sedikit memberi gambaran tentang peta koalisi pasca pileg. Bukan tidak mungkin PAN, PKB, dan Partai Nasdem akan merapat ke PDIP. Lalu, PKS dan PPP ke Gerindra, Partai Hanura ke Partai Demokrat atau Partai Golkar. Bisa jadi juga partai yang menjadi poros koalisi itu akan saling menggabungkan diri. Partai Golkar, yang memiliki tradisi untuk tetap berada di pemerintahan, bukan tidak mungkin bergabung ke PDIP, Gerindra, atau Demokrat. Atau, Partai Demokrat dan Partai Gerindra menggalang koalisi sendiri. Lembaga Lingkaran Survei Indonesia (LSI) memprediksikan akan lahir tiga basis koalisi partai pada Pemilu Presiden 2014 mendatang, yang akan menentukan peta politik sesungguhnya. Menurut peneliti LSI, Rully Akbar, tiga basis koalisi itu adalah koalisi PDIP, koalisi Golkar dan koalisi partai sisa. Pada Pilpres 2014, PDIP akan bergerak dengan partai koalisinya sendiri, demikian juga Golkar. Sedangkan sisa partai yang tidak berkoalisi dengan PDIP dan Golkar akan menghimpun kekuatan untuk maju dalam pilpres. Koalisi partai sisa itu bisa dipimpin oleh Gerindra, Demokrat atau Hanura. Sementara itu melihat keberhasilan PDIP dan Golkar berada di peringkat dua teratas pada hitung cepat Pemilu Legislatif 2014 versi LSI, menilai kedua partai itu tidak akan berkoalisi pada pilpres mendatang. Hal ini disebabkan karena keduanya sama-sama mempunyai posisi tawar yang tinggi dalam perolehan suara. Di samping itu Lembaga Survei Populi Center, menilai ada beberapa skenario yang dapat diperhitungkan agar partai politik bisa memenuhi presidential threshold. Menurut Ketua Populi Center, Nico Harjanto, ada tiga skenario koalisi yang dibutuhkan partai politik tersebut. Skenario pertama, Nico menganjurkan PDIP cukup berkoalisi dengan partai pendatang baru, seperti Nasdem atau bisa juga dengan PKB. Apalagi komunikasi PDIP dengan kedua partai tersebut sangat baik dan tak memiliki trauma historis. Skenario kedua adalah koalisi Golkar dengan PKS karena memiliki karakter yang sama dalam hal sikap politiknya yang mengikuti koalisi pemerintah, namun bertindak seperti oposisi. Sementara skenario ketiga adalah koalisi antara Gerindra, Hanura, PPP, Demokrat, dan PAN. Selain itu, menurut Djayadi Hanan, Direktur Eksekutif SMRC, koalisi partai politik pasca pemilu legislatif 9 April diprediksi bakal melahirkan tiga skenario. Koalisi pertama, yang disebut Gotong Royong Perjuangan Bangsa, meliputi PDIP, PKB, dan NasDem. Skenario kedua adalah koalisi Gerakan Amanat Indonesia, yang bakal diusung dua partai, yakni Partai Gerindra dan PAN. Dan ketiga, koalisi Karya Demokrat yang dibangun Partai Golkar dan Demokrat. Dari tiga koalisi tersebut, SMRC juga meprediksi hanya akan memunculkan tiga pasang capres-cawapres. Capresnya adalah Joko Widodo (Jokowi) dari Gotong Royong Perjuangan Bangsa yang - 19 - diusung PDI Perjuangan, PKB, dan NasDem. Capres kedua, Prabowo Subianto dari koalisi Gerakan Amanat Indonesia yang terdiri dari Gerindra dan PAN yang juga merpresentasikan tokoh Islam. Capres ketiga, adalah Aburizal Bakrie (ARB) dari koalisi Karya Demokrat yang dibangun Golkar dan Demokrat. Koalisi Dalam Sistem Presidensial Di Indonesia Sistem presidensial atau disebut juga dengan sistem kongresional, merupakan sistem pemerintahan negara republik di mana kekuasan eksekutif dipilih melalui pemilu dan terpisah dengan kekuasan legislatif. Menurut Rod Hague, pemerintahan presidensial terdiri dari 3 unsur yaitu: Presiden yang dipilih rakyat memimpin pemerintahan dan mengangkat pejabat-pejabat pemerintahan yang terkait. Presiden dengan dewan perwakilan memiliki masa jabatan yang tetap, tidak bisa saling menjatuhkan. Tidak ada status yang tumpang tindih antara badan eksekutif dan badan legislatif. Dalam sistem presidensial, presiden memiliki posisi yang relatif kuat dan tidak dapat dijatuhkan karena rendah subjektif seperti rendahnya dukungan politik. Namun masih ada mekanisme untuk mengontrol presiden. Jika presiden melakukan pelanggaran konstitusi, pengkhianatan terhadap negara, dan terlibat masalah kriminal, posisi presiden bisa dijatuhkan. Bila ia diberhentikan karena pelanggaran-pelanggaran tertentu, biasanya seorang wakil presiden akan menggantikan posisinya. Model ini dianut oleh Amerika Serikat, Filipina, Indonesia dan sebagian besar negara-negara Amerika Latin dan Amerika Tengah. Menurut Saldi Isra, dibandingkan dengan sistem pemerintahan parlementer, sistem kepartaian dalam sistem presidensial menjadi isu yang amat menarik karena anggota lembaga legislatif dan presiden dipilih secara langsung oleh rakyat. Bila mayoritas anggota legislatif menentukan pilihan politik yang berbeda dengan presiden, sering kali sistem pemerintahan presidensial terjebak dalam pemerintahan yang terbelah (divided government) antara legislatif dengan eksekutif. Dukungan legislatif makin sulit didapat jika pemerintahan presidensial dibangun dalam sistem multipartai. Perdebatan mengenai sistem multipartai dalam sistem presidensial di Indonesia sudah lama menjadi wacana publik terutama dalam memperbincangkan korelasi antara penerapan sistem presidensialisme di berbagai negara pasca rezim otoriter dengan instabilitas dan efektivitas pemerintahan. Sedangkan menurut AAGN Ari Dwipayana, pandangan arus utama yang beranjak dari argumen Linz dan Mainwaringarus menyebutkan sistem multipartai tidak kompatibel dengan sistem Presidensialisme sehingga sistem ini lebih cocok diterapkan dalam sistem pemerintahan yang berkarakter parlementer. Sebaliknya sistem Presidensialisme lebih kompatibel dengan sistem dua partai, seperti halnya diterapkan dalam model Presidensialisme di Amerika Serikat. Pandangan arus utama tersebut memiliki beberapa argumen pokok. Pertama, karena pemilihan presiden dan parlemen diselenggarakan secara terpisah maka kemungkinan Presiden yang terpilih adalah presiden yang tidak mendapatkan dukungan mayoritas di Parlemen (minority government). Kedua, koalisi politik yang terbentuk dalam sistem Presidensialisme cenderung bersifat rapuh dan mudah retak karena ketidakdisiplinan partai politik koalisi. Di satu sisi, partai-partai politik yang tergabung dalam koalisi harus loyal pada Presiden. Namun, di sisi lain, partai anggota koalisi seringkali bermanuver di parlemen, karena dihadapkan pada kepentingan membangun popularitas untuk memenangkan kompetisi berikutnya (electoralist) maupun terikat keharusan merepresentasi aspirasi konstituen pendukungnya. Ketidakdisplinan partai yang berada dalam koalisi, membuat setiap saat dukungan partai di parlemen melemah, dan selanjutnya bisa hadir minority government. Akibatnya, Presiden yang merupakan single chief of executive dalam sistem Presidensialisme tidak bisa bekerja secara eIekLII kurenu Lergunggu dengun konhgurusI poIILIk dI purIemen yung sunguL ukLuuLII. Berbagai manuver yang dilakukan partai-partai di parlemen sering berakhir pada instabilitas pemerintahan yang bisa saja berujung pada kejatuhan seorang Presiden. Ketiga, untuk membangun loyalitas koalisi pendukungnya, Presiden cenderung bersikap lunak-akomodatif dengan memberikan insentif bagi partaipartai koalisi pendukungnya. Konsekuensinya, Presiden tidak leluasa mengambil keputusan sendiri karena lebih banyak tersandera oleh kepentingan koalisi partai yang mendukungnya. Partai-partai politik mitra koalisi juga akan menggunakan wewenangnya di Parlemen sebagai alat untuk bernegosiasi dengan presiden. Dalam konteks semacam itu, hak angket, interpelasi dan menyatakan pendapat bisa menjadi alat untuk bernegosiasi dengan presiden terutama dalam momentum - 20 - politik tertentu seperti pembentukan kabinet, reshujje kabinet atau pengambilan kebijakan Pemerintah. Penutup Negara Indonesia yang menganut sistem multipartai dalam sistem presidensial telah lama melakukan koalisi dalam pemerintahan. Sekalipun koalisi sistem presidensial dengan kepartaian majemuk menghadirkan banyak kesulitan dan masalah, menilik desain sistem pemilu presiden yang berlaku, tidak dapat lepas dari pembentukan pemerintahan koalisi. Desain pembentukan koalisi tersebut harus dalam kerangka memperkuat sistem pemerintahan presidensial. Kalau hanya dilandaskan pada perhitungan untuk memenuhi target memenangkan pemilu, koalisi akan mengalami pecah-kongsi sejak awal pembentukan pemerintahan. Oleh karena itu, untuk memperkuat sistem pemerintahan presidensial, semua partai politik yang ingin bergabung dalam koalisi bersama-sama menentukan calon presiden dan wakil presiden yang akan mereka usung. Menurut Saldi Isra, untuk menentukan calon ILu, mIsuInyu bIsu menggunukun koehsIen hasil pemilu legistif dan/atau popularitas calon dan kemudian diikuti dengan distribusi jabatan menteri. Dengan cara seperti itu, partai politik pendukung koalisi mempunyai tanggung jawab yang lebih besar atas kelangsungan pemerintahan koalisi. Walaupun demikian konsep yang ditawarkan ini akan menghilangkan konsep-konsep ideal sistem pemerintahan presidensial, seperti presiden akan kehilangan hak prerogatifnya dalam pengisian anggota kabinet. Namun dengan desain yang ada saat ini, terobosan pemikiran masih harus terus dilakukan. Pada koalisi yang dibangun parpol nanti diharapkan merupakan koalisi yang tidak sekadar bagi-bagi kekuasaan dalam pemerintahan. Walaupun pembagian kursi kabinet di antara parpol anggota koalisi sulit dihindari, tetapi masyarakat berharap agar parpol memberikan orang-orang terbaik di bidangnya untuk duduk di pemerintahan mendatang. Bagi kepentingan bangsa dan negara, pemerintahan koalisi justru diperlukan untuk lebih mengedepankan sistem checks and balances. Parpol bisa saling mengingatkan jika ada anggota koalisi yang menyimpang dari kesepakatan bersama atau tidak menjalankan amanat rakyat dengan baik. Sedangkan, parpol yang tidak bergabung dalam koalisi pemerintahan mendatang juga dapat menggalang koalisi oposisi di parlemen. Koalisi oposisi seperti itu sangat dibutuhkan agar pemerintahan dapat berjalan dengan baik dan tidak menyimpang dari koridor bernegara, terutama dalam mencapai tujuan bersama untuk menyejahterakan rakyat. Selain itu, diharapkan nantinya ada suatu koalisi yang bersifat permanen. Indonesia memerlukan suatu koalisi besar yang dapat membuat pemerintahan berjalan secara berkesinambungan dan dapat menciptakan stabilitas politik. Kondisi seperti itu sangat dibutuhkan agar Indonesia dapat fokus pada pembangunan bangsa dan upaya meningkatkan laju perekonomian Indonesia tidak diintervensi oleh persoalan-persoalan politik. Rujukan Tiga Skenario Koalisi Partai Pasca Pi- 1. leg pada http://www.medanbagus.com/ read/2014/04/11/23429/Tiga-Skenario- Koalisi-Partai-Pasca-Pileg- diakses tgl 16- 04-2014 Menakar Koalisi Pasca Pileg pada http:// 2. www.beritasatu.com/blog/tajuk/3315-me- nakar-koalisi-pascapileg.html diakses tgl 16-04-2014 Tiga Basis Koalisi Pasca Pileg pada http:// 3. www. republ ika. co. id/berita/pemil u/ menuju-ri-1/14/04/10/n3scyl-tiga-basis- koalisi-pasca-pileg-seperti-apa diakses tgl 17-04-2014 Ada 3 Skenario Koalisi Partai Versi SMRC 4. pada http://www.gatra.com/pemilu- capres/50821-ada-3-skenario-koalisi-par- tai-versi-smrc.html diakses tgl 17-04-2014 Problematik Koalisi dalam Sistem Presi- 5. densial pada http://www.saldiisra.web. id/index.php?option=com_content&view= article&id=83:problematik-koalisi-dalam- sistem-presidensial&catid=23:makalah&It emid=11 oleh Saldi Isra diakses tgl 21-04- 2014 Multi Partai, Presidensialisme Dan Efek- 6. tivitas Pemerintahan pada http://pshk. law.uii.ac.id/index.php?option=com_con tent&task=view&id=105&Itemid=90 oleh AAGN Ari Dwipayana diakses tgl 22-04- 2014 Pengertian Sistem Presidensial pada 7. http://sistempemerintahanindonesia. com/ diakses tgl 22-04-2014