Anda di halaman 1dari 16

LAPORAN PENDAHULUAN HALUSINASI

A.

PROSES TERJADINYA MASALAH 1. Pengertian Halusinasi adalah persepsi sensorik yang keliru dan melibatkan panca indera (Isaacs, 2002). Halusinasi merupakan gangguan atau perubahan persepsi dimana klien mempersepsikan sesuatu yang sebenarnya tidak terjadi. Suatu penerapan panca indra tanpa ada rangsangan dari luar. Suatu penghayatan yang dialami suatu persepsi melalui panca indra tanpa stimulus eksteren: persepsi palsu (Maramis, 2005). Halusinasi adalah kesan, respon dan pengalaman sensori yang salah (Stuart, 2007). Dari beberapa pengertian yang dikemukan oleh para ahli mengenai halusinasi di atas, maka penulis mengambil kesimpulan bahwa halusinasi adalah persepsi klien melalui panca indera terhadap lingkungan tanpa ada stimulus atau rangsangan yang nyata.

2. Jenis Halusinasi Menurut (Menurut Stuart, 2007), jenis halusinasi antara lain : a. Halusinasi pendengaran (auditorik) 70 % Karakteristik ditandai dengan mendengar suara, teruatama suara suara orang, biasanya klien mendengar suara orang yang sedang membicarakan apa yang sedang dipikirkannya dan memerintahkan untuk melakukan sesuatu. b. Halusinasi penglihatan (Visual) 20 %

Karakteristik dengan adanya stimulus penglihatan dalam bentuk pancaran cahaya, gambaran geometrik, gambar kartun dan / atau panorama yang luas dan kompleks. Penglihatan bisa menyenangkan atau menakutkan. c. Halusinasi penghidu (olfactory) Karakteristik ditandai dengan adanya bau busuk, amis dan bau yang menjijikkan seperti : darah, urine atau feses. Kadang kadang terhidu bau harum. Biasanya berhubungan dengan stroke, tumor, kejang dan dementia. d. Halusinasi peraba (tactile) Karakteristik ditandai dengan adanya rasa sakit atau tidak enak tanpa stimulus yang terlihat. Contoh : merasakan sensasi listrik datang dari tanah, benda mati atau orang lain. e. Halusinasi pengecap (gustatory) Karakteristik ditandai dengan merasakan sesuatu yang busuk, amis dan menjijikkan, merasa mengecap rasa seperti rasa darah, urin atau feses. f. Halusinasi sinestetik Karakteristik ditandai dengan merasakan fungsi tubuh seperti darah mengalir melalui vena atau arteri, makanan dicerna atau pembentukan urine. g. Halusinasi Kinesthetic Merasakan pergerakan sementara berdiri tanpa bergerak.

3. Fase Halusinasi Fase halusinasi ada 4 yaitu (Stuart dan Laraia, 2001): a. Comforting Klien mengalami perasaan mendalam seperti ansietas sedang, kesepian, rasa bersalah dan takut serta mencoba untuk berfokus pada pikiran yang menyenangkan untuk meredakan ansietas. Di sini klien tersenyum atau tertawa

yang tidak sesuai, menggerakkan lidah tanpa suara, pergerakan mata yang cepat, diam dan asyik. b. Condemning Pada ansietas berat pengalaman sensori menjijikkan dan menakutkan. Klien mulai lepas kendali dan mungkin mencoba untuk mengambil jarak dirinya dengan sumber yang dipersepsikan. Disini terjadi peningkatan tanda-tanda sistem saraf otonom akibat ansietas seperti peningkatan tanda-tanda vital (denyut jantung, pernapasan dan tekanan darah), asyik dengan pengalaman sensori dan kehilangan kemampuan untuk membedakan halusinasi dengan realita. c. Controling Pada ansietas berat, klien berhenti menghentikan perlawanan terhadap halusinasi dan menyerah pada halusinasi tersebut. Di sini klien sukar berhubungan dengan orang lain, berkeringat, tremor, tidak mampu mematuhi perintah dari orang lain dan berada dalam kondisi yang sangat menegangkan terutama jika akan berhubungan dengan orang lain. d. Consquering Terjadi pada panik Pengalaman sensori menjadi mengancam jika klien mengikuti perintah halusinasi. Di sini terjadi perilaku kekerasan, agitasi, menarik diri, tidak mampu berespon terhadap perintah yang kompleks dan tidak mampu berespon lebih dari 1 orang. Kondisi klien sangat membahayakan. 4. Tanda dan Gejala Pasien dengan halusinasi cenderung menarik diri, sering didapatkan duduk terpaku dengan pandangan mata pada satu arah tertentu, tersenyum atau berbicara sendiri, secara tiba-tiba marah atau menyerang orang lain, gelisah, melakukan gerakan seperti sedang menikmati sesuatu. Juga keterangan dari pasien sendiri tentang halusinasi yang dialaminya (apa yang dilihat, didengar atau dirasakan). Berikut ini merupakan gejala klinis berdasarkan halusinasi (Budi Anna Keliat, 1999) : a. Tahap 1: halusinasi bersifat tidak menyenangkan

Gejala klinis: 1) 2) 3) 4) 5) Menyeriangai/tertawa tidak sesuai Menggerakkan bibir tanpa bicara Gerakan mata cepat Bicara lambat Diam dan pikiran dipenuhi sesuatu yang mengasikkan

b. Tahap 2: halusinasi bersifat menjijikkan Gejala klinis: 1) 2) 3) c. Cemas Konsentrasi menurun Ketidakmampuan membedakan nyata dan tidak nyata

Tahap 3: halusinasi bersifat mengendalikan Gejala klinis: 1) 2) 3) 4) Cenderung mengikuti halusinasi Kesulitan berhubungan dengan orang lain Perhatian atau konsentrasi menurun dan cepat berubah Kecemasan berat (berkeringat, gemetar, tidak mampu mengikuti petunjuk).

d. Tahap 4: halusinasi bersifat menaklukkan Gejala klinis: 1) 2) 3) 4) Pasien mengikuti halusinasi Tidak mampu mengendalikan diri Tidak mamapu mengikuti perintah nyata Beresiko mencederai diri, orang lain dan lingkungan.

` 5. Faktor Predisposisi

Menurut Stuart (2007), faktor penyebab terjadinya halusinasi adalah: a. Biologis Abnormalitas perkembangan sistem saraf yang berhubungan dengan respon neurobiologis yang maladaptif b. Psikologis Keluarga, pengasuh dan lingkungan klien sangat mempengaruhi respon dan kondisi psikologis klien. Salah satu sikap atau keadaan yang dapat mempengaruhi gangguan orientasi realitas adalah penolakan atau tindakan kekerasan dalam rentang hidup klien. c. Sosial Budaya Kondisi sosial budaya mempengaruhi gangguan orientasi realita seperti: kemiskinan, konflik sosial budaya (perang, kerusuhan, bencana alam) dan kehidupan yang terisolasi disertai stress. 6. Faktor Presipitasi Secara umum klien dengan gangguan halusinasi timbul gangguan setelah adanya hubungan yang bermusuhan, tekanan, isolasi, perasaan tidak berguna, putus asa dan tidak berdaya. Penilaian individu terhadap stressor dan masalah koping dapat mengindikasikan kemungkinan kekambuhan (Keliat, 2006). Menurut Stuart (2007), faktor presipitasi terjadinya gangguan halusinasi adalah: a. Biologis Gangguan dalam komunikasi dan putaran balik otak, yang mengatur proses informasi serta abnormalitas pada mekanisme pintu masuk dalam otak yang mengakibatkan ketidakmampuan untuk secara selektif menanggapi stimulus yang diterima oleh otak untuk diinterpretasikan. b. Stress lingkungan Ambang toleransi terhadap stress yang berinteraksi terhadap stressor lingkungan untuk menentukan terjadinya gangguan perilaku. c. Sumber koping

Sumber koping mempengaruhi respon individu dalam menanggapi stressor.

7. Penyebab Gangguan persepsi sensori halusinasi sering disebabkan karena panik, sterss berat yang mengancam ego yang lemah, dan isolasi sosial menarik diri (Townsend, M.C, 1998).

8. Akibat Adanya gangguang persepsi sensori halusinasi dapat beresiko mencederai diri sendiri, orang lain dan lingkungan (Keliat, B.A, 2006). Menurut Townsend, M.C suatu keadaan dimana seseorang melakukan sesuatu tindakan yang dapat membahayakan secara fisik baik pada diri sendiri maupuan orang lain.

9. Penatalaksanaan Penatalaksanaan pada pasien halusinasi dengan cara : a. Menciptakan lingkungan yang terapeutik Untuk mengurangi tingkat kecemasan, kepanikan dan ketakutan pasien akibat halusinasi, sebaiknya pada permulaan pendekatan di lakukan secara individual dan usahakan agar terjadi knntak mata, kalau bisa pasien di sentuh atau di pegang. Pasien jangan di isolasi baik secara fisik atau emosional. Setiap perawat masuk ke kamar atau mendekati pasien, bicaralah dengan pasien. Begitu juga bila akan meninggalkannya hendaknya pasien di beritahu. Pasien di beritahu tindakan yang akan di lakukan. Di ruangan itu hendaknya di sediakan sarana yang dapat merangsang perhatian dan mendorong pasien untuk berhubungan dengan realitas, misalnya jam dinding, gambar atau hiasan dinding, majalah dan permainan

b. Melaksanakan program terapi dokter

Sering kali pasien menolak obat yang di berikan sehubungan dengan rangsangan halusinasi yang di terimanya. Pendekatan sebaiknya secara persuatif tapi instruktif. Perawat harus mengamati agar obat yang di berikan betul di telannya, serta reaksi obat yang di berikan. c. Menggali permasalahan pasien dan membantu mengatasi masalah yang ada Setelah pasien lebih kooperatif dan komunikatif, perawat dapat menggali masalah pasien yang merupakan penyebab timbulnya halusinasi serta membantu mengatasi masalah yang ada. Pengumpulan data ini juga dapat melalui keterangan keluarga pasien atau orang lain yang dekat dengan pasien. d. Memberi aktivitas pada pasien Pasien di ajak mengaktifkan diri untuk melakukan gerakan fisik, misalnya berolah raga, bermain atau melakukan kegiatan. Kegiatan ini dapat membantu mengarahkan pasien ke kehidupan nyata dan memupuk hubungan dengan orang lain. Pasien di ajak menyusun jadwal kegiatan dan memilih kegiatan yang sesuai. e. Melibatkan keluarga dan petugas lain dalam proses perawatan Keluarga pasien dan petugas lain sebaiknya di beritahu tentang data pasien agar ada kesatuan pendapat dan kesinambungan dalam proses keperawatan, misalny dari percakapan dengan pasien di ketahui bila sedang sendirian ia sering mendengar laki-laki yang mengejek. Tapi bila ada orang lain di dekatnya suara-suara itu tidak terdengar jelas. Perawat menyarankan agar pasien jangan menyendiri dan menyibukkan diri dalam permainan atau aktivitas yang ada. Percakapan ini hendaknya di beritahukan pada keluarga pasien dan petugaslain agar tidak membiarkan pasien sendirian dan saran yang di berikan tidak bertentangan.

C.

MASALAH DAN DATA YANG PERLU DIKAJI

No 1.

Masalah Keperawatan Masalah gangguan utama

Data Subyektif

Data Obyektif

: Klien mengatakan melihat Tampak bicara dan ketawa

persepsi atau mendengar sesuatu. sendiri. Klien tidak mampu Mulut seperti bicara tapi

sensori halusinasi

mengenal tempat, waktu, tidak keluar suara. orang. Berhenti bicara seolah

mendengar atau melihat sesuatu. Gerakan mata

yang cepat.

Klien mengatakan merasa Tidak 2. Isolasi sosial : menarik kesepian. diri

tahan

terhadap

kontak yang lama. konsentrasi dan

Klien mengatakan tidak Tidak dapat berhubungan sosial.

pikiran mudah beralih saat

Klien mengatakan tidak bicara. berguna. Tidak ada kontak mata. Ekspresi wajah murung, sedih. Tampak pikiran sendiri. Kurang aktivitas. Tidak komunikatif. larut dan dalam

ingatannya

Klien takut. 3.

mengungkapkan Wajah

klien

tampak

tegang, merah.

Resiko mencederai diri Klien mengungkapkan apa Mata merah dan melotot.

sendiri dan orang lain

yang dilihat dan didengar Rahang mengatup. mengancam membuatnya takut. dan Tangan mengepal. Mondar mandir.

D. POHON MASALAH

Resiko perilaku kekerasan

Gangguan persepsi sensori: Halusinasi

Isolasi sosial menarik diri

Gambar Pohon Masalah (Keliat, B.A, 2006)

E.

DIAGNOSA KEPERAWATAN Diagnosa keperawatan yang dapat ditarik dari pohon masalah tersebut adalah : 1. 2. 3. Gangguan persepsi sosial: Halusinasi Isolasi sosial: Menarik Diri Resiko mencederai diri sendiri, orang lain dan lingkungan

F.

FOKUS INTERVENSI Menurut Rasmun (2001) tujuan utama, tujuan khusus, dan rencana tindakan dari diagnosa utama : resiko mencederai diri sendiri, orang lain dan lingkungan berhubungan dengan halusinasi adalah sebagai berikut : 1. Tujuan umum Klien tidak mencederai diri sendiri dan orang lain. 2. Tujuan khusus a. TUK I : Klien dapat membina hubungan saling percaya. 1) Kriteria evaluasi: Ekspresi wajah bersahabat, menunjukkan rasa senang, ada kontak mata, mau berjabat tangan, mau menyebutkan nama, mau menjawab salam, mau duduk berdampingan dengan perawat, mau mengutarakan masalah yang dihadapi. 2) Intervensi Bina hubungan saling percaya dengan : a) Sapa klien dengan ramah dan baik secara verbal dan non verbal. b) Perkenalkan diri dengan sopan. c) Tanyakan nama lengkap klien dan nama panggilan yang disukai klien. d) Jelaskan tujuan pertemuan. e) Jujur dan menepati janji. f) Tunjukkan sikap empati dan menerima klien apa adanya. g) Beri perhatian pada klien dan perhatikan kebutuhan dasar klien Rasional : Hubungan saling percaya merupakan dasar untuk memperlancar hubungan interaksi selanjutnya.

b. TUK II : Klien dapat mengenal halusinasi

1) Kriteria evaluasi : a) Klien dapat menyebutkan waktu, isi halusinasi. b) Klien dapat mengungkapkan perasaan terhadap halusinasinya. 2) Intervensi a) Adakan sering dan singkat secara bertahap. Rasional : Kontak sering dan singkat selain upaya membina hubungan saling percaya juga dapat memutuskan halusinasinya. b) Observasi tingkah laku klien terkait dengan halusinasinya. Bicara dan tertawa tanpa stimulus, memandang ke kiri dan ke kanan seolaholah ada teman bicara. Rasional: Mengenal perilaku pada saat halusinasi timbul memudahkan perawat dalam melakukan intervensi. c) Bantu klien mengenal halusinasinya dengan cara : 1. Jika menemukan klien yang sedang halusinasi tanyakan dan frekuensi timbulnya

apakah ada suara yang di dengar. 2. Jika klien menjawab ada lanjutkan apa yang dikatakan. 3. Katakan bahwa perawat percaya klien mendengar suara itu, namun perawat sendiri tidak mendengarnya (dengan nada sahabat tanpa menuduh/menghakimi). 4. Katakan pada klien bahwa ada juga klien lain yang sama seperti dia. 5. Katakan bahwa perawat akan membantu klien.

Rasional :

Mengenal halusinasi memungkinkan klien untuk menghindari faktor timbulnya halusinasi. d) Diskusikan dengan klien tentang : 1 Situasi yang menimbulkan/tidak menimbulkan halusinasi. 2. Waktu dan frekuensi terjadinya halusinasi (pagi, siang, sore dan malam atau jika sendiri, jengkel, sedih) Rasional : Dengan mengetahui waktu, isi dan frekuensi munculnya halusinasi

mempermudah tindakan keperawatan yang akan dilakukan perawat. e) Diskusikan dengan klien apa yang dirasakan jika terjadi halusinasi (marah, takut, sedih, tenang) beri kesempatan mengungkapkan perasaan. Rasional : Untuk mengidentifikasi pengaruh halusinasi pada klien. c. TUK III : Klien dapat mengontrol halusinasinya. 1) Kriteria evaluasi : a) Klien dapat menyebutkan tindakan yang biasanya dilakukan untuk

mengendalikan halusinasinya. b) Klien dapat menyebutkan cara baru. c) Klien dapat memilih cara mengatasi halusinasi seperti yang telah didiskusikan dengan klien. d) Klien dapat melakukan cara yang telah dipilih untuk mengendalikan halusinasi. e) Klien dapat mengetahui aktivitas kelompok. 2) Intervensi a) Identifikasi bersama klien tindakan yang dilakukan jika terjadi halusinasi

(tidur, marah, menyibukkan diri sendiri dan lain-lain) Rasional : Upaya untuk memutus siklus halusinasi sehingga halusinasi tidak berlanjut. b) Diskusikan manfaat cara yang digunakan klien, jika bermanfaat beri pujian.

Rasional : Reinforcement dapat mneingkatkan harga diri klien. c) Diskusikan cara baru untuk memutus/mengontrol timbulnya halusinasi : 1. Katakan : Saya tidak mau dengar kau pada saat halusinasi muncul. 2. Menemui orang lain atau perawat, teman atau anggota keluarga yang lain untuk bercakap-cakap atau mengatakan halusinasi yang didengar. 3. Membuat jadwal sehari-hari agar halusinasi tidak sempat muncul. 4. Meminta keluarga/teman/perawat, jika tampak bicara sendiri. Rasional: Memberikan alternatif pilihan untuk mengontrol halusinasi. d) Bantu klien memilih cara dan melatih cara untuk memutus halusinasi secara bertahap, misalnya dengan : 1. Mengambil air wudhu dan sholat atau membaca al-Quran. 2. Membersihkan rumah dan alat-alat rumah tangga. Rasional : Memotivasi dapat meningkatkan keinginan klien untuk mencoba memilih salah satu cara untuk mengendalikan halusinasi dan dapat meningkatkan harga diri klien. e) Beri kesempatan untuk melakukan cara yang telah dilatih. Evaluasi : hasilnya dan beri pujian jika berhasil. Rasional : Memberi kesempatan kepada klien untuk mencoba cara yang telah dipilih. f) Anjurkan klien untuk mengikuti terapi aktivitas kelompok, orientasi realita dan stimulasi persepsi. Rasional : Stimulasi persepsi dapat mengurangi perubahan interprestasi realitas akibat halusinasi.

d. TUK IV : Klien dapat dukungan dari keluarga dalam mengontrol halusinasinya. 1) Kriteria evaluasi a) Keluarga dapat saling percaya dengan perawat. b) Keluarga dapat menyebutkan pengertian, tanda dan tindakan untuk

mengendalikan halusinasi. 2) Intervensi a) Membina hubungan saling percaya dengan menyebutkan nama, tujuan pertemuan dengan sopan dan ramah. Rasional : Hubungan saling percaya merupakan dasar untuk memperlancar hubungan interaksi selanjutnya. b) Anjurkan klien menceritakan halusinasinya kepada keluarga. Untuk

mendapatkan bantuan keluarga dalam mengontrol halusinasinya. c) Diskusikan halusinasinya pada saat berkunjung tenang : 1. Pengertian halusinasi 2. Gejala halusinasi yang dialami klien. 3. Cara yang dapat dilakukan klien dan keluarga untuk halusinasi. 4. Cara merawat anggota keluarga yang berhalusinasi di rumah. 5. Beri informasi waktu follow up atau kapan perlu mendapat bantuan lingkungan. Rasional : Untuk mengetahui pengetahuan keluarga tentang halusinasi dan menambah pengetahuan keluarga cara merawat anggota keluarga yang mempunyai masalah halusinasi.

e.

TUK V : Klien dapat memanfaatkan obat dengan baik.

1) Kriteria evaluasi a) Klien dan keluarga dapat menyebutkan manfaat, dosis dan efek samping obat. b) Klien dapat mendemonstrasikan penggunaan obat dengan benar. c) Klien mendapat informasi tentang efek dan efek samping obat. d) Klien dapat memahami akibat berhenti minum obat tanpa konsutasi. e) Klien dapat menyebutkan prinsip 5 benar penggunaan obat. 2) Intervensi a) Diskusikan dengan klien dan keluarga tentang dosis dan frekuensi serta manfaat minum obat. Rasional : Dengan menyebutkan dosis, frekuensi dan manfaat obat diharapkan klien melaksanakan program pengobatan. b) Anjurkan klien minta sendiri obat pada perawat dan merasakan manfaatnya. Rasional : Menilai kemampuan klien dalam pengobatannya sendiri. c) Anjurkan klien untuk bicara dengan dokter tentang mafaat dan efek samping obat yang dirasakan. Rasional : Dengan mengetahui efek samping klien akan tahu apa yang harus dilakukan setelah minum obat. d) Diskusikan akibat berhenti minum obat tanpa konsultasi dengan dokter. Rasional : Program pengobatan dapat berjalan dengan lancar. e) Bantu klien menggunakan obat dengan prinsip 5 benar (benar dosis, benar obat, benar waktunya, benar caranya, benar pasiennya). Rasional : Meningkatkan kemandirian klien secara bertahap. DAFTAR PUSTAKA

Boyd, M.A & Nihart, M.A, 1998. Psychiatric Nuersing cotemporary Practice, Edisi 9th. Philadelphis: Lippincott Raven Publisrs,.

Carpenito, L.J, 1998. Buku Saku Diagnosa Keperawatan (terjemahan). Edisi 8, Jakarta: EGC.

Keliat, B.A. 2006. Proses Keperawatan Kesehatan Jiwa. Jakarta: EGC.

Kusuma, W.1997. Dari A sampai Z Kedaruratan Psiciatric dalam Praktek, Edisi I. Jakarta: Profesional Books.

Maramis, W.f. 2005. Catatan Ilmu Kedokteran Jiwa. Ed. 9 Surabaya: Airlangga University Press.

Rasmun. 2001. Keperawatan Kesehatan Mental Psikiatrik Terintegrasi Dengan Keluarga, Edisi I. Jakarta: CV. Sagung Seto.

Rawlins, R.P & Heacock, PE. 1998. Clinical Manual of Pdyshiatruc Nursing, Edisi 1. Toronto: the C.V Mosby Company. Stuart, G.W & Sundeen, S.J. 1998. Buku Saku Keperawatan Jiwa (Terjemahan). Edisi 3, EGC, Jakarta.

Stuart, G.W & Sundeen, S.J. 2007. Buku Saku Keperawatan Jiwa (Terjemahan). Jakarta: EGC.

Townsend, M.C. 1998. Buku Saku Diagnosa Keperawatan Pada Keperawatan Psikiatri (terjemahan), Edisi 3. Jakarta: EGC.

Anda mungkin juga menyukai

  • Pemerikssan Fisik
    Pemerikssan Fisik
    Dokumen2 halaman
    Pemerikssan Fisik
    Kynachasya' River
    Belum ada peringkat
  • Anatomy Sistem Urinaria
    Anatomy Sistem Urinaria
    Dokumen11 halaman
    Anatomy Sistem Urinaria
    Kynachasya' River
    Belum ada peringkat
  • 8 Print Leaflet
    8 Print Leaflet
    Dokumen2 halaman
    8 Print Leaflet
    Kynachasya' River
    Belum ada peringkat
  • Bahasa Arab
    Bahasa Arab
    Dokumen1 halaman
    Bahasa Arab
    Kynachasya' River
    Belum ada peringkat
  • Isolasi Sosial
    Isolasi Sosial
    Dokumen17 halaman
    Isolasi Sosial
    Kynachasya' River
    Belum ada peringkat
  • Low Back Pain
    Low Back Pain
    Dokumen4 halaman
    Low Back Pain
    Arif Trisaktiadi Nugroho
    Belum ada peringkat
  • Isolasi Sosial
    Isolasi Sosial
    Dokumen17 halaman
    Isolasi Sosial
    Kynachasya' River
    Belum ada peringkat
  • LAPORAN PENDAHULUAN Halusinasi
    LAPORAN PENDAHULUAN Halusinasi
    Dokumen16 halaman
    LAPORAN PENDAHULUAN Halusinasi
    Kynachasya' River
    Belum ada peringkat
  • Leaflet Hipertensi
    Leaflet Hipertensi
    Dokumen2 halaman
    Leaflet Hipertensi
    Fadilal Siswanto
    88% (32)
  • Leaflet HT
    Leaflet HT
    Dokumen2 halaman
    Leaflet HT
    Kynachasya' River
    Belum ada peringkat
  • ASUHAN KEPERAWATAN PADA KELUARGA TN.P
    ASUHAN KEPERAWATAN PADA KELUARGA TN.P
    Dokumen15 halaman
    ASUHAN KEPERAWATAN PADA KELUARGA TN.P
    Kynachasya' River
    Belum ada peringkat
  • Slide Hak Pasien
    Slide Hak Pasien
    Dokumen3 halaman
    Slide Hak Pasien
    Kynachasya' River
    Belum ada peringkat
  • Low Back Pain
    Low Back Pain
    Dokumen4 halaman
    Low Back Pain
    Arif Trisaktiadi Nugroho
    Belum ada peringkat
  • Bahasa Arab
    Bahasa Arab
    Dokumen1 halaman
    Bahasa Arab
    Kynachasya' River
    Belum ada peringkat
  • Planning of Teaching (Indo)
    Planning of Teaching (Indo)
    Dokumen19 halaman
    Planning of Teaching (Indo)
    Kynachasya' River
    Belum ada peringkat
  • Farmakokinetik PDF
    Farmakokinetik PDF
    Dokumen22 halaman
    Farmakokinetik PDF
    Pemudi Ismail
    Belum ada peringkat
  • Sifat-Sifat Koloid
    Sifat-Sifat Koloid
    Dokumen30 halaman
    Sifat-Sifat Koloid
    Kynachasya' River
    67% (3)
  • GBPP
    GBPP
    Dokumen19 halaman
    GBPP
    Kynachasya' River
    Belum ada peringkat
  • Sifat-Sifat Koloid
    Sifat-Sifat Koloid
    Dokumen30 halaman
    Sifat-Sifat Koloid
    Kynachasya' River
    67% (3)
  • Melena
    Melena
    Dokumen5 halaman
    Melena
    Nuklear Adiwena
    Belum ada peringkat
  • Marasmus
    Marasmus
    Dokumen28 halaman
    Marasmus
    Kynachasya' River
    Belum ada peringkat
  • Hal Nun Sukun Dan Tanwin
    Hal Nun Sukun Dan Tanwin
    Dokumen1 halaman
    Hal Nun Sukun Dan Tanwin
    Kynachasya' River
    Belum ada peringkat
  • Format Askom
    Format Askom
    Dokumen7 halaman
    Format Askom
    Kynachasya' River
    Belum ada peringkat
  • Marasmus
    Marasmus
    Dokumen28 halaman
    Marasmus
    Kynachasya' River
    Belum ada peringkat
  • Fiil Nahy
    Fiil Nahy
    Dokumen2 halaman
    Fiil Nahy
    Kynachasya' River
    Belum ada peringkat
  • Format Askom
    Format Askom
    Dokumen7 halaman
    Format Askom
    Kynachasya' River
    Belum ada peringkat