Anda di halaman 1dari 24

- 1 -

Vol. VI, No. 11/I/P3DI/Juni/2014 H U K U M


Info Singkat
2009, Pusat Pengkajian, Pengolahan Data dan Informasi (P3DI)
Sekretariat Jenderal DPR RI
www.dpr.go.id
ISSN 2088-2351
Kajian Singkat terhadap Isu-Isu Terkini
PERSELISIHAN HASIL
PEMILU LEGISLATIF
Novianto M. Hantoro*)
Abstrak
Hasil Pemilu Legislatif Anggota DPR, DPD, dan DPRD telah ditetapkan oleh KPU,
namun masih ada tahapan yang harus dilewati sebelum anggota yang baru
mengucapkan sumpah/janji, yaitu penyelesaian perkara Perselisihan Hasil Pemilihan
Umum (PHPU) di Mahkamah Konstitusi (MK). Jumlah perkara PHPU di MK kali
ini meningkat dibandingkan Pemilu sebelumnya. Hal ini bukan untuk dimaknai
bahwa ada peningkatan prestasi MK meningkat atau Pemilu 2014, namun justru
menunjukkan banyaknya permasalahan dalam Pemilu tahun ini. Upaya perbaikan
harus dilakukan agar Pemilu berikutnya dapat lebih baik, yaitu terkait dengan
sumber daya manusia (SDM) penyelenggara Pemilu, perbaikan sistem Pemilu
maupun sistem pemberian suara, dan sistem penegakan hukum.
Pengantar
Pasal 24C ayat (1) Undang-Undang
Dasar Negara Republik Indonesia Tahun
1945 (UUD 1945) memberikan kewenangan
kepada MK untuk mengadili pada tingkat
pertama dan terakhir yang putusannya
bersIIuL hnuI LerIudup perseIIsIIun LenLung
hasil pemilihan umum. Selanjutnya Pasal 271
Undang-Undang No. 8 Tahun 2012 tentang
Pemilihan Umum Anggota DPR, DPD, dan
DPRD merumuskan bahwa perselisihan
hasil Pemilu adalah perselisihan antara
Komisi Pemilihan Umum (KPU) dan peserta
Pemilu mengenai penetapan perolehan
suara hasil Pemilu secara nasional. Lebih
lanjut dirumuskan perselisihan penetapan
perolehan suara hasil Pemilu secara nasional
tersebut adalah perselisihan penetapan
perolehan suara yang dapat memengaruhi
perolehan kursi Peserta Pemilu.
KPU telah menerbitkan Surat
Keputusan Nomor 411/Kpts/KPU/2014
tentang Penetapan Hasil Pemilu Anggota
DPR, DPD, DPRD Provinsi, dan DPRD
Kabupaten/Kota secara nasional dalam
Pemilu tahun 2014. Keputusan KPU tersebut
menetapkan beberapa hal, pertama,
rekapitulasi dan hasil perolehan suara sah
setiap partai politik dan calon anggota DPR
untuk setiap daerah pemilihan (dapil).
Kedua, menetapkan rekapitulasi dan hasil
perolehan suara sah calon anggota DPD
untuk setiap dapil atau provinsi. Ketiga,
*) Peneliti Madya Hukum Tata Negara pada Bidang Hukum Pusat Pengkajian, Pengolahan data dan Informasi (P3DI) Sekretariat
Jenderal DPR RI. E-mail: nmhantoro@yahoo.com
- 2 -
menetapkan hasil Pemilu anggota DPRD
Provinsi, DPR Aceh, DPR Papua dan Papua
Barat. Keempat, menetapkan hasil Pemilu
anggota DPRD Kabupaten/Kota dan DPR
Kabupaten/Kota di wilayah Provinsi Aceh.
Keputusan KPU selanjutnya adalah
Keputusan KPU No. 16/Kpts/KPU/Tahun
2014 tentang Penetapan Perolehan Kursi
Partai Politik dan Penetapan Calon Terpilih
Anggota DPR dalam Pemilu 2014. Mengingat
perselisihan hasil Pemilu terkait dengan
perolehan suara partai politik dan kemudian
dikaitkan dengan yang dapat memengaruhi
perolehan kursi Peserta Pemilu, maka kedua
keputusan tersebut menjadi dasar acuan
dalam perkara Perselisihan Hasil Pemilihan
Umum (PHPU), khususnya untuk anggota
DPR dan anggota DPD.
Ketua MK, Hamdan Zoelva,
mengatakan bahwa berdasarkan registrasi
permohonan jumlah perkara PHPU atau
sengketa Pemilu 2014 bertambah menjadi
767 perkara. Perkara ini mengalami
perubahan dari pengumuman MK yang
sebelumnya hanya menyebut 702 perkara.
Jumlah 767 perkara ini terdiri dari 735
perkara diajukan oleh 12 partai politik
nasional dan partai lokal, serta 32 perkara
yang diajukan oleh perseorangan calon
anggota DPD. Jumlah perkara tersebut lebih
banyak dari Pemilu 2004 dan 2009.
Subyek dan Obyek Perkara
PHPU adalah perselisihan antara
penyelenggara Pemilu dan peserta Pemilu.
UUD 1945 menetapkan bahwa peserta
Pemilu anggota DPR dan DPRD adalah
partai politik, sementara peserta Pemilu
anggota DPD adalah perseorangan. Dengan
demikian PHPU adalah perselisihan antara
KPU dengan Partai Politik (parpol) dan KPU
dengan calon Anggota DPD. Jumlah Partai
Politik yang ikut serta dalam Pemilu 2014
adalah 12 parpol nasional dan 2 parpol lokal,
sementara jumlah calon anggota DPD adalah
945 orang.
Di dalam Peraturan MK RI No. 1
tahun 2014 tentang Pedoman Beracara
dalam Perselisihan Hasil Pemilu anggota
DPR, DPD, dan DPRD dimungkinkan
pemohonnya adalah perseorangan calon
anggota DPR dan DPRD (atau DPRA untuk
Aceh) yang telah memperoleh persetujuan
secara tertulis dan pengajuannya
dilakukan oleh papol peserta Pemilu yang
bersangkutan. Hal tersebut terjadi karena
Pemilu menggunakan sistem proporsional
terbuka dengan suara terbanyak. Oleh
karena itu, terdapat keniscayaan munculnya
perselisihan antara calon anggota dalam satu
parpol. Adanya ketentuan harus memperoleh
persetujuan tertulis dan yang mengajukan
adalah parpol bersangkutan mempunyai
makna bahwa perselisihan tersebut oleh
partai disetujui untuk diselesaikan melalui
mekanisme peradilan. Apabila menggunakan
perspektif soliditas parpol, maka adanya
mekanisme tersebut memungkinkan
dilakukannya penyelesaian internal tanpa
melalui peradilan. Namun demikian, perlu
diingat penyelesaian di pengadilan intinya
adalah mencari kebenaran. Apabila terjadi
perselisihan akibat adanya kecurangan
atau tindakan melawan hukum, maka
pihak yang melakukan perlu mendapatkan
sanksi berdasarkan peraturan perundang-
undangan.
Selanjutnya mengenai objek
perselisihan, disebutkan di dalam UUD
1945 adalah hasil Pemilu. Pemilu memang
menghasilkan wakil rakyat yang duduk di
DPR, DPD, dan DPRD. Namun demikian,
untuk sampai dengan penetapan calon
terpilih dilakukan rekapitulasi hasil
perolehan suara partai politik, kemudian
dari perolehan suara tersebut dikonversi
menjadi jumlah kursi melalui mekanisme
pembagian tertentu, dan dari jumlah kursi
tersebut ditetapkan siapa calon terpilih, juga
dengan metode tertentu. Dengan demikian
hasil Pemilu memang pada awalnya adalah
perolehan suara.
Perolehan suara tersebut akan
mempengaruhi perolehan jumlah kursi
dan penetapan calon terpilih. Di samping
itu, UU juga telah membuat kebijakan
dengan membatasi bahwa perselisihan hasil
perolehan suara yang diperkarakan adalah
perolehan suara yang dapat memengaruhi
peroIeIun kursI. UnLuk ehsIensI, IuI InI
memang dapat mengurangi perkara, karena
apabila perbedaannya hanya kecil atau tidak
sampai memengaruhi jumlah perolehan
kursi maka tidak perlu diajukan ke MK.
Namun demikian, dalam upaya menemukan
kebenaran, sebenarnya hal tersebut perlu
dilakukan mengingat pengadilan intinya
bukan menang atau kalah, melainkan benar
atau salah. Apalagi jika perbedaan tersebut
dilakukan dengan cara disengaja dan
melawan hukum maka pihak yang melakukan
perlu mendapatkan sanksi berdasarkan
peraturan perundang-undangan.
- 3 -
Meminimalisasi Perkara
Perselisihan
PHPU bersumber dari penetapan
hasil perolehan suara partai politik secara
nasional. Artinya, hal ini terkait dengan
masalah penyelenggara Pemilu. Mengingat
hasil perolehan suara partai politik secara
nasional adalah rekapitulasi dari hasil
penghitungan suara di tingkat TPS sampai
dengan di KPU maka penyelenggara Pemilu
tersebut mulai dari KPPS/KPPSLN sampai
dengan KPU. Dengan demikian dapat
diasumsikan, apabila penyelenggara Pemilu
bekerja secara profesional dan penuh
integritas maka perselisihan hasil Pemilu
dapat diminimalisasi.
Dalam penyelenggaraan Pemilu,
quality control atau pengawasan
sebenarnya berada pada Bawaslu beserta
jajarannya. Pengawasan yang efektif juga
akan mengurangi kemungkinan terjadinya
kesalahan dalam penetapan hasil perolehan
suara di tingkat nasional, karena kesalahan
tersebut dapat dikoreksi mulai dari tingkat
yang paling bawah. Demikian pula dengan
adanya saksi dan pemantau Pemilu.
Kesalahan dalam penghitungan dan
rekapitulasi hasil penghitungan suara dapat
dibagi dalam dua kategori, yaitu kesalahan
teknis dan kesalahan manipulatif. Kesalahan
teknis adalah kesalahan yang tidak disengaja
atau tidak ada niatan dari dalam diri pelaku.
Sedangkan kesalahan manipulatif adalah
kesalahan yang disengaja dengan melakukan
perbuatan curang atau melawan hukum.
Mengapa bisa terjadi kesalahan
yang disengaja atau manipulasi suara?
Terdapat tiga faktor yang mempengaruhi,
yaitu masalah human resources atau SDM,
sistem, dan penegakan hukum. SDM terkait
dengan bagaimana rekrutmen, khususnya
penyelenggara di tingkat yang paling bawah.
Dalam Pemilu anggota DPR, DPD, dan DPRD
tahun 2014 terdapat kurang lebih 546.278
TPS yang terdiri dari 545.791 TPS di dalam
negeri dan 487 TPS di luar negeri. Dengan
demikian dibutuhkan pula sejumlah 546.278
KPPS yang melaksanakan penghitungan
suara di TPS. Bukan hal yang mudah untuk
mendapatkan lebih dari setengah juta orang
petugas yang mampu melaksanakan tugas
secara optimal dengan uang honor yang
kecil, terutama di daerah-daerah di luar
pulau Jawa. Ketika penghitungan suara
beres di tingkat TPS, tidak menjamin hal
tersebut berlanjut hingga tingkat nasional,
mengingat perjalanan panjang dari TPS
sampai ke KPU. Jadi, masalah integritas
dan profesionalitas penyelenggara Pemilu
perlu menjadi perhatian. Namun demikian,
manipulasi dapat juga dilakukan oleh dua
pihak karena kesepakatan, yaitu dengan
peserta Pemilu. Untuk itu, peserta Pemilu
juga dituntut turut andil dalam menjaga
Pemilu bersih tanpa kecurangan.
Berkenaan dengan sistem, terdapat
dua sistem yang dapat dikaji, yaitu sistem
Pemilu dan sistem pemungutan/pemberian
suara. Sistem proporsional terbuka dengan
suara terbanyak yang diadopsi dalam sistem
Pemilu tahun ini dianggap menimbulkan
banyaknya permasalahan. Dengan sistem
ini terjadi kompetisi antara calon legistatif
(caleg) di internal parpol, sehingga
berpoLensI menImbuIkun konIk. Pudu
sistem ini memungkinkan kader berkualitas
dan loyal, justru tidak terpilih dan kalah
dengan kader yang memiliki popularitas
instan dan banyak dana untuk melakukan
pendekatan kepada pemilih. Sistem ini juga
berpotensi memperkuat praktek politik
berbiaya tinggi dan mendorong caleg untuk
berkompetisi dengan cara mengandalkan
publikasi dibandingkan kerja politik berbasis
kerja nyata. Dengan pertimbangan tersebut,
banyak pihak yang menghendaki kembali ke
sistem proporsional tertutup. Keunggulan
sistem proporsional tertutup di antaranya
lebih menjamin penguatan organisasi parpol,
adanya pendidikan politik masyarakat dalam
kampanye, seleksi kandidat berbasis kualitas
dan kapasitas kader. Namun demikian,
sistem proporsional tertutup juga memiliki
kelemahan yang perlu diantisipasi, misalnya
setiap pemilihan nomor urut calon anggota
legislatif terjadi fenomena politik uang
(money politics) di internal partai dan
pimpinan partai memegang peranan yang
terlalu dominan dalam menentukan calon
legislatif terpilih dibandingkan dengan
rakyat sebagai pemegang mandat tertinggi.
Sistem ini juga akan membuat oligarki di
dalam parpol.
Sistem berikutnya yang perlu
dipikirkan adalah sistem pemberian suara,
melalui e-voting yang telah dilakukan dalam
skala terbatas baik dalam lingkup organisasi,
perusahaan, ataupun pemerintahan pada
skala paling kecil, yaitu dusun atau desa. Di
Kabupaten Jembrana, Bali, pemilihan kepala
dusun telah dilakukan melalui e-voting sejak
pertengahan 2009 dan hal ini terbukti telah
- 4 -
menghemat anggaran lebih dari 60 persen.
E-voting ini juga diawali dengan penggunaan
Kartu Tanda Penduduk berbasis chip (e-KTP)
yang membuat pemilih tidak mungkin
melakukan pemilihan lebih dari sekali.
TPS juga bisa menampung hingga 1000
pemilih, sementara dengan sistem manual
sekitar 500-700 pemilih saja per TPS yang
layak. Setelah MK memutuskan pada tahun
2010 bahwa penggunaan e-voting adalah
konstitusional sepanjang tidak melanggar
asas Pemilu yang bersifat langsung umum,
bebas dan rahasia (luber), dan jujur dan
adil (jurdil) maka e-voting bisa dilakukan
pada skala lebih luas seperti Pemilukada,
kemudian pada akhirnya di tingkat nasional.
Hal penting berikutnya adalah sistem
penegakan hukum. Penegakan hukum harus
dimulai dari tingkat yang paling rendah.
Setiap permasalahan sebaiknya dapat
diselesaikan di setiap tahapan sebelum
berlanjut ke tahapan berikutnya. Kesadaran
politik dan budaya hukum masyarakat harus
ditingkatkan, agar setiap potensi kecurangan
dapat dicegah sejak dini.
Penutup
Penyelesaian perkara PHPU di
MK merupakan sebuah mekanisme yang
disediakan untuk menyelesaikan perkara
Pemilu. Namun demikian, bukan berarti
perkara PHPU harus dilaksanakan sebagai
bagian dari rutinitas Pemilu dengan persepsi
semakin banyak perkara yang diselesaikan,
semakin tinggi kinerja MK. Justru
sebaliknya, perlu ada upaya perbaikan untuk
meminimalisir perkara perselisihan hasil
Pemilu di MK. Upaya yang perlu dilakukan
adalah pertama, dengan memperbaiki SDM
yang ada di penyelenggara Pemilu, mulai
dari rekrutmen dan mekanisme kerjanya.
Kedua, perlu dilakukan perbaikan sistem,
yaitu sistem Pemilu dan sistem pemberian
suara. Sistem Pemilu perlu dikembalikan ke
sistem proporsional tertutup, namun dengan
membuat aturan untuk mengantisipasi
adanya money politics dalam penetapan
nomor urut dan mencegah terjadinya oligarki
partai. Sementara untuk sistem pemberian
suara, ke depan perlu segera dikembangkan
e-voting secara secara berjenjang. Seiring
dengan upaya pengimplementasian e-voting,
perlu pula adanya pembenahan e-KTP dan
perangkat penunjang lainnya. Ketiga, sistem
penegakan hukum harus dilaksanakan secara
berjenjang dan setiap perkara sebaiknya
dapat diselesaikan mulai dari tahapan
pertama, sebelum berlanjut ke tahapan
berikutnya.
Rujukan
1. Wulandari, Lia. Siaran Pers: Melihat
Proses Perselisihan Hasil Pemilu 2014
di Mahkamah Konstitusi, http://www.
perludem.org, diakses tanggal 10 Juni
2014.
2. Ninditya, Fransiska. Jumlah TPS
Bertambah Menjadi 546.278, http://
www.antaranews.com/berita/420202/
kpu-jumlah-tps-bertambah-menjadi-
546278, diakses tanggal 10 Juni 2014.
3. KPU Tetapkan Calon Anggota DPD
Sebanyak 945 Orang, http://news.detik.
com/read/2013/08/29/115644/234398
7/10/kpu-tetapkan-calon-anggota-dpd-
ri-sebanyak-945-orang?nd771104bcj,
diakses tanggal 10 Juni 2014.
4. MK Kebanjiran Perkara Sengketa
Pemilu, http://www.republika.co.id/
beri ta/nasi onal /pol i ti k/14/04/30/
n4u8xq-mk-perkirakan-banjir-perkara-
sengketa-pemilu, diakses tanggal 10 Juni
2014.
5. Sengketa Pemilu Bertambah Menjadi
767 Perkara http://www.antaranews.
com/, diakses tanggal 10 Juni 2014.
6. Kaji Ulang Sistem Proporsional
Terbuka http://www.suarapembaruan.
com/, diakses tanggal 10 Juni 2014.
7. Pemilu 2014 Lebih Kisruh karena
Sistem Proporsional Terbuka http://
nasional.kompas.com/, diakses tanggal
10 Juni 2014.
8. Sistem Proporsional Terbuka Penyebab
Caleg Belanja Suara http://pemilu.
okezone.com/, diakses tanggal 10 Juni
2014.
9. Sistem Proporsional Terbuka Masih
Pilihan Terbaik http://politik.
kompasiana.com/, diakses tanggal 10
Juni 2014.
10. Pemungutan Suara Elektronik http://
id.wikipedia.org/, diakses tanggal 10
Juni 2014.
- 5 -
Vol. VI, No. 11/I/P3DI/Juni/2014 HUBUNGAN INTERNASIONAL
Info Singkat
2009, Pusat Pengkajian, Pengolahan Data dan Informasi (P3DI)
Sekretariat Jenderal DPR RI
www.dpr.go.id
ISSN 2088-2351
Kajian Singkat terhadap Isu-Isu Terkini
TIONGKOK DAN SENGKETA TERITORIAL
DI LAUT CINA SELATAN
Simela Victor Muhamad*)
Abstrak
Sengketa Teritorial di Laut Cina Selatan yang melibatkan Republik Rakyat Tiongkok
(RRT) dan sejumlah negara ASEAN masih menjadi pemberitaan media massa hingga
saat ini. Pasalnya, situasi di perairan sengketa menunjukkan perkembangan yang
belum kondusif yang disebabkan, antara lain, masih adanya aksi saling menuding
telah melakukan provokasi dan pelanggaran wilayah di antara pihak-pihak yang
bersengketa. RRT, sebagai salah satu pihak yang bersengketa, memiliki kepentingan
besar atas wilayah perairan yang mengandung nilai strategis ini. Sengketa yang
berlarut-larut sudah tentu harus dicari solusi damainya untuk menghindari implikasi
secara politik, keamanan dan ekonomi bagi kawasan. ASEAN, termasuk Indonesia di
dalamnya, sudah tentu juga perlu mengambil peran dalam mencari solusi damai atas
sengketa teritorial ini.
Pendahuluan
Sengketa teritorial antara Republik
Rakyat Tiongkok (RRT) dan sejumlah
negara di perairan kawasan (khususnya
Laut Cina Selatan/LCS) belum juga surut
dari pemberitaan media massa. Salah satu
contohnya adalah pemberitaan terkait
penolakan RRT atas keputusan Mahkamah
Arbitrase Permanen (Permanent Court of
Arbitration/PCA) yang memberi negara
itu waktu enam bulan (hingga 15 Desember
2014) untuk menyerahkan bukti-bukti
tandingan. Perintah itu diberikan guna
memberi kesempatan RRT merespons
gugatan Filipina melalui PCA terkait sengketa
di LCS. Sejauh ini, RRT selalu menentang
upaya internasionalisasi masalah LCS,
termasuk melalui PCA, dan lebih memilih
jalur bilateral untuk menyelesaikannya
dengan negara-negara yang bersengketa,
meskipun belakangan RRT mengadukan
Vietnam ke PBB terkait dengan tindakan
kapal-kapal Vietnam yang dianggap
membahayakan kapal-kapal mereka di
perairan sengketa.
Kajian singkat ini mencoba
menganalisis mengapa RRT bersikeras ingin
mempertahankan perairan LCS, apa yang
menjadi kepentingannya? Apa implikasinya
terhadap kawasan jika sengketa teritorial
di perairan ini terus berlarut? Pembahasan
*) Peneliti Madya Bidang Masalah-masalah Hubungan Internasional pada Pusat Pengkajian, Pengolahan Data dan Informasi (P3DI),
Sekretariat Jenderal DPR RI. Email: victorsimela@yahoo.co.id.
- 6 -
terlebih dahulu mengemukakan secara
singkat nilai strategis LCS.
Nilai Strategis LCS
LCS merupakan sebuah perairan
dengan berbagai potensi yang sangat besar,
karena di dalamnya terkandung potensi
minyak bumi dan gas alam, dan selain itu
juga peranannya sangat penting sebagai jalur
distribusi minyak dunia, perdagangan dan
pelayaran internasional. Perkiraan tentang
ketersediaan minyak dan gas berkisar
di antara 1-2 milyar barel sampai 225
milyar barel. Estimasi lain menyebutkan,
kandungan minyak di kawasan ini sebanyak
213 bbl (billion barrels). Karena ketegangan-
ketegangan kerap terjadi di wilayah ini,
perusahaan-perusahaan minyak dan
gas bumi tidak dapat melakukan survei
secara komprehensif di wilayah yang
dipersengketakan itu, sehingga angka-angka
yang lebih pasti tentang persediaan sumber
daya minyak dan gas bumi tidak dapat
diperoleh atau diungkapkan.
Nilai strategis ini juga terkait
dengan kedudukannya yang sangat dekat
dengan jalur komunikasi laut (sea lane
of communication/SLOC) yang sangat
vital, yang merupakan penghubung antara
Sumuderu HIndIu dun Sumuderu PusIhk.
Lebih dari separuh kapal-kapal niaga
dari seluruh dunia yang melewati Selat
Malaka, Selat Sunda dan Selat Lombok
melanjutkan perjalanannya melalui LCS.
Kawasan ini senantiasa dilewati oleh kapal-
kapal berbagai jenis yang mengangkut
sumber energi baik minyak, batu bara
maupun gas alam, termasuk 70 persen
kebutuhan energi Jepang dan 65 persen
kebutuhan energi RRT. Amerika Serikat juga
sangat membutuhkan kawasan ini untuk
mendukung mobilitas pasukan militernya
dalam melancarkan dominasi globalnya,
selain untuk kepentingan jalur perdagangan.
Dengan latar belakang potensi yang begitu
besar, maka tidak berlebihan jika kawasan
ini menjadi objek perhatian dan perebutan
banyak negara.
Di sini terlihat bahwa sengketa
teritorial di LCS sangat dipengaruhi oleh
posisi strategis LCS sebagai jalur pelayaran
internasional dan potensi sumber daya
mineral yang terkandung di dalamnya.
Ini artinya, LCS merupakan kawasan
yang memiliki nilai ekonomis, politis dan
strategis sehingga menjadikan kawasan
InI mengundung poLensI konIk sekuIIgus
potensi kerja sama. Dengan demikian
tidaklah mengherankan jika kawasan
LCS, yang memiliki potensi kandungan
minyak bumi dan gas alam yang besar serta
peranannya yang sangat penting sebagai
jalur pelayaran internasional (perdagangan
dan distribusi minyak dunia), menjadi objek
perdebatan dan persengketaan sejumlah
negara di kawasan selama bertahun-tahun.
Terlebih lagi LCS memiliki nilai strategis
yang bisa memengaruhi baik langsung
maupun tidak langsung kepentingan negara-
negara di kawasan. Lantas, apa yang menjadi
kepentingan RRT?

Kepentingan RRT
Klaim kepemilikian RRT atas kawasan
LCS sejak dekade 1970-an didasarkan pada
tiga hal pokok, yakni kemajuan ekonomi,
politik, dan kebutuhan akan pertahanan
dan keamanan. Pertumbuhan penduduk
yang tergolong cepat memungkinkan
adanya peningkatan pemanfaatan energi
minyak. Bagi RRT, dalam jangka panjang
cadangan minyak LCS meskipun dalam
jumlah yang belum pasti tetap akan
digunakan untuk menopang kebutuhan
dalam negeri. Kebutuhan akan cadangan
minyak berlebih dari sumber baru sudah
dirasakan sejak pertengahan tahun 1970-
an, yakni ketika produksi minyak RRT
mengalami penurunan. Secara eksternal,
krisis minyak dunia juga turut memengaruhi
perekonomian dalam negeri RRT akan
pentingnya cadangan minyak. Kemerosotan
ini terus berlanjut sampai dekade berikutnya
meskipun tidak diketahui jumlahnya secara
pasti. Kemungkinan fakta ini dipengaruhi
oleh cepatnya pertumbuhan penduduk dan
industrialisasi selama program modernisasi.
Kecenderungan itu berdampak pada
permintaan masyarakat terhadap sumber
energi terus bertambah.
Sebagai konsekuensinya, RRT harus
meningkatkan impor minyak dan gas,
memperbaiki kapabilitas berproduksi atau
kerja sama gabungan dalam mengeksplorasi
daerah tepi pantai. Guna mengurangi
impor minyak, dalam jangka panjang
negara ini memanfaatkan LCS sebagai
tempat memperoleh ladang minyak baru
dan sekaligus sebagai jalur lalu lintas
perdagangan.
Dari aspek politik, klaim tersebut
berkaitan dengan strategi politik luar negeri
- 7 -
RRT terhadap negara-negara Asia Tenggara.
LCS dianggap sebagai teritorial RRT untuk
memproyeksikan peranan strategisnya
secara aktual. Keterlibatan Beijing dalam
persengketaan tersebut semata-mata hanya
untuk menegaskan kembali perannya
sebagai negara besar dalam percaturan
regIonuI. BerukIIrnyu konIk Kumboju LeIuI
mengubah peran Beijing yang sebelumnya
memanfaatkan isu tersebut untuk menarik
negara-negara non-komunis ke dalam
pengaruhnya. Melalui langkah ini, RRT
dapat mengisolasi posisi Vietnam secara
regional. Penyelesaian Kamboja berdampak
pada corak politik luar negeri RRT terhadap
negara-negara Asia Tenggara terutama yang
tergabung dalam ASEAN.
Sebagai upaya alternatif, negara
tirai bambu ini berusaha mengembangkan
hubungan kerja sama baru, khususnya dalam
bidang politik dan ekonomi. Kebijakan ini
ditempuh sebagai upaya menghapus kesan
bahaya kuning atau ancaman dari utara.
Isu bahaya kuning seringkali dikaitkan
dengan adanya pemberontakan komunis
yang terjadi di beberapa negara Asia
Tenggara yang secara langsung maupun
tidak didukung oleh RRT. Isu tersebut dan
juga peristiwa Tiananmen yang dikaitkan
dengan pelanggaran HAM telah menurunkan
citra RRT di mata internasional.
Dari bidang pertahanan dan
keamanan, klaim RRT berkaitan dengan
kesalahan pengalaman masa lalu yang
kurang memberi perhatian pada potensi
laut. Pertama, faktor lemahnya kekuatan
laut sekeliling RRT merupakan peluang yang
mempermudah penetrasi imperialisme barat
yang pada akhirnya berakibat pada terbagi-
baginya wilayah RRT ke dalam penguasaan
kekuatan asing. Selama Perang Dingin
persepsi ancaman terhadap Soviet muncul
seiring dengan pembangunan pangkalan
militernya di Vietnam. Hal ini terlihat ketika
RRT memberi pelajaran terhadap Vietnam
(1979), Uni Soviet juga telah mengirimkan
armadanya sebagai penangkal terhadap
inisiatif Angkatan Laut RRT di Pulau Hainan
dan Kepulauan Paracel. Kedua, dalam
kaitannya dengan kepentingan keamanan,
RRT membutuhkan suatu armada angkatan
laut yang kuat dan pangkalan yang strategis.
Ketegasan sikap RRT dalam
mempertahankan klaimnya atas wilayah
LCS juga berkaitan dengan niatnya untuk
memperoleh status sebagai kekuatan
maritim yang handal, bukan hanya di tingkat
regional (Asia Timur dan Asia Tenggara),
tetapi juga internasional. Sebagai salah
satu sasaran modernisasi, RRT berusaha
mengembangkan kemampuan angkatan laut
guna meningkatkan statusnya dari kekuatan
pantai menjadi kekuatan laut biru (blue
water navy), suatu kekuatan yang memiliki
kemampuan proyeksi jauh ke wilayah
samudera luas. Artinya, kekuatan laut
biru dapat dijadikan sebagai penyeimbang
kekuatan ekonomi yang semakin
dipertimbangkan di arena internasional.
Selain ketiga hal di atas, RRT sensitif
terhadap masalah kedaulatan akibat
penindasan asing. Bayang-bayang ancaman
dari luar negeri muncul kembali bersamaan
dengan pecahnya Soviet menjadi beberapa
negara merdeka. Bagi pemimpin RRT,
semangat nasionalisme tersebut dapat
menyebar sehingga bisa menimbulkan
disintegrasi bangsa. Fenomena ini berkaitan
dengan daerah-daerah minoritas yang pernah
mengalami tekanan berat dari pemerintah
pusat. Strategi RRT dalam sengketa LCS
merupakan paket yang sama dengan usaha
mempertahankan integritas teritorialnya.
Kepentingan RRT terhadap LCS, terutama
Kepulauan Spratly dan Paracel, tidak
hanya dimaksudkan untuk memenuhi dan
menunjang program modernisasi namun
juga upaya penyatuan Taiwan. Apabila RRT
berhasil menguasai dan mengontrol lalu
lintas kapal yang melintasi LCS, maka negara
ini mampu mempertahankan integritas
Taiwan sebagai bagian dari teritorinya.
Implikasi
Dinamika lingkungan strategis di
kawasan LCS belakangan ini memang
menunjukkan kondisi yang kurang kondusif.
Klaim tumpang tindih wilayah di LCS sebagai
pangkal permasalahan sampai saat ini belum
menemukan titik temu penyelesaiannya.
Kondisi tersebut telah mendorong negara-
negara yang memiliki klaim di wilayah
tersebut untuk memainkan pengaruhnya baik
melalui jalur diplomatik maupun melalui
upaya peningkatan kekuatan pertahanannya
di kawasan. Sebagai kawasan yang strategis
bagi kepentingan global, sengketa LCS
juga telah mengundang pihak-pihak di luar
negara pengklaim yang memiliki kepentingan
di kawasan untuk melibatkan dirinya.
Keterlibatan baik negara pengklaim maupun
bukan sudah tentu menimbulkan pro dan
- 8 -
kontra yang berujung pada perbedaan yang
mendasar dalam penyelesaian sengketa
secara damai. Adanya perbedaan mendasar
dalam penyelesaian sengketa, menambah
sengketa teritorial di LCS menjadi berlarut-
larut, ditambah lagi dasar pengajuan klaim
para pihak yang bersengketa sepertinya sulit
dipertemukan.
Terlepas dari berlarut dan rumitnya
penyelesaian sengketa LCS, ASEAN dan juga
Indonesia di dalamnya, tidak bisa begitu saja
mengabaikan persoalan ini, karena dampak
dari sengketa LCS tersebut terhadap kawasan
dan kepentingan nasional Indonesia. Dalam
konteks politik, misalnya, sengketa LCS
apabila terus meningkat akan berdampak
pada terancamnya perdamaian dan stabilitas
kawasan. Kondisi tersebut sangat jelas juga
bertentangan dengan kepentingan politik
Indonesia dalam turut menjaga perdamaian
dan ketertiban dunia (termasuk stabilitas
kawasan di dalamnya) sebagaimana
diamanatkan dalam Pembukaan Undang-
Undang Dasar Negara Republik Indonesia
Tahun 1945.
Eskalasi sengketa LCS akan
memberIkun ImpIIkusI poIILIk yung sIgnIhkun
terhadap Indonesia dengan menempatkan
Indonesia pada keadaan yang terjepit dalam
pertarungan kepentingan kekuatan besar
di kawasan, yaitu Amerika Serikat dan
RRT. Pada sisi lain, kepentingan nasional
Indonesia di LCS juga terancam sebab
wilayah ZEE Indonesia di perairan Natuna
dan perbatasan dipastikan akan terkena
limpahan (spill over). Dalam konteks
ekonomI, konIk dI CS ukun menguncum
kelangsungan perdagangan Indonesia
dengan negara-negara di kawasan Asia
Timur yang merupakan mitra penting
ekonomi Indonesia, di samping terganggunya
perairan Natuna sebagai salah satu kawasan
eksplorasi sumber daya alam Indonesia yang
potensial. Sementara dari sisi pertahanan,
kehadiran angkatan bersenjata negara-
negara yang bersengketa akan menimbulkan
ancaman dan ketegangan baru bagi kawasan.
Penutup
Memerhatikan perkembangan dan
dinamika yang terjadi berkaitan dengan
sengketa LCS, maka potensi bagi terjadinya
konIk dI kuwusun InI sunguL Lerbuku,
terlebih sikap asertif terus diperlihatkan
oleh beberapa negara yang bersengketa.
Ini artinya, peningkatan ketegangan di
CS dupuL menjurus ke konIk Lerbuku dun
berimplikasi terhadap perdamaian dan
stabilitas kawasan. Oleh karena itu, upaya
pencarian solusi damai untuk menangani
sengketa di kawasan ini menjadi suatu
keharusan, tidak saja bagi negara-negara
yang bersengketa tetapi juga negara-negara
kawasan. ASEAN, sebagai organisasi
regional yang berpengaruh di kawasan dan
beberapa negara anggotanya terlibat dalam
sengketa LCS, perlu mengambil peran dalam
pencarian solusi damai tersebut. Begitu
juga Indonesia (meskipun bukan negara
claimant, tetapi karena sebagian wilayahnya
berdekatan dengan wilayah sengketa) juga
perlu mengambil peran itu. Indonesia perlu
memprakarsai langkah-langkah antisipatif
duIum penungunun poLensI konIk CS InI
dalam forum ASEAN. Peran ASEAN dan juga
Indonesia tersebut ditujukan untuk turut
menjaga perdamaian dan stabilitas kawasan
agar sengketa LCS tidak berkembang
menjudI konIk Lerbuku.
Rujukan
1. The Republic of the Philippines v. The
Peoples Republic of Cina, Permanen
Court of Arbitration News, http://
www.pca-cpa.org/shownews.asp?nws_
id=423&pag_id=1261&ac=view, diakses
tanggal 5 Juni 2014.
2. RRT Tolak Perintah Mahkamah
Arbitrase, Kompas, 5 Juni 2014, hal. 9.
3. Vietnam-Filipina Galang Persatuan,
Kompas, 9 Juni 2014, hal. 10.
4. Tiongkok Adukan Vietnam ke PBB,
Kompas, 11 Juni 2014, hal. 8.
5. Cina says wants to counter Vietnams
slander on SCS, The Jakarta Post, 11
Juni 2014, hal. 10.
6. CIIve ScIoheId und un SLorey, Energy
Security and Southeast Asia: The Impact
on Maritime Boundary and Territory,
Asia Quaterly, Vol. IX, No. 4, Fall 2005.
7. South Cina Sea is a critical world
trade route and a potential source of
hydrocarbons, EIA Overview, 7 Februari
2013, http://www.eia.gov/countries/
regIons-LopIcs.cIm?hps=scs, dIukses
tanggal 2 Juni 2014.
8. Dr. Jean-Paul Rodrigue and Dr. Theo
Notteboom, Global Maritime Routes
and Chokepoints, dalam The Geography
of Transport System, http://people.
hof st ra. edu/geot rans/eng/ch1en/
appl1en/ch1a2en.html, diakses tanggal 2
Juni 2014.
- 9 -
Vol. VI, No. 11/I/P3DI/Juni/2014 KESEJAHTERAAN SOSIAL
Info Singkat
2009, Pusat Pengkajian, Pengolahan Data dan Informasi (P3DI)
Sekretariat Jenderal DPR RI
www.dpr.go.id
ISSN 2088-2351
Kajian Singkat terhadap Isu-Isu Terkini
JAMINAN KEHALALAN
PRODUK PANGAN
A.Muchaddam Fahham*)
Abstrak
Kasus bakso oplosan dan biskuit mengandung babi merupakan indikasi lemahnya
pengawasan pemerintah terhadap peredaran pangan. Pemerintah terlihat tidak
mampu menjalankan amanat undang-undang pangan yang mewajibkan pemerintah
dan pemerintah daerah untuk menjamin keamanan pangan bagi masyarakat. Kasus
itu juga menunjukkan bahwa pemerintah belum mampu mencegah kemungkinan
pangan yang beredar di masyarakat tercampur benda lain yang bertentangan
dengan agama dan keyakinannya sehingga aman untuk dikonsumsi. Pelanggaran
terhadap peraturan perundang-undangan yang dilakukan oleh produsen dan pelaku
usaha perlu ditindaklanjuti secara hukum agar pelanggaran sejenis tidak terulang
kembali. Lemahnya penegakan hukum selama ini menjadikan pelanggaran ini terus
terjadi.
Pendahuluan
Mencuatnya temuan pangan yang
berbahan baku babi dalam beberapa minggu
belakangan menimbulkan keresahan
di masyarakat. Pada April 2014 bakso
oplosan daging celeng ditemukan di
Kecamatan Tambora Jakarta Barat. Kasus
ini terkuak setelah adanya pengaduan dari
salah satu pedagang bakso ke Suku Dinas
Peternakan dan Perikanan Jakarta Barat.
Pedagang bakso itu merasa aneh dengan
harga bakso dan daging yang ditawarkan.
Harga daging di pasaran sebesar Rp110
ribu per kilogram, sementara harga yang
ditawarkan oleh pedagang bakso itu hanya
Rp50 ribu per kilogram. Laporan tersebut
kemudian ditindaklanjuti oleh Kasudin
Perternakan dan Perikanan Jakarta dengan
melakukan pemeriksaan laboratorium yang
menunjukkan hasil bahwa bakso yang diteliti
positif mengandung babi celeng.
Pada bulan berikutnya kasus biskuit
mengandung babi mencuat ke publik lewat
sebuah akun Facebook. Fuziansyah Bachtar,
seorang mahasiswa Universitas Tokyo,
Jepang menulis status Facebook pada 18 Mei
2014 dengan bunyi Hati-hati ya kalo belanja
di Indonesia....Produk haram impor ini dijual
bebas di Indomaret. Coba lihat ini tertulis:
huruf Kanji (mengandung babi)". Produk
biskuit yang dimaksud bernama Bourbon
*) Peneliti Muda Agama dan Masyarakat pada bidang Kesejahteraan Sosial, Pusat Pengkajian, Pengolahan Data dan Informasi (P3DI),
Sekretariat Jenderal DPR RI. Email: muchaddam@yahoo.com.
- 10 -
Cookie dan dijual di Indomaret seharga
Rp14.500. Setidak-tidaknya ada 30 Toko
Indomaret yang menjual produk tersebut.
Biskuit Bourbon Cookie disuplai oleh CV
Roma yang berlokasi di Medan, Sumatera
Utara.
Pertanyaannya kemudian adalah
mengapa kasus keamanan pangan sering
sekali mengemuka. Bukankah kita telah
memiliki Undang-Undang Pangan yang
menjamin keamanan pangan, baik dari aspek
kesehatan maupun dari aspek agama dan
keyakinan? Di samping Undang-Undang No.
18 Tahun 2012 tentang Pangan (UU Pangan),
kita juga memiliki beragam institusi publik
maupun masyarakat yang memiliki perhatian
terhadap pangan, antara lain Direktorat
Jenderal Pengawasan Obat dan Makanan
(Dirjen POM) Kementerian Kesehatan,
Badan Pengawasan Obat dan Makanan
(Badan POM), Lembaga Pengkajian Pangan
Obat-Obatan dan Kosmetika Majelis Ulama
Indonesia (LPPOM MUI), serta Yayasan
Lembaga Konsumen Indonesia (YLKI).
Munculnya dua kasus di atas
menunjukkan tiga hal, yaitu: pertama,
pengawasan terhadap peredaran pangan
yang layak konsumsi baik dari sisi kesehatan
dan sisi agama atau keyakinan yang lemah;
kedua, terjadi pelanggaran terhadap
peraturan perundang-undangan; dan ketiga,
lemahnya pelindungan negara terhadap
masyarakat untuk mendapatkan pangan yang
sehat dan tidak bertentangan dengan agama
dan keyakinan serta budaya masyarakatnya.
Lemahnya Pengawasan
Dua kasus terkait pangan yang
telah sedikit diurai di atas menunjukkan
lemahnya pengawasan pemerintah
terhadap peredaran pangan. Kasus biskuit
yang mengandung babi seharusnya dapat
sedini mungkin dicegah untuk beredar dan
dikonsumsi masyarakat jika saja pemerintah
menjalankan fungsinya secara maksimal
untuk mengawasi peredaran pangan.
Dengan kata lain, kasus biskuit itu adalah
bukti bahwa institusi-institusi tersebut
diatas tidak melakukan tugas dan fungsinya
secara memadai sehingga biskuit tersebut
diperjualbelikan di Toko Indomaret. Padahal
UU Pangan secara jelas mengamanatkan
bahwa pemerintah dan pemerintah daerah
menjamin terwujudnya penyelenggaraan
pangan di setiap mata rantai pangan secara
terpadu. Keamanan pangan diselenggarakan
untuk menjaga pangan tetap aman, higienis,
bermutu, bergizi, dan tidak bertentangan
dengan agama, keyakinan, dan budaya
masyarakat.
Penyelenggaraan keamanan pangan menurut
Pasal 69 UU Pangan, dilakukan melalui:
a. sanitasi pangan;
b. pengaturan terhadap bahan tambahan
pangan;
c. pengaturan terhadap produk pangan
rekayasa genetik
d. pengaturan terhadap iradiasi pangan;
e. penetapan standar kemasan pangan;
f. pemberian jaminan keamanan pangan
dan mutu pangan; dan
g. jaminan produk halal bagi yang
dipersyaratkan.
Sayangnya, pemerintah baru bergerak
ketika kasus itu muncul, dan kemunculan
kasus itu karena laporan dan partisipasi
aktif masyarakat. Menurut Ali Khomsan,
banyak persoalan pangan yang harus
menjadi perhatian serius pemerintah
seperti penggunaan bahan tambahan yang
tidak tepat, pelabelan dan periklanan
yang membodohi konsumen, pangan
kadaluwarsa, dan proses produksi yang tidak
memenuhi syarat keamanan. Kesemuanya
ILu menyungkuL uspek yung bersIIuL hsIk.
Pengoplosan daging sapi dengan daging
celeng lebih bernuansa keyakinan dan hal
itu pun masuk kategori persoalan keamanan
pangan. Dalam situasi apa pun pedagang
dituntut menyediakan pangan yang benar-
benar aman lahir ataupun batin.
Kegiatan pengamanan makanan
harus dilakukan pada seluruh mata rantai
suplai makanan, yakni mulai tahapan
produksi, pengolahan distribusi, sampai
pada konsumen di tingkat rumah tangga.
Salah satu hambatan dalam pengamanan
makanan ialah keterbatasan sumber daya
manusia (SDM). Diperlukan tenaga-tenaga
pengawas makanan di tingkat lapangan
yang setiap harinya bisa mendeteksi cepat
ketidakamanan pangan. Pengawasan yang
dilakukan oleh pemerintah pada umumnya
tidak berkelanjutan dan baru dilakukan pada
momen-momen tertentu, seperti yang saat
mendekati bulan suci Ramadan. Padahal
peredaran pangan terjadi setiap hari dan
hampir luput dari pengawasan.
Masyarakat konsumen berharap
- 11 -
banyak bahwa keamanan dan kesehatan
mereka terlindungi oleh pemerintah, yakni
dengan adanya pengawasan ketat terhadap
makanan yang beredar. Lahirnya UU Pangan
diharapkan mampu menjembatani antara
suplai produsen dan permintaan konsumen.
Oleh sebab itu, Pemerintah tidak boleh
menjadikan keterbatasan SDM sebagai dalih
untuk tidak aktif melakukan pengawasan
dalam masalah ini.
Pelanggaran Undang-Undang
UU Pangan sejatinya telah sangat
tegas mengatur keamanan pangan yang
dimaksudkan untuk menjaga pangan
tetap aman, higienis, bermutu, bergizi,
dan tidak bertentangan agama, keyakinan,
dan budaya masyarakat. Disamping
itu juga untuk mencegah kemungkinan
cemaran biologis, kimia, dan benda lain
yang dapat mengganggu, merugikan, dan
membahayakan kesehatan manusia. Di
samping undang-undang pangan, undang-
undang perlindungan konsumen juga secara
jelas mengatur hak dan kewajiban konsumen
dan larangan-larangan yang tidak boleh
dilakukan oleh pelaku usaha. Salah satu
contoh larangan yang tidak boleh dilakukan
oleh pelaku usaha adalah memproduksi
dan/atau memperdagangkan barang
dan/atau jasa yang tidak mencantumkan
informasi dan/atau petunjuk penggunaan
barang dalam bahasa Indonesia. Oleh
karena itu, produsen biskuit mengandung
babi dapat dikatakan telah melakukan
pelanggaran Undang-Undang Pangan dan
Undang-Undang Perlindungan Konsumen
dalam dua hal. Pertama, produsen tidak
mengabaikan keamanan pangan dari sisi
agama dan keyakinan konsumen. Kedua,
produsen juga mengabaikan perbuatan yang
dilarang bagi pelaku usaha sebagaimana
diatur dalam Pasal 9 ayat (1) huruf j, UU
No. 8 Tahun 1999 tentang Perlindungan
Konsumen (UU Perlindungan Konsumen).
Pasal ini menegaskan bahwa pelaku
usaha dilarang memproduksi dan/atau
memperdagangkan barang dan/atau jasa
yang "tidak mencantumkan informasi dan/
atau petunjuk penggunaan barang dalam
bahasa Indonesia sesuai dengan ketentuan
perundang-undangan yang berlaku".
Ironisnya, Direktur Jenderal
Standardisasi dan Perlindungan Konsumen
menyatakan tidak dapat menindak PT
Indomarco Prismatama sebagai toko yang
menjual biskuit tersebut karena tidak ada
undang-undang yang melarang peredaran
produk kemasan asing meskipun tidak
berlabel halal.
Pernyataan Direktur Jenderal
Standardidasi dan Perlindungan Konsumen
itu tampaknya mengabaikan dan tidak
menempatkan UU Perlindungan Konsumen
sebagai dasar untuk menindak PT
Indomarco, seharusnya PT Indomarco dapat
dituntut atas pelanggaran Pasal 9 ayat (1)
huruf j UU Perlindungan Konsumen di atas.
Peredaran pangan yang tidak aman
dikonsumsi, baik dari sisi kesehatan maupun
dari sisi agama dan keyakinan, sejatinya
sudah berulang kali terjadi. Pengulangan
kasus itu memberi gambaran akan lemahnya
penegakan hukum. Sanksi yang diberikan
kepada para pelaku pelanggaran tampaknya
belum mampu memberikan efek jera bagi
pelakunya. Hal ini disebabkan karena sanksi
yang diatur dalam UU Pangan Pasal 89
bagi setiap orang yang memperdagangkan
pangan yang tidak sesuai dengan keamanan
pangan dan mutu pangan yang tercantum
dalam label kemasan pangan terlalu ringan.
Pelanggar hanya dikenai sanksi administratif
berupa: denda, penghentian sementara bagi
kegiatan produksi, dan/atau peredaran,
penarikan pangan dari peredaran oleh
produsen, ganti rugi, dan/atau pencabutan
izin.
Pelindungan Negara
Negara menjamin kemerdekaan tiap-
tiap penduduk untuk memeluk agamanya
masing-masing dan untuk beribadat menurut
agamanya dan kepercayaanya itu. Salah satu
bentuk perbuatan yang diperintahkan oleh
agama Islam bagi masyarakat muslim adalah
mengkonsumsi pangan yang halal. Oleh
karena itu, negara wajib menjamin setiap
penduduk untuk menjalankan agama yang
dipeluk dengan menjamin kehalalan pangan
bagi masyarakat muslim.
Upaya menjamin kehalalan produk
pangan bagi masyarakat muslim di
Indonesia sejatinya telah dimulai dengan
digulirkannya RUU Jaminan Produk Halal
yang saat ini masih belum selesai dibahas
di DPR RI. Ada satu perdebatan dalam
pembahasan RUU itu yang tidak kunjung
tuntas, yakni siapa lembaga yang berhak
memberIkun serLIhkusI IuIuI uLus sebuuI
produk pangan. DPR RI mengusulkan
lembaga yang berwenang untuk memberikan
- 12 -
serhkusI IuIuI ILu uduIuI MujeIIs UIumu
Indonesia (MUI), sementara pemerintah
mengusulkan lembaga yang berwenang
adalah suatu badan tertentu. Masalah lain
yang tidak kunjung terselesaikan terkait
dengun sIIuL serLIhkusI, upukuI serLIhkusI
halal itu merupakan mandatory (kewajiban)
bagi pelaku usaha atau sebaliknya bersifat
voluntary (sukarela). DPR RI mengusulkan
sIIuL serLIhkusI ILu mandatory, sementara
pemerintah mengusulkan sukarela.
Terlepas dari perdebatan di atas,
hadirnya sebuah undang-undang (UU) yang
menjamin kehalalan suatu produk pangan
adalah sebuah keniscayaan. UU itu ditunggu
oleh masyarakat muslim Indonesia agar
ada penindakan bagi pelaku usaha yang
mengabaikan jaminan keamanan pangan
dari sisi agama dan keyakinan masyarakat
tidak bisa dilakukan.
Penutup
Munculnya kasus pangan yang tidak
aman tersebut menunjukkan bahwa negara
belum mampu menjamin keamanan pangan.
Lemahnya jaminan itu tidak saja dari sisi
agama dan keyakinan, tetapi juga dari
sisi kesehatan dan mutu gizi. Untuk itu,
pemerintah perlu kembali meninjau kembali
kinerjanya dalam pengawasan produksi
dan peredaran pangan. Selain perlunya
peningkatan kualitas dan kuantitas SDM,
pemerintah juga harus tegas dalam hal
penegakan hukum terhadap siapa pun yang
melakukan pelanggaran UU agar kasus-
kasus produksi dan peredaran pangan yang
membayakan kesehatan masyarakat dan
bertentangan dengan agama, keyakinan,
serta budaya masyarakat tidak selalu
terulang. Selanjutnya DPR RI perlu segera
menyelesaikan pembahasan RUU Jaminan
Produk Halal dan mengesahkan RUU itu
menjadi UU agar konsumen tidak lagi
kesulitan mendapatkan produk pangan
yang halal. Di sisi lain, DPR RI juga perlu
mendorong proses revisi Undang Undang
tentang Perlindungan Konsumen.
Rujukan
1. Jannah, Kurniasih Miftakhul. Biskuit
Mengandung Babi di Indomaret Sudah
Ditarik?, http://economy.okezone.com/
read/2014/05/23/320/989092/biskuit-
mengandung-babi-di-indomaret-sudah-
ditarik, diakses tanggal 23 Mei 2014.
2. Khomsan, Ali. Jaminan Keamanan
Pangan Lemah, Media Indonesia, Rabu,
4 Juni 2014.
3. Nasrul, Erdy. Obat Batuk Memabukkan
Ditarik dari Pasar, Republika, 2 Juni
2014.
4. Ramadan, Aldian Wahyu dan Ichsan
Emrald Alamsyah. Penjual Biskuit Babi
Melanggar, Republika, Jumat, 30 Mei
2014.
5. Umai, Jelang Ramadhan Petugas
Banyak Temukan Produk Tak Layak
Konsumsi, http://www.publicapos.
com/news/977- j el ang- ramadhan-
petugas-banyak-temukan-produk-tak-
layak-konsumsi, diakses tanggal 5 Juni
2014.
6. Wadji, Farid. Jaminan Produk Halal,
Republika, 2 Juni 2014.
7. Yolanda, Friska. Biskuit Bai Beredar,
Republika, Rabu, 28 Mei 2014
8. www.faceboook.com/fuziansyah.bachtar.
9. Undang Undang No.18 Tahun 2012
tentang Pangan.
10. Undang Undang No. 9 Tahun 1999
tentang Perlindungan Konsumen.
- 13 -
Vol. VI, No. 11/I/P3DI/Juni/2014 EKONOMI DAN KEBIJAKAN PUBLIK
Info Singkat
2009, Pusat Pengkajian, Pengolahan Data dan Informasi (P3DI)
Sekretariat Jenderal DPR RI
www.dpr.go.id
ISSN 2088-2351
Kajian Singkat terhadap Isu-Isu Terkini
UPAYA MENEKAN KENAIKAN HARGA BARANG
KEBUTUHAN POKOK MENJELANG RAMADHAN
Lisnawati*)
Abstrak
Kenaikan harga barang kebutuhan pokok di seluruh daerah telah menjadi tradisi setiap
kita memasuki bulan suci Ramadhan. Pemerintah harus melakukan beberapa hal agar
lencilcn hcrc tersebut tidcl membuct injcsi tini citu menjcc distribusi bcrcn,
pasokan barang, dan sistem kontrol terhadap harga, menjaga efek kenaikan tarif dasar
listrik, dan melakukan salah satu instrumen kebijakan moneter. Pengendalian oleh
pemerintah, produsen, pedagang, dan konsumen juga sangat diperlukan agar kenaikan
harga barang kebutuhan pokok tidak terlalu tinggi.
Pendahuluan
Akhir bulan ini kita akan memasuki
bulan suci Ramadhan dan telah menjadi
tradisi bahwa di hampir seluruh daerah
mengalami realitas kenaikan harga barang
kebutuhan pokok. Kenaikan harga ini juga
berdampak pada orang-orang yang tidak
bersentuhan dengan Ramadhan. Kenaikan
harga barang kebutuhan pokok menjelang
Ramadhan ataupun hari-hari tertentu
lainnya sebenarnya dapat dijelaskan
melalui teori ekonomi sederhana. Dalam
hukum mekanisme pasar dikatakan apabila
persediaan barang sedikit dan permintaan
akan barang tersebut banyak maka akan
menyebabkan kenaikan harga. Naiknya
harga barang ini dipahami agar barang tidak
hilang dari pasar.
Berdasarkan sifat elastisitas
permintaannya, barang yang digunakan
untuk memenuhi kebutuhan pokok biasanya
disebut barang inelastis atau barang yang
mengalami perubahan harga lebih besar
daripada perubahan permintaan. Oleh
karena itu, walaupun harga barang tersebut
melambung tinggi, orang akan tetap
membelinya demi kelangsungan hidup.
Hal ini sesuai dengan pandangan ekonom
Jerman, Herman Heinrich Gossen, bahwa
konsumen akan berusaha memenuhi atau
memuaskan semua kebutuhannya sebaik
mungkin.
Menjelang Ramadhan, perilaku
konsumen mendadak berubah drastis dari
biasanya. Konsumen yang tadinya berbelanja
secukupnya untuk kebutuhan makan sehari-
hari, ketika Ramadhan berbelanja dengan
anggaran yang lebih besar dan berusaha
menyiapkan porsi lebih dari biasanya.
*) Peneliti Muda Bidang Ekonomi dan Kebijakan Publik, Pusat Pengkajian, Pengolahan Data dan Informasi (P3DI), Sekretariat
Jenderal DPR RI, E-mail: lisnawati.dpr@gmail.com.
- 14 -
Perubahan ini juga dirasakan oleh produsen
dan pedagang, terutama pedagang di pasar
tradisional/pasar induk yang perubahannya
jelas terasa. Keuntungan yang berlipat
dapat dikeruk dibandingkan bulan-bulan
lainnya. Contohnya, pedagang daging akan
meningkatkan harga daging menjelang
Ramadhan karena berapapun harga yang
ditawarkan, konsumen pasti membelinya.
Apakah fenomena kenaikan harga barang
kebutuhan pokok ini harus selalu berulang
setiap tahun? Bagaimana peranan
pemerintah dalam mengatasi hal tersebut?
Inflasi dan Kenaikan Harga Barang
Kebutuhan Pokok
nusI dupuL menIngkuL Lerus jIku
pemerintah tidak dapat mengendalikan
harga barang kebutuhan pokok. Menurut
BPS naiknya harga pangan merupakan salah
suLu penyumbung InusI LerLInggI. nusI
terjadi karena adanya kenaikan harga pada
beberapa komoditas, antara lain daging
ayam, telur, tomat, bawang merah, dsb.
Berdasarkan data Bank Indonesia, harga
daging ayam dan telur menjadi pemicu
LerLInggI Iuju InusI buIun MeI zo1q. nusI
pada minggu keempat bulan Mei 2014
diperkirakan di bawah 0,2 persen. Namun
demikian, hasil survei hingga minggu ketiga
buIun MeI zo1q menunjukkun InusI berudu
dI IeveI o,11 persen dun securu umum InusI
pada bulan Mei 2013 mencapai 1,56 persen.
Untuk tahun ini, harga barang
kebutuhan pokok mengalami potensi
kenaikan yang lebih tinggi mengingat selain
Ramadhan banyak peristiwa penting yang
akan terjadi pada bulan Juni-Juli tahun
ini seperti pemilihan presiden, momentum
memasuki tahun ajaran baru, dan hari raya
duIhLrI. BeIum IugI wucunu kenuIkun LurII
dasar listrik dan BBM. Namun demikian,
securu umum InusI ukun Lurun kembuII
pada bulan-bulan selanjutnya.
KesLubIIun InusI perIu dIIukukun ugur
dapat memberikan manfaat bagi peningkatan
kesejuILeruun musyurukuL. nusI yung
tinggi dapat menyebabkan pendapatan riil
masyarakat akan turun sehingga standar
IIdup ukun menurun. nusI yung LIduk sLubII
juga akan menciptakan kesulitan dalam
mengambil keputusan untuk melakukan
konsumsi, investasi, dan produksi yang pada
akhirnya akan menurunkan pertumbuhan
ekonomi.
Kebijakan Pemerintah Dalam
Mengatasi Masalah Kenaikan
Harga Barang Kebutuhan Pokok
Peran Pemerintah sangat penting
dalam mengantisipasi dan mengontrol
kenuIkun Iurgu ugur LIduk LerjudI InusI yung
semakin tinggi. Beberapa langkah yang dapat
dIumbII pemerInLuI unLuk menekun nusI
yang disebabkan oleh kenaikan harga barang
kebutuhan pokok adalah:
1. Menjaga distribusi barang,
pasokan barang, dan sistem
kontrol terhadap harga
Menjelang bulan Ramadhan, barang
kebutuhan pokok menjadi rawan tidak
terdistribusi dengan normal dan masalah
penimbunan oleh agen/distribusi menjadi
permasalahan sendiri. Dalam Pasal 93 dan
Pasal 95 Undang-Undang (UU) No. 7 Tahun
2014 tentang Perdagangan ditegaskan
bahwa pemerintah dan pemerintah daerah
harus berperan dalam mengendalikan
ketersediaan, stabilisasi harga, dan distribusi
barang kebutuhan pokok dan/atau barang
penting. Selain itu secara tegas pula terdapat
sanksi pidana penjara paling lama 5 (lima)
tahun dan/atau pidana denda paling
banyak Rp50.000.000.000,00 (lima puluh
miliar rupiah) bagi para pelaku usaha yang
menyimpan barang kebutuhan pokok dan/
atau barang penting dalam jumlah dan waktu
tertentu pada saat terjadi kelangkaan barang,
gejolak harga, dan/atau hambatan lalu lintas
perdagangan barang seperti tercantum
dalam Pasal 107 UU tersebut.
Terkait masalah tersebut, pemerintah
wajib menjaga pasokan sejumlah barang
kebutuhan pokok yaitu melalui peran bulog,
seperti yang tercantum dalam Peraturan
Pemerintah No. 7 Tahun 2003 tentang Perum
Bulog Pasal 6 yaitu dalam hal pengamanan
harga pangan pokok, pengelolaan cadangan
pangan pemerintah dan distribusi pangan
pokok harus dijalankan dengan baik dalam
mengatasi kondisi kenaikan harga.
Data mengenai produksi dan
kebutuhan barang pokok juga harus
dipaparkan secara transparan oleh
pemerintah agar tidak menimbulkan isu
kelangkaan maupun kelebihan pasokan.
Berdasarkan UU ini, sanksi bagi para pelaku
usaha yang memanipulasi data mengenai
persediaan barang kebutuhan pokok dan/
atau barang penting pun diancam pidana
dengan pidana penjara paling lama 4 (empat)
- 15 -
tahun dan/atau pidana denda paling banyak
Rp10.000.000.000,00 (sepuluh miliar
rupiah). Selain itu, kondisi infrastruktur
yang baik seperti jalan, pelabuhan laut, dan
prasarana perkeretaapian harus diperhatikan
dalam mengatasi masalah distribusi. Biaya
logistik yang rata-rata lebih tinggi 20-30
persen dari biaya produksi menyebabkan
harga menjadi lebih tinggi dari yang
seharusnya dan akhirnya produsen akan
memasukkan ongkos logistis pada harga jual
barang.
2. Menjaga efek kenaikan tarif dasar
listrik (TDL)
Kenaikan TDL yang diberlakukan mulai
awal Mei 2014 dan awal Juli nanti sedikit
banyak akan berefek pada industri. Hal
ini tidak terelakan ketika harga kebutuhan
barang dari sisi produksi akan meningkat
sehingga diperlukan peran pemerintah
dalam menjaganya agar dampak terhadap
kenaikan kebutuhan pokok tidak terjadi.
3. Kebijakan moneter
Kebijakan bank sentral menjelang bulan
Juni-Juli tahun 2014 penting dilakukan.
Penerapan fasilitas diskonto dimana jumlah
uang yang beredar diatur melalui penetapan
tingkat bunga bank sentral pada bank umum
perlu dilakukan. Bank umum kadang-kadang
mengalami kekurangan uang sehingga harus
meminjam ke bank sentral. Untuk membuat
jumlah uang bertambah, maka pemerintah
menurunkan tingkat bunga bank sentral,
serta sebaliknya menaikkan tingkat bunga
demi membuat uang yang beredar berkurang.
Hal ini akan menyebabkan masyarakat lebih
berhemat daripada mengkonsumsikan
sejumlah uangnya untuk kebutuhan di luar
kebutuhan pokok, karena di bulan-bulan
menjelang lebaran biasanya peredaran uang
sangat tinggi yang disebabkan meningkatnya
kebutuhan masyarakat di luar kebutuhan
pokok.
Banyak hal yang dapat diantisipasi
pemerintah dalam mengatasi masalah
kenaikan harga barang kebutuhan pokok
seperti yang dilakukan setiap tahunnya.
Menurut Wakil Menteri Pertanian, Rusman
Heriawan, potensi kenaikan harga pangan
menjelang dan selama bulan Ramadhan
tidak akan terlalu bergejolak. Stok pangan
khususnya beras, sayuran, dan lain-lain
masih relatif aman dikarenakan masih
banyaknya potensi panen di beberapa daerah
sehingga impor bahan pangan tidak perlu
dilakukan. Sementara itu, menurut Menteri
Perdugungun, MuIummud uLh, operusI
pasar akan diselenggarakan di seluruh daerah
untuk mengantisipasi tingginya permintaan
menjeIung duIhLrI. HuI InI dIIukukun seLIup
tahun untuk mencegah aksi spekulan oleh
pedagang dengan memanfaatkan momen
RumudIun muupun duIhLrI. DuIum
melakukan operasi pasar, pemerintah harus
memperhatikan para pedagang tradisional
karena kegiatan operasi pasar yang dilakukan
setiap hari akan mempengaruhi pendapatan
pedagang tradisional.
Pengendalian Harga Barang
Kebutuhan Pokok
Dalam mengendalikan harga barang
kebutuhan pokok, terdapat dua hal
yang dapat dilakukan, yaitu: pertama,
mengendalikan persediaan barang dimana
tanggung jawab berada di pemerintah, para
produsen, dan para pedagang. Pemerintah
bertanggung jawab untuk mengatur
ketersediaan barang di pasar melalui
wewenang yang dimilikinya. Pemerintah
dapat mendesak para produsen untuk
memproduksi barang dalam jumlah yang
banyak menjelang Ramadhan dan para
produsen harus menyediakan hal itu. Jika
produsen memproduksi barang dalam
jumlah yang banyak di saat mendekati
Ramadhan, tentu para pedagang tidak ada
niat untuk melakukan penimbunan.
Berdasarkan UU No 7 Tahun 2014
Tentang Perdagangan Pasal 25 dikatakan
bahwa Pemerintah dan Pemerintah Daerah
mengendalikan ketersediaan barang
kebutuhan pokok dan/atau barang penting di
seluruh wilayah Negara Kesatuan Republik
Indonesia dalam jumlah yang memadai, mutu
yang baik dan harga yang terjangkau. Barang
kebutuhan pokok yang dimaksud dalam
UU ini adalah barang yang menyangkut
hajat hidup orang banyak dengan skala
pemenuhan kebutuhan yang tinggi serta
menjadi faktor pendukung kesejahteraan
masyarakat, seperti beras, gula, minyak
goreng, mentega, daging sapi, daging ayam,
telur ayam, susu, jagung, kedelai, dan garam
beryodium. Dalam perjalanan pembuatan
peraturan presiden yang sampai saatnya
belum selesai, menurut Dirjen Perdagangan
Dalam Negeri Kementerian Perdagangan
terdapat tambahan yang termasuk barang
pokok selain yang disebutkan dalam UU No.
- 16 -
7 tahun 2014, diantaranya: tepung terigu,
bawang merah, bawang putih, cabe, ikan
(ikan bandeng segar, ikan kembung segar,
ikan tongkol), obat generik, vaksin, dan LPG
3 kg. Hal ini merupakan bentuk koordinasi
yang dilakukan Kementerian Perdagangan
dengan kementerian lain.
Peraturan yang memiliki urgensi tinggi
terhadap barang kebutuhan pokok harus
diprioritaskan untuk segera selesai karena
saat-saat seperti ini kondisi pasar tidak
stabil dan pemerintah harus menentukan
langkah untuk mengendalikan keadaan.
Langkah yang diambil pemerintah tidak
selalu dalam bentuk subsidi harga, namun
bisa juga berupa intervensi dalam bentuk
lainnya seperti pengangkutan dari hulu ke
hilir, pembenahan sarana pergudangan,
pengawasan secara kontinyu maupun
melakukan operasi pasar murah.
Kedua, pengendalian oleh konsumen
atau pengguna/pemakai barang yang
turut bertanggung jawab atas kenaikan
harga barang. Seharusnya konsumen juga
berperan penting dalam menstabilkan harga
barang dengan melakukan pengendalian
terhadap keinginan-keinginan yang melebihi
dari sebelumnya. Ramadhan atau bukan
kebutuhan orang akan barang tetaplah
sama, malah seharusnya di saat Ramadhan
kebutuhan akan barang turun, karena orang
makan hanya 2 kali sehari (pagi dan malam).
Solusi lain bagi para konsumen adalah
dengan menggunakan barang substitusi.
Konsumen dapat membeli barang substitusi
dan menurunkan pembelian terhadap barang
yang mengalami kenaikan harga. Dengan
adanya pengendalian dua unsur ini, tentulah
kejadian naiknya harga barang menjelang
dan sepanjang Ramadhan akan semakin
dapat ditekan. Semua ini bisa terjadi jika
ada kemauan politik dari unsur-unsur yang
berkaitan dengan kenaikan harga tadi.
Penutup
Kenaikan harga barang kebutuhan
pokok dapat mempengaruhi kesejahteraan
konsumen dan produsen, termasuk
pemerintah. Kenaikan harga tersebut
berdampak kepada masyarakat, baik itu
kalangan menengah ke bawah maupun
menengah ke atas. Jika kebutuhan pokok
tidak dapat terpenuhi dengan baik, maka
kelangsungan hidup masyarakat dapat
terhambat. DPR sebagai wakil rakyat
harus mengawasi perkembangan harga
barang kebutuhan pokok yang terjadi di
lapangan dan memastikan bahwa peraturan-
peraturan pelaksanaan yang dapat
membantu mengendalikan harga harus
segera diterbitkan. Koordinasi antar-instansi
pemerintah yang menangani permasalahan
kenaikan harga barang kebutuhan pokok
hendaknya dapat berjalan secara baik dan
terarah. Informasi mengenai permintaan
dan penawaran barang kebutuhan pokok
harus transparan diberikan produsen dan
pemerintah agar tidak terjadi kelangkaan
barang.
Rujukan
1. Stabilkan Harga, Pasokan Dijaga,
Suara Karya, 9 Juni 2014.
z. nusI AkIbuL TurII IsLrIk TIduk Besur,
Harian Pelita, 9 Juni 2014.
3. Kenaikan Harga Pangan Cegah
Spekulan, Pemerintah Siapkan Operasi
Pasar, Koran Tempo, 7 Juni 2014.
4. Perpres Pengendalian Bahan Pokok
Segera Selesai, http://nasional.kontan.
co. i d/news/perpres-pengendal i an-
bahan-pokok-segera-selesai, diakses
tanggal 5 Juni 2014.
5. 18 Barang Ini Masuk Kebutuhan Pokok
di UU Perdagangan, http://www.gatra.
com/ekonomi -1/50062-18-barang-
ini-masuk-kebutuhan-pokok-di-uu-
perdagangan.html, diakses tanggal 5
Juni 2014.
6. nusI Terkerek KenuIkun Hurgu BuIun
Pokok, http://www.mediaindonesia.
com/hot t opi c/r ead/846/I nf l as i -
Terkerek-Kenai kan-Harga-Bahan-
Pokok/2014/06/02, diakses tanggal 6
Juni 2014.
;. AnLIsIpusI nusI 'Iur` JeIung
Ramadhan, http://ekonomi.
kompasiana.com/bisnis/2014/05/31/
unLIsIpusI-InusI-IIur-jeIung-rumudIun-
661596.html, diakses pada 5 Juni 2014.
8. Undang-Undang No. 7 Tahun 2014
tentang Perdagangan.
- 17 -
Vol. VI, No. 11/I/P3DI/Juni/2014 PEMERINTAHAN DALAM NEGERI
Info Singkat
2009, Pusat Pengkajian, Pengolahan Data dan Informasi (P3DI)
Sekretariat Jenderal DPR RI
www.dpr.go.id
ISSN 2088-2351
Kajian Singkat terhadap Isu-Isu Terkini
KAMPANYE HITAM
PEMILU PRESIDEN 2014
Ahmad Budiman*)
Abstrak
Praktek kampaye hitam banyak mengangkat isu-isu yang tidak berdasarkan fakta,
cenderun memjtnch dcn cdc cn meninun mcsclch SARA. Kcmpcne hitcm
dapat memicu ketegangan pada saat penyelenggaraan pemilu. Kampanye hitam
akan merugikan masyarakat pemilih untuk mengetahui dengan benar mengenai visi,
misi dan program calon presiden dan calon wakil presiden. Kampanye hitam dapat
menurunkan kualitas pelaksanaan pemilu presiden dan wakil presiden.
Latar Belakang
Menjelang dilaksanakannya Pemilihan
Umum (Pemilu) Presiden dan Wakil
Presiden tanggal 9 Juli mendatang, serangan
kampanye hitam yang ditujukan kepada
kubu pasangan calon presiden (capres)
dan calon wakil presiden (cawapres) kian
gencar. Banyak kalangan yang merisaukan
maraknya kampanye hitam menjelang
diselenggarakannya pemilu presiden
(pilpres). Kerisauan itu disebabkan isu-isu
yang disebar tidak sesuai fakta dan ada yang
menyinggung hal-hal yang berbau suku,
agama, ras, dan antargolongan (SARA).
Ketua Umum Muhammadiyah,
Din Syamsuddin, menyatakan kampanye
hitam dapat menghalangi hak masyarakat
untuk mengetahui visi dan misi calon
pemimpinnya. Kampanye hitam banyak
ditemukan di sosial media dan tidak jarang
menyinggung hal-hal yang berbau suku,
agama, ras, dan antargolongan. Kondisi
tersebut membuat tim kampanye pasangan
capres dan cawapres menjadi sibuk melawan
kampanye hitam dan tidak punya waktu
lagi untuk memaparkan visi dan misinya.
Fenomena ini sangat merugikan masyarakat
sebagai pemilih, karena pemilih memiliki hak
untuk mengetahui program-program yang
hendak dibawa oleh calon pemimpinnya.
Pengamat komunikasi politik, Triyono
Lukmantoro, menilai kampanye hitam
menunjukkan cara berpolitik yang tidak
berkualitas dan tidak cerdas. Kampanye
hitam yang menyerang SARA sangat tidak
mendidik dan tidak tepat diterapkan di
Indonesia sebagai negara pluralis yang
banyak suku dan agama. Tentu berbahaya
kalau SARA menjadi materi untuk kampanye
hitam.
*) Peneliti Madya Komunikasi Politik pada Tim Politik Dalam Negeri, Pusat Pengkajian, Pengolahan Data dan Informasi (P3DI) Setjen
DPR RI, E-mail: a.budiman69@gmail.com
- 18 -
Pengamat politik dari Universitas
Gajah Mada, Arie Sujito, menyatakan tim
sukses kandidat capres diharapkan dapat
membuka kelemahan pesaingnya dengan
berdasarkan bukti-bukti dan tidak terjebak
dalam kampanye hitam. Hal ini supaya
membantu para pemilih menilai track record
mereka. Kampanye hitam tidak membantu
kualitas pemilu. Semua pihak harus
memberitahu calon pemilih bahwa pemilu
yang fair adalah pemilu yang ditandai sikap
kritis bukan kampanye hitam.
Bila dibandingkan dengan pelaksanaan
kampanye Pilpres 2009, kampanye hitam
pada pilpres kali ini merebak jauh lebih
gencar. Hal ini bisa dilihat dari materi yang
terkandung dalam kampanye hitam yang
sudah tergolong pada masalah SARA. Selain
itu juga semakin gencar karena banyak
dilakukan melalui media sosial.
Beberapa isu yang banyak digunakan
sebagai materi kampanye hitam yang banyak
dilayangkan melalui media sosial baik
melalui Facebook maupun Twitter, serta
melalui pesan singkat berantai, yaitu:
Tabel 1.
Kampanye Hitam Serang Capres
No Jokowi-JK Prabowo-Hatta
1 Jokowi dituduk
antek zionis.
Prabowo dituduh
pernah menjadi
warga Negara
Yordania karena
pernah tinggal di
negara itu selama
dua tahun.
2 Jokowi-JK akan
mengangkat
menteri agama dari
kelompok Islam
Syiah.
Prabowo dituduh
tidak membayar
gaji karyawan Kiani
Kertas selama
beberapa bulan
3 Jokow dituduh
sebagai orang
nonmuslim dan
beretnik Tionghoa.
Muncul video kasus
pemukulan oleh
capres Prabowo di
KPU
4 Muncul iklan
dukacita yang
menyatakan Jokowi
meninggal dengan
nama Ir. Herbertus
Joko Widodo.
Ada twitter
mengatasnamakan
Abraham Samad yang
menyatakan Jokowi
harus dilindungi dari
pembunuhan.
5 Jokowi-JK
disebutkan akan
mencabut kebijakan
serLIhkusI dun
tunjangan guru.
Sumber: Media Indonesia, Senin 26 Mei 2014
Isu lainnya sebagai kampanye hitam
yang menerpa capres menjelang pelaksanaan
pilpres yaitu:
Tabel 2.
Empat Isu Negatif yang Menerpa Capres
No Joko Widodo Prabowo Subianto
1 Jika menjadi presiden
akan dikendalikan
oleh Megawati
Soekarnoputri dan
negara asing.
Terlibat dalam kasus
penculikan aktivis hak
asasi manusia (HAM)
pada tahun 1998.
2 Suka berbohong,
karena tidak menepati
janji menyelesaikan
jabatan sebagai
gubernur DKI Jakarta
selama 5 tahun.
Hubungan keluarga
yang tidak harmonis.
3 Terlibat dalam kasus
korupsi pengadaan
bus Transjakarta
berkarat dari
Tiongkok.
Temperamental (tidak
bisa mengendalikan
emosi) dan suka
menggunakan
kekerasan.
4 Jika menang akan
lebih membela
kelompok
minoritas dan tidak
memperhatikan
kepentingan umat
Muslim.
Tidak sukses dalam
bisnis, karena
perusahaannya
banyak yang rugi.
Sumber: Lingkaran Survei Indonesia, sebagaimana
dikutip dari Suara Pembaruan, Rabu 28 Mei
2014.
Pengamat media sosial, Wicaksono,
menilai kampanye hitam melalui media
sosial untuk menyudutkan kubu Jokowi
atau kubu Prabowo, diperkirakan akan
terus mengalami kenaikan hingga pemilu
presiden Juli nanti. Menu utama kampanye
hitam yang banyak dijumpai di media
sosial Twitter dan Facebook, dibanjiri
mulai isu rasial, agama, politik, hingga
persoalan masa lalu pribadi Jokowi dan
Prabowo. Namun Wicaksono mengingatkan
sebagian masyarakat telah sadar dan tahu
betul bahwa kampanye negatif belum bisa
dipertanggungjawabkan, sehingga mereka
tidak serta merta menelannya.
Wakil Ketua tim media pemenangan
kubu Jokowi-Jusuf Kalla, Aria Bima
mengatakan, pihaknya selalu berusaha
meIukukun kIurIhkusI LerIudup kumpunye
hitam yang menimpa capres dan
cawapresnya. Namun demikian, Aria Bima
membantah melakukan kampanye serupa
terhadap kubu lawannya. Apabila pihaknya
- 19 -
akhirnya menanggapi kampanye hitam yang
disebutnya berasal dari pihak pesaing, itu
merupakan akibat dari serangan politik yang
menimpa mereka.
Ketua Tim Pemenangan Prabowo-
Hatta, Mahfud MD, mengingatkan seluruh
tim kampanyenya untuk tidak melakukan
kampanye hitam. Kampanye hitam yang
dilakukan akan merugikan publik dan bangsa
ke depan. Kampanye harus dilakukan dengan
jujur, berakhlak, dan beretika. Telebih lagi,
saat ini masyarakat Indonesia sudah rukun
dan damai. Seluruh tim pemenangan tidak
boleh memaksa rakyat, tetapi meyakinkan
rakyat untuk berjuang menghidarkan bangsa
dari segala bencana.
Secara khusus Presiden RI, Susilo
Bambang Yudhoyono, dalam twitternya
menanggapi tentang maraknya kampanye
hitam menjelang pilpres, menyatakan tim
sukses sebaiknya fokus membantu capresnya
berkomunikasi secara efektif dengan rakyat,
bukan sibuk menyerang kompetitor dengan
kampanye hitam. Sedangkan Komisioner
Komisi Pemilihan Umum (KPU), Arief
Budiman, menekankan hal yang perlu
menjadi perhatian selama 32 hari masa
kampanye, yaitu jangan saling menghina dan
memhLnuI, serLu dIIurupkun LIudu udu IugI
black campaign (kampanye hitam).
Istilah Kampanye Hitam
Istilah kampanye hitam adalah
terjemahan dari bahasa Inggris black
campaign yang bermakna berkampanye
dengan cara buruk atau jahat. Secara umum
bentuk kampanye hitam adalah menyebarkan
keburukan atau kejelekan seorang politikus
dengan tujuan menjatuhkan nama baik
seorang politikus sehingga dia menjadi
tidak disenangi teman-teman separtainya,
khalayak pendukungnya dan masyarakat
umum.
Cara-cara yang dipakai dalam
berkampanye hitam adalah :
1. Menyebarkan kejelekan atau keburukan
tentang seseorang politikus, dengan
cara memunculkan cerita buruk di
masa lalunya, menyebarkan cerita yang
berhubungan dengan kasus hukum yang
sedang berlangsung, atau menyebarkan
cerILu boIong uLuu hLnuI IuInnyu.
2. Untuk menguatkan cerita tersebut
biasanya si penyebar cerita akan
menyertakan berupa bukti foto. Foto-foto
tersebut bisa saja benar-benar terjadi,
bisa juga benar-benar terjadi tapi tidak
terkait langsung dengan permasalahan,
namun si penyebar foto berharap asumsi
masyarakat terbentuk atau bisa juga
foto tersebut hasil rekayasa/manipulasi
dengan bantuan teknologi komputer.
3. Yang lebih hebat lagi adalah apabila
dimunculkan saksi hidup yang bercerita
perihal keburukan, atau pekerjaan jahat
si politikus, baik di masa lalu maupun
yang masih belum lama terjadi.
Kampanye hitam tidak sama dengan
kampanye negatif. Pengamat politik
dari Universitas Indonesia, Agus Suprio,
membedakan kampanye hitam biasanya
hanya tuduhan tidak berdasarkan fakta dan
merupukun hLnuI. Sedungkun kumpunye
negatif adalah pengungkapan fakta
kekurangan mengenai suatu calon atau
partai yang disampaikan secara jujur dan
relevan. Kampanye hitam biasanya tidak
memIIIkI dusur dun IukLu, hLnuI dun LIduk
relevan diungkapkan terkait parpol maupun
tokoh.
Kampanye Efektif
Penggunaan kampanye hitam jelas
bukan merupakan implementasi penggunaan
komunikasi yang efektif sebagai dasar bagi
pelaksanaan kampanye yang efektif. Pertama
yang harus dipahami yaitu kampanye yang
efektif adalah kampanye yang senantiasa
berpegang pada aturan normatif yang
mengatur pelaksanaan kampanye. Pada
tataran normatif, pengaturan mengenai
kampanye pilpres diatur dalam Undang-
Undang Nomor 42 Tahun 2008 tentang
Pemilihan Umum Presiden dan Wakil
Presiden. Kampanye Pemilu Presiden dan
Wakil Presiden pada Pasal 1 angka 22
diartikan kegiatan untuk meyakinkan para
pemilih dengan menawarkan visi, misi, dan
program pasangan calon.
Baik substansi maupun kegiatan
kampanye dilarang untuk menghina
seseorang, agama, suku, ras, golongan,
calon dan/atau pasangan calon yang lain.
Pelanggaran atas larangan pelaksanaan
kampanye yang merupakan tindak pidana
Pemilu Presiden dan Wakil Presiden,
penyelesaiannya dilaksanakan melalui
pengadilan dalam lingkungan peradilan
umum.
Hal kedua yang perlu diperhatikan
dalam praktek kampanye efektif adalah
- 20 -
menggunakan kampanye yang bersifat
persuasif. Kampanye persuasif dalam
politik kontemporer menurut Dan Nimmo,
mengandalkan tiga teknik yang membentuk
jenis-jenis komunikasi yang relevan dengan
opini publik. Pertama, persuader harus
menyesuaikan imbauannya dengan titik
pandang pendengar. Kedua, persuader
menggunakan teknologi yang tepat untuk
menyebarkan pesan kepada anggota
kelompok (untuk propaganda), individu
(untuk periklanan) atau kolaborator yang
potensial (untuk retorika). Ketiga, persuader
memilih sarana dan gaya linguistik yang
tepat untuk menuangkan propaganda,
periklanan atau retorikanya.
Beberapa strategi kampanye menurut
Perloff (1993) dalam buku Antar Venus
Manajemen Kampanye yang menggunakan
kampanye persuasif yakni :
1. Pelaku kampanye atau komunikator:
diperlukan komunikator yang terpercaya
untuk dapat menyampaikan pesan.
2. Pesan kampanye: selalu menggunakan
simbol, baik verbal maupun non verbal,
yang diharapkan dapat memancing
respons khalayak.
3. Media kampanye: teknologi komunikasi
baru tidak hanya mengubah jumlah
ketersediaan informasi dimasyarakat
tetapi juga mempengaruhi isi pesan yang
ditransmisikannya.
4. Khalayak sasaran kampanye atau
komunikan: pengetahuan tentang
khalayak akan membimbing pelaku
kampanye dalam merancang pesan
apa, untuk siapa, disampaikan
melalui media apa dan siapa yang
cocok untuk menyampaikannya.
Kesimpulan dan Saran
Kampanye hitam adalah praktek
kampanye dengan menyebarkan keburukan
atau kejelekan kandidat dengan tujuan
menjatuhkan nama baiknya, sehingga
menjadi tidak disenangi masyarakat. Isu-
isu yang digunakan tidak berdasarkan fakta
dun cenderung unLuk menhLnuI Iuwunnyu.
Kampanye hitam tidak sama dengan
kampanye negatif. Kampanye negatif adalah
pengungkapan fakta kekurangan lawannya
berdasarkan data yang disampaikan secara
jujur dan relevan. Praktek kampanye hitam
jelas melanggar aturan dan dapat dikenakan
sanksi bagi siapa saja yang melakukannya.
Selain itu praktek kampanye hitam jelas akan
mengurangi kualitas pelaksanaan pemilu
presiden yang akan datang.
Pengawasan dari penyelenggara pemilu
terhadap materi dan media kampanye perlu
diperketat untuk mengatasi merebaknya
kampanye hitam pada kampanye pilpres.
Sanksi yang tegas harus dikenakan bagi
siapa saja yang melakukan praktek
kampanye hitam. Upaya sosialisasi yang
intensif mengenai visi, misi, dan program
capres kepada seluruh masyarakat perlu
terus dilakukan dalam rangka menangkal
pengaruh kampanye hitam di masyarakat.
Menggunakan praktek kampanye persuasif
jauh lebih efektif mempengaruhi pemilih,
ketimbang menggunakan kampanye hitam.
Penggunaan kampanye persuasif akan
berdampak pada semakin meningkatnya
kualitas pemilu di tanah air.

Rujukan:
1. Antar Venus, 2010, Manajemen
Kampanye, Jakarta: Simbiosa Rekatama
Media.
2. Dan Nimmo, 2010, Komunikasi Politik
Khalayak dan Efek, Bandung: Remadja
Rosdakarya.
3. "Tim sukses capres diminta jauhi
kampanye hitam", http://www.bbc.
co.uk/indonesia/berita_indonesia/
diakses tanggal 26-5-2014
4. "Kampanye Hitam Dan Pendidikan
Politik Bangsa", http://www.wikimu.
com/news, diakses tanggal 28-5-2014
5. "Kampanye hitam pilpres pengaruhi
pemilih", http://www.bbc.co.uk/
indonesia/berita_indonesia, diakses
tanggal 28-5-2014.
6. "Gerindra Akan Laporkan Pelaku Ke
Polisi", Koran Tempo, 26 Mei 2014.
7. "Ini Beda Kampanye Hitam dan
Kampanye Negatif", Tribun, 8 April
2014.
8. "Kampanye Hitam Rusak Tatanan
Demokrasi", Suara Pembaruan, 28 Mei
2014.
9. "KPU: Lakukan Kampanye Positif",
Republika, 4 Juni 2014.

Anda mungkin juga menyukai