0 penilaian0% menganggap dokumen ini bermanfaat (0 suara)
67 tayangan24 halaman
Perselisihan Hasil Pileg (Novianto)
Tiongkok dan Sengketa Teritorial di LCS (S.Victor M)
Jaminan Kehalalan Produk Pangan (A.Muchaddam F)
Upaya menekan kenaikan harga kebutuhan pokok menjelang Ramadhan (lisnawati)
Kampanye Hitam Pilpres 2014 (A.Budiman)
Perselisihan Hasil Pileg (Novianto)
Tiongkok dan Sengketa Teritorial di LCS (S.Victor M)
Jaminan Kehalalan Produk Pangan (A.Muchaddam F)
Upaya menekan kenaikan harga kebutuhan pokok menjelang Ramadhan (lisnawati)
Kampanye Hitam Pilpres 2014 (A.Budiman)
Perselisihan Hasil Pileg (Novianto)
Tiongkok dan Sengketa Teritorial di LCS (S.Victor M)
Jaminan Kehalalan Produk Pangan (A.Muchaddam F)
Upaya menekan kenaikan harga kebutuhan pokok menjelang Ramadhan (lisnawati)
Kampanye Hitam Pilpres 2014 (A.Budiman)
Info Singkat 2009, Pusat Pengkajian, Pengolahan Data dan Informasi (P3DI) Sekretariat Jenderal DPR RI www.dpr.go.id ISSN 2088-2351 Kajian Singkat terhadap Isu-Isu Terkini PERSELISIHAN HASIL PEMILU LEGISLATIF Novianto M. Hantoro*) Abstrak Hasil Pemilu Legislatif Anggota DPR, DPD, dan DPRD telah ditetapkan oleh KPU, namun masih ada tahapan yang harus dilewati sebelum anggota yang baru mengucapkan sumpah/janji, yaitu penyelesaian perkara Perselisihan Hasil Pemilihan Umum (PHPU) di Mahkamah Konstitusi (MK). Jumlah perkara PHPU di MK kali ini meningkat dibandingkan Pemilu sebelumnya. Hal ini bukan untuk dimaknai bahwa ada peningkatan prestasi MK meningkat atau Pemilu 2014, namun justru menunjukkan banyaknya permasalahan dalam Pemilu tahun ini. Upaya perbaikan harus dilakukan agar Pemilu berikutnya dapat lebih baik, yaitu terkait dengan sumber daya manusia (SDM) penyelenggara Pemilu, perbaikan sistem Pemilu maupun sistem pemberian suara, dan sistem penegakan hukum. Pengantar Pasal 24C ayat (1) Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 (UUD 1945) memberikan kewenangan kepada MK untuk mengadili pada tingkat pertama dan terakhir yang putusannya bersIIuL hnuI LerIudup perseIIsIIun LenLung hasil pemilihan umum. Selanjutnya Pasal 271 Undang-Undang No. 8 Tahun 2012 tentang Pemilihan Umum Anggota DPR, DPD, dan DPRD merumuskan bahwa perselisihan hasil Pemilu adalah perselisihan antara Komisi Pemilihan Umum (KPU) dan peserta Pemilu mengenai penetapan perolehan suara hasil Pemilu secara nasional. Lebih lanjut dirumuskan perselisihan penetapan perolehan suara hasil Pemilu secara nasional tersebut adalah perselisihan penetapan perolehan suara yang dapat memengaruhi perolehan kursi Peserta Pemilu. KPU telah menerbitkan Surat Keputusan Nomor 411/Kpts/KPU/2014 tentang Penetapan Hasil Pemilu Anggota DPR, DPD, DPRD Provinsi, dan DPRD Kabupaten/Kota secara nasional dalam Pemilu tahun 2014. Keputusan KPU tersebut menetapkan beberapa hal, pertama, rekapitulasi dan hasil perolehan suara sah setiap partai politik dan calon anggota DPR untuk setiap daerah pemilihan (dapil). Kedua, menetapkan rekapitulasi dan hasil perolehan suara sah calon anggota DPD untuk setiap dapil atau provinsi. Ketiga, *) Peneliti Madya Hukum Tata Negara pada Bidang Hukum Pusat Pengkajian, Pengolahan data dan Informasi (P3DI) Sekretariat Jenderal DPR RI. E-mail: nmhantoro@yahoo.com - 2 - menetapkan hasil Pemilu anggota DPRD Provinsi, DPR Aceh, DPR Papua dan Papua Barat. Keempat, menetapkan hasil Pemilu anggota DPRD Kabupaten/Kota dan DPR Kabupaten/Kota di wilayah Provinsi Aceh. Keputusan KPU selanjutnya adalah Keputusan KPU No. 16/Kpts/KPU/Tahun 2014 tentang Penetapan Perolehan Kursi Partai Politik dan Penetapan Calon Terpilih Anggota DPR dalam Pemilu 2014. Mengingat perselisihan hasil Pemilu terkait dengan perolehan suara partai politik dan kemudian dikaitkan dengan yang dapat memengaruhi perolehan kursi Peserta Pemilu, maka kedua keputusan tersebut menjadi dasar acuan dalam perkara Perselisihan Hasil Pemilihan Umum (PHPU), khususnya untuk anggota DPR dan anggota DPD. Ketua MK, Hamdan Zoelva, mengatakan bahwa berdasarkan registrasi permohonan jumlah perkara PHPU atau sengketa Pemilu 2014 bertambah menjadi 767 perkara. Perkara ini mengalami perubahan dari pengumuman MK yang sebelumnya hanya menyebut 702 perkara. Jumlah 767 perkara ini terdiri dari 735 perkara diajukan oleh 12 partai politik nasional dan partai lokal, serta 32 perkara yang diajukan oleh perseorangan calon anggota DPD. Jumlah perkara tersebut lebih banyak dari Pemilu 2004 dan 2009. Subyek dan Obyek Perkara PHPU adalah perselisihan antara penyelenggara Pemilu dan peserta Pemilu. UUD 1945 menetapkan bahwa peserta Pemilu anggota DPR dan DPRD adalah partai politik, sementara peserta Pemilu anggota DPD adalah perseorangan. Dengan demikian PHPU adalah perselisihan antara KPU dengan Partai Politik (parpol) dan KPU dengan calon Anggota DPD. Jumlah Partai Politik yang ikut serta dalam Pemilu 2014 adalah 12 parpol nasional dan 2 parpol lokal, sementara jumlah calon anggota DPD adalah 945 orang. Di dalam Peraturan MK RI No. 1 tahun 2014 tentang Pedoman Beracara dalam Perselisihan Hasil Pemilu anggota DPR, DPD, dan DPRD dimungkinkan pemohonnya adalah perseorangan calon anggota DPR dan DPRD (atau DPRA untuk Aceh) yang telah memperoleh persetujuan secara tertulis dan pengajuannya dilakukan oleh papol peserta Pemilu yang bersangkutan. Hal tersebut terjadi karena Pemilu menggunakan sistem proporsional terbuka dengan suara terbanyak. Oleh karena itu, terdapat keniscayaan munculnya perselisihan antara calon anggota dalam satu parpol. Adanya ketentuan harus memperoleh persetujuan tertulis dan yang mengajukan adalah parpol bersangkutan mempunyai makna bahwa perselisihan tersebut oleh partai disetujui untuk diselesaikan melalui mekanisme peradilan. Apabila menggunakan perspektif soliditas parpol, maka adanya mekanisme tersebut memungkinkan dilakukannya penyelesaian internal tanpa melalui peradilan. Namun demikian, perlu diingat penyelesaian di pengadilan intinya adalah mencari kebenaran. Apabila terjadi perselisihan akibat adanya kecurangan atau tindakan melawan hukum, maka pihak yang melakukan perlu mendapatkan sanksi berdasarkan peraturan perundang- undangan. Selanjutnya mengenai objek perselisihan, disebutkan di dalam UUD 1945 adalah hasil Pemilu. Pemilu memang menghasilkan wakil rakyat yang duduk di DPR, DPD, dan DPRD. Namun demikian, untuk sampai dengan penetapan calon terpilih dilakukan rekapitulasi hasil perolehan suara partai politik, kemudian dari perolehan suara tersebut dikonversi menjadi jumlah kursi melalui mekanisme pembagian tertentu, dan dari jumlah kursi tersebut ditetapkan siapa calon terpilih, juga dengan metode tertentu. Dengan demikian hasil Pemilu memang pada awalnya adalah perolehan suara. Perolehan suara tersebut akan mempengaruhi perolehan jumlah kursi dan penetapan calon terpilih. Di samping itu, UU juga telah membuat kebijakan dengan membatasi bahwa perselisihan hasil perolehan suara yang diperkarakan adalah perolehan suara yang dapat memengaruhi peroIeIun kursI. UnLuk ehsIensI, IuI InI memang dapat mengurangi perkara, karena apabila perbedaannya hanya kecil atau tidak sampai memengaruhi jumlah perolehan kursi maka tidak perlu diajukan ke MK. Namun demikian, dalam upaya menemukan kebenaran, sebenarnya hal tersebut perlu dilakukan mengingat pengadilan intinya bukan menang atau kalah, melainkan benar atau salah. Apalagi jika perbedaan tersebut dilakukan dengan cara disengaja dan melawan hukum maka pihak yang melakukan perlu mendapatkan sanksi berdasarkan peraturan perundang-undangan. - 3 - Meminimalisasi Perkara Perselisihan PHPU bersumber dari penetapan hasil perolehan suara partai politik secara nasional. Artinya, hal ini terkait dengan masalah penyelenggara Pemilu. Mengingat hasil perolehan suara partai politik secara nasional adalah rekapitulasi dari hasil penghitungan suara di tingkat TPS sampai dengan di KPU maka penyelenggara Pemilu tersebut mulai dari KPPS/KPPSLN sampai dengan KPU. Dengan demikian dapat diasumsikan, apabila penyelenggara Pemilu bekerja secara profesional dan penuh integritas maka perselisihan hasil Pemilu dapat diminimalisasi. Dalam penyelenggaraan Pemilu, quality control atau pengawasan sebenarnya berada pada Bawaslu beserta jajarannya. Pengawasan yang efektif juga akan mengurangi kemungkinan terjadinya kesalahan dalam penetapan hasil perolehan suara di tingkat nasional, karena kesalahan tersebut dapat dikoreksi mulai dari tingkat yang paling bawah. Demikian pula dengan adanya saksi dan pemantau Pemilu. Kesalahan dalam penghitungan dan rekapitulasi hasil penghitungan suara dapat dibagi dalam dua kategori, yaitu kesalahan teknis dan kesalahan manipulatif. Kesalahan teknis adalah kesalahan yang tidak disengaja atau tidak ada niatan dari dalam diri pelaku. Sedangkan kesalahan manipulatif adalah kesalahan yang disengaja dengan melakukan perbuatan curang atau melawan hukum. Mengapa bisa terjadi kesalahan yang disengaja atau manipulasi suara? Terdapat tiga faktor yang mempengaruhi, yaitu masalah human resources atau SDM, sistem, dan penegakan hukum. SDM terkait dengan bagaimana rekrutmen, khususnya penyelenggara di tingkat yang paling bawah. Dalam Pemilu anggota DPR, DPD, dan DPRD tahun 2014 terdapat kurang lebih 546.278 TPS yang terdiri dari 545.791 TPS di dalam negeri dan 487 TPS di luar negeri. Dengan demikian dibutuhkan pula sejumlah 546.278 KPPS yang melaksanakan penghitungan suara di TPS. Bukan hal yang mudah untuk mendapatkan lebih dari setengah juta orang petugas yang mampu melaksanakan tugas secara optimal dengan uang honor yang kecil, terutama di daerah-daerah di luar pulau Jawa. Ketika penghitungan suara beres di tingkat TPS, tidak menjamin hal tersebut berlanjut hingga tingkat nasional, mengingat perjalanan panjang dari TPS sampai ke KPU. Jadi, masalah integritas dan profesionalitas penyelenggara Pemilu perlu menjadi perhatian. Namun demikian, manipulasi dapat juga dilakukan oleh dua pihak karena kesepakatan, yaitu dengan peserta Pemilu. Untuk itu, peserta Pemilu juga dituntut turut andil dalam menjaga Pemilu bersih tanpa kecurangan. Berkenaan dengan sistem, terdapat dua sistem yang dapat dikaji, yaitu sistem Pemilu dan sistem pemungutan/pemberian suara. Sistem proporsional terbuka dengan suara terbanyak yang diadopsi dalam sistem Pemilu tahun ini dianggap menimbulkan banyaknya permasalahan. Dengan sistem ini terjadi kompetisi antara calon legistatif (caleg) di internal parpol, sehingga berpoLensI menImbuIkun konIk. Pudu sistem ini memungkinkan kader berkualitas dan loyal, justru tidak terpilih dan kalah dengan kader yang memiliki popularitas instan dan banyak dana untuk melakukan pendekatan kepada pemilih. Sistem ini juga berpotensi memperkuat praktek politik berbiaya tinggi dan mendorong caleg untuk berkompetisi dengan cara mengandalkan publikasi dibandingkan kerja politik berbasis kerja nyata. Dengan pertimbangan tersebut, banyak pihak yang menghendaki kembali ke sistem proporsional tertutup. Keunggulan sistem proporsional tertutup di antaranya lebih menjamin penguatan organisasi parpol, adanya pendidikan politik masyarakat dalam kampanye, seleksi kandidat berbasis kualitas dan kapasitas kader. Namun demikian, sistem proporsional tertutup juga memiliki kelemahan yang perlu diantisipasi, misalnya setiap pemilihan nomor urut calon anggota legislatif terjadi fenomena politik uang (money politics) di internal partai dan pimpinan partai memegang peranan yang terlalu dominan dalam menentukan calon legislatif terpilih dibandingkan dengan rakyat sebagai pemegang mandat tertinggi. Sistem ini juga akan membuat oligarki di dalam parpol. Sistem berikutnya yang perlu dipikirkan adalah sistem pemberian suara, melalui e-voting yang telah dilakukan dalam skala terbatas baik dalam lingkup organisasi, perusahaan, ataupun pemerintahan pada skala paling kecil, yaitu dusun atau desa. Di Kabupaten Jembrana, Bali, pemilihan kepala dusun telah dilakukan melalui e-voting sejak pertengahan 2009 dan hal ini terbukti telah - 4 - menghemat anggaran lebih dari 60 persen. E-voting ini juga diawali dengan penggunaan Kartu Tanda Penduduk berbasis chip (e-KTP) yang membuat pemilih tidak mungkin melakukan pemilihan lebih dari sekali. TPS juga bisa menampung hingga 1000 pemilih, sementara dengan sistem manual sekitar 500-700 pemilih saja per TPS yang layak. Setelah MK memutuskan pada tahun 2010 bahwa penggunaan e-voting adalah konstitusional sepanjang tidak melanggar asas Pemilu yang bersifat langsung umum, bebas dan rahasia (luber), dan jujur dan adil (jurdil) maka e-voting bisa dilakukan pada skala lebih luas seperti Pemilukada, kemudian pada akhirnya di tingkat nasional. Hal penting berikutnya adalah sistem penegakan hukum. Penegakan hukum harus dimulai dari tingkat yang paling rendah. Setiap permasalahan sebaiknya dapat diselesaikan di setiap tahapan sebelum berlanjut ke tahapan berikutnya. Kesadaran politik dan budaya hukum masyarakat harus ditingkatkan, agar setiap potensi kecurangan dapat dicegah sejak dini. Penutup Penyelesaian perkara PHPU di MK merupakan sebuah mekanisme yang disediakan untuk menyelesaikan perkara Pemilu. Namun demikian, bukan berarti perkara PHPU harus dilaksanakan sebagai bagian dari rutinitas Pemilu dengan persepsi semakin banyak perkara yang diselesaikan, semakin tinggi kinerja MK. Justru sebaliknya, perlu ada upaya perbaikan untuk meminimalisir perkara perselisihan hasil Pemilu di MK. Upaya yang perlu dilakukan adalah pertama, dengan memperbaiki SDM yang ada di penyelenggara Pemilu, mulai dari rekrutmen dan mekanisme kerjanya. Kedua, perlu dilakukan perbaikan sistem, yaitu sistem Pemilu dan sistem pemberian suara. Sistem Pemilu perlu dikembalikan ke sistem proporsional tertutup, namun dengan membuat aturan untuk mengantisipasi adanya money politics dalam penetapan nomor urut dan mencegah terjadinya oligarki partai. Sementara untuk sistem pemberian suara, ke depan perlu segera dikembangkan e-voting secara secara berjenjang. Seiring dengan upaya pengimplementasian e-voting, perlu pula adanya pembenahan e-KTP dan perangkat penunjang lainnya. Ketiga, sistem penegakan hukum harus dilaksanakan secara berjenjang dan setiap perkara sebaiknya dapat diselesaikan mulai dari tahapan pertama, sebelum berlanjut ke tahapan berikutnya. Rujukan 1. Wulandari, Lia. Siaran Pers: Melihat Proses Perselisihan Hasil Pemilu 2014 di Mahkamah Konstitusi, http://www. perludem.org, diakses tanggal 10 Juni 2014. 2. Ninditya, Fransiska. Jumlah TPS Bertambah Menjadi 546.278, http:// www.antaranews.com/berita/420202/ kpu-jumlah-tps-bertambah-menjadi- 546278, diakses tanggal 10 Juni 2014. 3. KPU Tetapkan Calon Anggota DPD Sebanyak 945 Orang, http://news.detik. com/read/2013/08/29/115644/234398 7/10/kpu-tetapkan-calon-anggota-dpd- ri-sebanyak-945-orang?nd771104bcj, diakses tanggal 10 Juni 2014. 4. MK Kebanjiran Perkara Sengketa Pemilu, http://www.republika.co.id/ beri ta/nasi onal /pol i ti k/14/04/30/ n4u8xq-mk-perkirakan-banjir-perkara- sengketa-pemilu, diakses tanggal 10 Juni 2014. 5. Sengketa Pemilu Bertambah Menjadi 767 Perkara http://www.antaranews. com/, diakses tanggal 10 Juni 2014. 6. Kaji Ulang Sistem Proporsional Terbuka http://www.suarapembaruan. com/, diakses tanggal 10 Juni 2014. 7. Pemilu 2014 Lebih Kisruh karena Sistem Proporsional Terbuka http:// nasional.kompas.com/, diakses tanggal 10 Juni 2014. 8. Sistem Proporsional Terbuka Penyebab Caleg Belanja Suara http://pemilu. okezone.com/, diakses tanggal 10 Juni 2014. 9. Sistem Proporsional Terbuka Masih Pilihan Terbaik http://politik. kompasiana.com/, diakses tanggal 10 Juni 2014. 10. Pemungutan Suara Elektronik http:// id.wikipedia.org/, diakses tanggal 10 Juni 2014. - 5 - Vol. VI, No. 11/I/P3DI/Juni/2014 HUBUNGAN INTERNASIONAL Info Singkat 2009, Pusat Pengkajian, Pengolahan Data dan Informasi (P3DI) Sekretariat Jenderal DPR RI www.dpr.go.id ISSN 2088-2351 Kajian Singkat terhadap Isu-Isu Terkini TIONGKOK DAN SENGKETA TERITORIAL DI LAUT CINA SELATAN Simela Victor Muhamad*) Abstrak Sengketa Teritorial di Laut Cina Selatan yang melibatkan Republik Rakyat Tiongkok (RRT) dan sejumlah negara ASEAN masih menjadi pemberitaan media massa hingga saat ini. Pasalnya, situasi di perairan sengketa menunjukkan perkembangan yang belum kondusif yang disebabkan, antara lain, masih adanya aksi saling menuding telah melakukan provokasi dan pelanggaran wilayah di antara pihak-pihak yang bersengketa. RRT, sebagai salah satu pihak yang bersengketa, memiliki kepentingan besar atas wilayah perairan yang mengandung nilai strategis ini. Sengketa yang berlarut-larut sudah tentu harus dicari solusi damainya untuk menghindari implikasi secara politik, keamanan dan ekonomi bagi kawasan. ASEAN, termasuk Indonesia di dalamnya, sudah tentu juga perlu mengambil peran dalam mencari solusi damai atas sengketa teritorial ini. Pendahuluan Sengketa teritorial antara Republik Rakyat Tiongkok (RRT) dan sejumlah negara di perairan kawasan (khususnya Laut Cina Selatan/LCS) belum juga surut dari pemberitaan media massa. Salah satu contohnya adalah pemberitaan terkait penolakan RRT atas keputusan Mahkamah Arbitrase Permanen (Permanent Court of Arbitration/PCA) yang memberi negara itu waktu enam bulan (hingga 15 Desember 2014) untuk menyerahkan bukti-bukti tandingan. Perintah itu diberikan guna memberi kesempatan RRT merespons gugatan Filipina melalui PCA terkait sengketa di LCS. Sejauh ini, RRT selalu menentang upaya internasionalisasi masalah LCS, termasuk melalui PCA, dan lebih memilih jalur bilateral untuk menyelesaikannya dengan negara-negara yang bersengketa, meskipun belakangan RRT mengadukan Vietnam ke PBB terkait dengan tindakan kapal-kapal Vietnam yang dianggap membahayakan kapal-kapal mereka di perairan sengketa. Kajian singkat ini mencoba menganalisis mengapa RRT bersikeras ingin mempertahankan perairan LCS, apa yang menjadi kepentingannya? Apa implikasinya terhadap kawasan jika sengketa teritorial di perairan ini terus berlarut? Pembahasan *) Peneliti Madya Bidang Masalah-masalah Hubungan Internasional pada Pusat Pengkajian, Pengolahan Data dan Informasi (P3DI), Sekretariat Jenderal DPR RI. Email: victorsimela@yahoo.co.id. - 6 - terlebih dahulu mengemukakan secara singkat nilai strategis LCS. Nilai Strategis LCS LCS merupakan sebuah perairan dengan berbagai potensi yang sangat besar, karena di dalamnya terkandung potensi minyak bumi dan gas alam, dan selain itu juga peranannya sangat penting sebagai jalur distribusi minyak dunia, perdagangan dan pelayaran internasional. Perkiraan tentang ketersediaan minyak dan gas berkisar di antara 1-2 milyar barel sampai 225 milyar barel. Estimasi lain menyebutkan, kandungan minyak di kawasan ini sebanyak 213 bbl (billion barrels). Karena ketegangan- ketegangan kerap terjadi di wilayah ini, perusahaan-perusahaan minyak dan gas bumi tidak dapat melakukan survei secara komprehensif di wilayah yang dipersengketakan itu, sehingga angka-angka yang lebih pasti tentang persediaan sumber daya minyak dan gas bumi tidak dapat diperoleh atau diungkapkan. Nilai strategis ini juga terkait dengan kedudukannya yang sangat dekat dengan jalur komunikasi laut (sea lane of communication/SLOC) yang sangat vital, yang merupakan penghubung antara Sumuderu HIndIu dun Sumuderu PusIhk. Lebih dari separuh kapal-kapal niaga dari seluruh dunia yang melewati Selat Malaka, Selat Sunda dan Selat Lombok melanjutkan perjalanannya melalui LCS. Kawasan ini senantiasa dilewati oleh kapal- kapal berbagai jenis yang mengangkut sumber energi baik minyak, batu bara maupun gas alam, termasuk 70 persen kebutuhan energi Jepang dan 65 persen kebutuhan energi RRT. Amerika Serikat juga sangat membutuhkan kawasan ini untuk mendukung mobilitas pasukan militernya dalam melancarkan dominasi globalnya, selain untuk kepentingan jalur perdagangan. Dengan latar belakang potensi yang begitu besar, maka tidak berlebihan jika kawasan ini menjadi objek perhatian dan perebutan banyak negara. Di sini terlihat bahwa sengketa teritorial di LCS sangat dipengaruhi oleh posisi strategis LCS sebagai jalur pelayaran internasional dan potensi sumber daya mineral yang terkandung di dalamnya. Ini artinya, LCS merupakan kawasan yang memiliki nilai ekonomis, politis dan strategis sehingga menjadikan kawasan InI mengundung poLensI konIk sekuIIgus potensi kerja sama. Dengan demikian tidaklah mengherankan jika kawasan LCS, yang memiliki potensi kandungan minyak bumi dan gas alam yang besar serta peranannya yang sangat penting sebagai jalur pelayaran internasional (perdagangan dan distribusi minyak dunia), menjadi objek perdebatan dan persengketaan sejumlah negara di kawasan selama bertahun-tahun. Terlebih lagi LCS memiliki nilai strategis yang bisa memengaruhi baik langsung maupun tidak langsung kepentingan negara- negara di kawasan. Lantas, apa yang menjadi kepentingan RRT?
Kepentingan RRT Klaim kepemilikian RRT atas kawasan LCS sejak dekade 1970-an didasarkan pada tiga hal pokok, yakni kemajuan ekonomi, politik, dan kebutuhan akan pertahanan dan keamanan. Pertumbuhan penduduk yang tergolong cepat memungkinkan adanya peningkatan pemanfaatan energi minyak. Bagi RRT, dalam jangka panjang cadangan minyak LCS meskipun dalam jumlah yang belum pasti tetap akan digunakan untuk menopang kebutuhan dalam negeri. Kebutuhan akan cadangan minyak berlebih dari sumber baru sudah dirasakan sejak pertengahan tahun 1970- an, yakni ketika produksi minyak RRT mengalami penurunan. Secara eksternal, krisis minyak dunia juga turut memengaruhi perekonomian dalam negeri RRT akan pentingnya cadangan minyak. Kemerosotan ini terus berlanjut sampai dekade berikutnya meskipun tidak diketahui jumlahnya secara pasti. Kemungkinan fakta ini dipengaruhi oleh cepatnya pertumbuhan penduduk dan industrialisasi selama program modernisasi. Kecenderungan itu berdampak pada permintaan masyarakat terhadap sumber energi terus bertambah. Sebagai konsekuensinya, RRT harus meningkatkan impor minyak dan gas, memperbaiki kapabilitas berproduksi atau kerja sama gabungan dalam mengeksplorasi daerah tepi pantai. Guna mengurangi impor minyak, dalam jangka panjang negara ini memanfaatkan LCS sebagai tempat memperoleh ladang minyak baru dan sekaligus sebagai jalur lalu lintas perdagangan. Dari aspek politik, klaim tersebut berkaitan dengan strategi politik luar negeri - 7 - RRT terhadap negara-negara Asia Tenggara. LCS dianggap sebagai teritorial RRT untuk memproyeksikan peranan strategisnya secara aktual. Keterlibatan Beijing dalam persengketaan tersebut semata-mata hanya untuk menegaskan kembali perannya sebagai negara besar dalam percaturan regIonuI. BerukIIrnyu konIk Kumboju LeIuI mengubah peran Beijing yang sebelumnya memanfaatkan isu tersebut untuk menarik negara-negara non-komunis ke dalam pengaruhnya. Melalui langkah ini, RRT dapat mengisolasi posisi Vietnam secara regional. Penyelesaian Kamboja berdampak pada corak politik luar negeri RRT terhadap negara-negara Asia Tenggara terutama yang tergabung dalam ASEAN. Sebagai upaya alternatif, negara tirai bambu ini berusaha mengembangkan hubungan kerja sama baru, khususnya dalam bidang politik dan ekonomi. Kebijakan ini ditempuh sebagai upaya menghapus kesan bahaya kuning atau ancaman dari utara. Isu bahaya kuning seringkali dikaitkan dengan adanya pemberontakan komunis yang terjadi di beberapa negara Asia Tenggara yang secara langsung maupun tidak didukung oleh RRT. Isu tersebut dan juga peristiwa Tiananmen yang dikaitkan dengan pelanggaran HAM telah menurunkan citra RRT di mata internasional. Dari bidang pertahanan dan keamanan, klaim RRT berkaitan dengan kesalahan pengalaman masa lalu yang kurang memberi perhatian pada potensi laut. Pertama, faktor lemahnya kekuatan laut sekeliling RRT merupakan peluang yang mempermudah penetrasi imperialisme barat yang pada akhirnya berakibat pada terbagi- baginya wilayah RRT ke dalam penguasaan kekuatan asing. Selama Perang Dingin persepsi ancaman terhadap Soviet muncul seiring dengan pembangunan pangkalan militernya di Vietnam. Hal ini terlihat ketika RRT memberi pelajaran terhadap Vietnam (1979), Uni Soviet juga telah mengirimkan armadanya sebagai penangkal terhadap inisiatif Angkatan Laut RRT di Pulau Hainan dan Kepulauan Paracel. Kedua, dalam kaitannya dengan kepentingan keamanan, RRT membutuhkan suatu armada angkatan laut yang kuat dan pangkalan yang strategis. Ketegasan sikap RRT dalam mempertahankan klaimnya atas wilayah LCS juga berkaitan dengan niatnya untuk memperoleh status sebagai kekuatan maritim yang handal, bukan hanya di tingkat regional (Asia Timur dan Asia Tenggara), tetapi juga internasional. Sebagai salah satu sasaran modernisasi, RRT berusaha mengembangkan kemampuan angkatan laut guna meningkatkan statusnya dari kekuatan pantai menjadi kekuatan laut biru (blue water navy), suatu kekuatan yang memiliki kemampuan proyeksi jauh ke wilayah samudera luas. Artinya, kekuatan laut biru dapat dijadikan sebagai penyeimbang kekuatan ekonomi yang semakin dipertimbangkan di arena internasional. Selain ketiga hal di atas, RRT sensitif terhadap masalah kedaulatan akibat penindasan asing. Bayang-bayang ancaman dari luar negeri muncul kembali bersamaan dengan pecahnya Soviet menjadi beberapa negara merdeka. Bagi pemimpin RRT, semangat nasionalisme tersebut dapat menyebar sehingga bisa menimbulkan disintegrasi bangsa. Fenomena ini berkaitan dengan daerah-daerah minoritas yang pernah mengalami tekanan berat dari pemerintah pusat. Strategi RRT dalam sengketa LCS merupakan paket yang sama dengan usaha mempertahankan integritas teritorialnya. Kepentingan RRT terhadap LCS, terutama Kepulauan Spratly dan Paracel, tidak hanya dimaksudkan untuk memenuhi dan menunjang program modernisasi namun juga upaya penyatuan Taiwan. Apabila RRT berhasil menguasai dan mengontrol lalu lintas kapal yang melintasi LCS, maka negara ini mampu mempertahankan integritas Taiwan sebagai bagian dari teritorinya. Implikasi Dinamika lingkungan strategis di kawasan LCS belakangan ini memang menunjukkan kondisi yang kurang kondusif. Klaim tumpang tindih wilayah di LCS sebagai pangkal permasalahan sampai saat ini belum menemukan titik temu penyelesaiannya. Kondisi tersebut telah mendorong negara- negara yang memiliki klaim di wilayah tersebut untuk memainkan pengaruhnya baik melalui jalur diplomatik maupun melalui upaya peningkatan kekuatan pertahanannya di kawasan. Sebagai kawasan yang strategis bagi kepentingan global, sengketa LCS juga telah mengundang pihak-pihak di luar negara pengklaim yang memiliki kepentingan di kawasan untuk melibatkan dirinya. Keterlibatan baik negara pengklaim maupun bukan sudah tentu menimbulkan pro dan - 8 - kontra yang berujung pada perbedaan yang mendasar dalam penyelesaian sengketa secara damai. Adanya perbedaan mendasar dalam penyelesaian sengketa, menambah sengketa teritorial di LCS menjadi berlarut- larut, ditambah lagi dasar pengajuan klaim para pihak yang bersengketa sepertinya sulit dipertemukan. Terlepas dari berlarut dan rumitnya penyelesaian sengketa LCS, ASEAN dan juga Indonesia di dalamnya, tidak bisa begitu saja mengabaikan persoalan ini, karena dampak dari sengketa LCS tersebut terhadap kawasan dan kepentingan nasional Indonesia. Dalam konteks politik, misalnya, sengketa LCS apabila terus meningkat akan berdampak pada terancamnya perdamaian dan stabilitas kawasan. Kondisi tersebut sangat jelas juga bertentangan dengan kepentingan politik Indonesia dalam turut menjaga perdamaian dan ketertiban dunia (termasuk stabilitas kawasan di dalamnya) sebagaimana diamanatkan dalam Pembukaan Undang- Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945. Eskalasi sengketa LCS akan memberIkun ImpIIkusI poIILIk yung sIgnIhkun terhadap Indonesia dengan menempatkan Indonesia pada keadaan yang terjepit dalam pertarungan kepentingan kekuatan besar di kawasan, yaitu Amerika Serikat dan RRT. Pada sisi lain, kepentingan nasional Indonesia di LCS juga terancam sebab wilayah ZEE Indonesia di perairan Natuna dan perbatasan dipastikan akan terkena limpahan (spill over). Dalam konteks ekonomI, konIk dI CS ukun menguncum kelangsungan perdagangan Indonesia dengan negara-negara di kawasan Asia Timur yang merupakan mitra penting ekonomi Indonesia, di samping terganggunya perairan Natuna sebagai salah satu kawasan eksplorasi sumber daya alam Indonesia yang potensial. Sementara dari sisi pertahanan, kehadiran angkatan bersenjata negara- negara yang bersengketa akan menimbulkan ancaman dan ketegangan baru bagi kawasan. Penutup Memerhatikan perkembangan dan dinamika yang terjadi berkaitan dengan sengketa LCS, maka potensi bagi terjadinya konIk dI kuwusun InI sunguL Lerbuku, terlebih sikap asertif terus diperlihatkan oleh beberapa negara yang bersengketa. Ini artinya, peningkatan ketegangan di CS dupuL menjurus ke konIk Lerbuku dun berimplikasi terhadap perdamaian dan stabilitas kawasan. Oleh karena itu, upaya pencarian solusi damai untuk menangani sengketa di kawasan ini menjadi suatu keharusan, tidak saja bagi negara-negara yang bersengketa tetapi juga negara-negara kawasan. ASEAN, sebagai organisasi regional yang berpengaruh di kawasan dan beberapa negara anggotanya terlibat dalam sengketa LCS, perlu mengambil peran dalam pencarian solusi damai tersebut. Begitu juga Indonesia (meskipun bukan negara claimant, tetapi karena sebagian wilayahnya berdekatan dengan wilayah sengketa) juga perlu mengambil peran itu. Indonesia perlu memprakarsai langkah-langkah antisipatif duIum penungunun poLensI konIk CS InI dalam forum ASEAN. Peran ASEAN dan juga Indonesia tersebut ditujukan untuk turut menjaga perdamaian dan stabilitas kawasan agar sengketa LCS tidak berkembang menjudI konIk Lerbuku. Rujukan 1. The Republic of the Philippines v. The Peoples Republic of Cina, Permanen Court of Arbitration News, http:// www.pca-cpa.org/shownews.asp?nws_ id=423&pag_id=1261&ac=view, diakses tanggal 5 Juni 2014. 2. RRT Tolak Perintah Mahkamah Arbitrase, Kompas, 5 Juni 2014, hal. 9. 3. Vietnam-Filipina Galang Persatuan, Kompas, 9 Juni 2014, hal. 10. 4. Tiongkok Adukan Vietnam ke PBB, Kompas, 11 Juni 2014, hal. 8. 5. Cina says wants to counter Vietnams slander on SCS, The Jakarta Post, 11 Juni 2014, hal. 10. 6. CIIve ScIoheId und un SLorey, Energy Security and Southeast Asia: The Impact on Maritime Boundary and Territory, Asia Quaterly, Vol. IX, No. 4, Fall 2005. 7. South Cina Sea is a critical world trade route and a potential source of hydrocarbons, EIA Overview, 7 Februari 2013, http://www.eia.gov/countries/ regIons-LopIcs.cIm?hps=scs, dIukses tanggal 2 Juni 2014. 8. Dr. Jean-Paul Rodrigue and Dr. Theo Notteboom, Global Maritime Routes and Chokepoints, dalam The Geography of Transport System, http://people. hof st ra. edu/geot rans/eng/ch1en/ appl1en/ch1a2en.html, diakses tanggal 2 Juni 2014. - 9 - Vol. VI, No. 11/I/P3DI/Juni/2014 KESEJAHTERAAN SOSIAL Info Singkat 2009, Pusat Pengkajian, Pengolahan Data dan Informasi (P3DI) Sekretariat Jenderal DPR RI www.dpr.go.id ISSN 2088-2351 Kajian Singkat terhadap Isu-Isu Terkini JAMINAN KEHALALAN PRODUK PANGAN A.Muchaddam Fahham*) Abstrak Kasus bakso oplosan dan biskuit mengandung babi merupakan indikasi lemahnya pengawasan pemerintah terhadap peredaran pangan. Pemerintah terlihat tidak mampu menjalankan amanat undang-undang pangan yang mewajibkan pemerintah dan pemerintah daerah untuk menjamin keamanan pangan bagi masyarakat. Kasus itu juga menunjukkan bahwa pemerintah belum mampu mencegah kemungkinan pangan yang beredar di masyarakat tercampur benda lain yang bertentangan dengan agama dan keyakinannya sehingga aman untuk dikonsumsi. Pelanggaran terhadap peraturan perundang-undangan yang dilakukan oleh produsen dan pelaku usaha perlu ditindaklanjuti secara hukum agar pelanggaran sejenis tidak terulang kembali. Lemahnya penegakan hukum selama ini menjadikan pelanggaran ini terus terjadi. Pendahuluan Mencuatnya temuan pangan yang berbahan baku babi dalam beberapa minggu belakangan menimbulkan keresahan di masyarakat. Pada April 2014 bakso oplosan daging celeng ditemukan di Kecamatan Tambora Jakarta Barat. Kasus ini terkuak setelah adanya pengaduan dari salah satu pedagang bakso ke Suku Dinas Peternakan dan Perikanan Jakarta Barat. Pedagang bakso itu merasa aneh dengan harga bakso dan daging yang ditawarkan. Harga daging di pasaran sebesar Rp110 ribu per kilogram, sementara harga yang ditawarkan oleh pedagang bakso itu hanya Rp50 ribu per kilogram. Laporan tersebut kemudian ditindaklanjuti oleh Kasudin Perternakan dan Perikanan Jakarta dengan melakukan pemeriksaan laboratorium yang menunjukkan hasil bahwa bakso yang diteliti positif mengandung babi celeng. Pada bulan berikutnya kasus biskuit mengandung babi mencuat ke publik lewat sebuah akun Facebook. Fuziansyah Bachtar, seorang mahasiswa Universitas Tokyo, Jepang menulis status Facebook pada 18 Mei 2014 dengan bunyi Hati-hati ya kalo belanja di Indonesia....Produk haram impor ini dijual bebas di Indomaret. Coba lihat ini tertulis: huruf Kanji (mengandung babi)". Produk biskuit yang dimaksud bernama Bourbon *) Peneliti Muda Agama dan Masyarakat pada bidang Kesejahteraan Sosial, Pusat Pengkajian, Pengolahan Data dan Informasi (P3DI), Sekretariat Jenderal DPR RI. Email: muchaddam@yahoo.com. - 10 - Cookie dan dijual di Indomaret seharga Rp14.500. Setidak-tidaknya ada 30 Toko Indomaret yang menjual produk tersebut. Biskuit Bourbon Cookie disuplai oleh CV Roma yang berlokasi di Medan, Sumatera Utara. Pertanyaannya kemudian adalah mengapa kasus keamanan pangan sering sekali mengemuka. Bukankah kita telah memiliki Undang-Undang Pangan yang menjamin keamanan pangan, baik dari aspek kesehatan maupun dari aspek agama dan keyakinan? Di samping Undang-Undang No. 18 Tahun 2012 tentang Pangan (UU Pangan), kita juga memiliki beragam institusi publik maupun masyarakat yang memiliki perhatian terhadap pangan, antara lain Direktorat Jenderal Pengawasan Obat dan Makanan (Dirjen POM) Kementerian Kesehatan, Badan Pengawasan Obat dan Makanan (Badan POM), Lembaga Pengkajian Pangan Obat-Obatan dan Kosmetika Majelis Ulama Indonesia (LPPOM MUI), serta Yayasan Lembaga Konsumen Indonesia (YLKI). Munculnya dua kasus di atas menunjukkan tiga hal, yaitu: pertama, pengawasan terhadap peredaran pangan yang layak konsumsi baik dari sisi kesehatan dan sisi agama atau keyakinan yang lemah; kedua, terjadi pelanggaran terhadap peraturan perundang-undangan; dan ketiga, lemahnya pelindungan negara terhadap masyarakat untuk mendapatkan pangan yang sehat dan tidak bertentangan dengan agama dan keyakinan serta budaya masyarakatnya. Lemahnya Pengawasan Dua kasus terkait pangan yang telah sedikit diurai di atas menunjukkan lemahnya pengawasan pemerintah terhadap peredaran pangan. Kasus biskuit yang mengandung babi seharusnya dapat sedini mungkin dicegah untuk beredar dan dikonsumsi masyarakat jika saja pemerintah menjalankan fungsinya secara maksimal untuk mengawasi peredaran pangan. Dengan kata lain, kasus biskuit itu adalah bukti bahwa institusi-institusi tersebut diatas tidak melakukan tugas dan fungsinya secara memadai sehingga biskuit tersebut diperjualbelikan di Toko Indomaret. Padahal UU Pangan secara jelas mengamanatkan bahwa pemerintah dan pemerintah daerah menjamin terwujudnya penyelenggaraan pangan di setiap mata rantai pangan secara terpadu. Keamanan pangan diselenggarakan untuk menjaga pangan tetap aman, higienis, bermutu, bergizi, dan tidak bertentangan dengan agama, keyakinan, dan budaya masyarakat. Penyelenggaraan keamanan pangan menurut Pasal 69 UU Pangan, dilakukan melalui: a. sanitasi pangan; b. pengaturan terhadap bahan tambahan pangan; c. pengaturan terhadap produk pangan rekayasa genetik d. pengaturan terhadap iradiasi pangan; e. penetapan standar kemasan pangan; f. pemberian jaminan keamanan pangan dan mutu pangan; dan g. jaminan produk halal bagi yang dipersyaratkan. Sayangnya, pemerintah baru bergerak ketika kasus itu muncul, dan kemunculan kasus itu karena laporan dan partisipasi aktif masyarakat. Menurut Ali Khomsan, banyak persoalan pangan yang harus menjadi perhatian serius pemerintah seperti penggunaan bahan tambahan yang tidak tepat, pelabelan dan periklanan yang membodohi konsumen, pangan kadaluwarsa, dan proses produksi yang tidak memenuhi syarat keamanan. Kesemuanya ILu menyungkuL uspek yung bersIIuL hsIk. Pengoplosan daging sapi dengan daging celeng lebih bernuansa keyakinan dan hal itu pun masuk kategori persoalan keamanan pangan. Dalam situasi apa pun pedagang dituntut menyediakan pangan yang benar- benar aman lahir ataupun batin. Kegiatan pengamanan makanan harus dilakukan pada seluruh mata rantai suplai makanan, yakni mulai tahapan produksi, pengolahan distribusi, sampai pada konsumen di tingkat rumah tangga. Salah satu hambatan dalam pengamanan makanan ialah keterbatasan sumber daya manusia (SDM). Diperlukan tenaga-tenaga pengawas makanan di tingkat lapangan yang setiap harinya bisa mendeteksi cepat ketidakamanan pangan. Pengawasan yang dilakukan oleh pemerintah pada umumnya tidak berkelanjutan dan baru dilakukan pada momen-momen tertentu, seperti yang saat mendekati bulan suci Ramadan. Padahal peredaran pangan terjadi setiap hari dan hampir luput dari pengawasan. Masyarakat konsumen berharap - 11 - banyak bahwa keamanan dan kesehatan mereka terlindungi oleh pemerintah, yakni dengan adanya pengawasan ketat terhadap makanan yang beredar. Lahirnya UU Pangan diharapkan mampu menjembatani antara suplai produsen dan permintaan konsumen. Oleh sebab itu, Pemerintah tidak boleh menjadikan keterbatasan SDM sebagai dalih untuk tidak aktif melakukan pengawasan dalam masalah ini. Pelanggaran Undang-Undang UU Pangan sejatinya telah sangat tegas mengatur keamanan pangan yang dimaksudkan untuk menjaga pangan tetap aman, higienis, bermutu, bergizi, dan tidak bertentangan agama, keyakinan, dan budaya masyarakat. Disamping itu juga untuk mencegah kemungkinan cemaran biologis, kimia, dan benda lain yang dapat mengganggu, merugikan, dan membahayakan kesehatan manusia. Di samping undang-undang pangan, undang- undang perlindungan konsumen juga secara jelas mengatur hak dan kewajiban konsumen dan larangan-larangan yang tidak boleh dilakukan oleh pelaku usaha. Salah satu contoh larangan yang tidak boleh dilakukan oleh pelaku usaha adalah memproduksi dan/atau memperdagangkan barang dan/atau jasa yang tidak mencantumkan informasi dan/atau petunjuk penggunaan barang dalam bahasa Indonesia. Oleh karena itu, produsen biskuit mengandung babi dapat dikatakan telah melakukan pelanggaran Undang-Undang Pangan dan Undang-Undang Perlindungan Konsumen dalam dua hal. Pertama, produsen tidak mengabaikan keamanan pangan dari sisi agama dan keyakinan konsumen. Kedua, produsen juga mengabaikan perbuatan yang dilarang bagi pelaku usaha sebagaimana diatur dalam Pasal 9 ayat (1) huruf j, UU No. 8 Tahun 1999 tentang Perlindungan Konsumen (UU Perlindungan Konsumen). Pasal ini menegaskan bahwa pelaku usaha dilarang memproduksi dan/atau memperdagangkan barang dan/atau jasa yang "tidak mencantumkan informasi dan/ atau petunjuk penggunaan barang dalam bahasa Indonesia sesuai dengan ketentuan perundang-undangan yang berlaku". Ironisnya, Direktur Jenderal Standardisasi dan Perlindungan Konsumen menyatakan tidak dapat menindak PT Indomarco Prismatama sebagai toko yang menjual biskuit tersebut karena tidak ada undang-undang yang melarang peredaran produk kemasan asing meskipun tidak berlabel halal. Pernyataan Direktur Jenderal Standardidasi dan Perlindungan Konsumen itu tampaknya mengabaikan dan tidak menempatkan UU Perlindungan Konsumen sebagai dasar untuk menindak PT Indomarco, seharusnya PT Indomarco dapat dituntut atas pelanggaran Pasal 9 ayat (1) huruf j UU Perlindungan Konsumen di atas. Peredaran pangan yang tidak aman dikonsumsi, baik dari sisi kesehatan maupun dari sisi agama dan keyakinan, sejatinya sudah berulang kali terjadi. Pengulangan kasus itu memberi gambaran akan lemahnya penegakan hukum. Sanksi yang diberikan kepada para pelaku pelanggaran tampaknya belum mampu memberikan efek jera bagi pelakunya. Hal ini disebabkan karena sanksi yang diatur dalam UU Pangan Pasal 89 bagi setiap orang yang memperdagangkan pangan yang tidak sesuai dengan keamanan pangan dan mutu pangan yang tercantum dalam label kemasan pangan terlalu ringan. Pelanggar hanya dikenai sanksi administratif berupa: denda, penghentian sementara bagi kegiatan produksi, dan/atau peredaran, penarikan pangan dari peredaran oleh produsen, ganti rugi, dan/atau pencabutan izin. Pelindungan Negara Negara menjamin kemerdekaan tiap- tiap penduduk untuk memeluk agamanya masing-masing dan untuk beribadat menurut agamanya dan kepercayaanya itu. Salah satu bentuk perbuatan yang diperintahkan oleh agama Islam bagi masyarakat muslim adalah mengkonsumsi pangan yang halal. Oleh karena itu, negara wajib menjamin setiap penduduk untuk menjalankan agama yang dipeluk dengan menjamin kehalalan pangan bagi masyarakat muslim. Upaya menjamin kehalalan produk pangan bagi masyarakat muslim di Indonesia sejatinya telah dimulai dengan digulirkannya RUU Jaminan Produk Halal yang saat ini masih belum selesai dibahas di DPR RI. Ada satu perdebatan dalam pembahasan RUU itu yang tidak kunjung tuntas, yakni siapa lembaga yang berhak memberIkun serLIhkusI IuIuI uLus sebuuI produk pangan. DPR RI mengusulkan lembaga yang berwenang untuk memberikan - 12 - serhkusI IuIuI ILu uduIuI MujeIIs UIumu Indonesia (MUI), sementara pemerintah mengusulkan lembaga yang berwenang adalah suatu badan tertentu. Masalah lain yang tidak kunjung terselesaikan terkait dengun sIIuL serLIhkusI, upukuI serLIhkusI halal itu merupakan mandatory (kewajiban) bagi pelaku usaha atau sebaliknya bersifat voluntary (sukarela). DPR RI mengusulkan sIIuL serLIhkusI ILu mandatory, sementara pemerintah mengusulkan sukarela. Terlepas dari perdebatan di atas, hadirnya sebuah undang-undang (UU) yang menjamin kehalalan suatu produk pangan adalah sebuah keniscayaan. UU itu ditunggu oleh masyarakat muslim Indonesia agar ada penindakan bagi pelaku usaha yang mengabaikan jaminan keamanan pangan dari sisi agama dan keyakinan masyarakat tidak bisa dilakukan. Penutup Munculnya kasus pangan yang tidak aman tersebut menunjukkan bahwa negara belum mampu menjamin keamanan pangan. Lemahnya jaminan itu tidak saja dari sisi agama dan keyakinan, tetapi juga dari sisi kesehatan dan mutu gizi. Untuk itu, pemerintah perlu kembali meninjau kembali kinerjanya dalam pengawasan produksi dan peredaran pangan. Selain perlunya peningkatan kualitas dan kuantitas SDM, pemerintah juga harus tegas dalam hal penegakan hukum terhadap siapa pun yang melakukan pelanggaran UU agar kasus- kasus produksi dan peredaran pangan yang membayakan kesehatan masyarakat dan bertentangan dengan agama, keyakinan, serta budaya masyarakat tidak selalu terulang. Selanjutnya DPR RI perlu segera menyelesaikan pembahasan RUU Jaminan Produk Halal dan mengesahkan RUU itu menjadi UU agar konsumen tidak lagi kesulitan mendapatkan produk pangan yang halal. Di sisi lain, DPR RI juga perlu mendorong proses revisi Undang Undang tentang Perlindungan Konsumen. Rujukan 1. Jannah, Kurniasih Miftakhul. Biskuit Mengandung Babi di Indomaret Sudah Ditarik?, http://economy.okezone.com/ read/2014/05/23/320/989092/biskuit- mengandung-babi-di-indomaret-sudah- ditarik, diakses tanggal 23 Mei 2014. 2. Khomsan, Ali. Jaminan Keamanan Pangan Lemah, Media Indonesia, Rabu, 4 Juni 2014. 3. Nasrul, Erdy. Obat Batuk Memabukkan Ditarik dari Pasar, Republika, 2 Juni 2014. 4. Ramadan, Aldian Wahyu dan Ichsan Emrald Alamsyah. Penjual Biskuit Babi Melanggar, Republika, Jumat, 30 Mei 2014. 5. Umai, Jelang Ramadhan Petugas Banyak Temukan Produk Tak Layak Konsumsi, http://www.publicapos. com/news/977- j el ang- ramadhan- petugas-banyak-temukan-produk-tak- layak-konsumsi, diakses tanggal 5 Juni 2014. 6. Wadji, Farid. Jaminan Produk Halal, Republika, 2 Juni 2014. 7. Yolanda, Friska. Biskuit Bai Beredar, Republika, Rabu, 28 Mei 2014 8. www.faceboook.com/fuziansyah.bachtar. 9. Undang Undang No.18 Tahun 2012 tentang Pangan. 10. Undang Undang No. 9 Tahun 1999 tentang Perlindungan Konsumen. - 13 - Vol. VI, No. 11/I/P3DI/Juni/2014 EKONOMI DAN KEBIJAKAN PUBLIK Info Singkat 2009, Pusat Pengkajian, Pengolahan Data dan Informasi (P3DI) Sekretariat Jenderal DPR RI www.dpr.go.id ISSN 2088-2351 Kajian Singkat terhadap Isu-Isu Terkini UPAYA MENEKAN KENAIKAN HARGA BARANG KEBUTUHAN POKOK MENJELANG RAMADHAN Lisnawati*) Abstrak Kenaikan harga barang kebutuhan pokok di seluruh daerah telah menjadi tradisi setiap kita memasuki bulan suci Ramadhan. Pemerintah harus melakukan beberapa hal agar lencilcn hcrc tersebut tidcl membuct injcsi tini citu menjcc distribusi bcrcn, pasokan barang, dan sistem kontrol terhadap harga, menjaga efek kenaikan tarif dasar listrik, dan melakukan salah satu instrumen kebijakan moneter. Pengendalian oleh pemerintah, produsen, pedagang, dan konsumen juga sangat diperlukan agar kenaikan harga barang kebutuhan pokok tidak terlalu tinggi. Pendahuluan Akhir bulan ini kita akan memasuki bulan suci Ramadhan dan telah menjadi tradisi bahwa di hampir seluruh daerah mengalami realitas kenaikan harga barang kebutuhan pokok. Kenaikan harga ini juga berdampak pada orang-orang yang tidak bersentuhan dengan Ramadhan. Kenaikan harga barang kebutuhan pokok menjelang Ramadhan ataupun hari-hari tertentu lainnya sebenarnya dapat dijelaskan melalui teori ekonomi sederhana. Dalam hukum mekanisme pasar dikatakan apabila persediaan barang sedikit dan permintaan akan barang tersebut banyak maka akan menyebabkan kenaikan harga. Naiknya harga barang ini dipahami agar barang tidak hilang dari pasar. Berdasarkan sifat elastisitas permintaannya, barang yang digunakan untuk memenuhi kebutuhan pokok biasanya disebut barang inelastis atau barang yang mengalami perubahan harga lebih besar daripada perubahan permintaan. Oleh karena itu, walaupun harga barang tersebut melambung tinggi, orang akan tetap membelinya demi kelangsungan hidup. Hal ini sesuai dengan pandangan ekonom Jerman, Herman Heinrich Gossen, bahwa konsumen akan berusaha memenuhi atau memuaskan semua kebutuhannya sebaik mungkin. Menjelang Ramadhan, perilaku konsumen mendadak berubah drastis dari biasanya. Konsumen yang tadinya berbelanja secukupnya untuk kebutuhan makan sehari- hari, ketika Ramadhan berbelanja dengan anggaran yang lebih besar dan berusaha menyiapkan porsi lebih dari biasanya. *) Peneliti Muda Bidang Ekonomi dan Kebijakan Publik, Pusat Pengkajian, Pengolahan Data dan Informasi (P3DI), Sekretariat Jenderal DPR RI, E-mail: lisnawati.dpr@gmail.com. - 14 - Perubahan ini juga dirasakan oleh produsen dan pedagang, terutama pedagang di pasar tradisional/pasar induk yang perubahannya jelas terasa. Keuntungan yang berlipat dapat dikeruk dibandingkan bulan-bulan lainnya. Contohnya, pedagang daging akan meningkatkan harga daging menjelang Ramadhan karena berapapun harga yang ditawarkan, konsumen pasti membelinya. Apakah fenomena kenaikan harga barang kebutuhan pokok ini harus selalu berulang setiap tahun? Bagaimana peranan pemerintah dalam mengatasi hal tersebut? Inflasi dan Kenaikan Harga Barang Kebutuhan Pokok nusI dupuL menIngkuL Lerus jIku pemerintah tidak dapat mengendalikan harga barang kebutuhan pokok. Menurut BPS naiknya harga pangan merupakan salah suLu penyumbung InusI LerLInggI. nusI terjadi karena adanya kenaikan harga pada beberapa komoditas, antara lain daging ayam, telur, tomat, bawang merah, dsb. Berdasarkan data Bank Indonesia, harga daging ayam dan telur menjadi pemicu LerLInggI Iuju InusI buIun MeI zo1q. nusI pada minggu keempat bulan Mei 2014 diperkirakan di bawah 0,2 persen. Namun demikian, hasil survei hingga minggu ketiga buIun MeI zo1q menunjukkun InusI berudu dI IeveI o,11 persen dun securu umum InusI pada bulan Mei 2013 mencapai 1,56 persen. Untuk tahun ini, harga barang kebutuhan pokok mengalami potensi kenaikan yang lebih tinggi mengingat selain Ramadhan banyak peristiwa penting yang akan terjadi pada bulan Juni-Juli tahun ini seperti pemilihan presiden, momentum memasuki tahun ajaran baru, dan hari raya duIhLrI. BeIum IugI wucunu kenuIkun LurII dasar listrik dan BBM. Namun demikian, securu umum InusI ukun Lurun kembuII pada bulan-bulan selanjutnya. KesLubIIun InusI perIu dIIukukun ugur dapat memberikan manfaat bagi peningkatan kesejuILeruun musyurukuL. nusI yung tinggi dapat menyebabkan pendapatan riil masyarakat akan turun sehingga standar IIdup ukun menurun. nusI yung LIduk sLubII juga akan menciptakan kesulitan dalam mengambil keputusan untuk melakukan konsumsi, investasi, dan produksi yang pada akhirnya akan menurunkan pertumbuhan ekonomi. Kebijakan Pemerintah Dalam Mengatasi Masalah Kenaikan Harga Barang Kebutuhan Pokok Peran Pemerintah sangat penting dalam mengantisipasi dan mengontrol kenuIkun Iurgu ugur LIduk LerjudI InusI yung semakin tinggi. Beberapa langkah yang dapat dIumbII pemerInLuI unLuk menekun nusI yang disebabkan oleh kenaikan harga barang kebutuhan pokok adalah: 1. Menjaga distribusi barang, pasokan barang, dan sistem kontrol terhadap harga Menjelang bulan Ramadhan, barang kebutuhan pokok menjadi rawan tidak terdistribusi dengan normal dan masalah penimbunan oleh agen/distribusi menjadi permasalahan sendiri. Dalam Pasal 93 dan Pasal 95 Undang-Undang (UU) No. 7 Tahun 2014 tentang Perdagangan ditegaskan bahwa pemerintah dan pemerintah daerah harus berperan dalam mengendalikan ketersediaan, stabilisasi harga, dan distribusi barang kebutuhan pokok dan/atau barang penting. Selain itu secara tegas pula terdapat sanksi pidana penjara paling lama 5 (lima) tahun dan/atau pidana denda paling banyak Rp50.000.000.000,00 (lima puluh miliar rupiah) bagi para pelaku usaha yang menyimpan barang kebutuhan pokok dan/ atau barang penting dalam jumlah dan waktu tertentu pada saat terjadi kelangkaan barang, gejolak harga, dan/atau hambatan lalu lintas perdagangan barang seperti tercantum dalam Pasal 107 UU tersebut. Terkait masalah tersebut, pemerintah wajib menjaga pasokan sejumlah barang kebutuhan pokok yaitu melalui peran bulog, seperti yang tercantum dalam Peraturan Pemerintah No. 7 Tahun 2003 tentang Perum Bulog Pasal 6 yaitu dalam hal pengamanan harga pangan pokok, pengelolaan cadangan pangan pemerintah dan distribusi pangan pokok harus dijalankan dengan baik dalam mengatasi kondisi kenaikan harga. Data mengenai produksi dan kebutuhan barang pokok juga harus dipaparkan secara transparan oleh pemerintah agar tidak menimbulkan isu kelangkaan maupun kelebihan pasokan. Berdasarkan UU ini, sanksi bagi para pelaku usaha yang memanipulasi data mengenai persediaan barang kebutuhan pokok dan/ atau barang penting pun diancam pidana dengan pidana penjara paling lama 4 (empat) - 15 - tahun dan/atau pidana denda paling banyak Rp10.000.000.000,00 (sepuluh miliar rupiah). Selain itu, kondisi infrastruktur yang baik seperti jalan, pelabuhan laut, dan prasarana perkeretaapian harus diperhatikan dalam mengatasi masalah distribusi. Biaya logistik yang rata-rata lebih tinggi 20-30 persen dari biaya produksi menyebabkan harga menjadi lebih tinggi dari yang seharusnya dan akhirnya produsen akan memasukkan ongkos logistis pada harga jual barang. 2. Menjaga efek kenaikan tarif dasar listrik (TDL) Kenaikan TDL yang diberlakukan mulai awal Mei 2014 dan awal Juli nanti sedikit banyak akan berefek pada industri. Hal ini tidak terelakan ketika harga kebutuhan barang dari sisi produksi akan meningkat sehingga diperlukan peran pemerintah dalam menjaganya agar dampak terhadap kenaikan kebutuhan pokok tidak terjadi. 3. Kebijakan moneter Kebijakan bank sentral menjelang bulan Juni-Juli tahun 2014 penting dilakukan. Penerapan fasilitas diskonto dimana jumlah uang yang beredar diatur melalui penetapan tingkat bunga bank sentral pada bank umum perlu dilakukan. Bank umum kadang-kadang mengalami kekurangan uang sehingga harus meminjam ke bank sentral. Untuk membuat jumlah uang bertambah, maka pemerintah menurunkan tingkat bunga bank sentral, serta sebaliknya menaikkan tingkat bunga demi membuat uang yang beredar berkurang. Hal ini akan menyebabkan masyarakat lebih berhemat daripada mengkonsumsikan sejumlah uangnya untuk kebutuhan di luar kebutuhan pokok, karena di bulan-bulan menjelang lebaran biasanya peredaran uang sangat tinggi yang disebabkan meningkatnya kebutuhan masyarakat di luar kebutuhan pokok. Banyak hal yang dapat diantisipasi pemerintah dalam mengatasi masalah kenaikan harga barang kebutuhan pokok seperti yang dilakukan setiap tahunnya. Menurut Wakil Menteri Pertanian, Rusman Heriawan, potensi kenaikan harga pangan menjelang dan selama bulan Ramadhan tidak akan terlalu bergejolak. Stok pangan khususnya beras, sayuran, dan lain-lain masih relatif aman dikarenakan masih banyaknya potensi panen di beberapa daerah sehingga impor bahan pangan tidak perlu dilakukan. Sementara itu, menurut Menteri Perdugungun, MuIummud uLh, operusI pasar akan diselenggarakan di seluruh daerah untuk mengantisipasi tingginya permintaan menjeIung duIhLrI. HuI InI dIIukukun seLIup tahun untuk mencegah aksi spekulan oleh pedagang dengan memanfaatkan momen RumudIun muupun duIhLrI. DuIum melakukan operasi pasar, pemerintah harus memperhatikan para pedagang tradisional karena kegiatan operasi pasar yang dilakukan setiap hari akan mempengaruhi pendapatan pedagang tradisional. Pengendalian Harga Barang Kebutuhan Pokok Dalam mengendalikan harga barang kebutuhan pokok, terdapat dua hal yang dapat dilakukan, yaitu: pertama, mengendalikan persediaan barang dimana tanggung jawab berada di pemerintah, para produsen, dan para pedagang. Pemerintah bertanggung jawab untuk mengatur ketersediaan barang di pasar melalui wewenang yang dimilikinya. Pemerintah dapat mendesak para produsen untuk memproduksi barang dalam jumlah yang banyak menjelang Ramadhan dan para produsen harus menyediakan hal itu. Jika produsen memproduksi barang dalam jumlah yang banyak di saat mendekati Ramadhan, tentu para pedagang tidak ada niat untuk melakukan penimbunan. Berdasarkan UU No 7 Tahun 2014 Tentang Perdagangan Pasal 25 dikatakan bahwa Pemerintah dan Pemerintah Daerah mengendalikan ketersediaan barang kebutuhan pokok dan/atau barang penting di seluruh wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia dalam jumlah yang memadai, mutu yang baik dan harga yang terjangkau. Barang kebutuhan pokok yang dimaksud dalam UU ini adalah barang yang menyangkut hajat hidup orang banyak dengan skala pemenuhan kebutuhan yang tinggi serta menjadi faktor pendukung kesejahteraan masyarakat, seperti beras, gula, minyak goreng, mentega, daging sapi, daging ayam, telur ayam, susu, jagung, kedelai, dan garam beryodium. Dalam perjalanan pembuatan peraturan presiden yang sampai saatnya belum selesai, menurut Dirjen Perdagangan Dalam Negeri Kementerian Perdagangan terdapat tambahan yang termasuk barang pokok selain yang disebutkan dalam UU No. - 16 - 7 tahun 2014, diantaranya: tepung terigu, bawang merah, bawang putih, cabe, ikan (ikan bandeng segar, ikan kembung segar, ikan tongkol), obat generik, vaksin, dan LPG 3 kg. Hal ini merupakan bentuk koordinasi yang dilakukan Kementerian Perdagangan dengan kementerian lain. Peraturan yang memiliki urgensi tinggi terhadap barang kebutuhan pokok harus diprioritaskan untuk segera selesai karena saat-saat seperti ini kondisi pasar tidak stabil dan pemerintah harus menentukan langkah untuk mengendalikan keadaan. Langkah yang diambil pemerintah tidak selalu dalam bentuk subsidi harga, namun bisa juga berupa intervensi dalam bentuk lainnya seperti pengangkutan dari hulu ke hilir, pembenahan sarana pergudangan, pengawasan secara kontinyu maupun melakukan operasi pasar murah. Kedua, pengendalian oleh konsumen atau pengguna/pemakai barang yang turut bertanggung jawab atas kenaikan harga barang. Seharusnya konsumen juga berperan penting dalam menstabilkan harga barang dengan melakukan pengendalian terhadap keinginan-keinginan yang melebihi dari sebelumnya. Ramadhan atau bukan kebutuhan orang akan barang tetaplah sama, malah seharusnya di saat Ramadhan kebutuhan akan barang turun, karena orang makan hanya 2 kali sehari (pagi dan malam). Solusi lain bagi para konsumen adalah dengan menggunakan barang substitusi. Konsumen dapat membeli barang substitusi dan menurunkan pembelian terhadap barang yang mengalami kenaikan harga. Dengan adanya pengendalian dua unsur ini, tentulah kejadian naiknya harga barang menjelang dan sepanjang Ramadhan akan semakin dapat ditekan. Semua ini bisa terjadi jika ada kemauan politik dari unsur-unsur yang berkaitan dengan kenaikan harga tadi. Penutup Kenaikan harga barang kebutuhan pokok dapat mempengaruhi kesejahteraan konsumen dan produsen, termasuk pemerintah. Kenaikan harga tersebut berdampak kepada masyarakat, baik itu kalangan menengah ke bawah maupun menengah ke atas. Jika kebutuhan pokok tidak dapat terpenuhi dengan baik, maka kelangsungan hidup masyarakat dapat terhambat. DPR sebagai wakil rakyat harus mengawasi perkembangan harga barang kebutuhan pokok yang terjadi di lapangan dan memastikan bahwa peraturan- peraturan pelaksanaan yang dapat membantu mengendalikan harga harus segera diterbitkan. Koordinasi antar-instansi pemerintah yang menangani permasalahan kenaikan harga barang kebutuhan pokok hendaknya dapat berjalan secara baik dan terarah. Informasi mengenai permintaan dan penawaran barang kebutuhan pokok harus transparan diberikan produsen dan pemerintah agar tidak terjadi kelangkaan barang. Rujukan 1. Stabilkan Harga, Pasokan Dijaga, Suara Karya, 9 Juni 2014. z. nusI AkIbuL TurII IsLrIk TIduk Besur, Harian Pelita, 9 Juni 2014. 3. Kenaikan Harga Pangan Cegah Spekulan, Pemerintah Siapkan Operasi Pasar, Koran Tempo, 7 Juni 2014. 4. Perpres Pengendalian Bahan Pokok Segera Selesai, http://nasional.kontan. co. i d/news/perpres-pengendal i an- bahan-pokok-segera-selesai, diakses tanggal 5 Juni 2014. 5. 18 Barang Ini Masuk Kebutuhan Pokok di UU Perdagangan, http://www.gatra. com/ekonomi -1/50062-18-barang- ini-masuk-kebutuhan-pokok-di-uu- perdagangan.html, diakses tanggal 5 Juni 2014. 6. nusI Terkerek KenuIkun Hurgu BuIun Pokok, http://www.mediaindonesia. com/hot t opi c/r ead/846/I nf l as i - Terkerek-Kenai kan-Harga-Bahan- Pokok/2014/06/02, diakses tanggal 6 Juni 2014. ;. AnLIsIpusI nusI 'Iur` JeIung Ramadhan, http://ekonomi. kompasiana.com/bisnis/2014/05/31/ unLIsIpusI-InusI-IIur-jeIung-rumudIun- 661596.html, diakses pada 5 Juni 2014. 8. Undang-Undang No. 7 Tahun 2014 tentang Perdagangan. - 17 - Vol. VI, No. 11/I/P3DI/Juni/2014 PEMERINTAHAN DALAM NEGERI Info Singkat 2009, Pusat Pengkajian, Pengolahan Data dan Informasi (P3DI) Sekretariat Jenderal DPR RI www.dpr.go.id ISSN 2088-2351 Kajian Singkat terhadap Isu-Isu Terkini KAMPANYE HITAM PEMILU PRESIDEN 2014 Ahmad Budiman*) Abstrak Praktek kampaye hitam banyak mengangkat isu-isu yang tidak berdasarkan fakta, cenderun memjtnch dcn cdc cn meninun mcsclch SARA. Kcmpcne hitcm dapat memicu ketegangan pada saat penyelenggaraan pemilu. Kampanye hitam akan merugikan masyarakat pemilih untuk mengetahui dengan benar mengenai visi, misi dan program calon presiden dan calon wakil presiden. Kampanye hitam dapat menurunkan kualitas pelaksanaan pemilu presiden dan wakil presiden. Latar Belakang Menjelang dilaksanakannya Pemilihan Umum (Pemilu) Presiden dan Wakil Presiden tanggal 9 Juli mendatang, serangan kampanye hitam yang ditujukan kepada kubu pasangan calon presiden (capres) dan calon wakil presiden (cawapres) kian gencar. Banyak kalangan yang merisaukan maraknya kampanye hitam menjelang diselenggarakannya pemilu presiden (pilpres). Kerisauan itu disebabkan isu-isu yang disebar tidak sesuai fakta dan ada yang menyinggung hal-hal yang berbau suku, agama, ras, dan antargolongan (SARA). Ketua Umum Muhammadiyah, Din Syamsuddin, menyatakan kampanye hitam dapat menghalangi hak masyarakat untuk mengetahui visi dan misi calon pemimpinnya. Kampanye hitam banyak ditemukan di sosial media dan tidak jarang menyinggung hal-hal yang berbau suku, agama, ras, dan antargolongan. Kondisi tersebut membuat tim kampanye pasangan capres dan cawapres menjadi sibuk melawan kampanye hitam dan tidak punya waktu lagi untuk memaparkan visi dan misinya. Fenomena ini sangat merugikan masyarakat sebagai pemilih, karena pemilih memiliki hak untuk mengetahui program-program yang hendak dibawa oleh calon pemimpinnya. Pengamat komunikasi politik, Triyono Lukmantoro, menilai kampanye hitam menunjukkan cara berpolitik yang tidak berkualitas dan tidak cerdas. Kampanye hitam yang menyerang SARA sangat tidak mendidik dan tidak tepat diterapkan di Indonesia sebagai negara pluralis yang banyak suku dan agama. Tentu berbahaya kalau SARA menjadi materi untuk kampanye hitam. *) Peneliti Madya Komunikasi Politik pada Tim Politik Dalam Negeri, Pusat Pengkajian, Pengolahan Data dan Informasi (P3DI) Setjen DPR RI, E-mail: a.budiman69@gmail.com - 18 - Pengamat politik dari Universitas Gajah Mada, Arie Sujito, menyatakan tim sukses kandidat capres diharapkan dapat membuka kelemahan pesaingnya dengan berdasarkan bukti-bukti dan tidak terjebak dalam kampanye hitam. Hal ini supaya membantu para pemilih menilai track record mereka. Kampanye hitam tidak membantu kualitas pemilu. Semua pihak harus memberitahu calon pemilih bahwa pemilu yang fair adalah pemilu yang ditandai sikap kritis bukan kampanye hitam. Bila dibandingkan dengan pelaksanaan kampanye Pilpres 2009, kampanye hitam pada pilpres kali ini merebak jauh lebih gencar. Hal ini bisa dilihat dari materi yang terkandung dalam kampanye hitam yang sudah tergolong pada masalah SARA. Selain itu juga semakin gencar karena banyak dilakukan melalui media sosial. Beberapa isu yang banyak digunakan sebagai materi kampanye hitam yang banyak dilayangkan melalui media sosial baik melalui Facebook maupun Twitter, serta melalui pesan singkat berantai, yaitu: Tabel 1. Kampanye Hitam Serang Capres No Jokowi-JK Prabowo-Hatta 1 Jokowi dituduk antek zionis. Prabowo dituduh pernah menjadi warga Negara Yordania karena pernah tinggal di negara itu selama dua tahun. 2 Jokowi-JK akan mengangkat menteri agama dari kelompok Islam Syiah. Prabowo dituduh tidak membayar gaji karyawan Kiani Kertas selama beberapa bulan 3 Jokow dituduh sebagai orang nonmuslim dan beretnik Tionghoa. Muncul video kasus pemukulan oleh capres Prabowo di KPU 4 Muncul iklan dukacita yang menyatakan Jokowi meninggal dengan nama Ir. Herbertus Joko Widodo. Ada twitter mengatasnamakan Abraham Samad yang menyatakan Jokowi harus dilindungi dari pembunuhan. 5 Jokowi-JK disebutkan akan mencabut kebijakan serLIhkusI dun tunjangan guru. Sumber: Media Indonesia, Senin 26 Mei 2014 Isu lainnya sebagai kampanye hitam yang menerpa capres menjelang pelaksanaan pilpres yaitu: Tabel 2. Empat Isu Negatif yang Menerpa Capres No Joko Widodo Prabowo Subianto 1 Jika menjadi presiden akan dikendalikan oleh Megawati Soekarnoputri dan negara asing. Terlibat dalam kasus penculikan aktivis hak asasi manusia (HAM) pada tahun 1998. 2 Suka berbohong, karena tidak menepati janji menyelesaikan jabatan sebagai gubernur DKI Jakarta selama 5 tahun. Hubungan keluarga yang tidak harmonis. 3 Terlibat dalam kasus korupsi pengadaan bus Transjakarta berkarat dari Tiongkok. Temperamental (tidak bisa mengendalikan emosi) dan suka menggunakan kekerasan. 4 Jika menang akan lebih membela kelompok minoritas dan tidak memperhatikan kepentingan umat Muslim. Tidak sukses dalam bisnis, karena perusahaannya banyak yang rugi. Sumber: Lingkaran Survei Indonesia, sebagaimana dikutip dari Suara Pembaruan, Rabu 28 Mei 2014. Pengamat media sosial, Wicaksono, menilai kampanye hitam melalui media sosial untuk menyudutkan kubu Jokowi atau kubu Prabowo, diperkirakan akan terus mengalami kenaikan hingga pemilu presiden Juli nanti. Menu utama kampanye hitam yang banyak dijumpai di media sosial Twitter dan Facebook, dibanjiri mulai isu rasial, agama, politik, hingga persoalan masa lalu pribadi Jokowi dan Prabowo. Namun Wicaksono mengingatkan sebagian masyarakat telah sadar dan tahu betul bahwa kampanye negatif belum bisa dipertanggungjawabkan, sehingga mereka tidak serta merta menelannya. Wakil Ketua tim media pemenangan kubu Jokowi-Jusuf Kalla, Aria Bima mengatakan, pihaknya selalu berusaha meIukukun kIurIhkusI LerIudup kumpunye hitam yang menimpa capres dan cawapresnya. Namun demikian, Aria Bima membantah melakukan kampanye serupa terhadap kubu lawannya. Apabila pihaknya - 19 - akhirnya menanggapi kampanye hitam yang disebutnya berasal dari pihak pesaing, itu merupakan akibat dari serangan politik yang menimpa mereka. Ketua Tim Pemenangan Prabowo- Hatta, Mahfud MD, mengingatkan seluruh tim kampanyenya untuk tidak melakukan kampanye hitam. Kampanye hitam yang dilakukan akan merugikan publik dan bangsa ke depan. Kampanye harus dilakukan dengan jujur, berakhlak, dan beretika. Telebih lagi, saat ini masyarakat Indonesia sudah rukun dan damai. Seluruh tim pemenangan tidak boleh memaksa rakyat, tetapi meyakinkan rakyat untuk berjuang menghidarkan bangsa dari segala bencana. Secara khusus Presiden RI, Susilo Bambang Yudhoyono, dalam twitternya menanggapi tentang maraknya kampanye hitam menjelang pilpres, menyatakan tim sukses sebaiknya fokus membantu capresnya berkomunikasi secara efektif dengan rakyat, bukan sibuk menyerang kompetitor dengan kampanye hitam. Sedangkan Komisioner Komisi Pemilihan Umum (KPU), Arief Budiman, menekankan hal yang perlu menjadi perhatian selama 32 hari masa kampanye, yaitu jangan saling menghina dan memhLnuI, serLu dIIurupkun LIudu udu IugI black campaign (kampanye hitam). Istilah Kampanye Hitam Istilah kampanye hitam adalah terjemahan dari bahasa Inggris black campaign yang bermakna berkampanye dengan cara buruk atau jahat. Secara umum bentuk kampanye hitam adalah menyebarkan keburukan atau kejelekan seorang politikus dengan tujuan menjatuhkan nama baik seorang politikus sehingga dia menjadi tidak disenangi teman-teman separtainya, khalayak pendukungnya dan masyarakat umum. Cara-cara yang dipakai dalam berkampanye hitam adalah : 1. Menyebarkan kejelekan atau keburukan tentang seseorang politikus, dengan cara memunculkan cerita buruk di masa lalunya, menyebarkan cerita yang berhubungan dengan kasus hukum yang sedang berlangsung, atau menyebarkan cerILu boIong uLuu hLnuI IuInnyu. 2. Untuk menguatkan cerita tersebut biasanya si penyebar cerita akan menyertakan berupa bukti foto. Foto-foto tersebut bisa saja benar-benar terjadi, bisa juga benar-benar terjadi tapi tidak terkait langsung dengan permasalahan, namun si penyebar foto berharap asumsi masyarakat terbentuk atau bisa juga foto tersebut hasil rekayasa/manipulasi dengan bantuan teknologi komputer. 3. Yang lebih hebat lagi adalah apabila dimunculkan saksi hidup yang bercerita perihal keburukan, atau pekerjaan jahat si politikus, baik di masa lalu maupun yang masih belum lama terjadi. Kampanye hitam tidak sama dengan kampanye negatif. Pengamat politik dari Universitas Indonesia, Agus Suprio, membedakan kampanye hitam biasanya hanya tuduhan tidak berdasarkan fakta dan merupukun hLnuI. Sedungkun kumpunye negatif adalah pengungkapan fakta kekurangan mengenai suatu calon atau partai yang disampaikan secara jujur dan relevan. Kampanye hitam biasanya tidak memIIIkI dusur dun IukLu, hLnuI dun LIduk relevan diungkapkan terkait parpol maupun tokoh. Kampanye Efektif Penggunaan kampanye hitam jelas bukan merupakan implementasi penggunaan komunikasi yang efektif sebagai dasar bagi pelaksanaan kampanye yang efektif. Pertama yang harus dipahami yaitu kampanye yang efektif adalah kampanye yang senantiasa berpegang pada aturan normatif yang mengatur pelaksanaan kampanye. Pada tataran normatif, pengaturan mengenai kampanye pilpres diatur dalam Undang- Undang Nomor 42 Tahun 2008 tentang Pemilihan Umum Presiden dan Wakil Presiden. Kampanye Pemilu Presiden dan Wakil Presiden pada Pasal 1 angka 22 diartikan kegiatan untuk meyakinkan para pemilih dengan menawarkan visi, misi, dan program pasangan calon. Baik substansi maupun kegiatan kampanye dilarang untuk menghina seseorang, agama, suku, ras, golongan, calon dan/atau pasangan calon yang lain. Pelanggaran atas larangan pelaksanaan kampanye yang merupakan tindak pidana Pemilu Presiden dan Wakil Presiden, penyelesaiannya dilaksanakan melalui pengadilan dalam lingkungan peradilan umum. Hal kedua yang perlu diperhatikan dalam praktek kampanye efektif adalah - 20 - menggunakan kampanye yang bersifat persuasif. Kampanye persuasif dalam politik kontemporer menurut Dan Nimmo, mengandalkan tiga teknik yang membentuk jenis-jenis komunikasi yang relevan dengan opini publik. Pertama, persuader harus menyesuaikan imbauannya dengan titik pandang pendengar. Kedua, persuader menggunakan teknologi yang tepat untuk menyebarkan pesan kepada anggota kelompok (untuk propaganda), individu (untuk periklanan) atau kolaborator yang potensial (untuk retorika). Ketiga, persuader memilih sarana dan gaya linguistik yang tepat untuk menuangkan propaganda, periklanan atau retorikanya. Beberapa strategi kampanye menurut Perloff (1993) dalam buku Antar Venus Manajemen Kampanye yang menggunakan kampanye persuasif yakni : 1. Pelaku kampanye atau komunikator: diperlukan komunikator yang terpercaya untuk dapat menyampaikan pesan. 2. Pesan kampanye: selalu menggunakan simbol, baik verbal maupun non verbal, yang diharapkan dapat memancing respons khalayak. 3. Media kampanye: teknologi komunikasi baru tidak hanya mengubah jumlah ketersediaan informasi dimasyarakat tetapi juga mempengaruhi isi pesan yang ditransmisikannya. 4. Khalayak sasaran kampanye atau komunikan: pengetahuan tentang khalayak akan membimbing pelaku kampanye dalam merancang pesan apa, untuk siapa, disampaikan melalui media apa dan siapa yang cocok untuk menyampaikannya. Kesimpulan dan Saran Kampanye hitam adalah praktek kampanye dengan menyebarkan keburukan atau kejelekan kandidat dengan tujuan menjatuhkan nama baiknya, sehingga menjadi tidak disenangi masyarakat. Isu- isu yang digunakan tidak berdasarkan fakta dun cenderung unLuk menhLnuI Iuwunnyu. Kampanye hitam tidak sama dengan kampanye negatif. Kampanye negatif adalah pengungkapan fakta kekurangan lawannya berdasarkan data yang disampaikan secara jujur dan relevan. Praktek kampanye hitam jelas melanggar aturan dan dapat dikenakan sanksi bagi siapa saja yang melakukannya. Selain itu praktek kampanye hitam jelas akan mengurangi kualitas pelaksanaan pemilu presiden yang akan datang. Pengawasan dari penyelenggara pemilu terhadap materi dan media kampanye perlu diperketat untuk mengatasi merebaknya kampanye hitam pada kampanye pilpres. Sanksi yang tegas harus dikenakan bagi siapa saja yang melakukan praktek kampanye hitam. Upaya sosialisasi yang intensif mengenai visi, misi, dan program capres kepada seluruh masyarakat perlu terus dilakukan dalam rangka menangkal pengaruh kampanye hitam di masyarakat. Menggunakan praktek kampanye persuasif jauh lebih efektif mempengaruhi pemilih, ketimbang menggunakan kampanye hitam. Penggunaan kampanye persuasif akan berdampak pada semakin meningkatnya kualitas pemilu di tanah air.
Rujukan: 1. Antar Venus, 2010, Manajemen Kampanye, Jakarta: Simbiosa Rekatama Media. 2. Dan Nimmo, 2010, Komunikasi Politik Khalayak dan Efek, Bandung: Remadja Rosdakarya. 3. "Tim sukses capres diminta jauhi kampanye hitam", http://www.bbc. co.uk/indonesia/berita_indonesia/ diakses tanggal 26-5-2014 4. "Kampanye Hitam Dan Pendidikan Politik Bangsa", http://www.wikimu. com/news, diakses tanggal 28-5-2014 5. "Kampanye hitam pilpres pengaruhi pemilih", http://www.bbc.co.uk/ indonesia/berita_indonesia, diakses tanggal 28-5-2014. 6. "Gerindra Akan Laporkan Pelaku Ke Polisi", Koran Tempo, 26 Mei 2014. 7. "Ini Beda Kampanye Hitam dan Kampanye Negatif", Tribun, 8 April 2014. 8. "Kampanye Hitam Rusak Tatanan Demokrasi", Suara Pembaruan, 28 Mei 2014. 9. "KPU: Lakukan Kampanye Positif", Republika, 4 Juni 2014.