Anda di halaman 1dari 24

PELAK8ANA HARAN

l S S N : 2 U B B 2 S S I
VOL.Vl No. IC/ll/lSDl/OUSTUS/2UI4
- 1 -
Info Singkat
2009, Pusat Pengkajian, Pengolahan Data dan Informasi (P3DI)
Sekretariat Jenderal DPR RI
www.dpr.go.id
ISSN 2088-2351
Vol. VI, No. 16/II/P3DI/Agustus/2014 H U K U M
Kajian Singkat terhadap Isu-Isu Terkini
UPAYA PEMBERANTASAN TINDAK PIDANA
PEREDARAN NARKOTIKA
DI LINGKUNGAN PENDIDIKAN
Denico Doly*)
Abstrak
Narkotika banyak beredar di kalangan masyarakat. Bahaya narkotika dapat
menghantui setiap golongan masyarakat. Bahaya narkotika ini bahkan sudah masuk
ke dalam lingkungan pendidikan. Upaya pencegahan baik secara preemtif, preventif,
dan represif harus dapat dilakukan oleh setiap lembaga negara maupun masyarakat
untuk mencegah penyalahgunaan narkotika. Tindak pidana peredaran narkotika
harus dicegah oleh setiap orang dan lembaga.
Pendahuluan
Universitas Nasional (Unas) sudah dua
kali dirazia oleh pihak kepolisian. Pada razia
pertama, dilakukan pada tanggal 13 Agustus
2014, Tim Gabungan Polres Metro Jakarta
Selatan dan Polsek Metro Pasar Minggu, Jakarta
Selatan, berhasil menyita 5 kilogram ganja, alat
hisap sabu (bong), tiga korek gas, sembilan
cangklong, tiga timbangan, dan dua bungkus
kertas warna cokelat. Selain narkoba, ditemukan
juga berbagai macam jenis senjata tajam, seperti
satu buah golok, dua buah klewang, empat
pisau, satu krat botol, 25 botol bir besar, lima
botol bir kecil, 22 botol beralkohol, tiga botol
molotov siap digunakan, satu kantong plastik
sumbu. Razia kedua yang berlangsung pada
tanggal 19 Agustus 2014 dilakukan oleh pihak
Kepolisian bersama dengan Badan Nasional
Narkotika (BNN). Dalam operasi tersebut, Polisi
dan BNN menemukan barang bukti berupa 3,6
kilogram ganja. Dalam razia yang dilakukan
di Unas, polisi mengamankan seorang pria
berinisial B yang merupakan seorang staf
magang Biro Kemahasiswaan Unas.
Masuknya narkoba ke dalam lingkungan
pendidikan, khususnya di kalangan mahasiswa
bukan lagi menjadi isu belaka dan sudah tidak
dapat dipungkiri. Hal ini diungkapkan oleh
Ketua Gerakan Nasional Anti Narkotik (Granat)
Henry Yosodiningrat, yang menyatakan bahwa
kampus, khususnya di Jakarta tidak ada satu
pun yang bebas dari peredaran narkotik,
terutama ganja. Menurut Henry, kebanyakan
remaja di Jakarta sudah hidup sedemikian
bebas tanpa aturan, sehingga menganggap
ganja sebagai gaya hidup. Humas BNN,
*) Peneliti Muda Hukum pada Bidang Hukum, Pusat Pengkajian Pengolahan Data dan Informasi (P3DI), Sekretariat Jenderal DPR
RI. E-mail: nico_tobing@yahoo.com
- 2 -
Sumirat Dwiyanto mengatakan bahwa narkoba
sangat mungkin masuk ke kampus, mengingat
jumlah pengguna narkoba di tingkat pelajar atau
mahasiswa tidak sedikit. Berdasarkan penelitian
BNN pada tahun 2011, sekitar 22% (dua puluh
dua persen) pecandu penyalahgunaan narkoba
merupakan pelajar atau mahasiswa dan angka
tersebut terus bertambah dari tahun ke tahun.
Bahayanya narkoba di kalangan masyarakat
menjadi perhatian dunia, hal ini disebabkan
karena penyalahgunaan narkotika dan zat
terlarang dapat menyebabkan kecanduan dan
kematian bagi para penggunanya.
Upaya pemberantasan tindak pidana
penyalahgunaan narkotika telah dilakukan oleh
berbagai pihak seperti kepolisian, BNN, maupun
lembaga swadaya masyarakat. BNN telah merilis
berbagai upaya pemberantasan tindak pidana
penyalahgunaan narkotika yang dilakukan
secara prefemtif, preventif, dan represif. Upaya
pemberantasan tindak pidana penyalahgunaan
narkotika ini merupakan langkah-langkah yang
dilakukan baik oleh pemerintah maupun pihak
kepolisian dalam memberantas pengedaran dan
penggunaan narkotika secara ilegal.
Tindak Pidana Penyalahgunaan
Narkotika
Berdasarkan data yang diperoleh dari
Badan Narkotika Nasional (BNN), dapat
dilihat bahwa penyalahgunaan narkotika sudah
masuk ke dalam kategori semua kelompok
usia. Penyalahgunaan narkotika mulai dari
menggunakan, memiliki, sampai mengedarkan
sudah banyak dilakukan oleh banyak kalangan.
Baik dari kalangan menengah ke bawah sampai
dengan kalangan menengah ke atas. Data BNN
untuk periode 2007-2011 menunjukkan bahwa
penyalahgunaan narkotika tidak melihat umur
atau kelompok usia dan dapat dilakukan mulai
dari usia sekolah sampai dengan usia yang dapat
digolongkan sebagai orang tua. Penyalahgunaan
narkotika ini merupakan kejahatan yang
tidak dapat mengenal usia, kekayaan, tingkat
pendidikan, dan lain-lain.
Berdasarkan data tersebut, kelompok
usia 16-19 tahun dan 20-24 tahun mengalami
peningkatan yang cukup banyak pada tahun
2010, akan tetapi pada tahun 2011 kembali
mengalami penurunan yang cukup banyak.
Berdasarkan data yang diperoleh BNN selama
empat tahun terakhir sejak tahun 2011 sampai
dengan tahun 2014, telah terungkap kasus
penyalahgunaan narkotika sebanyak 108.107
kasus yang melibatkan 134.117 tersangka.
Adapun BNN belum merilis data tersebut dalam
data bentuk kasus dan juga penggolongan usia
terhadap kasus-kasus tersebut. Berdasarkan
data yang diperoleh BNN tersebut, maka ada
kenaikan jumlah kasus antara tahun 2007-2011
dengan 2011-2014.
Pasal 7 Undang-Undang Nomor 35
Tahun 2009 tentang Narkotika (UU Narkotika)
mengatakan bahwa narkotika hanya dapat
digunakan untuk kepentingan pelayanan
kesehatan dan/atau pengembangan ilmu
pengetahuan dan teknologi. Adapun Pasal 6 ayat
(1) UU Narkotika sebelumnya menggolongkan
narkotika ke dalam golongan I, golongan
II, dan golongan III. Golongan narkotika
kemudian dijabarkan dalam Penjelasan Pasal 6
ayat (1) UU Narkotika yaitu Golongan I adalah
narkotika yang hanya dapat digunakan untuk
tujuan pengembangan ilmu pengetahuan dan
tidak digunakan dalam terapi, serta mempunyai
potensi sangat tinggi mengakibatkan
ketergantungan. Narkotika Golongan II
yaitu narkotika yang berkhasiat pengobatan
digunakan sebagai pilihan terakhir dan dapat
digunakan dalam terapi dan/atau untuk
tujuan pengembangan ilmu pengetahuan serta
mempunyai potensi tinggi yang mengakibatkan
ketergantungan. Sedangkan Narkotika
Golongan III adalah narkotika berkhasiat
pengobatan dan banyak digunakan dalam
terapi dan/atau untuk tujuan pengembangan
No Tahun
Kelompok Usia
Jumlah
< 16 16-19 20-24 25-29 > 29
1 2007 4 82 497 585 873 2.041
2 2008 2 106 765 2.898 9.787 13.558
3 2009 4 92 309 1.402 4.494 6.301
4 2010 155 653 1.345 1.955 155 4.263
5 2011 3 123 422 671 1228 2.447
JUMLAH 168 1.056 3.338 7.511 16.537 28.610
Sumber : Direktorat Tindak Pidana Narkoba, Maret 2012
Jumlah Tersangka Kasus Narkoba Berdasarkan Kelompok Usia, 2007-2011
- 3 -
ilmu pengetahuan serta mempunyai potensi
ringan mengakibatkan ketergantungan. Adapun
penggunaan narkotika Golongan I disebutkan
dalam Pasal 8 ayat (1) UU Narkotika yaitu
digunakan untuk kepentingan pelayanan
keseIuLun. Berdusurkun kIusIhkusI LersebuL,
maka dapat dikatakan bahwa penggunaan dan
penggolongan narkotika untuk kebutuhan medis
dan hanya dapat digunakan sesuai dengan
resep dokter. Penggunaan narkotika selain dari
yang telah ditentukan dalam UU Narkotika,
maka penggunaan, pengedaran, dan penjualan
narkotika tersebut merupakan tindak pidana
penyalahgunaan narkotika.
Tindak pidana yang berkaitan
dengan menanam, memelihara, memiliki,
menyimpan, menguasai, atau menyediakan
narkotika; memiliki, menyimpan, menguasai,
atau menyediakan narkotika; memproduksi,
mengimpor, mengekspor, atau menyalurkan
narkotika; menawarkan untuk dijual, menjual,
membeli, menerima, menjadi perantara
dalam jual beli, menukar, atau menyerahkan
narkotika; membawa, mengirim, mengangkut,
atau mentransito narkotika; atau menggunakan
atau memberikan narkotika; telah diatur dalam
Pasal 111 sampai Pasal 126 UU Narkotika.
Adapun sanksi dari tindak pidana tersebut
telah diatur dalam Pasal 111 sampai dengan
126 UU Narkotika tersebut, adapun terdapat
sanksi yang dapat memberatkan dengan syarat
yang tercantum dalam pasal-pasal tersebut
diatas. Sanksi-sanksi tersebut dapat berupa
penambahan 1/3 dari pidana penjara, ataupun
pidana seumur hidup sampai dengan pidana
mati.
Berbahayanya narkotika bagi tubuh
manusia menjadikan sanksi tindak pidana
penyalahgunaan narkotika menjadi berat
dan denda yang dikenakan besar. Hal ini
dikarenakan bahayanya narkotika bagi manusia,
yaitu dapat membuat ketergantungan atau
kecanduan terhadap zat terlarang tersebut
dan juga dapat menyebabkan kematian bagi
penggunanya.
Upaya Pemberantasan
Penyalahgunaan Narkotika
Banyaknya kalangan yang
menyalahgunakan narkotika, membuat
berbagai pihak berusaha untuk mencari
cara untuk menanggulangi penyalahgunaan
narkotika di masyarakat. Berbagai peranan
lembaga, kementerian, dan pemerintah daerah
yang ada di Indonesia melakukan berbagai
upaya untuk melakukan pencegahan terhadap
penyalahgunaan narkotika. Upaya tersebut
dapat dilakukan dengan upaya preemtif,
preventif, dan represif. Adapun upaya
penanggulangan penyalahgunaan narkotika
ini dilakukan sesuai dengan fungsi, tugas,
dan kewenangan dari berbagai lembaga
negara yang ada di Indonesia. Berdasarkan
hal tersebut, maka penulis akan melihat dari
peranan pihak kepolisian maupun peranan dari
DPR RI dan pemerintah dalam menanggulangi
penyalahgunaan narkotika.
DPR RI dengan ketiga fungsinya, dapat
berperan penting dalam penanggulangan
penyalahgunaan narkotika. Terkait dengan
fungsi legislasi, DPR RI mempunyai tugas untuk
membentuk peraturan perundang-undangan
setingkat undang-undang untuk mencegah
terjadinya penyalahgunaan narkotika. UU
Narkotika yang saat ini berlaku, belum dapat
memberikan efek jera kepada pelakunya dan
juga belum dapat mengakomodir zat-zat baru
yang membahayakan bagi manusia dan dapat
membuat ketergantungan. Oleh karena itu,
perlu ada revisi terhadap UU Narkotika yang
saat ini berlaku dengan memperberat masa
hukuman dan zat-zat baru yang dianggap
berbahaya dan mengandung narkotika yang
selama ini belum terakomodir dalam peraturan
perundang-undangan. Fungsi pengawasan yang
melekat kepada DPR RI dapat dimanfaatkan
dengan mengawasi berbagai lembaga negara
yang bertugas untuk memberantas narkoba,
antara lain seperti Kepolisian, Kejaksaan, dan
BNN.
Upaya preemtif merupakan upaya
pencegahan yang dilakukan secara dini,
antara lain mencakup pelaksanaan kegiatan
penyuluhan dengan tujuan dapat tercipta
suatu keadaan di mana masyarakat dapat
menyadari bahayanya narkotika, sehingga
masyarakat memiliki kesadaran terhadap
ancaman narkotika. Segenap lembaga publik
terkait berperan penting dalam upaya ini
seperti kepolisian, BNN, DPR RI, maupun
kementerian terkait. Upaya preemtif ini juga
harus dilakukan oleh kalangan akademisi mulai
dari tingkat Sekolah Dasar (SD) sampai dengan
tingkat Perguruan Tinggi (PT).
Upaya preventif merupakan pelaksanaan
fungsi yang diarahkan kepada upaya
pencegahan terjadinya penyalahgunaan
narkotika tersebut. Program ini ditujukkan
kepada masyarakat sehat yang belum
mengenal narkoba agar mengetahui seluk
beluk narkoba, sehingga tidak tertarik untuk
menyalahgunakannya. Program ini sebaiknya
dilakukan di lingkungan pendidikan mulai dari
Taman Kanak-Kanak (TK) sampai dengan PT.
- 4 -
Selain dilakukan oleh pemerintah, institusi atau
lembaga negara lain, dan lembaga swadaya
masyarakat juga dapat berperan dalam hal ini.
Upaya represif dapat dilakukan oleh
berbagai pihak dengan melakukan kerja sama
yang baik antara masyarakat dengan pihak
kepolisian. Adapun peranan masyarakat
dalam mencegah penyalahgunaan narkotika
merupukun upuyu yung cukup sIgnIhkun
dalam memerangi penyalahgunaan narkotika
tersebut. Peranan masyarakat ini dilakukan
dengan melaporkan setiap kegiatan yang
mencurigakan terkait dengan penyalahgunaan
narkotika kepada pihak kepolisian.
Upaya pencegahan yang dilakukan
oleh berbagai pihak terkait terhadap
penyalahgunaan narkotika ini dirasakan
belum dapat secara maksimal untuk
mencegah pengedaran, penggunaan, dan
penjualan narkotika dikalangan masyarakat,
khususnya di lingkungan pendidikan. Perlu
ada upaya-upaya lain yang perlu dilakukan
oleh berbagai pihak yang bertugas untuk
mencegah penyalahgunaan narkotika.
Adapun Presiden Susilo Bambang Yudhoyono
telah mengeluarkan Instruksi Presiden
Nomor 12 Tahun 2011 tentang Pelaksanaan
Kebijakan dan Strategi Nasional Pencegahan
dan Pemberantasan Penyalahgunaan dan
Peredaran Gelap Narkoba (Inpres 12 Tahun
2011). Inpres 12 Tahun 2011 ini dimaksudkan
untuk memberikan kesempatan untuk berbagai
kementerian, lembaga negara, dan pemerintah
daerah melakukan kerjasama dan mengambil
langkah-langkah yang diperlukan sesuai
dengan tugas, fungsi, dan kewenangan masing-
masing untuk memberantas narkoba.
Penutup
Tindak pidana penyalahgunaan
narkotika harus dapat diantisipasi oleh
berbagai lembaga yang ada di Indonesia.
Upaya-upaya baik secara preemtif, preventif,
maupun represif harus dapat dijalankan secara
bersama-sama dengan melakukan kerjasama
antar-lembaga negara. Hal ini dikarenakan
pencegahan penyalahgunaan narkotika
merupakan tanggung jawab bersama antara
pemerintah, lembaga negara, dan masyarakat
secara keseluruhan untuk memberantas tindak
pidana penyalahgunaan narkotika. Kerjasama
antar-lembaga negara ini dilakukan seperti
membuat aturan dan pengawasan bersama
barang yang masuk dan keluar ke Indonesia
dan juga terkait dengan pencegahan meluasnya
peredaran narkotika secara ilegal khususnya di
lingkungan pendidikan. Selain kerjasama antar
seluruh lembaga negara, perlu juga kesadaran
masyarakat akan bahaya dari penyalahgunaan
narkotika. Pemberantasan tindak pidana
narkotika tersebut perlu didukung dengan
merevisi UU Narkotika.
Referensi
Undang-Undang Nomor 35 Tahun 2009 tentang
Narkotika
Data Kasus Narkoba, http://www.bnn.go.id/
portal/index.php/konten/view/deputi-
pemberantasan/data-kasus-narkoba, diakses
tanggal 21 Agustus 2014
Polisi Temukan Ganja Bong Kondom di
Kampus Unas, http://jakarta.okezone.
com/read/2014/08/19/500/1026677/polisi-
temukan-ganja-bong-kondom-di-kampus-
unas, diakses tanggal 21 Agustus 2014
Beberapa Upaya Pencegahan, Pemberantasan
Penyalahgunaan Narkoba, http://www.
bnn.go.id/portalbaru/portal/konten.
php?nama=ArtikelCegah&op=detail_artikel_
cegah&id=151&mn=2&smn=e, diakses
tanggal 21 Agustus 2014.
Budiharso, Peran Stakeholders dalam
Pencegahan dan Pemberantasan
Penyalahgunaan dan Peredaran Gelap
Narkoba, http://www.google.co.id/url?
sa=t&rct=j&q=&esrc=s&source=web&cd
=10&cad=rja&uact=8&ved=0CGUQFjAJ
&url=http%3A%2F%2Finformasipublik.
jogjaprov.go.id%2Fwp-content%2Fuploads
%2F2013%2F10%2FMATERI-BNNP-DIY.
ppsx&ei=CDb9U9rLO9PnaNXigcgN&usg=
AFQjCNHu68-ACiRCWBxhbHaX2nYvoe-_
hQ&sig2=rtJxy4GmBXr6b0HzfqyLYg,
diakses tanggal 21 Agustus 2014
- 5 -
Info Singkat
2009, Pusat Pengkajian, Pengolahan Data dan Informasi (P3DI)
Sekretariat Jenderal DPR RI
www.dpr.go.id
ISSN 2088-2351
Vol. VI, No. 16/II/P3DI/Agustus/2014 HUBUNGAN INTERNASIONAL
Kajian Singkat terhadap Isu-Isu Terkini
KERJA SAMA INTERNASIONAL DALAM
PENCEGAHAN EBOLA
Sita Hidriyah*)
Abstrak
Ebola kini tengah menjadi pandemi global yang menjadi fokus perhatian dunia setelah
jumlah korban meninggal melebihi 1350 orang di Afrika Barat. Terlambatnya WHO
mengantisipasi penyebaran virus mematikan ini menimbulkan kekhawatiran di negara
yang berpotensi terkena. Kebijakan setiap negara yang tidak selaras menyebabkan
kesulitan PBB untuk menangani kasus ebola di beberapa negara. Pemerintah
Indonesia perlu mengadakan pencegahan virus masuk ke dalam negeri secara
lebih ketat di berbagai bandara dan pelabuhan.
Pendahuluan
Kasus ebola pertama kali kali
ditemukan di Zaire pada tahun 1976 sebagai
penyakit endemis di wilayah tersebut.
Penularan penyakit ini sangat cepat, terjadi
melalui kontak langsung dengan darah dan
cairan tubuh penderita yang terinfeksi.
Bahkan cairan tubuh penderita ebola yang
telah meninggal karena virus ini, tetap
menular selama beberapa hari. Akibatnya,
praktik penguburan tradisional, seperti
mencuci mati, meninggalkan keluarga dan
anggota masyarakat yang rentan terhadap
infeksi. Adapun tanda-tanda terjangkit virus
ebola sendiri diantaranya demam, sakit
kepala, nyeri sendi, diare, muntah-muntah dan
dehidrasi. Hingga saat ini belum ditemukan
vaksin untuk mengobati virus penyakit
tersebut. Para tenaga medis merupakan
kelompok yang paling rentan tertular ebola.
Ditengarai sebanyak 120 petugas kesehatan di
Afrika Barat telah meninggal dan lebih dari
240 orang lainnya terinfeksi.
Wabah ebola yang melanda Afrika
barat belakangan ini merupakan yang
terburuk sejak wabah ini ditemukan empat
dekade silam. Wabah mematikan ini pertama
kali terdeteksi di Guinea pada akhir tahun lalu
dan tersebar hingga ke Liberia, Sierra Leone
dan Nigeria. Pandemi ebola tahun ini sangat
luar biasa sehingga digambarkan sebagai
badai yang sempurna. Penyebaran virus
ebola menjadi masif saat ini karena buruknya
pelayanan kesehatan yang rusak sebagai
dampak perang saudara yang berkecamuk di
beberapa negara Afrika Barat.
Mengutip pernyataan dari World
Health Organization (WHO) bahwa
sebelumnya ebola telah diremehkan, namun
dengan meningkatnya jumlah orang yang
tewas, upaya internasional perlu dilakukan
*) Peneliti Muda Masalah-Masalah Hubungan Internasional pada bidang Hubungan Internasional di Pusat Pengkajian, Pengolahan
Data, dan Informasi (P3DI) Setjen DPR-RI, dapat dihubungi di: sita.hidriyah@dpr.go.id.
- 6 -
agar korban ebola tidak terus bertambah.
WHO telah mendeklarasikan situasi darurat
kesehatan internasional dan meminta seluruh
pihak berwenang untuk ikut serta mengambil
tindakan-tindakan yang diperlukan. WHO
telah menobatkan virus ebola sebagai virus
yang harus di waspadai oleh seluruh dunia.
Berbagai negara telah mengambil
langkah-langkah pencegahan menyebarnya
virus secara sporadis, dengan memeriksa
wisatawan atau pendatang yang datang
mendarat dari negara Afrika Barat. Negara
Kenya bahkan telah memutuskan untuk
menangkal warga negara atau wisatawan yang
baru mengunjungi negara-negara Afrika Barat.
Negara Sierra Leone memutuskan bahwa
menyembunyikan pasien yang terjangkit
virus ebola adalah pelanggaran pidana berat.
Pernyataan tersebut sebagai tanggapan atas
kaburnya beberapa pasien ebola dari rumah
sakit di distrik Kenema, yang merupakan
pusat wabah Ebola.
Kelalaian WHO
Mengutip pengakuan dari WHO
bahwa sebelumnya ebola telah diremehkan.
Wabah ebola mulai merebak Desember
2013 di Guinea, diikuti dengan tanda-tanda
pandemi yang luar biasa sekitar bulan
Maret 2014. WHO baru menyadari ancaman
pandemi global tersebut bola pada bulan Juni
2014 di saat korban meninggal telah mencapai
angka seribu orang lebih di Afrika Barat. Saat
ini negara-negara di wilayah Afrika Barat telah
berstatus darurat dalam menghadapi wabah
penyebaran virus ebola.
Meskipun WHO menyatakan
tidak ada pelarangan bepergian maupun
perdagangan terkait dengan penyebaran
virus ebola. Namun demikian, masyarakat
internasional telah bereaksi terhadap pandemi
ini. Amerika Serikat telah memerintahkan
evakuasi para diplomat beserta keluarganya
dari Sierra Leon. Di samping itu, pembatalan
penerbangan internasional ke Afrika Barat
juga pernah terjadi akibat isu ini. Ebola juga
telah mengancam aktivitas industri minyak
dan gas di Nigeria. Para pekerja internasional
mulai meninggalkan negara berekonomi
kuat di Afrika tersebut. Apabila perusahaan
mengevakuasi staf, pekerja beserta
keluarganya, hal ini akan berdampak buruk
secara jelas pada perekonomian kawasan
tersebut.
Upaya mengatasi ebola merupakan
perang yang membutuhkan kerja sama dan
kerja keras semua pihak. PBB menjanjikan
akan meningkatkan upaya melawan virus ini
dan memperkirakan akan memakan waktu
lebih dari enam bulan. Namun larangan
penerbangan ke negara-negara yang tengah
terjangkiti ebola justru menghambat PBB
menghentikan pandemi tersebut. Masalah
ini diperparah oleh terbatasnya akses dan
infrastruktur kesehatan di Afrika Barat dan
karena sebagian besar orang justru merawat
kerabat yang terpapar virus di rumah
ketimbang membawa mereka ke pusat isolasi.
WHO telah menyatakan darurat
kesehatan global atas ebola. Namun demikian,
organisasi internasional ini mendapat kritik
karena dinilai terlambat dalam penanganan
penyakit ini. Direktur Jenderal WHO,
Margaret Chan, menyatakan pihaknya tidak
menduga wabah ebola akan bergerak demikian
cepat hingga lintas batas negara. Wabah
bergerak lebih cepat dari yang diperkirakan
dapat dikendalikan. Ebola di Afrika Barat
menyebar terlalu cepat dibandingkan upaya
untuk mengontrolnya. Kegagalan untuk
mencegah penyebaran ebola bisa berakibat
fatal karena jumlah korban tewas terus
bertambah. Penyebaran virus sebetulnya bisa
dihentikan jika dilakukan pencegahan yang
LerorgunIsIr. MengIdenLIhkusI kebuLuIun
adalah paling mendesak di dalam negeri
(dari negara yang terkena wabah) lalu
menyesuaikannya dengan dukungan cepat
pihak internasional.
WHO menyatakan telah menyusun
rancangan rencana strategi memerangi
ebola di Afrika Barat dalam bentuk dokumen
peta jalan ebola yang merupakan dokumen
operasional mengenai bagaimana memerangi
ebola. Dokumen ini merinci strategi bagi
WHO dan partner bidang kesehatan selama
enam hingga sembilan bulan mendatang.
Meski belum diyakini bisa menghentikan
wabah tersebut pada tahun ini. Wabah
Ebola akan dinyatakan berakhir di sebuah
negara jika dua periode inkubasi atau total
42 hari berhasil dilalui tanpa ada kasus lagi.
WHO juga menemukan bukti bahwa jumlah
kasus dan kematian yang dilaporkan belum
menggambarkan skala kasus sesungguhnya.
Hal ini diartikan dengan satu langkah besar
bersama masyarakat internasional untuk
menghentikan pandemi ebola. WHO saat
ini sedang melakukan koordinasi dalam
skala besar-besaran untuk sebuah respons
internasional, menyusun dukungan dari
masing-masing negara, lembaga pengendalian
penyakit, serta lembaga di lingkungan PBB.
- 7 -
Ebola Sebagai Bahaya
Transnasional
Pandemi ebola merupakan bahaya
transnasional bagi keamanan umat manusia.
Ada aspek tanggung jawab dari masyarakat
internasional dan individu negara untuk
membantu mengatasi pandemi ini secara baik
dan tepat. Wabah penyakit bagi kelompok
ekonomi lemah seperti masyarakat di
wilayah Afrika Barat merupakan satu
penghalang serius bagi pembangunan
ekonomi. Jika pandemi ebola tidak dapat
dikendalikan, maka akan mengancam
kehidupan puluhan juta orang di Afrika Barat
sebelum menyebar ke seluruh dunia.
Dalam hal ini harus ada kerja
sama internasional dengan fokus khusus
peningkatan fasilitas kesehatan dan termasuk
penanganan penyakit. Negara-negara
berpendapatan tinggi harus berperan lebih
aktif untuk menyediakan bantuan dalam
bentuk hibah kesehatan. Ketidaksediaan
aktor ekonomi kuat untuk melakukan
kemitraan dengan negara-negara lemah
akan menghalangi upaya yang lemah untuk
meningkatkan kapasitas dalam menangani
permasalahan kesehatan. Selain bantuan dana,
negara-negara maju juga harus membantu
dalam diseminasi teknologi kesehatan
agar penanganan masalah kesehatan yang
dilakukan disertai oleh instrumen, tehnik, dan
suplai obat yang paling baik. Ada kebutuhan
yang mendesak untuk mendanai penelitian
di bidang pengobatan penyakit yang belum
ada obatnya ini. Meski masih dalam tahap
penelitian, obat yang disebut ZMapp
digunakan sebagai upaya menyembuhkan
penyakit ebola.
Uni Afrika (UA) dan WHO bekerja
sama secara erat guna menangani wabah
ini. UA menyatakan ada kemungkinan
bahwa wabah tersebut menyebar ke
negara lain di Afrika Barat dan ke luar
wilayah itu jika langkah efektif termasuk
keterlibatan masyarakat tidak diupayakan
secara intensif. UA telah menggarisbawahi
perlunya pelaksanaan bermacam mekanisme
untuk menjamin bahwa negara Afrika siap
menangani ancaman itu dan juga negara lain
di seluruh Afrika Barat tetap siaga tinggi.
Sebuah penelitian darurat segera
dilakukan untuk mengatasi wabah ebola.
Pemerintah Inggris dan lembaga amal
Wellcome Trust menyiapkan dana 10,8
juta dollar AS untuk pemberantasan ebola.
Para pakar seluruh dunia diundang untuk
memasukkan proposal penelitian untuk
melakukan pendekatan baru guna mengobati
serta mencegah wabah ebola. Wellcome Trust
menyatakan akan berinvestasi jangka panjang
bagi penelitian di Afrika senilai 40 juta
poundsterling. Hal ini akan bermanfaat bagi
banyak penduduk Afrika setelah para ilmuwan
Inggris menemukan 30.000 orang sejauh ini
memerlukan pengobatan atau vaksin terkait
wabah ebola.
Kerja sama internasional juga
dilakukan oleh Negara Guinea dan Tiongkok.
Menteri Kerja Sama Internasional Guinea
Moustapha Koutoubou Sano mengatakan,
materi pertolongan yang disediakan oleh
Tiongkok bermanfaat bagi Guinea untuk
memberantas wabah ebola sehingga kini
wabah ebola sudah dikendalikan. Sano
mengatakan, Guinea sedang menggunakan
materi medis yang disediakan oleh Tiongkok
untuk mengobati pasien yang terinfeksi.
Setelah berakhirnya wabah ebola, sebagian
materi tersebut nantinya dapat terus
digunakan untuk keperluan medis lainnya.
Bantuan Tiongkok sangat penting bagi rakyat
Guinea karena hal tersebut sebagai ekspresi
wujud persahabatan secara mendalam antara
rakyat kedua negara.
Dorongan Indonesia bagi Kerja
sama Pencegahan Ebola
Kementerian Kesehatan Indonesia
telah meningkatkan kewaspadaan terkait
dengan pandemi ebola yang ditetapkan
sebagai darurat kesehatan internasional
oleh WHO. Pemantauan dilakukan terhadap
orang-orang yang baru tiba dari negara-
negara tempat merebaknya ebola. Pemberian
visa kunjungan ke Indonesia bagi warga
asal negara-negara tersebut juga diperketat.
Pemerintah telah mengingatkan kepada WNI
di negara Afrika terutama Nigeria untuk
meningkatkan kewaspadaan. Begitupula
dengan Kedutaan Besar Indonesia di Nigeria
untuk meningkatkan kewaspadaan dan
melaporkan perkembangan isu ebola.
Kementerian Luar Negeri menyatakan
pihaknya mendorong adanya kerja sama
untuk penanganan dan pencegahan virus
ebola. Kementerian Luar Negeri menganggap
sangat penting bagi Indonesia untuk
menyarankan serta mendesak agar negara-
negara Asia Timur menjalin kerja sama
untuk dapat mencegah semakin meluasnya
ancaman virus tersebut. Menteri Luar Negeri
Marty Natalegawa mengatakan setidaknya
ada dua kerja sama yang dibutuhkan dalam
pencegahan dan penangkalan penyebaran
virus ebola tersebut.
- 8 -
1. Kerja sama di bidang kesehatan
Indonesia siap menghadapi epidemi
seperti ebola. Hal ini dikarenakan
100 rumah sakit di seluruh provinsi
telah disiapkan untuk kemungkinan
tersebut. Dengan bantuan WHO,
pemerintah Indonesia telah menyusun
sistem penanggulangan epidemi
sesuai dengan aturan International
Health Regulation (IHR). Walaupun
demikian tidak berarti penularan tidak
akan terjadi. Kemungkinan penularan
ebola ke Indonesia dapat saja terjadi.
Saat ini, transportasi manusia terbuka
sangat lebar, mobilitas penduduk tinggi.
Termasuk antara Afrika dan Indonesia.
Hubungan perdagangan antara negara-
negara Afrika dan Indonesia cukup besar.
Banyak Warga Negara Indoensia (WNI)
yang bekerja dan berdagang di sana,
sehingga potensi-potensi penularan dapat
terjadi.
Menteri Kesehatan Nafsiah Mboi juga
menyatakan Kementerian Kesehatan juga
telah mengadakan kontak dengan negara
Arab Saudi. Hal ini untuk mengantisipasi
kemungkinan masuknya virus ebola ke
Indonesia dari Arab Saudi, mengingat
musim haji yang akan segera tiba.
2. Kerja sama di bidang perhubungan udara.
Penularan ebola ke Indonesia relatif
kecil karena tidak memiliki penerbangan
langsung ke tiga negara episenter wabah,
yakni Guinea, Sierra Leonne dan Liberia.
Oleh karena itu, sejak wabah terjadi,
WHO dan negara-negara anggotanya
telah memperketat arus perjalanan
manusia dari dan menuju ketiga negara
tersebut termasuk Indonesia. Berbagai
pelabuhan udara di kawasan banyak
berfungsi sebagai penyambung bagi
perjalanan sehingga perlu adanya kerja
sama. Bandara merupakan salah satu
pintu masuk pengidap virus ebola ke Asia.
Pencegahan virus ebola bisa dimulai dari
pemeriksaan lewat semua bandara di Asia
Timur. Petugas kesehatan dan petugas
bandara dapat bekerja sama untuk
mencegah virus mematikan tersebut.
Penutup
Pendeklarasian keadaan darurat
kesehatan di Afrika Barat membutuhkan
dukungan internasional untuk mengatasi
masalah ini. Ketidakpedulian dan kemiskinan,
serta praktik-praktik budaya dan keagamaan
yang mengakar yang tidak sesuai dengan
langkah kesehatan telah memperparah
penyebaran penyakit ini. Dengan semakin
bertambahnya jumlah korban, pandemi ebola
di Afrika Barat menuntut respons. Penelitian,
intervensi, dan terapi cepat untuk pengobatan
ebola.
Pemerintah Indonesia perlu
mengadakan pencegahan virus masuk ke
dalam negeri secara lebih ketat di berbagai
bandara dan pelabuhan. Selain itu, sosialisasi
berupa pengenalan atau pemberian
informasi bahaya akan wabah tersebut harus
gencar dilakukan. DPR RI dapat mendesak
Kementerian Kesehatan serta menunjuk
rumah sakit yang dinilai dapat menangani
kasus virus mematikan agar mempersiapkan
diri untuk dapat menangani pasien ebola
apabila nantinya ditemukan. Pemerintah
harus mengambil pelajaran dari penanganan
meluasnya kasus-kasus kesehatan terdahulu,
seperLI u burung, vIrus Middle East
Respiratory Syndrome (MERS) uLuu u Arub.
Selain itu, masyarakat perlu terus diingatkan
untuk selalu menjaga kebersihan diri dan
lingkungan sehingga dapat meminimalisir
terjadinya wabah penyakit.
Rujukan
RI Waspada Wabah Ebola, Media Indonesia 10
Agustus 2014.
Wabah Ebola, WHO: Perlu Langkah Luar Biasa,
Kompas, 16 Agustus 2014.
Virus Ebola: Kenya Tangkal Warga Afrika Barat,
Kompas, 18 Agustus 2014.
Warga Protes Karantina, Korban Tewas Ebola
1.350 orangKompas 22 Agustus 2014.
A-WHO Jalin Kerjasama Hadapi Ebola,
http://deteksi.co/2014/08/ua-who-jalin-
kerjasama-hadapi-ebola/, diakses pada
tanggal 19 Agustus 2014.
"bola Survivors, But Outcasts Back Home,
International New York Times 20 Agustus
2014.
Darurat Ebola 120 Tenaga Media Turut menjadi
korban, Kompas 27 Agustus 2014
Indonesia Dorong Kerjasama Pencegahan
Virus Ebola, http://www.antaranews.com/
berita/448237/indonesia-dorong-kerjasama-
pencegahan-virus-ebola, diakses pada tanggal
20 Agustus 2014.
Pemerintah Indonesia Desak Asia Timur
Cegah Penyebaran Virus Ebola,
http://www.portalkbr.com/berita/
nasional/3334837_4202.html, diakses tanggal
22 Agustus 2014.
Study Suggests Ebola Unlikely to Become Global
Pandemic, http://www. newsweek .com/
study-suggests-ebola-unlikely-become-global-
pandemic-266238
Genetic Engineering and the Fight Against Ebola,
The Wall Street Journal, 27 Agustus 2014.
- 9 -
Info Singkat
2009, Pusat Pengkajian, Pengolahan Data dan Informasi (P3DI)
Sekretariat Jenderal DPR RI
www.dpr.go.id
ISSN 2088-2351
Vol. VI, No. 16/II/P3DI/Agustus/2014 KESEJAHTERAAN SOSIAL
Kajian Singkat terhadap Isu-Isu Terkini
LEGALISASI ABORSI
KORBAN PEMERKOSAAN
Rahmi Yuningsih*)
Abstrak
Pasal 75 ayat (4) UU No. 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan menyebutkan bahwa
ketentuan lebih lanjut mengenai aborsi berdasarkan indikasi kedaruratan medis dan
perkosaan diatur dengan Peraturan Pemerintah. Lahirnya PP Kesehatan Reproduksi
pada tahun 2014 tetap menuai berbagai pro dan kontra dari kelompok masyarakat
karena aturan ini dinilai melegalkan tindakan aborsi walaupun tindakan itu sebenarnya
sangat kondisional dan ketat. Oleh karena itu, dalam rangka implementasi PP tersebut,
upaya sosialisasi seluruh materi pengaturan sangat diperlukan sehingga peraturan ini
tidak disalahgunakan.
Pendahuluan
Praktik aborsi diduga meningkat sekitar
15 persen setiap tahun. Menurut data BKKBN,
jumlah kejadian aborsi mencapai 2,4 juta
jiwa pada tahun 2012. Yang mengawatirkan,
kejadian ini justru dilakukan oleh remaja.
Kejadian aborsi paling banyak terjadi pada
usia reproduksi yang lebih muda dan tinggal
di perkotaan dengan tingkat pendidikan SLTA.
Upaya pengguguran kandungan dilakukan
dengan penggunaan jamu dan pil.
Tingginya jumlah kematian akibat aborsi
mempengaruhi tingginya Angka Kematian
Ibu (AKI). Padahal AKI menjadi salah satu
indikator penting terhadap derajat kesehatan
musyurukuL. SurveI Demogruh dun KeseIuLun
Indonesia Tahun 2007 mencatat 228 AKI
per 100.000 kelahiran hidup. Jumlah ini
menurun jika dibandingkan dengan tahun
1994 sebesar 390 per 100.000 kelahiran
hidup. Namun demikian, angka ini masih
jauh dari target Millenium Development
Goals (MDGs) sebesar 102 per 100.000
kelahiran hidup sampai tahun 2015.
Negara pada prinsipnya melarang
tindakan aborsi. Larangan tersebut
ditegaskan kembali dalam Undang-Undang
Nomor 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan
Pasal 75 ayat (1) yang menegaskan bahwa
setiap orang dilarang melakukan aborsi
karena besarnya risiko tindakan aborsi
*) Peneliti Pertama Kesehatan Masyarakat pada Bidang Kesejahteraan Sosial, Pusat Pengkajian, Pengolahan Data, dan Informasi
(P3DI) Setjen DPR-RI. Email: rahmi.yuningsih@yahoo.com.
- 10 -
baik dari segi kesehatan
hsIk muupun psIkIs. OIeI
karena itu, tindakan ini hanya
dapat dibenarkan secara
ketat berdasarkan peraturan
perundang-undangan. Namun
demikian, lahirnya Peraturan
Pemerintah No. 61 Tahun 2014 tentang
Kesehatan Reproduksi (PP Kespro) pada
tanggal 21 Juli 2014 di mana tindakan aborsi
ini diatur masih menimbulkan perdebatan
baru. Dalam PP ini dijabarkan tentang
ketentuan pembolehan aborsi (pengguguran
kehamilan) sebagaimana amanah Undang-
Undang Nomor 36 Tahun 2009 tentang
Kesehatan Pasal 74 ayat (3), Pasal 75 ayat (4),
Pasal 126 ayat (4) dan Pasal 127 ayat (2). Oleh
karena itu, PP tersebut dijuluki PP Aborsi
meskipun hanya 9 pasal yang menyinggung
masalah aborsi.

Aborsi dan pengaturannya
Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia,
aborsi adalah pengguguran kandungan.
Aborsi adalah terminasi kehamilan yang
tidak diinginkan melalui metode obat-obatan
atau bedah. Aborsi memiliki risiko kesehatan
securu hsIk dun gungguun psIkoIogIs. RIsIko
keseIuLun hsIk yung puIIng besur uduIuI
kematian yang disebabkan oleh pendarahan
dan infeksi. Sedangkan gangguan psikologis
pascaaborsi seperti kehilangan harga diri,
keinginan melakukan bunuh diri, mimpi
buruk berkali-kali mengenai bayi dan perasaan
bersalah telah melakukan aborsi.
Pengaturan dalam PP Kespro bertujuan
untuk menjamin pemenuhan hak kesehatan
reproduksi setiap orang yang diperoleh
melalui pelayanan kesehatan yang bermutu,
aman dan dapat dipertanggungjawabkan;
dan menjamin kesehatan ibu dalam usia
reproduksi agar mampu melahirkan generasi
yang sehat dan berkualitas serta mengurangi
angka kematian ibu. PP ini menguatkan dua
pengecualian tindakan aborsi yang dibolehkan
negara, yaitu aborsi indikasi kedaruratan
medis (meliputi kehamilan yang mengancam
nyawa dan kesehatan ibu dan/atau kehamilan
yang mengancam nyawa dan kesehatan janin
termasuk yang menderita penyakit genetik
berat dan/atau cacat bawaan, maupun yang
tidak dapat diperbaiki sehingga menyulitkan
bayi tersebut hidup di luar kandungan) dan
kehamilan akibat perkosaan.
Pelaksanaan aborsi juga
diatur dalam PP Kespro, yaitu
hanya dapat dilakukan oleh
tim kelayakan aborsi yang
paling sedikit terdiri dari dua
orang tenaga kesehatan yang
diketuai oleh dokter yang
memiliki kompetensi dan kewenangan
untuk melakukan aborsi. Syarat aborsi lain
yang harus ditaati antara lain: (1) dilakukan
oleh dokter sesuai dengan standar; (2)
dilakukan di fasilitas pelayanan kesehatan
yang memenuhi syarat yang ditetapkan
oleh menteri; (3) atas permintaan atau
persetujuan perempuan hamil yang
bersangkutan; (4) dengan izin suami kecuali
korban perkosaan; (5) tidak diskriminatif;
dan (6) tidak mengutamakan imbalan
materi.
Aborsi Korban Perkosaan
Aborsi pada kehamilan akibat
pemerkosaan menimbulkan penderitaan
hsIk, menLuI dun sosIuI. KeIumIIun ukun
memperparah kondisi mental korban
yang sebelumnya telah mengalami trauma
berat akibat peristiwa perkosaan tersebut.
Trauma ini juga akan berdampak buruk
bagi perkembangan janin yang dikandung
korban. Oleh karena itu, sebagian besar
korban perkosaan mengalami reaksi
penolakan terhadap kehamilannya. Selain
itu, korban pemerkosaan akan mendapat
tekanan tambahan jika harus membesarkan
anak hasil perkosaan dan mendapat
pandangan negatif masyarakat. Untuk kasus
ini, PP Kespro memberikan hak kesehatan
bagi perempuan korban pemerkosaan agar
ia dapat memilih untuk menggugurkan
kandungannya.
Aborsi kehamilan akibat perkosaan
dapat dilakukan apabila usia kehamilan
paling lama berusia 40 hari sejak hari
pertama haid terakhir. Tindakan aborsi
tersebut hanya dapat dilakukan setelah
melalui upaya konseling dengan tujuan
memastikan kebutuhan dan dampak aborsi
yang nanti mungkin dialami. Dengan
informasi yang cukup, maka pasien yang
akan melakukan aborsi dapat mengambil
keputusan yang objektif.
- 11 -
Pro dan Kontra PP KesPro
Pengecualian larangan aborsi untuk
korban pemerkosaan menimbulkan
perdebatan. Di satu sisi, aborsi merupakan
cara untuk mengurangi tekanan mental korban
setelah diperlakukan buruk. Fatwa MUI No.
4 Tahun 2005 membolehkan aborsi bagi
wanita korban perkosaan
dilandasi munculnya
kekhawatiran terhadap
masa depan anak hasil
perkosaan. Komisi Nasional
Perlindungan Perempuan
juga memandang aborsi ini
sebagai upaya mengurangi
dampak psikologis wanita
yang mendapatkan
perlakuan tidak menyenangkan. Selain itu,
Komisi Nasional Hak Asasi Manusia (Komnas
HAM) menganggap pembolehan ini tidak
melanggar HAM karena dalam pengecualian
ini wanita yang ingin aborsi adalah korban.
Namun demikian, beberapa pihak
mengkhawatirkan PP Kespro akan menjadi
alat pelegalan aborsi. Muslimat Nahdlatul
Ulama (NU) meminta PP ini ditinjau kembali
karena tidak ada yang dapat mengawasi,
mengontrol dan memastikan seorang
perempuan yang hamil karena diperkosa
sehingga peraturan akan dengan mudah
disalahgunakan. Menurut Muslimat NU, tanpa
adanya peraturan tersebut praktik aborsi
sudah marak termasuk yang dilakukan oleh
dukun-dukun kandungan dan dikhawatirkan
akan memicu pergaulan bebas. Selain itu,
Pengurus Pusat Muhammadiyah juga dengan
tegas menyatakan penolakan terhadap
peraturan tersebut karena dalam sumpah
dokter tertera pernyataan menghargai hak
hidup insani sejak dari proses pembuahan.
Protes juga disampaikan Ikatan Dokter
Indonesia (IDI) yang menganggap aborsi
tanpa disertai alasan medis merupakan
tindakan menghilangkan hak hidup seorang
anak. Berdasarkan kode etik dokter, praktik
aborsi dilarang keras. Jika dokter melakukan
aborsi tidak sesuai dengan ketentuan maka
sanksinya adalah pidana sehingga IDI tidak
menginginkan keterlibatan dokter dalam
tindakan aborsi yang dilakukan selain
dikarenakan adanya indikasi medis.
Memandang kedua keberpihakan di
atas, penulis beranggapan PP Kespro sangat
esensial dalam memberikan perlindungan
HAM kepada wanita korban pemerkosaan.
Hal ini penting untuk mengembalikan
derajat kualitas mentalnya setelah melalui
pengalaman yang tidak menyenangkan.
Untuk mencegah penyalahgunaan
legalitas aborsi, maka diperlukan langkah
antisipasi. Hanya mereka yang sedang
memperkarakan kasus perkosaan yang
dapat melakukan aborsi. Artinya korban
pemerkosaan perlu melaporkan kejahatan
perkosaan yang dialaminya agar kasus
tersebut dapat diselesaikan.
Selain itu, dokter selaku tenaga
kesehatan yang satu-satunya berhak untuk
melakukan tindakan aborsi secara legal harus
menaati peraturan yang berlaku. Misalnya,
setiap tindakan kedokteran yang akan
dilakukan oleh dokter terhadap pasien harus
mendapat persetujuan pasien. Hal ini sesuai
dengan Pasal 45 Undang-Undang Nomor 29
Tahun 2004 tentang Praktik Kedokteran.
Persetujuan inilah yang menjadi bukti yang
sah jika suatu saat dokter terlibat dalam
masalah hukum atas tindakan tersebut.
Penutup
Sebagai amanat UU Kesehatan, PP
Kespro memiliki tujuan khusus untuk
menjamin pemenuhan hak kesehatan
reproduksi melalui pelayanan kesehatan
yang aman, efektif, dan terjangkau, termasuk
aborsi berdasarkan indikasi kedaruratan
medis dan perkosaan sebagai pengecualian
atas larangan aborsi. Untuk menghindari
kesalahpahaman pelegalan praktik aborsi,
pemerintah harus melakukan sosialisasi
menyeluruh dan komprehensif pada seluruh
lapisan masyarakat.
Dalam praktiknya, kode etik kedokteran
belum menyesuaikan dengan peraturan
perundang-undangan yang baru bahwa
korban perkosaan juga dapat melakukan
tindakan aborsi. Sesuai kode etik kedokteran,
keputusan untuk melakukan aborsi harus
dibuat oleh sekurang-kurangnya dua dokter
dengan persetujuan tertulis dari perempuan
hamil, suami atau keluarga terdekat. Aborsi
dilakukan di rumah sakit yang mempunyai
cukup sarana untuk melakukannya. Untuk
menghindarkan dokter dari pelanggaran
kode etik, dokter perlu mendapatkan jaminan
hukum, misalnya dengan surat pernyataan
dari kepolisian bahwa perempuan hamil
yang akan melakukan aborsi adalah korban
pemerkosaan. Hal ini dilakukan sebagai
upaya untuk menghindari penyalahgunaan
- 12 -
tindakan aborsi. Yang tidak kalah pentingnya,
untuk menjamin pelaksanaan PP Kespro ini
sesuai mandat yang diberikan, diperlukan
pengawasan ketat Komisi terkait di DPR RI
termasuk di dalamnya pengawasan terhadap
proses penyelidikan atas dugaan pelanggaran
PP ini.
Referensi
Evaluasi PP No 61/2014, Republika, 14
Agustus 2014.
NU dan Muhammadiyah Tolak PP Aborsi,
Republika, 14 Agustus 2014.
Dr Rachmat Sentika, Deputi Kesehatan dan
Kependudukan dan Keluarga Berencana
Kemenko Kesra: PP Kesehatan Reproduksi
Dipertahankan, Republika, 11 Agustus
2014.
IDI Keberatan Aborsi Dilegalkan, Republika,
11 Agustus 2014.
Menko Kesra Tolak Revisi PP Aborsi,
Republika, 18 Agustus 2014.
Kelahiran PP Aborsi Ganjil, Republika, 12
Agustus 2014.
PP Aborsi Sesuai Fatwa MUI,
Metro TV News, 18 Agustus 2014.
http://news.metrotvnews.com/
read/2014/08/18/279167/pp-aborsi-
sesuai-fatwa-mui diakses 22 Agustus 2014.
Menteri Kesehatan Bantah Keberadaan
PP Aborsi, 20 Agustus 2014,
http://health.kompas.com/
read/2014/08/20/145801123/Menteri.
Kesehatan.Bantah.Keberadaan.PP.Aborsi
diakses tanggal 22 Agustus 2014.
POLRI Minta Kemenkes Sosialisasikan PP
Aborsi pada Kepolisian, 18 Agustus 2014,
http://www.merdeka.com/peristiwa/polri-
minta-kemenkes-sosialisasikan-pp-aborsi-
pada-kepolisian.html; diakses tanggal 22
Agustus 2014.
ProhI KeseIuLun ndonesIu zo1z. PusuL DuLu
dan Informasi Kementerian Kesehatan RI.
Riskesdas 2010. Badan Penelitian dan
Pengembangan Kesehatan Kementerian
Kesehatan RI.
- 13 -
Info Singkat
2009, Pusat Pengkajian, Pengolahan Data dan Informasi (P3DI)
Sekretariat Jenderal DPR RI
www.dpr.go.id
ISSN 2088-2351
Vol. VI, No. 16/II/P3DI/Agustus/2014 EKONOMI DAN KEBIJAKAN PUBLIK
Kajian Singkat terhadap Isu-Isu Terkini
KEBIJAKAN ENERGI DAN SUBSIDI ENERGI:
TANTANGAN PEMIMPIN BARU INDONESIA
Rasbin*)
Abstrak
Berdasarkan indeks ESI, pengelolaan energi di Indonesia dianggap masih buruk.
Dampaknya bisa dilihat dari sering terjadinya pemadaman listrik di beberapa
daerah. Kondisi ini diperparah dengan kebijakan ekspor sumber energi primer yang
tidak tepat. Selain permasalahan itu, pemerintah baru mendatang juga menghadapi
mcsclch sempitnc rucn jslcl clibct terus membcnlclnc subsidi eneri
terutama subsidi BBM. RAPBN 2015 misalnya, subsidi itu mengalami peningkatan
sebesar 18,1 persen dibandingkan APBN-P 2014. Akibatnya, pemerintah tidak leluasa
dalam mengimplementasikan program-program prioritasnya.
Pendahuluan
Pemimpin baru Indonesia periode 2014-
2019 menghadapi satu masalah krusial, yakni
masalah energi. Isu ini masih akan terus
berlanjut seiring belum tercapainya bauran
energi yang telah ditetapkan. Secara regional,
pengelolaan energi di Indonesia juga dinilai
tidak lebih baik dibandingkan dengan negara-
negara lainnya, termasuk dengan sesama
negara di Asia Tenggara. Hal ini bisa dilihat
dari Indeks Keberlangsungan Energi (Energy
Sustainability Index/ESI) yang diterbitkan
oleh World Energy Council (WEC) (Tabel 1).
*) Peneliti Muda Ekonomi Terapan pada Bidang Ekonomi dan Kebijakan Publik di Pusat Pengkajian Pengolahan Data dan informasi,
Setjen DPR RI, Email: ras9bin@yahoo.co.id
Negara Indeks Skor
Keamanan
Energi
Ekuitas Energi
Kelestarian
Lingkungan
Malaysia 37 BBC 34 40 92
Singapura 47 BBD 124 43 51
Filipina 65 BBC 39 93 54
Indonesia 73 ACD 17 83 104
Thailand 89 CCD 91 88 101
Vietnam 101 CDD 77 102 105
Kamboja 118 CDD 121 113 67
Sumber: WEC 2014
Tabel 1. Indeks Keberlangsungan Energi 2013
- 14 -
Tabel 1 menunjukkan bahwa tahun
2013, ESI Indonesia menduduki posisi ke-73
di bawah Malaysia, Singapura, dan Filipina.
Berdasarkan dimensi keamanan energi,
posisinya di peringkat ke-17, menduduki
peringkat pertama di ASEAN. Namun
demikian, posisi ekuitas energi Indonesia
di posisi 83, masih di bawah Malaysia
dan Singapura. Sedangkan keberlanjutan
lingkungan Indonesia berada pada peringkat
ke-104. Masing-masing dimensi, keamanan
energi; ekuitas energi; dan keberlangsungan
lingkungan, mendapat label A, C, dan D.
Dari tiga dimensi tersebut, keamanan energi
Indonesia dianggap sangat kuat, tetapi
sebaliknya ekuitas energi Indonesia masih
lemah begitu pula dengan kinerja kelestarian
lingkungan. Meskipun demikian, tren ketiga
dimensi terus mengalami peningkatan jika
dibandingkan dengan tahun 2011 dan 2012 .
Indikator kinerja kekuatan politik
dan ekonomi dari kinerja energi tahun 2013
mengalami penurunan dibandingkan tahun
2012, sedangkan indikator kinerja kekuatan
masyarakat konstan.
Selain masalah energi, pemerintah
juga mengalami dilema dalam hal pemberian
subsidi bahan bakar minyak (BBM). Dari
tahun ke tahun subsidi ini terus meningkat.
Perbandingan perkembangan subsidi BBM
dan listrik tahun 2004 2015 dapat dilihat
pada Tabel 2.
Pada tahun 2015, anggaran subsidi
dalam Rancangan Anggaran Penerimaan dan
Belanja Negara (RAPBN) 2015 secara total
mencapai Rp433,512 triliun. Dari jumlah
ini, sebagian besar dananya tersedot untuk
subsidi BBM mencapai Rp291,111 triliun atau
naik Rp44,6176 triliun. Lebih lengkap tentang
besaran dan struktur subsidi di Indonesia
tahun 2015 dapat dilihat pada Tabel 3.
Tabel 3 menunjukkan subsidi BBM
tahun 2015 diperkirakan mengambil porsi
terbesar dibandingkan dengan subsidi
lainnya. Sebagai contoh, subsidi listrik hanya
sebesar Rp72,423 triliun atau 16,71 persen
dari total energi. Jika subsidi BBM dan listrik
ini dibandingkan terhadap total subsidi
energi, subsidi BBM mencapai 80,08 persen
sedangkan subsidi listrik hanya 19,92 persen.
Bahkan bila dibandingkan dengan subsidi
non-energi, subsidi energi khususnya BBM
masih jauh lebih besar dan nilainya terus
mengalami peningkatan setiap tahun.
Meningkatnya subsidi energi terutama
Tahun BBM
Perubahan
(%)
Listrik
Perubahan
(%)
2004 69 - 2,3 -
2005 95,6 39 8,9 287
2006 64,2 -33 30,4 242
2007 83,8 31 33,1 9
2008 139,1 66 83,9 153
2009 45 -68 49,5 -41
2010 82,4 83 57,6 16
2011 165,2 100 90,4 57
2012 211,9 28 94,6 5
2013* 210 -1 100 6
2014** 246,5 17 103,8 4
2015*** 291,1 18 72,4 -30
Sumber: Media Indonesia, 19 Agustus 2014
*Berdasarkan APBN-P 2013
**Berdasarkan APBN-P 2014
***Berdasarkan RAPBN 2015
Tabel 2. Subsidi BBM dan Listrik 2004 2014
(Triliun rupiah)
No. Jenis Subsidi Nilai (Rp
triliun)
Persentase*
1. Total Subsidi 433,512 7,56
2. Energi 363,534 28,87
3. BBM 291,112 38,14
4. Listrik 72,423 1,48
5. Non Energi 69,978 35,66
6. Pangan 18,940 0,62
7. Pupuk 35,703 69,62
8. Benih 0,939 -0,4
9. Kewajiban
Layanan Publik
3,261 48,43
10. Suku Bunga
Kredit
2,484 -23,24
11. Pajak 8,650 83,53
Sumber: RAPBN 2015
*Perubahan terhadap APBN 2014
Tabel 3. Struktur Subsidi di Indonesia dalam
RAPBN 2015
- 15 -
BBM dun IIsLrIk menyebubkun ruung hskuI
semakin menyempit. Kondisi ini diperparah
dengan pengelolaan energi yang dianggap
masih buruk. Hal ini berdampak terhadap
berbagai sektor ekonomi seperti infrastruktur.
Padahal infrastruktur merupakan urat nadi
untuk menggerakkan perekonomian.
Dampak Pengelolaan Energi
Energi seharusnya menjadi salah satu
prioritas pemerintah dalam setiap periode
pembangunan. Energi seharusnya menjadi
pendorong bukan sebaliknya pengerem
pembangunan. Hal ini diakibatkan oleh
buruknya pengelolaan energi sebagaimana
terlihat dalam ESI 2013.
Salah satu dampak kondisi ini adalah
fenomena pemadaman listrik di beberapa
daerah seperti di Medan, Sumatera Utara.
Medan adalah kota terbesar ketiga di Indonesia
setelah Jakarta dan Surabaya. Pemadaman
listrik di Medan hampir terjadi setiap hari.
Pemadaman listrik ini menyebabkan kerugian
bagi masyarakat dan pengusaha.
Selain Medan, beberapa kota di Indonesia
juga tidak lepas dari pemadaman listrik. Seperti
Batam pada bulan April 2014, kemudian ada
Pekanbaru Maret 2014, Jakarta dan Tangerang
pun tak lepas dari pemadaman listrik (Mei
2014).
Kondisi ini terjadi karena sampai saat
ini, PT PLN (Persero) sebagai pihak penghasil
listrik, lebih banyak menggunakan bahan bakar
dari fosil yang mencapai hampir 88 persen di
mana 44 persen dari batubara, 23 persen BBM
dan 21 persen gas alam. Padahal penggunaan
bahan bakar fosil memerlukan biaya yang besar.
Sedangkan penggunaan bahan bakar non-fosil
yang biayanya rendah seperti panas bumi,
matahari, hydro dan lainnya baru mencapai
13,7 persen.
Menurut Lembaga Konsumen Indonesia,
jIku musuIuI dehsIL IIsLrIk InI LIduk secepuLnyu
diatasi maka Indonesia dapat mengalami krisis
listrik dua tahun lagi. Kondisi ini juga ikut
diperparah dengan kebijakan ekspor batubara
dimana produksi batubara Indonesia sekitar
75 persen di ekspor ke luar negeri sedangkan
sisanya untuk kebutuhan domestik. Hal ini
berbanding terbalik dengan negara-negara lain
seperti Amerika Serikat dan Tiongkok yang
memanfaatkan 95 persen produksi batubaranya
untuk kebutuhan domestik. Begitu pula dengan
Rusia, Polandia dan Afrika Selatan, negara-
negara yang mengutamakan pemakaian
batubara untuk domestik terlebih dahulu.
Selain kebijakan ekspor batubara,
kebijakan ekspor gas alam ke luar negeri
juga menunjukkan adanya kekeliruan
dalam pengelolaan energi dalam negeri.
Berdasarkan data Kementerian Energi dan
Sumber Daya Manusia (ESDM) sekitar
44 persen gas alam Indonesia diekspor ke
luar negeri seperti Taiwan, Thailand, Korea
Selatan, dan Tiongkok. Padahal kebutuhan
domestik khususnya kalangan industri
ukun gus uIum menguIumI dehsIL sekILur
oo juLu kukI kubIk. AkIbuLnyu, dehsIL InI
harus ditutup dengan impor gas alam dari
sejumlah negara di Afrika.
Jika kondisi ini terus menerus terjadi,
kalangan industri akan terganggu dalam
hal produksinya. Implikasi besarnya,
terganggunya pertumbuhan ekonomi
karena banyak perusahaan yang tingkat
produksinya tidak maksimal bahkan
berhenti operasi sehingga berdampak
terhadap output yang dihasilkan.
Sempitnya Ruang Fiskal
Terus meningkatnya subsidi energi
khususnya subsidi BBM menyebabkan
ruung hskuI pemerInLuI semukIn kecII.
Dalam Rancangan Anggaran Pendapatan
dan Belanja Negara (RAPBN) 2015 subsidi
BBM mencapai Rp 291,1 triliun mengalami
peningkatan 18,1 persen dibandingkan
pagu dalam APBN-Perubahan 2014 yakni
246,5 triliun rupiah (lihat Tabel 2). Terus
membengkaknya subsidi BBM ini, menurut
ekonom Megawati Institute Imam Sugema,
membuuL ruung hskuI pemerInLuI yung
baru sempit sehingga sulit bergerak.
SempILnyu ruung hskuI, menuruL
Kepala Ekonom Bank Danamon Anton
Gunawan, menyebabkan pemerintah
terbatas dalam membangun infrastruktur.
Infrastruktur, menurut Jafar M (2007),
memiliki peranan positif terhadap
pertumbuhan ekonomi dimana dalam
jangka pendek dapat menciptakan lapangan
kerja sedangkan jangka menengah dan
panjang akan mendukung peningkatan
ehsIensI dun produkLIvILus sekLor-sekLor
terkait.
Melalui infrastruktur, negara dapat
mendorong pertumbuhan ekonomi dengan
membantu penanggulangan kemiskinan,
meningkatkan kualitas hidup, mendukung
- 16 -
tumbuhnya pusat ekonomi dan meningkatkan
mobilitas barang dan jasa serta merendahkan
bIuyu ukLIhLus InvesLor duIum dun Iuur negerI.
Selain pembangunan infrastruktur,
sempILnyu ruung hskuI jugu ukun
mempengaruhi pergerakan pemerintah yang
baru dalam mengerjakan program-program
prioritas lainnya seperti program di bidang
pendidikan dan kesehatan, juga program
menurunkan tingkat kemiskinan. Oleh
kurenu ILu, sempILnyu ruung hskuI merupukun
masalah serius yang dihadapi pemerintah
buru menduLung. Agur LersedIu ruung hskuI
yang luas, pemerintah baru mendatang
dituntut untuk melakukan perubahan dalam
skema pemberian subsidi.
Penutup
Pemerintah baru mendatang,
Presiden dan Wakil Presiden terpilih, Joko
Widodo Yusuf Kalla, akan menghadapi
permasalahan yang serius terutama dalam
hal kebijakan energi dan subsidi energi.
Pengelolaan energi yang masih buruk
akan mempengaruhi roda perekonomian
sedangan terus membengkaknya subsidi
energi terutama subsidi BBM akan membuat
semukIn sempILnyu ruung hskuI duIum
mengimplementasikan program-program
prioritas Pemerintah baru terutama dalam
bidang energi sesuai visi mereka
Oleh karena itu, Presiden dan Wakil
Presiden terpilih, Joko Widodo Yusuf
Kala, akan memiliki tantangan yang berat
dalam mengatasi permasalahan energi dan
subsidi energi. Diperlukan komitmen atau
terobosan politik yang kuat untuk mengatasi
permasalahan tersebut. Dukungan politik
DPR juga menjadi prasyarat penting bagi
pemerintah dalam pengelolaan energi
nasional ke depan.
Referensi
"Indeks Energi Masih Buruk, Republika, 14
Agustus 2014.
Ganggu Keseimbangan Neraca, Republika,
14 Agustus 2014.
RAPBN 2015 Sebaiknya Direstrukturisasi,
Media Indonesia, 19 Agustus 2014.
Pelebaran Ruang Fiskal Demi Perbaikan,
Media Indonesia, 18 Agustus 2014.
Jebakan Subsidi BBM, Republika, 14
Agustus 2014.
Indonesia Krisis Listrik di Lumbung Energi,
ILLp:JJhnunce.deLIk.comJreudJzo1J11Joq
/120416/2403162/1034/1/indonesia-krisis-
listrik-di-lumbung-energi, diakses tanggal
19 Agustus 2014.
Pasokan Kurang, Indonesia Dapat
Mengalami Krisis Listrik, http://
www.bbc.co.uk/indonesia/berita_
indonesia/2014/05/140515_indonesia_
mati_listrik.shtml, diakses tanggal 20
Agustus 2014.
Rancangan APBN 2015: Ruang Revisi Terbuka
Lebar, Bisnis Indonesia, 16 Agustus 2014.
World Energy Council (WEC). 2014.
Sustainability Index. WEC.
Debat Capres, Visi Energi, Pangan, dan
Lingkungan Jokowi-JK, http://www.
satuharapan.com/read-detail/read/debat-
capres-visi-energi-pangan-dan-lingkungan-
jokowi-jk, diakses tanggal 25 Agustus 2014.
- 17 -
Info Singkat
2009, Pusat Pengkajian, Pengolahan Data dan Informasi (P3DI)
Sekretariat Jenderal DPR RI
www.dpr.go.id
ISSN 2088-2351
Vol. VI, No. 16/II/P3DI/Agustus/2014 PEMERINTAHAN DALAM NEGERI
Kajian Singkat terhadap Isu-Isu Terkini
POSTUR KABINET TAHUN 2014-2019
Dewi Sendhikasari D.*)
Abstrak
Jokowi-JK sebagai presiden terpilih dan wakil presiden terpilih tahun 2014-2019
memiliki tantangan besar dalam menyusun kabinet pemerintahannya. Tidak hanya
menginginkan terbentuknya kabinet dengan kalangan profesional atau zaken-
kabinet di dalamnya tetapi perlu dipikirkan juga struktur kabinetnya itu sendiri.
Restrukturisasi kabinet dipandang perlu dilakukan agar terciptanya pemerintahan
cn ejsien dcn ejeltij demi lesejchterccn rclct. Ncmun demilicn, penusuncn
struktur kabinet tersebut juga perlu dipikirkan secara matang.
Pendahuluan
Komisi Pemilihan Umum (KPU) telah
mengumumkan secara resmi bahwa pasangan
calon presiden dan calon wakil presiden
nomor urut 2 (dua) yaitu Jokowi-Jusuf Kalla
(JK) sebagai presiden-wakil presiden terpilih
dalam pemilihan Presiden dan Wakil Presiden
(Pilpres) secara langsung pada tanggal 9 Juli
2014 yang lalu. Sejalan dengan hal tersebut,
usulan demi usulan susunan Kabinet Presiden
dan wakil Presiden terpilih terus bermunculan
dari masyarakat. Terlebih setelah Tim Jokowi
melalui sosial media Facebook dengan akun
Jokowicenter.com, menggunggah kuesioner
seputar siapa menteri yang pantas mengisi
kabinetnya lewat dunia maya. Adapun situs
kabinet rakyat (www.kabinetrakyat.org) juga
mengusulkan nama-nama calon menteri yang
dianggap oleh rakyat layak untuk duduk di
kabinet pemerintahan.
Dalam lamannya, situs kabinetrakyat
memunculkan nama-nama yang menurut
pengelola muncul hasil dari diskusi bersama
jurnalis, pengamat, akademisi, aktivis,
teknokrat, politisi, dan masukan-masukan
yang langsung diberikan oleh rakyat
dimanapun berada, apapun profesi, agama,
dan sukunya. Dijelaskan pula, nama-nama
menteri sebagai masukan untuk kabinet
Jokowi diharapkan berpijak pada kriteria-
kriteria yakni, tidak pernah terlibat korupsi,
bukan pelanggar HAM, profesional di
bidangnya sesuai dengan visi misi Jokowi-JK,
dan bukan perusak lingkungan hidup. Selain
itu, ditetapkan juga kriteria menghargai
kebhinekaan, memiliki kepemimpinan yang
kuat, memiliki kompetensi yang baik secara
manajerial, mengerti manajemen administrasi
pemerintahan, dan mempunyai catatan atau
rekam jejak yang baik serta mau melayani
rakyat.
*) Peneliti Muda Kebijakan dan Administrasi Publik pada Bidang Politik Dalam Negeri, Pusat Pengkajian, Pengolahan Data dan
Informasi Sekretariat Jenderal DPR RI. Email: sendhik@gmail.com.
- 18 -
Namun demikian, susunan kabinet
Jokowi-JK tahun 2014-2019 yang akan diisi
oleh nama-nama menteri tersebut menjadi
perhatian saat ini. Apakah Jokowi tetap
menggunakan format 34 Kementerian dengan
3 Kementerian Koordinator saat ini atau
akan mengurangi jumlahnya sesuai dengan
kebutuhan kerja kabinetnya. Oleh karena itu,
Jokowi telah membentuk tim transisi yang
dikepalai oleh Rini Mariani Soemarmo dan
dibantu empat deputi yaitu Anies Baswedan,
Andi Wijayanto, Hasto Kristiyanto, dan
Akbar Faisal guna menyelaraskan program
kerjanya dengan pemerintahan SBY saat ini.
Salah satu tugas dari Tim Transisi adalah
penataan lembaga kepresidenan dan struktur
kabinet. Kabinet Jokowi-JK Tahun 2014-2019
ini diharapkan akan diisi oleh orang-orang
profesional dan pakar di bidangnya atau yang
biasa disebut zaken-kabinet.
Kementerian Negara
Menurut Undang-Undang Nomor 39
Tahun 2009 tentang Kementerian Negara,
yang dimaksud dengan Kementerian
Negara atau yang kemudian disebut
kementerian adalah perangkat pemerintah
yang membidangi urusan tertentu dalam
pemerintahan. Kementerian mempunyai tugas
menyelenggarakan urusan tertentu dalam
pemerintahan untuk membantu Presiden
dalam menyelenggarakan pemerintahan
negara. Dijelaskan pula dalam UUD 1945
Pasal 17 bahwa Presiden dibantu oleh
menteri-menteri negara; Menteri-menteri itu
diangkat dan diperhentikan oleh Presiden;
kemudian disebutkan bahwa masing-masing
Menteri membidang urusan tertentu dalam
pemerintahan. Pada ayat (4) pasal tersebut
ditegaskan pengaturan pembentukan,
pengubahan, dan pembubaran kementerian
negara.
Menurut Prof. Miftah Thoha, Guru
Besar Administrasi Publik UGM, kementerian
negara dibagi atas tiga kelompok, yaitu:
1. Kelompok I yaitu jenis kementerian
wajib (required), dasarnya ialah UUD
yang menyebutkan beberapa jenis bidang
pemerintahan dan juga di beberapa negara
maju menyebutkan jenis kementerian ini.
Jenis kementerian wajib ini tidak bisa
dibubarkan atau digabung selama UUD
tidak mengubah dan menghilangkannya.
Jenis kementerian ini antara lain:
Kementerian Luar Negeri, Kementerian
Dalam Negeri, Kementerian Pertahanan,
Kementerian Keuangan, Kementerian
Pendidikan dan (Kebudayaan),
Kementerian Kesehatan dan Kesejahteran
Sosial, Kementerian Agama, dan
Kementeraian Hukum, Perundangan dan
HAM.
2. Kelompok II yaitu jenis kementerian yang
tergolong strategis dimana fungsinya
sangat penting untuk memajukan
teknologi, pemerintahan, pembangunan
dan tuntutan global. Jenis kementerian
ini bisa digabung, dibubarkan atau
ditimbulkan baru karena mengikuti
perkembangan strategis nasional
maupun global dan disarankan bisa
memberi tahu atau persetujuan ke
DPR RI. Jenis kementerian ini antara
lain: Kementerian Perindustrian dan
Perdagangan, Kementerian Perhubungan
dan Pariwisata, Kementerian Kelautan
dan Perikanan, Kementerian Pertanian
dan Kehutanan, Kementerian Pekerjaan
Umum, Kementerian Energi dan Sumber
Daya Mineral, Kementerian Tenaga
Kerja dan Transmigrasi, Kementerian
Pendayagunaan Aparatur Negara,
Kementerian Lingkungan Hidup,
Kementerian Riset dan Teknologi.
3. Kelompok III yaitu jenis kementerian
non-fortopolio atau non-departemen.
Jenis kementerian ini mewadahi aspirasi
politik koalisi. Jenis kementerian ini
mudah untuk dibentuk, dibubarkan dan
dihilangkan sesuai dengan kebutuhan
politik Presiden terpilih. Selain
Kementerian Negara tersebut, Presiden
dapat membentuk sebanyak-banyaknya 3
(tiga) kementerian non-portofolio.
Berdasarkan tiga pengelompokkan
ini, penyusunan jumlah kementerian
negara dapat menggunakan prinsip right
sizing (tepat guna) dan bukan semata-
mata perampingan. Oleh karena itu dengan
menggunakan analisis organisasi yang tepat,
eksistensi kementerian sangat efektif. Selain
itu, penyusunan organisasi kementerian tidak
hanya didorong semata-mata penghematan
saja akan tetapi juga harus dipertimbangkan
kesatuan bidang tugas dibawah kendali
kebijakan satu Menteri. Misalnya, bidang
fungsi pendidikan tidak bisa harus dipecah
menjadi pendidikan dasar, menengah, dan
tinggi dibawah kebijakan beberapa menteri.
Fungsi pendidikan harus utuh satu kesatuan.
Apalagi jika kemudian ada menteri riset
dan pendidikan tinggi yang terpisah dengan
menteri pendidikan dasar dan menengah.
- 19 -
Kabinet Tahun 2014-2019
Visi dan misi pasangan Jokowi-JK
yang bertema besar Jalan Perubahan Untuk
Indonesia Yang Berdaulat, Mandiri, dan
Berkepribadian, terdiri dari 42 halaman,
semestinya disesuaikan dengan Rencana
Pembangunan Jangka Panjang Nasional
(RPJPN). Mukadimah visi misi keduanya
memuat latar belakang kelahiran Indonesia
Hebat. Awalannya adalah jalan perubahan
ideologis yang bersumber pada Pancasila,
UUD 1945, dan Proklamasi. Ada tiga masalah
pokok bangsa yang harus dijadikan perhatian
bersama. Pertama, ancaman terhadap
wibawa negara. Kedua, kelemahan sandi
perekonomian bangsa. Terakhir, intoleransi
dan krisis kepribadian bangsa. Duet Jokowi-
JK sepakat bahwa Trisakti sebagai upaya
untuk mengembalikan jalan ideologi bangsa
Indonesia. Menurut mereka, Trisakti menjadi
pondasi utama dalam pembangunan karakter
bangsa ke depan agar berdaulat, mandiri, dan
berkepribadian dengan berlandaskan gotong-
royong. Berikut visi misi Jokowi-JK yang
dirangkumnya ke dalam tujuh poin:
1. Mewujudkan keamanan nasional yang
mampu menjaga kedaulatan wilayah,
menopang kemandirian ekonomi, dengan
mengamankan sumberdaya maritim, dan
mencerminkan kepribadian Indonesia
sebagai negara kepulauan.
2. Mewujudkan masyarakat maju,
berkeseimbangan dan demokratis,
berlandaskan negara hukum.
3. Mewujudkan politik luar negeri bebas-aktif
dan memperkuat jati diri sebagai negara
maritim.
4. Mewujudkan kualitas hidup manusia
Inonesia yang tinggi, maju, dan sejahtera.
5. Mewujudkan bangsa yang berdaya saing.
6. Mewujudkan Indonesia menjadi negara
maritim yang mendiri, maju, kuat, dan
berbasiskan kepentingan nasional.
7. Mewujudkan masyarakat yang
berkepribadian dalam berkebudayaan.
Dalam rangka mewujudkan visi dan
misinya tersebut, Jokowi-JK harus membentuk
kabinet pemerintahan yang profesional atau
zaken-kabinet. Menurut salah satu Deputi Tim
Transisi Jokowi, Andi Wijayanto, Setidaknya,
ada tiga opsi kabinet yang akan menduduki
pemerintahan. Opsi pertama bersifat status
quo, dengan jumlah kementerian sama
yakni 34 kementerian. Hanya saja, akan
ada perubahan sejumlah nama kementerian
yang ada saat ini. Opsi ini diambil bila
ruang manuver sisi anggaran Oktober-
Desember 2014 sangat terbatas, sehingga
tak dimungkinkan melakukan restrukturisasi
perubahan anggaran.
Opsi kedua adalah jika Jokowi
ingin kementerian yang ada menjadi 27
kementerian, dengan tiga kementerian
koordinator yakni Kementerian Luar Negeri,
Kementerian Pertahanan dan Kementerian
Dalam Negeri. Selain itu, ada tiga menteri
yang pengubahannya harus lewat DPR RI,
yakni Kementerian Agama, Hukum, dan
Kementerian Keuangan. Karena itulah, enam
kementerian itu akan tetap ada. Adapun
kementerian lainnya akan dibuat sesuai
dengan prioritas pemerintahan Jokowi-JK.
Opsi ketiga terbagi menjadi dua opsi,
yaitu opsi 3A dengan 20 kementerian dan
opsi 3B dengan 24 kementerian. Sejumlah
kementerian juga dibuat sesuai dengan
kebutuhan. Dari semua opsi itu, ada isu yang
menonjol, antara lain mengenai Kementerian
Maritim dan Kementerian Kedaulatan
Pangan yang mengurusi masalah pertanian,
perikanan, dan perkebunan.
Dalam urusan pendidikan ada yang
mengusulkan untuk memecah menjadi
dua, yakni Kementerian Pendidikan Dasar
Menengah serta Kementerian Pendidikan
Tinggi dan Riset. Kementerian Pendidikan
Dasar mengurusi fondasi pendidikan
dan pengetahuan anak-anak, sedangkan
Kementerian Pendidikan Tinggi menjadi
penyambung dunia pendidikan dengan
industri dan kebutuhan lapangan kerja.
Adapun menurut salah satu deputi Tim
Transisi Jokowi, Hasto Kristiyanto, arsitektur
kabinet pemerintah tahun 2014-2019 secara
garis besar akan bernapaskan trisakti, yaitu
berdikari di bidang politik, ekonomi, dan
kebudayaan. Oleh karena itu, kemungkinan
besar formasi tiga kementerian koordinator
akan dipertahankan. Kementerian
Koordinator Bidang Politik dan Keamanan
dibuat untuk menjalankan agenda politik
berdaulat di bidang politik; Kementerian
Koordinator Bidang Perekonomian dan
Kesejahteraan Rakyat guna menjalankan
agenda berdikari di bidang ekonomi;
dan Kementerian Koordinator Bidang
Kebudayaan melaksanakan pembangunan
karakter serta kebanggaan berbangsa.
Di sektor pendidikan juga akan
direncanakan wajib belajar 12 tahun dan
modIhkusI kerju KemenLerIun PendIdIkun,
antara lain gagasan menyatukan pendidikan
- 20 -
tinggi, lembaga riset, dan pengembangan
teknologi ke dalam satu kementerian
tersendiri. Sementara itu, Kementerian
Pendidikan hanya memusatkan diri pada
jenjang pendidikan dasar sampai menengah.
Selain itu, tim transisi akan mengkaji peluang
integrasi Kementerian Perindustrian,
Perdagangan, Koperasi dan Usaha Kecil
Menengah. Selanjutnya tim juga sedang
mencari cara untuk menguatkan beberapa
sektor yang dinilai kedodoran. Mulai dari
pembenahan tangan Negara di BUMN,
kontrol ekonomi Negara lewat Kementerian
Keuangan, mengamankan kemandirian
energi pada Kementerian Energi dan Sumber
Daya Mineral, serta penguatan sektor
maritim karena mengingat luasnya perairan
Indonesia. Namun demikian, belum jelas
apakah struktur kabinet yang akan dibentuk
nantinya.
Penutup
Sejak awal presiden terpilih Jokowi
memang bertekad membentuk kabinet
kerja. Sikap ini diwujudkan ketika ia
membentuk koalisi tanpa syarat dengan
partai politik pendukung. Maksudnya, ia
tidak mau membagi-bagi kursi sebagai syarat
pembentukan koalisi karena kesadarannya
untuk tidak mau tersandera kepentingan
partai politik tertentu. Jokowi juga
menginginkan kabinet pemerintahannya
nanti akan diisi oleh kalangan profesional,
walaupun tidak mudah dalam menyusunnya.
Selain itu, isu perampingan kabinet juga perlu
menjadi perhatian dalam menyusun kabinet
nantinya. Diperlukan kajian yang mendalam,
perlu tidaknya restrukturisasi kelembagaan
yung udu suuL InI, mengInguL ehsIensI dun
eIekLIhLus kInerju bIrokrusI pemerInLuIun.
Kalaupun perampingan kabinet
tidak harus dilakukan untuk saat ini, akan
tetapi pembentukan kabinet tahun 2014-
2019 nanti diharapkan menggunakan
prinsip right sizing (tepat guna). Hal ini
supaya terjadi pembagian kinerja yang
tepat sehingga tidak ada tumpang-tindih
tugas dan fungsi kelembagaan. Selain itu,
jika mendasarkan pada APBN, maka dapat
dilakukan penghematan anggaran. Dengan
demikian struktur kabinet yang tepat guna
dengan para orang-orang profesional di
dalamnya diharapkan mampu menciptakan
penyelenggaraan pemerintahan yang efektif
dun ehsIen demI mewujudkun kesejuILeruun
rakyat.
Referensi
Amir Tejo, "Ini Kabinet Jokowi Versi
JK",http://www.tempo.co/read/
news/2014/08/22/078601477/Ini-
Kabinet-Jokowi-Versi-JK diakses tanggal
25 Agustus 2014.
Cavin R. Manuputty, Bernadetta Febriana,
dan Andi Anggana, Transisi Menuju
Pemerintahan Ideal, Gatra edisi 40 tgl 7-13
Agustus 2014 hal. 10-11
"Ini Susunan Kabinet Jokowi-JK Usulan
www.kabinetrakyat.org", http://
www.tribunnews.com/pemilu-
2014/2014/07/27/ini-susunan-kabinet-
jokowi-jk-usulan-wwwkabinetrakyatorg
diakses tanggal 15 Agustus 2014.
"Inilah Visi dan Misi Jokowi-Kalla", http://
www.jokowi.id/berita/inilah-visi-misi-
jokowi-kalla/, diakses tanggal 26 Agustus
2014.
"Jokowi Inginkan Kementerian Maritim dan
Pangan", http://nasional.kompas.com/
read/2014/08/25/07050071/Jokowi.
Inginkan.Kementerian.Maritim.dan.
Pangan
Miftah Thoha, Makalah Kabinet 2014
disampaikan dalam Seminar tentang
Postur Kabinet 2014, Tim Politik Dalam
Negeri, P3DI Setjen DPR RI tanggal 22
Agustus 2014.
"Opini: Jokowi dan Kabinet Orang Ramai",
Tempo edisi 23 tanggal 4-10 Agustus 2014
hal. 29
Sundari, "Tim Jokowi-JK Susun Tiga Opsi
Kabinet", http://www.tempo.co/read/
news/2014/08/25/078601953/Tim-
Jokowi-JK-Susun-Tiga-Opsi-Kabinet
Undang-Undang Nomor 39 Tahun 2008
tentang Kementerian Negara.
TENTANG PENUL8
uenico uoly, :.h.,H.kn., lahir di [akarta, ada 8 uesember :,8{. endidikan :: ilmu hukum
diselesaikan di lakultas hukum universitas Lamung ada tahun zcc). Hagister kenotariatan
diselesaikan di universitas uionegoro ada tahun zcc,. 8eker|a di :ekertariat [enderal uk
kl mulai tahun zcc, sebagai eneliti bidang hukum ada usat engka|ian engolahan uata
dan lnformasi ({ul). [abatan saat ini yaitu eneliti hukum dengan golongan lllfc. uitugaskan
sebagai !im endaming embahasan beberaa kancangan undangundang di uk tentang
enyiaran, kuu kadio !elevisi keublik lndonesia dan kuu Lalu Lintas uevisa dan :istem uilai
!uka !ukar.
nlco_toblngQyahoo.com
:ita hidriyah adalah lulusan asca :ar|ana lisi ul, [urusan hubungan lnternasional ada
tahun zcc8. la ernah menulis uinamika ermasalahan eker|a !ambang lndonesia ada
erusahaan !ambang A: yang beroerasi di lndonesia, eningkatan ker|asama embangu
nan negara lndonesia dan Australia ada enanggulangan bencana dan uaya emerintah
dan ker|asama luar negeri dalam engentasan kemiskinan menu|u embangunan berkelan|u
tan.
slta.hldrlyahQdpr.go.ld
rahmi.yuningsih@yahoo.com
ras9blnQyahoo.com
sendhlkQgmall.com
l S S N : 2 U B B 2 S S I
VOL.Vl No. IC/ll/lSDl/OUSTUS/2UI4
Ja|aa S|aq0at te-adap Ja-Ja Je-0|a|
PANDUAN PENUL8AN ARTKEL

Anda mungkin juga menyukai