Anda di halaman 1dari 10

FISIOLOGI KELENJAR ADRENAL

Kortek adrenal mensintesis molekul steroid yang dipilah menjadi tiga kelompok hormon
yaitu glukokortikoid (steroid), mineralkortikoid (aldosterone) dan androgen dengan
zona/lapisan penghasil yang berbeda-beda. Korteks adrenal mempunyai 3 lapisan/zona yaitu :
1. Zona glomerulosa : produksi mineralokortikoid (aldosteron), terutama diatur oleh
angiotensin II, kalium, dan ACTH. Selain itu, dopamin, atrium natriuretic peptida (ANP)
dan neuropeptida lain mengatur zona glomerulosa fungsi adrenal.
2. Zona fasciculate : bertanggung jawab untuk sintesis glukokortikoid, diatur oleh
ACTH. Selain itu, beberapa sitokin (IL-1, IL-6, TNF), neuropeptida dan katekolamin
mempengaruhi biosintesis glukokortikoid.
3. Zona reticularis : hormone androgen (terutama dehydroepiandrostenedione [DHEA],
DHEA sulfat dan androstenedion) sekresi, serta beberapa produksi glukokortikoid
(kortisol dan corticosterone).
1. Sisntesis mineralkokrtikoid
Pregnenolon diubah menjadi progesterone oleh dua buah enzim reticulum
endoplasma halus yaitu 3-hidroksisteroid dehidrogenase dan
5,4
isomerase. Progesterone
mengalami hidroksilase pada posisi C
21
untuk membentuk 11-deoksikotrikosteron, yang
merupakan mineralkortikoid yang aktif (menahan ion Na
+
). Hidroksilase berikutnya, pada C
11
,
menghasilkan kortikosteron. Enzim 18-hidroksilase bekerja pada kortikosteron membentuk 18
hidroksikortikosteron yang diubah menjadi aldosteron oleh konversi 18-alkohol menjadi
aldehid.
2. Sintesis glukokortikoid
Sintesis kortisol memerlukan tiga enzim hidroksilase yang bekerja secara
berurutan pada posisi C
17
, C
21
, C
11
. Dua reaksi pertama berlangsung cepat , sementara
hidroksilasi C
11
berlangsung lambat. 17-hidroksilase merupakan enzim reticulum endoplasma
halus yang bekerja pada pregnenolon. 17-hidroksiprogesteron mengalami hidroksilase pada
posisi C
21
oleh 21-hidroksilase hingga membentuk 11-deoksikortisol yang kemudian juga
dihidroksilasi oleh 11-hidroksilase pada posisi C
11
untuk membentuk kortisol.
3. Sintesis androgen
Hormon androgen yang utama yang dihasilkan oleh korteks adrenal adalah
dehidroepiandrosteron (DHEA). DHEA sebenarnya adalah sebuah prehormon karena kerjanya
3-OHSD dan
5,4
isomerase akan mengubah DHEA androgen yang lemah menjadi
androstenedion yang lebih poten. Reduksi androstenesion pada posisi C
17
mengakibatkan
pembentukan testosterone.
Hypothalamic-Pituitary Axis
Produksi normal kortisol oleh sel-sel dari korteks adrenal tergantung pada dua utusan dalam
sebuah rantai yang disebut sumbu hipotalamus-hipofisis-adrenal (HPA axis).Ketika semua jenis
stres yang dialami, hipotalamus melepaskan utusan disebut corticotrophin releasing hormone
(CRH). CRH perjalanan ke hipofisis anterior dan sinyal khusus sel untuk melepaskan hormon
Adrenocorticotropic (ACTH) ke dalam aliran darah. ACTH kemudian membuat jalan ke kelenjar
adrenal dimana sinyal sel-sel dari lapisan fasciculata zona dan reticularis dari korteks
adrenal. Sel-sel kemudian meningkatkan produksi kortisol dan androgen.
Hormon ACTH dari hipofisis anterior merangsang korteks adrenal untuk mengeluarkan
kortisol. Acth berasal dari sebuah molekul prekusor besar, yang diproduksi di dalam reticulum
endoplasma sel penghasil ACTH hipofisis anterior. Sebelum diekskresikan, prekusor besar ini
dipotong menjadi ACTH dan beberapa peptide lain.
Sel penghasil ACTH hanya mensekresi atas perintah CRH dari hipotalamus. Control umpan
balik dilaksanakan oleh efek penghambat kortisol pada sekresi CRH dan ACTH, masing-masing
oleh hipotalamus dan hipofisis anterior.
Sel penghasil ACTH hanya mensekresi atas perintah CRH dari hipotalamus. Control umpan
balik dilaksanakan oleh efek penghambat kortisol pada sekresi CRH dan ACTH, masing-masing
oleh hipotalamus dan hipofisis anterior.




Factor utama yang mengontrol ACTH dan juga CRH tentunya adalah :
a. Kadar kortisol dalam plasma
Kortisol mempunyai efek umpan balik negative terhadap (1) hipotalamus
untuk menurunkan pembentukan CRF dan (2) kelenjar hipofisis anterior untuk
menurunkan pembentukan ACTH. Kedua umpan balik ini membantu mengatur
konsentrasi kortisol dalam plasma. Jadi, bila konsentrasi kortisol menjadi sangat tinggi,
maka umpan balik ini secara otomatis akan mengurangi jumlah ACTH sehingga kembali
ke keadaan normalnya
b. Stress
Stress baik fisik, emosional atau hipoglikemia menyebabkan terjadinya
sekresi CRH dan arginin vasopressin dan aktivasi dari system saraf simpatis. Hal ini
akan meningkatkan sekresi ACTH.

Korteks adrenal berperan penting mengurangi ketegangan (stres) pada tubuh. Saat tubuh
mengalami ketegangan yang parah, hipotalamus mengirimkan perintah ke kelenjar pituitari agar
melepaskan ACTH (hormon adrenokortikotropis). Di sisi lain, ACTH merangsang korteks adrenal,
mendorong pembuatan kortikosteroid. Kortikosteroid ini memastikan produksi glukosa dari molekul-
molekul seperti protein, yang tak mengandung karbohidrat. Akibatnya, tubuh menerima tenaga
tambahan dan tekanan pun berkurang.
c. Siklus istirahat atau aktivitas tiap orang berhubungan dengan irama sirkadian
ACTH dalam plasma bervariasi sesuai dengan sekresi dan mengikuti pola sirkadian
yang mana mencapai puncak saat kita bangun (pagi hari) dan mencapai titik terendah
saat malam hari (akan tidur). Jika pola istirahat kita berubah, maka irama sirkadian ini
juga akan berubah mengikuti pola baru.
Secara normal, pola sirkadian dari sekresi ACTH dipengaruhi oleh CRH. Mekanisme ini
disebut juga open feedback loop
CRH sekresi, dipengaruhi oleh neurotransmitter hipotalamus (kolinergik, serotoninergic)

GLUKOKORTIKOID
Sekresi kortisol tiap harinya berkisar antara 40-80 mol, yang disekresi dengan
irama sirkadian. Kadar kortisol dalam plasma ditentukan oleh sekresinya, inaktivasinya dan
eksresinya.
Hati adalah organ utama untuk penginaktivan steroid. Enzim utama yang meregulasi
metabolism kortisol adalah 11-hydroxysteroid dehydrogenase (11-HSD). Ada dua isoforms
: 11-HSD 1 diekspresikan terutama di hati dan bertindak sebagai reductase, mengkonversi
inactive kortison ke dalam bentuk glukokortikoid yang aktif yaitu kortisol. 11-HSD 2
diekspresikan di sejumlah jaringan dan mengkonversi kortisol dalam bentuk yang tidak aktif,
kortison. Kortisol bersirkulasi dalam plasma sebagai :
a. Kortisol bebas :
Merupakan bentuk hormon yang aktif dan tidak terikat dengan protein dan mereka
dapat secara langsung bereaksi ke organ target. Normalnya <5%>
b. Kortisol terikat protein
Plasma mempunyai dua macam pengikat kortisol. Yang pertama mempunyai
affinitas yang tinggi yaitu kortisol binding globulin (CBG) dan yang lainya mempunyai
affinitas yang rendah, kadar protein yang tinggi yaitu albumin. Kortisol terikat CBG
mengurangi efek dari inflamasi, dengan peningkatan konsentrasi kortisol bebas secara
local. Ketika konsentrasi kortisol >700nmol, sebagian terikat pada albumin dan sebagian
yang lebih besar beredar secara bebas. CBG meningkat pada kadar estrogen yang tinggi
(kehamilan, pemakai obat kontrasepsi). Peningkatan CBG disertai juga dengan peningkatan
protein terikat kortisol, dengan demikian kadar total kortisol dalam plasma meningkat.
EFEK GLUKOKORTIKOID
a. Efek kortisol terhadap metabolisme karbohidrat
Untuk merangsang proses glukoneogenesis (pembentukan karbohidrat dari protein
sel sel hati.
Kortisol menurunkan kecepatn pemakaian glukosa oleh sel sel tubuh.
Karena efek diatas dapat menyebabka
diabetes adrenal.
b. Efek kortisol terhadap metabolisme protein
Kortisol mempunyai kemampuan untuk mengurangi penyimpanan protein di
seluruh sel tubuh kecuali protein dalam hati
Hal diatas dikarenakan oleh berkurangnya sintesis protein dan meningkatnya
katabolisme protein yang sudah ada di dalam sel.
Kortisol menyebabkan peningkatan protein hati dan protein plasma disebabkan
oleh kortisol.
a. Efek kortisol terhadap metabolisme lemak
Kortisol meningkatkan mobilisasi asam lemak dari jaringan lemak meningkatkan
konsentrasi asam lemak bebas di dalam plasma dan meningkatkan pemakaiaannya
untuk energi.
Kortisol meningkatkan oksidasi asam lemak di dalam sel.
b. Fungsi kortisol pada stress dan peradangan
Kortisol sangat
pengangkutan asam amino dan lemak dengan cepat dari cadangan sel selnya
sehingga dapat dipakai untuk energi dan sintesis senyawa lain.
c. Efek anti inflamasi kortisol
Pemberian kortisol dalam jumlah besar biasanya dapat menghambat proses
inflamasi atau malah dapat membalikkan sebagian besar efeknya segera katika
proses inflamasi mulai terjadi.
Kortisol mempunyai efek berikut ini dalam mencegah proses inflamasi:
- Kortisol menybabkan stabilisasi membran lisosom
- Kortisol menurunkan permeabilitas kapiler
-Kortisol menurunkan migrasi sel darah putih ke dalam daerah inflamasi dan
fagositosis sel yang rusak
- Kortisol menekan sistem imun
- Kortisol menurunkan demam
f. Efek terhadap alergi
Kortisol menghambat reaksi inflamasi akibat alergi
d. Efek terhadap sel darah dan imunitas pada penyakit infeksi
Kortisol mengurangi jumlah eosinofil dan limfisit di dalam darah
Kortisol : menyebabkan atrofi jaringan limfoid ; mengurangi keluarnya sel sel T
dan antibodi dari jaringan limfoid ; tingkat kekebalan terhadap benda asing
berkurang ; kadang menyebabkan infeksi fulminan dan kematian
EFEK MINERALOKORTIKOID
Aldosterone disekresi oleh zona glomerulosa. Dikenal empat factor yang
memainkan peranan dalam pengaturan aldosterone, yaitu :
1. Peningkatan konsentrasi kalium meningkatkan sekresi aldosteron
2. Peningkatan aktivitas rennin-angiotensin meningkatkan sekresi aldosteron juga
3. Peningkatan konsentrasi natrium di dalam cairan ekstraselular sangat sedikit
menurunkan sekresi aldosteron
4. Hormon adrenokortikotropon (ACTH) dari kelenjar hipofisis anterior diperlukan
untuk sekresi aldosterone tetapi mempunyai efek yang kecil dalam mengatur
kecepetan sekresi
Dari factor-faktor di atas, yang paling memegang peranan yaitu konsentrasi kalium
dan aktivasi dari rennin-angiotensin. Peningkatan konsentrasi kalium yang rendah dapat
menyebabkan beberapa kali peningkatan aldosterone beberapa kali. Dan juga aktivasi dari
system rennin-angiotensin, biasanya sebagai efek dari berkurangnya aliran darah ke ginjal,
dapat menyebabkan peningkatan sekresi aldosterone yang besar.
Selanjutnya, aldosterone akan bekerja di ginjal dengan :
a. Membantu ginjal mengeluarkan kelebihan ion kalium
b. Meningkatkan volume darah dan tekanan arteri, jadi mengembalikan system
Renin-angiotensin dalam keadaan normal

a. Efek ginjal dan sirkulasi dari aldosteron
Aldosteron menyebabkan pengangkutan pertukaran natrium dan kalium yakni
absorbsi natrium bersama sama dengan ekskresi kalium oleh sel sel epitel tubulus
terutama dalam tubulus distal dan duktus koligentes
Meningkatkan jumlah total natrium dalam cairan ekstraseluler sementara
menurunkan jumlah kalium.
Karena natrium dalam ciran ekstraselular banyak maka berpengaruh juga terhadap
kandungan air dalam cairan ekatraselular dan menyebabkan peningkatan tekanan
darah.
Aldosteron sebaliknya menyebabkan sekresi ion hidrogen yang ditukr dengan
natrium di tubulus sehingga mengakibatkan alkalosis ringan.
b. Efek aldosteron pada kelenjar keringat, kelenjar liur, dan absorpsi intestinal
Efek aldosteron terhadap kelenjar keringat penting untuk menyimpan garam tubuh
dalam lingkungan yang panas.
Efek aldosteron terhadap kelenjar liur adalah menyimpan garam sewaktu liur hilang
secara berlebihan
Aldosteron meningkatkan absorsi natrium oleh usus terutama di dalam kolon yang
mencegah hilangnya natrium di dalam tinja

ANDROGEN
Androgen terutama disekresi oleh adrenal dalam bentuk DHEA dan DHEAS. Kira-kira
15-30 mg dari senyawa ini disekresikan tiap harinya. Dalam jumlah yang lebih kecil
androstenedione, 11-hydroxyandrostenedione dan testosterone disekresikan. DHEA
merupakan prekusor utama dari urinary 17-ketosteroid. 2/3 dari urinary 17-ketosteroid pada
laki-laki derivate dari metabolism adrenal, dan sisanya berasal dari testicular androgen.
Sedangkan pada wanita, hampir semua urinary 17-ketosteroid derivate dari adrenal
EFEK ANDROGEN
Merupakan hormon kelamin yang berpengaruh besar pada hormon kelamin pria,
mengatur libido dan perkembangan alat kelamin.

Anda mungkin juga menyukai