0 penilaian0% menganggap dokumen ini bermanfaat (0 suara)
331 tayangan80 halaman
disampaikan oleh Subandono Diposaptono (Dir Tata Ruang Laut, Pesisir, Piulau Kecil Kemen Kelautan dan Perikanan) pada Bimtek Penyusunan RZWP3K diselenggarakan oleh Kemen Kelautan dan Perikanan di Yogyakarta September 2014
disampaikan oleh Subandono Diposaptono (Dir Tata Ruang Laut, Pesisir, Piulau Kecil Kemen Kelautan dan Perikanan) pada Bimtek Penyusunan RZWP3K diselenggarakan oleh Kemen Kelautan dan Perikanan di Yogyakarta September 2014
disampaikan oleh Subandono Diposaptono (Dir Tata Ruang Laut, Pesisir, Piulau Kecil Kemen Kelautan dan Perikanan) pada Bimtek Penyusunan RZWP3K diselenggarakan oleh Kemen Kelautan dan Perikanan di Yogyakarta September 2014
Direktur Tata Ruang Laut, Pesisir dan Pulau-Pulau Kecil Hp. 081585659073
RENCANA ZONASI WILAYAH PESISIR DAN PULAU-PULAU KECIL (RZWP-3K) / RENCANA TATA RUANG BERBASIS MITIGASI BENCANA Subandono - KKP Mitigasi Bencana adalah upaya untuk mengurangi risiko bencana, baik secara struktur atau fisik melalui pembangunan fisik alami dan/atau buatan maupun nonstruktur atau nonfisik melalui peningkatan kemampuan menghadapi ancaman bencana di Wilayah Pesisir dan Pulau-Pulau Kecil. PENGERTIAN MITIGASI BENCANA (UU 27/2007 JO. UU 1/2014) Aman Bijak Cuai R= B x K/C BAHAYA -ABRASI -Banjir -Tanah longsor -Gempa -Tsunami -Badai KERENTANAN -Lokasi -Kemiskinan -Dsb KEMAMPUAN -invesmen -Sumberdaya -Pengetahuan -Peraturan R = Resiko B = Bahaya K = Kerentanan C = Kemampuan Bahaya = kejadian yang berpotensi menimbulkan kerusakan atau korban jiwa Kerentanan = kondisi bilologis, geografis, sosial, ekonomi, politik, budaya, dan teknologi suatu masyarakat yg mengurangi kemampuan masy mencegah, meredam, mencapai kesiapan dan menanggapi dampak tertentu Subandono - KKP Bencana (disaster) adalah suatu peristiwa yang disebabkan oleh alam atau ulah manusia, yang dapat terjadi secara tiba-tiba atau perlahan- lahan, yang menyebabkab hilangnya jiwa manusia, kerusakan harta benda dan lingkungan, serta melampaui kemampuan dan sumberdaya masyarakat untuk menanggulanginya.
Risiko (risk) adalah kemungkinan timbulnya kerugian pada suatu wilayah dan kurun waktu tertentu yang timbul karena suatu bahaya menjadi bencana, dapat berupa kematian, luka, sakit, jiwa terancam, hilangnya rasa aman, mengungsi, kerusakan atau kehilangan harta dan gangguan kegiatan masyarakat R = (BxK)/C ==> rumus umum
R = (B/C) x K artinya Bahaya bisa direduksi dengan meningkatkan kapasitas dengan membangun tembok/ menanam pohon penahan sea level rise/tsunami
R = B x (K/C) artinya kerentanan bisa direduksi dengan meningkatkan kapasitas dengan membuat tata ruang, undang-undang, building code untuk bangunan ramah perubahan iklim, perbaikan lingkungan, peningkatan ekonomi masyarakat, peningkatan pengetahuan dll
RUMUS YANG DIGUNAKAN Subandono - KKP Gempa merupakan peristiwa alam, terjadi secara mendadak, timbul sebagai akibat pergeseran relatif batuan/lempeng tektonik/kerak bumi, dalam banyak kasus menimbulkan banyak kerugian harta benda, bahkan korban manusia. Gempa tidak dapat diramalkan tempat dan waktu terjadinya secara pasti!! Hanya bisa dideteksi setelah terjadi gempa
GEMPA Subandono - KKP AKTIVITAS GEMPA BUMI DI INDONESIA Lempeng Indo-Australia 5-7cm/tahun Lempeng Eurasia Lempeng Pasifik 12 cm/tahun < 50 Km 50100 Km 100-200 Km 200-300 Km >300 Km Kedalaman : Sumatra Kalimantan Jawa Papua Sulawesi Pertemuan Lempeng Pertemuan Lempeng Subandono - KKP PERTEMUAN LEMPENG LEMPENG Indo Australia LEMPENG BENUA EURASIA 200-300KM PERTEMUAN LEMPENG BENUA DAN SAMUDRA DIREKTORAT JENDERAL GEOLOGI DAN SUMBERDAYA MINERAL DEPARTEMEN ENERGI DAN SUMBER DAYA MINERAL DISTRIBUSI GUNUNG BERAPI DI INDONESIA TSUNAMI Tsunami. adalah gelombang laut dengan periode panjang yang ditimbulkan gangguan impulsif yang terjadi pada medium laut. Gangguan impulsif itu bisa berupa gempa bumi tektonik di laut, letusan gunung api di laut, atau longsoran (land-slide). TSUNAMI Subandono - KKP ? ? ? ? ? ? ? ? 25/10/2010 2 32 35 20 11 9 3 ? ? ? ? ? ? ? ? PESISIR RAWAN TSUNAMI DI INDONESIA 2010 Subandono - KKP 1965 : Seram Sanana (71 Tewas) 1998 : Tabuna, Taliabu, (34 Tewas) Sesar Naik Sesar Horisontal 1. Kekuatan >6,5 Skala Ritcher 2. Kedalaman Gempa < 60 km 3. Terjadi deformasi vertikal dasar laut ( ) cukup besar PROSES TERJADINYA TSUNAMI AKIBAT GEMPA Subandono - KKP Mosque at Ujung Pancu Mosque at Lampeuk, Lhok Nga Other Mosque Direct tsunami impact BANGUNAN DENGAN BANYAK PINTU DAN JENDELA RELATIF AMAN TERHADAP TSUNAMI Mosque still withstood Subandono - KKP GREENBELT DAPAT MEREDAM TSUNAMI KERRY SHIEH2005 Subandono - KKP Arah aliran Subandono - KKP RUMAH PANGGUNG AMAN TERHADAP TSUNAMI Cilacap Windarapayung Wetan Garis pantai Darat Laut TSUNAMI TSUNAMI Stream line WC Komunal Bangunan sejajar pantai Bangunan tegak lurus pantai BANGUNAN DENGAN POSISI TEGAK LURUS GARIS PANTAI RELATIF AMAN TERHADAP TSUNAMI Subandono - KKP Banyak orang meyelamatkan diri dengan mobil meninggal. Sedangkan yang naik ke bukit selamat BUKIT TEMPAT YANG BAIK UNTUK EVAKUASI Subandono - KKP SCHEMATIC DRAWING OF RAISED EVACUATION ROUTE Subandono - KKP SHELTER DI BANGLADESH UNTUK SEKOLAH Subandono - KKP 1860 1880 1900 1920 1940 1960 1980 2000 24 25 26 27 28 29 Air Temperature, Jakarta-Semarang M e a n
M o n t h l y
T e m p e r a t u r e
( d e g
C ) Time-Years SUHU UDARA RATA-RATA BULANAN DI JAKARTA DAN SEMARANG SUHU MUKA AIR LAUT DI WAKATOBI 1992 2002 2005 Lenyapnya tutupan salju di Gunung Jaya Wijaya Papua, Indonesia 2002 2005 Subandono - KKP PELELEHAN ES DI GREENLAND Jadikan adaptasi bagian dari keseharian kita Subandono - KKP BUKTI PEMANASAN GLOBAL 1980 1982 1984 1986 1988 1990 1992 1994 1996 1998 2000 2002 2004 60 70 80 90 100 110 120 E l e v a s i
( c m ) Tahun Jepara 90 100 110 120 130 140 150 Semarang 30 40 50 60 70 80 90 100 Tanjung Priok Laju kenaikan paras muka air laut 5-10 mm/tahun 1990 1992 1994 1996 1998 2000 220 240 260 280 E l e v a s i
( c m ) Tahun Sorong 140 160 180 200 Biak 160 180 200 220 Kupang 260 280 300 320 340 Batam Subandono - KKP DAMPAK PERUBAHAN IKLIM DI WILAYAH PESISIR DAN PULAU- PULAU KECIL LOKASI AIR SALOBAR AMBON, 2006 LOKASI TIRTA KENCANA AMAHUSU, 2006 Subandono - KKP DAMPAK GELOMBANG PASANG TERHADAP KEAMANAN BANGUNAN Subandono - KKP DAMPAK SEA LEVEL RISE TERHADAP MUNDURNYA GARIS PANTAI Terganggunya hutan mangrove Untuk laju perubahan muka air laut 100cm/100 th, maka : Terjadi pergeseran hutan mangrove ke hulu 57% kawasan hutan mangrove akan punah Terganggunya rasio sex penyu Subandono - KKP DAMPAK PEMANASAN GLOBAL TERHADAP BIOTA Semarang, Jawa Tengah. Peristiwa rob yang mengenangi daerah sarana pendidikan di Kecamatan Semarang Utara tanggal 6 Oktober 2010 jam 12:30 WIB ROB DI SEMARANG Subandono - KKP Posisi ventilasi rumah sebelum upaya peninggian dinding dilakukan Semarang, Jawa Tengah. Upaya adaptasi yang dilakukan setelah pengurugan dasar tidak dapat dilakukan lagi yaitu dengan peninggian dinding dan atap bangunan (Desa Jagalan, Kecamatan Semarang Utara, 2009) Semarang, Jawa Tengah. Atap bangunan yang semakin rendah menyebabkan upaya adaptasi lain seperti mengubah konstruksi dinding bagunan menjadi lebih tinggi ADAPTASI SPONTAN Subandono - KKP Penataan Ruang Kawasan = Usaha Mitigasi Bencana Mencegah/menghindari/menghilangkan bahaya terhadap kawasan (bisakah untuk bahaya alam?) Mengurangi kerentanan kawasan Meningkatkan ketahanan kawasan Rencana Tata Ruang Kawasan = Alat Mitigasi Bencana Subandono - KKP Dalam menyusun rencana pengelolaan & pemanfaatan WP-3K terpadu, Pemerintah dan/atau Pemda wajib memasukkan dan melaksanakan bagian yang memuat mitigasi bencana di WP-3K sesuai dengan jenis, tingkat & wilayahnya
Subandono - KKP Data Historis Gempa Yang Menyebabkan Tsunami Lokal di Daerah Model (Bali dan Sekitarnya) Daerah Model 1930.7.19 Ms=6.5 1985.4.13 Ms=5.2 1857.5.13 Ms=7.0 1956.7.25 1815.11.22 Ms=7.02 Daerah Patahan Peta Daerah Rawan Tsunami Dikembangkan dengan menggunakan data historis serta aplikasi model numerik Informasi ini selanjutnya akan diolah menggunakan Sistem Informasi Geografis 1994 1977 KONDISI AWAL MODEL SKALA KECIL NESTED GRID MODEL East Java Bali Indian Ocean Denpasar Indian Ocean Menit ke 0 East Java Lombok m BALI Denpasar Samudera Hindia Menit ke 5 Jawa Timur Lombok m Denpasar Samudera Hindia Menit ke 10 Jawa Timur Lombok m Denpasar Samudera Hindia Menit ke 15 Jawa Timur Lombok m Denpasar Samudera Hindia Menit ke 20 Jawa Timur Lombok m Denpasar Samudera Hindia Menit ke 25 Jawa Timur Lombok m Denpasar Samudera Hindia Menit ke 30 Jawa Timur Lombok m Denpasar Samudera Hindia Menit ke 35 Jawa Timur Lombok Denpasar m Denpasar Samudera Hindia Menit ke 40 Jawa Timur Lombok Denpasar m Denpasar Samudera Hindia Menit ke 45 Jawa Timur Lombok Denpasar m Denpasar Samudera Hindia Menit ke 50 Jawa Timur Lombok Denpasar m Denpasar Samudera Hindia Menit ke 55 Jawa Timur Lombok Denpasar m Denpasar Samudera Hindia Menit ke 60 Jawa Timur Lombok Denpasar m Hasil Plot Muka Air Maksimum dan Minimum Digital Elevation Model Pulau Bali Tampak Atas DESA PEMOGAN DESA PEDUNGAN KELURAHAN KUTA DESA SESETAN KELURAHAN SERANGAN DESA SANUR KAUH DESA PEMECUTAN KELOD KELURAHAN TUBAN KELURAHAN SIDAKARYA KELURAHAN SANUR KELURAHAN RENON KELURAHAN SEMINYAK KELURAHAN PANJER KELURAHAN KEDONGANAN KELURAHAN LEGIAN 296000 296000 298000 298000 300000 300000 302000 302000 304000 304000 306000 306000 308000 308000 310000 310000 9 0 3 0 0 0 0 9 0 3 0 0 0 0 9 0 3 2 0 0 0 9 0 3 2 0 0 0 9 0 3 4 0 0 0 9 0 3 4 0 0 0 9 0 3 6 0 0 0 9 0 3 6 0 0 0 9 0 3 8 0 0 0 9 0 3 8 0 0 0 N E W S 5 m 4 m 3 m 2 m 1 m Jalan Sungai/Kali Titi k Evakuasi Resiko Tinggi Genangan Jalur Evakuasi Kerentanan fisik dan lingkungan (jenis dan kekuatan struktur bangun-bangunan, kepadatan bangunan, bahan bangunan, greenbelt dsb.) Kerentanan sosial-kependudukan (jumlah dan kepadatan penduduk, struktur penduduk lanjut usia & balita, dsb.) Kerentanan sosial-ekonomi (jumlah/proporsi penduduk miskin, pengangguran, keseragaman pekerjaan, dsb) Kerentanan Kelembagaan (Peraturan perundangan termasuk tata ruang, Lembaga) J ENIS KERENTANAN DI WILAYAH PESISIR DAN PPK Subandono - KKP Tidak mungkin menghilangkan potensi natural hazard, kecuali hanya menurunkan risikonya dengan melakukan risk assessment terhadap seluruh potensi bahaya alam yang ada dan membangun alat mitigasi struktural dan non- struktural yang memungkinkan Menurunkan kerentanan kawasan terhadap keseluruhan potensi bahaya yang ada sekaligus (bukan hanya terhadap tsunami saja) Memperkuat ketahanan kawasan terhadap keseluruhan potensi bahaya yang dideteksi dengan penempatan fasilitas-fasilitas publik yang vital, terutama untuk evakuasi, hanya di lokasi yang relatif paling aman KONSEPSI DASAR PENATAAN RUANG AKRAB BENCANA Subandono - KKP UPAYA MITIGASI BENCANA SECARA MENYELURUH UPAYA STRUKTUR (FISIK) ALAMI: vegetasi pantai pengelolaan ekosistem pesisir
BUATAN : penyediaan tempat logistik; penyediaan sistem peringatan dini; penggunaan bangunan peredam tsunami; penyediaan fasilitas penyelamatan diri; penggunaan konstruksi bangunan ramah bencana gempa dan tsunami penyediaan prasarana dan sarana kesehatan.
UPAYA NONSTRUKTUR (NON FISIK), a.l: Penyusunan peraturan perundang-undangan Penyusunan peta rawan bencana Penyusunan peta risiko bencana Penyusunan AMDAL Penyusunan tata ruang Penyusunan Rencana Zonasi Pendidikan, penyuluhan, dan penyadara masyarakat MENGURANGI BESARNYA KERUGIAN AKIBAT BENCANA Subandono - KKP Optimasi sumber daya dalam ruang Sinergi aktivitas/kegiatan pemanfaatan ruang Minimasi konflik antar sumber daya dan antar stakeholders tata ruang Menetapkan konsensus TINGKAT RISIKO yang diambil & implikasinya Proses perencanaan partisipatif Subandono - KKP MENATA RUANG KAWASAN POSITIVISME PERENCANA FENOMENA PRAGMATISME WARGA KONDISI IDEAL TINGKAT SAFETY MAKSIMUM (TOTAL SAFE) BENCANA ITU TAKDIR TINGKAT SAFETY RENDAH ASAL DAPAT DIMANFAATKAN ? Subandono - KKP PERSOALAN PENENTUAN TINGKAT RISIKO KAWASAN RENCANA YANG DIAMBIL KOMPROMI LHOK NGA Before Tsunami 5 yaeras after Tsunami Just After Tsunami Sumber : http://www.spectroscopynow.com Sumber : http://www.spectroscopynow.com Sumber : Googleearth, 28 Desember 2011 KOTA MEULABOH (Before Tsunami) Sumber : http://www.spect roscopynow.com Citra Sesaat Setelah Tsunami KOTA MEULABOH (Just AfterTsunami) Sumber : http://www.spect roscopynow.com Citra Tanggal : 28 Desember 2011 KOTA MEULABOH (5 years after Tsunami) Sumber : Googleearth Citra : Sebelum Tsunami KOTA MEULABOH (Before Tsunami) Sumber : http://www.spect roscopynow.com KOTA MEULABOH (Just After Tsunami) Sumber : http://www.spect roscopynow.com Citra Sesaat Setelah Tsunami KOTA MEULABOH (5 Years Tsunami) Sumber : Googleearth Citra Tanggal : 28 Desember 2011 Pilihan Kota besar Kota kecil Perdesaan Menghindari pengembangan daerah terpaan.
Pemanfaatan secara selektif ruang di kawasan terpaan
Konstruksi bangunan ideal anti gempa & tsunami
Pembelokan arus tsunami
Buffer zone
Tanggul penahan tsunami/rob
Bangunan penyelamat
Ket.: = Besar peluang untuk diterapkan; = Kemungkinan masih dapat diterapkan; = Kecil kemungkinan untuk diterapkan; Subandono - KKP ALTERNATIF PENANGANAN TATA RUANG KAWASAN PESISIR RAWAN TSUNAMI BERDASARKAN TIPE KAWASAN PENANGANAN a. Prinsip 1 : kenali kawasan pesisir rawan bencana/sebagai ancaman (tsunami, gempa, banjir, abrasi, sea level rise, badai, gelombang pasang); b. Prinsip 2 : kenali bentuk dan tipe wilayah pesisir (landai terjal, berbatu, berpasir,dll); c. Prinsip 3 : identifikasi potensi sumber daya wilayah pesisir (perikanan, pariwisata, pemukiman, transportasi, dll) d. Prinsip 4 : identifikasi kebutuhan kawasan konservasi dan perlindungan bencana (mangrove, karang, hutan pantai, pulau penghalang, sand dune dll); e. Prinsip 5 : kenali karakter/fungsi sarana dan prasarana wilayah yang ditempatkan (break water, pelabuhan, bangunan tinggi, dll); f. Prinsip 6 : kenali karakter sosio-budaya, sosio-ekonomi wilayah pesisir (menentukan kerentanan dan resiko); g. Prinsip 7: kembangkan konsep zonasi/penataan ruang dgn keindahan, keselamatan, keberaturan Subandono - KKP Proses Perencanaan Tata Ruang Kawasan Pesisir terhadap tsunami/rob Kondisi fisik, sosial, ekonomi sebelum gempa/tsunami Kondisi fisik, sosial, ekonomi sesudah gempa/tsunami Analisis tingkat kerusakan Wilayah terpaan/ kerusakan Bukan wilayah terpaan/kerusakan Hindarkan wilayah terpaan/rusak untuk pembangunan Dapat dihindari? Pengembangan fungsi lindung; taman, pertanian, perikanan, RTH. Penataan pembangunan baru Kurangi resiko tsunami: - memperlambat arus. - membelokkan air - menghambat terpaan air Alokasi fungsi: - tidak bernilai tinggi. - intensitas rendah. - pembangunan kluster pada lokasi beresiko rendah Perancangan dan pembangunan bangunan baru untuk mengurangi kerusakan. Tindakan pencegahan Rencana Evakuasi: - vertikal. - horisontal. Y T Subandono - KKP
Subandono - KKP SENDAI CITY : LAND USE PLAN
(kala ulang ribuan tahun) (kala ulang ratusan tahun) Subandono - KKP SENDAI CITY : TSUNAMI PREVENTION UU NO.26/2007 Tentang PENATAAN RUANG UU No.27/2007 Tentang PWP3K PP No.26/2008 Tentang RTRWN
Penjelasan Pasal 5 Ayat (2) huruf b:
kawasan perlindungan setempat, antara lain, SEMPADAN PANTAI, sempadan sungai, kawasan sekitar danau / waduk, dan kawasan sekitar mata air.
Pasal 1 angka 21:
Sempadan pantai adalah daratan sepanjang tepian yang lebarnya proporsional dengan bentuk dan kondisi fisik pantai, minimal 100 meter dari titik pasang tertinggi ke arah darat.
Dalam Penjelasan: Cukup jelas.
Pasal 56 Ayat (1):
Sempadan pantai sbgmn dmksd dalam Pasal 52 Ayat (2) huruf a ditetapkan dengan kriteria: a. daratan sepanjang tepian laut dengan jarak paling sedikit 100 m dari titik pasang air laut tertinggi ke arah darat; atau b. daratan sepanjang tepian laut yang bentuk dan kondisi fisik pantainya curam atau terjal dengan jarak proporsional terhadap bentuk dan kondisi fisik pantai. PERATURAN PERUNDANG2AN YANG TERKAIT DENGAN DEFINISI SEMPADAN PANTAI SEMPADAN PANTAI DALAM UU NO. 27 TAHUN 2007 TENTANG PENGELOLAAN WP3K
Pasal 31
(1) Pemerintah Daerah menetapkan batas sempadan pantai yang disesuaikan dengan karakteristik topografi, biofisik, hidro- oseanografi pesisir, kebutuhan ekonomi dan budaya, serta ketentuan lain.
(2) Penetapan batas sempadan pantai mengikuti ketentuan : a. Perlindungan terhadap gempa dan/atau tsunami; b. Perlindungan pantai dari erosi atau abrasi; c. Perlindungan sumberdaya buatan di pesisir dari badai, banjir, dan bencana alam lainnya; d. Perlindungan terhadap ekosistem pesisir seperti lahan basah, mangrove, terumbu karang, padang lamun, gumuk pasir, estuaria, dan delta; e. Pengaturan akses publik; serta f. Pengaturan untuk saluran air dan limbah.
(3) Ketentuan lebih lanjut mengenai batas sempadan pantai sebagaimana dimaksud pada ayat (2) diatur dengan Peraturan Presiden.
UU No.27/2007 tentang PWP3K UU No.27/2007 Pasal 31 Faktor Kerentanan (internal) Ayat (1) : Pem.Daerah menetapkan Batas Sempadan Pantai yang disesuaikan dengan KARAKTERISTIK (pantai) Ayat (2): Penetapan Batas Sempadan Pantai mengikuti ketentuan a - f Faktor Ancaman (eksternal)
Ayat (3): Ketentuan ayat (2) diatur dengan Peraturan Presiden Bagaimana: Cara menghitung lebar batasnya Tata cara penetapannya RANCANGAN PERPRES TENTANG BATAS SEMPADAN PANTAI Psl 6 Ayat (2): Penetapan BSP mengikuti ketentuan a - f a; b; c d e; f Ditentukan berdasarkan tingkat risiko bencana (Tinggi; Sedang; Rendah) Indeks KERENTANAN Indeks ANCAMAN Ditentukan berdasarkan batas akhir keberadaan ekosistem pesisir ke arah darat Ekosistem pesisir : a. Lahan basah b. Mangrove c. Terumbu karang d. Padang lamun e. Gumuk pasir f. Estuaria;dan g. Delta Ditentukan berdasarkan jenis dan intensitas aktivitas di wilayah pesisir Psl 7 ayat (1) Psl 7 ayat (2) Psl 19 R = A * K
R = tingkat risiko A = tingkat ancaman K = tingkat kerentanan
Psl 20 Psl 6 ayat (2) huruf d Tinggi; Sedang; Rendah Tinggi; Sedang; Rendah Psl 7 ayat (3) Pasal 24
1) Sempadan Pantai yang telah ditetapkan, diprioritaskan untuk: a.ruang terbuka hijau; dan/atau b.mitigasi bencana di Wilayah Pesisir dan Pulau-Pulau Kecil.
2) Sempadan Pantai sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dapat dimanfaatkan untuk: a. perikanan; b. pertanian; c. rekreasi Pantai; d. kehutanan; e. kegiatan penelitian; f. pertahanan dan keamanan; g. objek vital nasional; h. kepelabuhanan; i. bandar udara; j. perlindungan maritim; dan/atau k. ritual keagamaan. BAB III PEMANFAATAN SEMPADAN PANTAI 3) Pemanfaatan Sempadan Pantai selain sebagaimana dimaksud pada ayat (2) ditetapkan oleh Menteri.
4) Pemanfaatan Sempadan Pantai sebagaimana dimaksud dalam ayat (2) dan ayat (3) wajib memenuhi persyaratan: a. memberikan akses publik untuk melewati Pantai; b. membangun struktur dan sistem perlindungan Pantai yang memadai; c. memberikan alokasi ruang untuk saluran air dan limbah; dan d. dilarang menurunkan luas, nilai ekologis, dan estetika kawasan.
Pasal 25
Ketentuan lebih lanjut mengenai pemanfaatan Sempadan Pantai diatur dengan Peraturan Menteri PP No.26/2008 (Pasal 100) RANPERPRES SPD PANTAI (Pasal 24 dst) Pemanfaatan ruang untuk ruang terbuka hijau Ruang terbuka hijau Pengembangan struktur alami dan struktur buatan untuk mencegah abrasi Mitigasi bencana di wilayah pesisir dan pulau- pulau kecil Pendirian bangunan yang dibatasi hanya untuk menunjang kegiatan rekreasi pantai Rekreasi pantai Ketenuan pelarangan pendirian bangunan selain yang dimaksud pada huruf c
(Belum ada pengaturan lebih lanjutnya) Tidak semua bangunan yang tidak menunjang kegiatan rekreasi pantai otomatis dilarang, karena masih ada kegiatan lain yang lokasinya harus di tepi pantai, sehingga diatur jenisnya dalam pasal 24 Ketentuan pelarangan semua jenis kegiatan yang dapat menurunkan luas, nilai ekologis, dan estetika kawasan Dilarang menurunkan luas, nilai ekologis, dan estetika kawasan
PERSANDINGAN BEBERAPA NORMA YANG DIATUR DI DALAM PP No.26/2008 DENGAN RANPERPRES BATAS SEMPADAN PANTAI Pada prinsipnya tidak ada tata ruang kawasan pesisir/RZWP-3-K yang sama atau seragam, meskipun sama-sama rawan bencana tsunami (mis: Hilo di Hawaii, Crescent di California, Taro di Jepang, atau Banda Aceh di Indonesia), karena selain faktor lokal (fisik, sosial, ekonomi) yang berbeda, selalu harus ada kompromi antara tataran konsepsi ideal (total safe!) dengan tataran pragmatisme masyarakat. Tata ruang/RZWP-3-K sebagai alat mitigasi bencana pada prinsipnya adalah menetapkan tingkat risiko yang dapat diterima/ditanggung oleh seluruh stakeholders Tata ruang kawasan pesisir/RZWP-3-K rawan bencana tsunami pada prinsipnya adalah tata ruang komposit yang juga sudah harus memasukkan faktor-faktor kerawanan bahaya alam lainnya seperti gempa, longsor, likuifaksi, banjir, badai/angin kencang, dll, di samping bencana teknologi dan bencana akibat ulah manusia. Subandono - KKP PENUTUP