Anda di halaman 1dari 25

LAPORAN PRAKTIKUM

PENENTUAN KADAR PROTEIN





NAMA : RESKY DWI CAHYATI
NIM : H311 12 015
KELOMPOK : II (DUA)
HARI/ TGL. PERC. : KAMIS/27 FEBRUARI 2014
ASISTEN : SARTIKA
























LABORATORIUM BIOKIMIA
JURUSAN KIMIA
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS HASANUDDIN
MAKASSAR
2014
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar belakang
Protein merupakan zat yang berguna bagi kebutuhan manusia. Protein
memiliki fungsi yang sangat peting bagi kehidupan manusia yaitu untuk
membangun sel tubuh baru dan mengganti sel lama yang telah rusak. Pengukuran
kadar protein suatu bahan sangat diperlukan karena kandungan protein yang dimiliki
setiap bahan makanan berbeda-beda (Poedjiadi, 1994).
Protein ialah biopolimer yang terdiri atas banyak asam amino yang
berhubungan satu dengan lainnya lewat ikatan amida (peptida). Protein memainkan
beberapa peran dalam sistem biologis. Beberapa protein merupakan komponen
utama dari jaringan struktur (otot, kulit, kuku, rambut). Protein lain mengangkut
molekul dari satu bagian ke bagian lain dalam makhluk hidup. Masih ada lagi yang
bertindak sebagai katalis dalam banyak rekasi biologis yang diperlukan untuk
mempertahankan hidup (Day dan Underwood, 2002).
Kadar protein yang terkandung dalam setiap bahan berbeda-beda. Karena itu,
pengukuran kadar protein suatu bahan sangat diperlukan. Untuk dapat menghitng
kadar protein, maka diperlukan spektrofotometer dengan cara penembakan sampel.
Untuk itulah maka pada praktikum kali ini dilakukan percobaan untuk menentukan
kadar protein dari berbagai sampel (Day dan Underwood, 2002).
Untuk berbagai keperluan, kadar suatu protein dapat ditentukan. Penentuan
kadar dalam bahan makanan pada umumnya dilakukan berdasarkan penerapan
empiris atau secara tidak langsung, karena pembentukan kadar protein secara absolut
sukar dilakukan sehingga metode tersebut hanya dilakukan untuk keperluan yang
mendasar saja. Penentuan kadar protein dapat dilakukan dengan berbagai metode
bergantung pada jenis sampel dan ketersediaan alat serta bahan (pereaksi). Metode
yang paling umum digunakan adalah metode Kjeldahl, Lowry dan Biuret.
Berdasarkan teori di atas, maka dilakukanlah percobaan kali ini, yakni
penentuan kadar protein dengan menggunakan metode Lowry.
1.2 Maksud dan Tujuan Percobaan
1.2.1 Maksud Percobaan
Maksud dari percobaan ini adalah untuk memahami dan mempelajari cara
penentuan kadar protein dalam suatu sampel dengan menggunakan metode Lowry.

1.2.2 Tujuan Percobaan
Tujuan dari percobaan ini adalah untuk menentukan kadar protein dalam
suatu sampel dengan metode Lowry menggunakan spektrofotometer.

1.3 Prinsip Percobaan
Prinsip dari percobaan ini adalah menentukan kadar protein dalam beberapa
sampel cair yang telah dibuat terlebih dahulu dengan menggunakan metode Lowry
dimana pada sampel tersebut akan ditambahkan Lowry A dan Lowry B kemudian
diukur absorbansinya pada panjang gelombang maksimum menggunakan
spektrofotometer UV-VIS.

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

Protein merupakan suatu zat makanan yang sangat penting bagi tubuh karena
zat ini berfungsi sebagai sumber energi dalam tubuh serta sebagai zat pembangun
dan pengatur. Protein adalah polimer dari asam amino yang dihubungkan dengan
ikatan peptida. Molekul protein mengandung unsur-unsur C, H, O, N, P, S, dan
terkadang mengandung unsur logam seperti besi dan tembaga (Katili, 2009).
Protein merupakan senyawa organik pembangunan dasar makhluk hidup.
Oleh karena itu, protein memiliki daya tarik bagi para biokimiawan. Protein
merupakan konstituen utama dari kulit jaringan syaraf, tendon, otot rambut dan
darah, serta protein eksis dalam semua sel yang hidup (Stevens, 2001).

H
2
N CH
R
C
O
NH
CH
COOH
R'

Gambar 1. Struktur umum protein dengan 2 asam amino
Protein adalah biopolimer yang terdiri atas banyak asam amino yang
berhubungan satu dengan lainnya melalui ikatan amida (peptida). Protein
memainkan berbagai peranan dalam sistim biologis. Beberapa protein merupakan
komponen utama dari jaringan struktur (otot, kulit, kuku, rambut). Protein lain
mengangkut molekul dari satu bagian ke bagian lain dalam makhluk hidup, juga ada
yang bertindak sebagai katalis dalam banyak reaksi biologis yang diperlukan untuk
mempertahankan hidup (Hart dkk., 2003).
Protein mempunyai peranan kunci dalam proses biologis dalam semua tingkat
organisme, baik organisme tingkat rendah sampai dengan organisme tingkat tinggi.
Peran biologis tersebut mempunyai cakupan yang sangat luas, antara lain seperti
transport dan penyimpanan, pengaturan dan koordinasi gerak, penunjang mekanik,
proteksi terhadap imun, rangsangan, intergrasi metabolisme, kontrol pertumbuhan
dan diferensiasi. Antibodi merupakan protein yang sangat spesifik dan dapat
mengenal serta berkombinasi dengan benda asing seperti virus, bakteri dan sel yang
berasal dari organisme lain, membangkitkan dan menghantar imfuls saraf
(Katili, 2009).
Molekul protein sendiri merupakan rantai panjang yang tersusun oleh
matarantai asam-asam amino. Asam amino adalah senyawa yang memiliki satu atau
lebih gugus karboksil (-COOH) dan satu atau lebih gugus amino (-NH
2
) yang salah
satunya terletak pada atom C tepat sebelah gugus karboksil (atau atom C alpha).
Asam-asam amino yang berbeda-beda (ada 20 jenis asam amino dalam protein
alamiah) bersambung melalui ikatan peptida yaitu ikatan antara gugus karboksil
suatu asam amino dengan gugus amino dari asam amino yang di sampingnya
(Sudarmadji, 1989).

Biosintesis protein alami sama dengan ekspresi genetik. Kode genetik yang
dibawa DNA ditranskripsi menjadi RNA, yang berperan sebagai cetakan bagi
translasi yang dilakukan ribosom. Sampai tahap ini, protein masih mentah, hanya
tersusun dari asam amino proteinogenik. Melalui mekanisme pascatranslasi,
terbentuklah protein yang memiliki fungsi penuh secara biologi (Stevens, 2001).
Ada empat struktur dasar dari protein, yaitu struktur primer, sekunder, tersier
dan kuarterner. Struktur primer menunjukkan jumlah jenis dan urutan sama amino
dalam molekul protein. Oleh karena ikatan antar asam amino ialah ikatan peptida
maka struktur primer protein juga menunjukkan ikatan peptida yang urutannya
diketahui. Untuk mengetahui jumlah, jenis dan urutan asam amino dalam protein
dilakukan analisis yang terdiri dari beberapa tahap yaitu (Poedjiadi, 1994):
1. Penentuan jumlah rantai polipeptida yang berdiri sendiri
2. Pemecahan ikatan antara rantai polipeptida
3. Pemecahan masing-masing rantai polipeptida
4. Analisis urutan asam amino pada rantai polipeptida.
Ditinjau dari strukturnya, protein dapat dibagi dalam dua golongan besar
yaitu golongan protein sederhana dan protein gabungan. Yang dimaksud dengan
protein sederhana adalah protein yang hanya terdiri atas molekul-molekul asam
amino, sedangkan protein gabungan adalah protein yang terdiri atas protein dan
gugus bukan protein. Gugus ini disebut gugus prostetik dan terdiri atas karbohidrat,
lipid atau asam nukleat. Protein sederhana dapat dibagi dalam dua bagian menurut
bentuk molekulnya yaitu protein fiber dan protein globular. Protein fiber
mempunyai bentuk molekul panjang seperti serat atau serabut sedangkan protein
globular berbentuk bulat (Poedjiadi, 1994).

Penentuan kadar protein dapat dilakukan dengan berbagai metode,
bergantung pada jenis sampel dan ketersediaan alat serta bahan (pereaksi). Metode
yang umum digunakan adalah metode Kjedahl, Lowry dan Biuret. Penentuan kadar
protein dengan metode biuret didasarkan atas pengukuran absorban dari senyawa
kompleks antara protein dengan pereaksi biuret yang berwarna ungu. Hal ini terjadi
apabila protein bereaksi dengan tembaga (salah satu komponen dari biuret) dalam
suasana basa. Prinsip kerja metode Lowry adalah reduksi Cu
2+
dari CuSO
4
(Reagen
Lowry B) menjadi Cu
+
oleh tirosin, triptofan dan sistein yang terdapat dalam
protein. Ion Cu
+
bersama dengan fosfomolibdat dan fosfotungstat yang terkandung
dalam reagen Folin membentuk warna biru yang dapat ditera oleh spektrofotometer
(Septiani dkk., 2004).

Beberapa metode yang sering digunakan antara lain (Sudarmadji, 1996):
1. Metode Spektrofotometer UV
Kebanyakan protein mengabsorbsi sinar ultraviolet maksimum pada 280 nm.
Hal ini terutama untuk mengidentifikasi adanya asam amino tirosin, triptofan,
dan fenilalanin yang ada pada protein tersebut. Pengukuran protein berdasarkan
absorbsi sinar UV adalah cepat, mudah dan tidak merusak bahan. Untuk
keperluan perhitungan digunakan pula kurva standar.
2. Metode Turbidimetri atau Kekeruhan
Metode ini didasarkan pada kekeruhan yang terbentuk pada larutan yang
mengandung protein apabila ditambahkan bahan pengendap protein misalnya
Tri Chloro Acetic Acid (TCA), kalium ferri sianida [K
4
Fe(CN)
6
] atau asam
sulfosalisilat.
3. Metode Pengecatan
Beberapa bahan pewarna misalnya Orange G. Orange 12 dan Amido Black
dapat membentuk senyawaan berwarna dengan protein dan menjadi tidak larut.
Dengan mengukur sisa bahan pewarna yang tidak bereaksi dalam larutan
(dengan kolorimeter), maka jumlah protein dapat ditentukan dengan cepat.
Metode Spektrofotokopi dengan untraviolet yang yang diserap bukan cahaya
tampak cahaya ultra ungu (Ultraviolet). Dalam Spektrofotokopi ultra ungu energi
cahaya tampak terserap digunakan untuk transfuse electron. Karena energi Cahaya
Ultraviolet dapat menyebabkan transfuse elektron (Hendayana, 1994).
Spektrofotometri menyiratkan pengukuran jauhnya pengabsorpsian energi
cahaya oleh suatu system kimia itu sebagai fungsi dari panjang gelombang radiasi.
Spektrofotometer iltraviolet-cahaya tampak (UV-VIS) adalah salah satu jenis
spektrofotometri. Semua molekul yang dapat mengabsorpsi radiasi dalam daerah
UV-tampak karena mereka mengandung elektron, baik berpasangan maupun tidak
berpasangan, yang dapat dieksitasikan ketingkat energi yang lebih tinggi. Panjang
gelombang dimana absorpsi itu terjadi, bergantung pada berapa kuat elektron itu
terikat dalam molekul itu. Electron dalam suatu ikatan kovalen tunggal terikat
dengan kuat dan doperlikan radiasi berenergi tinggi atau panjang gelombang pendek
untuk eksitasinya (Day dan Underwood, 2002).



BAB III
METODOLOGI PERCOBAAN

3.1 Bahan

Bahan-bahan yang digunakan pada percobaan ini adalah larutan induk
(BSA 1 mg/mL), Lowry B (Na
2
CO
3
2 % dalam NaOH 0,1 N, larutan
Na-K Tartrat 2 % dan larutan CuSO
4
.5H
2
O), Lowry A (larutan Follin Clocalteus dan

akuades), larutan standar (0,02; 0,04; 0,06; 0,08; 0,10; 0,12) M, larutan sampel,
blanko, akuades, tissue roll dan kertas label.

3.2 Alat
Alat-alat yang digunakan pada percobaan ini adalah rak tabung, tabung
reaksi, gelas kimia 100 mL, gelas kimia 400 mL, pipet skala 0,2 mL, pipet skala
1 mL, pipet skala 5 mL, filler pipet, corong, labu semprot, neraca analitik, sendok
tanduk, batang pengaduk, labu takar 25 mL, pipet tetes, spektrofotometer 20 D+ dan
bulb.

3.3 Prosedur Kerja

3.3.1 Pembuatan Larutan Induk
Dalam percobaan ini tidak ada pembuatan larutan induk, karena larutan
induk BSA telah tersedia di laboratorium.

3.3.2 Pembuatan Larutan Standar
Larutan standar dibuat dengan cara melakukan pengenceran terhadap larutan
induk BSA. Terlebih dahulu dihitung banyaknya volume yang ingin dipipet dan

volume yang ingin ditambahkan yang telah diketahui konsentrasinya dan volume
totalnya. Setelah diketahui disediakan 6 buah tabung reaksi yang bersih dan kering.
Kemudian dengan menggunakan pipet skala 0,2 mL, larutan induk dipipet sesuai
dengan volume yang telah dihitung masing-masing dengan konsentrasinya. Lalu
ditambahkan akuades dengan volume yang telah dihitung seperti pada tabel di
berikut ini:

Tabel 1. Pembuatan larutan standar
Konsentrasi (M)
Volume larutan
induk (mL)
Volume aquades
(mL)
Volume Total
(mL)
0,02 0,04 1,96 2,00
0,04 0,08 1,92 2,00
0,06 0,12 1,88 2,00
0,08 0,16 1,84 2,00
0,10 0,20 1,80 2,00
0,12 0,24 1,76 2,00


3.3.3 Pembuatan Reagen Lowry
Pada pembuatan pereaksi Lowry A yaitu dengan pencampuran antara follin
dengan akuades dengan perbandingan 1 : 1, digunakan follin sebanyak 2 mL dan
akuades 2 mL. Kemudian dengan menggunakan pipet skala 5 mL, follin dan
akuades dipipet lalu dimasukkan ke dalam gelas kimia 10 mL. Lalu larutan
dihomogenkan.
Pembuatan Lowry B dilakukan dengan mencampurkan Na
2
CO
3
dalam NaOH
0,1 N, larutan CuSO
4
.5H
2
O 1 %, dan larutan Na-K-Tartrat 2 % dengan
perbandingan 100 : 1 : 1. Diambil larutan Na
2
CO
3
dalam NaOH 0,1 N sebanyak
25 mL, ditambahkan dengan 0,25 mL larutan CuSO
4
.5H
2
O 1 % dan ditambahkan
lagi dengan 0,25 mL Na-K-Tartrat 2 %, lalu dihomogenkan.
3.3.4 Preparasi Sampel
Larutan sampel dilakukan dengan pengenceran 100 kali, yaitu dengan
memipet sampel sebanyak 0,02 mL, lalu diencerken dengan cara ditambahkan
akuades sebanyak 1,98 mL sehingga volume total menjadi 2 mL. Kemudian
dihomogenkan.

3.3.5 Penentuan Kadar Protein
Disediakan 6 buah tabung reaksi yang telah berisi 2 mL larutan standar pada
konsentrasi berturut-turut 0,2; 0,4; 0,6; 0,8; 1,0 dan 1,2 mg/mL, 1 buah tabung reaksi
yang diisi blanko sebanyak 2 mL dan 1 buah tabung reaksi yang diisi 2 mL larutan
sampel, masing-masing ditambah dengan 2,75 mL reagen Lowry B, kemudian
dikocok dan didiamkan selama 15 menit. Setelah itu ditambah lagi dengan 0,25 mL
larutan Lowry A, dikocok dan didiamkan pada suhu kamar selama 30 menit. Lalu
diukur absorbansinya dengan spektrofotometer 20D+ pada panjang gelombang
maksimum tertentu (ditentukan terlebih dahulu).











BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Hasil Pengamatan
Pada percobaan ini digunakan spektrofotometer untuk menentukan kadar
protein yaitu dengan cara mengukur absorbansinya. Sebelum mengukur absorban
dari masing-masing larutan, terlebih dahulu dilakukan pengukuran panjang
gelombang maksimum. Konsentrasi yang digunakan untuk menentukan panjang
gelombang maksimum adalah 0,06 M. Data panjang gelombang dapat dilihat pada
tabel di bawah ini :

Tabel 2. Data Hasil Penentuan Panjang Gelombang Maksimum
(nm) Absorban
610 0.044
620 0.057
630 0.055

Grafik 1. Hasil Penentuan Panjang Gelombang Maksimum

0
0.01
0.02
0.03
0.04
0.05
0.06
600 610 620 630 640
A
b
s
o
r
b
a
n
s
i

Panjang Gelombang
Setelah didapatkan panjang gelombang maksimum, dengan menggunakan
panjang gelombang ini kita dapat menentukan kadar protein pada masing-masing
konsentrasi dengan menggunakan spektrofotometer. Sehingga didapatkan data di
bawah ini.

Tabel 2. Data Hasil Pengamatan Penentuan Kadar Protein
Konsentrasi Absorban
0,02 -0.009
0,04 0,009
0,06 0,057
0,08 0,065
0,10 0,097
0,12 0,073
Sampel 0,041
Blanko 0

Grafik 2. Hasil Pengamatan Penentuan Kadar Protein

y = 0.9743x - 0.0195
R = 0.814
-0.02
0
0.02
0.04
0.06
0.08
0.1
0.12
0 0.02 0.04 0.06 0.08 0.1 0.12 0.14
a
b
s
o
r
b
a
n
s
i

Konsentrasi
NH
2
CH
R
C
O
O
NH
2
CH
R
C
O
O NH CH
R
C
O
HO
NH CH
R
C
O
OH
Cu
2+
NH
2
CH
R
C
O
NH CH
R
C
O
NH CH
R
C
O
ONa + CuSO
4
NH
2
CH
R
C
O
NH CH
R
C
O
NH CH
R
C
O
OH
+ NaOH

Berdasarkan grafik di atas, diperoleh persamaan y = 0,974x - 0,019.
Data absorbansi yang diperoleh disubstitusikan ke dalam persamaan standar
y = 0,974x - 0,019. Dimana y adalah absorbansi dan x adalah kadar protein.

Diketahui : y = 0,041
0,041 = 0,974x - 0,019
0,974x = 0,06
x =


x = 0,062 mg/mL
Selanjutnya dikalikan dengan faktor pengenceran sehingga didapatkan :
Kadar protein = 0,062 mg/mL x 100
= 100,06 mg/mL
Jadi, kadar protein dalam sampel adalah 100,06 mg/mL.

4.2 Reaksi
Adapun reaksi yang terjadi adalah sebagai berikut:












H
2
N CHC
CH
2
OH
O
OH
H
3
PO
4
(MoO
3
)
13
+ + H
2
O
H
2
N CHC
CH
OH
O
O
+
atau
H
2
(PMo
13
O
40
)
H
3
(PMo
13
O
40
)





4.3 Pembahasan
Pada percobaan ini ditentukan kadar protein dalam suatu sampel dengan
menggunakan metode Lowry. Penentuan kadar protein ini didasarkan pada reaksi
protein dengan asam fosfotungstat-fosfomolibdat pada suasana alkalis akan
memberikan warna biru yang mana intensitas dari warnanya bergantung pada
konsentrasi dari protein tersebut. Berdasarkan hal inilah sehingga kita dapat
mengukur absorbannya dengan menggunakan spektrofotometer.
Prinsip metode Lowry adalah reaksi antara Cu
2+
dengan ikatan peptida dan
reduksi asam fosfomolibdat dan asam fosfotungstat oleh tirosin dan triptofan akan
menghasilkan warna biru. Warna yang terbentuk terutama dari hasil fosfomolibdat
dan fosfotungstat. Oleh karena itu warna yang terbentuk tergantung dari tirosin dan
triptofan yang terdapat dalam protein.
Larutan Lowry yang digunakan pada percobaan ini ada dua macam yaitu
Lowry A dan Lowry B. Asam fosfotungstat dan fosfomolibdat dari larutan Lowry A
berfungsi memberikan warna pada larutan yaitu warna biru, dimana intensitas
warnanya bergantung pada konsentrasi dari protein itu sendiri. Sedangkan pada
pembuatan pereaksi Lowry B, bahan-bahan dalam pereaksi Lowry ini memiliki
fungsi yang berbeda-beda. CuSO
4
berfungsi untuk mereduksi fosfomolibdat dan
fosfotungstat, Na-K-Tartrat berfungsi untuk mencegah terjadinya pengendapan
kupro oksida dalam pereaksi Lowry B, sedangkan Na
2
CO
3
digunakan sebagai garam
yang mengkoordinasikan reaksi dalam suasana basa bersama dengan NaOH.
Pereaksi Lowry B diteteskan pada larutan sampel, larutan sampel dan blanko
kemudian dikocok perlahan agar bercampur dengan baik dan didiamkan selama 10
menit agar reaksi berlangsung sempurna. Setelah itu ditambahkan pereaksi Lowry
A, dihomogenkan lalu didiamkan selama 20 menit pada suhu kamar. Hal ini
dilakukan agar reaksi berlangsung sempurna. Reagen Lowry B ditambahkan terlebih
dahulu agar larutan CuSO
4
dapat mereduksi asam fosfotungstat dan fosfomolibdat
yang terdapat pada Lowry A. Asam fosfotungstat dan fosfomolibdat inilah yang
memberikan warna biru pada larutan ini. Setelah itu diukur absorbansinya
menggunakan spektrofotometer.
Pada percobaan ini dilakukan pengenceran 100 kali agar larutan tidak pekat
sehingga absorbannya dapat diukur pada spektrofotometer karena konsentrasi
larutan dan tebal media dapat mempengaruhi pengukuran absorbansi.
Dari percobaan yang telah dilakukan didapatkan persamaan standar
y = 0,974x - 0,019. Dari persamaan tersebut dapat diketahui kadar protein dalam
sampel, yaitu sebesar x = 0,0616 mg/mL, kemudian nilai tersebut dikalikan dengan
faktor pengenceran yang digunakan yaitu 100, sehingga didapatkan kadar protein
dalam sampel adalah 100,061 mg/mL.







BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 Kesimpulan
Berdasarkan hasil percobaan yang dilakukan dapat disimpulkan bahwa
dengan menggunakan metode Lowry diperoleh kadar protein dalam sampel adalah
100,06 mg/mL.

5.2 Saran
5.2.1 Saran Untuk Percobaan
Sebaiknya menggunakan metode yang tidak memerlukan waktu yang lama.

5.2.1 Saran Untuk Laboratorium
Sebaiknya alat laboratorium diperbanyak, terutama bulp. Agar tidak ada
hambatan dalam percobaan serta waktu yang digunakan lebih efisien.

5.2.2 Saran Untuk Asisten
Sebaiknya menjelaskan prosedur percobaan secara menyeluruh dan jelas
sebelum dilakukan percobaan, agar praktikan tidak bingung.

DAFTAR PUSTAKA

Day, R.A., dan Underwood, A.L., 2002, Analisis Kimia Kuantitatif Edisi Keenam,
diterjemahkan oleh Iis Sopyan, Erlangga, Jakarta.
Hart, H., Craine, L.E., dan Hart, J.D., 2003, Kimia Organik Edisi Kesebelas,
diterjemahkan oleh Suminar Setiati Achmadi, Erlangga, Jakarta.

Hendayana, 1994, Kimia Analitik Instrumen Edisi I, IKIP Semarang Press.
Semarang.

Katili, A.S., 2009, Struktur dan Fungsi Protein Kalogen, Jurnal Pelangi Ilmu,
2 (5) : 197-1000.

Poedjadi, A., 1994, Dasar-dasar Biokimia, UI-Press, Jakarta.

Septiani, Y., Tjahjadi, P., dan Artini, P., 2004, Kadar Karbohidrat, Lemak, dan
Protein pada Kecap dari Tempe, Bioteknologi, 1 (2) : 48-53,

Stevens, M.P., 2001, Kimia Polimer, Pradnya Paramita, Jakarta.

Sudarmadji, S., 1989, Analisa Bahan Makanan dan Pertanian, Liberty Yogyakarta,
Yogyakarta.

Tim Penyusun, 2014, Penuntun Praktikum Biokimia, Laboratorium Biokimia
Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Hasanuddin,
Makassar.



LEMBAR PENGESAHAN



















Makassar, 4 Maret 2014
ASISTEN PRAKTIKAN


SARTIKA RESKY DWI CAHYATI
Lampiran I
Bagan Kerja
1. Pembuatan Larutan Induk BSA 1 mg/mL







2. Pembuatan Larutan Standar
a. Larutan Standar 0,02 mg/mL

Dipipet sebanyak 0,04 mL ke dalam tabung reaksi
Ditambahkan akuades sebanyak 1,96 mL
Dihomogenkan
Diberi label


b. Larutan Standar 0,04 mg/mL

Dipipet sebanyak 0,08 mL ke dalam tabung reaksi
Ditambahkan akuades sebanyak 1,92 mL
Dihomogenkan
Diberi label

10 mg BSA
- Dimasukkan ke dalam labu ukur 10 mL
- Dilarutkan dengan akuades hingga tanda garis
- Dihomogenkan
Hasil
Larutan BSA 1 mg/mL
Hasil
Larutan BSA 1 mg/mL
Hasil
c. Larutan Standar 0,06 mg/mL

Dipipet sebanyak 0,12 mL ke dalam tabung reaksi
Ditambahkan akuades sebanyak 1,88 mL
Dihomogenkan
Diberi label


d. Larutan Standar 0,08 mg/mL

Dipipet sebanyak 0,16 mL ke dalam tabung reaksi
Ditambahkan akuades sebanyak 1,84 mL
Dihomogenkan
Diberi label


e. Larutan Standar 0,10 mg/mL

Dipipet sebanyak 0,20 mL ke dalam tabung reaksi
Ditambahkan akuades sebanyak 1,80 mL
Dihomogenkan
Diberi label



Larutan BSA 1 mg/mL
Hasil
Larutan BSA 1 mg/mL
Hasil
Larutan BSA 1 mg/mL
Hasil
f. Larutan Standar 0,12 mg/mL

Dipipet sebanyak 0,24 mL ke dalam tabung reaksi
Ditambahkan akuades sebanyak 1,76 mL
Dihomogenkan
Diberi label


3. Pembuatan Reagen Lowry
a. Pembuatan Reagen Lowry A

Ditambahkan akuades sebanyak 2 mL
Dihomogenkan


b. Pembuatan Reagen Lowry B

Ditambahkan 2,5 mL CuSO
4

Ditambahkan 2,5 mL K-Na-Tartrat
Dihomogenkan





Larutan BSA 1 mg/mL
Hasil
2 mL follin
Hasil
Hasil
25 mL Na
2
CO
3
dalam NaOH
4. Preparasi Sampel



Dipipet 0,02 mL ke dalam tabung reaksi
Dilarutkan dengan akuades hingga 2 mL
Dihomogenkan




5. Preparasi Kadar Protein





Dimasukkan ke dalam masing-masing tabung reaksi
Ditambahkan dengan 2,75 mL larutan Lowry B
Didiamkan selama 15 menit
Ditambahkan dengan 0,25 mL larutan Lowry A
Didiamkan selama 30 menit
Diukur absorbannya dengan menggunakan
spektrofotometer 20 D+













Larutan Sampel
Hasil
2 mL blanko 2 mL larutan standar 2 mL larutan sampel
Data
Lampiran II
Perhitungan
1. Perhitungan Larutan Standar
Pembuatan larutan standar ini didasarkan pada rumus:
V
1
M
1
= V
2
M
2

a. Untuk konsentrasi 0,02 mg/mL






b. Untuk konsentrasi 0,04 mg/mL







c. Untuk konsentrasi 0,06 mg/mL







d. Untuk konsentrasi 0,08 mg/mL







e. Untuk konsentrasi 0,1 mg/mL







f. Untuk konsentrasi 0,12 ppm







2. Perhitungan Kadar Protein Dalam Sampel
Slope = a = 0,974
Intercept = b = -0,019
Dari grafik, didapatkan persamaan y = 0,974x 0,019, dimana y = 0,041
0,041 = 0,974x 0,019
0,06 = 0,974x
x = 0,062
maka konsentrasi kadar protein = x . FP
= 0,062 x 100
= 100,06 mg/mL

Anda mungkin juga menyukai