Pendahuluan
Mulai tanggal 1 Januari 2010 berlaku implementasi modus keempat dalam era
liberalisasi perdaganan jasa bidang kesehatan untuk negara kawasan Asia
Tenggara sesuai dengan perjanjian kerjasama ASEAN Mutual Recognition
Arrangement on Medical Practitioners (MRA-MP). Ada 4 tujuan dalam MRA-
MP yakni:
1. mengatur mobilitas praktisi dokter di wilayah ASEAN;
2. meningkatkan dan mengembangkan kerja sama pertukaran informasi
antar profesi medis;
3. meningkatkan mutu kualifikasi dan standar layanan dan;
4. kerjasama pendidikan dan pelatihan profesi medis
1
development of the hospital of the future 1 berdasarkan hasil rekomendasi
pertemuan tanggal 26-27 April 2007 di Lake Buena Vista Florida tentang
What does the future hold for hospital care across the globe? The Hospital
of the future.2
Sebelumnya WHO Regional Eropa telah melakukan uji coba suatu instrumen
yang akan digunakan untuk menilai kinerja mutu (performamce) rumah sakit
oleh WHO regional Eropa yang dinamakan Performance Assessment Tools for
Hospital (PATH).3,4,5,6 Kedua instrumen tersebut kemungkinan besar akan
diterapkan oleh seluruh rumah sakit di dunia sebagaimana halnya program
WHO World Alliance for Patient Safety – Move Program sebagai world class
hospitals’ benchmarking.
Mengingat salah satu misi dari visi dari KIKA adalah menjadikan IPDSA
sebagai World Class Pediatrics Training Institution.
Ciri ciri untuk menjadi kelas dunia tersebut terdiri dari spektrum
performance sebagai berikut7:
1
The Joint Commission - Health care at the crossroads: Guiding principles for the development of
the hospital of the future , November 20, 2008.
2
The Joint Commission and The Joint Commission Resources - What does the future hold for
hospital care across the globe? The Hospital of the future. Florida, April 26-27, 2007.
3
WHO Regional Office for Europe. Measuring hospital performance to improve the quality of care in
Europe: a need for clarifying the concepts and defining the dimensions. January 2003
4
WHO Regional Office for Europe. How can hospital performance can be measured and monitored.
August 2003.
5
WHO Regional Office for Europe. PATH (Performance Assessment Tools for Quality Improvement
in Hospitals). 2007.
6
WHO Regional Office for Europe. Assuring the quality of care in the European Union. 2008
7
UK Cabinet Office. Excellence and fairness – achieving world class. London, 2008.
8
WHO and WFME. WHO/WFME guidelines for accreditation of basic medical education. Geneva/
Copenhagen, 2005.
2
Akreditasi merupakan langkah kedua dari 3 langkah dalam program quality
assurance. Program quality assurance terdiri dari:
1. Standarisasi – meliputi kriteria yang terukur (measurable) dan
indikator satuan waktu (time-frame).
2. Akreditasi – dilakukan setelah yang akan dinilai melaksanakan penilian
diri (self-assessment) maksimal 2 (dua) kali terlebih dahulu.
3. Kegiatan mutu berkesinambungan (contiuous quality improvement)
dengan mempergunakan kaidah mutu (Plan-Do-Check-Action) dalam
rangka mempertahankan dan atau meningkatkan mutu.
Alangkah tepatnya bila kita bersiap untuk mengantisipasi hal tersebut di atas
dengan menyesuaikan situasi dan kondisi IPDSA dan rumah sakit pendidikan
kita sekarang ke arah kombinasi sistem di luar tersebut dengan merangkum
sistem yang telah ada dan berjalan saat ini di tanah air. Mengingat demikian
luasnya dimensi mutu, maka pada pada kesempatan ini akan dibahas mengenai
manajemen mutu yang diperuntukan bagi para pengelola program studi Ilmu
Kesehatan Anak di Indonesia.
3
Sistem itu sendiri terdiri dari tiga komponen yakni struktur, proses dan hasil
(outcome ) yang sama pentingnya serta saling berhubungan dan saling
mempengaruhi. Oleh karena itu perlu kualifikasi penguasaan materi mutu bagi
pemimpin rumah sakit dan manajer mutu (quality manager) sebagaimana
dalam Gambar 1 berikut.
10
Firmanda D. Key to success of quality care programs: empowering medical professional. Global
Health Journal 2000; 1(1) http://www.interloq.com/a26.htm
11
Firmanda D. The pursuit of excellence in quality care: a review of its meaning, elements, and
implementation. Global Health Journal 2000;1(2) http://www.interloq.com/a39vlis2.htm
12
Firmanda D. Total quality management in health care (Part One). Indones J Cardiol Pediatr 1999;
1(1):43-9.
4
Gambar 1. Ruang lingkup kualifikasi penguasaan materi bagi pemimpin IPDSA
11-12
dan manajer mutu (quality manager)
5
Gambar 2. Evolusi prinsip manajemen.13-15
Perkembangan akan ‘mutu’ itu sendiri dari cara ‘inspection’, quality control ,
quality assurance sampai ke total quality sangat bervariasi sesuai dengan
perkembangan ilmu. Jepang menggunakan istilah quality control untuk
seluruhnya, sedangkan di Amerika memakai istilah ‘continuous quality
improvement’ untuk ‘total quality’ dan Inggris memakai istilah quality
assurance untuk ‘quality assurance’, ‘continuous quality improvement’ maupun
untuk ‘ total quality’ dan tidak membedakannya. (Lihat Gambar 3).
6
Gambar 3. Skema sederhana perkembangan mutu.
Evolusi perkembangan mutu itu sendiri berasal dari bidang industri pada awal
akhir abad ke sembilan belas dan awal abad ke dua puluh di masa perang dunia
pertama. Pada waktu itu industri senjata menerapkan kaidah ‘inspection ’
dalam menjaga kualitas produksi amunisi dan senjata. Kemudian Shewart
mengembangkan dan mengadopsi serta menerapkan kaidah statistik sebagai
‘quality control’ serta memperkenalkan pendekatan siklus P-D-S-A ( Plan, Do,
Study dan A ct) yang mana hal ini kemudian dikembangkan oleh muridnya
Deming sebagai P-D-C-A ( Plan, D o, Check dan A ction). Kaidah PDCA ini
menjadi cikal bakal yang kemudian dikenal sebagai ‘generic form of quality
system’ dalam ‘quality assurance’ dari BSI 5751 (British Standards of
Institute) yang kemudian menjadi seri EN/ISO 9000 dan 14 000. (Lihat
Gambar 4).
7
Tatkala Deming diperbantukan ke Jepang dalam upaya memperbaiki dan
mengembangkan industri, beliau mengembangkan dengan memadukan unsur
budaya Jepang ‘kaizen’ dan filosofi Sun Tzu dalam hal ‘benchmarking’ maupun
manajemen dan dikenal sebagai ‘total quality’.13 (Lihat Gambar 5)
13
Moss F, Palmberg M, Plsek P, Schellekens W. Quality improvement around the world: how much we
learn from each other. Qual Health Care 2000;8:63-6.
14
Firmanda D. Total Quality Management in Healthcare (Part One). Indones J Cardiol Pediatr 1999;
1(1):43-9.
8
komponen utama dalam Total Quality Management (TQM) yakni
understanding the customer, understanding the hospital’s business, quality
systems, continuous quality improvement dan quality tools. (Lihat Gambar 5).
9
Gambar 6. S even basic statistics process control (SPC) dari Total Quality
Management (TQM).
10
Quality Assurance (QA)
Quality Assurance (QA) adalah tahap ke tiga dan yang paling penting dalam
perkembangan mutu suatu institusi/organisasi menuju tingkat yang lebih luas
dan tinggi (‘total quality’). QA itu sendiri terdiri dari beberapa komponen
15,16
sebagai berikut ;
1. Standar
15
Nabitz U, Klazinga N, Walburg J. The EFQM excellence model: European and Dutch experiences
with the EFQM approach in health care. Int J Qual Health Care 2000;12(3): 191-201.
16
Shaw CD. External quality mechanisms for health care: summary of the ExPERT project on visitatie,
accreditation, EFQM and ISO assessment in European countries. Int J Qual Health Care 000;12(3):
169-75.
17
Donabedian A. The quality of care: how can it be assessed ? JAMA 1988; 260:1743-8.
18
Firmanda D. Total quality management in health care (Part One). Indones J Cardiol Pediatr 1999;
1(1):43-9.
19
Firmanda D. The pursuit of excellence in quality care: a review of its meaning, elements, and
implementation. Global Health Journal 2000;1(2) http://www.interloq.com/a39vlis2.htm
11
Gambar 7. Hubungan antara tujuan dan objekif suatu organisasi/ institusi
dalam hal standar, kriteria dan indikator mutu berdasarkan pendekatan
tehnik Donabedian dan Maxwell.
12
Gambar 8. Contoh Implementasi Hubungan Tehnik Donabedian dan Maxwell
dalam hal standar, kriteria dan indikator mutu.
13
Standar Institusi Pendidikan Dokter Spesialis Anak (IPDSA)
Pada KONIKA XIII 2005 di Bandung telah diajukan Buku Standar Profesi
dan Standar Pendidikan Dokter Spesialis Anak (Gambar 9) yang disusun
bersama Pengurus Pusat IDAI dan Kolegium Ilmu Kesehatan Anak Indonesia
(sesuai dengan Undang Undang Nomor 29 Tahun 2004 Pasal 26 ayat 2b yang
menyatakan bahwa standar pendidikan untuk pendidikan profesi dokter
spesialis disusun oleh kolegium) dan bahkan pada saat yang sama telah
diserahkan kepada Ketua Konsil Kedokteran Indonesia KKI (Dr. Hardi Yusa
Sp.OG) untuk diminta pengesahan KKI sesuai dengan Undang Undang Nomor
29 Tahun 2004 Pasal 26 ayat 1 yang menyatakan bahwa standar pendidikan
disahkan oleh Konsil Kedokteran Indonesia.
14
Undang Undang Republik Indonesia Nomor: 29 Tahun 2004 tentang Praktik
Kedokteran, dan Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor:
131/Menkes/SK/II/2004 tentang Sistem Kesehatan Nasional, serta mengacu
kepada berbagai referensi luar negeri seperti Trilogy of World Federation
for Medical EducationDocuments – World Standards for Medical Education,
British General Medical Council dan Royal College of Physicians, American
Institute of Medicine serta disesuaikan aplikasinya dengan situasi kondisi di
tanah air.
Standar Profesi dan Standar Pendidikan untuk Dokter Spesialis Anak dan
Konsultan Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI) ini terdiri dari 6 standar, 4
Panduan pelaksanaan standar dan 3 instrumen penilaian akreditasi;
selengkapnya adalah sebagai berikut :
15
Pada tanggal 28 September 2008 menerbitkan Keputusan Konsil Kedokteran
Indonesia Nomor 21/KKI/KRP/IX/2006 tentang Pengesahan Standar
Pendidikan Profesi Dokter Spesialis dan pada bulan November 2006 Konsil
Kedokteran Indonesia (KKI) berhasil menerbitkan buku Standar Pendidikan
Profesi Dokter Spesialis (Gambar 10).
Format Standar Pendidikan Profesi Dokter Spesialis KKI 2006 terdiri dari:
16
maupun segi struktur, proses, output/outcome dan impact dalam satu buku
sebagai satu kesatuan. Buku Standar Pendidikan Profesi Dokter Spesialis
KKI 2006 merupakan sebagai komponen nomor 6 dari 11 komponen dalam Buku
Standar Profesi dan Standar Pendidikan Dokter Spesialis Anak 2005 (lihat
halaman 5 di atas).
Esensi dan substansi Komponen 6 dalam Buku Standar Profesi dan Standar
Pendidikan Dokter Spesialis Anak 2005 adalah Standar Pendidikan Dokter
Spesialis Anak yang terdiri dari 10 standar yang tidak jauh berbeda esensi
dan substansinya dengan 10 standar dari Standar Pendidikan Profesi Dokter
Spesialis KKI 2006, karena sama sama mengacu pada Trilogy of World
Federation for Medical Education – perbedaannya hanya dari segi format
urutan.
17
sampai 39 dalam buku Standar Profesi dan Standar Pendidikan Dokter
Spesialis Anak 2005.
Sampai saat ini Konsil Kedokteran Indonesia (KKI) belum mempunyai format
tentang akreditasi baik dalam hal standar, Panduan maupun instrumen untuk
pendidikan dokter dan dokter spesialis.
Dalam buku Standar Profesi dan Standar Pendidikan Dokter Spesialis Anak
2005 tercantum 5 komponen (lihat halaman 5 di atas) mengenai akreditasi
sebagai berikut :
1. Instrumen Penilaian Akreditasi Penyelenggara Kegiatan Pengembangan
Profesi (Continuous Professional Development/CPD) Ikatan Dokter
Anak Indonesia (IDAI) – sebagai komponen nomor 6 dalam buku
Standar Profesi dan Standar Pendidikan Dokter Spesialis Anak 2005
pada halaman 23 sampai 24.
2. Panduan Penilaian Akreditasi Institusi Pendidikan Dokter Spesialis
Anak - sebagai komponen nomor 8 dalam buku Standar Profesi dan
Standar Pendidikan Dokter Spesialis Anak 2005 pada halaman 41
sampai 43.
3. Instrumen Penilaian Akreditasi Institusi Pendidikan Dokter Spesialis
Anak - sebagai komponen nomor 9 dalam buku Standar Profesi dan
Standar Pendidikan Dokter Spesialis Anak 2005 pada halaman 45
sampai 61.
4. Panduan Penilaian Akreditasi Institusi Pendidikan Dokter Spesialis
Anak Konsultan - sebagai komponen nomor 12 dalam buku Standar
18
Profesi dan Standar Pendidikan Dokter Spesialis Anak 2005 pada
halaman 71 sampai 73.
5. Instrumen Penilaian Akreditasi Institusi Pendidikan Dokter Spesialis
Anak Konsultan - sebagai komponen nomor 13 dalam buku Standar
Profesi dan Standar Pendidikan Dokter Spesialis Anak 2005 pada
halaman 72 sampai 95.
19
Namun pada WHO/WFME Guidelines for Accreditation of Basic Medical
Education 2005 ada proses sebelum akreditasi yakni self-evaluation (self-
assessment).
Atas dasar di atas tersebut, maka Komisi III Akreditasi KIKA melaksanakan
implementasi penilaian diri (self-assessment) tersebut dengan tujuan
pembinaan, pematangan dan persiapan menuju akreditasi secara memodifikasi
Instrumen Penilaian Akreditasi Institusi Pendidikan Dokter Spesialis Anak -
sebagaimana komponen nomor 9 dalam buku Standar Profesi dan Standar
Pendidikan Dokter Spesialis Anak 2005 (halaman 45 sampai 61) disesuaikan
dengan format dari WHO/WFME Guidelines for Accreditation of Basic
Medical Education 2005 dan situasi kondisi di Indonesia serta peraturan dan
perundangan yang berlaku; maka Instrumen Penilaian Diri (Self-Assesment)
Institusi Pendidikan Dokter Spesialis Anak terdiri dari 9 standar utama
yakni:
1. Visi, Misi dan Tujuan (Objektif) Institusi Pendidikan Dokter Spesialis
Anak.
2. Program Pendidikan Dokter Spesialis Anak
3. Penilaian Peserta Program Pendidikan Dokter Spesialis Anak
4. Peserta Didik di Institusi Pendidikan Dokter Spesialis Anak
5. Staf Pengajar di Institusi Pendidikan Dokter Spesialis Anak
6. Sarana Pendidikan di Institusi Pendidikan Dokter Spesialis Anak
7. Program Evaluasi di Institusi Pendidikan Dokter Spesialis Anak
8. Tatakelola dan administrasi di Institusi Pendidikan Dokter Spesialis
Anak
9. Program Peningkatan Mutu di Institusi Pendidikan Dokter Spesialis
Anak
Dalam setiap standar tersebut mencakup parameter kriteria dan indikator
serta nilai dari setiap indikator tersebut. Untuk selengkapnya dapat dilihat
mulai dari halaman 11 sampai dengan halaman 44.
20
Instrumen Self-Assesment / Akreditasi
IPDSA
Terdiri dari:
1. Standar = 9
2. Kriteria = 36
3. Indikator = 168
Parameter
Standar No. Kriteria Indikator
1. VMOT 1 5
2. Program 6 30
3. Penilaian 8 40
4. PPDSA 2 10
5. Staf 2 10
6. Sarana 8 40
7. Program Evalusi 3 15
8. Tatakelola 4 20
9. Peningkatan Mutu 2 10
9 Standar 36 kriteria 180 indikator
21
3. Continuous Quality Improvement (CQI)
22
Gambar 14. Hubungan Kinerja (performance) dengan Quality Control (QC) dan
Quality Improvement (CQI)
23
Ringkasan Beberapa Batasan/Istilah dalam Akreditasi IPDSA:
1. Definisi Akreditasi
2. Ruang Lingkup Akreditasi
3. Tujuan Akreditasi
4. Konsep Akreditasi
5. Struktur Akreditasi
6. Model Akreditasi
7. Implementasi Akreditasi
8. Monitoring Akreditasi
9. Evaluasi Akreditasi
1. Definisi Akreditasi
24
1. Tujuan Akreditasi
4. Konsep Akreditasi
5. Struktur Akreditasi
6. Model Akreditasi
7. Implementasi Akreditasi
25
Kriteria penjenjangan lisensi surveyor/asesor tersebut ditentukan dan
diatur secara terpisah oleh Kolegium Ilmu Kesehatan Anak Indonesia.
8. Monitoring Akreditasi
9. Evaluasi Akreditasi
26
Maka pada Rapat Kerja ini, Komisi III (Akreditasi) akan menyampaikan
agenda yang terdiri dari 2 hal utama yakni:
27
Rencana Strategis dan Rencana Kerja Komisi III
(Akreditasi)
Kolegium Ilmu Kesehatan Anak Indonesia
1. Memperhatikan:
a. Visi IDAI dan KIKA yakni menjadi World Class Pediatrics Training
Institution pada tahun 2015.
b. Ciri ciri untuk menjadi kelas dunia tersebut terdiri:
i. Melampaui standar/target nasional (Exceeding national targets)
ii. Melakukan upaya benchmarking
iii. Melaksanakan upaya peningkatan mutu berkesinambungan
(Continuous Quality Improvement)
Strength
28
3. Selanjutnya dengan menggunakan kaidah tehnik kombinasi Balanced
Scorecard dan Strategic Focused Organisation (SFO) Komisi III
Akreditasi untuk mencapai visi KIKA:
Visi KIKA:
World Class Pediatrics Training
Institution 2015
29
Gantt Charts : Rencana Strategis dan Rencana Kerja Komisi III Akreditasi
30
Rencana Kerja Revisi Komisi III (Akreditasi) Jakrta 10 – 11 Januari 2010
Gantt Charts : Rencana Strategis dan Rencana Kerja Komisi III Akreditasi
Rencana Strategis 2008 2009 2010 2011
Rencana Kerja Nov Des I II III I II III I II
Self-Assesment 1 2
Persiapan dan
pematangan:
4. instrumen
5. surveyor/asesor
Akreditasi
Re-akreditasi
31
LAMPIRAN 1:
32
Instrumen Penilaian Diri (Self-Assessment) dan Akreditasi
Institusi Pendidikan Dokter Spesialis Anak (IPDSA)
E-mail .......................................................................................................
Website .......................................................................................................
Nama Ketua
Departemen: .......................................................................................................
Nama Ketua
Program Studi S1 .......................................................................................................
Nama Ketua
Program Studi Sp.1 .......................................................................................................
Nama Ketua
Program Studi Sp.2 .......................................................................................................
Nama Sekretaris
Program Studi S1 .......................................................................................................
Nama Sekretaris
Program Studi Sp.1 .......................................................................................................
Nama Sekretaris
Program Studi Sp.2 .......................................................................................................
1
Standar 1: Visi, Misi dan Tujuan (Objektif) Institusi Pendidikan Dokter
Spesialis Anak.
Nilai: Kriteria:
2
Standar 2: Program Pendidikan Dokter Spesialis Anak di Institusi
Pendidikan Dokter Spesialis Anak (IPDSA)
Nilai: Kriteria:
1 IPDSA tersebut tidak mempunyai Program
Pendidikan Dokter Spesialis Anak secara tertulis.
3
S2 P2 Institusi Pendidikan Dokter Spesialis Anak (IPDSA) tersebut
mempunyai Panduan Pendidikan Dokter Spesialis Anak yang mengacu
kepada Kurikulum Pendidikan Dokter Spesialis Anak serta Standar
Pendidikan Profesi Dokter Spesialis Anak dari Kolegium Ilmu
Kesehatan Anak Indonesia yang telah disahkan oleh Konsil
Kedokteran Indonesia.
Nilai: Kriteria:
1 IPDSA tersebut tidak mempunyai Panduan
Pendidikan Dokter Spesialis Anak.
4
S2 P3 Panduan Pendidikan Dokter Spesialis Anak tersebut menerangkan
tentang objektif setiap jenjang tingkat pendidikan di institusi
tersebut dan sesuai Standar Pendidikan Profesi Dokter Spesialis
Anak dari Kolegium Ilmu Kesehatan Anak Indonesia yang telah
disahkan oleh Konsil Kedokteran Indonesia.
Nilai: Kriteria:
5
S2 P4 Institusi Pendidikan Dokter Spesialis Anak (IPDSA) tersebut
mempunyai Log Book untuk peserta didik yang mengacu kepada
Panduan Pendidikan Dokter Spesialis Anak di institusi tersebut dan
Kurikulum Pendidikan Dokter Spesialis Anak yang dikeluarkan oleh
Kolegium Ilmu Kesehatan Anak Indonesia.
Nilai: Kriteria:
1 IPDSA tersebut tidak mempunyai Log Book untuk
peserta didik.
6
S2 P5 Log Book tersebut diimplementasikan secara kontinyu dan konsisten.
Nilai: Kriteria:
7
S2 P6 Institusi Pendidikan Dokter Spesialis Anak (IPDSA) tersebut
memberikan Sertifikat Kompetensi kepada peserta didik untuk
setiap jenjang pendidikan.
Nilai: Kriteria:
8
Standar 3: Penilaian Peserta Didik Program Pendidikan Dokter Spesialis
Anak
Nilai: Kriteria:
9
S3 P2 Log Book Peserta Didik di IPDSA tersebut mencerminkan aktifitas
penilaian yang akan dinilai dari peserta didik di institusi tersebut
dan mengacu kepada Panduan Pendidikan Dokter Spesialis Anak di
institusi tersebut dan Standar Pendidikan Profesi Dokter Spesialis
Anak dari Kolegium Ilmu Kesehatan Anak Indonesia.
Nilai: Kriteria:
1 Log Book di IPDSA tersebut belum/tidak
mencerminkan aktifitas penilaian yang akan dinilai
dari peserta didik di institusi tersebut.
10
S3 P3 Institusi Pendidikan Dokter Spesialis Anak (IPDSA) tersebut
mempergunakan metoda Mini-CEX dalam penilaian peserta didik.
Nilai: Kriteria:
11
S3 P4 Institusi Pendidikan Dokter Spesialis Anak (IPDSA) tersebut
mempergunakan metoda ujian OSCE dalam penilaian peserta didik.
Nilai: Kriteria:
12
S3 P5 Institusi Pendidikan Dokter Spesialis Anak (IPDSA) tersebut
mempergunakan metoda Mini-PAT dalam penilaian peserta didik.
Nilai: Kriteria:
13
S3 P6 Institusi Pendidikan Dokter Spesialis Anak (IPDSA) tersebut
mempergunakan metoda DOPS dalam penilaian peserta didik.
Nilai: Kriteria:
14
S3 P7 Institusi Pendidikan Dokter Spesialis Anak (IPDSA) tersebut
mempergunakan metoda Case-based Discussion (CbD) dalam penilaian
peserta didik.
Nilai: Kriteria:
15
S3 P8 Institusi Pendidikan Dokter Spesialis Anak (IPDSA) tersebut
mempergunakan metoda Portfolio dalam penilaian peserta didik.
Nilai: Kriteria:
16
Standar 4. Peserta Didik di Institusi Pendidikan Dokter Spesialis Anak
Nilai: Kriteria:
17
S4 P2 Panduan Pendidikan Dokter Spesialis Anak di IPDSA tersebut
menerangkan tentang hak, tugas dan kewajiban peserta didik untuk
setiap jenjang tingkat tingkat pendidikan di institusi tersebut.
Nilai: Kriteria:
1 Panduan Pendidikan Dokter Spesialis Anak tersebut
tidak menerangkan tentang hak, tugas dan kewajiban
peserta didik untuk setiap jenjang tingkat tingkat
pendidikan di institusi tersebut.
18
Standar 5. Staf Pengajar di Institusi Pendidikan Dokter Spesialis Anak
Nilai: Kriteria:
1 Tidak ada dokumentasi kualifikasi dan lisensi profesi
setiap staf pengajar sesuai dengan peraturan dan
perundangan yang berlaku.
19
S5 P2 Institusi Pendidikan Dokter Spesialis Anak (IPDSA) tersebut
mempunyai uraian tugas secara tertulis setiap staf pengajar.
Nilai: Kriteria:
20
Standar 6. Sarana Pendidikan di Institusi Pendidikan Dokter Spesialis
Anak
Nilai: Kriteria:
21
S6 P2 Institusi Pendidikan Dokter Spesialis Anak (IPDSA) tersebut
mempunyai sarana teknologi informasi dan audio-visual.
Nilai: Kriteria:
22
S6 P3 Institusi Pendidikan Dokter Spesialis Anak (IPDSA) tersebut
mempunyai sarana tempat pertemuan ilmiah untuk seluruh staf dan
peserta didik di institusi tersebut.
Nilai: Kriteria:
23
S6 P4 Institusi Pendidikan Dokter Spesialis Anak (IPDSA) tersebut
mempunyai sarana tempat diskusi kelompok setiap unit
(Divisi/Bagian) dalam institusi tersebut.
Nilai: Kriteria:
24
S6 P5 Institusi Pendidikan Dokter Spesialis Anak (IPDSA) tersebut
mempunyai sarana peralatan penunjang diagnostik dan terapeutik
yang dibutuhkan untuk mencapai objektif Kurikulum Pendidikan
Dokter Spesialis Anak.
Nilai: Kriteria:
25
S6 P6 Institusi Pendidikan Dokter Spesialis Anak (IPDSA) tersebut
mempunyai sarana media komunikasi antar staf pengajar dan peserta
didik.
Nilai: Kriteria:
26
S6 P7 Institusi Pendidikan Dokter Spesialis Anak (IPDSA) tersebut
mempunyai sarana dan tempat pengaduan peserta didik baik untuk
hal akademis maupun non akademis.
Nilai: Kriteria:
27
S6 P8 Institusi Pendidikan Dokter Spesialis Anak (IPDSA) tersebut
mempunyai staf pengajar sebagai pembimbing konselor bagi peserta
didik yang mempunyai masalah.
Nilai: Kriteria:
28
Standar 7. Program Evaluasi di Institusi Pendidikan Doter Spesialis Anak
Nilai: Kriteria:
1 IPDSA tersebut tidak mempunyai Program Evaluasi
Pendidikan Dokter Spesialis Anak.
29
S7 P2 Institusi Pendidikan Dokter Spesialis Anak (IPDSA) tersebut
mempunyai jadwal rencana Program Evaluasi Pendidikan Dokter
Spesialis Anak.
Nilai: Kriteria:
1 IPDSA tersebut tidak mempunyai jadwal rencana
Program Evaluasi Pendidikan Dokter Spesialis Anak.
30
S7 P3 Pencapaian pelaksanaan Program Evaluasi Pendidikan Dokter
Spesialis Anak di Institusi Pendidikan Dokter Spesialis Anak
(IPDSA) tersebut mencakup bidang:
1. Organisasi pendidikan dokter spesialis anak
2. Materi pendidikan dokter spesialis anak
3. Metoda dan instrumen dalam pelaksanaan pendidikan dokter
spesialis anak
4. Sarana pendidikan dokter spesialis anak
5. Hasil pendidikan dokter spesialis anak
6. Kinerja (performance) staf pengajar yang terlibat dalam
pendidikan dokter spesialis anak
Nilai: Kriteria:
1 Pencapaian pelaksanaan Program Evaluasi Pendidikan
Dokter Spesialis Anak di IPDSA tersebut kurang dari
2 bidang.
31
Standar 8. Tatakelola dan administrasi di Institusi Pendidikan Dokter
Spesialis Anak
Nilai: Kriteria:
32
S8 P2 Institusi Pendidikan Dokter Spesialis Anak (IPDSA) tersebut
mempunyai penjelasan secara tertulis akan fungsi, tugas, wewenang,
kewajiban dan tanggung jawab setiap unit (Divisi/Bagian).
Nilai: Kriteria:
1 Tidak ada penjelasan secara secara tertulis akan
fungsi, tugas, wewenang dan tanggung jawab setiap
unit dalam IPDSA tersebut.
33
S8 P3 Institusi Pendidikan Dokter Spesialis Anak (IPDSA) tersebut
mempunyai kebijakan tentang mekanisme pengambilan keputusan
secara tertulis dan disahkan oleh pimpinan ( Dekan Fakultas
Kedokteran/Direktur Rumah Sakit).
Nilai: Kriteria:
34
S8 P4 Institusi Pendidikan Dokter Spesialis Anak (IPDSA) tersebut
memberikan umpan balik (feedback) mengenai perkembangan
pencapaian peserta didik kepada peserta didik, atasan peserta
didik, pengirim maupun penyandang dana peserta didik tersebut
secara tertulis dan rutin.
Nilai: Kriteria:
35
Standar 9. Program Peningkatan Mutu ( Quality Improvement)
Nilai: Kriteria:
36
S9 P2 Institusi Pendidikan Dokter Spesialis Anak (IPDSA) tersebut
mempunyai program upaya perbaikan dan peningkatan mutu
Pendidikan Dokter Spesialis Anak di tingkat unit (Divisi/Bagian)
maupun institusi.
Nilai: Kriteria:
37
Instrumen Self-Assesment /Akreditasi
IPDSA
Terdiri dari:
1. Standar = 9
2. Kriteria = 36
3. Indikator = 168
Parameter
Standar No. Kriteria Indikator
1. VMOT 1 5
2. Program 6 30
3. Penilaian 8 40
4. PPDSA 2 10
5. Staf 2 10
6. Sarana 8 40
7. Program Evalusi 3 15
8. Tatakelola 4 20
9. Peningkatan Mutu 2 10
9 Standar 36 kriteria 180 indikator
38