Anda di halaman 1dari 70

Rapat Kerja Komisi III (Akreditasi)

Kolegium Ilmu Kesehatan Anak Indonesia

Hotel Aryaduta, Jakarta 10 – 11 Januari 2010

Pendahuluan

Sebagai tindak lanjut dari Rapat Kerja Kolegium di Palembang tanggal 29 -


30 November 2008 Komisi III (Akreditasi) Kolegium Ilmu Kesehatan Anak
Indonesia telah mengadakan self-assessment Pertama terhadap seluruh
IPDSA sebagai langkah awal menuju akreditasi. Dimana hasil dari self-
assessment Pertama tersebut memperlihatkan banyak kekurangan dan
ketidak siapan dari IPDSA untuk akreditasi, disamping beberapa masukan
perbaikan dan usulan penyempurnaan instrumen penilaian self-
assesment/akreditasi.

Mulai tanggal 1 Januari 2010 berlaku implementasi modus keempat dalam era
liberalisasi perdaganan jasa bidang kesehatan untuk negara kawasan Asia
Tenggara sesuai dengan perjanjian kerjasama ASEAN Mutual Recognition
Arrangement on Medical Practitioners (MRA-MP). Ada 4 tujuan dalam MRA-
MP yakni:
1. mengatur mobilitas praktisi dokter di wilayah ASEAN;
2. meningkatkan dan mengembangkan kerja sama pertukaran informasi
antar profesi medis;
3. meningkatkan mutu kualifikasi dan standar layanan dan;
4. kerjasama pendidikan dan pelatihan profesi medis

Pada tanggal 20 November 2008 The Joint Commission Amerika Serikat


meluncurkan Health care at the crossroads: Guiding principles for the

1
development of the hospital of the future 1 berdasarkan hasil rekomendasi
pertemuan tanggal 26-27 April 2007 di Lake Buena Vista Florida tentang
What does the future hold for hospital care across the globe? The Hospital
of the future.2

Sebelumnya WHO Regional Eropa telah melakukan uji coba suatu instrumen
yang akan digunakan untuk menilai kinerja mutu (performamce) rumah sakit
oleh WHO regional Eropa yang dinamakan Performance Assessment Tools for
Hospital (PATH).3,4,5,6 Kedua instrumen tersebut kemungkinan besar akan
diterapkan oleh seluruh rumah sakit di dunia sebagaimana halnya program
WHO World Alliance for Patient Safety – Move Program sebagai world class
hospitals’ benchmarking.

Mengingat salah satu misi dari visi dari KIKA adalah menjadikan IPDSA
sebagai World Class Pediatrics Training Institution.

Ciri ciri untuk menjadi kelas dunia tersebut terdiri dari spektrum
performance sebagai berikut7:

1. Melampaui standar/target nasional (Exceeding national targets)


2. Melakukan upaya benchmarking
3. Melaksanakan upaya peningkatan mutu berkesinambungan (Continuous
Quality Improvement)

Ketiga hal di atas dapat dicapai melalui tahapan self-assessment dan


akreditasi.8 Sedangkan definisi akreditasi adalah suatu proses penilaian
dalam rangka pengakuan telah memenuhi standar yang telah ditentukan.

1
The Joint Commission - Health care at the crossroads: Guiding principles for the development of
the hospital of the future , November 20, 2008.
2
The Joint Commission and The Joint Commission Resources - What does the future hold for
hospital care across the globe? The Hospital of the future. Florida, April 26-27, 2007.
3
WHO Regional Office for Europe. Measuring hospital performance to improve the quality of care in
Europe: a need for clarifying the concepts and defining the dimensions. January 2003
4
WHO Regional Office for Europe. How can hospital performance can be measured and monitored.
August 2003.
5
WHO Regional Office for Europe. PATH (Performance Assessment Tools for Quality Improvement
in Hospitals). 2007.
6
WHO Regional Office for Europe. Assuring the quality of care in the European Union. 2008
7
UK Cabinet Office. Excellence and fairness – achieving world class. London, 2008.
8
WHO and WFME. WHO/WFME guidelines for accreditation of basic medical education. Geneva/
Copenhagen, 2005.

2
Akreditasi merupakan langkah kedua dari 3 langkah dalam program quality
assurance. Program quality assurance terdiri dari:
1. Standarisasi – meliputi kriteria yang terukur (measurable) dan
indikator satuan waktu (time-frame).
2. Akreditasi – dilakukan setelah yang akan dinilai melaksanakan penilian
diri (self-assessment) maksimal 2 (dua) kali terlebih dahulu.
3. Kegiatan mutu berkesinambungan (contiuous quality improvement)
dengan mempergunakan kaidah mutu (Plan-Do-Check-Action) dalam
rangka mempertahankan dan atau meningkatkan mutu.

Alangkah tepatnya bila kita bersiap untuk mengantisipasi hal tersebut di atas
dengan menyesuaikan situasi dan kondisi IPDSA dan rumah sakit pendidikan
kita sekarang ke arah kombinasi sistem di luar tersebut dengan merangkum
sistem yang telah ada dan berjalan saat ini di tanah air. Mengingat demikian
luasnya dimensi mutu, maka pada pada kesempatan ini akan dibahas mengenai
manajemen mutu yang diperuntukan bagi para pengelola program studi Ilmu
Kesehatan Anak di Indonesia.

Manajemen Mutu (Quality Management) IPDSA

Manajemen Mutu (Quality Management) – adalah seluruh aktivitas kegiatan


fungsi manajemen dari kebijakan, tugas dan tanggung jawab yang dituangkan
dalam bentuk perencanaan mutu (quality planning), kendali mutu (quality
control), jaminan mutu (quality assurance) dan peningkatan mutu (quality
improvement) dalam satu sistem mutu.

Quality Management is defined as all activities of the overall


management that determine the quality policy, objectives and
responsibilities, and implement them by such as quality planning, quality
control, quality assurance and quality improvement within the quality
system.

Mutu/Kualitas dapat ditinjau dari berbagai perspektif baik itu dari


perspekstif peserta didik, dan penyandang dana, pengelola program studi dan
profesi tenaga didik maupun pembuat dan pelaksana kebijakan pendidikan
ilmu kesehatan anak tingkat nasional dan institusi. (Quality is different
things to different people based on their belief and norms). 9
9
Adams C, Neely A. The performance prism to boost success. Measuring Health Business Excellence 2000;
4(3):19-23.

3
Sistem itu sendiri terdiri dari tiga komponen yakni struktur, proses dan hasil
(outcome ) yang sama pentingnya serta saling berhubungan dan saling
mempengaruhi. Oleh karena itu perlu kualifikasi penguasaan materi mutu bagi
pemimpin rumah sakit dan manajer mutu (quality manager) sebagaimana
dalam Gambar 1 berikut.

Seiring dengan perkembangan era globalisasi, terbukanya arus informasi dan


semakin meningkatnya tuntutan pengguna jasa layanan kesehatan akan mutu,
keselamatan serta biaya. Maka prinsip prinsip ’good corporate governance’
(dalam hal ini mencakup hospital governance dan clinical governance) – yakni
transparency, responsiveness dan accountable akan semakin menonjol serta
mengedepankan akan efesiensi dan efektifitas suatu pendidikan/pelayanan.

Istilah efesiensi sangat berhubungan erat antara inputs dan proses,


sedangkan efektifitas berhubungan dengan proses dan hasil. Sedangkan
istilah, definisi dan dimensi akan efisiensi juga belum ada kesepakatan yang
jelas dan eksplisit – tergantung dari berbagai perspektif. Efisiensi dapat
digolongkan kepada efisiensi tehnik (technical efficiency), efisiensi
produksi/hasil (productive efficiency) dan efisiensi alokatif
(allocative/societal efficiency) termasuk didalamnya bidang market dan
kesehatan. Oleh karena itu saat ini dibutuhkan tidak hanya ’doing things
right’, akan tetapi juga diperlukan prinsip manajemen ‘doing the right things’
(dikenal sebagai increasing effectiveness ) sehingga kombinasi keduanya
disebut sebagai prinsip manajemen layanan modern ‘doing the right things
right’. (Gambar 2). 10,11, 12,

10
Firmanda D. Key to success of quality care programs: empowering medical professional. Global
Health Journal 2000; 1(1) http://www.interloq.com/a26.htm
11
Firmanda D. The pursuit of excellence in quality care: a review of its meaning, elements, and
implementation. Global Health Journal 2000;1(2) http://www.interloq.com/a39vlis2.htm
12
Firmanda D. Total quality management in health care (Part One). Indones J Cardiol Pediatr 1999;
1(1):43-9.

4
Gambar 1. Ruang lingkup kualifikasi penguasaan materi bagi pemimpin IPDSA
11-12
dan manajer mutu (quality manager)

5
Gambar 2. Evolusi prinsip manajemen.13-15

Perkembangan akan ‘mutu’ itu sendiri dari cara ‘inspection’, quality control ,
quality assurance sampai ke total quality sangat bervariasi sesuai dengan
perkembangan ilmu. Jepang menggunakan istilah quality control untuk
seluruhnya, sedangkan di Amerika memakai istilah ‘continuous quality
improvement’ untuk ‘total quality’ dan Inggris memakai istilah quality
assurance untuk ‘quality assurance’, ‘continuous quality improvement’ maupun
untuk ‘ total quality’ dan tidak membedakannya. (Lihat Gambar 3).

6
Gambar 3. Skema sederhana perkembangan mutu.

Evolusi perkembangan mutu itu sendiri berasal dari bidang industri pada awal
akhir abad ke sembilan belas dan awal abad ke dua puluh di masa perang dunia
pertama. Pada waktu itu industri senjata menerapkan kaidah ‘inspection ’
dalam menjaga kualitas produksi amunisi dan senjata. Kemudian Shewart
mengembangkan dan mengadopsi serta menerapkan kaidah statistik sebagai
‘quality control’ serta memperkenalkan pendekatan siklus P-D-S-A ( Plan, Do,
Study dan A ct) yang mana hal ini kemudian dikembangkan oleh muridnya
Deming sebagai P-D-C-A ( Plan, D o, Check dan A ction). Kaidah PDCA ini
menjadi cikal bakal yang kemudian dikenal sebagai ‘generic form of quality
system’ dalam ‘quality assurance’ dari BSI 5751 (British Standards of
Institute) yang kemudian menjadi seri EN/ISO 9000 dan 14 000. (Lihat
Gambar 4).

7
Tatkala Deming diperbantukan ke Jepang dalam upaya memperbaiki dan
mengembangkan industri, beliau mengembangkan dengan memadukan unsur
budaya Jepang ‘kaizen’ dan filosofi Sun Tzu dalam hal ‘benchmarking’ maupun
manajemen dan dikenal sebagai ‘total quality’.13 (Lihat Gambar 5)

Gambar 4. Contoh dari model Quality Assurance versi ISO 9001:2000

Sedangkan Total Quality Management/Service (TQM/S) adalah suatu cara


pendekatan organisasi dalam upaya meningkatkan efektifitas, efisiensi dan
responsif organisasi secara melibatkan seluruh staf/karyawan dalam segala
proses aktifitas peningkatan mutu dalam rangka memenuhi
kebutuhan/tuntutan konsumen pengguna jasa organisasi organisasi tersebut.
(‘Process driven’ dan ‘customer-focused oriented’). Ini merupakan suatu
tingkat tertinggi dalam upaya organisasi tersebut untuk mencapai tingkat
dunia (World Class Quality Health Care ).14 Secara ringkas ada 5 struktur

13
Moss F, Palmberg M, Plsek P, Schellekens W. Quality improvement around the world: how much we
learn from each other. Qual Health Care 2000;8:63-6.
14
Firmanda D. Total Quality Management in Healthcare (Part One). Indones J Cardiol Pediatr 1999;
1(1):43-9.

8
komponen utama dalam Total Quality Management (TQM) yakni
understanding the customer, understanding the hospital’s business, quality
systems, continuous quality improvement dan quality tools. (Lihat Gambar 5).

Gambar 5. Komponen Total Quality Management (TQM)

Untuk dapat menguasai TQM harus menguasai akan kaidah/tehnik dari


perkembangan mutu itu sendiri dari inspection, quality control dengan seven
basic statistics process control/ SPC (Lihat Gambar 6), dan quality assurance
dengan ketiga kompenen utamanya yang terdiri setting standards, checking
the standards (audit and accreditation) dan continuous quality improvement
(CQI).

9
Gambar 6. S even basic statistics process control (SPC) dari Total Quality
Management (TQM).

10
Quality Assurance (QA)

Quality Assurance (QA) adalah tahap ke tiga dan yang paling penting dalam
perkembangan mutu suatu institusi/organisasi menuju tingkat yang lebih luas
dan tinggi (‘total quality’). QA itu sendiri terdiri dari beberapa komponen
15,16
sebagai berikut ;

1. Standar

Standar dibuat berdasarkan kebijakan ( policy), tujuan (aims) dan objektif


yang telah disepakati bersama dalam institusi tersebut untuk dijadikan
kriteria yang dapat ditinjau dari segi input/struktur, proses dan
output/outcome sebagaimana dapat pada Gambar 7 di bawah.

Untuk bidang kesehatan Donabedian 17 dengan ‘structure, process dan


outcome’ pada awal tahun 80an memperkenalkan tentang cara penilaian untuk
standar, kriteria dan indikator. Selang beberapa tahun kemudian Maxwell
mengembangkan ‘six dimensions of quality ’. Tehnik Donabedian dan Maxwell
ini lebih menitikberatkan tentang hal membuat standar dan penilaiannya
(akreditasi) yang merupakan 2 dari 3 komponen ‘ quality assurance’.18, 19

15
Nabitz U, Klazinga N, Walburg J. The EFQM excellence model: European and Dutch experiences
with the EFQM approach in health care. Int J Qual Health Care 2000;12(3): 191-201.
16
Shaw CD. External quality mechanisms for health care: summary of the ExPERT project on visitatie,
accreditation, EFQM and ISO assessment in European countries. Int J Qual Health Care 000;12(3):
169-75.
17
Donabedian A. The quality of care: how can it be assessed ? JAMA 1988; 260:1743-8.
18
Firmanda D. Total quality management in health care (Part One). Indones J Cardiol Pediatr 1999;
1(1):43-9.
19
Firmanda D. The pursuit of excellence in quality care: a review of its meaning, elements, and
implementation. Global Health Journal 2000;1(2) http://www.interloq.com/a39vlis2.htm

11
Gambar 7. Hubungan antara tujuan dan objekif suatu organisasi/ institusi
dalam hal standar, kriteria dan indikator mutu berdasarkan pendekatan
tehnik Donabedian dan Maxwell.

Ada beberapa tehnik/cara dalam membuat standar tersebut: cara


Donabedian atau Maxwell atau bahkan kombinasi antar keduanya (cara Don-
Max) sebagaimana contoh berikut (Gambar 8 dan 9):

12
Gambar 8. Contoh Implementasi Hubungan Tehnik Donabedian dan Maxwell
dalam hal standar, kriteria dan indikator mutu.

13
Standar Institusi Pendidikan Dokter Spesialis Anak (IPDSA)

Pada KONIKA XIII 2005 di Bandung telah diajukan Buku Standar Profesi
dan Standar Pendidikan Dokter Spesialis Anak (Gambar 9) yang disusun
bersama Pengurus Pusat IDAI dan Kolegium Ilmu Kesehatan Anak Indonesia
(sesuai dengan Undang Undang Nomor 29 Tahun 2004 Pasal 26 ayat 2b yang
menyatakan bahwa standar pendidikan untuk pendidikan profesi dokter
spesialis disusun oleh kolegium) dan bahkan pada saat yang sama telah
diserahkan kepada Ketua Konsil Kedokteran Indonesia KKI (Dr. Hardi Yusa
Sp.OG) untuk diminta pengesahan KKI sesuai dengan Undang Undang Nomor
29 Tahun 2004 Pasal 26 ayat 1 yang menyatakan bahwa standar pendidikan
disahkan oleh Konsil Kedokteran Indonesia.

Gambar 9. Buku Standar Profesi dan Standar Pendidikan Dokter Spesialis


Anak 2005

Buku Standar Profesi dan Standar Pendidikan Dokter Spesialis Anak


tersebut merupakan buku pertama di Indonesia dan bahkan menjadi acuan
organisasi profesi lain dalam membuat dan standarnya. Pada waktu itu Konsil
Kedokteran Indonesia (KKI) belum mempunyai format mengenai hal tersebut.
Buku Standar Profesi dan Standar Pendidikan Dokter Spesialis Anak
tersebut disusun dengan memperhatikan Undang Undang Republik Indonesia
Nomor: 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional (Sisdiknas),

14
Undang Undang Republik Indonesia Nomor: 29 Tahun 2004 tentang Praktik
Kedokteran, dan Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor:
131/Menkes/SK/II/2004 tentang Sistem Kesehatan Nasional, serta mengacu
kepada berbagai referensi luar negeri seperti Trilogy of World Federation
for Medical EducationDocuments – World Standards for Medical Education,
British General Medical Council dan Royal College of Physicians, American
Institute of Medicine serta disesuaikan aplikasinya dengan situasi kondisi di
tanah air.

Standar Profesi dan Standar Pendidikan untuk Dokter Spesialis Anak dan
Konsultan Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI) ini terdiri dari 6 standar, 4
Panduan pelaksanaan standar dan 3 instrumen penilaian akreditasi;
selengkapnya adalah sebagai berikut :

1. Standar Profesi Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI)


2. Panduan Pelaksanaan Standar Profesi Ikatan Dokter Anak Indonesia
(IDAI)
3. Standar Penyelenggara Kegiatan Pengembangan Profesi ( Continuous
Professional Development/CPD) Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI)
4. Panduan Penyelenggara Kegiatan Pengembangan Profesi ( Continuous
Professional Development/CPD) Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI).
5. Instrumen Penilaian Akreditasi Penyelenggara Kegiatan Pengembangan
Profesi (Continuous Professional Development/CPD) Ikatan Dokter
Anak Indonesia (IDAI)
6. Standar Pendidikan Dokter Spesialis Anak
7. Standar Institusi Pendidikan Dokter Spesialis Anak
8. Panduan Penilaian Akreditasi Institusi Pendidikan Dokter Spesialis
Anak
9. Instrumen Penilaian Akreditasi Institusi Pendidikan Dokter Spesialis
Anak
10. Standar Pendidikan Dokter Spesialis Anak Konsultan
11. Standar Institusi Pendidikan Dokter Spesialis Anak Konsultan
12. Panduan Penilaian Akreditasi Institusi Pendidikan Dokter Spesialis
Anak Konsultan
13. Instrumen Penilaian Akreditasi Institusi Pendidikan Dokter Spesialis
Anak Konsultan

15
Pada tanggal 28 September 2008 menerbitkan Keputusan Konsil Kedokteran
Indonesia Nomor 21/KKI/KRP/IX/2006 tentang Pengesahan Standar
Pendidikan Profesi Dokter Spesialis dan pada bulan November 2006 Konsil
Kedokteran Indonesia (KKI) berhasil menerbitkan buku Standar Pendidikan
Profesi Dokter Spesialis (Gambar 10).

Gambar 10. Standar Pendidikan Profesi Dokter Spesialis KKI 2006

Format Standar Pendidikan Profesi Dokter Spesialis KKI 2006 terdiri dari:

1. Misi dan Tujuan Pendidikan


2. Proses Pendidikan
3. Sistem Evaluasi Peserta Didik
4. Peserta Didik
5. Staf Akademik
6. Sumber Daya Pendidikan
7. Evaluasi Program
8. Penyelenggara Program dan Administrasi Pendidikan
9. Perbaikan Berkesinambungan
10. Aturan Tambahan

Sebetulnya Buku Standar Profesi dan Standar Pendidikan untuk Dokter


Spesialis Anak 2005 jauh lebih lengkap dan luas merangkum seluruh aspek

16
maupun segi struktur, proses, output/outcome dan impact dalam satu buku
sebagai satu kesatuan. Buku Standar Pendidikan Profesi Dokter Spesialis
KKI 2006 merupakan sebagai komponen nomor 6 dari 11 komponen dalam Buku
Standar Profesi dan Standar Pendidikan Dokter Spesialis Anak 2005 (lihat
halaman 5 di atas).

Esensi dan substansi Komponen 6 dalam Buku Standar Profesi dan Standar
Pendidikan Dokter Spesialis Anak 2005 adalah Standar Pendidikan Dokter
Spesialis Anak yang terdiri dari 10 standar yang tidak jauh berbeda esensi
dan substansinya dengan 10 standar dari Standar Pendidikan Profesi Dokter
Spesialis KKI 2006, karena sama sama mengacu pada Trilogy of World
Federation for Medical Education – perbedaannya hanya dari segi format
urutan.

Maka Kolegium Ilmu Kesehatan Anak Indonesia untuk komponen 6 yakni


Standar Pendidikan Profesi Dokter Spesialis Anak menyesuaikan formatnya
dengan format dari Standar Pendidikan Profesi Dokter Spesialis KKI 2006
sebagaimana Gambar 11.

Gambar 11. Standar Pendidikan Profesi Dokter Spesialis Anak 2007

Pada Lampiran 1 (halaman 91 sampai dengan 94) tentang Standar Institusi


Pendidikan Dokter Spesialis Anak dalam buku Standar Pendidikan Profesi
Dokter Spesialis Anak 2007 sama pesis tanpa perubahan dengan komponen 7
tentang Standar Institusi Pendidikan Dokter Spesialis Anak pada halaman 37

17
sampai 39 dalam buku Standar Profesi dan Standar Pendidikan Dokter
Spesialis Anak 2005.

Demikian juga Lampiran 2 (halaman 95 sampai dengan 117) tentang Instrumen


Penilain Akreditasi Institusi Pendidikan Dokter Spesialis Anak dalam buku
Standar Pendidikan Profesi Dokter Spesialis Anak 2007 sama pesis tanpa
perubahan dengan komponen 9 tentang Instrumen Penilaian Akreditasi
Institusi Pendidikan Dokter Spesialis Anak pada halaman 75 sampai 92 dalam
buku Standar Profesi dan Standar Pendidikan Dokter Spesialis Anak 2005.

Konsil Kedokteran Indonesia (KKI) telah mensahkan dengan Surat Keputusan


Nomor 41/KKI/KEP/IV/2008 pada tanggal 29 April 2008 tentang standar
kompetensi dan standar pendidikan dokter spesialis anak.

2. Self Assessment dan Akreditasi

Sampai saat ini Konsil Kedokteran Indonesia (KKI) belum mempunyai format
tentang akreditasi baik dalam hal standar, Panduan maupun instrumen untuk
pendidikan dokter dan dokter spesialis.

Dalam buku Standar Profesi dan Standar Pendidikan Dokter Spesialis Anak
2005 tercantum 5 komponen (lihat halaman 5 di atas) mengenai akreditasi
sebagai berikut :
1. Instrumen Penilaian Akreditasi Penyelenggara Kegiatan Pengembangan
Profesi (Continuous Professional Development/CPD) Ikatan Dokter
Anak Indonesia (IDAI) – sebagai komponen nomor 6 dalam buku
Standar Profesi dan Standar Pendidikan Dokter Spesialis Anak 2005
pada halaman 23 sampai 24.
2. Panduan Penilaian Akreditasi Institusi Pendidikan Dokter Spesialis
Anak - sebagai komponen nomor 8 dalam buku Standar Profesi dan
Standar Pendidikan Dokter Spesialis Anak 2005 pada halaman 41
sampai 43.
3. Instrumen Penilaian Akreditasi Institusi Pendidikan Dokter Spesialis
Anak - sebagai komponen nomor 9 dalam buku Standar Profesi dan
Standar Pendidikan Dokter Spesialis Anak 2005 pada halaman 45
sampai 61.
4. Panduan Penilaian Akreditasi Institusi Pendidikan Dokter Spesialis
Anak Konsultan - sebagai komponen nomor 12 dalam buku Standar

18
Profesi dan Standar Pendidikan Dokter Spesialis Anak 2005 pada
halaman 71 sampai 73.
5. Instrumen Penilaian Akreditasi Institusi Pendidikan Dokter Spesialis
Anak Konsultan - sebagai komponen nomor 13 dalam buku Standar
Profesi dan Standar Pendidikan Dokter Spesialis Anak 2005 pada
halaman 72 sampai 95.

Sedangkan World Federation for Medical Education bekerja sama dengan


WHO meluncurkan WHO/WFME Guidelines for Accreditation of Basic
Medical Education pada tahun 2005 juga. (Gambar 12 berikut)

Gambar 12. WHO/WFME Guidelines for Accreditation of Basic Medical


Education 2005

Dalam Panduan WHO/WFME Guidelines for Accreditation of Basic Medical


Education 2005 tersebut diperuntukan untuk pendidikan dokter, sedangkan
untuk pendidikan dokter spesialis belum ada – namun secara umum dari segi
substansi kemungkinan tidak akan berbeda. Substansi dalam WHO/WFME
Guidelines for Accreditation of Basic Medical Education 2005 tersebut mirip
dengan nomor 2 di atas pada halaman 9 yakni Panduan Penilaian Akreditasi
Institusi Pendidikan Dokter Spesialis Anak - sebagai komponen nomor 8
dalam buku Standar Profesi dan Standar Pendidikan Dokter Spesialis Anak
2005 pada halaman 41 sampai 43.

19
Namun pada WHO/WFME Guidelines for Accreditation of Basic Medical
Education 2005 ada proses sebelum akreditasi yakni self-evaluation (self-
assessment).

Atas dasar di atas tersebut, maka Komisi III Akreditasi KIKA melaksanakan
implementasi penilaian diri (self-assessment) tersebut dengan tujuan
pembinaan, pematangan dan persiapan menuju akreditasi secara memodifikasi
Instrumen Penilaian Akreditasi Institusi Pendidikan Dokter Spesialis Anak -
sebagaimana komponen nomor 9 dalam buku Standar Profesi dan Standar
Pendidikan Dokter Spesialis Anak 2005 (halaman 45 sampai 61) disesuaikan
dengan format dari WHO/WFME Guidelines for Accreditation of Basic
Medical Education 2005 dan situasi kondisi di Indonesia serta peraturan dan
perundangan yang berlaku; maka Instrumen Penilaian Diri (Self-Assesment)
Institusi Pendidikan Dokter Spesialis Anak terdiri dari 9 standar utama
yakni:
1. Visi, Misi dan Tujuan (Objektif) Institusi Pendidikan Dokter Spesialis
Anak.
2. Program Pendidikan Dokter Spesialis Anak
3. Penilaian Peserta Program Pendidikan Dokter Spesialis Anak
4. Peserta Didik di Institusi Pendidikan Dokter Spesialis Anak
5. Staf Pengajar di Institusi Pendidikan Dokter Spesialis Anak
6. Sarana Pendidikan di Institusi Pendidikan Dokter Spesialis Anak
7. Program Evaluasi di Institusi Pendidikan Dokter Spesialis Anak
8. Tatakelola dan administrasi di Institusi Pendidikan Dokter Spesialis
Anak
9. Program Peningkatan Mutu di Institusi Pendidikan Dokter Spesialis
Anak
Dalam setiap standar tersebut mencakup parameter kriteria dan indikator
serta nilai dari setiap indikator tersebut. Untuk selengkapnya dapat dilihat
mulai dari halaman 11 sampai dengan halaman 44.

Berdasarkan pengalaman self-asessment Pertama dan beberpa usulan


masukan penyempurnaan pada Rapat Kerja Kolegium di Palembang tanggal 29
- 30 November 2008 – maka Komisi III (Akreditasi) Kolegium Ilmu
Kesehatan Anak Indonesia telah melakukan revisi instrumen tersebut
menjadi terdiri dari 9 standar dengan 36 kriteria dan 180 indikator penilaian
IPDSA sebagimana dalam Tabel 1 berikut:

20
Instrumen Self-Assesment / Akreditasi
IPDSA

Terdiri dari:

1. Standar = 9
2. Kriteria = 36
3. Indikator = 168

Parameter
Standar No. Kriteria Indikator
1. VMOT 1 5
2. Program 6 30
3. Penilaian 8 40
4. PPDSA 2 10
5. Staf 2 10
6. Sarana 8 40
7. Program Evalusi 3 15
8. Tatakelola 4 20
9. Peningkatan Mutu 2 10
9 Standar 36 kriteria 180 indikator

Tabel 1. Instrumen Penilaian IPDSA.

Untuk selengkapnya dapat dilihat pada Lampiran 1.

21
3. Continuous Quality Improvement (CQI)

Continuous Quality Improvement (CQI) adalah langkah selanjutnya dalam


siklus QA yang merupakan upaya institusi pendidikan tersebut
mempertahankan ( monitoring) dan meningkatkan mutu melalui berbagai
kegiatan sesuai standar, kriteria dan indikator yang telah ditetapkan
sebelumnya dalam suatu sistem manajemen mutu sebagaimana dapat dilihat
pada Gambar 13 dan 14 berikut. Continuous Quality Improvement (CQI)
merupakan salah satu kunci utama dalam Quality Assurance bila institusi
pendidikan tersebut akan meningkatkan mutunya dan masuk ke kelas dunia.

Gambar 13. Skema ringkas konsep Continuous Quality Improvement (CQI)

22
Gambar 14. Hubungan Kinerja (performance) dengan Quality Control (QC) dan
Quality Improvement (CQI)

23
Ringkasan Beberapa Batasan/Istilah dalam Akreditasi IPDSA:
1. Definisi Akreditasi
2. Ruang Lingkup Akreditasi
3. Tujuan Akreditasi
4. Konsep Akreditasi
5. Struktur Akreditasi
6. Model Akreditasi
7. Implementasi Akreditasi
8. Monitoring Akreditasi
9. Evaluasi Akreditasi

1. Definisi Akreditasi

Akreditasi adalah suatu proses penilaian dalam rangka pengakuan


telah memenuhi standar yang telah ditentukan.

Akreditasi merupakan langkah kedua dari 3 langkah dalam program


quality assurance.

Program quality assurance terdiri dari:


i. Standarisasi – meliputi kriteria yang terukur (measurable )
dan indikator satuan waktu (time-frame).
ii. Akreditasi – dilakukan setelah yang akan dinilai melaksanakan
penilian diri (self-assessment) maksimal 2 (dua) kali terlebih
dahulu.
iii. Kegiatan mutu berkesinambungan (contiuous quality
improvement) dengan mempergunakan kaidah mutu (Plan-Do-
Check-Action) dalam rangka mempertahankan dan atau
meningkatkan mutu.

2. Ruang Lingkup Akreditasi

Ruang lingkup Akreditasi harus jelas dan eksplisit dalam rangka


pendidikan meliputi kriteria struktur, proses, output, outcome dan
impact bila memungkinkan.

24
1. Tujuan Akreditasi

i. Untuk pembinaan dan pengembangan institusi tersebut


mendapat pengakuan telah memenuhi standar yang telah
ditentukan.
ii. Untuk dapat melaksanakan benchmarking antar institusi.
iii. Untuk memberikan jaminan kepada pihak yang
berkepentingan (peserta didik, tenaga didik, pemilik institusi
dan penyandang dana)

4. Konsep Akreditasi

Memenuhi persyaratan standar nasional yang telah ditentukan dan


standar international yang dikehendaki dengan nilai norma norma dalam
profesi dan masyarakat serta sesuai dengan peraturan dan
perundangan yang berlaku.

5. Struktur Akreditasi

Terdiri dari instrumen penilaian diri (self assessment) dan akreditasi


itu sendiri.

6. Model Akreditasi

Pendekatan secara bottom-up approach untuk penilaian diri (self-


assessment) dan secara top-down approach untuk akreditasi serta
kombiasi keduanya untuk pembinaan/pengembangn dan peningkatan
mutu.

7. Implementasi Akreditasi

Penilaian dilakukan oleh surveyor/asesor yang berlisensi untuk me-


laksanakan akreditasi.

Lisensi tersebut berjenjang dari pratama, madya dan utama serta


dikeluarkan oleh Kolegium Ilmu Kesehatan Anak Indonesia.

25
Kriteria penjenjangan lisensi surveyor/asesor tersebut ditentukan dan
diatur secara terpisah oleh Kolegium Ilmu Kesehatan Anak Indonesia.

8. Monitoring Akreditasi

Dilaksanakan oleh Komite III Akreditasi dan Pengurus Harian Kolegium


Ilmu Kesehatan Anak Indonesia.

9. Evaluasi Akreditasi

Evaluasi promotif dilaksanakan oleh Komite III Akreditasi dan


Pengurus Harian Kolegium Ilmu Kesehatan Anak Indonesia untuk tindak
lanjut upaya perbaikan/peningkatan mutu.

Sertifikat Akreditasi diberikan oleh Kolegium Ilmu Kesehatan Anak


Indonesia untuk batasan waktu tertentu bila telah memenuhi atau
mencapai standar yang telah ditentukan

Evaluasi Sumatif dalam bentuk laporan pertanggung jawaban dalam


KONIKA.

26
Maka pada Rapat Kerja ini, Komisi III (Akreditasi) akan menyampaikan
agenda yang terdiri dari 2 hal utama yakni:

1. Mengenai self-assesment Kedua sebagai tindak lanjut menuju


akreditasi dalam persiapan dan pembinaan menuju IPDSA yang
bermutu sekaligus mengantisipasi pemberlakuan implementasi modus
keempat dalam era liberalisasi perdaganan jasa bidang kesehatan
untuk negara kawasan Asia Tenggara sesuai dengan perjanjian
kerjasama ASEAN Mutual Recognition Arrangement on Medical
Practitioners (MRA-MP) mulai 1 Januari 2010.
2. Menyusun jadwal kegiatan kerja dan target yang diharapkan

27
Rencana Strategis dan Rencana Kerja Komisi III
(Akreditasi)
Kolegium Ilmu Kesehatan Anak Indonesia

Langkah langkah Penyusunan Rencana Strategis dan Rencana Kerja:

1. Memperhatikan:
a. Visi IDAI dan KIKA yakni menjadi World Class Pediatrics Training
Institution pada tahun 2015.
b. Ciri ciri untuk menjadi kelas dunia tersebut terdiri:
i. Melampaui standar/target nasional (Exceeding national targets)
ii. Melakukan upaya benchmarking
iii. Melaksanakan upaya peningkatan mutu berkesinambungan
(Continuous Quality Improvement)

2. Mempertimbangkan hasil asumsi analisis SWOT untuk Komisi III berikut:

Strength

28
3. Selanjutnya dengan menggunakan kaidah tehnik kombinasi Balanced
Scorecard dan Strategic Focused Organisation (SFO) Komisi III
Akreditasi untuk mencapai visi KIKA:

Visi KIKA:
World Class Pediatrics Training
Institution 2015

Perspektif Standar Continuous


Nasional/International Benchmarking Quality
Improvement
Strategic Aims Trilogy of WFME Regional P-D-C-A
Critical Succes  Standar Mutual Revisi standar,
Factors Pendidikan Sp1 Recognition kriteria dan
dan 2 Agreement indikator
 Self-Assessment (MRA)
 Akreditasi
Strategic Jumlah, % dan Skor IPDSA Skor Pembinaan dan
measures IPDSA terakreditasi Akreditasi A Monev
Action Plan Self Assessment Survei Pematangan
Akreditasi Skala Prioritas instrumen dan
asesor

Maka Rencana Strategis dan Rencana Kerja serta target time-


frame Komisi III Akreditasi periode 2008 – 2011 dalam bentuk
Gantt Charts adalah sebagai berikut:

29
Gantt Charts : Rencana Strategis dan Rencana Kerja Komisi III Akreditasi

Rencana Strategis 2008 2009 2010 2011


Rencana Kerja Nov Des I II III I II III I II
Self-Assesment 1 2
Persiapan dan
pematangan:
2. instrumen
3. surveyor/asesor
Akreditasi
Re-akreditasi

Target 60% IPDSA 80% IPDSA


terakreditasi terakreditasi
Skor ≥80 = A A = 2 IPDSA A = 2 IPDSA
70 – 79 = B B = 3 IPDSA B = 3 IPDSA
60 – 69 = C C = 4 IPDSA C = 7 IPDSA
≤59 = Re-akreditasi
A : masuk tahap benchmarking regional
Tabel 2. Rencana Strategis dan Rencana Kerja yang diajukan pada Raker KIKA di Palembang 29-30
November 2009.

30
Rencana Kerja Revisi Komisi III (Akreditasi) Jakrta 10 – 11 Januari 2010
Gantt Charts : Rencana Strategis dan Rencana Kerja Komisi III Akreditasi
Rencana Strategis 2008 2009 2010 2011
Rencana Kerja Nov Des I II III I II III I II
Self-Assesment 1 2
Persiapan dan
pematangan:
4. instrumen
5. surveyor/asesor
Akreditasi
Re-akreditasi

Target 80% IPDSA


terakreditasi
Skor ≥80 = A A = 3 IPDSA
70 – 79 = B B = 2 IPDSA
60 – 69 = C C = 7 IPDSA
≤59 = Re-akreditasi
A : masuk tahap benchmarking regional
Tabel 3. Rencana Strategis dan Rencana Kerja Revisi.

31
LAMPIRAN 1:

FORMULIR ISIAN SELF-ASSESSMENT/AKREDITASI 2

Akan dibagikan pada Sidang Komisi III (Akreditasi)

Ketua Komisi III Sekretaris Komisi III

Prof Sofyan Ismael Dody Firmanda

32
Instrumen Penilaian Diri (Self-Assessment) dan Akreditasi
Institusi Pendidikan Dokter Spesialis Anak (IPDSA)

Nama Institusi .......................................................................................................


.......................................................................................................
Alamat Lengkap dan .......................................................................................................
Kode Pos .......................................................................................................
Telepon/Fax .......................................................................................................

E-mail .......................................................................................................

Website .......................................................................................................

Nama Dekan FK .......................................................................................................

Nama Direktur RS .......................................................................................................

Nama Ketua
Departemen: .......................................................................................................
Nama Ketua
Program Studi S1 .......................................................................................................
Nama Ketua
Program Studi Sp.1 .......................................................................................................
Nama Ketua
Program Studi Sp.2 .......................................................................................................
Nama Sekretaris
Program Studi S1 .......................................................................................................
Nama Sekretaris
Program Studi Sp.1 .......................................................................................................
Nama Sekretaris
Program Studi Sp.2 .......................................................................................................

1
Standar 1: Visi, Misi dan Tujuan (Objektif) Institusi Pendidikan Dokter
Spesialis Anak.

S1 P1 Institusi Pendidikan Dokter Spesialis Anak (IPDSA) tersebut


mempunyai visi, misi dan tujuan (objektif) serta target pendidikan
dokter spesialis anak.

Nilai: Kriteria:

1 IPDSA tersebut tidak/belum mempunyai visi, misi dan


tujuan (objektif) serta target pendidikan dokter
spesialis anak secara tertulis.

2 IPDSA tersebut mempunyai visi, misi dan tujuan


(objektif) serta target pendidikan dokter spesialis
anak secara tertulis, akan tetapi belum/tidak
disahkan oleh pimpinan institusi (Dekan Fakultas
Kedokteran/Direktur Rumah Sakit).

3 IPDSA tersebut mempunyai visi, misi dan tujuan


(objektif) serta target pendidikan dokter spesialis
anak secara tertulis dan telah disahkan oleh
pimpinan institusi (Dekan Fakultas Kedokteran/
Direktur Rumah Sakit).

4 IPDSA tersebut mempunyai visi, misi dan tujuan


(objektif) serta target pendidikan dokter spesialis
anak secara tertulis dan telah disahkan oleh pimpinan
institusi (Dekan Fakultas Kedokteran/ Direktur
Rumah Sakit) serta seluruh staf pengajar dan peserta
didik mengetahui dan memahami akan visi, misi dan
tujuan (objektif) serta target tersebut.

5 IPDSA tersebut telah melakukan evaluasi/revisi akan


visi, misi dan tujuan (objektif) serta target
pendidikan dokter spesialis anak, dan ada rencana
tindak lanjut secara tertulis

2
Standar 2: Program Pendidikan Dokter Spesialis Anak di Institusi
Pendidikan Dokter Spesialis Anak (IPDSA)

S2 P1 Institusi Pendidikan Dokter Spesialis Anak (IPDSA) tersebut


mempunyai Program Pendidikan Dokter Spesialis Anak yang mengacu
kepada Program Pendidikan Dokter Spesialis Fakultas Kedokteran
setempat dan Standar Pendidikan Profesi Dokter Spesialis Anak
dari Kolegium Ilmu Kesehatan Anak Indonesia yang telah disahkan
oleh Konsil Kedokteran Indonesia.

Nilai: Kriteria:
1 IPDSA tersebut tidak mempunyai Program
Pendidikan Dokter Spesialis Anak secara tertulis.

2 IPDSA tersebut mempunyai Panduan Pendidikan


Dokter Spesialis Anak secara tertulis, akan tetapi
belum/tidak mengacu kepada Program Pendidikan
Dokter Spesialis Fakultas Kedokteran setempat dan
Standar Pendidikan Profesi Dokter Spesialis Anak.

3 IPDSA tersebut mempunyai Program Pendidikan


Dokter Spesialis Anak secara tertulis mengacu
kepada Program Pendidikan Dokter Spesialis Fakultas
Kedokteran setempat dan Standar Pendidikan Profesi
Dokter Spesialis Anak akan tetapi belum/tidak
disahkan oleh pimpinan institusi (Dekan Fakultas
Kedokteran/ Direktur Rumah Sakit).

4 IPDSA tersebut mempunyai Program Pendidikan


Dokter Spesialis Anak mengacu kepada Program
Pendidikan Dokter Spesialis Fakultas Kedokteran
setempat dan Standar Pendidikan Profesi Dokter
Spesialis Anak serta telah disahkan oleh pimpinan
institusi (Dekan Fakultas Kedokteran/ Direktur
Rumah Sakit).

5 IPDSA tersebut telah melakukan evaluasi/revisi akan


Program tersebut, dan ada rencana tindak lanjut.

3
S2 P2 Institusi Pendidikan Dokter Spesialis Anak (IPDSA) tersebut
mempunyai Panduan Pendidikan Dokter Spesialis Anak yang mengacu
kepada Kurikulum Pendidikan Dokter Spesialis Anak serta Standar
Pendidikan Profesi Dokter Spesialis Anak dari Kolegium Ilmu
Kesehatan Anak Indonesia yang telah disahkan oleh Konsil
Kedokteran Indonesia.

Nilai: Kriteria:
1 IPDSA tersebut tidak mempunyai Panduan
Pendidikan Dokter Spesialis Anak.

2 IPDSA tersebut mempunyai Panduan Pendidikan


Dokter Spesialis Anak, akan tetapi belum/tidak
mengacu kepada Kurikulum Pendidikan Dokter
Spesialis Anak yang dikeluarkan oleh Kolegium Ilmu
Kesehatan Anak Indonesia.

3 IPDSA tersebut mempunyai Panduan Pendidikan


Dokter Spesialis Anak dan mengacu kepada Kurikulum
Pendidikan Dokter Spesialis Anak yang dikeluarkan
oleh Kolegium, akan tetapi belum/tidak disahkan oleh
pimpinan institusi (Dekan Fakultas Kedokteran/
Direktur Rumah Sakit).

4 IPDSA tersebut mempunyai Panduan Pendidikan


Dokter Spesialis Anak dan mengacu kepada Kurikulum
Pendidikan Dokter Spesialis Anak yang dikeluarkan
oleh Kolegium dan telah disahkan oleh pimpinan
institusi (Dekan Fakultas Kedokteran/Direktur Rumah
Sakit), serta seluruh staf pengajar dan peserta didik
mengetahui dan memahami Panduan tersebut.

5 IPDSA tersebut telah melakukan evaluasi/revisi akan


Panduan Pendidikan Dokter Spesialis Anak, dan ada
rencana tindak lanjut secara tertulis.

4
S2 P3 Panduan Pendidikan Dokter Spesialis Anak tersebut menerangkan
tentang objektif setiap jenjang tingkat pendidikan di institusi
tersebut dan sesuai Standar Pendidikan Profesi Dokter Spesialis
Anak dari Kolegium Ilmu Kesehatan Anak Indonesia yang telah
disahkan oleh Konsil Kedokteran Indonesia.

Nilai: Kriteria:

1 Panduan Pendidikan Dokter Spesialis Anak tersebut


tidak menerangkan tentang objektif setiap jenjang
tingkat pendidikan di institusi tersebut.

2 Panduan Pendidikan Dokter Spesialis Anak tersebut


menerangkan tentang objektif pendidikan akan tetapi
tidak/belum lengkap untuk setiap jenjang tingkat
pendidikan di institusi tersebut.

3 Panduan Pendidikan Dokter Spesialis Anak tersebut


menerangkan tentang objektif dan telah lengkap
untuk setiap jenjang tingkat pendidikan di institusi
tersebut akan tetapi belum disahkan oleh pimpinan
intitusi tersebut (Dekan Fakultas Kedokteran/
Direkur Rumah Sakit).

4 Panduan Pendidikan Dokter Spesialis Anak tersebut


menerangkan tentang objektif dan telah lengkap
untuk setiap jenjang tingkat pendidikan di institusi
tersebut dan disahkan oleh pimpinan intitusi tersebut
(Dekan Fakultas Kedokteran/Direkur Rumah Sakit)
serta seluruh staf pengajar dan peserta didik
mengetahui dan memahami objektif setiap jenjang
tingkat pendidikan di institusi tersebut.

5 IPDSA tersebut telah melakukan evaluasi/revisi akan


objektif setiap jenjang tingkat pendidikan, dan ada
rencana tindak lanjut secara tertulis.

5
S2 P4 Institusi Pendidikan Dokter Spesialis Anak (IPDSA) tersebut
mempunyai Log Book untuk peserta didik yang mengacu kepada
Panduan Pendidikan Dokter Spesialis Anak di institusi tersebut dan
Kurikulum Pendidikan Dokter Spesialis Anak yang dikeluarkan oleh
Kolegium Ilmu Kesehatan Anak Indonesia.

Nilai: Kriteria:
1 IPDSA tersebut tidak mempunyai Log Book untuk
peserta didik.

2 IPDSA tersebut mempunyai Log Book untuk peserta


didik, akan tetapi belum/tidak mengacu kepada
Panduan Pendidikan Dokter Spesialis Anak di institusi
tersebut dan Kurikulum Pendidikan Dokter Spesialis
Anak yang dikeluarkan oleh Kolegium.

3 IPDSA tersebut mempunyai Log Book untuk peserta


didik mengacu kepada Panduan Pendidikan Dokter
Spesialis Anak dan Kurikulum Pendidikan Dokter
Spesialis Anak yang dikeluarkan oleh Kolegium, akan
tetapi belum/tidak disahkan oleh pimpinan institusi
(Dekan Fakultas Kedokteran/Direktur Rumah Sakit).

4 IPDSA tersebut mempunyai Log Book untuk peserta


didik telah disahkan oleh pimpinan institusi (Dekan
Fakultas Kedokteran/Direktur Rumah Sakit) serta
seluruh staf pengajar dan peserta didik mengetahui
dan memahami penggunaan Log Book tersebut.

5 IPDSA tersebut telah melakukan evaluasi/revisi akan


Log Book untuk peserta didik, dan ada rencana tindak
lanjut secara tertulis.

6
S2 P5 Log Book tersebut diimplementasikan secara kontinyu dan konsisten.

Nilai: Kriteria:

1 Log Book di IPDSA tersebut belum/tidak


diimplementasikan secara kontinyu dan konsisten.

2 Log Book di IPDSA tersebut telah diimplementasikan


akan tetapi belum/tidak kontinyu dan konsisten (baru
sebagian yang telah diimplementasikan).

3 Log Book di IPDSA tersebut telah diimplementasikan


sepenuhnya secara kontinyu dan konsisten.

4 Log Book di IPDSA tersebut telah diimplementasikan


sepenuhnya secara kontinyu dan konsisten serta
setiap aktifitas peserta didik dibubuhi tanda tangan
supervisor terkait.

5 IPDSA tersebut telah melakukan evaluasi/revisi akan


proses implementasi Log Book, dan ada rencana
tindak lanjut secara tertulis.

7
S2 P6 Institusi Pendidikan Dokter Spesialis Anak (IPDSA) tersebut
memberikan Sertifikat Kompetensi kepada peserta didik untuk
setiap jenjang pendidikan.

Nilai: Kriteria:

1 IPDSA tersebut belum/tidak memberikan Sertifikat


Kompetensi kepada peserta didik untuk setiap
jenjang pendidikan.

2 IPDSA tersebut telah memberikan Sertifikat


Kompetensi kepada sebagian (belum seluruh) peserta
didik untuk setiap jenjang pendidikan.
3 IPDSA tersebut telah memberikan Sertifikat
Kompetensi kepada seluruh peserta didik untuk
setiap jenjang pendidikan.
4 IPDSA tersebut telah memberikan Sertifikat
Kompetensi kepada seluruh peserta didik untuk
setiap jenjang pendidikan dan mendokumentasikannya
dengan lengkap.
5 IPDSA tersebut telah melakukan evaluasi/revisi akan
Sertifikat Kompetensi kepada peserta didik untuk
setiap jenjang pendidikan. dan ada rencana tindak
lanjut secara tertulis.

8
Standar 3: Penilaian Peserta Didik Program Pendidikan Dokter Spesialis
Anak

S3 P1 Institusi Pendidikan Dokter Spesialis Anak (IPDSA) tersebut


melaksanakan penilaian terhadap peserta didik sesuai dengan
Standar Pendidikan Profesi Dokter Spesialis Anak dari Kolegium
Ilmu Kesehatan Anak ndonesia yang telah disahkan oleh Konsil
Kedokteran Indonesia (KKI).

Nilai: Kriteria:

1 IPDSA tersebut melaksanakan penilaian belum/tidak


sesuai dengan Standar Pendidikan Profesi Dokter
Spesialis Anak dari Kolegium.

2 IPDSA tersebut telah melaksanakan penilaian kepada


sebagian (belum seluruh) peserta didik sesuai dengan
Standar Pendidikan Profesi Dokter Spesialis Anak

3 IPDSA tersebut telah melaksanakan penilaian kepada


seluruh peserta didik sesuai dengan Standar
Pendidikan Profesi Dokter Spesialis Anak.

4 IPDSA tersebut telah melaksanakan penilaian kepada


seluruh peserta didik sesuai dengan Standar
Pendidikan Profesi Dokter Spesialis Anak dan
mendokumentasikannya dengan lengkap.

5 IPDSA tersebut telah melakukan evaluasi/revisi akan


pelaksanaan penilain tersebut sesuai dengan Standar
Pendidikan Profesi Dokter Spesialis Anak kepada
peserta didik untuk setiap jenjang pendidikan. dan
ada rencana tindak lanjut secara tertulis.

9
S3 P2 Log Book Peserta Didik di IPDSA tersebut mencerminkan aktifitas
penilaian yang akan dinilai dari peserta didik di institusi tersebut
dan mengacu kepada Panduan Pendidikan Dokter Spesialis Anak di
institusi tersebut dan Standar Pendidikan Profesi Dokter Spesialis
Anak dari Kolegium Ilmu Kesehatan Anak Indonesia.

Nilai: Kriteria:
1 Log Book di IPDSA tersebut belum/tidak
mencerminkan aktifitas penilaian yang akan dinilai
dari peserta didik di institusi tersebut.

2 Log Book di IPDSA tersebut telah mencerminkan


aktifitas penilaian yang akan dinilai dari peserta didik,
akan tetapi belum/tidak mengacu kepada Panduan
Pendidikan Dokter Spesialis Anak di institusi
tersebut dan Standar Pendidikan Profesi Dokter
Spesialis Anak dari Kolegium.

3 Log Book di IPDSA tersebut telah mencerminkan


aktifitas penilaian yang akan dinilai dari peserta didik
dan mengacu kepada Panduan Pendidikan Dokter
Spesialis Anak dan Kurikulum dari Kolegium, akan
tetapi belum/tidak disahkan oleh pimpinan institusi
(Dekan Fakultas Kedokteran/Direktur Rumah Sakit).

4 Log Book di IPDSA tersebut telah mencerminkan


aktifitas penilaian yang akan dinilai dari peserta didik
dan mengacu kepada Panduan Pendidikan Dokter
Spesialis Anak dan Kurikulum dari Kolegium, dan telah
disahkan oleh pimpinan institusi (Dekan Fakultas
Kedokteran/Direktur Rumah Sakit) serta seluruh
staf pengajar dan peserta didik peserta didik
mengetahui dan memahami aktivitas penilaian.

5 IPDSA tersebut telah melakukan evaluasi/revisi akan


Log Book sebagai cerminan aktifitas penilaian yang
akan dinilai dari untuk peserta didik, dan ada rencana
tindak lanjut secara tertulis.

10
S3 P3 Institusi Pendidikan Dokter Spesialis Anak (IPDSA) tersebut
mempergunakan metoda Mini-CEX dalam penilaian peserta didik.

Nilai: Kriteria:

1 IPDSA tersebut belum/tidak mempergunakan metoda


Mini-CEX dalam penilaian peserta didik.

2 IPDSA tersebut telah mempergunakan metoda Mini-


CEX dalam penilaian peserta didik akan tetapi kurang
dari dua kali dalam setahun.

3 IPDSA tersebut telah mempergunakan metoda Mini-


CEX dalam penilaian peserta didik dua sampai empat
kali dalam setahun.

4 IPDSA tersebut telah mempergunakan metoda Mini-


CEX dalam penilaian peserta didik lebih dari empat
kali dalam setahun.

5 IPDSA tersebut telah melakukan evaluasi/revisi akan


metoda penilaian Mini-Cex, dan ada rencana tindak
lanjut secara tertulis.

11
S3 P4 Institusi Pendidikan Dokter Spesialis Anak (IPDSA) tersebut
mempergunakan metoda ujian OSCE dalam penilaian peserta didik.

Nilai: Kriteria:

1 IPDSA tersebut belum/tidak mempergunakan metoda


OSCE dalam penilaian peserta didik.

2 IPDSA tersebut telah mempergunakan metoda OSCE


dalam penilaian peserta didik akan tetapi kurang dari
dua kali dalam setahun.

3 IPDSA tersebut telah mempergunakan metoda OSCE


dalam penilaian peserta didik dua sampai empat kali
dalam setahun.

4 IPDSA tersebut telah mempergunakan metoda OSCE


dalam penilaian peserta didik lebih dari empat kali
dalam setahun.

5 IPDSA tersebut telah melakukan evaluasi/revisi akan


metoda penilaian OSCE, dan ada rencana tindak
lanjut secara tertulis.

12
S3 P5 Institusi Pendidikan Dokter Spesialis Anak (IPDSA) tersebut
mempergunakan metoda Mini-PAT dalam penilaian peserta didik.

Nilai: Kriteria:

1 IPDSA tersebut belum/tidak mempergunakan metoda


Mini-PAT dalam penilaian peserta didik.

2 IPDSA tersebut telah mempergunakan metoda Mini-


PAT dalam penilaian peserta didik akan tetapi kurang
dari dua kali dalam setahun.

3 IPDSA tersebut telah mempergunakan metoda Mini-


PAT dalam penilaian peserta didik dua sampai empat
kali dalam setahun.

4 IPDSA tersebut telah mempergunakan metoda Mini-


PAT dalam penilaian peserta didik lebih dari empat
kali dalam setahun.

5 IPDSA tersebut telah melakukan evaluasi/revisi akan


metoda penilaian Mini-PAT, dan ada rencana tindak
lanjut secara tertulis.

13
S3 P6 Institusi Pendidikan Dokter Spesialis Anak (IPDSA) tersebut
mempergunakan metoda DOPS dalam penilaian peserta didik.

Nilai: Kriteria:

1 IPDSA tersebut belum/tidak mempergunakan metoda


DOPS dalam penilaian peserta didik.

2 IPDSA tersebut telah mempergunakan metoda DOPS


dalam penilaian peserta didik akan tetapi kurang dari
dua kali dalam setahun.

3 IPDSA tersebut telah mempergunakan metoda DOPS


dalam penilaian peserta didik dua sampai empat kali
dalam setahun.

4 IPDSA tersebut telah mempergunakan metoda DOPS


dalam penilaian peserta didik lebih dari empat kali
dalam setahun.

5 IPDSA tersebut telah melakukan evaluasi/revisi akan


metoda penilaian DOPS, dan ada rencana tindak
lanjut secara tertulis.

14
S3 P7 Institusi Pendidikan Dokter Spesialis Anak (IPDSA) tersebut
mempergunakan metoda Case-based Discussion (CbD) dalam penilaian
peserta didik.

Nilai: Kriteria:

1 IPDSA tersebut belum/tidak mempergunakan metoda


Cb-D dalam penilaian peserta didik.

2 IPDSA tersebut telah mempergunakan metoda


Portfolio dalam penilaian peserta didik akan tetapi
kurang dari dua kali dalam setahun.

3 IPDSA tersebut telah mempergunakan metoda Cb-D


dalam penilaian peserta didik dua sampai empat kali
dalam setahun.

4 IPDSA tersebut telah mempergunakan metoda Cb-D


dalam penilaian peserta didik lebih dari empat kali
dalam setahun.

5 IPDSA tersebut telah melakukan evaluasi/revisi akan


metoda penilaian Cb-D, dan ada rencana tindak lanjut
secara tertulis.

15
S3 P8 Institusi Pendidikan Dokter Spesialis Anak (IPDSA) tersebut
mempergunakan metoda Portfolio dalam penilaian peserta didik.

Nilai: Kriteria:

1 IPDSA tersebut belum/tidak mempergunakan metoda


Portfolio dalam penilaian peserta didik.

2 IPDSA tersebut telah mempergunakan metoda


Portfolio dalam penilaian peserta didik akan tetapi
kurang dari dua kali dalam setahun.

3 IPDSA tersebut telah mempergunakan metoda


Portfolio dalam penilaian peserta didik dua sampai
empat kali dalam setahun.

4 IPDSA tersebut telah mempergunakan metoda


Portfolio dalam penilaian peserta didik lebih dari
empat kali dalam setahun.

5 IPDSA tersebut telah melakukan evaluasi/revisi akan


metoda penilaian Portfolio, dan ada rencana tindak
lanjut secara tertulis.

16
Standar 4. Peserta Didik di Institusi Pendidikan Dokter Spesialis Anak

S4 P1 Panduan Pendidikan Dokter Spesialis Anak di Institusi Pendidikan Dokter


Spesialis anak (IPDSA) tersebut menerangkan tentang mekanisme proses
rekrutmen dan kriteria penerimaan serta pemberhentian peserta didik
mengacu kepada kebijakan Fakultas Kedokteran setempat dan Standar
Pendidikan Profesi Dokter Spesialis Anak Indonesia yang telah disahkan
konsil Kedokteran Indonesia (KKI).

Nilai: Kriteria:

1 Panduan Pendidikan Dokter Spesialis Anak di IPDSA


tersebut tidak menerangkan tentang mekanisme proses
rekrutmen dan kriteria penerimaan serta pemberhentian
peserta didik.

2 Panduan di IPDSA tersebut menerangkan tentang


mekanisme proses rekrutmen dan kriteria penerimaan
serta pemberhentian peserta didik, akan tetapi
belum/tidak mengacu kepada kebijakan FK setempat dan
Kurikulum serta Standar Pendidikan Profesi Dokter
Spesialis Anak Indonesia.

3 Panduan di IPDSA tersebut menerangkan tentang


mekanisme proses rekrutmen dan kriteria penerimaan
serta pemberhentian peserta didik sesuai dengan
Kurikulum dari Kolegium, akan tetapi belum/tidak disahkan
oleh pimpinan institusi (Dekan Fakultas
Kedokteran/Direktur Rumah Sakit).

4 Panduan di IPDSA tersebut menerangkan tentang


mekanisme proses rekrutmen dan kriteria penerimaan
serta pemberhentian peserta didik sesuai dengan
Kurikulum dari Kolegium dan telah disahkan oleh pimpinan
institusi (Dekan Fakultas Kedokteran/Direktur Rumah
Sakit).

5 IPDSA tersebut telah melakukan evaluasi/revisi akan


mekanisme proses rekrutmen dan kriteria penerimaan
serta pemberhentian peserta didik, dan ada rencana
tindak lanjut secara tertulis.

17
S4 P2 Panduan Pendidikan Dokter Spesialis Anak di IPDSA tersebut
menerangkan tentang hak, tugas dan kewajiban peserta didik untuk
setiap jenjang tingkat tingkat pendidikan di institusi tersebut.

Nilai: Kriteria:
1 Panduan Pendidikan Dokter Spesialis Anak tersebut
tidak menerangkan tentang hak, tugas dan kewajiban
peserta didik untuk setiap jenjang tingkat tingkat
pendidikan di institusi tersebut.

2 Panduan tersebut menerangkan tentang hak, tugas


dan kewajiban peserta didik untuk setiap jenjang
tingkat tingkat pendidikan di IPDSA tersebut. akan
tetapi tidak/belum lengkap untuk setiap jenjang
tingkat pendidikan.
3 Panduan tersebut menerangkan tentang hak, tugas
dan kewajiban peserta didik untuk setiap jenjang
tingkat tingkat pendidikan dan telah lengkap untuk
setiap jenjang tingkat pendidikan akan tetapi belum
disahkan oleh pimpinan intitusi tersebut (Dekan
Fakultas Kedokteran/ Direkur Rumah Sakit).

4 Panduan tersebut menerangkan tentang hak, tugas


dan kewajiban peserta didik untuk setiap jenjang
tingkat tingkat pendidikan di IPDSA tersebut. telah
lengkap dan disahkan oleh pimpinan intitusi tersebut
(Dekan Fakultas Kedokteran/Direkur Rumah Sakit).
5 IPDSA tersebut telah melakukan evaluasi/revisi akan
hak, tugas dan kewajiban peserta didik untuk setiap
jenjang tingkat tingkat pendidikan, dan ada rencana
tindak lanjut secara tertulis.

18
Standar 5. Staf Pengajar di Institusi Pendidikan Dokter Spesialis Anak

S5 P1 Institusi Pendidikan Dokter Spesialis Anak (IPDSA) tersebut


mempunyai dokumentasi kualifikasi dan lisensi profesi setiap staf
pengajar sesuai dengan peraturan dan perundangan yang berlaku.
Yang dimaksud dengan kualifikasi adalah Ijazah Spesialis 1 dan atau
2, S2 dan S3 yang dikeluarkan dan telah dilakukan sertifikasi oleh
pihak berwenang dan diakui oleh pemerintah.
Sedangkan yang dimaksud dengan lisensi profesi adalah Surat Tanda
Registrasi (STR), Surat Izin Praktek (SIP) dan Surat Keputusan
sebagai tenaga pengajar di institusi/rumah sakit tersebut yang
dikeluarkan oleh pihak berwenang dan diakui oleh pemerintah serta
masih berlaku.

Nilai: Kriteria:
1 Tidak ada dokumentasi kualifikasi dan lisensi profesi
setiap staf pengajar sesuai dengan peraturan dan
perundangan yang berlaku.

2 Ada dokumentasi kualifikasi setiap staf pengajar akan


tetapi belum/tidak lengkap dokumentasi lisensi profesi
setiap staf pengajar sesuai dengan peraturan dan
perundangan yang berlaku.

3 Ada dokumentasi kualifikasi dan lisensi profesi setiap staf


pengajar sesuai dengan peraturan dan perundangan yang
berlaku akan tetapi belum/tidak disahkan oleh pimpinan
institusi (Dekan Fakultas Kedokteran/Direktur Rumah
Sakit).

4 Ada dokumentasi dan kualifikasi lisensi profesi setiap staf


pengajar sesuai dengan peraturan dan perundangan yang
berlaku dan telah disahkan oleh pimpinan institusi (Dekan
Fakultas Kedokteran/ Direktur Rumah Sakit).

5 IPDSA tersebut telah melakukan evaluasi/revisi akan


dokumentasi dan kualifikasi lisensi profesi setiap staf
pengajar, dan ada rencana tindak lanjut secara tertulis.

19
S5 P2 Institusi Pendidikan Dokter Spesialis Anak (IPDSA) tersebut
mempunyai uraian tugas secara tertulis setiap staf pengajar.

Nilai: Kriteria:

1 Tidak ada uraian tugas secara tertulis setiap staf


pengajar dan disahkan oleh oleh pimpinan institusi
(Dekan Fakultas Kedokteran/Direktur Rumah Sakit).

2 Ada uraian tugas secara tertulis setiap staf pengajar,


akan tetapi belum/tidak disahkan oleh pimpinan
institusi (Dekan Fakultas Kedokteran/Direktur Rumah
Sakit).

3 Ada uraian tugas secara tertulis setiap staf pengajar


dan telah disahkan oleh pimpinan institusi (Dekan
Fakultas Kedokteran/Direktur Rumah Sakit).

4 Ada uraian tugas secara tertulis setiap staf pengajar


dan telah disahkan oleh pimpinan institusi (Dekan
Fakultas Kedokteran/Direktur Rumah Sakit) serta
seluruh staf pengajar dan peserta didik mengetahui
dan memahami uraian tugas tersebut.

5 IPDSA tersebut telah melakukan evaluasi/revisi akan


uraian tugas setiap staf pengajar, dan ada rencana
tindak lanjut secara tertulis.

20
Standar 6. Sarana Pendidikan di Institusi Pendidikan Dokter Spesialis
Anak

S6 P1 Institusi Pendidikan Dokter Spesialis Anak (IPDSA) tersebut


mempunyai sarana perpustakaan dengan berbagai bentuk kompilasi
(buku, jurnal, VCD, CD dsb).

Nilai: Kriteria:

1 IPDSA tersebut belum/tidak mempunyai sarana


perpustakaan.

2 IPDSA tersebut mempunyai sarana perpustakaan,


akan tetapi belum/tidak ada dokumentasi database
daftar buku, jurnal, VCD/CD secara sistematik.

3 IPDSA tersebut mempunyai sarana perpustakaan dan


telah terdokumentasi dengan baik dan sistematik,
akan tetapi belum/tidak ada prosedur tertulis
tentang mekanisme penggunaan sarana tersebut baik
untuk peminjaman dan pengembaliannya.

4 IPDSA tersebut mempunyai sarana perpustakaan dan


telah terdokumentasi dengan baik dan sistematik
serta ada prosedur tertulis tentang mekanisme
penggunaan sarana tersebut baik untuk peminjaman
dan pengembaliannya.

5 IPDSA tersebut telah melakukan evaluasi/revisi akan


sarana perpustakaan, mekanisme penggunaan sarana
dan sistematik dokumentasi, serta ada rencana
tindak lanjut secara tertulis.

21
S6 P2 Institusi Pendidikan Dokter Spesialis Anak (IPDSA) tersebut
mempunyai sarana teknologi informasi dan audio-visual.

Nilai: Kriteria:

1 IPDSA tersebut belum/tidak mempunyai sarana


teknologi informasi dan audio-visual.

2 IPDSA tersebut mempunyai sarana teknologi


informasi dan audio-visual, akan tetapi belum/tidak
ada dokumentasi database sarana tersebut.

3 IPDSA tersebut mempunyai sarana teknologi


informasi dan audio-visual dan telah terdokumentasi
dengan baik dan sistematik, akan tetapi belum/tidak
ada prosedur tertulis tentang mekanisme penggunaan
sarana tersebut.

4 IPDSA tersebut mempunyai sarana teknologi


informasi dan audio-visual, telah terdokumentasi
dengan baik dan sistematik serta ada prosedur
tertulis tentang mekanisme penggunaan sarana
tersebut.

5 IPDSA tersebut telah melakukan evaluasi/revisi akan


sarana teknologi informasi dan audio-visual,
mekanisme penggunaan sarana dan sistematik
dokumentasi, serta ada rencana tindak lanjut secara
tertulis.

22
S6 P3 Institusi Pendidikan Dokter Spesialis Anak (IPDSA) tersebut
mempunyai sarana tempat pertemuan ilmiah untuk seluruh staf dan
peserta didik di institusi tersebut.

Nilai: Kriteria:

1 IPDSA tersebut belum/tidak mempunyai sarana


pertemuan ilmiah untuk seluruh staf dan peserta
didik di institusi tersebut.

2 IPDSA tersebut mempunyai sarana pertemuan ilmiah


untuk seluruh staf dan peserta didik di institusi
tersebut, akan tetapi belum/tidak ada prosedur
tertulis tentang mekanisme penggunaan dan jadwal
pemakaiannya.

3 IPDSA tersebut mempunyai sarana pertemuan ilmiah


untuk seluruh staf dan peserta didik di institusi
tersebut serta ada prosedur tertulis tentang
mekanisme penggunaan dan jadwal pemakaiannya.

4 IPDSA tersebut telah melakukan evaluasi/revisi akan


sarana pertemuan ilmiah untuk seluruh staf dan
peserta didik, mekanisme penggunaan sarana dan
sistematik dokumentasi, serta ada rencana tindak
lanjut secara tertulis.

5 IPDSA tersebut mempunyai rencana induk (master


plan) tentang pengembangan sarana pertemuan ilmiah
untuk seluruh staf dan peserta didik dan disetujui
oleh pimpinan institusi (Dekan Fakultas
Kedokteran/Direktur Rumah Sakit) serta tertuang
dalam rencana anggaran biaya (RAB) institusi.

23
S6 P4 Institusi Pendidikan Dokter Spesialis Anak (IPDSA) tersebut
mempunyai sarana tempat diskusi kelompok setiap unit
(Divisi/Bagian) dalam institusi tersebut.

Nilai: Kriteria:

1 IPDSA tersebut belum/tidak mempunyai sarana


tempat diskusi kelompok setiap unit (Divisi/Bagian)
dalam institusi tersebut.

2 IPDSA tersebut mempunyai sarana tempat diskusi


kelompok setiap unit (Divisi/Bagian) dalam institusi
tersebut.

3 IPDSA tersebut mempunyai sarana tempat diskusi


kelompok setiap unit (Divisi/Bagian) dalam institusi
tersebut.

4 IPDSA tersebut telah melakukan evaluasi/revisi akan


sarana tempat diskusi kelompok setiap unit
(Divisi/Bagian) dan ada rencana tindak lanjut secara
tertulis.

5 IPDSA tersebut mempunyai rencana induk (master


plan) tentang pengembangan sarana tempat diskusi
kelompok setiap unit (Divisi/Bagian) dan disetujui oleh
pimpinan institusi (Dekan Fakultas Kedokteran/
Direktur Rumah Sakit) serta tertuang dalam rencana
anggaran biaya (RAB) institusi.

24
S6 P5 Institusi Pendidikan Dokter Spesialis Anak (IPDSA) tersebut
mempunyai sarana peralatan penunjang diagnostik dan terapeutik
yang dibutuhkan untuk mencapai objektif Kurikulum Pendidikan
Dokter Spesialis Anak.

Nilai: Kriteria:

1 IPDSA tersebut belum/tidak mempunyai sarana


peralatan penunjang diagnostik dan terapeutik yang
dibutuhkan untuk mencapai objektif Kurikulum
Pendidikan Dokter Spesialis Anak.

2 IPDSA tersebut mempunyai sarana peralatan


penunjang diagnostik dan terapeutik yang dibutuhkan,
akan tetapi belum/tidak lengkap untuk mencapai
objektif Kurikulum Pendidikan Dokter Spesialis Anak.

3 IPDSA tersebut mempunyai sarana peralatan


penunjang diagnostik dan terapeutik lengkap yang
dibutuhkan untuk mencapai objektif Kurikulum
Pendidikan Dokter Spesialis Anak.

4 IPDSA tersebut telah melakukan evaluasi/revisi akan


sarana peralatan penunjang diagnostik dan terapeutik
lengkap yang dibutuhkan untuk mencapai objektif
Kurikulum Pendidikan Dokter Spesialis Anak dan ada
rencana tindak lanjut secara tertulis.

5 IPDSA tersebut mempunyai rencana induk (master


plan) tentang pengembangan sarana peralatan
penunjang diagnostik dan terapeutik lengkap yang
dibutuhkan untuk mencapai objektif Kurikulum
Pendidikan Dokter Spesialis Anak dan disetujui oleh
pimpinan institusi (Dekan Fakultas Kedokteran/
Direktur Rumah Sakit) serta tertuang dalam rencana
anggaran biaya (RAB) institusi.

25
S6 P6 Institusi Pendidikan Dokter Spesialis Anak (IPDSA) tersebut
mempunyai sarana media komunikasi antar staf pengajar dan peserta
didik.

Nilai: Kriteria:

1 IPDSA tersebut belum/tidak mempunyai sarana


media komunikasi antar staf pengajar dan peserta
didik.

2 IPDSA tersebut mempunyai sarana media komunikasi


antar staf pengajar dan peserta didik, akan tetapi
belum/tidak lengkap antar staf pengajar dan peserta
didik untuk mencapai objektif Kurikulum Pendidikan
Dokter Spesialis Anak.

3 IPDSA tersebut mempunyai sarana media komunikasi


antar staf pengajar dan peserta didik lengkap untuk
mencapai objektif Kurikulum Pendidikan Dokter
Spesialis Anak.

4 IPDSA tersebut telah melakukan evaluasi/revisi akan


sarana media komunikasi antar staf pengajar dan
peserta didik lengkap untuk mencapai objektif
Kurikulum Pendidikan Dokter Spesialis Anak dan ada
rencana tindak lanjut secara tertulis.

5 IPDSA tersebut mempunyai rencana induk (master


plan) tentang pengembangan arana media komunikasi
antar staf pengajar dan peserta didik lengkap untuk
mencapai objektif Kurikulum Pendidikan Dokter
Spesialis Anak dan disetujui oleh pimpinan institusi
(Dekan Fakultas Kedokteran/ Direktur Rumah Sakit)
serta tertuang dalam rencana anggaran biaya (RAB)
institusi.

26
S6 P7 Institusi Pendidikan Dokter Spesialis Anak (IPDSA) tersebut
mempunyai sarana dan tempat pengaduan peserta didik baik untuk
hal akademis maupun non akademis.

Nilai: Kriteria:

1 IPDSA tersebut belum/tidak mempunyai kebijakan


tentang sarana dan tempat pengaduan peserta didik
baik untuk hal akademis maupun non akademis.

2 IPDSA tersebut mempunyai kebijakan tentang sarana


dan tempat pengaduan peserta didik baik untuk hal
akademis maupun non akademis secara tertulis, akan
tetapi belum/tidak mempunyai sarana dan tempat
pengaduan di institusi tersebut.

3 IPDSA tersebut mempunyai kebijakan tentang sarana


dan tempat pengaduan peserta didik baik untuk hal
akademis maupun non akademis secara tertulis dan
telah ada sarana dan tempat pengaduan peserta didik
di institusi tersebut.

4 IPDSA tersebut telah melakukan evaluasi/revisi akan


kebijakan tentang sarana dan tempat pengaduan
peserta didik dan ada rencana tindak lanjut.

5 IPDSA tersebut telah memasukkan tentang sarana


dan tempat pengaduan peserta didik dalam rencana
induk (master plan) pengembangan IPDSA.

27
S6 P8 Institusi Pendidikan Dokter Spesialis Anak (IPDSA) tersebut
mempunyai staf pengajar sebagai pembimbing konselor bagi peserta
didik yang mempunyai masalah.

Nilai: Kriteria:

1 IPDSA tersebut belum/tidak mempunyai staf


pengajar sebagai pembimbing konselor bagi peserta
didik yang mempunyai masalah.

2 IPDSA tersebut ada staf pengajar sebagai


pembimbing konselor bagi peserta didik yang
mempunyai masalah, akan tetapi belum/tidak ada
jadwal konseling .

3 IPDSA tersebut ada staf pengajar sebagai


pembimbing konselor bagi peserta didik yang
mempunyai masalah dan ada jadwal konseling, akan
tetapi belum/tidak ada Panduan Konseling peserta
didik bermasalah.

4 IPDSA tersebut ada staf pengajar sebagai


pembimbing konselor bagi peserta didik yang
mempunyai masalah dan ada jadwal konseling, serta
telah mempuyai Panduan Konseling peserta didik
bermasalah.

5 IPDSA tersebut telah melakukan evaluasi/revisi akan


Panduan Konseling peserta didik bermasalah dan ada
rencana tindak lanjut.

28
Standar 7. Program Evaluasi di Institusi Pendidikan Doter Spesialis Anak

S7 P1 Institusi Pendidikan Dokter Spesialis Anak (IPDSA) tersebut


mempunyai Program Evaluasi Pendidikan Dokter Spesialis Anak.
Program Evaluasi tersebut mencakup:
1. Organisasi pendidikan dokter spesialis anak
2. Materi pendidikan dokter spesialis anak
3. Metoda dan instrumen dalam pelaksanaan pendidikan dokter
spesialis anak
4. Sarana pendidikan dokter spesialis anak
5. Hasil pendidikan dokter spesialis anak
6. Kinerja (performance) staf pengajar yang terlibat dalam
pendidikan dokter spesialis anak

Nilai: Kriteria:
1 IPDSA tersebut tidak mempunyai Program Evaluasi
Pendidikan Dokter Spesialis Anak.

2 IPDSA tersebut mempunyai Program Evaluasi Pendidikan


Dokter Spesialis Anak secara tertulis, akan tetapi
belum/tidak disahkan oleh pimpinan institusi (Dekan
Fakultas Kedokteran/Direktur Rumah Sakit).

3 IPDSA tersebut mempunyai Program Evaluasi Pendidikan


Dokter Spesialis Anak secara tertulis dan telah disahkan
oleh pimpinan institusi (Dekan Fakultas
Kedokteran/Direktur Rumah Sakit).

4 IPDSA tersebut mempunyai Program Evaluasi Pendidikan


Dokter Spesialis Anak secara tertulis dan telah disahkan
oleh pimpinan institusi (Dekan Fakultas
Kedokteran/Direktur Rumah Sakit) serta seluruh staf
pengajar dan peserta didik mengetahui dan memahami
Program Evaluasi Pendidikan Dokter Spesialis Anak
tersebut.

5 IPDSA tersebut telah melakukan evaluasi/revisi akan


Program Evaluasi Pendidikan Dokter Spesialis Anak, dan
ada rencana tindak lanjut secara tertulis.

29
S7 P2 Institusi Pendidikan Dokter Spesialis Anak (IPDSA) tersebut
mempunyai jadwal rencana Program Evaluasi Pendidikan Dokter
Spesialis Anak.

Jadwal rencana Program Evaluasi tersebut mencakup untuk:


1. Organisasi pendidikan dokter spesialis anak
2. Materi pendidikan dokter spesialis anak
3. Metoda dan instrumen dalam pelaksanaan pendidikan dokter
spesialis anak
4. Sarana pendidikan dokter spesialis anak
5. Hasil pendidikan dokter spesialis anak
6. Kinerja (performance) staf pengajar yang terlibat dalam
pendidikan dokter spesialis anak

Nilai: Kriteria:
1 IPDSA tersebut tidak mempunyai jadwal rencana
Program Evaluasi Pendidikan Dokter Spesialis Anak.

2 IPDSA tersebut mempunyai jadwal rencana Program


Evaluasi Pendidikan Dokter Spesialis Anak secara
tertulis.

3 IPDSA tersebut melaksanakan 60% rencana jadwal


Program Evaluasi Pendidikan Dokter Spesialis Anak.

4 IPDSA tersebut melaksanakan 80% rencana jadwal


Program Evaluasi Pendidikan Dokter Spesialis Anak.

5 IPDSA tersebut telah melakukan evaluasi/revisi akan


rencana jadwal Program Evaluasi Pendidikan Dokter
Spesialis Anak, dan ada rencana tindak lanjut secara
tertulis.

30
S7 P3 Pencapaian pelaksanaan Program Evaluasi Pendidikan Dokter
Spesialis Anak di Institusi Pendidikan Dokter Spesialis Anak
(IPDSA) tersebut mencakup bidang:
1. Organisasi pendidikan dokter spesialis anak
2. Materi pendidikan dokter spesialis anak
3. Metoda dan instrumen dalam pelaksanaan pendidikan dokter
spesialis anak
4. Sarana pendidikan dokter spesialis anak
5. Hasil pendidikan dokter spesialis anak
6. Kinerja (performance) staf pengajar yang terlibat dalam
pendidikan dokter spesialis anak

Nilai: Kriteria:
1 Pencapaian pelaksanaan Program Evaluasi Pendidikan
Dokter Spesialis Anak di IPDSA tersebut kurang dari
2 bidang.

2 Pencapaian pelaksanaan Program Evaluasi Pendidikan


Dokter Spesialis Anak di IPDSA tersebut 2-3 bidang.

3 Pencapaian pelaksanaan Program Evaluasi Pendidikan


Dokter Spesialis Anak di IPDSA tersebut 4-5
bidang.

4 Pelaksanaan Program Evaluasi Pendidikan Dokter


Spesialis Anak di IPDSA tersebut mencakup seluruh
bidang.

5 Pelaksanaan Program Evaluasi Pendidikan Dokter


Spesialis Anak di IPDSA tersebut mencakup seluruh
bidang dan IPDSA tersebut telah melakukan
evaluasi/revisi akan hasil pencapain tersebut, serta
ada rencana tindak lanjut secara tertulis.

31
Standar 8. Tatakelola dan administrasi di Institusi Pendidikan Dokter
Spesialis Anak

S8 P1 Institusi Pendidikan Dokter Spesialis Anak (IPDSA) tersebut


mempunyai struktur organisasi yang telah disahkan oleh pimpinan
institusi Dekan Fakultas Kedokteran/Direktur Rumah Sakit.

Nilai: Kriteria:

1 IPDSA tersebut tidak mempunyai struktur organisasi


secara tertulis

2 IPDSA tersebut mempunyai struktur organisasi


secara tertulis, akan tetapi belum/tidak disahkan oleh
pimpinan institusi (Dekan Fakultas
Kedokteran/Direktur Rumah Sakit).

3 IPDSA tersebut mempunyai struktur organisasi


secara tertulis dan telah disahkan oleh pimpinan
institusi (Dekan Fakultas Kedokteran/Direktur Rumah
Sakit).

4 IPDSA tersebut mempunyai struktur organisasi


secara tertulis dan telah disahkan oleh pimpinan
institusi (Dekan Fakultas Kedokteran/Direktur Rumah
Sakit) serta seluruh staf pengajar dan peserta didik
mengetahui dan memahami struktur organisasi
tersebut.

5 IPDSA tersebut telah melakukan evaluasi/revisi akan


struktur organisasi, dan ada rencana tindak lanjut
secara tertulis

32
S8 P2 Institusi Pendidikan Dokter Spesialis Anak (IPDSA) tersebut
mempunyai penjelasan secara tertulis akan fungsi, tugas, wewenang,
kewajiban dan tanggung jawab setiap unit (Divisi/Bagian).

Nilai: Kriteria:
1 Tidak ada penjelasan secara secara tertulis akan
fungsi, tugas, wewenang dan tanggung jawab setiap
unit dalam IPDSA tersebut.

2 Ada penjelasan secara secara tertulis akan fungsi,


tugas, wewenang, kewajiban dan tanggung jawab
setiap unit dalam IPDSA tersebut, akan tetapi
belum/tidak disahkan oleh pimpinan institusi (Dekan
Fakultas Kedokteran/Direktur Rumah Sakit).

3 Ada penjelasan secara secara tertulis akan fungsi,


tugas, wewenang, kewajiban dan tanggung jawab
setiap unit dalam IPDSA tersebut dan telah
disahkan oleh pimpinan institusi (Dekan Fakultas
Kedokteran/Direktur Rumah Sakit).

4 Ada penjelasan secara secara tertulis akan fungsi,


tugas, wewenang, kewajiban dan tanggung jawab
setiap unit dalam IPDSA tersebut, telah disahkan
oleh pimpinan institusi (Dekan Fakultas
Kedokteran/Direktur Rumah Sakit) serta seluruh staf
pengajar dan peserta didik mengetahui dan
memahami penjelasan akan fungsi, tugas, wewenang,
kewajiban dan tanggung jawab setiap unit tersebut.

5 IPDSA tersebut telah melakukan evaluasi/revisi akan


fungsi, tugas, wewenang, kewajiban dan tanggung
jawab setiap unit, dan ada rencana tindak lanjut
secara tertulis

33
S8 P3 Institusi Pendidikan Dokter Spesialis Anak (IPDSA) tersebut
mempunyai kebijakan tentang mekanisme pengambilan keputusan
secara tertulis dan disahkan oleh pimpinan ( Dekan Fakultas
Kedokteran/Direktur Rumah Sakit).

Nilai: Kriteria:

1 IPDSA tersebut belum/tidak mempunyai kebijakan


tentang mekanisme pengambilan keputusan secara
tertulis.

2 IPDSA tersebut mempunyai kebijakan tentang


mekanisme pengambilan keputusan secara tertulis,
akan tetapi belum/tidak mempunyai Panduan
Pengambilan Keputusan.

3 IPDSA tersebut mempunyai kebijakan tentang


mekanisme pengambilan keputusan secara tertulis dan
Panduan Pengambilan Keputusan, akan tetapi belum/
tidak disahkan oleh pimpinan institusi (Dekan Fakultas
Kedokteran/Direktur Rumah Sakit).

4 IPDSA tersebut mempunyai kebijakan tentang


mekanisme pengambilan keputusan secara tertulis dan
Panduan Pengambilan Keputusan, serta telah disahkan
oleh pimpinan institusi (Dekan Fakultas
Kedokteran/Direktur Rumah Sakit) telah diketahui
dan difahami oleh seluruh staf pengajar di institusi
tersebut.
5 IPDSA tersebut telah melakukan evaluasi/revisi akan
Panduan Pengambilan Keputusan dan ada rencana
tindak lanjut.

34
S8 P4 Institusi Pendidikan Dokter Spesialis Anak (IPDSA) tersebut
memberikan umpan balik (feedback) mengenai perkembangan
pencapaian peserta didik kepada peserta didik, atasan peserta
didik, pengirim maupun penyandang dana peserta didik tersebut
secara tertulis dan rutin.

Nilai: Kriteria:

1 IPDSA tersebut belum/tidak mempunyai kebijakan


tentang umpan balik ( feedback) mengenai per-
kembangan pencapaian peserta didik kepada peserta
didik, atasan peserta didik, pengirim maupun
penyandang dana peserta didik tersebut secara
tertulis dan rutin.

2 IPDSA tersebut mempunyai kebijakan tentang umpan


balik (feedback) mengenai perkembangan pencapaian
peserta didik kepada peserta didik, atasan peserta
didik, pengirim maupun penyandang dana peserta didik
tersebut secara tertulis dan rutin, akan tetapi.
belum/tidak mempunyai format umpan balik
( feedback).

3 IPDSA tersebut mempunyai kebijakan tentang umpan


balik (feedback) dan formatnya tersebut secara
tertulis, akan tetapi belum/tidak dilaksanakan secara
teratur.

4 IPDSA tersebut mempunyai kebijakan tentang umpan


balik ( feedback), formatnya secara tertulis dan telah
dilaksanakan secara teratur.

5 IPDSA tersebut telah melakukan evaluasi/revisi akan


mekanisme umpan balik (feed back) tersebut dan ada
rencana tindak lanjutnya.

35
Standar 9. Program Peningkatan Mutu ( Quality Improvement)

S9 P1 Institusi Pendidikan Dokter Spesialis Anak (IPDSA) tersebut


melaksanakan pertemuan rutin tingkat unit dan institusi yang
terjadwal mengenai perkembangan pencapaian peserta didik dan
sarana serta proses pendidikan yang dilaksanakan di institusi
tersebut.

Nilai: Kriteria:

1 IPDSA tersebut belum/tidak mempunyai kebijakan


tentang pertemuan rutin tingkat unit dan institusi
mengenai perkembangan pencapaian peserta didik dan
sarana serta proses pendidikan yang dilaksanakan di
institusi tersebut.

2 IPDSA tersebut mempunyai kebijakan tentang


pertemuan rutin tingkat unit dan institusi mengenai
perkembangan pencapaian peserta didik dan sarana
serta proses pendidikan yang dilaksanakan di institusi
tersebut, akan tetapi belum/tidak ada jadwal yang
teratur.

3 IPDSA tersebut mempunyai kebijakan dan ada jadwal


yang teratur tentang pertemuan rutin tersebut, akan
tetapi belum/tidak dilaksanakan.

4 IPDSA tersebut mempunyai kebijakan dan ada jadwal


serta dilaksanakan teratur tentang pertemuan rutin
tersebut.

5 IPDSA tersebut telah melaksanakan evaluasi/revisi


mengenai kebijakan pertemuan rutin tersebut, serta
ada rencana tindak lanjut.

36
S9 P2 Institusi Pendidikan Dokter Spesialis Anak (IPDSA) tersebut
mempunyai program upaya perbaikan dan peningkatan mutu
Pendidikan Dokter Spesialis Anak di tingkat unit (Divisi/Bagian)
maupun institusi.

Nilai: Kriteria:

1 IPDSA tersebut belum/tidak mempunyai kebijakan


tentang upaya perbaikan dan peningkatan mutu
Pendidikan Dokter Spesialis Anak di tingkat unit
(Divisi/Bagian) maupun institusi.

2 IPDSA tersebut mempunyai kebijakan tentang upaya


perbaikan dan peningkatan mutu Pendidikan Dokter
Spesialis Anak di tingkat unit (Divisi/Bagian) maupun
institusi akan tetapi belum/tidak Rencana Program
Kerja Peningkatan Mutu.

3 IPDSA tersebut mempunyai kebijakan dan Rencana


Program Kerja Peningkatan Mutu tentang upaya
perbaikan dan peningkatan mutu Pendidikan Dokter
Spesialis Anak di tingkat unit (Divisi/Bagian) maupun
institusi, akan tetapi belum/tidak dilaksanakan.

4 IPDSA tersebut mempunyai kebijakan, Rencana


Program Kerja Peningkatan Mutu dan telah
melaksanakan program upaya perbaikan dan
peningkatan mutu Pendidikan Dokter Spesialis Anak di
tingkat unit (Divisi/Bagian) maupun institusi, akan
tetapi belum/tidak melaksanakan evaluasi/audit.

5 IPDSA tersebut telah melaksanakan


evaluasi/audit/revisi secara teratur dan ada tindak
lanjutnya.

37
Instrumen Self-Assesment /Akreditasi
IPDSA

Terdiri dari:

1. Standar = 9
2. Kriteria = 36
3. Indikator = 168

Parameter
Standar No. Kriteria Indikator
1. VMOT 1 5
2. Program 6 30
3. Penilaian 8 40
4. PPDSA 2 10
5. Staf 2 10
6. Sarana 8 40
7. Program Evalusi 3 15
8. Tatakelola 4 20
9. Peningkatan Mutu 2 10
9 Standar 36 kriteria 180 indikator

Persentase Nilai = Jumlah Nilai Indikator X 100 %


180
Skor: ≥80 % = A (masuktahap benchmarking regional)
70 – 79 % = B
60 – 69 % = C
≤59 % = R (Remedial/Re-akreditasi dalam waktu 3-6 bulan)

38

Anda mungkin juga menyukai