Anda di halaman 1dari 12

Membangun Pemerintahan Nagari

Berdasar Prinsip Adat Basandi Syarak dan Syarak Basandi Kitabullah

MEMPERKOKOH ADAT BUDAYA MINANGKABAU


MELALUI PENGUATAN PEMERINTAHAN NAGARI
BERDASARKAN PRINSIP "ADAT BASANDI SYARAK
SYARAK BASANDI KITABULLAH"

Oleh, H. Mas'oed Abidin,


Ketua PPIM Sumbar
Ketua Dewan Dakwah Islamiyah Indonesia Sumbar
Ketua MUI Sumbar Bidang Dakwah
Sekretaris Dewan Pembina ICMI Orwil Sumbar

PATUT SEKALI KITA BERSYUKUR, bahwa nikmat Allah   dapat kita rasakan –
di antaranya kembali kepemerintahan nagari --, membuka lebih banyak
kesempatan bergerak lebih leluasa dan bertanggung jawab dalam
menerapkan nilai-nilai tamadun budaya Minangkabau – ABS-SBK -- yang
terikat kuat dengan penghayatan Islam.

Selain dari pada itu, sikap jiwa (mental attitude) dari masyarakat kita di sini
pada umumnya masih tetap tertuntun oleh akhlak, dan pandangan hidup
Islam,
tertuntun dan terbimbing oleh "Adat basandi Syara' ", dan "syara'
mamutuih, Adat memakai !". Kedua-duanya memberikan unsur-unsur
pegangan hidup yang positif, mengandung pendorong dan perangsang,
force of motivation, tenaga penggerak untuk mendinamiseer satu
masyarakat yang statis atau "sedang mengantuk".

Menumbuhkan sifat-sifat kebiasaan-kebiasaan human behaviour yang


diperlukan untuk mengembangkan kegiatan ekonomis seperti
menghindarkan pemborosan, kebiasaan menyimpan, hidup berhemat,
memelihara modal supaya jangan hancur, melihat jauh kedepan, dan yang
semacam itu merupakan harta
besar dari kekayaan masyarakat yang tidak ternilai besarnya.

Ada beberapa kendala -- dalam impelementasi penerapan kembali nilai-


nilai budaya tersebut --,
 hubungan muda-mudi  yang terbiasa meniru kekiri kanan,

H. Mas’oed Abidin – Ketua Majlis Ulama Sumbar - Bidang Dakwah - 1


Membangun Pemerintahan Nagari
Berdasar Prinsip Adat Basandi Syarak dan Syarak Basandi Kitabullah

 hubungan kekerabatan keluarga mulai menipis,


 peran ninik mamak hanya dalam batas-batas seremonial,
 peran substantif dari ulama, dalam pembinaan akhlak anak nagari
kerap kali tercecerkan
 peran pendidikan akhlak berdasarkan prinsip-prinsip budaya
adat berdasarkan ABS-SBK menjadi kabur dan melemah.

Menata pemerintahan nagari dengan prinsip ABS-SBK sangat dituntut


Pribadi-pribadi yang utuh dan unggul,

a. dengan iman dan taqwa,


b. berlimu pengetahuan
c. menguasai teknologi,
d. berjiwa wiraswasta,
e. bermoral akhlak,
f. beradat dan beragama,
Karena yang akan kita kembangkan adalah "hidup modern dan maju
dengan
keimanan yang kokoh".

Ka lauik riak mahampeh


Ka karang rancam ma-aruih
Ka pantai ombak ma-macah
Jiko ma-ngauik kameh-kameh
Jiko men-cancang, putuih - putuih
Lah salasai mangko-nyo sudah

Konsekwensinya, penyediaan sumber daya manusia berkualitas ---


tampilnya penggerak pembangunan nagari berbekal teoritikus yang
tajam, dan effektif, qanaah dan istiqamah di bidangnya -- sebelum
melaksanakan social reform.

Bila tidak, akan mengundang kerawanan sosial -- apalagi bila penduduk


desa-desa yang selama 17 tahun dibiar berkembang dan serta merta
berubah menjadi nagari -- yang cenderung tidak berkemampuan
mengantisipasi dampak besar yang akan timbul dalam menerima perubahan
seketika.

H. Mas’oed Abidin – Ketua Majlis Ulama Sumbar - Bidang Dakwah - 2


Membangun Pemerintahan Nagari
Berdasar Prinsip Adat Basandi Syarak dan Syarak Basandi Kitabullah

Tenaga membina nagari diperlukan  "opsir lapangan",


 · bersedia dan pandai berkecimpung di tengah�tengah umat,
 · berilmu dan berpengalaman
 · "mahir membaca masyarakat"
 · dapat merasakan denyut nadi kehidupan anak nagari
 · berurat pada di hati umat di nagari-nagari itu.

Rakyat kecil di nagari-nagari --  di masa derasnya arus globalisasi


dan pergeseran pola hidup masyarakat di bidang sosial, ekonomi,
politik dan budaya ini -- senantiasa menjadi sasaran dan umpan dari
perubahan berbalut westernisasi dan pembudayaan di luar prinsip ABS-
SBK – dan acap kali mereka tersasar sesat jalan, hanya karena
kurangnya pemahaman terhadap adat dan syarak (agama Islam) -- Karena
ketiadaan bekalan --,  Itulah penyebabnya.

Kehidupan sosial berteras kebersamaan atau musyawarah – sebagai salah


satu landasan yang mengemuka di dalam prinsip ABS-SBK -- bergeser
menjadi individualis dan konsumeristis – berjuang memelihara
kepentingan sendiri-sendiri – dalam menata pemerintahan nagari kurang
dipahami dan lemahnya penegasan pola pelaksanaan undang-undang dan

Perda No.9/2000 tentang pemerintahan di nagari di Sumatera Barat –


tidak jarang terjadi nagari tumbuh dengan sikap bernafsi-nafsi dan
condong kepada melupakan nasib orang lain – yang tentu saja tidak
pernah terbayangkan adanya di dalam prinsip ABS-SBK itu – dan
persaingan antar nagari -- tanpa kawalan -- bergerak kepada "yang
kuat akan bisa bertahan dan yang lemah akan mati sendiri, dan yang
kuat akan menelan yang lemah di antara mereka".
Tantangan sosial, budaya, ekonomi, politik dan lemahnya penghayatan
agama di nagari-nagari dewasa ini tidak terelakkan.
Maraknya pekat hingga ke taratak-taratak terpencil seperti tuak,
arak, judi, dadah, pergaulan bebas di kalangan kaula muda, narkoba,
dan beberapa tindakan kriminal dan anarkis, merusak tatanan keamanan,
mengaburkan prinsip ABS-SBK, padahal pengendali kemajuan sebenarnya
adalah agama dan budaya umat. Kita (menyebutnya ABS-SBK dalam tataran
umatisasi) , yang didukung budaya tamaddun turun temurun dalam
masyarakat adalah Adat Basandi Syarak, Syarak Basandi Kitabullah --.

H. Mas’oed Abidin – Ketua Majlis Ulama Sumbar - Bidang Dakwah - 3


Membangun Pemerintahan Nagari
Berdasar Prinsip Adat Basandi Syarak dan Syarak Basandi Kitabullah

Tercerabutnya agama dari diri masyarakat Sumatera Barat –


Minangkabau -
-, berakibat besar kepada perubahan prilaku dan tatanan
masyarakatnya, karena "adatnya bersendi syarak, syaraknya bersendi
kitabullah" dan "syarak (=agama) mangato (=memerintahkan) maka
adat
mamakai (=melaksanakan)" – sungguhpun dalam pengamatan sehari-
hari
sudah sulit dijumpai.

Peranan alim ulama di Minangkabau sejak dulu adalah membawa umat --


melalui informasi dan aktifiti -- kepada keadaan yang lebih baik,
1. · Kokoh dengan prinsip,
2. · Qanaah dan istiqamah – konsistensi--,
3. · Berkualitas, dengan iman dan hikmah.
4. · Ber-`ilmu dan matang dengan visi dan misi.
5. · Amar makruf nahyun `anil munkar,  teguh dan professional.
6. · Research-oriented  berteraskan iman dan ilmu pengetahuan.
7. · Mengedepankan prinsip musyawarah sebelum mufakat.

Insya Allah akan merajut  khaira ummah di dalam masyarakat nagari


yang pacak menghadapi kompleksitas di alaf baru dengan kekuatan
budaya dominan.

Jiko mangaji dari alif,


Jiko babilang dari aso,
Jiko naiak dari janjang,
Jiko turun dari tanggo.

Suatu kecemasan bahwa sebahagian generasi yang bangkit kurang


menyadari tempat berpijak.

Kelemahan mendasar ditemui karena,

a. melemahnya jati diri

b. kurangnya komitmen kepada nilai-nilai luhur agama dan adat

H. Mas’oed Abidin – Ketua Majlis Ulama Sumbar - Bidang Dakwah - 4


Membangun Pemerintahan Nagari
Berdasar Prinsip Adat Basandi Syarak dan Syarak Basandi Kitabullah

yang menjadi anutan bangsa,

c. Dipertajam oleh tindakan isolasi diri,

d. perbudakan politik, ekonomi, sosial budaya – disertai oleh


lemahnya minat menuntut ilmu -- yang menutup peluang untuk berperan
serta dalam kesejagatan.

e. Keadaan akan semakin parah apabila ada pihak-pihak lain yang


memulai geraknya dengan uluran tangan pemberian.

Pemantapan tamaddun, agama dan adat budaya menjadi landasan


dasar
pengkaderan re-generasi di nagari-nagari di Minangkabau dengan
kewajiban,

a. memelihara dan menjaga generasi pengganti yang lebih sempurna,

kaluak paku kacang balimbiang,


sayak timpuruang lengang-lenggangkan,
anak di pangku kamanakan di bimbiang,
urang kampuang di patenggangkan,

b. mengupayakan berlangsung proses timbang terima kepemimpinan


dalam satu  estafetta alamiah –

Ingek sabalun kanai,


Kulimek balun abih,
Ingek-ingek nan ka-pai
Agak-agak nan ka-tingga
patah tumbuh hilang berganti

karena kesudahannya yang dapat mencetuskan api adalah batu pemantik


api juga.

c. teguh dan setia melakukan pembinaan – retransformasi adat


basandi syarak-syarak basandi kitabullah yang sudah lama di miliki –

H. Mas’oed Abidin – Ketua Majlis Ulama Sumbar - Bidang Dakwah - 5


Membangun Pemerintahan Nagari
Berdasar Prinsip Adat Basandi Syarak dan Syarak Basandi Kitabullah

d. mampu berinteraksi dengan lingkungan secara aktif


Handak kayo badikik-dikik,

Handak tuah batabua urai,


Handak mulia tapek-i janji,
Handak luruih rantangkan tali,
Handak buliah kuat mancari,
Handak namo tinggakan jaso,
Handak pandai rajin balaja.

Nan lorong tanami tabu,


Nan tunggang tanami bambu,
Nan gurun buek kaparak
Nan bancah jadikan sawah,
Nan munggu pandan pakuburan,
Nan gauang katabek ikan,
Nan padang kubangan kabau,
Nan rawang ranangan itiak.

– artinya ada kesiapan melakukan dan menerima perubahan dalam tindakan


yang benar – karena sebuah premis syarak mengatakan bahwa segala
tindakan dan perbuatan akan selalu disaksikan oleh Allah, Rasul dan semua
orang beriman.

Pemeranan syarak di tengah pembangunan masyarakat nagari


umumnya dengan ;

Menghidupkan kembali sikap prilaku yang menjadi modal utama


membangun nagari dengan alas musyawarah dan saling menghargai,

Jiko mangaji dari alif,


Jiko babilang dari aso,
Jiko naiak dari janjang,
Jiko turun dari tanggo.
Pawang biduak nak rang Tiku,
Pandai mandayuang manalungkuik,
Basilang kayu dalam tungku,

H. Mas’oed Abidin – Ketua Majlis Ulama Sumbar - Bidang Dakwah - 6


Membangun Pemerintahan Nagari
Berdasar Prinsip Adat Basandi Syarak dan Syarak Basandi Kitabullah

Di sinan api mangko hiduik.

Sulit membantah bahwa hilangnya akhlak menjadi salah satu sumber


malapetaka yaitu punahnya keamanan — nan kuriak kundi nan sirah sago,
nan baik budi nan indah baso –

Indikasi melemahnya syarak diantaranya berkurangnya minat menyerahkan


anak-anak ke Surau-surau, Majelis Ta'lim, TPA, MDA, bahkan melemahnya
frekuensi pengajian-pengajian Al-Qur'an, dan merebaknya kebiasaan
meminum minuman keras (Miras) pada sebahagian – kecil (?) -- kalangan
muda-remaja di nagari-nagari dan berkembangnya keinginan bergaul
bebas di luar tatanan dan batas-batas adat dan syarak (agama) --. Menjalin
dan menjamin keikut sertaan semua komponen di tengah masyarakat,

Senteng ba-bilai, Singkek ba-uleh,


Ba-tuka ba-anjak, Barubah ba-sapo

Anggang jo kekek cari makan,


Tabang ka pantai kaduo nyo,
Panjang jo singkek pa uleh kan,
mako nyo sampai nan di cito,

Adat hiduik tolong manolong,


Adat mati janguak man janguak,
Adat isi bari mam-bari,
Adat tidak salang ma-nyalang, (basalang tenggang.)

· Memulai dari penataan akhlak masyarakat anak nagari menurut


kaedah syarak mangato adat mamakai.

Latiak-latiak tabang ka Pinang


Hinggok di Pinang duo-duo,
Satitiak aie dalam piriang,
Sinan bamain ikan rayo.

Akan tetapi seringkali tidak terikuti oleh pembinaan yang intensif,


antara lain disebabkan :

H. Mas’oed Abidin – Ketua Majlis Ulama Sumbar - Bidang Dakwah - 7


Membangun Pemerintahan Nagari
Berdasar Prinsip Adat Basandi Syarak dan Syarak Basandi Kitabullah

a. Kurangnya tenaga tuangku, imam khatib dan alim ulama yang


berpengalaman – mungkin berkurangnya jumlah mereka di nagari-nagari
atau karena perpindahan ke kota,

b. Kurangnya minat menjadi imam-khatib dan alim ulama di nagari,

c. Terabaikannya kesejahteraan alim ulama di nagari-nagari --


secara materil yang tidak seimbang dengan tuntutan yang diharapkan
oleh masyarakat dari seorang da'i, padahal mereka senantiasa dituntut
oleh tugasnya untuk selalu berada di tengah umat di nagari yang
dibinanya.

d. Tantangan yang sangat banyak, namun uluran tangan yang di


dapat hanya sedikit, namun masih tersedia kiat-kiat elegan,

Dek sakato mangkonyo ado,


Dek sakutu mangkonyo maju,
Dek ameh mangkonyo kameh,
Dek padi mangkonyo manjadi.

MENGATASINYA,

 Dengan modal kesadaran,

 memanfaatkan jalinan hubungan yang sudah lama terbina –


rantau dll,

 penyadaran masyarakat terhadap prinsip-prinsip ABS SBK,

 melahirkan sikap anak nagari (mental attitude) yang penuh


semangat vitalitas, enerjik, dan bernilai manfaat sesama
masyarakatnya,

 menanamkan  komitmen fungsional bermutu tinggi –

 kemampuan penyatuan konsep-konsep, alokasi sumber dana,


perencanaan kerja secara komprehensif,

H. Mas’oed Abidin – Ketua Majlis Ulama Sumbar - Bidang Dakwah - 8


Membangun Pemerintahan Nagari
Berdasar Prinsip Adat Basandi Syarak dan Syarak Basandi Kitabullah

 mendorong terbinanya center of excelences – tangga musyawarah


anatara lembaga adat, syarak dan fungsionaris nagari.
 Akhirnya tentulah tidak dapat ditolak suatu realita objektif
bahwa,
"Siapa yang paling banyak bisa menyelesaikan persoalan
masyarakat, pastilah akan berpeluang banyak untuk mengatur
masyarakat itu."

 hidupkan lembaga syarak sebagai institusi masyarakat yang


perannya tidak kalah penting dari lembaga adat nagari.

 penguatan lembaga kemasyarakatan yang ada di nagari mesti di


sejalankan dengan kelompok umara' – pemegang kendali
pemerintahan nagari -- yang adil, dalam spirit perubahan
membangun kembali masyarakat nagari.

Mengembalikan Minangkabau keakarnya ABS-SBK -- ya'ni Islam -- tidak


boleh dibiar terlalai, karena akibatnya akan terlahir bencana.
Amatlah penting untuk mempersiapkan generasi umat yang mengenali ;

(a) keadaan masyarakat nagari, aspek geografi, demografi,

Alah bakarih samporono,


Bingkisan rajo Majopahik,
Tuah basabab bakarano,
Pandai batenggang di nan rumik.

(b) sejarah, kondisi sosial, ekonomi, latar belakang masyarakat


nagari itu,
Manjilih ditapi aie,
Mardeso di paruik kanyang.

Teranglah sudah ...., bagi setiap orang yang secara serius ingin
berjuang di bidang pembangunan masyarakat lahir dan batin material
dan spiritual pasti dia akan menemui disini satu iklim (mental
climate) yang subur bila pandai menggunakannya dengan tepat akan
banyak sekali membantunya dalam usaha pembangunan itu

H. Mas’oed Abidin – Ketua Majlis Ulama Sumbar - Bidang Dakwah - 9


Membangun Pemerintahan Nagari
Berdasar Prinsip Adat Basandi Syarak dan Syarak Basandi Kitabullah

(c) agama, tamadun, budaya, adat-istiadat dan berbudi bahasa


yang
baik

Lah masak padi `rang singkarak,


masaknyo batangkai-tangkai,
satangkai jarang nan mudo,
Kabek sabalik buhus sontak,
Jaranglah urang nan ma-ungkai,
Tibo nan punyo rarak sajo.

Artinya diperlukan orang-orang yang ahli di bidangnya untuk


menatap setiap peradaban yang tengah berlaku.

Melupakan atau mengabaikan ini, mungkin lantaran menganggapnya


sebagai barang kuno yang harus di masukkan kedalam museum saja, di
zaman modernisasi sekarang ini berarti satu kerugian.
Sebab berarti mengabaikan satu partner "yang amat berguna" dalam
pembangunan masyarakat dan negara.

KHULASAHNYA ,

1. Perankan kembali organisasi informal di nagari-nagari,

2. Seiringkan dengan memungsikan kembali peran alim ulama dan


cerdik pandai sebagai pilar "suluah bendang dalam nagari"

3. Sangat di andalkan untuk membangun masyarakat nagari


berdasarkan prinsip ABS-SBK ialah mempererat sistem komunikasi dan
koordinasi antar komponen masyarakat di nagari pada pola pembinaan
dan kaderisasi pimpinan dan organisasi banagari secara jelas, dalam
mengantisipasi setiap perubahan dengan kearifan ilmiah

Anak urang Padang Mangateh,


Nak lalu ka Payokumbuah,
Namun nan singgang iko ka ateh,
Bijo barandang nan ka tumbuah.

H. Mas’oed Abidin – Ketua Majlis Ulama Sumbar - Bidang Dakwah - 10


Membangun Pemerintahan Nagari
Berdasar Prinsip Adat Basandi Syarak dan Syarak Basandi Kitabullah

4. Dalam gerakan "membangun nagari" maka setiap fungsionaris di


nagari akan menjadi pengikat umat – anak nagari -- untuk membentuk
masyarakat yang lebih kuat, sehingga merupakan kekuatan sosial yang
efektif.

Tukang nan tidak mambuang kayu,


Nan bungkuak ka singka bajak,
Nan luruih ka tangkai sapu,
Satangkok ka papan tuai,
Nan ketek ka pasak suntiang

5. Pemerintahan Nagari mesti berperan menjadi media pengembangan


anak nagari, bukan sebaliknya.

Pemasyarakatan budaya adat dan syarak (Islami) sesuai prinsip "adat


basandi syarak, syarak basandi Kitabullah" dengan meng-efektifkan
media pendidikan anak nagari membina umat mencapai derajat pribadi
taqwa, merencanakan dan melaksanakan kegiatan dalam hubungan hidup
bermasyarakat sesuai tuntunan syarak (Agama Islam).

Mamutiah cando riak danau,


Tampak nan dari muko-muko,
Batahun-tahun dalam lunau,
Namun nan intan bakilek juo.

6. Di nagari mestinya dilahirkan media pengembangan minat menata


kehidupan dalam aspek ekonomi, sosial, budaya, politik dan agama Islam
dalam rangka mengembangkan tujuan kemasyarakatan yang adil dan
sejahtera.

Rumah gadang gajah maharam,


Lumbuang baririk di halaman,
Rangkiang tujuah sajaja,
Sabuah si bayau-bayau,
Panenggang anak dagang lalu,
Sabuah si Tinjau lauik,
Birawati lumbuang nan banyak,
Makanan anak kamanakan.
Manjilih ditapi aie,

H. Mas’oed Abidin – Ketua Majlis Ulama Sumbar - Bidang Dakwah - 11


Membangun Pemerintahan Nagari
Berdasar Prinsip Adat Basandi Syarak dan Syarak Basandi Kitabullah

Mardeso di paruik kanyang.

Terakhir tentulah merupakan keharusan untuk dikembangkan dakwah yang


sejuk -- dakwah Rasulullah bil ihsan -- dengan prinsip jelas, tidak
campur aduk (laa talbisul haq bil bathil), menyatu antara pemahaman
dunia untuk akhirat -- keduanya tidak boleh dipisah-pisah --, dan
belajar kepada sejarah amatlah perlu adanya gerak  dakwah dan
pembangunan yang terjalin dengan net-work (ta'awunik) yang rapi (bin-
nidzam), untuk penyadaran kembali generasi Islam di nagari-nagari di
Minangkabau tentang peran syarak (Syari'at Islam) dalam membentuk
tatanan hidup duniawiyah yang baik.

Ba-ririk bendi di Indarung


Mandaki taruih ka Si Tinjau Lauik
Ja-an baranti tangan mandayuang,
Nanti aruih mambao hanyuik". )

Bismillah .....

Kembangkan layar bahtera menuju pulau harapan, -- membangun kembali


pemerintahan nagari berdasarkan prinsip ABS-SBK. Marilah kita berdo'a
bersama-sama sambil Bekerjalah ..... dengan sungguh-sungguh dan
Bismillah ...... -

Begitulah semestinya peranan lembaga Adat Basandi Syarak, Syarak


Basandi Kitabullah (ABS-SBK) dalam menapak perubahan baru –
membangun
kembali masyarakat nagari – di abad ini.***

Padang, 19 Agustus 2004.

H. Mas’oed Abidin – Ketua Majlis Ulama Sumbar - Bidang Dakwah - 12

Anda mungkin juga menyukai