OLEH :
SARWO EDHI
PENGANTAR KEGEMPAAN
Gempa merupakan fenomena pelepasan energi akibat aktivitas di kerak bumi yang
menyebabkan gelombang seismik. Ilmu yang mempelajari gempa dan gelombang
yang dihasilkannya disebut seismologi. Bedasarkan penyebabnya, setidaknya ada
lima jenis gempa yaitu :
gempa tektonik,
gempa tumbukan,
gempa runtuhan,
gempa buatan,
gempa vulkanik
Dari lima jenis diatas, yang menjadi perhatian insinyur bangunan cukup pada
gempa jenis tektonik. Hal ini dikarenakan skala akibat yang sangat besar dalam
bangunan. Gempa jenis tektonik bisa terjadi dimana saja di bumi dimana energi
regangan cukup untuk menggerakkan patahan disepanjang lempeng tektonik
bumi. (Ohnaka, M. (2013). The Physics of Rock Failure and Earthquakes.
Cambridge University Press. p. 148. ISBN 9781107355330.)
Lempeng Tektonik
Menurut teori lempeng tektonik, permukaan bumi terpecah menjadi beberapa
lempeng tektonik besar. Lempeng tektonik adalah segmen keras kerak bumi yang
mengapung diatas astenosfer yang cair dan panas. Oleh karena itu, maka lempeng
tektonik ini bebas untuk bergerak dan saling berinteraksi satu sama lain. Daerah
perbatasan lempeng-lempeng tektonik, merupakan tempat-tempat yang memiliki
kondisi tektonik yang aktif, yang menyebabkan gempa bumi, gunung berapi dan
pembentukan dataran tinggi. Teori lempeng tektonik merupakan kombinasi dari
teori sebelumnya yaitu: Teori Pergerakan Benua (Continental Drift) dan
gempa bumi.
Geologis mengetahui gerakan lempeng ketika mereka menemukan serangkaian
gunung berapi di bawah laut. Rantai gunung mati ini bergerak diatas kolom
(plume), sumber magma atau batuan yang meleleh di dalam mantel bumi. Kolom
ini tetap di suatu titik dan satu sama lain membentuk titik api diatas kolom. Titik
api ini membentuk gunung berapi di permukaan. Gunung berapi yang masih aktif
mengindikasi titik api adalah wilayah yang baru dari rangkaian gunung berapi.
Sebagaimana lempeng bergerak, gunung berapi baru terbentuk diatas titik api.
Gunung berakhir semakin tua dan mati seiring lempeng bergerak menjauh.
Ilmuwan menggunakan titik api untuk mengukut kecepatan pergerakan lempeng
relative pada suatu titik tetap. Maka itu mereka menghitung umur gunung yang
mati dan jaraknya dari titik api. Dari nilai ini dapat dihitung seberapa jauh
lem[eng sudah bergerak sejak setiap gunung berapi terbentuk. Saat ini, lempeng
bergerak dengan kecepatan diatas 18,5 cm pertahun dengan rata-rata mendekati 47 cm per tahunnya. Microsoft Encarta 2009. 1993-2008 Microsoft
Corporation. All rights reserved.
Merupakan patahan dengan arah yang relatif naik. Ciri dari patahan ini adalah
sudut kemiringan yang relatif kecil yaitu kurang dari 45 derajat.
3.
Merupakan patahan yang arahnya relatif mendatar ke kiri atau ke kanan. Arah
patahan mendatar ini tidak sepenuhnya seluruh lapisan batuan bergerak dengan
arah mendatar namun sebagian ada yang bergerak dengan arah vertikal. Bila
gerakan patahan ke kanan di sebut sesar geser sinistrial dan bila ke kiri dinamakan
sesar geser dekstral.
sendirinya dengan periode yang sama dengan gerak tanah, hal ini mewakili
jumlah fungsi harmonik.
Peraturan Gempa
Konsekuensi kerusakan gempa tercatat dengan baik, dan dalam usaha
menguranginya akibat yang timbul benar-benar menantang. Prosedur desain
bangunan yang ramah gempa membutuhkan penelitian yang memakan waktu dan
kebanyakan negara peraturan menganut cara yang sama. Tujuan dari peraturan
bangunan untuk mengurangi baik korban jiwa maupun materil pada bangunan
yang didesain.
Peraturan bangunan mengatur standar minimum bahan konstruksi, untuk tipe dan
kepentingan struktur, tipe detail yang diinginkan pada sambungan dan juga
mengindikasikan jumlah deformasi yang diizinkan dibawah kondisi beban
tertentu. Beban alam layaknya angin, salju dan gempa diatur dengan kondisi
maksimum pada periode tertentu dan mengabaikan beban yang memiliki
probabilitas kecil. Misal beban angin yang dipilih dengan periode 100 tahun dan
diasumsikan kecepatan tersebut akan muncul pada periode yang ditentukan.
Begitupula gempa, yang mana dampak dan periodenya berbeda dari satu wilayah
dengan wilayah lain.
Sejarah Awal
Observasi pertama dari dampak kerusakan bangunan selama
gempa raya (termasuk Lisbon 1755) menuntun perlunya otoritas
regulasi bangunan untuk meninggalkan bangunan yang buruk
dan rubuh seketika. Fokus pertama adalah detail bangunan harus
dicek dengan seksama.
Secara garis besar seluruh kode bangunan berpangkal pada
model berikut :
17551926
Pengembangan kode yang pertama kali dilakukan pada periode
ini. Sebagai contoh gempa Lisbon 1755 dilihatkan kekurangan
tipe konstruksi tertentu dan regulasi bangunan didirikan untuk
menentukan detail spesifik bangunan yang aman. Di AS,
performa buruk bangunan batu batu yang tidak diperkuat
menjadi perhatian pada gempa Hayward tahun 1868.
Bedasarkan pengalaman ini dan observasi yang sama di wilayah
California beberapa kode bangunan mulai menulis detail
bangunan yang baik untuk bangunan bata nir-perkuatan.
1927
Edisi pertama UBC diterbitkan di AS dan dianggap sebagai kode
modern pertama. Kode ini ditulis dari pelajar serangkaian gempa
dari gempa 1868 di San Fransisco. Penyebab utama dari
kerusakan didapati akibat gerak goncang lateral dan kerusakan
lebih banyak terjadi pada struktur di atas tanah deposit tanah
lunak. Kode menyatakan bahwa struktur didesain dengan gaya
lateral 10% dari total berat. Gaya lateral dihitung secara
sekaligus setiap lantai dan atap. Untuk kasus bangunan diatas
tanah keras, desain didasarkan pada gaya lateral hanya 3% dari
total berat.
1952
Teori spektrum respon pertama kali dikembangkan oleh Biot
(1943). Baru oleh Professor G.w. Housner dan rakannya di Institut
Teknologi Kalifornia yang memperjuangkan teori ini diterima
sebagai prosedur desain. Tahun 1952 sebuah komite bersama
dibentuk oleh ASCE untuk merumuskan rekomendasi untuk
prosedur dan konsep kedalam kode.
1958
Konsep spektral diadopsi oleh UBC di tahun 1958. Teori spektral menggabungkan
sifat gerak tanah dan sifat dinamis struktur.
Total gaya lateral (sebagai gaya geser dasar) diberikan dengan persamaan :
V = ZKCW
dimana
W adalah total berat struktur
Z adalah koefisien zona bergantung gaya desain tiap wilayah gempa