Ulkus Kornea OS
Disusun oleh :
Agung Rondonuwu
(112013337)
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS KRISTEN KRIDA WACANA
JAKARTA
2014
I.
IDENTITAS
Nama
Umur
Agama
Pekerjaan
Tanggal pemeriksaan
: Ny. E
: 39 tahun
: Islam
: IRT
: 15 Desember 2014
II. ANAMNESIS
Auto anamnesis pada tanggal 15 Desember 2014 jam 09.00 WIB
Keluhan utama
Penglihatan mata kiri remang-remang sejak 1 minggu lalu
Keluhan tambahan
Buram, merah, perih, silau, secret, berair.
Riwayat Penyakit Sekarang
Pasien mengatakan, sejak 1 minggu yang lalu pandangan mata kirinya terasa buram.
Pasien juga mengeluh matanya sering berair. Selain itu pasien mengatakan bawah mata
kirinya terasa perih dan berwarna merah. Rasa gatal disangkal pasien, Selain itu pasien
juga mengatakan bahwa ia merasa silau melihat cahaya. Pasien juga sempat mengatakan
terdapat secret berawarna putih di matanya. Menurut pasien, pasien mengatakan bahwa
sebelumnya mata kirinya sempat tergores rumput ketika ia mencoba memotong rumput.
Pasien belum mencoba menggunakan obat mata. Keluhan matanya semakin memburuk
dan pasien akhirnya mencoba datang ke poli mata RSUD Ciawi.
Abdomen
Ekstremitas
STATUS OPHTALMOLOGIS
KETERANGAN
1. VISUS
- Visus jauh
- Koreksi
- Addisi
- Kaca mata lama
- Persepsi warna
2. KEDUDUKAN BOLA MATA
3.
4.
-
OD
OS
6/6
+
1/300
+
Eksoftalmus
Endoftalmus
Deviasi
Gerakan Bola Mata
Baik ke segala arah
Baik ke segala arah
SUPERSILIA
Warna
Hitam
Hitam
Simetris
Normal
Normal
Tanda peradangan
Rontok
PALPEBRA SUPERIOR DAN INFERIOR
Edema
Nyeri tekan
Ektropion
Entropion
Blefarospasme
Distrikiasis
Sikatriks
Pungtum lakrimal
+
+
Fissura palpebra
Tes anel
Tidak dilakukan
Tidak dilakukan
5. KONJUNGTIVA PALBEBRAE SUPERIOR INFERIOR
- Hiperemis
- Folikel
- Papil
- Sikatriks
- Hordeolum
- Kalazion
6. KONJUNGTIVA BULBI
- Sekret
- Injeksi Konjungtiva
- Injeksi Siliar
- Perdarahan Subkonjungtiva
- Pterigium
- Pinguekula
- Nevus Pigmentosus
- Kista Dermoid
7. SKLERA
- Warna
- Ikterik
- Nyeri Tekan
8. KORNEA
- Kejernihan
- Permukaan
- Ukuran
- Sensibilitas
- Infiltrat
- Keratik Presipitat
- Sikatriks
- Ulkus
- Perforasi
- Arcus senilis
- Edema
- Uji fluoresein
9. BILIK MATA DEPAN
- Kedalaman
- Kejernihan
- Hifema
- Hipopion
- Efek Tyndall
10.
IRIS
- Warna
- Kripte
- Sinekia
- Kolobama
11.PUPIL
- Letak
- Bentuk
- Ukuran
- Refleks Cahaya Langsung
+
-
+
-
Normal
Jernih
Rata
12 mm
Baik
Tidak dilakukan
Normal
Keruh
Rata
12 mm
Baik
+
Tidak dilakukan
Sedang
Jernih
-
Sedang
Jernih
+
-
Coklat
-
Coklat
-
Tengah
Isokor
3 mm
+
Tengah
Isokor
3 mm
+
Jernih
Tengah
-
Jernih
Tengah
-
Jernih
Jernih
N/palpasi
Tidak dilakukan
N/palpasi
Tidak dilakukan
Baik
Tegas
Kuning kemerahan
2:3
0,3
+
-
Baik
Tegas
Kuning kemerahan
2:3
0,3
+
-
Slit-lamp
Uji fluoresense
Pemeriksaan KOH
V. RESUME
Pasien datang dengan keluhan pandangan mata kirinya terasa buram sejak 1 minggu lalu.
Pasien juga mengeluh matanya sering berair, perih, timbul secret berwarna putih dan
matanya berwarna merah. Selain itu pasien juga mengatakan bahwa ia merasa silau
melihat cahaya.. Pasien mengatakan bahwa sebelumnya mata kirinya sempat tergores
rumput. Pada pemeriksaan didapatkan kornea keruh dengan terdapatnya ulkus dan
hipopion pada CoA. Pasien diduga menderita ulkus kornea OS.
VI.
DIAGNOSIS KERJA
ulkus Kornea OS
IX.
PROGNOSIS
Ad Vitam
Ad Fungsionam
Ad Sanationam
Ulkus Kornea
Anatomi dan Fisiologi Kornea
Kornea merupakan dinding depan bola mata, berupa jaringan transparan dan avaskular.
Faktor-faktor yang menyebabkan kejernihan korena adalah letak epitel kornea yang tertata
sangat rapi, letak serabut kolagen yang tertata sangat rapi dan padat, kadar air yang konstan,
dan tidak adanya pembuluh darah. Kornea merupakan suatu lensa cembung dengan kekuatan
refraksi +43 dioptri. Kornea melanjutkan diri sebagai sklera ke arah belakang dan perbatasan
antara kornea dan sklera ini disebut limbus.
Kornea terdiri dari lima lapis, yaitu :
1. Epitel
a. Tebalnya 50 m, terdiri atas 5 lapis sel epitel tidak bertanduk yang saling
tumpang tindih; satu lapis sel basal, sel poligonal dan sel gepeng.
b. Pada sel basal sering terlihat mitosis sel, dan sel muda ini terdorong ke depan
menjadi lapis sel sayap dan semakin maju ke depan menjadi sel gepeng, sel
basal berikatan erat dengan sel basal di sampingnya dan sel poligonal di
depanya melalui desmosom dan makula okluden; ikatan ini menghambat
pengaliran air, elektrolit, dan glukosa yang merupakan barrier.
c. Epitel berasal dari ektoderm permukaan.
2. Membran Bowman
a. Terletak dibawah membran basal epitel kornea yang merupakan kolagen yang
tersusun tidak teratur seperti stroma dan berasal dari bagian depan stroma.
Infeksi
Infeksi Bakteri : P. aeraginosa, Streptococcus pneumonia dan spesies Moraxella
merupakan penyebab paling sering. Hampir semua ulkus berbentuk sentral. Gejala
klinis yang khas tidak dijumpai, hanya sekret yang keluar bersifat mukopurulen yang
bersifat khas menunjukkan infeksi P aeruginosa.
Infeksi Jamur : disebabkan oleh Candida, Fusarium, Aspergilus, Cephalosporium,
dan spesies mikosis fungoides.
Infeksi virus
Ulkus kornea oleh virus herpes simplex cukup sering dijumpai. Bentuk khas dendrit
dapat diikuti oleh vesikel-vesikel kecil dilapisan epitel yang bila pecah akan
menimbulkan ulkus. Ulkus dapat juga terjadi pada bentuk disiform bila mengalami
tercemar yang mengandung bakteri dan materi organik. Infeksi kornea oleh
acanthamoeba adalah komplikasi yang semakin dikenal pada pengguna lensa kontak
lunak, khususnya bila memakai larutan garam buatan sendiri. Infeksi juga biasanya
ditemukan pada bukan pemakai lensa kontak yang terpapar air atau tanah yang
tercemar.
b.
Noninfeksi
Bahan kimia, bersifat asam atau basa tergantung PH.
Bahan asam yang dapat merusak mata terutama bahan anorganik, organik dan
organik anhidrat. Bila bahan asam mengenai mata maka akan terjadi pengendapan
protein permukaan sehingga bila konsentrasinya tidak tinggi maka tidak bersifat
destruktif. Biasanya kerusakan hanya bersifat superfisial saja. Trauma kimia asam
adalah trauma pada kornea dan konjungtiva yang disebabkan karena adanya kontak
dengan bahan kimia asam yang dapat menyebabkan kerusakan permukaan epitel
bola mata, kornea dan segmen anterior yang cukup parah serta kerusakan visus
permanen baik unilateral maupun bilateral. Sebagian besar bahan asam hanya akan
mengadakan penetrasi terbatas pada permukaan mata, namun bila penetrasi lebih
dalam dapat membahayakan visus. Asam sulfat merupakan penyebab paling sering
dari seluruh trauma kimia asam. Asam bereaksi dengan air mata yang melapisi
kornea dan mengakibatkan temperatur meningkat (panas) dan terbakarnya epitel
kornea. Semua asam cenderung untuk mengkoagulasi dan mengendapkan protein.
Sel-sel terkoagulasi pada permukaan berfungsi sebagai penghalang relatif pada
penetrasi asam yang lebih parah. Protein jaringan juga memiliki efek buffer pada
asam, yang berkontribusi pada sifat terlokalisir luka bakar asam.
Pada bahan alkali antara lain amonia, cairan pembersih yang mengandung
kalium/natrium hidroksida dan kalium karbonat akan terjadi penghancuran kolagen
kornea. Trauma basa biasanya lebih berat daripada trauma asam, karena bahanbahan basa memiliki dua sifat yaitu hidrofilik dan lipofilik dimana dapat
mengijinkan mereka secara cepat untuk penetrasi sel membran dan masuk ke bilik
mata depan, bahkan sampai retina. Sementara trauma asam akan menimbulkan
Dapat timbul pada situasi apapun dengan kornea yang tidak cukup dibasahi dan
dilindung oleh palpebra.
Neurotropik
Ulkus yang terjadi akibat gangguan saraf ke V atau ganglion Gaseri. Pada keadaan
ini kornea atau mata menjadi anestetik dan reflek mengedip hilang. Benda asing
pada kornea bertahan tanpa memberikan keluhan selain daripada itu kuman dapat
berkembang biak tanpa ditahan daya tahan tubuh. Terjadi pengelupasan epitel dan
stroma kornea sehingga menjadi ulkus kornea.
c. Sistem Imun (Reaksi Hipersensitivitas)
SLE
SLE adalah gangguan autoimun multisistem dengan komplikasi okular di segmen
anterior dan posterior, termasuk keratitis sicca, episkleritis, ulkus kornea, uveitis,
dan vasculitis retina.
Rheumathoid arthritis
RA adalah gangguan vaskulitis sistemik yang paling sering melibatkan permukaan
okular. Pasien dengan RA berat sering hadir dengan ulserasi progresif indolen dari
kornea perifer atau pericentral dengan peradangan minimal yang pada akhirnya
dapat mengakibatkan perforasi kornea.
2.4. Klasifikasi Ulkus Kornea
Berdasarkan lokasi , dikenal ada 2 bentuk ulkus kornea , yaitu:
1. Ulkus kornea sentral
a. Ulkus kornea bakterialis
b. Ulkus kornea fungi
c. Ulkus kornea virus
d. Ulkus kornea acanthamoeba
2. Ulkus kornea perifer
a. Ulkus marginal
b. Ulkus mooren (ulkus serpinginosa kronik/ulkus roden)
c. Ulkus cincin (ring ulcer)
2.4.1. Ulkus Kornea Sentral
eksudat mungkin berwarna hijau kebiruan.Ini akibat pigmen yang dihasilkan organism dan
patognomonik untuk infeksi P aeruginosa.Dapat terjadi pada abrasi kornea minor atau
penggunaan lensa kontak lunak terutama yang dipakai agak lama.Kerokan dari ulkus
mengandung batang gram negative halus panjang yang sering tidak banyak.
Ulkus fungi itu indolen , dengan infiltrate kelabu , sering dengan hipopion , peradangan
nyata pada bola mata , ulserasi superficial , dan lesi-lesi satelit umumnya infiltrat di tempattempat yang jauh dari daerah utama ulserasi ).Lesi utama dan lesi satelit merupakan plak
endotel dengan tepian tidak teratur di bawah lesi kornea utama , disertai reaksi kamera
anterior yang hebat dan abses kornea.Kebanyakan ulkus fungi disebabkan organism oportunis
seperti Candida , Aspergillus , dan lain-lain.Kerokan dari ulkus kornea fungi kecuali yang
disebabkan Candida mengandung unsure-unsur hypha.Kerokan dari ulkus Candida
umumnya mengandung pseudohyphae atau bentuk ragi yang menampakkan kuncup-kuncup
khas.
Ulkus Marginal
Kebanyakan ulkus kornea marginal bersifat jinak namun sangat sakit.Ulkus ini timbul
akibat
konjungtivitis
bakteri
akut
atau
menahun
khususnya
blefarokonjungtivitis
stafilokok.Namun ulkus ini bukan proses infeksi dan kerokan tidak mengandung bakteri
penyebab.Ulkus timbul akibat sensitisasi terhadap produk bakteri di mana antibody dari
pembuluh limbus bereaksi dengan antigen yang telah berdifusi melalui epitel kornea.Infiltrat
mulai berupa infiltrat linear atau lonjong terpisah dari limbus oleh interval bening dan hanya
pada akhirnya menjadi ulkus dan mengalami vaskularisasi.Proses ini sembuh sendiri
umumnya setelah 7 sampai 10 hari namun yang menyertai blefarokonjungtivitis stafilokok
umumnya kambuh.
C
Gambar 10. Mooren's Ulcer (A : Gambaran awal ulkus Mooren, B : Gambaran lanjut
Ulkus Mooren, C: Ulkus Mooren dengan penyebaran lesi ke tengah)
c.
Ring Ulcer
Terlihat injeksi perikorneal sekitar limbus. Di kornea terdapat ulkus yang
berbentuk melingkar dipinggir kornea, di dalam limbus, bisa dangkal atau dalam,
kadang-kadang timbul perforasi. Ulkus marginal yang banyak kadang-kadang dapat
menjadi satu menyerupai ring ulcer. Perjalanan penyakitnya menahun.
dapat
ditegakkan
berdasarkan
anamnesis, pemeriksaan
fisik,
h. Pada jamur dilakukan pemeriksaan kerokan kornea dengan spatula kimura dari dasar
dan tepi ulkus dengan biomikroskop dilakukan pewarnaan KOH, gram atau Giemsa.
Lebih baik lagi dengan biopsi jaringan kornea dan diwarnai dengan periodic acid
Schiff. Selanjutnya dilakukan kultur dengan agar sabouraud atau agar ekstrak
maltosa.
2.9. Penatalaksanaan Ulkus Kornea
Ulkus kornea adalah keadaan darurat yang harus segera ditangani oleh spesialis
mata agar tidak terjadi cedera yang lebih parah pada kornea. Pengobatan pada ulkus
kornea tergantung penyebabnya, diberikan obat tetes mata yang mengandung antibiotik,
anti virus, anti jamur, sikloplegik dan mengurangi reaksi peradangan dengann steroid.
Pasien dirawat bila mengancam perforasi, pasien tidak dapat memberi obat sendiri,
tidak terdapat reaksi obat dan perlunya obat sistemik.
a. Penatalaksanaan ulkus kornea di rumah
- Jika memakai lensa kontak, secepatnya untuk melepaskannya
- Jangan memegang atau menggosok-gosok mata yang meradang
- Mencegah penyebaran infeksi dengan mencuci tangan sesering mungkin dan
mengeringkannya dengan handuk atau kain yang bersih
- Berikan analgetik jika nyeri
b. Penatalaksanaan medis
1.Pengobatan lokal
Benda asing dan bahan yang merangsang harus segera dihilangkan. Lesi kornea
sekecil apapun harus diperhatikan dan diobati sebaik-baiknya. Konjungtivitis, dakriosistitis
harus diobati dengan baik. Infeksi lokal pada hidung, telinga, tenggorok, gigi atau tempat lain
harus segera dihilangkan.
Infeksi pada mata harus diberikan :
Analgetik.
Untuk menghilangkan rasa sakit, dapat diberikan tetes pantokain, atau
tetrakain tetapi jangan sering-sering.
Antibiotik
Antibiotik yang sesuai dengan kuman penyebabnya atau yang berspektrum
luas diberikan sebagai salep, tetes atau injeksi subkonjungtiva. Pada pengobatan
ulkus sebaiknya tidak diberikan salep mata karena dapat memperlambat
penyembuhan dan juga dapat menimbulkan erosi kornea kembali.
Anti jamur
Terapi medika mentosa di Indonesia terhambat oleh terbatasnya preparat
komersial yang tersedia berdasarkan jenis keratomitosis yang dihadapi bisa
dibagi:
1.
2.
3.
4.
Anti Viral
Untuk herpes zoster pengobatan bersifat simtomatik diberikan streroid lokal untuk
mengurangi gejala, sikloplegik, antibiotik spektrum luas untuk infeksi sekunder
analgetik bila terdapat indikasi.
Perban tidak seharusnya dilakukan pada lesi infeksi supuratif karena dapat menghalangi
pengaliran
sekret
infeksi
tersebut
dan
memberikan
media
yang
baik
terhadap
perkembangbiakan kuman penyebabnya. Perban memang diperlukan pada ulkus yang bersih
tanpa sekret guna mengurangi rangsangan.
Untuk menghindari penjalaran ulkus dapat dilakukan :
1. Kauterisasi
a. Dengan zat kimia : Iodine, larutan murni asam karbolik, larutan murni trikloralasetat
b. Dengan panas (heat cauterisasion) : memakai elektrokauter atau termophore. Dengan
instrumen ini dengan ujung alatnya yang mengandung panas disentuhkan pada pinggir
ulkus sampai berwarna keputih-putihan.
2. Pengerokan epitel yang sakit
Parasentesa dilakukan kalau pengobatan dengan obat-obat tidak menunjukkan
perbaikan dengan maksud mengganti cairan coa yang lama dengan yang baru yang banyak
mengandung antibodi dengan harapan luka cepat sembuh. Penutupan ulkus dengan flap
konjungtiva, dengan melepaskan konjungtiva dari sekitar limbus yang kemudian ditarik
menutupi ulkus dengan tujuan memberi perlindungan dan nutrisi pada ulkus untuk
mempercepat penyembuhan. Kalau sudah sembuh flap konjungtiva ini dapat dilepaskan
kembali.
Bila seseorang dengan ulkus kornea mengalami perforasi spontan berikan sulfas
atropine, antibiotik dan balut yang kuat. Segera berbaring dan jangan melakukan gerakangerakan. Bila perforasinya disertai prolaps iris dan terjadinya baru saja, maka dapat
dilakukan :
-
Iris reposisi
ulkus biasa tetapi prolaps irisnya dibiarkan saja, sampai akhirnya sembuh menjadi leukoma
adherens. Antibiotik diberikan juga secara sistemik.
Gambar 12. Ulkus kornea perforasi (jaringan iris keluar dan menonjol, infiltrat pada
kornea ditepi perforasi)
3.
Keratoplasti
Keratoplasti adalah jalan terakhir jika urutan penatalaksanaan diatas tidak berhasil.
Indikasi keratoplasti terjadi jaringan parut yang mengganggu penglihatan, kekeruhan
kornea yang menyebabkan kemunduran tajam penglihatan, serta memenuhi beberapa
kriteria yaitu :
a. Kemunduran visus yang cukup mengganggu aktivitas penderita
b. Kelainan kornea yang mengganggu mental penderita.
c. Kelainan kornea yang tidak disertai ambliopia.
e. Katarak
f. Glaukoma sekunder
2.11. Prognosis Ulkus Kornea
Prognosis ulkus kornea tergantung pada tingkat keparahan dan cepat lambatnya
mendapat pertolongan, jenis mikroorganisme penyebabnya, dan ada tidaknya
komplikasi yang timbul. Ulkus kornea yang luas memerlukan waktu penyembuhan
yang lama, karena jaringan kornea bersifat avaskular. Semakin tinggi tingkat keparahan
dan lambatnya mendapat pertolongan serta timbulnya komplikasi, maka prognosisnya
menjadi lebih buruk. Penyembuhan yang lama mungkin juga dipengaruhi ketaatan
penggunaan obat. Dalam hal ini, apabila tidak ada ketaatan penggunaan obat terjadi
pada penggunaan antibiotika maka dapat menimbulkan resistensi.
Ulkus kornea harus membaik setiap harinya dan harus disembuhkan dengan
pemberian terapi yang tepat. Ulkus kornea dapat sembuh dengan dua metode; migrasi
sekeliling sel epitel yang dilanjutkan dengan mitosis sel dan pembentukan pembuluh
darah dari konjungtiva. Ulkus superfisial yang kecil dapat sembuh dengan cepat
melalui metode yang pertama, tetapi pada ulkus yang besar, perlu adanya suplai darah
agar leukosit dan fibroblas dapat membentuk jaringan granulasi dan kemudian sikatrik.
DAFTAR PUSTAKA
1. llyas, Sidarta. Ulkus Kornea. dalam : Ilmu Penyakit Mata. Jakarta: Fakultas
Kedokteran Universitas Indonesia, 2010 : 134-5.
2. Diakses dari : http://emedicine.medscape.com/article/136217overview#a0104
3. Wijana. N.Ulkus Kornea. Dalam: Ilmu Penyakit Mata, cetakan ke-4, 1989. Jakarta
4. Perhimpunan Dokter Spesialis Mata Indonesia, Ulkus Kornea dalam : Ilmu Penyakit
Mata Untuk Dokter Umum dan Mahasiswa Kedokteran, edisi ke 2, Penerbit Sagung
Seto, Jakarta,2002
5. Departemen Kesehatan Republik Indonesia. 2012, Jakarta. Diunduh dari web
site:http://depkes.go.id/index.php/component/content/article/43newsslider/2084-kemenkes-canangkan-hari-pemberantasan-gangguanpenglihatan-dan-kebutaan-di-indonesia.html . pada tanggal 20 Desember 2014.
Desember 2014
pada
tanggal
20