Anda di halaman 1dari 16

BAB I

KONSEP MEDIS
A. Definisi
Infeksi Saluran Kemih (ISK) adalah istilah umum yang dipakai untuk
menyatakan adanya invasi mikroorganisme pada saluran kemih. Prevalensi ISK di
masyarakat makin meningkat seiring dengan meningkatnya usia. Pada usia 40-60 tahun
mempunyai angka prevalensi 3,2 %, sedangkan pada usia sama atau di atas 65 tahun
kira-kira mempunyai angka prevalensi ISK sebesar 20 %. Infeksi saluran kemih dapat
mengenal baik laki-laki maupun wanita dari semua umur, baik anak-anak, remaja,
dewasa maupun lanjut usia. Akan tetapi dari kedua jenis kelamin, ternyata wanita lebih
sering dari pria dengan angka populasi umum, kurang lebih 5-15%.
Untuk menyatakan adanya ISK harus ditemukan bakteri dalam urin. Bakteriuria
yang disertai dengan gejala pada saluran kemih disebut bakteriuria simptomatis.
Sedangkan yang tanpa gejala disebut bakteriuria asimptomatis. Dikatakan bakteriuria
positif pada pasien asimptomatis bila terdapat lebih dari 105 koloni bakteri dalam
sampel urin midstream, sedangkan pada pasien simptomatis bisa terdapat jumlah koloni
lebih rendah.
Prevalensi ISK yang tinggi pada usia lanjut antara lain disebabkan karena:
Sisa urin dalam kandung kemih meningkat akibat pengosongan kandung kemih

kurang efektif.
Mobilitas menurun.
Pada usia lanjut nutrisi sering kurang baik.
Sistem imunitas menurun, baik seluler maupun humoral.
Adanya hambatan pada aliran urin.
Hilangnya efek bakterisid dari sekresi prostat.

Infeksi saluran kemih dapat mengenai baik laki-laki maupun perempuan dari
semua umur baik pada anak-anak remaja, dewasa maupun pada umur lanjut. Akan
tetapi, dari dua jenis kelamin ternyata wanita lebih sering dari pria

Infeksi saluran kemih pada bagian tertentu dari saluran perkemihan yang
disebabkan oleh bakteri terutama scherichia coli ; resiko dan beratnya meningkat
dengan kondisi seperti refluks vesikouretral, obstruksi saluran perkemihan, statis
perkemihan, pemakaian instrumen uretral baru, septikemia. (Susan Martin Tucker, dkk,
1998) Infeksi traktus urinarius pada pria merupakan akibat dari menyebarnya infeksi
yang berasal dari uretra seperti juga pada wanita. Namun demikian, panjang uretra dan
jauhnya jarak antara uretra dari rektum pada pria dan adanya bakterisidal dalam cairan
prostatik melindungi pria dari infeksi traktus urinarius. Akibatnya UTI paa pria jarang
terjadi, namun ketika gangguan ini terjadi kali ini menunjukkan adanya abnormalitas
fungsi dan struktur dari traktus urinarius.
B. Etiologi
ISK pada usia lanjut dipandang dari segi penatalaksanaan sering dibedakan atas:
(Russel,

B.M.,

1989;

Tolkoff,

Rubu

N.E.

dan

Rubin

R.H.,

1989).

a.ISK uncomplicated (simple)


ISK yang sederhana yang terjadi pada penderita dengan saluran kencing baik
anatomi maupun fungsionil normal. ISK sederhana ini pada usia lanjut terutama
mengenai penderita wanita dan infeksi hanya mengenai mukosa superfisial kandung
kemih. Penyebab kuman tersering (90%) adalah E. coli.
b.ISK complicated
Sering menimbulkan banyak masalah karena sering kuman penyebab sulit
diberantas, kuman penyebab sering resisten terhadap beberapa macam antibiotik, sering
terjadi bakteriemia, sepsis, dan syok. Penyebab kuman pada ISK complicated adalah
Pseudomonas, Proteus, dan Klebsiela. ISK complicated terjadi bila terdapat keadaankeadaan sebagai berikut: Kelainan abnormal saluran kemih, misalnya batu (pada usia
lanjut kemungkinan terjadinya batu lebih besar dari pada usia muda). Refleks vesiko
urethral obstruksi, paraplegi, atoni kandung kemih, kateter kandung kemih menetap,
serta prostatitis menahun.Kelainan faal ginjal, baik gagal ginjal akut (GGA) maupun
gagal ginjal kronis (GGK)
2

.Bermacam-macam mikroorganisme dapat menyebabkan ISK. Mikroorganisme


yang paling sering adalah bakteri aerob. Saluran kemih normal tidak dihuni oleh bakteri
atau mikroba lain, karena itu urin dalam ginjal dan buli-buli biasanya steril. Walaupun
demikian uretra bagian bawah terutama pada wanita dapat dihuni oleh bakteri yang
jumlahnya makin kurang pada bagian yang mendekati kandung kemih. Selain bakteri
aerob, ISK juga dapat disebabkan oleh virus, ragi, dan jamur.
Penyebab terbanyak adalah Gram-negatif termasuk bakteri yang biasanya
menghuni usus yang kemudian naik ke sistem saluran kemih. Dari Gram-negatif
ternyata E.Coli menduduki tempat teratas, yang kemudian diikuti oleh Proteus,
Klebsiela, Enterobacter, dan Pseudomonas.
Jenis kokus Gram-positif lebih jarang sebagai penyebab ISK sedangkan
entercoccus dan Staphylococcus aureus sering ditemukan pada pasien dengan batu
saluran kemih, lelaki usia lanjut dengan hipertrofi prostat atau pada pasien yang
menggunakan kateter. Bila ditemukan Staphylococcus aureus dalam urin harus dicurigai
adanya infeksi hematogen melalui ginjal. Demikian juga Pseudomonas aeroginosa dapat
menginfeksi saluran kemih melalui jalur hematogen dan pada kira-kira 25% pasien
demam tifoid dapat diisolasi Salmonella pada urin. Bakteri lain yang dapat
menyebabkan ISK melalui jalur hematogen ialah Brusella, Nokardia, Actinomyces dan
Mycobacterium tuberculosae.
Virus juga sering ditemukan pada urin tanpa ada gejala ISK akut. Adenovirus
tipe 11 dan 12 diduga sebagai penyebab sistitis hemoragik. Sisititis hemoragik dapat
juga disebabkan oleh Schistosoma hematobium yang termasuk golongan cacing pipih.
Candida merupakan jamur yang paling sering menyebabkan ISK terutama pada pasien
dengan kateter, pasien DM atau yang mendapat pengobatan dengan antibiotik spektrum
luas. Candida yang paling sering ialah Candida albicans dan Candida tropicalis. Semua
jamur sistemik dapat menulari saluran kemih secara hematogen
Penyebab yang lain dapat terjadi ialah :
1.
2.
3.
4.

Bakteri (Eschericia coli)


Jamur dan virus
Infeksi ginjal
Prostat hipertropi (urine sisa)
3

5. Dapat berasal dari organisme pd faeces yang naik dari perineum uretra dan kandung
kemih, serta menempel pd permukaan mucosa.
6. pengosongan kandung kemih yang tdk lengkap
7. Gangguan status metabolis (diabetes)
8. Refluks uretrovesikel refluks (aliran balik) urine dari uretra ke dlm kandung
kemih.
9. Refluks uretrovesikel dpt disebabkan o/ disfungsi leher kandung kemi uretra.
Uretrovesikel atau refluks uretrovesikel aliran balik urin dari kandung kemih ke
dlm kedua ureter.
10. Kontaminasi fekal
11. Hubungan seksual berperan masuknya organisme dari perineum kedlm kandung
kemih
12. Pemasangan alat kedlm traktus urinarius
13. statis urine
C. Patofisiologi
Infeksi Saluran Kemih disebabkan oleh adanya mikroorganisme patogenik dalam
traktus urinarius. Mikroorganisme ini masuk melalui : kontak langsung dari tempat
infeksi terdekat, hematogen, limfogen. Ada dua jalur utama terjadinya ISK, asending
dan hematogen. Secara asending yaitu:
Masuknya mikroorganisme dalam kandung kemih, antara lain: factor anatomi
dimana pada wanita memiliki uretra yang lebih pendek daripada laki-laki sehingga
insiden terjadinya ISK lebih tinggi, factor tekanan urine saat miksi, kontaminasi
fekal, pemasangan alat ke dalam traktus urinarius (pemeriksaan sistoskopik,
pemakaian kateter), adanya dekubitus yang terinfeksi.
Naiknya bakteri dari kandung kemih ke ginjal Secara hematogen yaitu: sering terjadi
pada pasien yang system imunnya rendah sehingga mempermudah penyebaran
infeksi secara hematogen Ada beberapa hal yang mempengaruhi struktur dan fungsi
ginjal sehingga mempermudah penyebaran hematogen, yaitu: adanya bendungan
total urine yang mengakibatkan distensi kandung kemih, bendungan intrarenal akibat
jaringan parut, dan lain-lain.
Sisa urin dalam kandung kemih yang meningkat tersebut mengakibatkan
distensii yang berlebihan sehingga menimbulkan nyeri, keadaan ini mengakibatkan
4

penurunan resistensi terhadap invasi bakteri dan residu kemih menjadi media
pertumbuhan bakteri yang selanjutnya akan mengakibatkan gangguan fungsi ginjal
sendiri, kemudian keadaan ini secara hematogen menyebar ke suluruh traktus
urinarius. Selain itu, beberapa hal yang menjadi predisposisi ISK, antara lain: adanya
obstruksi aliran kemih proksimal yang menakibtakan penimbunan cairan bertekanan
dalam pelvis ginjal dan ureter yang disebut sebagai hidronefroses. Penyebab umum
obstruksi adalah: jaringan parut ginjal, batu, neoplasma dan hipertrofi prostate yang
sering ditemukan pada laki-laki diatas usia 60 tahun.

D. Tanda dan Gejala


Gejala klinis ISK tidak khas dan bahkan pada sebagian pasien tanpa gejala.
Gejala yang sering ditemukan ialah disuria, polakisuria, dan terdesak kencing yang
biasanya terjadi bersamaan. Nyeri suprapubik dan daerah pelvis juga ditemukan.
Polakisuria terjadi akibat kandung kemih tidak dapat menampung urin lebih dari 500 ml
karena mukosa yang meradang sehingga sering kencing. Stranguria, tenesmus, nokturia,
sering juga ditemukan enuresis nokturnal sekunder, prostatismus, nyeri uretra, kolik
ureter dan ginjal. Gejala klinis ISK sesuai dengan bagian saluran kemih yang terinfeksi
sebagai

berikut

Pada ISK bagian bawah, keluhan pasien biasanya berupa rasa sakit atau rasa panas di
uretra sewaktu kencing dengan air kemih sedikit-sedikit serta rasa tidak enak di daerah
suprapubik.
Pada ISK bagian atas dapat ditemukan gejala sakit kepala, malaise, mual,
muntah, demam, menggigil, rasa tidak enak, atau nyeri di pinggang.
ISK yang tak bergejala terhitung lebih berbahaya, karena tanpa disadari,
penyakit tersebut akan menggerogoti terus-menerus. Jadi, orang yang bersangkutan
terinfeksi tetapi dia tidak tahu dan biasanya malah menjadi kronis.
1. Uretritis biasanya memperlihatkan gejala :

Mukosa memerah dan oedema


Terdapat cairan eksudat yang purulent
Ada ulserasi pada urethra
Adanya rasa gatal yang menggelitik
5

Adanya nanah awal miksi


Nyeri pada saat miksi
Kesulitan untuk memulai miksi
Nyeri pada abdomen bagian bawah.

2. Sistitis biasanya memperlihatkan gejala :

Disuria (nyeri waktu berkemih)


Peningkatan frekuensi berkemih
Perasaan ingin berkemih
Adanya sel-sel darah putih dalam urin
Nyeri punggung bawah atau suprapubic
Demam yang disertai adanya darah dalam urine pada kasus yang parah.

3. Pielonefritis akut biasanya memperihatkan gejala :

Demam
Menggigil
Nyeri pinggang
Disuria

4. Pielonefritis kronik mungkin memperlihatkan gambaran mirip dengan pielonefritis


akut, tetapi dapat juga menimbulkan hipertensi dan akhirnya dapat menyebabkan
gagal ginjal.
E. Komplikasi
1. Pembentukan Abses ginjal atau perirenal.
2. Gagal ginjal

F. Pemeriksaan diagnostik
I.

II.

Urinalisis
Leukosuria atau piuria terdapat > 5 /lpb sedimen air kemih.
Hematuria 5 10 eritrosit/lpb sedimen air kemih.

Bakteroilogis
Mikroskopis

Dapat digunakan urin segar tanpa dipoutar atau tanpa pewarnaan gram. Dinyatakan
positif apabila dijumpai bakteri/lapang pandang minyak emersi.
Biakan bakteri
Tes kimiawi
Yang paling sering dipakai ialah tes reduksi griess nitrate. Dasarnya adalah
sebagian besar mikroba kecuali enterokoki, mereduksi nitrat bila dijumpai lebih dari
100.000 1000.000 bakteri. Konversi ini dapat dijumpai dengan perubahan warna pada
uji tarik. Sensitivitas 90,7 % dan spesifisitas 99,1 % untuk mendeteksi Gram-negatif.
Hasil palsu terjadi bila pasien sebelumnya diet rendah nitrat, diuresis banyak,infeksi
oleh enterokoki dan asinetobakter.
III.

Pemeriksaan radiologis dan pemeriksaan lainnya


Pemeriksaan radiologis dimaksudkan untuk mengetahui adanya batu atau
kelainan yang merupakan anatomis yang merupakan faktor predisposisi ISK. Dapat
berupa pielografi intravena (IVP), ultrasonografi dan CT-scanning.

G. Pencegahan
Ada beberapa upaya yang dapat anda lakukan untuk mencegah infeksi saluran
kemih ini, antara lain :
Munumlah banyak cairan (dianjurkan untuk minum minimal 8 gelas air putih
sehari).
Segera buang air kecil sebelum dan sesudah melakukan hubungan seksual.
Jika membersihkan kotoran, bersihkan dari arah depan ke belakang, agar kotoran
dari dubur tidak masuk ke salam saluran kemih.
Periksa air seni secara rutin selama kehamilan. Dengan pemeriksaan tersebut akan
dapat segera diketahui apakah anda terinfeksi atau tidak
Jangan terlalu lama menahan keinginan buang air kecil
Perempuan lebih rentan terinfeksi saluran kemih.
H. Pengobatan penyakit ISK
1. Terapi antibiotik untuk membunuh bakteri gram positif maupun gram
negatif.
a) Amoxicillin 20-40 mg/kg/hari dalam 3 dosis.
7

b) Co-trimoxazole atau trimethoprim 6-12 mg trimethoprim/kg/hari dalam 2


dosis.
c) Cephalosporin seperti cefixime atau cephalexin.
d) Co-amoxiclav digunakan pada ISK dengan bakteri yang resisten terhadap
cotrimoxazole.
e) Obat-obatan seperti asam nalidiksat atau nitrofurantoin tidak digunakan pada
anak-anak yang dikhawatirkan mengalami keterlibatan ginjal pada ISK.
2. Apabila pielonefritis kroniknya disebabkan oleh obstruksi atau refluks, maka
diperlukan penatalaksanaan spesifik untuk mengatasi masalah-masalah tersebut.
3. Dianjurkan untuk sering minum dan BAK sesuai kebutuhan untuk membilas
microorganisme yang mungkin naik ke uretra, untuk wanita harus membilas dari
depan ke belakang untuk menghindari kontaminasi lubang urethra oleh bakteri
faeces.

BAB II
KONSEP KEPERAWATAN
A. Pengkajian
Aktivitas/Istirahat
Gejala : sukar tidur
Tanda : palpebra hitam,
Eliminasi
Gejala : Perubahan pola berkemih biasanya , peningkatan frekuensi, poliuria,
oliguria, Disuria, ragu-ragu, dan retensi Abdomen kembung
Tanda : Perubahan warna urine
Makanan/Cairan
Gejala : Peningkatan BB (edema), penurunan BB, (dehidrasi)
Tanda : Edema bagian pelvis
Nyeri/Kenyamanan
Gejala : Nyeri, hipertermi
Tanda : Gelisah
Neurosensori
Gejala : Keram otot/kejang

B. Diagnosa
1. Nyeri dan ketidaknyamanan berhubungan dengan inflamasi dan infeksi uretra, kandung
2.
3.
4.
5.
6.

kemih dan sruktur traktus urinarius lain.


Ganguan pola eliminasi berhubungan dengan nyeri ketika miksi ( dysuria )
Ansietas berhubungan dengan stress psikologis
Gangguan pola tidur berhubungan dengan adanya aktivasi sistem RAS
Hipertermi berhubugan dengan pelepasan toksin oleh bakteri
Kurang pengetahuan yang berhubungan dengan kurangnya informasi tentang proses
penyakit, metode pencegahan, dan instruksi perawatan di rumah

C. Intervensi

Diagnosa

Intervensi

Rasional

O
1.

Nyeri dan
Pantau haluaran urine
untuk mengidentifikasi
ketidaknyamanan
terhadap perubahan warna,
indikasi kemajuan atau
berhubungan dengan
baud an pola berkemih,
penyimpangan dari hasil
inflamasi dan infeksi
masukan dan haluaran
yang diharapkan
uretra, kandung kemih
dan sruktur traktus
setiap 8 jam dan pantau
urinarius lain
hasil urinalisis ulang
membantu mengevaluasi

Catat
lokasi,
lamanya
Tujuan :
tempat obstruksi dan
intensitas skala (1-10)
penyebab nyeri
Setelah dilakukan
penyebaran nyeri.
meningkatkan relaksasi,
tindakan keperawatan
Berikan tindakan nyaman,
menurunkan tegangan otot.
selama 3x 24 jam
seprti pijatan punggung,
pasien merasa
membantu mengarahkan
nyaman dan nyerinya
lingkungan istirahat
berkurang.
Bantu atau dorong
kembali perhatian dan
penggunaan nafas
Kriteria Hasil :

berfokus
Berikan perawatan

1. Pasien mengatakan
perineal
/ tidak ada keluhan
Jika dipasang kateter
nyeri pada saat
indwelling, berikan
berkemih.
perawatan kateter 2 nkali
2. Kandung kemih
per hari.
tidak tegang
Kolaborasi
Konsul dokter bila:
3. Pasien nampak
tenang
sebelumnya kuning
4. Ekspresi wajah
tenang

untuk relaksasi otot.


untuk mencegah
kontaminasi uretra
Kateter memberikan jalan
bakteri untuk memasuki
kandung kemih dan naik ke
saluran perkemihan
Temuan- temuan ini dapat
memeberi tanda kerusakan
jaringan lanjut dan perlu
pemeriksaan luas

gading-urine kuning,
jingga gelap, berkabut atau
keruh. Pla berkemih
berubah, sring berkemih
dengan jumlah sedikit,
perasaan ingin kencing,
menetes setelah berkemih.
10

Nyeri menetap atau


bertambah sakit
Berikan analgesic sesuia

analgesic memblok lintasan


nyeri sehingga mengurangi
nyeri

kebutuhan dan evaluasi


keberhasilannya
Berikan antibiotic. Buat

akibat dari haluaran urin


memudahkan berkemih

berbagai variasi sediaan

sering dan membentu

minum, termasuk air

membilas saluran berkemih

segar . Pemberian air


sampai 2400 ml/hari
2.

Perubahan pola
eliminasi
berhubungan dengan
obstruksi mekanik
pada kandung kemih
ataupun struktur
traktus urinarius lain

Kriteria hasil :Pola


eliminasi membaik,
tidak terjadi tandatanda gangguan
berkemih (urgensi,
oliguri, disuria)

3.

Ansietas berhubungan
dengan stress
psikologis

Tujuan : pasien akan


mengalami penurunan
rasa ketakutan dan
ansietas.dengan

Awasi pemasukan dan


pengeluaran karakteristi
urin
Dorong meningkatkan
pemasukan cairan
Kaji keluhan kandung
kemih penuh
status mental:, perilaku
atau tingkat kesadaran
Kecuali
dikontraindikasikan:
ubah posisi pasien setiap
dua jam
Kolaborasi
Awasi pemeriksaan
laboratorium; elektrolit,
BUN, kreatinin

memberikan informasi
tentang fungsi ginjal dan
adanya komplikasi
peningkatan hidrasi
membilas bakteri.
retensi urin dapat terjadi
menyebabkan distensi
jaringan(kandung
kemih/ginjal)Observasi
perubahan
akumulasi sisa uremik dan
ketidakseimbangan
elektrolit dapat menjadi
toksik pada susunan saraf
pusat
untuk mencegah statis urin
pengawasan terhadap
disfungsi ginjal

Kaji tingkat kecemasan


Beri kesempatan klien
untuk mengungkapkan
perasaannya

Untuk mengetahui berat


ringannya kecemasan
klien
Agar klien mempunyai
semangat dan mau empati
terhadap perawatan dan
pengobatan
Agar klien kembali
menyerahkan sepenuhnya
kepada Tuhan YME.Beri

Beri dorongan spiritual


Beri penjelasan tentang
penyakitnya

11

criteria klien tidak


gelisa

4.

Gangguan pola tidur


berhubungan dengan
aktifasi RAS
(reticuloendotelia
avtifing system)
ditandai dengan

support pada klien


Agar klien mengerti
sepenuhnya tentang
penyakit yang dialaminya

Tentukan kebiasaan tidur


biasanya dan perubahan
yang terjadi.
Berikan tempat tidur yang
nyaman.

Tujuan dan kriteri


hasil :
1.

2.

mengkaji perlunya dan


mengidentifikasi intervensi
yang tepat

Melaporkan
Kurangi kebisingan.
perbaikan dalam
pola tidur/istrahat
Mengungkapkan
perasaan segar
dan nyaman
dalam istrahat.
Dorong posisi nyaman ,
bantu dalam mengubah
posisi.

meningkatkan kenyamanan
tidur serta dukungan
fisiologis/psikologis.

memberikan situasi
kondusif saat tidur

pengubahan posisi
mengubah area tekanan dan
meningkatkan istrahat.
Tingkatkan regimen
kenyamanan waktu tidur
mis; masase, segelas susu air
hangat.

meningkatkan efe
relaksasi. Susu mempunyai
kualitas soporifik,
meningkatan sintesis
serotonin, neurotransmitter
12

yang membantu pasien


tertidur dan tidur lebih lama.
5.

6.

Hipertermi
berhubugan dengan
pelepasan toksin oleh
bakteri

Observasi tan-da-tanda
Tanda-tanda vital dapat
vital.
berubah dengan adanya
Beri kompres dingin pada
peningkatan suhu tubuh.
Dengan memberi kompres
daerah dahi dan ketiak.
Anjurkan klien untuk
dingin terjadi pemin-dahan
Tujuan :
minum banyak
panas ke dingin melalui
Anjurkan pada klin untuk
proses konduksi.
1. Suhu tubuh da-lam

Dengan minum yang


isti-rahat
total.
batas normal dengan
banyak di-harapkan dapat
kriteria :
mengganti peng-uapan
2. Suhu : 360 37 0 C
cairan yang keluar aki-bat
3. Bibir tidak pecahpanas.
pecah.
Istirahat mutlak dapat
mencegah terjadinya
perfo-rasi usus.
Kurang pengetahuan
yang berhubungan
dengan kurangnya
informasi tentang
proses penyakit,
metode pencegahan,
dan instruksi
perawatan di rumah
Tujuan :
Setelah dilakukan
tindakan keperawatan
klien tidak
memperlihatkan
tanda-tanda
gelisah.
Kriteria Hasil :
Klien tidak gelisah
Klien tenang

Kaji tingkat pemahaman


klien tentang penyakitnya
Kaji ulang proses
pemyakit dan harapan
yang akan datanng
Berikan informasi
tentang: sumber infeksi,
tindakan untuk mencegah
penyebaran, jelaskna
pemberian antibiotic,
pemeriksaan diagnostic:
tujuan, gambaran singkat,
persiapan ynag
dibutuhkan sebelum
pemeriksaan, perawatan
sesudah pemeriksaan
Pastikan pasien atau
orang terdekat telah
menulis perjanjian untuk
perawatan lanjut dan
instruksi tertulis untuk
perawatn sesudah

Untuk mengetahui tingkat


pemahaman klien
memberikan pengetahuan
dasar dimana pasien dapat
membuat pilihan
beradasarkan informasi.
pengetahuan apa yang
diharapkan dapat
mengurangi ansietas dan
m,embantu
mengembankan kepatuhan
klien terhadap rencan
terapetik.
instruksi verbal dapat
dengan mudah dilupakan
Pasien sering
menghentikan obat
mereka, jika tanda-tanda
penyakit mereda. Cairan
menolong membilas ginjal.
Asam piruvat dari sari
13

pemeriksaan
buah berri membantu
Instruksikan pasien untuk
mempertahankan keadaan
menggunakan obat yang
asam urin dan mencegah
diberikan, inum sebanyak
pertumbuhan bakteri
Untuk mendeteksi isyarat
kurang lebih delapan
gelas per hari khususnya
indikatif kemungkinan
sari buah berri.
ketidakpatuhan dan
Berikan kesempatan
membantu
kepada pasien untuk
mengembangkan
mengekspresikan
penerimaan rencana
perasaan dan masalah
terapeutik
tentang rencana
pengobatan.

D. Evaluasi
Pada tahap yang perlu dievaluasi pada klien dengan ISK adalah, mengacu pada tujuan
yang hendak dicapai yakni apakah terdapat :
1. Nyeri yang menetap atau bertambah
2. Perubahan warna urine
3. Pola berkemih berubah, berkemih sering dan sedikit-sedikit, perasaan ingin kencing,
menetes setelah berkemih.

14

DAFTAR PUSTAKA

Doenges, Marilyn E. (1999). Rencana Asuhan Keperawatan: pedoman untuk perencanaan


dan pendokumentasian perawatan pasien. Alih Bahasa: I Made Kariasa, Ni made
Sumarwati. Edisi: 3. Jakrta: EGC.
Enggram, Barbara. (1998). Rencana Asuhan Keperawatan Nugroho, Wahyudi. (2000).
Keperawatan Gerontik. Edisi: 2. Jakarta: EGC.
Price, Sylvia Andrson. (1995). Patofisiologi: konsep klinis proses-proses penyakit:
pathophysiologi clinical concept of disease processes. Alih Bahasa: Peter Anugrah. Edisi:
4. Jakarta: EGC
Smeltzer, Suzanne C. (2001). Buku Ajar Keperawatan Medikal-Bedah Brunner &
Suddart. Alih Bhasa: Agung Waluyo. Edisi: 8. Jakarta: EGC.
Tessy Agus, Ardaya, Suwanto. (2001). Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam: Infeksi Saluran
Kemih. Edisi: 3. Jakarta: FKUI

15

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR .....................................................................................................i


DAFTAR ISI ..................................................................................................................ii

BAB I KONSEP MEDIS


A.
B.
C.
D.
E.
F.
G.
H.

Definisi ....................................................................................................................1
Etiologi ....................................................................................................................2
Patofisiologi ............................................................................................................4
Tanda dan Gejala .....................................................................................................5
Komplikasi ..............................................................................................................6
Pemeriksaan Diagnostik .........................................................................................7
Pencegahan .............................................................................................................7
Pengobatan Penyakit ISK .......................................................................................8

BAB II KONSEP KEPERAWATAN


A.
B.
C.
D.

Pengkajian ...............................................................................................................9
Diagnosa .................................................................................................................9
Intervensi ................................................................................................................10
Evaluasi ...................................................................................................................14

DAFTAR PUSTAKA .....................................................................................................15

ii

16

Anda mungkin juga menyukai