Alhamdulillah kami panjatkan puja dan puji syukur kepada Allah SWT Tuhan Yang
MahaEsa, yang telah melimpahkan kasih sayang dan karuniaNya, sehingga kami dapat
menyelesaikan laporan PBL modul 2 sistem kedokteran tropis sebagai salah satu syarat untuk
melengkapi nilai sistem tropis.
Terima Kasih kepada orang tua atas doa dan dukungannya, selalu mendampingi dan
penuh pengertian memberi semangat selama kami mengikuti pendidikan di Program Studi
Pendidikan Dokter, Universitas Muhammadiyah Jakarta.
Terima kasih kami sampaikan kepada semua pihak yang telah membantu kami dalam
menyelesaikan laporan PBL modul 2 sistem kedokteran tropis. Semoga kebaikan dan bantuan
yang diberikan kepada kami mendapat balasan dari Allah Yang Maha Pemurah. Semoga Allah
SWT Tuhan Yang Maha Esa, Maha Pengasih dan Maha Penyayang selalu melimpahkan rahmat
dan karuniaNya kepada kita semua. Amin.
Hormat Kami,
Kelompok IV
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR.1
DAFTAR ISI..... 2
BAB I PENDAHULUAN...3
1.1 Latar Belakang..3
1.2 Tujuan Instruksional Umum (TIU)..................4
1.3 Tujuan Instruksional Khusus (TIK).................4
1.4 Metode pembelajaran5
BAB II ANALIS MASALAH......6
2.1 skenario..6
2.2 kata/kalimat sulit...6
2.3 kata/kalimat kunci.............6
2.4 Mind Map......7
2.5 pertanyaan......8
BAB III PEMBAHASAN.......9
1. Apakah kasus pada skenario dapat dikatakan wabah,jelaskan definisi wabah, klasifikasi
5.
wabah!...........................................................................................................................................46
10.
Apasajakah upaya pemberdayaan masyakat serta bagaimana menggerakan potensi
masyarakat untuk mencapai Revitalisasi posyandu dalam masyarakat sehat?..................47
11. Jelaskan perilaku kesehatan menurut para ahli, Klasifikasi, bentuk perilaku kesehatan,serta
jenisnya!....................................................................................................................................48
2
BAB IV PENUTUP
3.1 Kesimpulan..................................................................................................................................50
DAFTAR PUSTAKA..51
BAB I
PENDAHULUAN
1.1
Latar Belakang
Wabah penyakit menular adalah kejadian berjangkitnya suatu penyakit menular
dalam masyarakat yang jumlah penderitanya meningkat secara nyata melebihi daripada
keadaan yang lazim pada waktu dan daerah tertentu serta dapat menimbulkan
malapetaka.
Kejadian Luar Biasa (KLB) adalah timbulnya atau meningkatnya kejadian
morbiditas/mortalitas yang bermakna secara epidemiologis pada suatu daerah dalam
periode tertentu. Apabila didapatkan penderita atau tersangka penderita Kejadian Luar
Biasa, Kepala Wilayah/Daerah wajib segera melaksanakan tindakan penanggulangan
seperlunya dengan bantuan Unit Kesehatan setempat, agar tidak berkembang menjadi
wabah. Dengan pengertian di atas dikehendaki agar wabah dapat segera ditetapkan
apabila ditemukan suatu penyakit yang dapat menimbulkan wabah, walaupun penyakit
tersebut belum menjalar dan belum menimbulkan malapetaka yang besar dalam
masyarakat.
Adanya satu kasus tunggal penyakit menular ang sudah lama tidak ditemukan
atau adanya penyakit baru yang belum diketahui sebelumnya di suatu daerah memerlukan
laporan secepatnya disertai dengan penyelidikan epidemiologis. Apabila ditemukan
penderita kedua untuk jenis penyakit yang sama dan diperkirakan penyakit ini dapat
menimbulkan malapetaka, keadaan ini sudah cukup merupakan indikasi untuk
menetapkan daerah tersebut sebagai daerah wabah.
1.2
Tujuan Pembelajaran
TUJUAN PEMBELAJARAN
TUJUAN INSTRUKSIONAL UMUM (TIU)
Setelah mempelajari modul ini diharapkan mahasiswa mampu melakukan penanganan wabah
yang terjadi di tengah-tengah masyarakat secara terpadu, dengan menggunakan pendekatan ilmu
kesehatan masyarakat, sehingga penyebar-luasan wabah dapat dicegah.
TUJUAN INSTRUKSIONAL KHUSUS (TIK)
Setelah mempelajari modul ini, diharapkan mahasiswa mampu :
1. Membuat rumusan masalah yang sedang dihadapi (dengan menghitung attack rate, case
fatality rate)
2. Menjelaskan tentang penyelidikan wabah dan Upaya Penanggulangan Wabah
3. Membuat rencana kerja operasional
4. Menjelaskan tentang aspek klinis dari penyakit yang ada pada skenario : penyebab, gejala
klinis, diagnosis, pengobatan, cara penularan, pencegahan
5. Menjelaskan tentang program pemerintah yang dilakukan di Puskesmas untuk mencegah
terjadinya dan mengurangi angka kematian karena penyakit ini di daerah binaannya.
6. Melakukan koordinasi dengan Kepala Desa, Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten,
Bupati/Kepala Daerah Tingkat II, Rumah Sakit, dan Sektor Terkait dengan melibatkan
peran serta masyarakat.
7. Melakukan Upaya Penanggulangan Wabah
8. Melakukan implementasi Rencana Kerja :
a. Melakukan kerjasama dengan semua unit kerja di puskesmas
b. Melakukan kerjasama dengan Rumah Sakit Rujukan
c. Melakukan kerjasama lintas sektoral
d. Melakukan kerjasama dengan masyarakat melalui PKK, dalam melakukan :
i. Pengobatan dan perawatan penderita
ii. Menemukan penderita yang belum terdeteksi
iii. Upaya pencegahan meluasnya wabah dengan melakukan promosi
kesehatan dan perbaikan lingkungan
9. Melakukan monitoring dan evaluasi Program Kerja
10.
Menggerakkan potensi masyarakat untuk revitalisasi posyandu dalam mencapai
Kecamatan Sehat.
1.3
Metode Pembelajaran
Dalam diskusi kelompok dengan menggunakan metode curah pendapat, mahasiswa
diharapkan dapat memecahkan masalah yang ada di dalam skenario, dengan mengikuti 7
langkah penyelesaian di bawah ini :
1. Klarifikasi istilah yang belum jelas dalam skenario, dan tentukan kata / kalimat kunci
2. Identifikasi problem dasar skenario, dengan membuat beberapa pertanyaan penting
3. Analisis problem tersebut dengan menjawab pertanyaan-pertanyaan di atas
5
1.4 Skenario-4
WABAH DI PENGUNGSIAN
Sebagian besar wilayah kerja Puskesmas Barito terletak di tepi sungai, sehingga pada musim
hujan, setiap tahun selalu mengalami banjir. Biasanya penduduk mengungsi ke dataran yang
lebih tinggi dengan membuat tenda-tenda penampungan. Wilayah kerja Puskesmas Barito
meliputi 15 desa dengan jumlah penduduk 1987 orang. Daerah yang selalu dilanda banjir
berpenduduk kira-kira 1465 orang dari 9 desa. Penduduk daerah ini umumnya bekerja dekat
dungai, sehingga mereka tidak mau pindah dari daerah itu. Setiap kali setelah banjir surut,
mereka akan kembali ke rumahnya lagi. Relokasi selalu ditentang keras oleh mereka.
Masalah di pengungsian adalah kekurangan air, baik untuk diminum maupun untuk mandi
6
dan mencuci pakaian. Luas tenda di tempat penampungan jauh lebih kecil dari kebutuhan
ruang untuk semua pengungsi. Karena itulah, banjir selalu menimbulkan wabah muntah
berak, Infeksi Saluran Pernapasan Akut (ISPA) dan dermatitis di lokasi penampungan para
pengungsi. Tahun lalu, terhitung 6 balita meninggal dunia, 4 karena muntah berak dan 2
karena ISPA.Untuk mengantisipasi datangnya banjir pada musim hujan tahun yang akan
datang, Kepala Puskesmas mulai membuat persiapan agar kejadian pada banjir tahun-tahun
yang lalu tidak terulang kembali.
1.5 Kata sulit : 1.6 Kata / Kalimat Kunci
1.
Wilayah puskesmas terletak di tepi sungai.
2.
Setiap tahun mengalami banjir.
3.
Wilayah kerja Puskesmas Barito meliputi 15 desa dgn jum. penduduk 1987 orang.
4.
Daerah yang selalu dilanda banjir berpenduduk kira-kira 1465 orang dari 9 desa.
5.
Relokasi selalu ditentang keras oleh mereka. Masalah di pengungsian adalah
kekurangan air, baik untuk diminum maupun untuk mandi dan mencuci pakaian.
6.
Luas tenda di tempat penampungan jauh lebih kecil dari kebutuhan ruang untuk
semua pengungsi.
7.
Karena itulah, banjir selalu menimbulkan wabah muntah berak, Infeksi Saluran
Pernapasan Akut (ISPA) dan dermatitis di lokasi penampungan para pengungsi.
8.
Tahun lalu, terhitung 6 balita meninggal dunia, 4 karena muntah berak dan 2
karena ISPA.
9. Untuk mengantisipasi datangnya banjir pada musim hujan tahun yang akan datang,
Kepala Puskesmas mulai membuat persiapan agar kejadian pada banjir tahun-tahun yang
lalu tidak terulang kembali.
1.7 Mind Map
1.
4.
Jelaskan program pemerintah yang dilakukan puskesmas untuk mecegah dan menangani
BAB II
PEMBAHASAN
Nama:Surayya Ardillah(2011730163)
1.Apakah kasus pada skenario dapat dikatakan wabah,jelaskan definisi wabah,klasifikasi wabah
dan Jelaskan perbedaan wabah!
Menurut kamus besar Bahasa Indonesia 1989 :
Wabah berarti penyakit menular yang berjangkit dengan cepat, menyerang sejumlah besar orang
di daerah yang luas.
9
2.
x 100% =
x 100% = 4,09%
CFR=
x 100% = 100%
Pada Undang-Undang Republik Indonesia No 40 Tahun 1991 tentang wabah, Bab II Pasal 2 :
Menteri menetapkan dan mencabut penetapan daerah tertentu dalam wilayah Indonesia
yang terjangkit wabah sebagai daerah wabah.
Penetapan dan pencabutan sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) didasarkan atas
pertimbangan epidemiologis dan keadaan masyarakat.
Pada Bab II Pasal 6 Upaya penanggulangan:
Menteri bertanggungjawab atas pelaksanaan teknis upaya penanggulangan wabah
Dalam upaya penanggulangan sebagimana dimaksud dalam ayat (1), menteri
berkoordinasi dengan menteri lain atau pimpinan instansi lain yang terkait
Pasal 10
Upaya penanggulangan wabah meliputi penyelidikan epidemiologis, pemeriksaan,
pengobatan, perawatan dan isolasi penderita termasuk tindakan karantina, pencegahan
dan pengebalan, pemusnahan penyebab penyakit, penanganan jenazah akibat wabah,
penyuluhan kepada masyarakat dan upaya penanggulangan lainnya.
Pemberdayaan Masyarakat
Pada Undang-Undang Republik Indonesia No 40 Tahun 1991 tentang wabah, Bab III pasal 17
Penyuluhan kepada masyarakat mengenai upaya penanggulangan wabah dilakukan oleh
pejabat kesehatan dengan mengikutsertakan pejabat instansi lain, lembaga swadaya
masyarakat, pemuka agama dan pemuka masyarakat
Penyuluhan kepada masyarakat dilakukan dengan mendayagunakan berbgai media
komunikasi massa baik Pemerintah maupun swasta
Bab IV Pasal 21
Setiap orang berperan serta dalam pelaksanaan upaya penanggulangan wabah
Pasal 22
Peranserta sebagaimana dimaksud dalam pasal 21, dilakukan dengan
- Memberikan informal adanya penderita atau tersangka penderita penyakit wabah
- Membantu kelancaaran pelaksanaan upaya penanggulangan wabah
- Menggerkan motivasi masyarakat dalam upaya penanggulangan wabah
- Kegiatan lain
Peranserta sebagaimana dimaksud dalam ayat (1), dapat berupa bantuan tenaga, keahlian,
dan atau bentuk lain.
Dalam pemberdayaan masyarakat terdapat pada Program Nasional Pemberdayaan
Masyarakat Mandiri atau lebih dikenal dengan PNPM Mandiri adalah program nasional
penanggulangan kemiskinan terutama yang berbasis pemberdayaan masyarakat. pada tahun 2006
14
Wabah pada
scenario
ISPA
Pencegahan
Pengobatan
Penanganan
Pengobatan segera
penyakit flu/batuk
Perbaikan ventilasi
Kontrol kepadatan
15
pengungsian
Kontrol asap hasil
pemasakan
Dermatitis
Definisi
Dermatitis adalah peradangan kulit ( epidermis dan dermis ) sebagai respon terhadap
pengaruh faktor eksogen atau pengaruh faktor endogen, menimbulkan kelainan klinis berupa
efloresensi polimorfik ( eritema, edema, papul, vesikel, skuama) dan keluhan gatal (Djuanda,
Adhi, 2007).
Dermatitis adalah peradangan pada kulit ( inflamasi pada kulit ) yang disertai dengan
pengelupasan kulit ari dan pembentukkan sisik ( Arief Mansoer, 2000).
Jadi dermatitis adalah peradangan kulit yang ditandai oleh rasa gatal.
Klasifikasi
1. Dermatitis kontak
Dermatitis kontak adalah respon peradangan kulit akut atau kronik terhadap paparan bahan iritan
eksternal yang mengenai kulit.
Dermatitis kontaki terbagi 2 yaitu :
Penyebab
Permulaan
Penderita
Lesi
5.
Uji Tempel
akan segera
berhenti.
2. Dermatitis atopik
Dermatitis atopik adalah keadaan peradangan kulit kronis dan residif, disertai gatal dan
umumnya sering terjadi selama masa bayi dan anak-anak, sering berhubungan dengan
peningkatan kadar IgE dalam serum dan riwayat atopi pada keluarga atau penderita. Kelainan
17
kulit berupa papul gatal, yang kemudian mengalami ekskoriasi dan likenifikasi, tempatnya
dilipatan atau fleksural.
3. Dermatitis numularis
Merupakan dermatitis yang bersifat kronik residif dengan lesi berukuran sebesar uang logam dan
umumnya berlokasi pada sisi ekstensor ekstremitas.
4. Dermatitis seboroik
Merupakan golongan kelainan kulit yang didasari oleh factor konstitusi, hormon, kebiasaan
buruk dan bila dijumpai pada muka dan aksila akan sulit dibedakan. Pada muka terdapat di
sekitar leher, alis mata dan di belakang telinga.
Etiologi
Penyebab dermatitis belum diketahui secara pasti. Sebagian besar merupakan respon kulit
terhadap agen-agen misal nya zat kimia, bakteri dan fungi selain itu alergi makanan juga bisa
menyebabkan dermatitis. Respon tersebut dapat berhubungan dengan alergi (Arief Mansoer,
2000).
Penyebab Dermatitis secara umum dapat dibedakan menjadi 2 yaitu
1.
Luar ( eksogen ) misalnya bahan kimia ( deterjen, oli, semen, asam, basa ), fisik
( sinar matahari, suhu ), mikroorganisme ( mikroorganisme, jamur).
2.
Patofisiologi
Secara umum patofisiologi dari dermatitis dimulai dengan eritema yang didasari oleh
dilatasi pembuluh darah perifer dan selanjutnya terjadi edema, karena terjadi intraseluler maka
terbentuklah vesikel, pecah timbul erosi dan eksoriasi serta eksudasi. Pengering eksudat
membentuk krusta yang berwarna kekuningan atou kehitaman , vesikel yang mengerig dapat
menimbulkan skuama. Bila tidak diobati dan akibat garukan yang terus menerus yang terjadi
penebalan kulit dengan gambaran kulit yang makin jelas dan hiperpigmentasi
18
Manifestasi klinis
Pada umumnya manifestasi klinis dermatitis adanya tanda-tanda radang akut terutama
pruritus ( gatal ), kenaikan suhu tubuh, kemerahan, edema misalnya pada muka ( terutama
palpebra dan bibir ), gangguan fungsi kulit dan genitalia eksterna.
a)
Stadium akut : kelainan kulit berupa eritema, edema, vesikel atau bula, erosi dan eksudasi
sehingga tampak basah.
b)
Stadium subakut : eritema, dan edema berkurang, eksudat mengering menjadi kusta.
c)
Stadium kronis : lesi tampak kering, skuama, hiperpigmentasi, papul dan likenefikasi.
19
Stadium tersebut tidak selalu berurutan, bisa saja sejak awal suatu dermatitis sejak awal memberi
gambaran klinis berupa kelainan kulit stadium kronis.
Pemeriksaan penunjang dan diagnostik
a.
b.
Dermatitis atopik
Dapat dilakukan beberapa test untuk menyokong diagnosa seperti white demographis dan test
asitkolin pada kulit normal bila digores benda tajam akan terjadi tripel respon yang berturutturut .
Penatalaksanaan
Pengobatan dermatitis dapat dilakukan dua cara:
a.
Pengobatan sistemik
1)
Kortikosteroid, digunakan pada keadaan yang berat sebagai anti inflamasi dan anti alergi.
2)
3)
Sedatif dan tranquilizer, untuk menghilangkan atau mengurangi rasa gelisah dan gatal.
20
b.
Pengobatan topical
1)
2)
3)
4)
e.
Pencegahan
Dermatitis atopik
Kurangi Stress.
Hindari pakaian yang menggunakan bahan yang menggaruk seperti wool dan lain lain.
Hindari sabun dengan bahan yang terlalu keras, deterjen dan larutan lainnya.
Hindari faktor lingkungan lain yang dapat mencetuskan alergi seperti serbuk bunga, debu,
bulu binatang dan lain lain.
Dermatitis kontak, berarti menghindari kontak dengan zat seperti poison ivy atau sabun keras
yang dapat menyebabkan hal itu. Strategi pencegahan meliputi:
a.
Bilas kulit dengan air dan gunakan sabun ringan jika dermatitis karena kontak dengan suatu
zat. Usahakan mencuci untuk menghapus banyak iritan atau alergen dari kulit Anda. Pastikan
untuk membilas sabun sepenuhnya dari tubuh Anda.
b.
Kenakan kapas atau sarung tangan plastik ketika melakukan pekerjaan rumah tangga untuk
Jika di tempat kerja, memakai pakaian pelindung atau sarung tangan untuk melindungi kulit
Oleskan krim atau gel penghalang untuk kulit Anda untuk memberikan lapisan pelindung.
Juga, gunakan pelembab untuk mengembalikan lapisan terluar kulit dan untuk mencegah
21
penguapan kelembaban.
e.
Gunakan deterjen ringan, tanpa wewangian saat mencuci pakaian, handuk dan selimut. Coba
b.
Bronkitis
c.
Infeksi kulit
Nama:Dinda Meladya(2013730137)
5.B. Jelaskan mengenai ISPA !
DEFINISI
Infeksi akut yang menyerang salah satu bagian/lebih dari saluran napas
mulai hidung sampai alveoli termasuk adneksanya (sinus, rongga telinga
tengah, pleura).
22
27
30
31
Puskesmas
3 buah di tiap Puskesmas
1 buah di tiap Pustu
1 buah di tiap bidan desa, Poskesdes, Polindes, Ponkesdes
ii. Kabupaten
1 buah di dinas kesehatan kabupaten/kota
1 buah di rumah sakit umum di ibukota kabupaten/kota
iii. Provinsi
1 buah di dinas kesehatan provinsi
1 buah di rumah sakit umum di ibukota provinsi.
b. Oksigen konsentrator
Untuk memproduksi oksigen dari udara bebas. Alat ini diperuntukkan
khususnya
bagi fasilitas pelayanan kesehatan yang menyelenggarakan rawat inap dan
unit
gawat darurat yang mempunyai sumber daya energi (listrik/ generator).
c. Oksimeter denyut (Pulseoxymetry)
Sebagai alat pengukur saturasi oksigen dalam darah diperuntukan bagi
fasilitas
pelayanan kesehatan yang memiliki oksigen konsentrator.
Nama:Sari Azzahro Said(2013730176)
5C. Jelaskan aspek klinis (etiologi, epidemiologi, gejala, diagnosa, pengobatan dan pencegahan)
dari muntaber!
Muntaber berasal dari dua kata yaitu muntah dan buang air besar (berak) secara
bersamaan dengan frekuensi lebih dari tiga kali dalam sehari. Muntaber sendiri merupakan gejala
dari suatu penyakit diare.
Muntah berarti dikeluarkannya isi lambung secara ekspulsif melalui mulut dengan
kontraksi otot dinding perut. Proses muntah dikendalikan oleh pusat muntah di sistem saraf pusat
dengan aktivasi impuls dari chemoreceptor trigger zone (CTZ) lewat nervus vagus. Proses
muntah terjadi dalam tiga tahap: nausea, retching, dan emesis. Nausea adalah sensasi ingin
muntah akibat berbagai stimulus, ditandai rasa mual. Lalu pada fase retching terjadi inspirasi
dalam dengan gerakan otot napas spasmodik diikuti kontraksi otot perut dan diafragma, serta
33
relaksasi sfingter esofagus bawah. Kemudian pada fase emesis, perubahan tekanan intrathorax
menjadi positif dan stringer esofagus akan relaksasi sehingga isi lambung keluar dari mulut.
Buang air besar secara terus menerus (diare) adalah meningkatnya frekuensi buang air
besar dan konsistensi feses menjadi cair. Diare dapat digolongkan menjadi dua, yaitu diare akut
dan kronik.
Pada kasus muntaber terjadi perubahan bentuk dan konsistensi dari tinja, tinja dapat
menjadi lebih lembek atau cair dari biasanya bahkan terkadang dapat mengandung darah atau
lendir. Muntaber dapat terjadi akibat dari peradangan usus ya
(82,0%), DI Yogyakarta (81,7%), Jawa Timur (77,9%), Jawa Tengah (77,8%), dan Maluku Utara
(75,3%); sedangkan lima provinsi terendah adalah Kepulauan Riau (24,0%), Kalimantan Timur
(35,2%), Bangka Belitung (44,3), Riau (45,5%), dan Papua (45,7%).
Berdasarkan gender, ART yang biasa mengambil air di Indonesia pada umumnya adalah
laki-laki dewasa dan perempuan dewasa (masing-masing 59,5% dan 38,4%). Masih terdapat
anak laki-laki (1,0%) dan anak perempuan (1,1%) berumur di bawah 12 tahun yang biasa
mengambil air untuk kebutuhan minum RT.
Secara kualitas fisik, masih terdapat RT dengan kualitas air minum keruh (3,3%),
berwarna (1,6%), berasa (2,6%), berbusa (0,5%), dan berbau (1,4%). Berdasarkan provinsi,
proporsi RT tertinggi dengan air minum keruh adalah di Papua (15,7%), berwarna juga di Papua
(6,6%), berasa adalah di Kalimantan Selatan (9,1%), berbusa dan berbau adalah di Aceh (1,2%,
dan 3,8%).
Proporsi RT yang mengolah air sebelum diminum di Indonesia adalah sebesar 70,1
persen. Dari 70,1 persen RT yang melakukan pengolahan air sebelum diminum, 96,5 persennya
melakukan pengolahan dengan cara dimasak. Cara pengolahan lainnya adalah dengan dijemur di
bawah sinar matahari/solar disinfection (2,3%), menambahkan larutan tawas (0,2%), disaring
dan ditambah larutan tawas (0,2%) dan disaring saja (0,8%).
Sanitasi
Proporsi RT di Indonesia menggunakan fasilitas BAB milik sendiri adalah 76,2 persen,
milik bersama sebanyak 6,7 persen, dan fasilitas umum adalah 4,2 persen. Masih terdapat RT
yang tidak memiliki fasiltas BAB/BAB sembarangan, yaitu sebesar 12,9 persen. Lima provinsi
tertinggi RT yang tidak memiliki fasilitas BAB/BAB sembarangan adalah Sulawesi Barat
(34,4%), NTB (29,3%), Sulawesi Tengah (28,2%), Papua (27,9%), dan Gorontalo (24,1%).
Proporsi RT yang memiliki akses terhadap fasilitas sanitasi improved (kriteria JMP
WHOUnicef) di Indonesia adalah sebesar 58,9 persen. Lima provinsi tertinggi proporsi RT
yang memiliki akses terhadap fasilitas sanitasi improved adalah DKI Jakarta (78,2%), Kepulauan
Riau (74,8%), Kalimantan Timur (74,1%), Bangka Belitung (73,9%), dan Bali (75,5%).
35
Source: http://www.who.int/water_sanitation_health/hygiene/envsan/onsitesan.pdf
Selama tahun 1970-1988 masyarakat pedesaan di Asia memiliki persentase populasi tanpa
sanitasi yang adekuat terbanyak.
Data Riskesdas 2013 mengenai prevalensi penyakit menular diare (ditularkan melalui
makanan, air dan lainnya)
Insiden dan period prevalence diare untuk seluruh kelompok umur di Indonesia adalah
3,5 persen dan 7,0 persen. Lima provinsi dengan insiden maupun period prevalen diare tertinggi
adalah Papua, Sulawesi Selatan, Aceh, Sulawesi Barat, dan Sulawesi Tengah. Insiden diare pada
kelompok usia balita di Indonesia adalah 10,2 persen. Lima provinsi dengan insiden diare
tertinggi adalah Aceh, Papua, DKI Jakarta, Sulawesi Selatan, dan Banten.
36
Pada tahun 2012, Afrika memiliki persentase kasus kolera sebesar 52%.
Amerika
Pada tahun 2013, terdapat 5 negara yang dilaporkan terkena kasus kolera, yaitu: Cuba, Republik
Dominika, Haiti, Meksiko dan USA.
Cuba pada Juli 2012-2013 dilaporkan sebanyak 181 kasus kolera tanpa kematian di Provinsi La
Havana, Santiago del Cuba dan Camaguey.
Republik Dominika dilaporkan ada 1954 kasus sepanjang 2013, dimana angka ini menurun dari
tahun 2012 yang dilaporkan sebanyak 7.919 kasus kolera.
Di Haiti, sejak menjadi kawasan endemik (Oktober 2010) sampai Desember 2013, terdapat
696.794 kasus kolera dimana 389.903 berada dirumah sakit (56%) dan 8.531 meninggal dunia
(CFR, 1.22%).
Sejak awal September sampai akhir Desember 2013, Meksiko melaporkan 187 kasus yang telah
dikonfirmasi terkena infeksi Kolera, dengan 1 kasus kematian (CFR, 0.53%)
Asia
Sepanjang 2013 total kasus kolera sebanyak 11.576 kasus termasuk 100 kasus kematian yang
dilaporkan dari 14 negara (CFR, 0.86%). Kasus ini mengalami peningkatan sebesar 57% dari
kasus yang telah dilaporkan pada tahun 2012.
Eropa
Kasus kolera dilaporkan dari 2 negara di Eropa yaitu Italia dan 6 kasus di UK.
Oceania
Australia melaporkan 3 kasus kolera.
38
Source: http://www.who.int/wer/2014/wer8931.pdf?ua=1
Diagnosis Laboratorium
Bahan Pemeriksaan
Perbenihan
Tes fermentasi
Keterangan
Tinja dan atau muntahan
Agar pepton
Agar darah dengan pH 9
TCBS
Tes aglutinasi
Rx. Merah kolera
39
Penatalaksanaan
Penatalaksanaan pada penderita muntaber adalah:
1. Terapi rehidrasi
Dehidrasi, asidosis, dan deplesi kalium merupakan gejala khas akibat kehilangan air dan
garam melalui diare dan muntah. Terapi rehidrasi terdiri atas tindakan penggantian air
dan garam sesuai dengan proporsi yang hilang atau yang dikeluarkan. Karena sejumlah
besar cairan dapat hilang dengan cepat, penting dilakukan penilaian berkala selama
beberapa kali selama dan setelah rehidrasi sampai diare berhenti. Dapat diberikan oralit.
2. Pemberian Makanan
Makanan sebaiknya diberikan 3-4 jam setelah pengobatan, saat rehidrasi telah sempurna.
Untuk bayi atau anak-anak pemberian susu atau tindakan menyusui harus dilanjutkan.
Mencegah penyebaran wabah
Untuk mencegah penyebaran wabah dapat dilakukan sebagai berikut:
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
9.
40
41
Nama
: Sally Novrani Puteri( 2013730174)
7. Sebutkan upaya yang dilakukan puskesmas untuk mencapai kecamatan sehat!
42
Jawab:
Pusat Kesehatan Masyarakat yang selanjutnya disebut Puskesmas adalah fasilitas
pelayanan kesehatan yang menyelenggarakan upaya kesehatan masyarakatdan upaya kesehatan
perseorangan tingkat pertama, dengan lebih mengutamakan upaya promotif dan preventif, untuk
mencapai derajat kesehatan masyarakat yang setinggi-tingginya di wilayah kerjanya.
Puskesmas mempunyai tugas melaksanakan kebijakan kesehatan untuk mencapai tujuan
pembangunan kesehatan di wilayah kerjanya dalam rangka mendukung terwujudnya kecamatan
sehat. Kecamatan Sehat adalah gambaran masyarakat kecamatan masa depan yang ingin dicapai
melalui pembangunan kesehatan, yakni masyarakat yang hidup dalam lingkungan dan dengan perilaku
sehat, memiliki kemampuan untuk menjangkau pelayanan kesehatan yang bermutu secara adil
dan merata serta memiliki derajat kesehatan yang setinggi-tingginya.
Puskesmas menyelenggarakan upaya kesehatan masyarakat (UKM) tingkat pertama dan
upaya kesehatan perseorangan (UKP) tingkat pertama. Upaya kesehatan dilaksanakan secara
terintegrasi dan berkesinambungan. Upaya kesehatan masyarakat tingkat pertama meliputi upaya
kesehatan masyarakat esensial dan upaya kesehatan masyarakat pengembangan.
Upaya kesehatan masyarakat esensial meliputi:
a) Pelayanan promosi kesehatan; Posyandu
b) Pelayanan kesehatan lingkungan; lingkungan kelompok pemakai air (Pokmair), Desa
Percontohan Kesehatan Lingkungan (DPKL)
c) Pelayanan kesehatan ibu, anak, dan keluarga berencana: Posyandu, Polindes, Bina
keluarga balita (BKB)
d) Pelayanan gizi; Posyandu, Panti Pemulihan Gizi, Keluarga Sadar Gizi ( Kadarzi)
e) Pelayanan pencegahan dan pengendalian penyakit; Pos Obat Desa(POD)
Upaya kesehatan masyarakat esensial harus diselenggarakan oleh setiap Puskesmas untuk
mendukung pencapaian standar pelayanan minimal kabupaten/kota bidang kesehatan.
Upaya kesehatan masyarakat pengembangan merupakan upaya kesehatan masyarakat
yang kegiatannya memerlukan upaya yang sifatnya inovatif dan/atau bersifat ekstensifikasi dan
intensifikasi pelayanan, disesuaikan dengan prioritas masalah kesehatan, kekhususan wilayah
kerja dan potensi sumber daya yang tersedia di masing-masing Puskesmas. Berikut adalah upaya
kesehatan masyarakat pengembangan ;
a) Pelayanan kesehatan jiwa; Tim Pelaksana Kesehatan Jiwa Masyarakat (TPKJM)
b) Upaya kesehatan gigi masyarakat;
c) Pengobatan tradisional,komplementer dan alternative; Tam a n Obat Keluarga (TOGA),
pembinaan pengobat tradisional (BATTRA)
d) Upaya kesehatan sekolah; Dokter Kecil, Saka Bakti Husada (SBH), Pos Kesehatan
Pesantren
e) Kesehatan indera;
f) Kesehatan lansia; Posyandu usila, Panti wreda
g) Kesehatan kerja dan olahraga: Pos Upaya Kes. Kerja (Pos UKK)
a)
b)
c)
d)
Penyelidikan.
Pemeriksaan, pengobatan, perawatan dan isolasi penderitan termasuk tindakan karantina.
Pencegahan dan pengebalan
Pemusnahan penyebab penyakit.
Penganan jenazah akibat wabah.
Penyuluhan kepada masyarakat.
Upaya penanggulangan lainnya.
44
Penanganan jenazah
45
Apabila kematiannya disebabkan oleh penyakit yang menimbulkan wabah, atau jenazah tersebut
merupakan sumber penyakit yang dapat menimbulkan wabah. Harus dilakuka secara khusus
menurut jenis penyakitnya, tanpa meninggalkan norma agama serta hakikatnya sebagai manusia.
Penyuluhan kepada masyarakat
Kegiatan komunikasi yang bersifat persuasive edukatif tentang penyakit ynag dapat
menimbulkan wabah agar mereka :
Mengerti sifat sifat penyakit untuk dapat melindungi dirinya sendiri dan apabila terkena
46
POSYANDU
POS :
POS :
Tempat
Tempat
YAN :
YAN :
Peyalanan
Peyalanan
DU :
DU :
Terpadu
Terpadu
Posyandu adalah kegiatan yang dilaksanakan oleh, dari dan untuk masyarakat yang bertujuan
untuk meningkatkan derajat kesehatan masyarakat pada umumnya serta kesehatan Ibu,Bayi dan
Balita pada khususnya. Posyandu dilaksanakan oleh keluarga bersama dengan masyarakat
dibawah bimbingan petugas kesehatan dari puskesmas setempat. Posyandu juga berupaya untuk
pemberdayaan masyarakat dan Revitalisasi Posyandu, antara lain :
1. Meningkatkan kemampuan pengetahuan dan keterampilan teknis, serta dedikasi kader di
Posyandu.
2. Memperluas system posyandu dengan meningkatkan kualitas dan kuantitas pelayanan di
hari buka dan kunjungan rumah.
47
3. Menciptakan iklim kondusif untuk pelayanan dengan pemenuhan saran dan prasarana
kerja Posyandu.
4. Meningkatkan peran serta masyarakat dan kemitraan dalam penyelanggaraan dan
pembiayaan kegiatan Posyandu.
5. Menyediakan system pilihan jenis dalam pelayanan (paket minimal dan tambahan) sesuai
perkembangan kebutuhan masyarakat.
6. Menggunakan azas kecukupan dan urgensi dalam penetapn sasaran pelayanan dengan
perhatian khusus pada Baduta untuk mencapai cakupan keseluruhan.
7. Memperkuat dukungan pembinaan dan pendampingan teknis dari tenaga professional dan
tokoh masyarakat, termasuk unsur LSM.
Dimana tujuan penyelenggara posyandu adalah;
1. Menurunkan angka kematian bayi (AKB), angka kematiaan ibu (ibu hamil, melahirkan,
dan nifas)
2. Membudayakan norma keluarga kecil bahagia sejahtera (NKKBS)
3. Meningkatkan peran serta dan kemampuan masyarakat untuk mengembangkan kesehatan
dan KB.
Menurut Notoatmodjo :
Perilaku kesehatan adalah respon organisme terhadap stimulus (obyek) yang berkaitan
dengan sakit/penyakit, sistem pelayanan kesehatan, makanan serta lingkungan.
48
b. Illness behavior ( perilaku saat sakit ) yang mencakup respon saat sakit dan terhadap
penyakit, pengetahuan tentang penyakit, gejala, penularan, dan pengobatan penyakit.
c. The sick role behavior (perilaku peran sakit ) yang mencakup tindakan untuk
memperoleh kesembuhan, mengetahui fasilitas kesehatan yang tersedia, mengeahui
hak dan kewajiban orang sakit.
Menurut Notoatmodjo klasifikasi perilaku kesehatan yaitu :
a. Perilaku pemeliharaan kesehatan meliputi peningkatan kesehatan, pencegahan
penyakit, penyembuhan, pemulihan kesehatan, asupan gizi, dsb.
b. Perilaku pencarian dan pemanfaatan fasilitas pelayanan kesehatan dimulai dari self
treatmen sampai dengan usaha pengobatan di dalam dan di luar negeri.
c. Perilaku kesehatan lingkungan seperti penyediaan air minum sehat, Pengadaan SPAL,
pembuangan dan pengelolaan sampah.
Current behavior : perilaku yang dilaksanakan saat ini, dapat diidentifikasi dengan observasi
dan wawancara di lapangan: (perilaku yang terdapat kesenjangan antara perilaku ideal
dengan tindakan yang dilakukan dikaitkan dengan epdemiologi dan masalah kesehatan yang
diakibatkan dari perilaku tersebut).
49
Contoh : Membuang sampah sembarangan, makan tidak mencuci tangan, MCK di sungai,
tidak menggosok gigi dengan rutin, merokok, mengkonsumsi makanan siap saji, dll.
Expected/feasible behavior : perilaku yang diharapkan bisa dilaksanakan oleh suatu individu
atau kelompok masyarakat :
Contoh : Membuat tempat pembuangan sampah, membuat sumur air bersih, membuat
Jamban sesuai standar, membuat sumur resapan, membuat kawasan bebas asap rokok, dll.
BAB III
PENUTUP
3.1
Kesimpulan
Dari hasil diskusi yang sudah dilaksanakan, dapat di ambil kesimpulan bahwa skenario 1
yang ada pada modul Ilmu Kesehatan Masyarakat ini adalah termasuk wabah. Dapat
dikatakan wabah karena sesuai dengan kriteria dari wabah itu sendiri serta dilakukan
langkah-langkah dari upaya penyelidikan wabah. Dalam menentukan sebuah kasus bisa
dikatakan wabah diperlukan data-data dan informasi yang lengkap. Wabah itu sendiri
adalah keadaan berjangkitnya suatu penyakit menular dalam masyarakat, yang jumlah
penderitanya meningkat secara nyata, melebihi keadaan yang lazim, pada waktu dan
daerah tertentu, serta dapat menimbulkan malapetaka.
3.2
Saran
Sebaiknya apabila ditemukan tanda-tanda yang mengarah ke wabah segera dilaporkan
dan pihak yang bersangkutan harus segera mengambil tindakan yang tepat untuk
50
mengatasi wabah. Apabila penanganan wabah ini terlambat maka akan timbul korban
yang lebih banyak lagi.
DAFTAR PUSTAKA
Aesculapius FK UI.
Depkes. 2013.
Djuanda, Adhi. 2005. Ilmu Penyakit Kulit dan Kelamin. Jakarta. Penerbit : Balai Penerbit FK UI.
FKUI. Buku Ajar Mikrobiologi Kedokteran. Jakarta: Bina Rupa Aksara.
Heru S. Adi.1995.KADER KESEHATAN MASYARAKAT Ed.2.EGC;Jakarta.
Mansoer, Arif, dkk. 2000. Kapita Selekta Kedokteran jilid 2. Edisi 3. Jakarta. Penerbit
Mboi, Nafsiah. Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 75 Tahun 2014. 1
Januari 2015
Morrow, RH & Vaughan.1993.Panduan Epidemiologi bagi Pengelolaan Kesehatan
Kabupaten.Penerbit ITB.Bandung
Philadelphia: Elsevier Saunders.
Rajab,Wahyudin. 2009. Buku Ajar Epidemiologi untuk Mahasiswa Kebidanan. Jakarta: EGC.
51
Rianti,Emy,DKK. 2009. Buku Ajar Epidemiologi dalam Kebidanan. Jakarta: Trans Info Media.
referensi
.
http://www.depkes.go.id/resources/download/peraturan/PMK-No-75-Th-2014-ttgPuskesmas.pdf
http://medicastore.com/penyakit/74/Dermatitis_Kontak.html
http://www.depkes.go.id/
http://www.depkes.go.id/resources/download/general/Hasil%20Riskesdas%202013.pdf
WHO. 2013
. http://www.who.int/wer/2014/wer8931.pdf?ua=1
WHO. A Guide to the Development of on-Site Sanitation, WHO, 1992. Dalam
http://www.who.int/water_sanitation_health/hygiene/envsan/onsitesan.pdf
Wyllie R. 2011. Nelsons texbook of pediatrics. Edisi ke-19.
http://posyandu.org
http://Scribd.com/posyandu/Oktavianus
KEDOKTERAN TROPIS
LAPORAN DISKUSI TUTORIAL
KECACINGAN
Ketua :
(2013730148)
52
Sekertaris:
Anggota :
Ghaisani Zatadini
1.Surayya Ardillah
(2013730146)
(2011730163)
(2011730168)
(2011730161)
4.Harishal Aryaputra
(2013730147)
(2013730134)
6. Dinda Meladya
(2013730137)
(2013730143)
(2013730156)
(2013730174)
(2013730176)
(2013730178)
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH JAKARTA
TAHUN AJARAN 2015/2016
53