Anda di halaman 1dari 24

H

Vol. VII, No. 09/I/P3DI/Mei 2015

Kajian Singkat terhadap Isu Aktual dan Strategis

PENEGAKKAN HUKUM TERHADAP


TINDAK PIDANA PERDAGANGAN SATWA LIAR
Denico Doly*)

Abstrak
Perdagangan satwa liar terjadi semakin marak di Indonesia. Perdagangan satwa
liar khususnya satwa liar yang dilindungi ataupun langka digolongkan suatu
tindak pidana. Hal ini diatur dalam Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1990 tentang
Konservasi Sumber Daya Alam Hayati dan Ekosistemnya (KSDA). Tindak pidana
perdagangan satwa liar yang dilindungi juga sudah masuk sebagai permasalahan
internasional. Penegakan hukum terhadap perdagangan satwa liar sebagaimana
diatur dalam UU KSDA belum dapat dilakukan secara optimal. Masih banyak
para penegak hukum yang belum memahami secara penuh ancaman terhadap
keanekaragaman hayati ketika banyak terjadi tindak pidana perdagangan satwa liar
yang dilindungi. Perlu perbaikan di semua faktor yang mempengaruhi penegakan
hukum terhadap tindak pidana perdagangan tersebut. Perbaikan peraturan
perundang-undangan dan pemberian pemahaman kepada para penegak hukum
terkait dengan ancaman rusaknya keanekaragaman hayati adalah salah satu faktor
penting upaya perbaikan ini.

Pendahuluan

Perak kemudian mengamankan M dan telah


ditetapkan sebagai tersangka. Saat ini Polres
Pelabuhan Tanjung Perak sudah melakukan
kerja sama dengan Pelabuhan Indonsia
(Pelni) dan KM Tidar untuk mengungkap
pemilik satwa liar yang dilindungi
tersebut. Selain mencari pelaku, polisi juga
memperketat arus keluar masuk pelabuhan.
Razia akan dilakukan untuk mencegah
banyaknya tindak pidana penyelundupan
satwa.
Selama tahun 2015 sudah terjadi
3 kasus penyelundupan kakaktua yang
dimasukkan ke dalam botol mineral. Kasat

Indonesia kini menjadi sorotan dunia


Internasional terkait dengan adanya kasus
penangkapan penyelundupan satwa liar
kakaktua jambul kuning yang dilakukan
oleh petugas bea cukai di Tanung Perak,
Surabaya, Jawa Timur. Tersangka berinisial
M diduga bermaksud menyelundupkan
satwa liar yang dilindungi berupa 21 burung
kakaktua jambul kuning dan burung
bayan dengan cara yang keji, yaitu dengan
memasukkan burung tersebut ke dalam
botol mineral. Petugas bea cukai bersama
dengan Polisi Resor Pelabuhan Tanjung

*) Peneliti Muda Hukum pada Bidang Hukum Pusat Pengkajian Pengolahan Data dan Informasi (P3DI), Sekretariat Jenderal DPR RI.
E-mail : nico_tobing@yahoo.com
Info Singkat
2009, Pusat Pengkajian, Pengolahan Data dan Informasi (P3DI)
Sekretariat Jenderal DPR RI
www.dpr.go.id
ISSN 2088-2351

-1-

Reskrim Polres Pelabuhan Tanjung Perak


Surabaya AKP Aldy Sulaiman mengatakan
bahwa tahun ini sudah ada penyelundupan
burung
cendrawasih,
kakaktua,
dan
kadal. Andy menambahan bahwa kasus
penyelundupan ini bukan hanya dengan
memasukkan ke dalam botol air mineral,
tetapi juga dengan cara memasukkan
kakaktua
ke
dalam
pipa
paralon.
Penyelundupan kakaktua jambul kuning di
Pelabuhan Tanjung Perak, Surabaya awal
pekan ini menarik perhatian dunia. Media
asing seperti Telegraph dan Daily Mail
misalnya, pun tidak luput meliput kasus ini
seiring dengan semakin besarnya ancaman
punahnya kakaktua jambul kuning yang
pada tahun 2007 hanya tersisa 7 ribu di
dunia.
Kasus perdagangan kakaktua jambul
kuning hanya merupakan salah satu
contoh kasus perdagangan satwa liar yang
dilindungi. Perdagangan ilegal terhadap
satwa liar yang dilindungi menjadi ancaman
yang serius terhadap kepunahan hewan
atau spesies langka di Indonesia. Tingginya
keuntungan yang diperoleh dan kecilnya
risiko hukum menjadi daya tarik tersendiri
bagi para pelaku untuk melakukan tindak
pidana tersebut. Perdagangan satwa liar
yang dilindungi merupakan tindak pidana
yang sangat kompleks, di mana tindak
pidana ini melibatkan banyak pihak mulai
dari pemburu sampai dengan eksportir.
Banyaknya pelaku tindak pidana ini
menjadikan kegiatan perdagangan satwa
liar yang dilindungi harus diatur dalam
peraturan perundang-undangan. UndangUndang Nomor 5 Tahun 1990 tentang
Konservasi Sumber Daya Alam Hayati
dan Ekosistemnya (UU KSDA) mengatur
berbagai substansi terkait dengan konservasi
sumber daya alam yang termasuk di
dalamnya, yaitu terkait dengan satwa liar.
Masalah perdagangan ilegal satwa
yang dilindungi ini juga telah menjadi
masalah yang berskala internasional. Hal
ini dapat dilihat dengan ditandatanganinya
Convention on International Trade in
Endangered Species of Wild Flora and
Fauna (CITES), yaitu sebuah kesepakatan
internasional dalam hal perdagangan
kehidupan liar (satwa dan tumbuhan) pada
tahun 1973. Pada tahun 1978 Pemerintah
Keputusan

Presiden

Nomor

43

1978 tentang pengesahan Convention on


International Trade in Endangered Species
(CITES) of Wild Fauna and Flora yang
memuat daftar nama jenis-jenis satwa dan
tumbuhan liar yang termasuk dalam kategori
kelangkaan.
CITES menetapkan Tumbuhan dan
Satwa Liar berdasarkan 3 (tiga) kategori
perlakuan perlindungan dari eksploitasi
perdagangan yaitu Appendix I yang memuat
lampiran daftar dan melindungi seluruh
spesies tumbuhan dan satwa liar yang
terancam dari segala bentuk perdagangan
internasional secara komersial, Appendix II
yang memuat lampiran daftar dari spesies
yang tidak terancam kepunahan, tetapi
mungkin akan terancam punah apabila
perdagangan terus berlanjut tanpa adanya
pengaturan, dan Appendix III yang memuat
daftar spesies tumbuhan dan satwa liar yang
telah dilindungi di suatu negara tertentu
dalam batas-batas kawasan habitatnya,
dan memberikan pilihan bagi negaranegara anggota CITES bila suatu saat akan
dipertimbangkan untuk dimasukkan ke
Appendix II, bahkan mungkin ke Appendix I.
Harus diakui bahwa CITES walaupun
lama, tetapi peraturan CITES belum dapat
diimplementasikan secara optimal untuk
mendukung perdagangan satwa yang
berkesinambungan.
Peraturan
CITES
mulai dari keharusan memiliki peraturan
di tingkat nasional, penentuan kuota,
mekanisme kontrol pengambilan tumbuhan
dan satwa di alam hingga pengawasan lalu
lintas perdagangannya. Indonesia pernah
memperoleh ancaman total trade ban dari
sekretariat CITES karena dianggap tidak
cukup memiliki peraturan nasional yang
memadai yang dapat dipergunakan untuk
mendukung implementasi CITES.
Perdagangan ilegal satwa liar bersifat
sangat kompleks dan melibatkan banyak
pihak mulai dari pemburu hingga eksportir.
Tidak sedikit kasus perdagangan ilegal
satwa liar yang melibatkan oknum petugas
serta aparat keamanan. Perdagangan ilegal
hidupan liar juga merupakan kejahatan yang
telah terorganisir dengan rapi, memiliki
jaringan luas dan kuat serta dengan modus
penyelundupan yang terus berkembang.
Dalam beberapa kasus perdagangan ilegal
satwa liar justru dilakukan oleh eksportir
satwa liar yang memiliki ijin resmi.

Tahun
-2-

Penegakkan hukum perdagangan


satwa liar yang dilindungi

dengan para penegak hukumnya. Para


penegak hukum belum dapat memahami
secara langsung dampak dari perdagangan
satwa liar yang dilindungi. Para penegak
hukum masih melihat pada hukum positif
yang berlaku di Indonesia termasuk di
dalamnya pada hasil putusan hakim yang
menjadi yurisprudensi bagi para hakim dan
jaksa dalam menangani kasus perdagangan
satwa liar. Dampak dari perdagangan satwa
liar, khususnya satwa liar yang dilindungi
mempunyai dampak yang panjang meskipun
dalam dalam jangka pendek tidak dapat
dirasakan dampak kerusakannya bagi
ekosistem. Secara umum, putusnya rantai
makanan dan juga punahnya ekosistem
akan memberikan dampak yang besar bagi
umat manusia. Bencana alam akan menjadi
salah satu dampak yang akan terjadi saat
ekosistem alam menjadi rusak.
Pemerintah
dalam
upaya
menanggulangi berbagai tindak pidana
perdagangan satwa liar telah membentuk
suatu satuan polisi khusus di bidang
kehutanan atau biasa disebut dengan
Polisi Kehutanan (Polhut). Polhut ini
merupakan
jabatan fungsional Pegawai
Negeri Sipil dalam lingkungan pegawai
instansi
kehutanan
pusat
maupun
daerah. Adapun tugas dari satuan ini,
yaitu untuk mencegah terjadi perburuan,
pembunuhan, dan perdagangan satwa
liar yang dilindungi. Permasalahan yang
menimpa Polhut, mencakup hal klasik
seperti terbatasnya SDM Polhut yang ada
sehingga tidak sebanding dengan jumlah
luasan hutan yang dilindungi. Oleh karena
itu, penambahan jumlah SDM Polhut
berikut segenap sarana dan prasarana, serta
perangkat kelembagaannya menjadi hal
penting dilakukan oeh pemerintah dalam
mendorong peningkatan kinerja Polhut ke
depan.

Menurut Soerjono Soekanto ada


beberapa faktor yang mempengaruhi
penegakan hukum. Terkait perdagangan
satwa liar, penulis menelaah dua aspek
penting dalam kasus
ini, yaitu aspek
kerangka hukum, c.q. UU KSDA dan aspek
penegak hukum,
c.q. pihak-pihak yang
membentuk maupun menerapkan hukum.
Faktor penegakan hukum dalam kasus
tindak pidana perdagangan satwa liar yang
akan diulas pertama adalah pengaturan
tentang perdagangan satwa liar yang
dilindungi dalam UU KSDA.
Pasal 21 ayat (2) huruf a UU KSDA
mengatakan bahwa setiap orang dilarang
untuk menangkap, melukai, membunuh,
menyimpan,
memiliki,
memelihara,
mengangkut, dan memperniagakan satwa
yang dilindungi dalam keadaan hidup.
Adapun sanksi terhadap kegiatan ini diatur
dalam Pasal 40 ayat (2) UU KSDA yang
mengatakan bahwa barang siapa dengan
sengaja melakukan pelanggaran terhadap
ketentuan dalam Pasal 21 ayat (1) dan ayat
(2) serta Pasal 33 ayat (3) dipidana dengan
pidana penjara paling lama 5 (lima) tahun
dan denda paling banyak Rp100.000.000,00
(seratus juta rupiah). Ketentuan ini,
mencerminkan bahwa ketentuan hukum
terkait dengan perdagangan satwa liar yang
dilindungi berikut larangan dan sanksi
yang dikenakan kepada para pelakunya
sebenarnya telah disediakan.
Permasalahan
pengaturan
terkait
dengan perdagangan satwa liar ini akan
ditekankan
kepada
minimnya
sanksi
pidana yang dikenakan kepada para pelaku
tindak pidana perdagangan satwa liar
yang dilindungi. UU KSDA belum dapat
memenuhi kebutuhan akan penegakan
hukum yang dapat dilakukan oleh para
penegak hukum. Sanksi pidana yang rendah
menimbulkan rendahnya efek jera kepada
masyarakat. Perlu adanya peningkatan
sanksi yang dikenakan kepada para pelaku
tindak pidana perdagangan satwa liar yang
dilindungi. Karena itu, pengenaan sanksi
terhadap para pelaku perlu dikaji lebih
mendalam karena besarnya dampak bagi
kelangsungan kehidupan alam di Indonesia.
Faktor penegakan hukum yang juga
mempengaruhi penegakanan hukum tindak
pidana perdagangan satwa liar yaitu terkait

Peranan DPR
Berdasarkan
Undang-Undang
Nomor 17 Tahun 2014 tentang Majelis
Permusyawaratan
Rakyat,
Dewan
Perwakilan Rakyat, Dewan Perwakilan
Daerah, dan Dewan Perwakilan Rakyat
Daerah
(UU
MD3),
maka
Dewan
Perwakilan Rakyat Republik Indonesia
(DPR RI) mempunyai 3 fungsi yaitu
legislasi, pengawasan, dan anggaran.
Fungsi legislasi yang dimilik oleh DPR RI
-3-

Referensi

dapat dimanfaatkan untuk merubah atau


mengganti UU KSDA. Perubahan UU KSDA
sudah masuk ke dalam Program Legislasi
Nasional tahun 2015 2019. Oleh karena
itu, upaya yang dapat dilakukan oleh DPR
RI yaitu untuk mempercepat pembahasan
terhadap perubahan UU KSDA. Perubahan
ini dilakukan untuk menyempurnakan
pengaturan tentang konservasi sumber daya
alam, khususnya ketentuan yang mengatur
tentang sanksi yang diberikan kepada pelaku
tindak pidana ini.

Soerjono Soekanto, Faktor-faktor yang


Mempengaruhi Penegakan Hukum,
Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1990,
tentang Konservasi Sumber Daya Alam
Hayati dan Ekosistemnya.
Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2014
tentang
Majelis
Permusyawaratan
Rakyat, Dewan Perwakilan Rakyat,
Dewan Perwakilan Daerah, Dewan
Perwakilan Rakyat Daerah, Lembaran
Negara Republik Indonesia Tahun
2014 Nomor 182, Tambahan Lembaran
Negara Republik Indonesia Nomor 5568.
"Polisi Buru Penyelundup Sadis yang
Masukkan 21 Kakaktua ke Botol Air
Minum"http://news.detik.com/read
/2015/05/07/085822/2908242/10/
polisi-buru-penyelundup-sadis-yangmasukkan-21-kakaktua-ke-botol-airminum?nd771104bcj, diakses tanggal 8
Mei 2015.
"Transaksi Perdagangan Hewan Langka
Capai Rp300 T, Saatnya Tidak
Te g a s ? " ,h t t p : / / n e w s .d e t i k.c o m / r e
ad/2015/05/07/071525/2908176/
10/transaksi-perdagangan-hewanlangka-capai-rp-300-t-saatnya-tindaktegas?nd771104bcj, diakses tanggal 8
Mei 2015.
"CITES: Standar Legalitas Perdagangan
Satwa
Internasional",
http://
pecintasatwa.com/cites-standarlegalitas-perdagangan-satwainternasional/, diakses tanggal 8 Mei
2015.
"Profauna: Perdagangan Satwa Dilindungi
Masih Tinggi",http://www.antaranews.
com/berita/447703/profaunaperdagangan-satwa-dilindungi-masihtinggi, diakses tanggal 8 Mei 2015.
"Pelaksanaan CITES di Indoensia", http://
www.wwf.or.id/?4201/PelaksanaanCITES-di-Indonesia, diakses tanggal 8
Mei 2015

Penutup
Tindak pidana perdagangan satwa
liar menjadi permasalahan tersendiri
di Indonesia. Permasalahan ini timbul
dikarenakan
beberapa
faktor
yang
mempengaruhi, Dua faktor di antaranya
mencakup kurangnya kualitas peraturan
perundang-undangan
yang
mengatur
tentang perdagangan satwa liar yang
dilindungi dan kurangnya pengetahuan para
penegak hukum akan ancaman ketika terjadi
banyak tindak pidana perdagangan satwa
liar. Untuk mengatasi masalah, pemerintah
perlu mengambil kebijakan progresif
dalam upaya penegakkan hukumnya.
Percepatan pembahasan UU KSDA menjadi
salah satu faktor penting harus dilakukan
sehingga adanya jaminan atau kepastian
hukum dalam upaya penegakan hukum
perdagangan satwa liar. Dengan penguatan
aturan hukum yang lebih komprehensif
dan penguatan SDM terkait ke depan,
penegakkan hukum terhadap tindak pidana
perdagangan satwa liar di Indonesia dapat
dilaksanakan secara optimal.

-4-

Vol. VII, No. 09/I/P3DI/Mei 2015

HUBUNGAN INTERNASIONAL

Kajian Singkat terhadap Isu Aktual dan Strategis

DINAMIKA HUBUNGAN BILATERAL


INDONESIA-AUSTRALIA
PASCAHUKUMAN MATI CHAN DAN SUKUMARAN
Lisbet*)

Abstrak
Pelaksanaan hukuman mati terhadap Andrew Chan dan Myuran Sukuraman, 29
April 2015 yang lalu, mempengaruhi hubungan bilateral Indonesia - Australia. Semua
upaya yang telah dilakukan Pemerintah Australia tidak berhasil mengurungkan niat
Pemerintah Indonesia untuk menangguhkan hukuman mati. Pemerintah Indonesia
menganggap pelaksanaan hukuman mati merupakan keputusan tepat sebagai upaya
menciptakan efek jera bagi para bandar dan pengedar narkoba. Yang tidak kalah
pentingnya, respons Pemerintah Indonesia tersebut juga sekaligus diarahkan untuk
menjaga kedaulatan hukum Indonesia yang sedang menghadapi darurat narkoba. Isu
ini, bagaimana pun, merupakan bagian dari dinamika hubungan bilateral kedua negara.

Pendahuluan

pada tahun 2004. Singgungan ini tentunya


diarahkan untuk meminta Pemerintah
Indonesia membayar kemurahan hati
Australia tersebut dengan cara membatalkan
hukuman mati kedua warga negaranya.
Pemerintah itu juga menawarkan pertukaran
dua terpidana mati asal Australia tersebut
dengan tiga narapidana Indonesia yang
ditahan di Australia dalam kasus narkoba
tahun 1998, yakni Kristito Mandagi, Saud
Siregar, dan Ismunandar.
Di bawah Pemerintahan Presiden
Joko Widodo, pemerintah tidak bergeming.
Bagi Indonesia pelaksanaan hukuman mati
tersebut merupakan masalah kedaulatan
hukum Indonesia. Hal ini juga merupakan
upaya untuk menimbulkan efek jera bagi

Pascapenolakan
pemberian
grasi
oleh Presiden Joko Widodo, pelaksanaan
hukuman mati terhadap Andrew Chan dan
Myuran Sukuraman akhirnya dilakukan
pada tanggal 29 April 2015 yang lalu. Kedua
terpidana merupakan warga negara Australia
yang dinyatakan bersalah oleh Pengadilan
Negeri Bali pada tanggal 14 Februari 2006
dengan ancaman hukuman mati.
Pemerintah Australia telah melakukan
berbagai
upaya
untuk
membatalkan
hukuman
mati
tersebut.
Pemerintah
Australia bahkan menyinggung mengenai
pemberian bantuan berupa uang dan
sumber daya manusia pada saat terjadinya
bencana tsunami yang menimpa Indonesia

*) Peneliti Muda Masalah-Masalah Hubungan Internasional pada Bidang Hubungan Internasional Pusat Pengkajian Pengolahan Data
dan Informasi (P3DI), Sekretariat Jenderal DPR RI, Email: lisbet.sihombing@dpr.go.id
Info Singkat
2009, Pusat Pengkajian, Pengolahan Data dan Informasi (P3DI)
Sekretariat Jenderal DPR RI
www.dpr.go.id
ISSN 2088-2351

-5-

for Security Cooperation) pada tanggal


13 November 2006 di Mataram, Lombok,
Nusa Tengara Barat, yang lebih dikenal
dengan sebutan Lombok Treaty. Lombok
Treaty memuat prinsip-prinsip penting,
seperti penghormatan terhadap kedaulatan
nasional, integritas wilayah serta komitmen
kedua negara untuk tidak membiarkan
wilayah masing-masing dijadikan sebagai
staging point untuk mengusung tujuan
separatisme. Lombok Treaty juga mencakup
kerja sama dalam bidang penegakan hukum,
kontraterorisme, intelijen, dan keamanan
maritim. Perjanjian ini memiliki arti yang
sangat
penting dan strategis sekaligus
menandai era baru hubungan bilateral
tersebut sehingga berbagai permasalahan
sensitif dan pelik kedua negara dapat
dikelola dengan suatu landasan yang lebih
kuat dan dengan tolok ukur yang jelas.
Meskipun begitu, hubungan bilateral
Indonesia-Australia
selalu
mengalami

para bandar dan pengedar narkoba di


tengah-tengah kondisi darurat narkoba
yang dihadapi Indonesia. Saat ini, dalam
satu hari sekitar 50 jiwa atau sekitar 18.000
jiwa warga negara Indonesia per tahun
meninggal dunia akibat narkoba. Hal inilah
yang menjadi alasan banyaknya pihak yang
mendukung pelaksanaan hukuman mati ini.

Gambaran Hubungan Bilateral


Indonesia-Australia
Hubungan
Indonesia-Australia
memiliki sejarah yang cukup panjang sejak
zaman perjuangan kemerdekaan Indonesia.
Dimulai pada tahun 1949, Australia
merupakan salah satu dari sejumlah
negara di dunia yang pertama mengakui
hak Indonesia untuk merdeka. Dalam
perkembangannya,
hubungan
bilateral
kedua negara mengalami pasang surut. Hal
tersebut terjadi karena berbagai perbedaan
yang ada di antara kedua negara, antara
lain yang terkait dengan sistem politik,
kondisi sosial-budaya, dan ekonomi. Namun

seorang pakar Indonesia di Australia


menyebut hubungan itu seperti halnya
permainan roller coaster dalam pengertian
bahwa hubungan bilateral itu tidak selalu
berjalan harmonis dan bahkan sering sekali
mengalami up and down. Pemerintah dan
politisi Australia kerap sekali mengaitkan
kepentingan politik domestiknya dengan
hubungan bilateral kedua negara. Beberapa
kasus terbaru yang sempat mengganggu
hubungan itu misalnya, terkait dengan
kasus penyiksaan sapi impor Australia,
isu penyadapan telepon pejabat tinggi
Indonesia, dan isu imigran ilegal ke
Australia.

bahwa kedua negara merupakan negara


bertetangga menjadi faktor yang harus
mendorong mereka untuk berinteraksi
secara kondusif guna menjaga stabilitas
kawasan.
Kerja sama bilateral Indonesia dan
Australia mencakup segala sektor penting,
mulai dari politik, ekonomi, sosial-budaya
dan pembangunan. Kerja sama kedua negara
selama ini melibatkan lebih dari 20 instansi
pemerintah dan kementerian kedua negara
secara formal melalui perjanjian, kerangka
kerja, dan dialog, serta mencakup lebih dari
60 bidang kerja sama. Di tengah-tengah
permasalahan dan tantangan keamanan
bersama, kedua negara juga melakukan kerja
sama Joint Declaration on Comprehensive
Partnership yang ditandatangani pada tahun
2005. Sejauh ini, kedua negara pun fokus
pada sebuah roadmap untuk pengembangan
hubungan bilateral selanjutnya melalui
forum seperti IAMF (Indonesia-Australia
Ministerial Forum).
Dalam
bidang
keamanan
dengan prinsip kesetaraan dan saling
menguntungkan,
kedua
negara
telah
menandatangani
Perjanjian
tentang
Kerangka
Kerja
Sama
Keamanan
(Agreement between the Republic of
Indonesia and Australia on the Framework

Pascahukuman Mati
Selama tiga bulan terakhir fokus
hubungan
bilateral
Indonesia-Australia
sangat
menitikberatkan
pada
upaya
pembatalan eksekusi hukuman mati. Hal ini
membuat hubungan bilateral kedua negara
kembali berada pada titik terendah. PM
Australia Tony Abbott menandai saat ini
sebagai "momen gelap hubungan bilateral
dengan Indonesia. Pemerintah Australia
bahkan menarik Duta Besar Australia untuk
Indonesia, Paul Grigson, sebagai bentuk
protes dan kekecewaan pemerintah itu atas
keputusan Pemerintah Indonesia yang tidak
mengindahkan permohonan grasi kedua
terpidana mati tersebut.
-6-

Kedubes Australia di Indonesia merupakan


kedubes tersibuk atau pos penempatan
terbesar Australia di luar negeri sehingga
kehadiran duta besarnya menjadi hal
penting. Oleh karena itu, penarikan dubes
Australia semata-mata dilakukan untuk
mengelola perselisihan dan dampaknya
terhadap hubungan bilateral kedua negara.
Reaksi diplomatis Australia yang berlebihan
justru akan merugikan Australia sendiri
karena besarnya kepentingan ekonomi,
politik dan keamanan Australia terhadap
Indonesia. Dengan demikian, penarikan
dubes itu diperkirakan hanya berlangsung
singkat dan Indonesia meyakini hubungan
kedua negara akan kembali harmonis.
Selain itu, pemanggilan dubes adalah
hak pemerintah Australia sebagai negara
pengirim dan hal yang wajar dalam urusan
diplomatik. Indonesia tetap berpegang
pada hukum dan menganggap masalah
ini dilatarbelakangi kepentingan politik
domestik.
Duta besar Indonesia untuk
Australia, Nadjib Riphat Kesoema, telah
mengeluarkan pernyataan resmi yang
menyebutkan
bahwa
Indonesia
bisa
memahami pandangan pemerintah dan
masyarakat Australia terkait pelaksanaan
penegakan hukum dalam kasus The Bali
Nine. Oleh karena itu, adanya aksi protes
dalam bentuk penarikan Duta Besar
Australia tidak perlu memunculkan reaksi
keras pemerintah dan masyarakat Indonesia
karena masih dalam koridor tata krama
hubungan antar-negara. Dengan kata lain,
kasus hukuman mati tersebut terlalu kecil
untuk dapat menghancurkan hubungan
diplomatik Indonesia-Australia yang telah
terjalin selama 65 tahun.
Sebaliknya, Indonesia di bawah
Pemerintahan Presiden Joko Widodo
senantiasa mengedepankan diplomasi dan
dialog. Diplomasi dilakukan dengan tiga
strategi, yaitu diplomasi antar-pemerintah,
antar-pelaku bisnis, dan antar-masyarakat.
Hal
ini
tentunya
didasarkan
pada
perkembangan dan situasi internasional saat
ini yang memerlukan pendekatan diplomasi
dari aktor nonnegara (non-state actor)
seperti pelaku bisnis dan masyarakat.

Selain menarik Duta Besarnyajuga


berpotensi menurunkan komitmen bantuan
asing Australia ke Indonesia. Sebagaimana
diketahui Australia merupakan negara
donor terbesar kedua setelah Jepang.
Menlu Australia Julie Bishop, menyatakan
kemungkinan untuk mengurangi anggaran
dana asing tahunan sebesar 600 juta dolar
Australia bagi Indonesia dari perkiraan
anggaran 2014/2015 sebesar 605 juta dolar
Australia. Dana tersebut dialokasikan untuk
berbagai program, termasuk perekonomian,
pendidikan,
kesehatan,
infrastruktur,
pembangunan sosial dan pedesaan, serta
pengurangan risiko bencana.
Di kalangan masyarakat Australia,
upaya
untuk
memboikot
Indonesia
sebagai destinasi wisata favorit pun mulai
menggelembung. Hal ini tentunya menjadi
tantangan tersendiri bagi Indonesia karena
wisatawan Australia yang berkunjung ke
Indonesia, khususnya Bali, selalu meningkat
setiap tahun.
Pada Triwulan 1 tahun
2015 misalnya, wisatawan Australia yang
berkunjung ke Bali mengalami peningkatan
sebesar 14,27 persen, yakni mencapai
237.077 jiwa. Meskipun demikian, seruan
pemboikotan
tersebut
ternyata
tidak
Di dalam negeri Australia sendiri,
sikap pro dan kontra terus terjadi dalam
menyikapi kasus hukuman mati dua
terpidana berkewarganegaraan mereka.
Pihak
yang
mendukung
keputusan
hukuman
mati
menyadari
bahwa
Indonesia
merupakan
negara
yang
berdaulat dan karena itu memiliki hak
untuk menegakkan hukum nasionalnya.
Bagi mereka, pelaksanaan hukuman mati
tersebut juga merupakan keputusan yang
tepat dalam rangka menciptakan efek jera
bagi para bandar dan pengedar narkoba.
Sebaliknya, bagi sekelompok masyarakat
yang menentang keputusan pemerintah
Indonesia beranggapan bahwa keputusan
ini melanggar
HAM
apalagi
selama
menjalani hukuman, kedua terpidana telah
menunjukkan perubahan perilaku yang lebih
baik.

Diplomasi Bilateral Pascahukuman


Mati

Penutup
Sebagai negara yang berdaulat,
Indonesia memiliki hak untuk menegakkan
hukum nasionalnya tanpa campur tangan

Australia menyadari bahwa hubungan


dengan Indonesia adalah salah satu hal
terpenting dalam politik luar negerinya.
-7-

dari pihak asing. Untuk itu, kita dapat


memahaminya jika DPR RI mendukung
sikap konsisten dan keputusan Pemerintah
Indonesia dalam pelaksanaan hukuman
mati terhadap kedua warga negara Australia.
Keputusan Indonesia atas isu ini juga
didasarkan pada kepentingan nasional
yang kuat, yakni dalam rangka merespons
tanggap darurat narkoba di Indonesia dan
upaya menyelamatkan generasi muda dari
bahaya narkoba.
Indonesia
bisa
memahami
dan
memandang bahwa reaksi keras pemerintah
dan
masyarakat
Australia
terkait
pelaksanaan penegakan hukum dalam
kasus The Bali Nine merupakan hal yang
wajar dalam hubungan diplomatik dan
masih dalam koridor tata krama hubungan
antar-negara. Indonesia meyakini bahwa
hubungan kedua negara akan segera
pulih kembali seiring dengan pentingnya
hubungan
bilateral
kedua
negara
bertetangga yang telah terjalin lebih dari
enam dasawarsa.

Suara Pembaruan, 30 April 2015, hal


A.9.
kemlu.go.id/
Pages/IFPDisplay.aspx?
Name=BilateralCooperation&IDP=56&
P=Bilateral&l=id, diakses tanggal 8 Mei
2015.
Ini Kronologi Kasus Narkoba Kelompok
"Bali Nine", http://regional. kompas.
com/ read/2015/04/29/06330021/Ini.
Kronologi.Kasus.Narkoba.Kelompok.
Bali.Nine, diakses tanggal 8 Mei 2015.
Jokowi
Tegaskan
Generasi
Bangsa
Rusak
karena
Narkoba,
http://nasional.kompas.com/
read/2015/04/27/21014261/Jokowi.
Tegaskan.Generasi.Bangsa.Rusak.
karena.Narkoba, diakses tanggal 8 Mei
2015.
Soal Eksekusi Mati, Semua Pihak
Diminta
Dukung
Pemerintah,
http://nasional.kompas.com/
read/2015/04/29/08481901/Soal.
Eksekusi.Mati.Semua.Pihak.Diminta.
Dukung.Pemerintah, diakses tanggal 8
Mei 2015.
Pertemuan dengan duta besar australia
untuk indonesia paul grigson, subiaco,
4 Mei 2015, http://www.indonesia.
embassy.gov.au/jaktindonesian/TR15003.html., diakses tanggal 13 Mei 2015.
Usai Eksekusi, Media Australia Serukan
Pangkas Dana Bantuan Asing untuk
RI,
http://news.detik.com/read/201
5/04/30/130636/2902439/1148/2/
usai-eksekusi-media-australia-serukanpangkas-dana-bantuan-asing-untuk-ri,
diakses tanggal 13 Mei 2015.

Rujukan
Kedatangan Wisatawan Manca Negara Ke
Indonesia Menurut Kebangsaan Tahun
2009-2013, Buku Statistik Indonesia
2014, Badan Pusat Statistik, hal 338.
Ismantoro Dwi Yuwono, Janji-Janji JokowiJK; (Jika) Rakyat Tidak Sejahtera,
Turunkan Saja Mereka!, Yogyakarta:
Media Presindo, 2014, hal 152.
"Dubes Aussie Pulang Kampung, Bantuan RI
Terancam Dipangkas", Rakyat Merdeka,
5 Mei 2015, hal 10.
"17 Warga Australia Terancam Hukuman
Mati", Republika, 2 Mei 2015, hal 7.
"Ketegangan
Diplomatik
Australia-RI
Diprediksi Tidak Berlangsung Lama",

-8-

Vol. VII, No. 09/I/P3DI/Mei 2015

KESEJAHTERAAN SOSIAL

Kajian Singkat terhadap Isu Aktual dan Strategis

UJIAN KEJUJURAN
DALAM PELAKSANAAN UN
Elga Andina*)

Abstrak
Kebocoran UN yang kembali terulang pada tahun 2015 ini mencerminkan rendahnya
kualitas mental peserta didik, institusi pendidikan, dan masyarakat yang cenderung
membiarkan penyelewengan ini. Kasus jual-beli kunci jawaban, baik secara
konvensional maupun melalui media elektronik, bertentangan dengan hakekat
pelaksanaan evaluasi dan membuat hasil pembelajaran kurang bermakna. Kecurangan
dapat diakukan oleh siswa sendiri atau diakomodasi oleh pihak sekolah atau pihak lain.
DPR RI harus menekan pemerintah untuk segera memutus mata rantai penyimpangan
ini dengan pemberian hukuman yang memberikan efek jera bagi pelaku pelanggaran.
Selain itu, Pemerintah juga harus memberikan apresiasi yang pantas bagi mereka yang
menjalankan UN dengan penuh integritas.

Pendahuluan

yang belakangan dinyatakan palsu oleh Kepala


Pusat Penilaian Pendidikan (Kapuspendik)
Kemendikbud Prof Nizam.
Masalah kecurangan ujian adalah masalah
klasik dalam pelaksanaan UN. Hanya saja
sekarang tidak hanya terjadi secara tradisional,
tapi juga muncul dalam format baru, yaitu
melalui kecanggihan teknologi. Siswa dapat
menemukan bocoran soal UN di internet dengan
mudah, selain melalui aplikasi pesan semacam
Blackberry Messenger (BBM) dan SMS. Oleh
karena itu, penyebarannya pun menjadi lebih
sulit dikendalikan.
Yang lebih menyedihkan adalah pelaku
kebocoran diduga merupakan kaum terpelajar,
seperti yang terjadi di Blitar. Pada tanggal
6 Mei 2015 Polres Kota Blitar mendatangi
SMPN 4 Kota Blitar dan memintai keterangan

Menteri Kebudayaan dan Pendidikan


Dasar dan Menengah Anies Baswedan menyebut
pembocor soal Ujian Nasional (UN) sebagai
pengkhianat. Pada tanggal 13 April 2015,
Menteri menerima laporan kebocoran soal UN
buklet dari 11.730 total buklet soal UN yang
telah diunggah ke Goggle Drive. Sekretaris
Jenderal Federasi Serikat Guru Indonesia
(FSGI), Retno Listyarti membenarkan bahwa
materi itu persis soal UN, yang terdiri dari 30
tipe soal UN kelas IPA enam mata pelajaran
dengan
masing-masing
mata
pelajaran
memiliki 5 tipe soal. Selanjutnya di beberapa
kota muncul aduan serupa. Salah satunya di
wilayah Medan dan Deli Serdang, Sumatera
Utara, dimana beredar kunci jawaban UN SMP

*) Peneliti Muda Psikologi, pada Bidang Kesejahteraan Sosial, Pusat Pengkajian Pengolahan Data dan Informasi (P3DI), Sekretariat
Jendral DPR RI, Email: elga.andina@dpr.go.id
Info Singkat
2009, Pusat Pengkajian, Pengolahan Data dan Informasi (P3DI)
Sekretariat Jenderal DPR RI
www.dpr.go.id
ISSN 2088-2351

-9-

Pola Kecurangan UN

empat siswa peserta UN yang menjurus pada


kecurigaan terhadap keterlibatan sejumlah
mahasiswa sebagai pelaku. Hingga tanggal 9
Mei 2015 sudah lima mahasiswa yang dimintai
keterangan terkait tuduhan pembocoran
tersebut.

Pola kecurangan di UN tahun ini terjadi


dalam dua hal. Pertama, diusahakan oleh siswa
sendiri. Menurut Sekretaris Jenderal FSGI,
di Jawa Timur, khususnya Mojokerto dan
Lamongan, dilaporkan adanya jual beli kunci
jawaban yang harganya mencapai Rp14 juta.
Para siswa mengumpulkan uang patungan untuk
membelinya. Sedangkan di DKI kunci jawaban
dijual dengan kisaran dari Rp14 juta hingga
Rp21 juta. Para siswa juga bekerja sama untuk
patungan antara Rp50 ribu hingga Rp00 ribu.
Mudahnya peredaran kunci jawaban ini
dibantu dengan internet. Di Indonesia yang
perkembangan internetnya semakin pesat,
pertukaran data di dunia maya menjadi hal yang
mudah. Kementerian Komunikasi dan Informasi
menemukan ada 82 juta pengguna internet di
Indonesia, yang sebagian besar berusia belia.
Internet adalah media yang paling banyak
diakses anak muda, terutama anak usia sekolah.
Oleh karena itu bocoran yang diunduh di blog,
situs, maupun media penyimpan awan mudah
diakses oleh peserta UN.
Kedua, dikoordinasikan oleh tim sukses
(pendidik, pengawas, dan pihak sekolah).
Menyebarnya jawaban UN di kalangan
peserta ujian juga merupakan hasil kerja sama
institusi terkait. Kasus yang terjadi di SMP
daerah Banjarmasin misalnya, menguatkan
pandangan ini. Ombudsman menduga sebaran
bocoran dikoordinasikan oleh institusi yang
berkepentingan. Kontribusi institusi pendidikan
bukan hanya dalam penyebaran bocoran, tetapi
juga pembiaran terjadinya kecurangan.

Tabel 1 Laporan Kecurangan


UN 2015 Menurut FSGI
2013
1.035

2014
304

2015
91

Sumber: FSGI, http://www.tempo.co/read/


news/2015/04/16/079658120/LaporanKecurangan-Ujian-Nasional-2015-Menurun,
diakses tanggal 9 Mei 2015.

Terkuaknya kasus-kasus kebocoran ini


mencoreng seruan Menteri Anies Baswedan
yang menyatakan target UN tahun 2014
bukan lagi lulus 100%, melainkan jujur 100%.
Bagaimana kebocoran ini dapat terjadi? Dan
apa dampaknya terhadap proses pendidikan di
Indonesia?

UN dan Hakikat Evaluasi


Proses evaluasi belajar melalui UN sudah
dilakukan selama 10 tahun. Dalam rentang
waktu yang panjang itu, UN ternyata masih
belum dapat dijadikan sebagai sebagai alat
yang valid dan reliabel dalam memetakan
kualitas peserta didik. Berbagai perbaikan terus
dilakukan berdasarkan evaluasi selama sembilan
tahun pelaksanaan UN. Salah satu perubahan
mendasar yang menyertai penyelenggaraan
UN sebagai faktor penentu kelulusan adalah
komposisi nilai sekolah (Indahri, 2014). UN
tidak lagi menjadi syarat satu-satunya untuk
lulus.
Meskipun begitu, evaluasi belajar ini tetap
menjadi momok yang menakutkan. Persiapan
yang dilakukan dalam menghadapi ujian
nasional tidak jauh berbeda dari tahun-tahun
sebelumnya. Pihak sekolah tetap tidak sudi jika
nilai sekolahnya buruk dan para peserta didik
terus digenjot untuk menghafal contoh soal.
Pola evaluasi ini dianggap sebagian
pemerhati pendidikan sebagai kegiatan yang
membentuk perilaku negatif. Pembelajaran di
sekolah disebut sebagai proses untuk lulus ujian,
bukannya sebuah jalan untuk memahami halhal baru. Bahkan banyak ditemukan peserta
didik yang terus berlatih soal pada bulan-bulan
menjelang UN, padahal masih ada tuntutan
silabus pembelajaran yang belum disampaikan
di kelas.

Mendidik ketidakpercayaan diri


Kasus kecurangan yang marak diberitakan
mengindikasikan rendahnya rasa percaya diri
peserta didik. Meskipun mereka memiliki
waktu yang panjang untuk belajar, ketika
ujian mereka masih harus berupaya mencari
bocoran soal dan jawaban. Pengguna bocoran
soal UN jelas memiliki
rendah.
merupakan salah satu komponen
mental yang penting untuk dapat menampilkan
diri secara optimal di depan orang lain. Secara
singkat, konsep
diartikan sebagai
penilaian seseorang akan kemampuannya untuk
mengelola dan melakukan kegiatan tertentu
yang dibutuhkan untuk unjuk kerja.
Banyak penelitian yang menunjukkan
pengaruh
terhadap performa
akademik, sebagai bagian dari dampak
umumnya terhadap perilaku orang. Alma Rosa
guila Ochoa dan Paul Sander menemukan
- 10 -

bahwa mereka yang hidup dalam budaya


kolektivis cenderung memiliki kepercayaan diri
yang rendah. Dalam penelitian lintas negaranya
yang terkenal, Hofstede (1991) menggolongkan
Indonesia sebagai negara kolektivis. Hal ini
berarti adanya preferensi tinggi kerangka sosial
di mana masyarakatnya cenderung berperilaku
konformis terhadap norma-norma ideal dalam
kelompoknya. Begitulah yang
tampaknya
berlaku pada generasi muda saat ini. Ketika
melihat perilaku kecurangan yang dilakukan
orang lain, maka peserta ujian lainnya akan
menirunya.
Survei online Universitas Pendidikan
Indonesia (UPI) di tahun 2013 mengenai UN
tahun 2004-2013 mengungkap alasan mengapa
peserta didik bersedia melakukan kecurangan
saat ujian. Secara psikologis, mayoritas
responden mengaku dihantui rasa ketakutan
tidak lulus UN (66%). Bahkan, 95% responden
mengaku ingin bunuh diri jika tidak lulus UN.
Tidak dapat dipungkiri bahwa dorongan
peserta didik untuk melewati ujian dengan
sukses tidak hanya dilandasi keinginan
berprestasi, tetapi juga tuntutan sosial. Masih
banyaknya orang tua, guru, dan masyarakat
yang mengharapkan peserta didik untuk
berperforma baik telah menimbulkan tekanan
tersendiri pada anak. Orang tua berpikir
bahwa memasukkan anak ke sekolah elit
dan tempat les dengan jadwal padat akan
menjamin masa depan anak. Akan tetapi, hal
ini bisa menjadi senjata makan tuan karena
bisa menyebabkan anak menjadi tertekan. Di
sini pengaruh lingkungan di luar peserta didik

menyediakan kunci jawaban karena ada


kebutuhan peserta didik. Mereka membantu
peserta didik untuk menyelesaikan tugas
akhir masa pembelajarannya dengan mudah.
Padahal, dengan begitu mereka menghancurkan
esensi pembelajaran itu sendiri. Penyedia juga
ditengarai adalah orang-orang yang dekat
dengan dunia pendidikan, baik pendidik,
percetakan, maupun mahasiswa.
Kecurangan bukan hanya mengukuhkan
perilaku negatif pelaku tetapi juga merusak
peserta didik yang jujur. Mereka akan menjadi
bingung, tidak puas, bahkan geram melihat
perilaku kecurangan dibiarkan oleh pihak
sekolah, masyarakat, atau Pemerintah. Ini akan
menjadi pembelajaran yang buruk, dimana
bisa saja mereka akan berpikir bahwa tidak ada
gunanya bertindak jujur.
Oleh karena itu, bukan hanya UN yang
perlu dievaluasi, namun sistem pendidikan
dan sistem sosial secara umum perlu ikut
direformasi. Pembelajaran tidak sama dengan
pendidikan. Orang dapat saja dididik, namun
belum tentu belajar. Penelitian psikologis
pada tahun 1950-an mempercayai bahwa
pembelajaran adalah perubahan perilaku.
Pada tahun 2009, Illeris menyempurnakannya
menjadi semua proses organisme hidup yang
mengarah pada perubahan kapasitas permanen
dan tidak hanya disebabkan pendewasaan
secara biologis ataupun penuaan. Berdasarkan
pengertian tersebut pengalaman yang dirasakan
peserta didik merupakan bibit perilaku yang
akan ditampilkanya di masa mendatang.

adalah masyarakat yang tidak ramah terhadap


kegagalan. Orang tua malu jika anaknya tidak
lulus UN. Sekolah dan pendidik juga memiliki
motif untuk meningkatkan angka kelulusan
karena berpengaruh terhadap prestasi sekolah.
Kebiasaan ini juga berakar dari sistem
sosial yang sering sekali sulit menempatkan
penghargaan dan hukuman pada tempatnya.
Perilaku yang baik jarang mendapat pujian,
sedangkan yang buruk justru dikerjakan
bersama-sama. Salah satu kasus terkenal
adalah kisah keluarga Ny. Siami yang dikecam
oleh orang tua siswa karena mengadukan
permintaan contekan saat UN di SDN Gadel 2
Surabaya. Tahun ini, salah satu peserta didik
SMAN 3 Kota Yogyakarta yang melaporkan
kebocoran ke UGM malah mendapatkan teror
melalui aplikasi ponsel Line dan WhatsApp.
Kondisi sosial ini membuka kesempatan
bagi oknum penyedia bocoran soal UN. Mereka

Langkah Komisi Pemberantasan Korupsi


(KPK) tanggal 22 April 2015 memberikan
penghargaan kepada sejumlah siswa SMA
Negeri 3 Yogyakarta karena bersikap jujur
dan diyakini memiliki dasar sikap antikorupsi
merupakan awal yang baik dan perlu
dikembangkan pada masa mendatang. Mereka
mendapatkan bocoran soal UN tetapi tidak mau
memanfaatkan untuk kepentingan pribadi. Hal
ini dapat dijadikan contoh bagi semua peserta
didik lainnya agar berani bersikap jujur di
tengah-tengah tekanan sosial yang dihadapi.
Secara khusus, contoh ini akan sangat berharga
bagi pihak pendidik yang bertanggung jawab
secara langsung membentuk perilaku peserta
didik di sekolah.
Menteri Anies Baswedan juga akan
mengumumkan Indeks Integritas Ujian Nasional
(IIUN) yang menjabarkan seberapa jujur
sekolah dalam melaksakan UN. Untuk saat

Menumbuhkan Integritas

- 11 -

ini, IIUN hanyalah angka yang berpengaruh


pada prestise dan kebanggaan sekolah,
yang mungkin akan dipertimbangkan oleh
insititusi pendidikan lanjutan. Namun, di masa
mendatang IIUN ini diharapkan dapat menjadi
komponen penting dalam sistem evaluasi,
sehingga sekolah dan peserta didik termotivasi
untuk menjaga kejujuran. Selain itu, IIUN ini
perlu juga menjadi standar bagi keuntungan-

Ombudsman Desak Situs Pembocor Soal UN


Ditutup,
http://www.tempo.co/read/
news/2015/05/06/079664069/OmbudsmanDesak-Situs-Pembocor-Soal-UN-Ditutup
KPK Beri Penghargaan kepada Siswa Jujur,
http://www.voaindonesia.com/content/
kpk-beri-penghargaan-kepada-siswajujur/2734985.html
Kronologi Bocornya Soal UN 2015, http://news.
okezone.com/read/2015/04/16/65/1135153/
kronologi-bocornya-soal-un-2015,
diakses
tanggal 7 Mei 2015.
Bruneau,
Emile.
Implicit
vs.
Explicit
Learning
Activity,
https://biology.mit.
edu/sites/default/files/COGNITIVE%20
NEUROSCIENCE.pdf, diakses tanggal 7 Mei
2015.
Mahasiswa Kantongi Rp30 Juta dari Bocoran
Jawaban
UN,http://news.okezone.com/
read/2015/05/07/65/1146092/mahasiswakantongi-rp30-juta-dari-bocoran-jawaban-un,
diakses tanggal 7 Mei 2015
Laporkan Bocoran UN, SMAN 3 Yogyakarta
Dapat Penghargaan KPK, http://www.tempo.
co/read/news/2015/04/22/079659883/
Laporkan-Bocoran-UN-SMAN-3-YogyakartaDapat-Penghargaan-KPK, diakses tanggal 7
Mei 2015
Survei UPI: Kecurangan UN Libatkan Guru dan
Kepala Sekolah, http://sp.beritasatu.com/
home/survei-upi-kecurangan-un-libatkanguru-dan-kepala-sekolah/42791,
diakses
tanggal 11 Mei 2015.
Federasi Guru: Ujian Nasional 2015 Bocor
Parah,
http://www.tempo.co/read/
news/2015/04/16/079658112/Federasi-GuruUjian-Nasional-2015-Bocor-Parah,
diakses
tanggal 11 Mei 2015.
UN
SMP
Diduga
Bocor,
http://www.
mediakalimantan.com/artikel-5095-un-smpdiduga-bocor.html#ixzz3ZmpcaeUD, diakses
tanggal 11 Mei 2015.
Ini Kronologi Temuan Bocoran Soal UN di Google
Drive,http://www.republika.co.id/berita/
pendidikan/eduaction/15/04/15/nmuop4ini-kronologi-temuan-bocoran-soal-un-diemgoogle-driveem, diakses tanggal 12 Mei
2015.
Lagi, Polisi Tangkap Seorang Mahasiswa
Pembocor
Unas,
http://www.jpnn.com/
read/2015/05/09/302915/Lagi,-PolisiTangkap-Seorang-Mahasiswa-PembocorUnas, diakses tanggal 12 Mei 2015.

sekolah.

Penutup
Kebocoran UN 2015 menunjukkan
rendahnya rasa percaya diri peserta didik,
sekaligus kualitas pendidik yang tidak
berorientasi perbaikan. Meskipun UN tidak lagi
menjadi syarat kelulusan, namun paradigma
yang tertanam masih kaku dan menyebabkan
tontonan perilaku negatif. Hal ini berdampak
buruk pada kualitas mental peserta didik di
kemudian hari. Oleh karena itu, penyelidikan
kebocoran harus dilakukan secara seksama
dan semua pelaku harus ditindak tegas untuk
memutus mata rantai kebocoran soal UN.
Komisi X DPR RI harus terus mengawasi
dan menekan Pemerintah agar tidak melindungi
penyimpangan UN, melalui Panja UN yang
pernah dibentuk pada periode 2004-2009
lalu. Perlu juga ditekankan agar Pemerintah
sebagai regulator memberikan hukuman yang
menghasilkan efek jera bagi semua pihak yang
terlibat dalam kebocoran soal UN, baik pemberi
bocoran maupun pengguna. Bila perlu, siswa
yang kedapatan menggunakan bocoran soal
diberikan sanksi gagal UN dan diumumkan
secara luas perihal kecurangan yang dilakukan.
Yang tidak kalah penting adalah pemberian
penghargaan bagi peserta didik dan sekolah
yang mempertahankan kejujurannya, misalnya
akademik, promosi, dan sebagainya.

Referensi

Illeris,
Knud.
2009.
"A
comprehensive
understanding of human learning", dalam
Contemporary theories of learning: learning
theoristsin their own words (editor: Knud
Illeris). New York: Taylor & Francis.
Indahri, Yulia. "Ujian Nasional Tahun 2014", Info
Singkat Vol. VI, No. 07/I/P3DI/April/2014.
Ochia, Alma Rosa Aguila & Sander, Paul.
in Mexican and European Psychology
Students", Electronic Journal of Research in
Education Psychology, 10(2):813-838.
Hofstede,G.(1991). Cultures and Organization:
Software of the Mind. New York: McGraw-Hill.
- 12 -

Vol. VII, No. 09/I/P3DI/Mei 2015

EKONOMI DAN KEBIJAKAN PUBLIK

Kajian Singkat terhadap Isu Aktual dan Strategis

STRATEGI MENGATASI PENURUNAN


DAYA BELI DI TENGAH
PERLAMBATAN EKONOMI
Izzaty*)

Abstrak
Kuartal I-2015 pertumbuhan ekonomi melambat sekitar 4,71 persen. Perlambatan
perekonomian yang berdampak pada penurunan daya beli dapat diatasi dengan
Upaya lain berupa percepatan realisasi anggaran terutama infrastruktur dalam
rangka meningkatkan daya beli masyarakat dan aktivitas ekonomi. Selain itu,
percepatan penyaluran Kredit Usaha Rakyat (KUR) dan penyaluran Program
Simpanan Keluarga Sejahtera (PSKS) sebagai realisasi pemberian dana stimulus
pemerintah yang diarahkan untuk menambah penyerapan tenaga kerja merupakan
langkah yang efektif untuk memperbaiki daya beli masyarakat.

Pendahuluan

pertumbuhan semua sektor riil dalam posisi


tidak aman, termasuk sektor ritel.
Data
BPS
menyebutkan
bahwa
konsumsi rumah tangga masih menjadi
penopang pertumbuhan ekonomi kuartal
I-2015. Terdapat indikasi pelemahan
konsumsi rumah tangga, yang merupakan
komponen utama dari pertumbuhan dengan
porsi 57 persen terhadap Produk Domestik
Bruto (PDB) riil. Perlambatan konsumsi
rumah tangga diartikan sebagai penurunan
daya beli masyarakat. Pelemahan nilai tukar
rupiah akibat perlambatan ekonomi dunia
ikut memberikan andil penurunan daya beli
masyarakat.

Pada kuartal I-2015, ekonomi


Indonesia hanya tumbuh 4,71 persen, jauh
lebih rendah daripada laju periode yang
sama pada tahun lalu, yaitu 5,14 persen.
Pencapaian ini sekaligus melanjutkan
tren perlambatan sejak kuartal III-2012.
Perlambatan terjadi hampir di semua
sektor. Sebagai contoh, di sektor riil,
perlambatan terjadi pada penjualan ritel,
seperti penjualan barang-barang elektronik
dan bahan bangunan yang masing-masing
mengalami penurunan 30 persen. Yongky
Susilo, peneliti dari Asosiasi Pengusaha Ritel
Indonesia (Aprindo), menyebutkan bahwa

*) Peneliti Muda Kebijakan Publik, pada Bidang Ekonomi dan Kebijakan Publik, Pusat Pengkajian Pengolahan Data dan Informasi
(P3DI), Sekretariat Jenderal DPR RI. Email: izzatym@yahoo.com
Info Singkat
2009, Pusat Pengkajian, Pengolahan Data dan Informasi (P3DI)
Sekretariat Jenderal DPR RI
www.dpr.go.id
ISSN 2088-2351

- 13 -

Pada tataran mikro, daya beli


yang rendah membuat dunia usaha tidak
berkembang karena lesunya penjualan.
Akibatnya, pelaku usaha tidak bisa
meningkatkan upah buruh dan menyerap
lebih banyak tenaga kerja, bahkan pelaku
usaha harus bertahan dengan melakukan
rasionalisasi tenaga kerja. Di sisi lain, tanpa
peningkatan
pendapatan,
masyarakat
tidak memiliki dana lebih untuk berbelanja
dan tidak mampu membeli produk yang
dihasilkan oleh pelaku usaha. Kondisi ini

yang lebih rumit. Dengan demikian, isunya


bukan hanya pada penambahan pasokan
barang saja, tetapi juga menjaga struktur
pasar distribusi yang sehat.
Hal
yang
sama
terjadi
pada
pengendalian
harga
pangan
(volatile
foods). Selain kebijakan
price, dan operasi pasar, muncul wacana
penerbitan dan pemberlakuan Peraturan
Presiden tentang Pengendalian Harga
Pangan sebagai tindak lanjut dari amanat
UU No. 7 Tahun 2014 tentang Perdagangan.
Perpres tersebut mengatur pengendalian
harga komoditas pangan utama, wewenang
pengendalian harga, dan pengelolaan stok
dan logistik. Bulog akan ditugaskan untuk
mengoptimalkan penggunaan cadangan
pemerintah dan atau dana komersial,
dengan mengutamakan sumber pengadaan
(menyerap) hasil produksi dalam negeri
serta cadangan pangan pemerintah.
Pemerintah
harus
segera
melakukan beberapa kebijakan, antara
lain pembentukan tim stabilitas harga,
pemberlakuan harga khusus dan harga
subsidi saat terjadi gejolak harga, penetapan
harga eceran tertinggi saat operasi pasar
kebutuhan pangan utama dan komoditas
penting, optimalisasi sarana distribusi
dan kelancaran moda transportasi barang,
pengaturan ekspor dan impor, dan kebijakan
terkait lainnya.
Di sisi lain peran penting pemerintah
daerah tidak dapat diabaikan. Pemerintah

Konsekuensinya, konsumen terpaksa harus


berhemat.
Enny Sri Hartati, Direktur Indef,
mengatakan, turunnya pertumbuhan dunia
sebagai imbas dari kebijakan harga Bahan
Bakar Minyak (BBM), kenaikan harga gas
elpiji, dan tarif dasar listrik (TDL) yang
dikembalikan kepada mekanisme pasar
sehingga menyulitkan dunia usaha dalam
menghitung harga jual yang mengakibatkan
melonjaknya harga barang. Tentu saja
hal ini direspon oleh masyarakat dengan
menurunkan konsumsinya. Padahal, tanpa
ada perubahan kebijakan dari pemerintah
saja, masyarakat akan menghadapi lonjakan
Juni dan Juli 2015 bersamaan dengan
momentum Ramadhan dan Lebaran.

Stabilitas Pengendalian Harga dan


Pasokan
Terobosan kebijakan yang dapat
dilakukan pemerintah untuk meningkatkan
daya beli masyarakat adalah dengan
pengendalian yang terukur dalam menjamin
stabilitas harga bahan pokok, menjaga daya

harga yang banyak berkontribusi terhadap


dan tarif angkutan umum. Pengendalian
harga tersebut dilakukan dengan memantau
harga secara rutin dan melakukan operasi
pasar sehingga apabila terjadi kenaikan
harga yang tidak wajar dapat segera
menstabilkan harga tersebut.

dalam batas yang aman. Hal ini sangat


diperlukan agar ekonomi Indonesia tidak
barang yang terus meningkat di tengah
kemampuan daya beli masyarakat yang
semakin menurun.
Kenaikan harga harus dikendalikan

Mengatasi Penurunan Daya Beli


Melalui Belanja Pemerintah dan
Stimulus Pemerintah

setelah adanya kebijakan kenaikan harga


BBM. Setiap terjadi kenaikan harga BBM,
maka biaya transportasi dan harga pangan
melonjak. Menurut Ahmad Erani Yustika,
saat pemerintah telah menetapkan harga
BBM sesuai dengan pergerakan harga pasar

Tekanan pelemahan rupiah yang


diikuti dengan melemahnya permintaan
menunjukkan perlambatan perekonomian
yang harus direspon cepat oleh pemerintah
melalui kebijakan belanjanya. Belanja
pemerintah akan dapat meningkatkan
- 14 -

kinerja sektor riil mulai kuartal II-2015


dari keterpurukan sepanjang tiga bulan
awal tahun 2015. Sayangnya, hingga saat
ini pemerintah sendiri belum bisa berbuat
banyak guna menopang perekonomian
nasional.
Realisasi penggunaan belanja negara
pada kuartal I-2015 sudah mencapai Rp440
triliun atau setara dengan 22,18 persen dari
total APBN 2015. Persoalan penyerapan
belanja selalu menjadi persoalan klasik,
yaitu penyerapan cenderung rendah dan
menumpuk di akhir tahun. Lebih dari 50
persen anggaran negara baru terserap pada
triwulan akhir.
Rendahnya penyerapan
belanja pemerintah pada kuartal pertama
ini disebabkan oleh APBN-P 2015 yang baru
dirampungkan pada Februari 2015 serta
perubahan nomenklatur dari kementerian
sehingga nomenklatur kementerian belum
disesuaikan dengan daftar isian pelaksanaan
anggaran.
Kecepatan dan ketepatan penyerapan
anggaran APBN-P 2015 akan membantu
perekonomian
nasional
untuk
tetap
mempunyai daya tahan dari perlambatan
perekonomian
global
dan
regional.
Subsektor mulai dari jasa konstruksi,
konsultan, besi dan baja, semen, produkproduk petrokimia sampai ke sektor
pembiayaan dan jasa asuransi akan
terdorong maju dengan adanya pengerjaan
proyek-proyek pembangunan infrastruktur
dalam negeri seperti pembangunan Tol
Trans-Sumatera maupun pembangunan
sejuta rumah untuk rakyat.
Percepatan
pengerjaan
proyek
infrastruktur
dengan
total
anggaran
di Kementerian Pekerjaan Umum dan
Perumahan Rakyat mencapai Rp94,57 triliun
yang terdiri dari proyek tahun jamak sebesar
Rp9,1 triliun dan proyek tahun 2015 sebesar
Rp85,47 triliun akan membantu dalam
meningkatkan daya beli masyarakat. Proyek
infrastruktur tahun anggaran 2015, yang
sudah masuk proses lelang adalah sekitar
80 persen atau Rp68,36 triliun dengan 50
persennya sudah tanda tangan kontrak.
Lelang proyek akan selesai pada Mei dan
pengerjaan konstruksi sudah 100 persen
berjalan pada Juni 2015. Target pemerintah
dalam penyelesaian infrastruktur dapat
tercapai setelah selesainya revisi Perpres No.
54 Tahun 2010 tentang Pengadaan Barang
dan Jasa Pemerintah.

Tidak kalah pentingnya, komitmen


pemerintah dan pengusaha menggunakan
produk dalam negeri untuk pengerjaan
proyek-proyek
infrastruktur
dapat
meningkatkan perekonomian. Komitmen
pemerintah diwujudkan melalui rencana
pemberian stimulus melalui penghapusan
Pajak Pertambahan Nilai (PPN) 10 persen
bagi pelaku usaha yang membeli produk
dalam negeri untuk pengerjaan proyekproyek infrastruktur. Pemerintah harus
bisa mengatur agar dalam kerja sama
pelaku usaha infrastruktur dengan mitra
asing sedapat mungkin mengoptimalkan
penggunaan produk industri Indonesia,
seperti baja konstruksi, besi, beton, dan
semen. Jika seluruh materialnya impor,
dikhawatirkan akan menganggu transaksi
berjalan dan neraca pembayaran Indonesia.
Selain melalui belanja infrastruktur,
daya beli masyarakat dapat ditingkatkan
melalui
pemberian
stimulus
kepada
usaha mikro dan kecil agar bisa bertahan.
Usaha mikro dan kecil mampu menyerap
tenaga kerja sehingga berdampak pada
perekonomian masyarakat. Pemerintah
harus
segera
menuntaskan
sejumlah
regulasi yang belum selesai dan bisa
mengganggu perekonomian. Salah satu
contohnya adalah draf Keputusan Presiden
mengenai penyaluran KUR yang sampai
saat ini belum keluar sehingga menghambat
proses pengucuran. Sementara program
pemerintah lainnya, yaitu PSKS sudah 89
persen tersalurkan dari total sekitar Rp10
triliun.

Penutup
Tren perekonomian global yang
melambat
dan
penurunan
kinerja
perekonomian nasional menjadi sinyal
penting
sekaligus
peringatan
bagi
pemerintah agar tidak lengah dari ancaman
pelemahan ekonomi lanjutan. Indonesia
harus terus menjaga kualitas pertumbuhan
dengan cara memberikan dorongan yang
difokuskan pada pembangunan infrastruktur
dan
membantu
belanja
masyarakat.
Konsumsi masyarakat sebagai sumber
utama pertumbuhan harus menjadi prioritas
nasional agar tetap tumbuh melalui daya beli
yang terjaga. Pemerintah harus mengambil
sejumlah kebijakan dan langkah-langkah
strategis untuk membantu memulihkan
perlambatan
ini
seperti
percepatan
- 15 -

Referensi

pengeluaran belanja pemerintah khususnya


anggaran infrastruktur, bantuan sosial dan
skema kredit untuk usaha rakyat.
Melalui
percepatan
pengeluaran
belanja pemerintah khususnya anggaran
infrastruktur akan dapat mendorong
konsumsi rumah tetap tinggi. Berbagai
proyek ini akan membuka lapangan kerja
dan mengurangi tingkat pengangguran
akibat gelombang pemutusan hubungan
kerja yang mungkin terjadi di masa
mendatang.
DPR RI memiliki peran penting
dengan mendorong pemerintah segera
menerbitkan Perpres tentang Pengendalian
Harga Pangan guna menjamin stabilitas
harga dan pasokan. DPR juga berperan
penting dalam mengawasi penyerapan
anggaran infrastruktur yang tepat sasaran
dan penyerapan penyaluran kredit usaha
mikro dan kecil yang berimbas pada
peningkatan daya beli masyarakat dan sektor
riil.

Belanja Infrastruktur Digenjot, Bisnis


Indonesia, 6 Mei 2015.
Indeks Ekspektasi Konsumen Turun, Harga
Naik, Optimisme Publik Turun", Neraca,
8 Mei 2015.
Infrastruktur Mulai Bergerak, Kompas, 7
Mei 2015.
Kandungan Domestik Digenjot, Kompas, 8
Mei 2015.
Kegiatan Usaha Kian Melambat, Neraca,
14 April 2015.
Menanti Aturan Nyata Pengendali Harga,
Media Indonesia, 7 Mei 2015.
Pertumbuhan Bisa di Atas 5,4 %, Akselerasi
Pengeluaran Pemerintah Jadi Stimulus,
Suara Pembaruan, 6 Mei 2015.
Pemerintah Siapkan Jurus Kendalikan
Harga, Media Indonesia, 8 Mei 2015.
Pertumbuhan
Ekonomi
Melambat,
Belanja Infrastruktur Digenjot, Bisnis
Indonesia, 6 Mei 2015.
Pertumbuhan, Saatnya Berlari Cepat
dengan Cara Tepat, Kompas, 7 Mei
2015.
Presiden : Kuartal II Jadi Titik Balik,
Bisnis Indonesia, 7 Mei 2015.
Pemerintah Permudah Proses Lelang,
Kompas, 11 Mei 2015.
Turunnya Daya Beli Masyarakat :
Pemerintah Diminta Respon Cepat,
Neraca, 8 Mei 2015.
Yustika. Ahmad Erani. 2015. Dinamika
Perekonomian Nasional: Kebijakan
Ekonomi dan Sektor Strategis Nasional.
Jakarta: CORE Indonesia.

- 16 -

Vol. VII, No. 09/I/P3DI/Mei 2015

PEMERINTAHAN DALAM NEGERI

Kajian Singkat terhadap Isu Aktual dan Strategis

RENCANA REVISI TERBATAS


UU PILKADA MENGENAI
PENCALONAN OLEH PARTAI POLITIK
Indra Pahlevi*)

Abstrak
DPR berencana melakukan revisi terbatas atas UU No. 1 Tahun 2015 tentang
Penetapan Perppu No. 1 Tahun 2015 tentang Pemilihan Gubernur, Bupati, dan
Walikota Menjadi UU. Alasan utamanya karena terdapat kondisi yang sulit diatasi
ketika PKPU tidak bisa mengakomodasi rekomendasi Komisi II terhadap posisi
partai politik yang masih bersengketa dalam mengajukan pasangan calon pada
penyelenggaraan Pilkada serentak gelombang pertama 9 Desember 2015 mendatang.
Kesepakatan politik di antara fraksi-fraksi dan konsistensi untuk tetap mengikuti
alur mekanisme pengajuan suatu RUU diluar Prolegnas menjadi prasyarat penting
dalam kasus ini. Dengan keterbatasan waktu, maka DPR bersama Pemerintah harus
sesegera mungkin melakukannya.

Pengantar
Perhelatan
Pemilihan
Gubernur,
Bupati, dan Walikota secara serentak
gelombang pertama akan berlangsung
tanggal 9 Desember 2015 mendatang. Salah
satu instrumennya adalah kesiapan Peraturan
KPU (PKPU) sebagai peraturan pelaksana
dan merupakan penjabaran dari UU No. 1
Tahun 2015 tentang Penetapan Perppu No.
1 Tahun 2015 tentang Pemilihan Gubernur,
Bupati, dan Walikota Menjadi UU dan UU
No. 8 Tahun 2015 tentang Perubahan Atas
UU No. 1 Tahun 2015 tersebut. Saat ini KPU
telah mengundangkan 10 (sepuluh) PKPU
yaitu:
1. PKPU Tentang Tahapan, Program Dan
Jadwal
Penyelenggaraan
Pemilihan

Gubernur Dan Wakil Gubernur, Bupati


Dan Wakil Bupati, Serta Walikota Dan
Wakil Walikota
2. PKPU Tentang Pemutakhiran Data Dan
Daftar Pemilih Dalam Pemilihan Gubernur
Dan Wakil Gubernur, Bupati Dan Wakil
Bupati Serta Walikota Dan Wakil Walikota
3. PKPU Tentang Tata Kerja Komisi
Pemilihan Umum, Komisi Pemilihan
Umum
Provinsi/Komisi
Independen
Pemilihan Aceh, Komisi Pemilihan
Umum/Komisi Independen Pemilihan
Kabupaten/Kota, Serta Pembentukan Dan
Tata Kerja Panitia Pemilihan Kecamatan,
Panitia Pemungutan Suara, Dan Kelompok
Penyelenggara Pemungutan Suara Dalam
Penyelenggaraan Pemilihan Gubernur

*) Peneliti Madya Politik dan Pemerintahan Indonesia pada Bidang Politik Dalam Negeri, Pusat Pengkajian Pengolahan Data dan
Informasi (P3DI), Sekretariat Jendral DPR RI, Email: indra.pahlevi@dpr.go.id.
Info Singkat
2009, Pusat Pengkajian, Pengolahan Data dan Informasi (P3DI)
Sekretariat Jenderal DPR RI
www.dpr.go.id
ISSN 2088-2351

- 17 -

4.

5.

6.

7.

8.

9.

10.

Dan Wakil Gubernur, Bupati Dan


Wakil Bupati Serta Walikota Dan Wakil
Walikota
PKPU Tentang Sosialisasi Dan Partisipasi
Masyarakat Dalam Pemilihan Gubernur
Dan Wakil Gubernur, Bupati Dan
Wakil Bupati Serta Walikota Dan Wakil
Walikota
PKPU
Tentang
Norma,
Standar,
Prosedur Serta Kebutuhan Pengadaan
Dan
Pendistribusian
Perlengkapan
Penyelenggaraan Pemilihan Gubernur
Dan Wakil Gubernur, Bupati Dan Wakil
Bupati, Serta Walikota Dan Wakil
Walikota
PKPU Tentang Kampanye Pemilihan
Gubernur Dan Wakil Gubernur, Bupati
Dan Wakil Bupati, Serta Walikota Dan
Wakil Walikota
PKPU
Tentang
Dana
Kampanye
Peserta Pemilihan Gubernur Dan Wakil
Gubernur, Bupati Dan Wakil Bupati Serta
Walikota Dan Wakil Walikota
PKPU
Tentang
Pemungutan
Dan
Penghitungan
Suara
Pemilihan
Gubernur, Dan Wakil Gubernur, Bupati
Dan Wakil Bupati Dan Walikota Dan
Wakil Walikota
PKPU Tentang Rekapitulasi Hasil
Penghitungan Suara Dan Penetapan
Hasil Pemilihan Gubernur Dan Wakil
Gubernur, Bupati Dan Wakil Bupati Serta
Walikota Dan Wakil Walikota
PKPU Tentang Pencalonan Pemilihan
Gubernur Dan Wakil Gubernur, Bupati
Dan Wakil Bupati Serta Walikota Dan
Wakil Walikota

lalu dan menghasilkan salah satu keputusan


bahwa diperlukan revisi terhadap UU Pilkada
(Revisi kedua UU No. 1 Tahun 2015) guna
memberikan payung hukum kepada KPU
dalam menerima masukan Komisi II. Lalu
bagaimana proses yang harus dilakukan?
Apakah waktu yang ada cukup memadai
untuk membahasnya? Dan apakah hal ini
dapat menjadi solusi?

PKPU dan Permasalahannya


Sebagaimana diketahui bahwa satu
Rancangan
PKPU
yang
memerlukan
pembahasan cukup alot adalah Rancangan
PKPU tentang Pencalonan khususnya
yang terkait keikutsertaan partai politik
yang akan mengajukan pasangan calon.
Sementara kondisi saat ini terdapat 2 (dua)
proses penyelesaiannya masih berjalan
di pengadilan. Hingga Rapat Konsultasi
Pimpinan DPR dengan Pemerintah dan
KPU digelar 4 Mei 2015 lalu, berdasarkan
kesepakatan semua fraksi, Komisi II
mengajukan rumusan untuk diadopsi dalam
Rancangan PKPU yang dinilai memberikan
rasa keadilan bagi semua partai politik.
Adapun rumusan tersebut sebagai berikut:
(1) Dalam
hal
terjadi
perselisihan
kepengurusan Partai Politik tingkat pusat
yang diselesaikan melalui pengadilan,
maka Partai Politik yang dapat
mengajukan pasangan calon pemilihan
Gubernur dan Wakil Gubernur, Bupati
dan Wakil Bupati, serta Walikota dan
Wakil Walikota adalah kepengurusan
partai politik yang telah memiliki putusan
pengadilan yang berkekuatan hukum
tetap.
(2) Dalam hal belum diperoleh putusan
pengadilan yang memiliki kekuatan
hukum tetap, KPU dalam memutuskan
Partai Politik yang dapat mengajukan
pasangan calon Gubernur dan Wakil
Gubernur, Bupati dan Wakil Bupati, serta
Walikota dan Wakil Walikota adalah
kepengurusan Partai Politik yang telah
menjalankan islah (perdamaian) sebelum
pendaftaran pasangan calon.
(3) Dalam hal ketentuan sebagaimana
dimaksud pada ayat (1) dan ayat
(2) belum terwujud, KPU dalam
memutuskan Partai Politik yang dapat
mengajukan pasangan calon Gubernur
dan Wakil Gubernur, Bupati dan Wakil

Kesepuluh PKPU tersebut, semuanya


berdasarkan hasil Rapat Konsultasi dengan
DPR (Komisi II) dan Pemerintah melalui
pembahasan yang cukup panjang. Salah
satunya adalah PKPU tentang Pencalonan
terutama yang terkait dengan syarat partai
politik dalam mengajukan pasangan calon,
yakni kepengurusannya harus berdasarkan
Surat Keputusan Menteri Hukum dan HAM.
Sebagaimana kita ketahui bahwa saat ini ada
dan dalam proses peradilan. Sedangkan
waktu pendaftaran calon adalah 26-28 Juli
2015. Hal ini bahkan harus dibahas dalam
Rapat Konsultasi Pimpinan DPR dengan
pemerintah dan KPU dihadiri Pimpinan
Komisi II dan Kapoksi II tanggal 4 Mei 2015
- 18 -

Bupati, serta Walikota dan Wakil


Walikota adalah kepengurusan Partai
Politik yang ditetapkan berdasarkan
putusan pengadilan yang sudah ada
sebelum pendaftaran pasangan calon.

untuk dapat diajukan sebagai RUU yang


akan dibahas. Atas prasyarat tersebut,
usulan untuk memasukkan RUU diluar
Prolegnas harus dikaji apakah hal itu benarbenar berdampak terhadap masyarakat baik
langsung atau tidak.
Secara skematis, dapat dilihat Gambar
1 pada halaman berikut. Berdasarkan skema
tersebut, maka terlihat terdapat alur yang
tidak sederhana. Namun demikian yang
paling penting dari semua proses tersebut
adalah komitmen dari semua fraksi baik
dan mengikat yang berada dalam Komisi II
atau secara keseluruhan fraksi-fraksi yang
ada di DPR untuk menyepakati bahwa perlu
dilakukan revisi terbatas atas usulan Komisi
II yang perlu diadopsi dalam PKPU tentang
Pencalonan tersebut. Komitmen berikutnya
adalah antara DPR dan Pemerintah dalam
menindaklanjuti agenda ini seiring dengan
keterbatasan waktu yang tersisa.
Sebagai gambaran, terdapat pemikiran
bahwa UU Pilkada belum terdapat ketentuan
yang
mengatur
mengenai
bagaimana
apabila terjadi perselisihan kepengurusan
partai politik. Oleh karena itu, dalam UU
itu perlu disisipkan satu pasal setelah Pasal
42. Sebagai penghubung untuk pengaturan
ketentuan ini, perlu ditambahkan pula asas
yang harus dipegang oleh penyelenggara
dalam menyelenggarakan Pemilihan. Azas
tersebut disisipkan setelah pasal yang
mengatur mengenai asas pemilihan, perlu
disisipkan 1 pasal setelah Pasal 2, yaitu
asas mandiri; jujur; adil; kepastian hukum;
tertib; kepentingan umum; keterbukaan;
proporsionalitas;
profesionalitas;

Dari rumusan di atas yang menjadi


keberatan KPU adalah poin (3) yang dinilai
tidak memiliki landasan yuridis kuat untuk
dapat dimasukkan ke dalam PKPU. Sebab
menurut KPU yang menjadi rujukan adalah
putusan yang telah memiliki kekuatan hukum
tetap (inkracht). Atas dasar itulah kemudian
KPU memberikan usulan agar dibuatkan
payung hukumnya sehingga KPU dapat
mencantumkan poin (3) di atas dalam PKPU
tentang Pencalonan. Usulan itu disambut oleh
DPR agar pilihan untuk merevisi UU Pilkada
menjadi solusi terbaik sehingga ada kepastian
hukum dan memberikan rasa keadilan bagi
semua partai politik yang notabene adalah
salah satu pihak yang berhak mengusulkan
pasangan calon. Tujuan akhirnya adalah
tidak ada pihak yang merasa dizalimi atas
keadaan ini. Persoalan berikut terkait dengan
keterbatasan waktu yang dimiliki, sehingga
jika kesepakatan ini menjadi pilihan maka
semua fraksi melakukannya dengan sepenuh
hati dan memanfaatkan waktu sebaik
mungkin serta melalui mekanisme yang benar
menurut Peraturan Tata Tertib DPR.

Rencana Revisi
Secara prosedural, alur yang harus
diikuti dalam mengajukan dan membahas
suatu RUU adalah melalui Badan Legislasi
yang diawali dengan merubah Prolegnas yang
sudah ada. Ketentuan Pasal 111 hingga Pasal
131 Peraturan Tata Tertib telah secara jelas
mengatur tentang proses Pengajuan RUU
terkait RUU yang diajukan di luar Prolegnas.
Secara umum, RUU yang diajukan di luar
Prolegnas harus meliputi salah satu kondisi

Dengan melihat gambaran dan dasar


pemikiran di atas, kita dapat menyimpulkan
bahwa proses revisi terbatas UU Pilkada
harus dibarengi dengan kejelasan sifat
konsultasi KPU dalam menyusun PKPU
dengan Pemerintah dan DPR RI. Selama ini
KPU menyandarkan diri kepada sifat mandiri
serta ketentuan dalam Pasal 8 ayat (3) UU No.
15 Tahun 2011 tentang Penyelenggara Pemilu
yang menyatakan KPU memiliki kewenangan
dan kewajiban menyusun dan menetapkan
pedoman teknis dengan terlebih dahulu
berkonsultasi dengan Pemerintah dan DPR.
Sementara itu, Pasal 74 UU No. 17 Tahun
2014 tentang MD3 menyatakan bahwa semua
pejabat negara, badan hukum, dan warga
negara wajib menindaklanjuti rekomendasi

internasional; b) mengisi kekosongan hukum


akibat putusan Mahkamah Konstitusi; c)
mengatasi keadaan luar biasa, keadaan
keadaan tertentu lain yang memastikan
adanya urgensi nasional atas suatu rancangan
undang-undang yang dapat disepakati
oleh Badan Legislasi dengan menteri yang
menyelenggarakan urusan pemerintahan di
bidang hukum. Selanjutnya RUU tersebut
harus disepakati DPR bersama Pemerintah
- 19 -

Gambar 1 Alur Tahapan Pembahasan dan Prakiraan Waktu


DPR dan mereka akan mendapat sanksi
jika tidak menindaklanjutinya. Kondisi
inilah yang perlu diperjelas sehingga saling
sandera antar-lembaga yang memiliki tugas
dan wewenangnya masing-masing tidak akan
terjadi.

secara teknis maupun politis semua alur


proses pembahasan RUU ini harus diikuti
dengan melihat keterbatasan waktu yang
tersisa.

Referensi
Kesimpulan Rapat Konsultasi Pimpinan DPR
RI dengan Pemerintah, KPU, Pimpinan
Komisi II, dan Pimpinan Fraksi/Kapoksi,
tanggal 4 Mei 2015.
Kesepakatan Panja Komisi II tentang PKPU
Pencalonan tanggal 24 April 2015.
Kajian dan bahan untuk proses revisi terbatas
atas UU No. 1 Tahun 2015.
Bahan/materi PKPU yang dikonsultasikan
KPU kepada DPR dan Pemerintah.
Peraturan Tata Tertib DPR RI.
UU No. 17 Tahun 2014 tentang MPR, DPR,
dan DPD jo. UU No. 42 Tahun 2014.
UU No. 1 Tahun 2015 tentang Penetapan
Perppu No. 1 Tahun 2014 tentang
Pemilihan
Gubernur,
Bupati,
dan
Walikota Menjadi UU.
UU No. 8 Tahun 2015 tentang Perubahan Atas
UU No. 1 Tahun 2015.

Penutup
Kesamaan persepsi antarfraksi di DPR
dalam memutuskan untuk melakukan revisi
terbatas atas UU No. 1 Tahun 2015 tentang
Penetapan Perppu No. 1 Tahun 2014 tentang
Pemilihan Gubernur, Bupati, dan Walikota
Menjadi UU menjadi hal yang sangat
mendasar di tengah-tengah keterbatasan
waktu pendaftaran pencalonan oleh partai
politik dalam Pilkada serentak. Dengan
kesadaran ini, proses politik yang akan
mengikutinya dapat berjalan sesuai apa yang
diharapkan.
Selanjutnya terdapat mekanisme yang
harus dilalui oleh DPR dalam melakukan
revisi terbatas ini karena RUU yang hendak
diajukan ini berada di luar Prolegnas yang
sudah ditetapkan. Dengan demikian, baik

- 20 -

Anda mungkin juga menyukai