Abstrak
Perdagangan satwa liar terjadi semakin marak di Indonesia. Perdagangan satwa
liar khususnya satwa liar yang dilindungi ataupun langka digolongkan suatu
tindak pidana. Hal ini diatur dalam Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1990 tentang
Konservasi Sumber Daya Alam Hayati dan Ekosistemnya (KSDA). Tindak pidana
perdagangan satwa liar yang dilindungi juga sudah masuk sebagai permasalahan
internasional. Penegakan hukum terhadap perdagangan satwa liar sebagaimana
diatur dalam UU KSDA belum dapat dilakukan secara optimal. Masih banyak
para penegak hukum yang belum memahami secara penuh ancaman terhadap
keanekaragaman hayati ketika banyak terjadi tindak pidana perdagangan satwa liar
yang dilindungi. Perlu perbaikan di semua faktor yang mempengaruhi penegakan
hukum terhadap tindak pidana perdagangan tersebut. Perbaikan peraturan
perundang-undangan dan pemberian pemahaman kepada para penegak hukum
terkait dengan ancaman rusaknya keanekaragaman hayati adalah salah satu faktor
penting upaya perbaikan ini.
Pendahuluan
*) Peneliti Muda Hukum pada Bidang Hukum Pusat Pengkajian Pengolahan Data dan Informasi (P3DI), Sekretariat Jenderal DPR RI.
E-mail : nico_tobing@yahoo.com
Info Singkat
2009, Pusat Pengkajian, Pengolahan Data dan Informasi (P3DI)
Sekretariat Jenderal DPR RI
www.dpr.go.id
ISSN 2088-2351
-1-
Presiden
Nomor
43
Tahun
-2-
Peranan DPR
Berdasarkan
Undang-Undang
Nomor 17 Tahun 2014 tentang Majelis
Permusyawaratan
Rakyat,
Dewan
Perwakilan Rakyat, Dewan Perwakilan
Daerah, dan Dewan Perwakilan Rakyat
Daerah
(UU
MD3),
maka
Dewan
Perwakilan Rakyat Republik Indonesia
(DPR RI) mempunyai 3 fungsi yaitu
legislasi, pengawasan, dan anggaran.
Fungsi legislasi yang dimilik oleh DPR RI
-3-
Referensi
Penutup
Tindak pidana perdagangan satwa
liar menjadi permasalahan tersendiri
di Indonesia. Permasalahan ini timbul
dikarenakan
beberapa
faktor
yang
mempengaruhi, Dua faktor di antaranya
mencakup kurangnya kualitas peraturan
perundang-undangan
yang
mengatur
tentang perdagangan satwa liar yang
dilindungi dan kurangnya pengetahuan para
penegak hukum akan ancaman ketika terjadi
banyak tindak pidana perdagangan satwa
liar. Untuk mengatasi masalah, pemerintah
perlu mengambil kebijakan progresif
dalam upaya penegakkan hukumnya.
Percepatan pembahasan UU KSDA menjadi
salah satu faktor penting harus dilakukan
sehingga adanya jaminan atau kepastian
hukum dalam upaya penegakan hukum
perdagangan satwa liar. Dengan penguatan
aturan hukum yang lebih komprehensif
dan penguatan SDM terkait ke depan,
penegakkan hukum terhadap tindak pidana
perdagangan satwa liar di Indonesia dapat
dilaksanakan secara optimal.
-4-
HUBUNGAN INTERNASIONAL
Abstrak
Pelaksanaan hukuman mati terhadap Andrew Chan dan Myuran Sukuraman, 29
April 2015 yang lalu, mempengaruhi hubungan bilateral Indonesia - Australia. Semua
upaya yang telah dilakukan Pemerintah Australia tidak berhasil mengurungkan niat
Pemerintah Indonesia untuk menangguhkan hukuman mati. Pemerintah Indonesia
menganggap pelaksanaan hukuman mati merupakan keputusan tepat sebagai upaya
menciptakan efek jera bagi para bandar dan pengedar narkoba. Yang tidak kalah
pentingnya, respons Pemerintah Indonesia tersebut juga sekaligus diarahkan untuk
menjaga kedaulatan hukum Indonesia yang sedang menghadapi darurat narkoba. Isu
ini, bagaimana pun, merupakan bagian dari dinamika hubungan bilateral kedua negara.
Pendahuluan
Pascapenolakan
pemberian
grasi
oleh Presiden Joko Widodo, pelaksanaan
hukuman mati terhadap Andrew Chan dan
Myuran Sukuraman akhirnya dilakukan
pada tanggal 29 April 2015 yang lalu. Kedua
terpidana merupakan warga negara Australia
yang dinyatakan bersalah oleh Pengadilan
Negeri Bali pada tanggal 14 Februari 2006
dengan ancaman hukuman mati.
Pemerintah Australia telah melakukan
berbagai
upaya
untuk
membatalkan
hukuman
mati
tersebut.
Pemerintah
Australia bahkan menyinggung mengenai
pemberian bantuan berupa uang dan
sumber daya manusia pada saat terjadinya
bencana tsunami yang menimpa Indonesia
*) Peneliti Muda Masalah-Masalah Hubungan Internasional pada Bidang Hubungan Internasional Pusat Pengkajian Pengolahan Data
dan Informasi (P3DI), Sekretariat Jenderal DPR RI, Email: lisbet.sihombing@dpr.go.id
Info Singkat
2009, Pusat Pengkajian, Pengolahan Data dan Informasi (P3DI)
Sekretariat Jenderal DPR RI
www.dpr.go.id
ISSN 2088-2351
-5-
Pascahukuman Mati
Selama tiga bulan terakhir fokus
hubungan
bilateral
Indonesia-Australia
sangat
menitikberatkan
pada
upaya
pembatalan eksekusi hukuman mati. Hal ini
membuat hubungan bilateral kedua negara
kembali berada pada titik terendah. PM
Australia Tony Abbott menandai saat ini
sebagai "momen gelap hubungan bilateral
dengan Indonesia. Pemerintah Australia
bahkan menarik Duta Besar Australia untuk
Indonesia, Paul Grigson, sebagai bentuk
protes dan kekecewaan pemerintah itu atas
keputusan Pemerintah Indonesia yang tidak
mengindahkan permohonan grasi kedua
terpidana mati tersebut.
-6-
Penutup
Sebagai negara yang berdaulat,
Indonesia memiliki hak untuk menegakkan
hukum nasionalnya tanpa campur tangan
Rujukan
Kedatangan Wisatawan Manca Negara Ke
Indonesia Menurut Kebangsaan Tahun
2009-2013, Buku Statistik Indonesia
2014, Badan Pusat Statistik, hal 338.
Ismantoro Dwi Yuwono, Janji-Janji JokowiJK; (Jika) Rakyat Tidak Sejahtera,
Turunkan Saja Mereka!, Yogyakarta:
Media Presindo, 2014, hal 152.
"Dubes Aussie Pulang Kampung, Bantuan RI
Terancam Dipangkas", Rakyat Merdeka,
5 Mei 2015, hal 10.
"17 Warga Australia Terancam Hukuman
Mati", Republika, 2 Mei 2015, hal 7.
"Ketegangan
Diplomatik
Australia-RI
Diprediksi Tidak Berlangsung Lama",
-8-
KESEJAHTERAAN SOSIAL
UJIAN KEJUJURAN
DALAM PELAKSANAAN UN
Elga Andina*)
Abstrak
Kebocoran UN yang kembali terulang pada tahun 2015 ini mencerminkan rendahnya
kualitas mental peserta didik, institusi pendidikan, dan masyarakat yang cenderung
membiarkan penyelewengan ini. Kasus jual-beli kunci jawaban, baik secara
konvensional maupun melalui media elektronik, bertentangan dengan hakekat
pelaksanaan evaluasi dan membuat hasil pembelajaran kurang bermakna. Kecurangan
dapat diakukan oleh siswa sendiri atau diakomodasi oleh pihak sekolah atau pihak lain.
DPR RI harus menekan pemerintah untuk segera memutus mata rantai penyimpangan
ini dengan pemberian hukuman yang memberikan efek jera bagi pelaku pelanggaran.
Selain itu, Pemerintah juga harus memberikan apresiasi yang pantas bagi mereka yang
menjalankan UN dengan penuh integritas.
Pendahuluan
*) Peneliti Muda Psikologi, pada Bidang Kesejahteraan Sosial, Pusat Pengkajian Pengolahan Data dan Informasi (P3DI), Sekretariat
Jendral DPR RI, Email: elga.andina@dpr.go.id
Info Singkat
2009, Pusat Pengkajian, Pengolahan Data dan Informasi (P3DI)
Sekretariat Jenderal DPR RI
www.dpr.go.id
ISSN 2088-2351
-9-
Pola Kecurangan UN
2014
304
2015
91
Menumbuhkan Integritas
- 11 -
sekolah.
Penutup
Kebocoran UN 2015 menunjukkan
rendahnya rasa percaya diri peserta didik,
sekaligus kualitas pendidik yang tidak
berorientasi perbaikan. Meskipun UN tidak lagi
menjadi syarat kelulusan, namun paradigma
yang tertanam masih kaku dan menyebabkan
tontonan perilaku negatif. Hal ini berdampak
buruk pada kualitas mental peserta didik di
kemudian hari. Oleh karena itu, penyelidikan
kebocoran harus dilakukan secara seksama
dan semua pelaku harus ditindak tegas untuk
memutus mata rantai kebocoran soal UN.
Komisi X DPR RI harus terus mengawasi
dan menekan Pemerintah agar tidak melindungi
penyimpangan UN, melalui Panja UN yang
pernah dibentuk pada periode 2004-2009
lalu. Perlu juga ditekankan agar Pemerintah
sebagai regulator memberikan hukuman yang
menghasilkan efek jera bagi semua pihak yang
terlibat dalam kebocoran soal UN, baik pemberi
bocoran maupun pengguna. Bila perlu, siswa
yang kedapatan menggunakan bocoran soal
diberikan sanksi gagal UN dan diumumkan
secara luas perihal kecurangan yang dilakukan.
Yang tidak kalah penting adalah pemberian
penghargaan bagi peserta didik dan sekolah
yang mempertahankan kejujurannya, misalnya
akademik, promosi, dan sebagainya.
Referensi
Illeris,
Knud.
2009.
"A
comprehensive
understanding of human learning", dalam
Contemporary theories of learning: learning
theoristsin their own words (editor: Knud
Illeris). New York: Taylor & Francis.
Indahri, Yulia. "Ujian Nasional Tahun 2014", Info
Singkat Vol. VI, No. 07/I/P3DI/April/2014.
Ochia, Alma Rosa Aguila & Sander, Paul.
in Mexican and European Psychology
Students", Electronic Journal of Research in
Education Psychology, 10(2):813-838.
Hofstede,G.(1991). Cultures and Organization:
Software of the Mind. New York: McGraw-Hill.
- 12 -
Abstrak
Kuartal I-2015 pertumbuhan ekonomi melambat sekitar 4,71 persen. Perlambatan
perekonomian yang berdampak pada penurunan daya beli dapat diatasi dengan
Upaya lain berupa percepatan realisasi anggaran terutama infrastruktur dalam
rangka meningkatkan daya beli masyarakat dan aktivitas ekonomi. Selain itu,
percepatan penyaluran Kredit Usaha Rakyat (KUR) dan penyaluran Program
Simpanan Keluarga Sejahtera (PSKS) sebagai realisasi pemberian dana stimulus
pemerintah yang diarahkan untuk menambah penyerapan tenaga kerja merupakan
langkah yang efektif untuk memperbaiki daya beli masyarakat.
Pendahuluan
*) Peneliti Muda Kebijakan Publik, pada Bidang Ekonomi dan Kebijakan Publik, Pusat Pengkajian Pengolahan Data dan Informasi
(P3DI), Sekretariat Jenderal DPR RI. Email: izzatym@yahoo.com
Info Singkat
2009, Pusat Pengkajian, Pengolahan Data dan Informasi (P3DI)
Sekretariat Jenderal DPR RI
www.dpr.go.id
ISSN 2088-2351
- 13 -
Penutup
Tren perekonomian global yang
melambat
dan
penurunan
kinerja
perekonomian nasional menjadi sinyal
penting
sekaligus
peringatan
bagi
pemerintah agar tidak lengah dari ancaman
pelemahan ekonomi lanjutan. Indonesia
harus terus menjaga kualitas pertumbuhan
dengan cara memberikan dorongan yang
difokuskan pada pembangunan infrastruktur
dan
membantu
belanja
masyarakat.
Konsumsi masyarakat sebagai sumber
utama pertumbuhan harus menjadi prioritas
nasional agar tetap tumbuh melalui daya beli
yang terjaga. Pemerintah harus mengambil
sejumlah kebijakan dan langkah-langkah
strategis untuk membantu memulihkan
perlambatan
ini
seperti
percepatan
- 15 -
Referensi
- 16 -
Abstrak
DPR berencana melakukan revisi terbatas atas UU No. 1 Tahun 2015 tentang
Penetapan Perppu No. 1 Tahun 2015 tentang Pemilihan Gubernur, Bupati, dan
Walikota Menjadi UU. Alasan utamanya karena terdapat kondisi yang sulit diatasi
ketika PKPU tidak bisa mengakomodasi rekomendasi Komisi II terhadap posisi
partai politik yang masih bersengketa dalam mengajukan pasangan calon pada
penyelenggaraan Pilkada serentak gelombang pertama 9 Desember 2015 mendatang.
Kesepakatan politik di antara fraksi-fraksi dan konsistensi untuk tetap mengikuti
alur mekanisme pengajuan suatu RUU diluar Prolegnas menjadi prasyarat penting
dalam kasus ini. Dengan keterbatasan waktu, maka DPR bersama Pemerintah harus
sesegera mungkin melakukannya.
Pengantar
Perhelatan
Pemilihan
Gubernur,
Bupati, dan Walikota secara serentak
gelombang pertama akan berlangsung
tanggal 9 Desember 2015 mendatang. Salah
satu instrumennya adalah kesiapan Peraturan
KPU (PKPU) sebagai peraturan pelaksana
dan merupakan penjabaran dari UU No. 1
Tahun 2015 tentang Penetapan Perppu No.
1 Tahun 2015 tentang Pemilihan Gubernur,
Bupati, dan Walikota Menjadi UU dan UU
No. 8 Tahun 2015 tentang Perubahan Atas
UU No. 1 Tahun 2015 tersebut. Saat ini KPU
telah mengundangkan 10 (sepuluh) PKPU
yaitu:
1. PKPU Tentang Tahapan, Program Dan
Jadwal
Penyelenggaraan
Pemilihan
*) Peneliti Madya Politik dan Pemerintahan Indonesia pada Bidang Politik Dalam Negeri, Pusat Pengkajian Pengolahan Data dan
Informasi (P3DI), Sekretariat Jendral DPR RI, Email: indra.pahlevi@dpr.go.id.
Info Singkat
2009, Pusat Pengkajian, Pengolahan Data dan Informasi (P3DI)
Sekretariat Jenderal DPR RI
www.dpr.go.id
ISSN 2088-2351
- 17 -
4.
5.
6.
7.
8.
9.
10.
Rencana Revisi
Secara prosedural, alur yang harus
diikuti dalam mengajukan dan membahas
suatu RUU adalah melalui Badan Legislasi
yang diawali dengan merubah Prolegnas yang
sudah ada. Ketentuan Pasal 111 hingga Pasal
131 Peraturan Tata Tertib telah secara jelas
mengatur tentang proses Pengajuan RUU
terkait RUU yang diajukan di luar Prolegnas.
Secara umum, RUU yang diajukan di luar
Prolegnas harus meliputi salah satu kondisi
Referensi
Kesimpulan Rapat Konsultasi Pimpinan DPR
RI dengan Pemerintah, KPU, Pimpinan
Komisi II, dan Pimpinan Fraksi/Kapoksi,
tanggal 4 Mei 2015.
Kesepakatan Panja Komisi II tentang PKPU
Pencalonan tanggal 24 April 2015.
Kajian dan bahan untuk proses revisi terbatas
atas UU No. 1 Tahun 2015.
Bahan/materi PKPU yang dikonsultasikan
KPU kepada DPR dan Pemerintah.
Peraturan Tata Tertib DPR RI.
UU No. 17 Tahun 2014 tentang MPR, DPR,
dan DPD jo. UU No. 42 Tahun 2014.
UU No. 1 Tahun 2015 tentang Penetapan
Perppu No. 1 Tahun 2014 tentang
Pemilihan
Gubernur,
Bupati,
dan
Walikota Menjadi UU.
UU No. 8 Tahun 2015 tentang Perubahan Atas
UU No. 1 Tahun 2015.
Penutup
Kesamaan persepsi antarfraksi di DPR
dalam memutuskan untuk melakukan revisi
terbatas atas UU No. 1 Tahun 2015 tentang
Penetapan Perppu No. 1 Tahun 2014 tentang
Pemilihan Gubernur, Bupati, dan Walikota
Menjadi UU menjadi hal yang sangat
mendasar di tengah-tengah keterbatasan
waktu pendaftaran pencalonan oleh partai
politik dalam Pilkada serentak. Dengan
kesadaran ini, proses politik yang akan
mengikutinya dapat berjalan sesuai apa yang
diharapkan.
Selanjutnya terdapat mekanisme yang
harus dilalui oleh DPR dalam melakukan
revisi terbatas ini karena RUU yang hendak
diajukan ini berada di luar Prolegnas yang
sudah ditetapkan. Dengan demikian, baik
- 20 -