Anda di halaman 1dari 35

BAB I

PENDAHULUAN
1.1.

Maksud
Mendeskripsikan struktur dan tekstur dari batuan sedimen klastik
Mengertahui komposisi yang terdapat pada batuan sedimen klastik
Mengidentifikasikan proses terbentuk nya batuan sedimen klastik
Menggunakan Klasifikasi dengan baik dan benar

1.2.
Tujuan
Untuk mengetahui Proses Pembantukan batuan
Untuk Mengetahui Provanance dari Batuan Sedimen
Untuk mengetahui Nama dari batuan Sedimen Klastik
1.3.

Waktu dan Tempat Pelaksanaan


Pertemuan Pertama:
Hari/ Tanggal
: Senin, 20 April 2015
Waktu
: 15.30 - 18.00 WIB
Tempat
:
: Gedung Pertamina Sukowati,Teknik Geologi UNDIP
Ruang 301
Pertemuan Kedua:
Hari/ Tanggal
: Senin, 27 April 2015
Waktu
: Pukul 15.30- 18.00 WIB
Tempat
:
: Gedung Pertamina Sukowati,Teknik Geologi UNDIP
Ruang 301

BAB III
HASIL DESKRIPSI
3.1 Batuan Nomor Peraga B-13
No. Peraga
Jenis Batuan

: B-13
: Batuan Sedimen Klastik

Dimensi

: (8 x 8 x 3) cm

Deskripsi Megaskopis
Warna
Struktur
Tekstur
Ukuran Butir
o Fragmen
o Matriks
Semen
Kebundaran
Kemas
Sortasi
Deskripsi Komposisi
Fragmen

: Coklat keabu-abuan
: Cross-lamination
:
:
:
:
:
:
:

1/16 1/8 mm
Karbonatan
Rounded
Tertutup
Baik

: Pasir sangat halus (100%)

PETROGENESA :
Dapat diinterpratasikan bahwa batuan ini berasal dari material-material
sedimen yang tertransportasi cukup jauh dari provenancenya. Dari batuan asalnya,
material ini tetransportasi oleh fluida yang ada, mengalami erosi dan terus terkikis
karena terkena batuan-batuan samping saat transportasi tersebut sehingga
menghasilkan ukuran butir yang sukup halus.

Foto Batuan

Nama Batuan

: Batupasir (Wentworth, 1922)

3.2 Batuan Nomor Peraga 116


No. Peraga
Jenis Batuan

: 116
: Batuan Sedimen Klastik

Dimensi

: (12x7x9) cm

Deskripsi Megaskopis

10

Warna
Struktur
Tekstur
Ukuran Butir
o Fragmen
o Matriks
Semen
Kebundaran
Kemas
Sortasi

Deskripsi Komposisi
Fragmen
Matriks
Mineral
Semen

: Hitam Keabu-abuan
: Nonstruktur
:
:
:
:
:
:
:

4-64 mm
2-4 mm
Karbonatan
Subrounded
Terbuka
Buruk

:
:
:
:

Kerakal (30%)
Kerikil (30%)
Kuarsa (15%)
25 %

PETROGENESA :
Dapat diinterpratasikan bahwa batuan ini berasal dari material-material
sedimen yang tertransportasi cukup jauh dari provenancenya. Dari batuan asalnya,
material ini tetransportasi oleh fluida yang ada, mengalami erosi dan terus terkikis
karena terkena batuan-batuan samping saat transportasi tersebut sehingga
menghasilkan ukuran butir yang sukup halus.

11

Foto Batuan

Nama Batuan

: Konglomerat Polymic (Wentworth, 1922)

3.3 Batuan Nomor Peraga 12


No. Peraga
Jenis Batuan

: 12
: Batuan Sedimen Klastik

Dimensi

: (14x8x5) cm

12

Deskripsi Megaskopis
Warna
Struktur
Tekstur
Ukuran Butir
o Fragmen
o Matriks
Semen
Kebundaran
Kemas
Sortasi
Deskripsi Komposisi
Fragmen

: Abu-abu
: Nonstruktur

:
:
:
:
:
:

1/16 1/8 mm
Karbonatan
Rounded
Tertutup
Baik

: Pasir sangat halus (100%)

PETROGENESA :
Dapat diinterpratasikan bahwa batuan ini berasal dari material-material
sedimen yang tertransportasi cukup jauh dari provenancenya. Dari batuan asalnya,
material ini tetransportasi oleh fluida yang ada, mengalami erosi dan terus terkikis
karena terkena batuan-batuan samping saat transportasi tersebut sehingga
menghasilkan ukuran butir yang sukup halus.

13

Foto Batuan

Nama Batuan

: Batupasir (Wentworth, 1922)

3.4 Batuan Nomor Peraga X


No. Peraga
Jenis Batuan

: X
: Batuan Sedimen Klastik

Dimensi

: (5x5x4) cm

14

Deskripsi Megaskopis
Warna
Struktur
Tekstur
Ukuran Butir
o Fragmen
o Matriks
Semen
Kebundaran
Kemas
Sortasi
Deskripsi Komposisi
Matriks

Foto Batuan

: Abu-abu
: Nonstruktur
:
:
:
:
:
:
:

< 1/256 mm
Karbonatan
Rounded
Tertutup
Baik

: Lempung (100%)

15

Nama Batuan

: Batulempung (Wentworth, 1922)

3.5 Batuan Nomor Peraga 193


16

No. Peraga
Jenis Batuan

: 193
: Batuan Sedimen Klastik

Dimensi

: (20x12x12) cm

Deskripsi Megaskopis
Warna

Struktur
Tekstur
Ukuran Butir
o Fragmen
o Matriks
Semen
Kebundaran
Kemas
Sortasi

Deskripsi Komposisi
Fragmen
Matriks

: Abu-abu
(segar)
kecoklatan (lapuk)
: Laminasi
:
:
:
:
:
:
:

kuning

1/4 mm
1/256 1/16 mm
Karbonatan
Rounded
Tertutup
Baik

: Pasir sedang (75%)


: Lanau (25%)

17

Foto Batuan

Nama Batuan

: Batupasir (Wentworth, 1922)

18

3.6 Batuan Nomor Peraga 189


No. Peraga
Jenis Batuan

: 189
: Batuan Sedimen Klastik

Dimensi

: (15x12x10) cm

Deskripsi Megaskopis
Warna
Struktur
Tekstur
Ukuran Butir
o Fragmen
o Matriks
Semen
Kebundaran
Kemas
Sortasi
Deskripsi Komposisi
Fragmen
Semen

: Kuning kabu-abuan
: Nonstruktur
:
:
:
:
:
:
:

64-256 mm
Karbonatan
Angular
Terbuka
Buruk

: Berangkal (60%)
: 40%

19

Foto Batuan

Nama Batuan

: Breksi Monomic (Wentworth, 1922)

20

BAB IV
PEMBAHASAN
Praktikum Petrologi acara ketiga adalah batuan sedimen klastik yang
dilaksanakan dengan dua kali pengamatan. Pengamatan pertama dilaksanakan di
Ruang 301 Laboratorium Petrologi pada Senin 20 April 2015 dan pengamatan
kedua dilaksanakan di Ruang 302 (Seminar) pada Senin, 27 April 2015. Batuan
sedimen klastik adalah batuan sedimen yng terbentuk dari material-material hasil
rombakan batuan yang telah ada sebelumnya. Pada praktikum kali ini, batuan
sedimen klasti yang diamati oleh praktikan berjumlah enam batuan, yaitu batuan
nomor peraga B-13, 116, 12, X, 193, dan 189.
4.1
Batuan Nomor Peraga B-13
Batuan nomor peraga B-13 ini merupakan jenis batuan sedimen
klastik yang berwarna coklat keabu-abuan dengan struktur crosslamination. Ukuran butir batuan ini 1/16 1/8 mm sebagai fragmen dan
matriksnya yang tidak terlihat secara megaskopis. Kemudian dari dapat
dikatakan batuan ini memiliki fragmen dan matriks yang berukuran
seragam dengan susunan yang rapi. Keseragaman ini menyatakan
sortasinya yang baik dan susunanya menyatakan kemas yang tertutup.
Komposisi yang menyusun batuan ini berupa pasir sangat halus
dengan kelimpahan 100% karena matriksnya yang tidak terlihat. Selain itu
terdapat semen yang mengandung karbonatan, karena setelah ditetesi HCl,
terdapat buih-buih yang keluar.
Dapat diinterpratasikan bahwa batuan ini berasal dari materialmaterial sedimen yang tertransportasi cukup jauh dari provenancenya. Dari
batuan asalnya, material ini tetransportasi oleh fluida yang ada, mengalami
erosi dan terus terkikis karena terkena batuan-batuan samping saat
transportasi tersebut sehingga menghasilkan ukuran butir yang sukup
halus. Berdasarkan Diagram Hjulstrum,dari ukuran fragmen batuan ini,
arus yang membawa material-material tersebut memiliki kecepatan 30
cm/s. Arus ini bergerak terus-menerus pada kecepatan sekitar 30 hingga 40
cm/s dengan tipe

transortasi suspension. Arus ini yang menyebabkan

21

material ini tererosi

bahkan saat arusnya bekerja dengan kecepatan

seminimal mungkin, material sedimen tersebut terus tererosi dan hampir


terdeposisi. Saat pengendapan, membentuk ripple dan lin hingga terbentuk
struktur cross lamination.

Gambar 4.1 Diagram Hjulstrum


Berdasarkan pembahasan di atas,dengan kenampakan megaskopis
batuan yang berwarna coklat keabu-abuan, struktur cross-lamination
dengan ukuran fragmen 1/16-1/8 mm yang berupa pasir sangat halus,
semen yang berkarbonatan, batuan ini memiliki penamaan Batupasir
(Wentworth, 1922)
4.2

Batuan Nomor Peraga 116


Batuan nomor peraga B-13 ini merupakan jenis batuan sedimen
klastik yang berwarna coklat keabu-abuan dengan struktur crosslamination. Ukuran butir batuan ini 1/16 1/8 mm sebagai fragmen dan

22

matriksnya yang tidak terlihat secara megaskopis. Kemudian dari dapat


dikatakan batuan ini memiliki fragmen dan matriks yang berukuran
seragam dengan susunan yang rapi. Keseragaman ini menyatakan
sortasinya yang baik dan susunanya menyatakan kemas yang tertutup.
Komposisi yang menyusun batuan ini berupa pasir sangat halus
dengan kelimpahan 100% karena matriksnya yang tidak terlihat. Selain itu
terdapat semen yang mengandung karbonatan, karena setelah ditetesi HCl,
terdapat buih-buih yang keluar.
Dapat diinterpratasikan bahwa batuan ini berasal dari materialmaterial sedimen yang tertransportasi cukup jauh dari provenancenya. Dari
batuan asalnya, material ini tetransportasi oleh fluida yang ada, mengalami
erosi dan terus terkikis karena terkena batuan-batuan samping saat
transportasi tersebut sehingga menghasilkan ukuran butir yang sukup
halus. Berdasarkan Diagram Hjulstrum,dari ukuran fragmen batuan ini,
arus yang membawa material-material tersebut memiliki kecepatan 30
cm/s. Arus ini bergerak terus-menerus pada kecepatan sekitar 30 hingga 40
cm/s dengan tipe

transortasi suspension. Arus ini yang menyebabkan

material ini tererosi

bahkan saat arusnya bekerja dengan kecepatan

seminimal mungkin, material sedimen tersebut terus tererosi dan hampir


terdeposisi. Saat pengendapan, membentuk ripple dan lin hingga terbentuk
struktur cross lamination.

23

Gambar 4.2 Diagram Hjulstrum


Setelah sampai pada titik di mana arus melemah dan akhrinya
terdeposisi,

material-material

tersebut

kemudian

terendapkan

dan

terkompaksi di laut dangkal.Tempat pegendapan di laut dangkal inilah


yang membuat batuan B-13 memiliki semen berupa karbonatan. Akibat
lempeng-lempeng yang terus begerak, terjadilah pengangkatan dari laut
dangkal yang akhirnya batuan ini berada di daratan.
Berdasarkan pembahasan di atas,dengan kenampakan megaskopis
batuan yang berwarna coklat keabu-abuan, struktur cross-lamination
dengan ukuran fragmen 1/16-1/8 mm yang berupa pasir sangat halus,
semen yang berkarbonatan, batuan ini memiliki penamaan Batupasir
(Wentworth, 1922)
4.3

Batuan Nomor Peraga 12


Batuan nomor peraga 12 ini merupakan jenis batuan sedimen
klastik yang berwarna coklat abu-abu nonstruktur. Ukuran butir batuan ini
24

1/16 1/8 mm sebagai fragmen dan matriksnya yang tidak terlihat secara
megaskopis. Kemudian dari dapat dikatakan batuan ini memiliki fragmen
dan matriks yang berukuran seragam dengan susunan yang rapi.
Keseragaman ini menyatakan sortasinya yang baik dan susunanya
menyatakan kemas yang tertutup.
Komposisi yang menyusun batuan ini berupa pasir sangat halus
dengan kelimpahan 100% karena matriksnya yang tidak terlihat. Selain itu
terdapat semen yang mengandung karbonatan, karena setelah ditetesi HCl,
terdapat buih-buih yang keluar.
Dapat diinterpratasikan bahwa batuan ini berasal dari materialmaterial sedimen yang tertransportasi cukup jauh dari provenancenya. Dari
batuan asalnya, material ini tetransportasi oleh fluida yang ada, mengalami
erosi dan terus terkikis karena terkena batuan-batuan samping saat
transportasi tersebut sehingga menghasilkan ukuran butir yang sukup
halus. Berdasarkan Diagram Hjulstrum,dari ukuran fragmen batuan ini,
arus yang membawa material-material tersebut memiliki kecepatan 30
cm/s. Arus ini bergerak terus-menerus pada kecepatan sekitar 30 hingga 40
cm/s dengan tipe

transortasi suspension. Arus ini yang menyebabkan

material ini tererosi

bahkan saat arusnya bekerja dengan kecepatan

seminimal mungkin, material sedimen tersebut terus tererosi dan hampir


terdeposisi.

25

Gambar 4.3 Diagram Hjulstrum


Berdasarkan pembahasan di atas,dengan kenampakan megaskopis
batuan yang berwarna coklat keabu-abuan, nonstruktur dengan ukuran
fragmen 1/16-1/8 mm yang berupa pasir sangat halus, semen yang
berkarbonatan, batuan ini memiliki penamaan Batupasir (Wentworth,
1922)

4.4 Batuan Nomor Peraga B1


Kenampakan secara megaskopis, batuan beku nomor B1 ini bewarna
kuning kecokelatan. Struktur batuan ini bersifat masif yang berarti tidak dapat
terlihat adanya lubang-lubang maupun rongga rongga pada permukaan batuan

26

tesebut. Hal tersebut dapat diinterpretasikan bahwa material endapan hasil


rombakan dari batuan induk yang saling terkompaksi satu sama lain, sangat
rapat.
Tekstur batuan ini yitu mrmemiliki ukuran butir antara -1/2 mm (Skala
Wenworth,1922), adanya fragmen pada batuan ini yaitu pasir sedang dengan
matriks yang berukuran lebih kecil dari fragmen yaitu komposisi pasir halus.
Batuan ini memiliki semen karbonatan yang telah diuji dengan meneteskan
HCL pada batu tersebut yang menimbulkan buih pada batuan. Kemas pada
batuan ini dapat dilihat tertutup dan sortasi wellsorted yang diindikasikan
bahwa ukuran butirnya seragam dan saling menyatu satu sama lain.
Komposisi material sedimen yang terdapat didalam batuan ini adalah
pasir sedang hingga pasir halus dengan warna kuning kecokelatan yang
berstruktur massif dan memiliki ukuran -1/8 mm . dan terdapat mineral
yang terbentuk didalam batuan tersebut, yaitu berupa mineral kalsit, dilihat
dari proses pembentukan batuan dahulunya terbentuk dulu rekahan rekahan
yang dimana rekahan tersebut dijadikan wadah untuk endapan mineral senya
karbonat yaitu kalsit.

gambar 4.1.2 diagram hjulstrom


27

Dari diagram hjulstrom diatas maka dapat di interpretasikan jika dari


tingkat erosinya, batuan ini memiliki resistensi yang paling rendah untuk
tererosi dibanding ukuran yang lain, yakni pada kuat arus minimal untuk
mengerosi batuan ini yakni 20 cm/ s. Dan juga dapat terlihat jika pada batuan
ini memiliki energi maksimal untuk terdeposisi yakni kuat arus sebesar 1
hingga 2 cm/s, dimana saat kuat arus dibawahnya akan membuat dia
terdeposisi dan kuat arus diatasnya akan membuat dia terus tertransport.
Batuan ini terbentuk karena pengendapan material rombakan dari batuan
induk yang tertransportasi cukup jauh dari Provenence nya dan dapat
diinterpretasikan bahwa saat tertransportasi sangat jauh material mengalami
erosi atau pengikisan bagian yang tajam dan membentuk bentuk yang
rounded saat di tempat pengendapan. Material yang halus ini akan terdeposisi
apabila energi arus transportasinya melemah daan mengalami energi
pengendapan yang tinggi. Batuan ini karbonatan yang dapat mengindikasikan
bahwa batuan induk atau provenence nya terbentuk pada daerah laut dangkal
atau bisa diindikasikan bahwa batuan induk tumbuh di tempat banyaknya
organisme karbonat
Saat pengklasifikasian material yang diperhatikan adalah komposisi yang
terkandung dalam batuan tersebut, jadi berdasarkan komposisi yang
terkandung dalam batuan nomor praga

B1 dinamakan dengan batupasir

(Wentworth, 1922

28

4.5

Batuan Nomor Peraga 193


Batuan nomor peraga 193 ini merupakan jenis batuan sedimen
klastik yang berwarna coklat keabu-abuan dengan struktur crosslamination. Ukuran butir batuan ini - mm sebagai fragmen dan
matriksnya berukuran 1/256 1/16 mm. Kemudian dari dapat dikatakan
batuan ini memiliki fragmen dan matriks yang berukuran seragam dengan
susunan yang rapi. Keseragaman ini menyatakan sortasinya yang baik dan
susunanya menyatakan kemas yang tertutup.
Komposisi yang menyusun batuan ini berupa pasir sedang dengan
kelimpahan 75% dan matriksnya yang terdiri dari pasir halus, pasir sangat
halus dan lanau dengan kelimpahan 25%. Selain itu terdapat semen yang
mengandung karbonatan, karena setelah ditetesi HCl, terdapat buih-buih
yang keluar.
Dapat diinterpratasikan bahwa batuan ini berasal dari materialmaterial sedimen yang tertransportasi cukup jauh dari provenancenya. Dari
batuan asalnya, material ini tetransportasi oleh fluida yang ada, mengalami
erosi dan terus terkikis karena terkena batuan-batuan samping saat
transportasi tersebut sehingga menghasilkan ukuran butir yang cukup
halus. Berdasarkan Diagram Hjulstrum,dari ukuran fragmen batuan ini,
arus yang membawa material-material tersebut memiliki kecepatan 50
cm/s. Arus ini bergerak terus-menerus pada kecepatan sekitar 50 hingga 60
cm/s dengan tipe transortasi suspension.

29

Gambar Diagram Hjulstrum


Berdasarkan pembahasan di atas,dengan kenampakan megaskopis
batuan yang berwarna kuning kecoklatan, struktur laminasi dengan ukuran
fragmen - mm yang berupa pasir sedang, semen yang berkarbonatan,
batuan ini memiliki penamaan Batupasir (Wentworth, 1922)

4.6 Batuan Nomor Peraga 189


Kenampakan secara megaskopis, batuan beku nomor 189 ini bewarna
kuning keabuabuan. Struktur batuan ini bersifat masif yang berarti tidak dapat
terlihat adanya lubang-lubang maupun rongga rongga pada permukaan batuan

30

tesebut. Hal tersebut dapat diinterpretasikan bahwa material endapan hasil


rombakan dari batuan induk yang saling terkompaksi satu sama lain, sangat
rapat.
Tekstur batuan ini yitu mrmemiliki ukuran butir antara 64-256 mm
(Skala Wenworth,1922), adanya fragmen pada batuan ini yaitu berangkal
dengan matriks yang berukuran lebih kecil dari fragmen yaitu komposisi pasir
pasir sangat kasar hingga butiran. Batuan ini memiliki semen karbonatan
yang telah diuji dengan meneteskan HCL pada batu tersebut yang
menimbulkan buih pada batuan. Kemas pada batuan ini dapat dilihat terbuka
dan sortasi poorsorted yang diindikasikan bahwa ukuran butirnya tidak
seragam dan tidak saling menyatu satu sama lain.
Komposisi material sedimen yang terdapat didalam batuan ini adalah
kerakal yang dengan ukuran 4-64 mm, kerikil dengan ukuran 2-4 mm, pasir
sangat kasar 1-2 mm.
Batuan dengan nomor peraga 189 merupakan batuan dari hasil
akumulasi batuan yang telah ada sebelumnya yang mengalami pelapukan
secara intensif. Batuan ini tersusun atas komposisi berupa brangkal dan krakal
yang memiliki tekstur holokristalin, euhedral, inequigranular porfiroafanitik
dimana di dalam fragmen tersebut terdapat mineral yang memiliki warna
hitam, cerat putih, kekerasan 3 skala mohs, kilapkaca, opaque. Berdasarkan
ciri-cirinya maka diidentifikasi mineral tersebut bernama biotit sekitar 40%.
Terdapat mineral warna hitam, cerat putih, kekerasan 5-6,5 skala mohs,
kilapkaca, opaque. Berdasarkan ciri-cirinya maka diidentifikasi mineral
tersebut bernama hornblende 30%. Terdapat mineral colourless, cerat putih,
kekerasan 7 skala mohs, kilapkaca, transparant. Berdasarkan ciri-cirinya
maka diidentifikasi mineral tersebut bernama kuarsa 30%. Berdasarkan
klasifikasi Thorpe and Brown maka nama batuan tersebut adalah batuan
andesit.

31

Gambar 4.6.6 diagram hjulstrom

Dari diagram diatas maka dapat diinterpretasikan jika untuk mengerosi


material material dibutuhkan energi arus sebesar energi minimal 200 hingga
500 cm /s tergantung pada ukuran dari brangkalnya sendiri. Apabila diatas
dari energi arus tersebut maka akan dengan mudah tererosi, dan sebaliknya
jika kurang dari 200 cm /s kuat arusnya, maka tidak akan tererosi
materialnya. Dan dari transportasinya sendiri material ini tertransport secara
bed load, kemudian untuk mendeposisikan batuan ini sendiri dibutuhkan
energi arus maksimal yakni berkisar 40 hingga 150 cm /s tergantung dengan
ukuran brangkal itu sendiri. Sehingga jika kuat arusnya diatas 150 cm / s
maka akan sulit terdeposisi karena arusnya yang masih mampu untuk
mentransportasikan, dan sebaliknya jika kuat arusnya dibawahnya maka akan
dengan mudah terdeposisi.

Saat pengklasifikasian material yang diperhatikan adalah komposisi


yang terkandung dalam batuan tersebut, jadi berdasarkan komposisi yang

32

terkandung dalam batuan nomor 189

dinamakan dengan

Breksi

(Wentworth, 1922)

BAB V
PENUTUP

33

34

LAMPIRAN

35

Anda mungkin juga menyukai