Anda di halaman 1dari 24

H

Vol. VII, No. 18/II/P3DI/September/2015

Kajian Singkat terhadap Isu Aktual dan Strategis

AKSEPTABILITAS POLITIK DALAM


SELEKSI CALON PIMPINAN KPK
Novianto M. Hantoro*)

Abstrak
Ditinjau dari sudut ketatanegaraan, proses seleksi Pimpinan KPK di DPR merupakan
implementasi dari hak right to confirm (keikutsertaan dalam pengangkatan pejabat
publik) yang dimiliki oleh DPR. Hak ini dilakukan dalam kerangka perimbangan
kekuasaan (checks and balances) yang menjadi semangat perubahan UUD 1945.
Sebagai suatu proses politik di sebuah lembaga politik, terpilihnya seorang calon
karena akseptabilitas politik tidak perlu dipermasalahkan sepanjang dalam proses
tersebut tidak terjadi perbuatan melawan hukum.

Pendahuluan

Proses seleksi calon pimpinan Komisi


Pemberantasan Korupsi (KPK) telah berada
pada tahapan di DPR. Presiden telah
mengajukan delapan nama calon hasil dari
panitia seleksi (pansel) ke DPR. Seleksi calon
pimpinan KPK dilakukan mengingat masa
jabatan pimpinan KPK periode 2011-2015
berakhir tahun ini. Sebelum dilakukan seleksi
oleh pansel terjadi kekosongan pimpinan KPK
sehingga Presiden mengeluarkan Peraturan
Pemerintah
Pengganti
Undang-Undang
(Perppu) Nomor 1 Tahun 2015 tentang
Perubahan atas Undang-Undang Nomor 30
Tahun 2002 tentang Komisi Pemberantasan
Tindak Pidana Korupsi yang telah disetujui
DPR dan ditetapkan menjadi UU No. 10
Tahun 2015 tentang Penetapan Peraturan
Pemerintah Pengganti Undang-Undang Nomor
1 Tahun 2015 tentang Perubahan atas Undang-

Undang Nomor 30 Tahun 2002 tentang Komisi


Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi Menjadi
Undang-Undang.
Berbeda dengan cara pengajuan calon
pimpinan KPK periode 2011-2015 yang
berdasarkan urutan nilai terbaik hasil seleksi,
pansel kali ini menetapkan nama dalam suatu
model pembidangan (lihat Tabel 1). Kedelapan
nama tersebut akan digabung dengan dua nama
yang telah terpilih sebelumnya, yakni Robby
Arta dan Busyro Muqqodas.
Ketua Panitia Seleksi Calon Pimpinan
KPK Destry Damayanti menyatakan bahwa
pembidangan tersebut sangat penting untuk
penguatan KPK. Pansel sengaja tidak membuat
sistem peringkat seperti yang dilakukan
sebelumnya agar tercipta penguatan fungsi
masing-masing berdasarkan kompetensi yang
ada.

*) Peneliti Madya Hukum Konstitusi, pada Bidang Hukum, Pusat Pengkajian Pengolahan Data dan Informasi (P3DI), Sekretariat
Jenderal DPR RI. E-mail: nmhantoro@yahoo.com
Info Singkat
2009, Pusat Pengkajian, Pengolahan Data dan Informasi (P3DI)
Sekretariat Jenderal DPR RI
www.dpr.go.id
ISSN 2088-2351

-1-

Tabel 1. Daftar calon pimpinan KPK periode 2011-2015


Bidang
Bidang Pencegahan

Bidang Penindakan

Nama Capim

Latar Belakang

Saut Situmorang

Staf ahli Kepala BIN

Surya Chandra

Direktur Trade Union Center dan dosen Unika


Atma Jaya

Alexander Marwata

Hakim Ad Hoc Tipikor PN Jakarta Pusat

Brigjen (Pol) Basariah Panjaitan Widyaiswara Madya Sespimti Polri)


Bidang Manajemen

Bidang Supervisi,
Koordinasi, dan Monitoring

Agus Rahardjo

Kepala Lembaga Kebijakan Pengadaan Barang/


Jasa Pemerintahan

Sujanarko

Direktur pada Direktorat Pembinaan Jaringan


Kerja Sama Antar-Komisi dan Instansi KPK

Johan Budi Sapto Prabowo

Pimpinan KPK sementara

Laode Muhammad Syarif

Akademisi Universitas Hasanuddin

Sumber: Diolah dari berbagai sumber.

Dasar Hukum, Proses, Dan


Mekanisme

dengan sendirinya menjadi Wakil Ketua.


Calon terpilih disampaikan oleh pimpinan
DPR kepada Presiden paling lambat 7 (tujuh)
hari kerja terhitung sejak tanggal berakhirnya
pemilihan untuk disahkan oleh Presiden selaku
Kepala Negara.
Proses atau mekanisme seleksi di DPR
diatur di dalam Peraturan DPR tentang Tata
Tertib. Tata Tertib menyebutkan bahwa
dalam hal peraturan perundang-undangan
menentukan
agar
DPR
mengajukan,
memberikan persetujuan, atau memberikan
pertimbangan atas calon untuk mengisi suatu
jabatan, rapat paripurna DPR menugasi
Badan Musyawarah untuk menjadwalkan
dan menugaskan pembahasannya kepada
komisi terkait. Tata cara pelaksanaan seleksi
dan pembahasan tersebut ditetapkan oleh
komisi yang bersangkutan meliputi: penelitian
administrasi; penyampaian visi dan misi;
uji kelayakan dan kepatutan (fit and proper
test); penentuan urutan calon; dan/atau
pemberitahuan kepada publik, baik melalui
media cetak maupun media elektronik. Fit and
proper test dikecualikan terhadap pengisian
jabatan yang oleh undang-undang ditentukan
hanya memberikan persetujuan.

Salah satu persoalan yang hendak


diselesaikan melalui perubahan UUD 1945
adalah sifatnya yang executive heavy.
UUD 1945 dipandang gagal melembagakan
mekanisme perimbangan kekuasaan (checks
and balances) sehingga menempatkan lembaga
perwakilan sebagai institusi demokrasi yang
semata-mata tidak lebih sebagai instrumen
legitimasi kekuasaan. Untuk itu, perubahan
UUD 1945 disusun dengan memperhatikan
sistem checks and balances. Salah satu
manifestasi sistem tersebut adalah pemberian
kewenangan kepada DPR untuk terlibat dalam
penentuan pejabat publik.
Setidak-tidaknya
terdapat
empat
terminologi yang digunakan oleh UUD 1945
terkait dengan penentuan pejabat publik, yaitu:
memberikan pertimbangan untuk duta;
memilih untuk anggota BPK; persetujuan
untuk calon hakim agung dan anggota Komisi
Yudisial; serta mengajukan untuk 3 (tiga)
hakim konstitusi. Kewenangan untuk terlibat
dalam urusan penentuan ini juga dimiliki
oleh
DPR
berdasarkan
undang-undang,
salah satunya adalah UU No. 30 Tahun 2002
tentang Komisi Pemberantasan Tindak Pidana
Korupsi berikut perubahannya.
UU KPK
menyebutkan bahwa Pimpinan KPK dipilih
oleh DPR berdasarkan calon anggota yang
diusulkan oleh Presiden setelah membentuk
pansel. Presiden menyampaikan nama calon
pimpinan KPK sebanyak 2 (dua) kali jumlah
jabatan yang dibutuhkan kepada DPR. DPR
wajib memilih dan menetapkan 5 (lima) calon
yang dibutuhkan dalam waktu paling lambat
3 (tiga) bulan. DPR juga wajib memilih dan
menetapkan di antara calon, seorang Ketua
sedangkan 4 (empat) calon anggota lainnya

Akseptabilitas Politik Dalam Proses


Konfirmasi

Zainal Arifin Mochtar, Direktur Pusat


Kajian Antikorupsi (Pukat) Universitas Gadjah
Mada mengusulkan agar DPR mengubah
mekanisme pemilihan calon pimpinan KPK
yang menurutnya cenderung bersifat politis,
karena hanya calon yang memiliki kedekatan
dengan partai politik yang akan dipilih.
Menurutnya, mekanisme pemilihan calon
pimpinan KPK melalui fit and proper test di
DPR juga menimbulkan kekhawatiran ini. Dia
-2-

meminta agar semua partai politik berjanji


untuk tidak mencampuri proses politik dalam
pemilihan calon pimpinan KPK. Zainal juga
menyarankan agar DPR melibatkan ahli dalam
mekanisme fit and proper test sama seperti
yang dilakukan dalam mekanisme pemilihan
hakim Konstitusi. Dengan melibatkan ahli,
kemampuan anggota DPR yang tidak terlalu
detail dalam menyeleksi capim KPK bisa
digantikan dengan kemampuan ahli. Tidak
hanya itu, pelibatan ahli juga menimbulkan
keberimbangan
dan
mengantisipasi
kepentingan politis anggota DPR.
Penyelenggaraan
kekuasaan
negara
berdasarkan
konstruksi
perimbangan
kekuasaan dan pelembagaan mekanisme
pemisahan kekuasaan (separation of power)
merupakan isu krusial bagi perkembangan
demokrasi di Indonesia. Sebagaimana telah
disinggung di atas, perubahan UUD 1945
berusaha menyeimbangkan kekuasaan agar
tidak ada satu lembaga negara yang lebih
dominan dibandingkan lembaga lain. Salah
satu pengejawantahannya adalah pengangkatan
pejabat publik. Menurut Jimly Asshiddiqie,
keterlibatan DPR dalam konteks pengangkatan
pejabat publik ini disebut hak untuk konfirmasi
(right to confirm). Right to confirm diberikan
dalam rangka pengangkatan pejabat publik
melalui
pengangkatan
politis
(political
appointment).
Sebagai perbandingan, right to confirm
dalam kerangka checks and balances ini
juga berlaku di negara yang dianggap paling
demokratis, yaitu Amerika Serikat (AS).
Pengaturan pada Article II, Section 2, US
Constitution bahkan lebih ketat sehingga tidak
hanya lembaga ketiga (yudisial) tetapi juga
jabatan public ministers yang merupakan
bawahan Presiden yang pengangkatannya juga
harus dengan advice and consent dari Senat.
Di Indonesia, pengangkatan jabatan-jabatan
tersebut merupakan hak Presiden.
Dalam Yale Law Journal, 1992, Strauss
menulis tentang The Senate, the Constitution,
and the Confirmation Process". Dalam bagian
analisisnya, Strauss menggambarkan bahwa
di AS pun masih banyak perdebatan mengenai
peran independen Senat dalam confirmation
process. Sangat disadari bahwa permasalahan
politis tidak dapat diabaikan, apalagi sering
terjadi situasi di mana partai Presiden berbeda
dengan partai mayoritas di Congress. Namun
demikian, justru di situlah mekanisme checks
and balances-nya terletak. Dengan demikian,
pelemahan presiden atau sebaliknya, parlemen

(DPR), dalam proses ini akan berakibat fatal


bagi sistem perimbangan kekuasaan.
Terdapat perbedaan antara jabatan
yang memerlukan keikutsertaan DPR dalam
pengisiannya. Pertama, jabatan yang berada
di bawah rumpun eksekutif; Kedua, jabatan
dari cabang kekuasaan kehakiman; dan Ketiga,
jabatan pada lembaga negara-bantu (state
auxiliary organ) atau lembaga negara lain.
Pejabat yang berada di dalam rumpun eksekutif
misalnya Panglima TNI dan Kapolri. Pejabat
yang berada di rumpun yudikatif adalah Hakim
Agung dan Hakim Konstitusi. Sementara
lembaga negara bantu, seperti komisioner KPU,
Komnas HAM, termasuk KPK atau lembaga
lain seperti anggota BPK. Konsep perimbangan
kekuasaan untuk rumpun eksekutif, terlihat
sudah tepat bahwa Presiden mengajukan dan
DPR hanya menyetujui (consent) atau tidak
menyetujui, bahkan untuk pengangkatan duta
dan konsul diperlunak hanya memberikan
pertimbangan (advice). Untuk hakim konstitusi
juga sudah tepat bahwa MA, Presiden, dan
DPR masing-masing mencalonkan, karena
apabila dimonopoli salah satu lembaga akan
membahayakan bagi perimbangan kekuasaan,
mengingat
MK
berwenang
mengadili
proses pemakzulan Presiden dan sengketa
kewenangan antarlembaga negara. Untuk
anggota BPK proses memang harus dibalik,
mengingat BPK menyampaikan laporan kepada
DPR mengenai hasil audit keuangan negara
yang dijalankan oleh eksekutif. Dengan begitu,
akan lebih tepat apabila Presiden memberikan
persetujuan, bukan hanya sekedar meresmikan.
Terhadap
lembaga
negara
bantu,
termasuk KPK, terdapat kecenderungan peran
politis tersebut ingin dikurangi baik melalui UU
maupun opini publik, yang seharusnya tidak
perlu. Presiden untuk mengajukan nama calon
diminta membuat pansel, sementara DPR juga
diminta melibatkan ahli. Hal ini merefleksikan
seakan-akan
terdapat
ketidakpercayaan
terhadap
kemampuan
lembaga-lembaga
negara yang resmi. Sependapat dengan
Jimly, dalam hal ini DPR hanya melakukan
political election yang mengedepankan
ideologi calon, karena di situ akan terlihat arah
perjuangan seorang pemimpin, bukan technical
selection seperti yang dilakukan pansel yang
memperhatikan persoalan teknis seperti
menguji kapasitas, integritas, kesehatan dan
kelengkapan administrasi.
Dengan
demikian,
tidak
ada
permasalahan bagi DPR atau fraksi-fraksi
di DPR untuk memilih calon yang memiliki
-3-

kesamaan ideologi atau arah perjuangan.


Sementara untuk persyaratan administrasi,
kapabilitas, dan lain-lain, tentunya sudah
terlewati mengingat
pansel telah memilih
delapan calon terbaik dari lima ratus
orang lebih pendaftar. Mekanisme dalam
pemilihan tersebut, bisa apa saja termasuk
DPR melakukan hearing terlebih dahulu
dengan pansel untuk mendapatkan kejelasan;
selanjutnya dengan masing-masing calon. Juga,
merupakan hal yang biasa apabila fraksi sudah
menjatuhkan preferensi politiknya, proses
wawancara digunakan untuk mengeksplorasi
kelebihan dan menutup kelemahan calon,
serta sebaliknya untuk calon lain. Termasuk
apabila pengajuannya berdasarkan ranking
pada saat proses seleksi maupun dengan
pembidangan. DPR bisa menjadikan hal
tersebut sebagai pertimbangan, namun tidak
harus dipertentangkan mengapa bukan
ranking pertama yang menjadi ketua (konteks
KPK 2011-2015) atau untuk konteks sekarang
tidak harus memilih satu dari dua nama per
bidang.
Dengan demikian, proses politik di
institusi politik seharusnya dapat dipahami.
Justru yang perlu mendapatkan perhatian
secara hukum adalah menjaga agar tidak
terjadi pelanggaran hukum selama proses
seleksi tersebut, misalnya isu suap, pemberian
janji untuk melakukan atau tidak melakukan
sesuatu ketika menjabat, atau intimidasi.
Perlu diingatkan pula adanya sumpah jabatan
nantinya ketika menjabat. Mungkin bunyi
sumpah harus sama untuk setiap jabatan
tetapi patut disimak, misalnya sumpah PNS
yang diangkat untuk suatu jabatan dalam
Perpres No. 11 Tahun 1959 yang antara lain
menyebutkan: untuk diangkat dalam jabatan
ini, baik langsung maupun tidak langsung,
dengan rupa atau dalih apapun juga, tidak
memberi atau menyanggupi akan memberi
sesuatu kepada siapapun juga, patut
dijadikan sebagai satu referensi.

Bagaimana proses seleksi tersebut


dilakukan merupakan kewenangan DPR,
termasuk apakah harus melibatkan ahli atau
tidak. Proses di DPR adalah proses politik
yang tidak boleh dilakukan dengan melawan
hukum. Fraksi-fraksi di DPR memilih
berdasarkan preferensi politik masing-masing
untuk mendapatkan calon pimpinan KPK
yang memiliki visi yang sama. Namun, konsep
kelembagaan KPK dan proses pemberantasan
korupsi ke depan yang lebih baik dari saat ini
penting untuk diutamakan.

Referensi

DPR Sudah Terima Delapan Nama Capim


KPK,
http://nasional.kompas.com/
read/2015/09/14/18344301/, diakses
tanggal 16 September 2015.
DPR Terima 8 Nama Calon Pimpinan KPK,
http://www.cnnindonesia.com/nasion
al/20150914184559-12-78697/, diakses
tanggal 16 September 2015.
Alasan 8 Capim KPK dikelompokkan dalam 4
Bidang
http://nasional.tempo.co/read/
news/2015/09/01/078696858/, diakses
tanggal 16 September 2015.
Komisi III DPR Disarankan Libatkan
Ahli dalam Fit and Proper Test Capim
KPK,
http://nasional.kompas.com/
read/2015/09/15/18014081/, diakses
tanggal 17 September 2015.
Komisi III DPR Diminta Ubah Mekanisme
Pemilihan
Calon
Pimpinan
KPK,
http://nasional.kompas.com/
read/2015/09/15/16441221/, diakses
tanggal 17 September 2015.
David A. Strauss & Cass R. Sunstein, "The
Senate, the Constitution, and the
Confirmation Process," 101 Yale Law
Journal 1491 (1992).
I Ketut Bayu Pawana, "Kewenangan DPR
dalam Melaksanakan Uji Kepatutan dan
Kelayakan bagi Calon Pejabat Publik
dari Aspek Ketatanegaraan Jurnal kajian
Hukum dan Keadilan", jurnalius.ac.id/ojs/
index.php/HTK/article/viewFile/79/74,
diakses tanggal 16 September 2015
Undang-Undang Nomor 30 Tahun 2002
tentang Komisi Pemberantasan Tindak
Pidana Korupsi.
Undang-Undang Nomor 10 Tahun 2015
tentang Penetapan Peraturan Pemerintah
Pengganti Undang-Undang Nomor 1 Tahun
2015 tentang Perubahan Atas UndangUndang Nomor 30 Tahun 2002 tentang
Komisi Pemberantasan Tindak Pidana
Korupsi Menjadi Undang-Undang.

Penutup

Tahapan proses seleksi calon pimpinan


KPK di DPR harus dimaknai sebagai hak
untuk konfirmasi sebagai turunan dari amanat
kostitusi sebagai pengejawantahan mekanisme
perimbangan kekuasaan. Berdasarkan UU
KPK disebutkan bahwa KPK adalah lembaga
negara yang dalam melaksanakan tugas dan
wewenangnya bersifat independen dan bebas
dari pengaruh kekuasaan manapun. Proses
seleksi calon pimpinan KPK melibatkan
Presiden dan DPR.
-4-

HUBUNGAN INTERNASIONAL

Vol. VII, No. 18/II/P3DI/September/2015

Kajian Singkat terhadap Isu Aktual dan Strategis

PERLUASAN PERAN MILITER JEPANG DAN


PERUBAHAN PERIMBANGAN KEKUATAN
DI KAWASAN ASIA PASIFIK
Rizki Roza*)

Abstrak
Setelah melalui perdebatan panjang dan memicu protes besar, rancangan undangundang untuk memperluas peran militer Jepang telah disetujui Majelis Tinggi. Peran
militer Jepang yang lebih luas akan mempengaruhi perimbangan kekuatan di kawasan.
Kekuatan-kekuatan utama di kawasan akan melakukan penyesuaian strategis untuk
merespons perkembangan ini. Indonesia juga harus mengantisipasi perubahan
perimbangan tersebut, dan mencari peluang untuk memperoleh keuntungan darinya.

Pendahuluan

Rancangan
undang-undang
yang
diperjuangkan
pemerintahan
Perdana
Menteri Shinzo Abe terkait perluasan
peran militer Jepang akhirnya mendapat
persetujuan dari Majelis Tinggi pada 19
September lalu. Setelah melewati perdebatan
panjang dan memicu protes besar, voting
yang dilakukan Majelis Tinggi menyatakan
rancangan
undang-undang
tersebut
disetujui, dengan 148 suara mendukung
dan 90 suara menolak. Dominasi Partai
Demokratik Liberal dan koalisinya Partai
Komeito, serta dukungan beberapa partai
kecil baik di majelis rendah maupun majelis
tinggi menjadi faktor penentu keberhasilan
Abe meloloskan undang-undang ini. UU
tersebut berhasil lolos meskipun mendapat
tentangan keras dari sebagain besar
masyarakat Jepang sendiri, dan beberapa
negara tetangga.

Terlepas dari perdebatan yang masih


berlangsung di dalam negeri Jepang,
perkembangan ini harus dicermati oleh
negara-negara di kawasan Asia Pasifik,
termasuk Indonesia. Perluasan peran militer
Jepang akan berdampak langsung pada
perimbangan kekuatan di kawasan tersebut.
Negara-negara besar di kawasan tentunya
akan melakukan penyesuaian strategis
terhadap perluasan peran militer Jepang.
Bagaimana arah perubahan perimbangan
kekuatan yang mungkin terjadi? Lalu
bagaimana Indonesia harus merespons
perubahan tersebut?

Perluasan Peran Militer Jepang

PM Shinzo Abe yang dikenal nasionalis


telah sejak lama mengupayakan perluasan
peran militer Jepang. Untuk mencapai
tujuan tersebut, Abe mengajukan rancangan

*) Peneliti Muda Masalah-masalah Hubungan Internasional, pada Bidang Hubungan Internasional, Pusat Pengkajian Pengolahan
Data dan Informasi (P3DI), Sekretariat Jenderal DPR RI. E-mail: rizki.roza@dpr.go.id
Info Singkat
2009, Pusat Pengkajian, Pengolahan Data dan Informasi (P3DI)
Sekretariat Jenderal DPR RI
www.dpr.go.id
ISSN 2088-2351

-5-

Undang-Undang yang merubah interpretasi


terhadap konstitusi Pacifist Jepang. Sejak
kekalahan Jepang dalam Perang Dunia
II, konstitusi tersebut hanya mengizinkan
Jepang untuk memiliki kekuatan militer
yang terbatas, hanya untuk memenuhi
kebutuhan pertahanan, yang mereka sebut
Self-Defence Force/SDF (pasukan bela diri).
Menurut pandangan Abe, pembatasan
tersebut sudah tidak relevan di tengah
kawasan Asia Pasifik yang terus bergejojak.
Jepang tidak bisa lagi mengesampingkan
stabilitas kawasan dan harus melangkah
keluar dari naungan payung keamanan
Amerika Serikat (AS). Melalui Buku Putih
Pertahanan Jepang yang dirilis pada
Agustus 2014 lalu, Abe mengklaim bahwa
perubahan kebijakan memang dibutuhkan
dalam rangka memastikan kemampuan
Jepang untuk menghadapi tantangantantangan keamanan yang terus berkembang
di kawasan, di antaranya kemajuan pesat
kekuatan dan teknologi militer Tiongkok.
Upaya Abe untuk meloloskan RUU
tersebut tidak hanya memicu perdebatan
keras di parlemen, tetapi juga mendorong
puluhan ribu warga turun ke jalan
melakukan protes penolakan. Pengamat
menilai
RUU
tersebut
merupakan
penghinaan terhadap konstitusi dasar yang
cinta damai, dan berisiko mengubah arah
Jepang yang selama ini dipandang sebagai
negara damai dan demokratis. Abe dianggap
telah menggunakan cara otoriter dalam
mendorong pengesahan RUU tersebut.
Sebagian warga Jepang menolak rencana
tersebut karena dinilai melanggar konstitusi
dan berpotensi menyeret Jepang dalam
konflik yang melibatkan AS, misalnya
membawa Tokyo terlibat dalam kampanye
militer AS di Timur Tengah.
Dengan disetujuinya UU pertahanan
tersebut akan mengubah posisi Jepang yang
selama ini sebagai negara pasifis. UndangUndang ini akan membawa perubahan
terbesar bagi kekuatan pertahanan Jepang
sejak Perang Dunia II. Jepang akan
dimungkinkan untuk mengirim tentaranya
ke luar negeri. UU tersebut akan merevisi
larangan pertahanan kolektif atau membela
negara sahabat yang menghadapi serangan.
Disebutkan bahwa Jepang bisa membela
sekutu dalam situasi di mana ada risiko jelas
bahwa keberadaan Jepang terancam dan
hak-hak rakyatnya terganggu lewat serangan
terhadap negara yang memiliki hubungan

dekat dengan Jepang. Revisi tersebut juga


meliputi penghilangan hambatan geografis
pada dukungan logistik untuk pasukan
dalam situasi yang secara signifikan
akan mempengaruhi keamanan Jepang.
Dimungkinkan pula SDF untuk berperan
lebih aktif dalam operasi-operasi penjaga
perdamaian di berbagai belahan dunia di
bawah bendera PBB.

Perubahan Perimbangan Kekuatan di


Kawasan

Sejak berakhirnya Perang Dunia


II, kontsitusi Jepang menyatakan bahwa
negara itu tidak boleh memiliki angkatan
perang atau angkatan bersenjata, melainkan
pasukan pertahanan yang terbatas. Namun
pada kenyataannya, SDF merupakan
kekuatan yang sangat signifikan di kawasan
yang didukung sistem persenjataan yang
mutakhir. Anggaran pertahanan Jepang
menempati urutan ketujuh terbesar di dunia.
Perluasan peran militer Jepang akan
memaksa kekuatan-kekuatan utama di
kawasan Asia Pasifik untuk melakukan
perhitungan ulang terhadap kebijakan
strategisnya agar mampu merespons
munculnya kekuatan besar yang baru
terlepas dari belenggunya. Tidak hanya
kekuatan utama kawasan, seperti Tiongkok,
AS, dan India yang akan melakukan
penyesuaian, kekuatan yang lebih kecil di
Asia Tenggara juga akan terpengaruh oleh
dinamika ini.
Pertumbuhan kekuatan dan teknologi
militer yang begitu pesat dan tidak
transparan, serta perilaku asertif Tiongkok
menjadi faktor yang sangat mempengaruhi
arah kebijakan strategis kekuatan-kekuatan
utama di kawasan Asia Pasifik. Terdapat
kesamaan pandangan di antara negaranegara di kawasan bahwa dibutuhkan
kekuatan-kekuatan
pengimbang
untuk
merespons kebangkitan Tiongkok.
Pada dekade lalu sebagian negara
di kawasan, di antaranya Australia dan
Filipina selalu mendorong AS untuk
melakukan pengawasan yang ketat atas
setiap perkembangan militer Jepang. Namun
saat ini, kekuatan militer Jepang dianggap
sebagai kekuatan strategis yang dibutuhkan
untuk mengimbangi kebangkitan Tiongkok.
Bagi Jepang sendiri, perluasan peran
militer ini berarti Jepang akan menjalankan
tanggungjawab lebih besar dalam kerangka
pakta pertahanannya dengan AS.
-6-

Berdasarkan pakta pertahanan antara


kedua negara, AS memiliki kewajiban untuk
melindungi Jepang jika mereka berada
dalam ancaman serangan negara lain.
Dengan adanya perluasan peran militer,
Jepang dapat berbuat sebaliknya. SDF
dapat digelar di luar negara Jepang untuk
mendukung AS dan negara sahabat lainnya.
Hal ini juga diperlukan Jepang untuk
meyakinkan AS bahwa Jepang merupakan
sekutu penting yang mampu merespons
tuntutan AS. Jepang akan memiliki peluang
lebih besar untuk mempengaruhi keamanan
dan stabilitas internasional pada umumnya,
dan menentukan arah arsitektur keamanan
kawasan. Dan yang terutama dari perluasan
peran militer ini adalah Jepang akan
memiliki kekuatan tawar lebih besar dalam
mengelola sengketa wilayahnya dengan
Tiongkok.
Bagi AS, dikuranginya pembatasan
terhadap peran militer Jepang akan
mendorong persekutuan kedua negara
menjadi semakin erat. Perluasan peran
militer
Jepang
akan
menghasilkan
pembagian beban yang lebih seimbang
dalam persekutuan kedua negara itu. Hal
ini telah sejak lama menjadi tuntutan AS
terhadap Jepang dan tidak mengalami
penurunan meskipun Pemerintahan Obama
menjalankan
strategi
rebalancing
di
kawasan Asia Pasifik.
Di tengah tekanan keterbatasan
anggaran
pertahanannya,
bagi
AS
perubahan
ini
akan
menempatkan
Jepang sebagai negara yang miliki peran
sentral dalam langkah Pacific Pivot AS.
Keterbatasan anggaran pertahanan telah
menyebabkan keraguan sebagian pihak atas
kemampuan AS untuk menjaga stabilitas
kawasan Asia Pasifik. Namun, dengan
adanya pengurangan beban tersebut akan
mengokohkan upaya AS dalam menjaga
stabilitas kawasan, bersama-sama Jepang
dan negara berkepentingan lainnya dalam
menghadapi Tiongkok. Perkembangan ini
sangat mungkin akan diikuti pula dengan
meningkatnya kembali dukungan Australia
terhadap peran utama AS di kawasan, yang
memang merupakan pendukung utama
kebijakan Pacific Pivot AS.
Kekuatan
utama
lainnya
yang
harus diperhitungkan dalam perubahan
perimbangan kekuatan ini adalah India.
India dengan anggaran pertahanan yang
berada pada peringkat delapan anggaran

pertahanan terbesar di dunia, dan telah


berkomitmen
menaikkan
anggaran
pertahanaan sebesar 7,9 persen demi
mempersempit
kesenjangan
militernya
dengan Tiongkok dapat memberikan
pengaruh cukup besar bagi kawasan. Tidak
hanya karena memiliki kekuatan militer
yang cukup signifikan, arah kebijakan
luar negeri India, Act East Policy, juga
searah dengan kebijakan AS dan Jepang
dalam merespons meningkatnya pengaruh
Tiongkok di kawasan Asia Timur dan
Tenggara. Negara-negara di kawasan
juga memandang India sebagai kekuatan
potensial
yang
dapat
menciptakan
perimbangan kekuatan.
Bagi India, mengimbangi kekuatan
dan mencegah dominasi Tiongkok di Laut
China Selatan (LCS) merupakan upaya
untuk menjamin akses India terhadap jalurjalur pelayaran tertentu dan mencegah
pemanfaat jalur tersebut oleh Tiongkok
untuk mendominasi wilayah Samudera
Hindia. Saat ini Tiongkok memfokuskan
kekuatannya untuk mendominasi Laut
Kuning, Selat Taiwan, LCS, dan Laut China
Timur (LCT). Samudera Hindia masih
merupakan prioritas keduanya. Memastikan
Tiongkok tetap sibuk dengan prioritas
pertamanya menjadi kepentingan India.
Dalam perkembangannya, sebagian
pihak di kawasan Asia Timur dan Tenggara
menghendaki India untuk memainkan
peran strategis yang lebih aktif dalam
mengimbangi
Tiongkok.
Ketimpangan
kekuatan yang cukup besar dengan Tiongkok
memaksa India untuk berhati-hati dalam
mengelola hubungan. India tidak ingin
dipandang
sebagai
sumber
ancaman
yang akhirnya akan memaksa Tiongkok
menerapkan kebijakan yang bermusuhan
secara terbuka terhadap India.
Proyeksi kekuatan Jepang yang lebih
proaktif dan semakin kokohnya kekuatan
AS di kawasan Asia Pasifik dapat menjadi
momentum bagi India untuk terlibat
lebih aktif di kawasan. Jika hal ini terjadi,
maka perubahan perimbangan kekuatan
di kawasan akan semakin signifikan.
Dihadapkan pada perubahan tersebut, akan
memaksa
Tiongkok
memperhitungkan
kembali
kebijakan-kebijakannya
dalam
mengelola berbagai isu keamanan di
kawasan, termasuk sengketa di LCT dengan
Jepang, sengketa di LCS dengan beberapa
negara Asia, dan juga upayanya untuk
-7-

memperluas pengaruh di Samudera Hindia.


Selain itu, perlu juga menjadi
perhitungan
Tiongkok
terkait
kecenderungan kekuatan-kekuatan yang
lebih kecil di kawasan. India dan Jepang
memiliki kesamaan kebijakan terkait LCS,
yaitu kedua negara menekankan pentingnya
peningkatan kapasitas aktor-aktor regional
dalam menjamin kebebasan navigasi di
kawasan, misalnya penguatan Vietnam
dengan bantuan India, dan Filipina oleh
Jepang. Jepang dan India akan dipandang
sebagai sekutu potensial bagi kekuatankekuatan menengah yang juga penting
dalam mengimbangi kekuatan Tiongkok.

Misalnya dengan India, Deklarasi Kemitraan


Strategis RI India telah ditandatangani
oleh kedua Kepala Negara pada tahun
2005 dengan salah satu prioritas di bidang
pertahanan dan keamanan. Demikian pula
dengan Tiongkok, Indonesian dan Tiongkok
sejak 2005 telah mendeklarasikan kemitraan
strategis, yang di dalamnya termasuk
kerjasama maritim dan pertahanan. Menjadi
penting bagi Indonesia untuk memanfaatkan
peluang yang lahir dari perubahan
perimbangan kekuatan tanpa merusak
kemitraan strategis yang telah terbangun
sebelumnya.
Indonesia
membangun
kekuatan maritim tidak diarahkan untuk
membendung kekuatan Tiongkok melainkan
semata demi menjaga kedaulatan dan
kekayaan maritimnya, serta sebagai bentuk
tanggungjawab dalam menjaga keselamatan
dan keamanan maritim.

Penutup

Perluasan peran militer Jepang akan


menyebabkan
perubahan
perimbangan
kekuatan di kawasan Asia Pasifik. Dengan
kekuatan militer yang lebih aktif, Jepang
akan memiliki kekuatan tawar yang lebih
besar dalam mengelola persoalan keamanan
di kawasan. Pembagian beban yang lebih
besar di antara Jepang dan AS dalam
kerangka pakta pertahanannya juga akan
mengokohkan pengaruh AS di kawasan.
Sementara itu, India sebagai kekuatan
besar lainnya di kawasan berpotensi untuk
terlibat lebih aktif bersama-sama AS dan
Jepang dalam mengimbangi kekuatan
Tiongkok. Sedangkan Tiongkok, dihadapkan
pada perubahan ini akan terpaksa
memperhitungkan kembali posisinya dalam
mengelola berbagai persoalan di kawasan.
Perkembangan ini penting untuk
dicermati oleh Indonesia. Indonesia melalui
Doktrin Poros Maritim telah menyatakan
komitmennya untuk meningkatkan kekuatan
maritim dalam rangka turut menjaga
keamanan dan keselamatan navigasi di jalurjalur pelayaran internasional. Perubahan
perimbangan kekuatan dapat melahirkan
peluang bagi Indonesia. Komitmen negaranegara besar di kawasan untuk membantu
peningkatan kapasitas kekuatan regional
perlu
dimanfaatkan
oleh
Indonesia.
Parlemen
dapat
mempertimbangkan
untuk meminta pemerintah meningkatkan
kerjasama dengan negara-negara sahabat
dalam rangka peningkatan kekuatan maritim
Indonesia.
Indonesia pada dasarnya sudah
memiliki landasan kerja sama dengan
kekuatan-kekuatan
utama
tersebut.

Referensi

"Indias Act East Policy balancing China


in the region: Thinktank", http://
indianexpress.com/article/india/indiaothers/indias-act-east-policy-balancingchina-in-the-region-thinktank/, diakses
tanggal 18 September 2015.
"Kabinet Jepang setujui aturan baru
ekspansi
militer",
http://www.
antaranews.com/berita/496198/
kabinet-jepang-setujui-aturan-baruekspansi-militer?utm_source=related_
news&utm_medium=related&utm_
campaign=news, diakses tanggal 18
September 2015.
"Military Balance 2015 Press Statement",
https://www.iiss.org/en/about%20
us/press%20room/press%20releases/
press%20releases/archive/2015-4fe9/
february-0592/military-balance-2015press-statement-40a1, diakses tanggal 18
September 2015.
Rupakjyoti Borah, "Japans Controversial
Security Bill Pass in the Upper House.
Now
What?",
http://thediplomat.
com/2015/09/japans-controversialsecurity-bills-pass-in-the-upperhouse-now-what/, diakses tanggal 18
September 2015.
"UU Keamanan Direvisi, Militer Jepang
kembali Agresif?", http://news.
liputan6.com/read/2274599/uukeamanan-direvisi-militer-jepangkembali-agresif, diakses tanggal 18
September 2015.
-8-

KESEJAHTERAAN SOSIAL

Vol. VII, No. 18/II/P3DI/September/2015

Kajian Singkat terhadap Isu Aktual dan Strategis

KEBIJAKAN KESEHATAN DALAM


PENGENDALIAN DAMPAK KARHUTLA
Rahmi Yuningsih*)

Abstrak
Kebakaran hutan dan lahan (karhutla) yang terjadi setiap tahun di sejumlah daerah
menyisakan kabut asap yang berdampak buruk bagi kesehatan masyarakat terutama
kelompok berisiko seperti ibu hamil, balita, anak-anak dan lansia. Kabut asap
mengandung komponen partikel halus dan berbagai gas seperti nitrogen dioksida, sulfur
dioksida, karbon monoksida, dan ozon. Dalam batasan tertentu, apabila komponen
tersebut terhirup, dapat menyebabkan berbagai penyakit saluran pernapasan hingga
menelan korban jiwa. Ketika bencana kabut asap kembali terjadi, pemerintah ternyata
belum menggerakkan sistem kesehatan secara optimal sehingga penanganannya kerap
lebih bersifat reaktif daripada pengoptimalan upaya promotif dan preventif terlebih
dahulu.

Pendahuluan

Provinsi Riau menetapkan status siaga darurat


hingga 31 September 2015. Sejak Februari
2015, Pemerintah Provinsi Sumatera Selatan
menetapkan status siaga bencana kebakaran
hutan dan lahan dan meningkatkan status
menjadi siaga darurat pada September 2015.
Di Jambi, status siaga darurat ditetapkan pada
akhir Agustus 2015. Status yang sama terjadi
di provinsi lain seperti Kalimantan Selatan,
Kalimantan Barat dan Kalimantan Tengah.
Peristiwa kebakaran hutan dan lahan
menyebabkan
peningkatan
permasalahan
kesehatan masyarakat terutama kelompok
berisiko, yaitu ibu hamil, balita, anak-anak dan
orang lanjut usia yang memiliki kekebalan tubuh
rendah. Bahkan, peristiwa kebakaran hutan
dan lahan tidak jarang mengakibatkan korban
jiwa. Berdasarkan data Kementerian Kesehatan
(Kemenkes), BPBD, dan Dinas Kesehatan

Kebakaran hutan dan lahan seperti sudah


menjadi tradisi tahunan di Indonesia, baik
yang diakibatkan oleh oknum tertentu maupun
karena faktor alam. Hingga bulan September
2015, kebakaran hutan dan lahan terutama di
Provinsi Riau mencapai 2.643 ha. Sementara
itu, di Jambi 2.217 ha, Kalimantan Tengah
1.220 ha, Jawa Barat 1.029 ha, Kalimantan
Barat 995 ha, Sumatera Selatan 476 ha, dan
Sumatera Utara 146 ha. Total titik panas pada
bulan Agustus sebanyak 1.333 dan hingga awal
September titik panas tersebut tercatat 1.130.
Asap dari kebakaran hutan dan lahan di
wilayah Sumatera dan Kalimantan pada tahun
ini telah menimbulkan dampak terburuk.
Hal ini menyebabkan Pemerintah Daerah
setempat terpaksa menetapkan status bencana
dan
status
kegawatdaruratan
kesehatan
masyarakat. Pada 1 Juni 2015, Pemerintah

*) Peneliti Muda Kesehatan Masyarakat, pada Bidang Kesejahteraan Sosial, Pusat Pengkajian Pengolahan Data dan Informasi (P3DI),
Sekretariat Jenderal DPR RI. E-mail: rahmi.yuningsih@yahoo.com.
Info Singkat
2009, Pusat Pengkajian, Pengolahan Data dan Informasi (P3DI)
Sekretariat Jenderal DPR RI
www.dpr.go.id
ISSN 2088-2351

-9-

sepanjang peristiwa kabut asap selama tahun


2015, korban Infeksi Saluran Pernapasan
Akut (ISPA) di Riau mencapai 25.834 orang,
Sumatera Selatan sebanyak 22.500 orang,
Jambi 6.621 orang dengan satu orang balita
meninggal, Kalimantan Tengah 6.764 orang
dan Kalimantan Selatan 6.750 orang. Khusus
di Riau, jumlah penderita pneumonia sebanyak
290 orang, asma 296 orang, iritasi mata 485
orang dan iritasi kulit 903 orang. Dalam sepekan
sejak 7 September 2015, Dinas Kesehatan
Kota Pekanbaru mencatat 2.000 penderita
ISPA sehingga menetapkan situasi ini sebagai
Kejadian Luar Biasa (KLB).
Berdasarkan data di atas, kebakaran
hutan dan lahan tidak bisa dipandang remeh.
Ironisnya, meskipun musibah kebakaran hutan
dan lahan terjadi setiap tahun, pemerintah
masih kesulitan menghindarkan masyarakat dari

gangguan kesehatan. Apa yang menyebabkan


terkendalanya penanganan dampak buruk kabut
asap bagi kesehatan masyarakat? Kebijakan apa
yang diambil pemerintah dalam mengendalikan
dampak buruk kabut asap terhadap kesehatan
masyarakat?

Dampak Buruk Kabut Asap bagi


Kesehatan Masyarakat

Saat ini, pemerintah menggunakan


standar kualitas udara untuk menentukan
besar kecilnya pencemaran udara akibat kabut
asap dengan acuan ISPU. ISPU ditetapkan
berdasarkan lima pencemar utama, yaitu
partikel halus berukuran 10 mikrogram (PM10)
ke bawah, gas sulfur dioksida (SO2), karbon
monoksida (CO), ozon (O3), dan nitrogen
dioksida (NO2). Kategori ISPU dapat dilihat
pada Tabel 1 berikut ini.

Tabel 1. Indeks Standar Pencemaran Udara


ISPU

Kategori

Dampak Kesehatan

Tindakan Pengamanan

> 400

Sangat
berbahaya

Berbahaya bagi semua orang terutama


balita, ibu hamil, orang tua, dan
penderita gangguan pernapasan

semua harus tinggal di rumah dan tutup pintu serta


jendela
segera dilakukan evakuasi selektif bagi orang
berisiko ke tempat / ruang bebas pencemaran udara

300-399

Berbahaya

bagi penderita suatu penyakit,


gejalanya akan semakin serius
orang sehat merasa mudah lelah

penderita penyakit ditempatkan pada ruang bebas


pencemaran udara
aktifitas kantor dan sekolah harus menggunakan AC
atau air purifier

Pada penderita ISPA, pneumonia, dan


jantung maka gejalanya akan semakin
meningkat

aktifitas di luar rumah harus dibatasi


perlu dipersiapkan ruang khusus untuk perawatan
penderita ISPA / pneumonia berat di puskesmas dan
rumah sakit
aktifitas bagi penderita jantung dikurangi

200-299

Sangat
tidak sehat

101-199

Tidak sehat

51-100

Sedang

dapat menimbulkan gejala iritasi


pada saluran pernapasan
bagi penderita penyakit jantung,
gejalanya akan semakin berat
-

menggunakan masker / penutup hidung bila


melakukan aktifitas di luar rumah
aktifitas fisik bagi penderita jantung harus dikurangi
-

< 50
Baik
Sumber: Keputusan Menteri Kesehatan Nomor 289/Menkes/SK/III/2003 tentang Prosedur Pengendalian Dampak
Pencemaran Udara Akibat Kebakaran hutan terhadap Kesehatan.

Menurut data Kemenkes, Indeks Standar


Pencemar Udara (ISPU) pada Agustus hingga
September 2015 di Kota Palangkaraya berkisar
antara 109-125, di Kota Pekanbaru mencapai 172
dan di Kota Palembang mencapai 412. Dengan
angka ISPU tersebut, kualitas udara di tiga kota
tersebut termasuk dalam kategori tidak sehat.
Kondisi
ini
tentunya
sangat
memprihatinkan, mengingat dampak
pencemaran udara yang sangat berbahaya bagi
manusia, baik dalam jangka pendek maupun
jangka panjang. Adapun dampak masing-masing
pencemar udara tersebut terhadap kesehatan
tercantum dalam Tabel 2 di bawah ini.
- 10 -

Kebijakan Pengendalian Dampak Buruk


Asap terhadap Kesehatan

WHO
telah
menerbitkan
Health
Guidelines for Episodic Vegetation Fire
Events yang didesain untuk meningkatkan
kewaspadaan dan sebagai kerangka kerja bagi
pemerintah dalam penyusunan rencana aksi
nasional. Rencana aksi harus diumumkan
kepada masyarakat sebelum ada asap.
Pemerintah bertugas mengembangkan prosedur
operasional, mempersiapkan tenaga kesehatan,
menyediakan sarana, prasarana, obat dan alat
kesehatan serta melakukan penyuluhan bagi
masyarakat dan lainnya. Dengan demikian

Tabel 2. Dampak Kesehatan Kandungan Kabut Asap


Parameter
PM10
SO2

Baku Mutu
(g/Nm3)

Dampak Kesehatan

150

dapat masuk ke saluran pernapasan bawah dan menempel di paru-paru

365

mengganggu paru-paru dan saluran pernapasan

CO

10.000

mengganggu distribusi oksigen dalam jaringan tubuh, nyeri dada, aritmia


jantung, sakit kepala, disorientasi dan keletihan

O3

235

mengganggu fungsi paru-paru, menyebabkan pembengkakan paru dan


keletihan

NO2

150

mengganggu fungsi paru-paru terutama pada penderita asma dan anakanak, menyebabkan bronkitis pada orang sehat dan menyebabkan
pneumonia.

Sumber: Keputusan Menteri Kesehatan Nomor 289/Menkes/SK/III/2003 tentang Prosedur Pengendalian


Dampak Pencemaran Udara Akibat Kebakaran hutan terhadap Kesehatan.

seluruh komponen sistem kesehatan digerakkan


secara optimal pada waktu prabencana, saat
bencana dan pascabencana. Namun demikian,
hingga saat ini belum terlihat adanya rencana
aksi yang tegas dalam menanggulangi dampak
kesehatan akibat asap.
Peran pemerintah pusat dan daerah
dalam menanggulangi dampak kabut asap
terhadap kesehatan masyarakat tertera dalam
Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2009 tentang
Kesehatan Pasal 82 UU tersebut misalnya,
menyebutkan bahwa pemerintah, pemerintah
daerah dan masyarakat bertanggung jawab
atas ketersediaan sumber daya, fasilitas dan
pelaksanaan pelayanan kesehatan secara
menyeluruh dan berkesinambungan pada
bencana. Tersedianya sumber daya dan
pelaksanaan pelayanan kesehatan pada saat
prabencana, saat bencana dan pascabencana.
Pasal 85 lebih jauh menegaskan bahwa dalam
keadaan darurat bencana, fasilitas pelayanan
kesehatan, baik pemerintah maupun swasta
wajib memberikan pelayanan kesehatan pada
bencana bagi penyelamatan nyawa pasien dan
pencegahan kecacatan. Fasilitas pelayanan
kesehatan dilarang menolak pasien dan/
atau meminta uang muka. Saat ini, upaya
penanggulangan penderita penyakit akibat
kebakaran hutan dan lahan masih berlangsung
secara reaktif. Penanggulangan seperti ini
mencakup
peringatan
agar
masyarakat
tidak keluar rumah, selalu memakai masker,
peningkatan perilaku hidup bersih dan
sehat, peningkatan fungsi satgas kesehatan,
pembukaan posko kesehatan dengan biaya
pengobatan grastis, dan pengaktifan puskesmas
selama 24 jam sehari dan 7 hari seminggu.
Selain itu, himbauan Kemenkes agar dilakukan
evakuasi apabila ISPU mencapai kategori sangat
berbahaya, belum dapat dilakukan sebagaimana
penanggulangan bencana lainnya sesuai dengan
Undang-Undang Nomor 24 Tahun 2007 tentang

Penanggulangan Bencana. Hal ini dikarenakan


tindakan evakuasi justru akan memperparah
kondisi penderita penyakit saluran pernapasan
sehingga diperlukan mekanisme yang aman
dalam tindakan evakuasi.
Padahal yang terpenting dalam upaya
penanggulangan ini adalah penggunaan sistem
kesehatan secara optimal agar dapat mengurangi
kerugian. Pada saat sebelum terjadinya
bencana, sistem kesehatan melalui subsistem
surveilans dapat digerakkan untuk menentukan
pola penyebaran penyakit ISPA dan penyakit
saluran pernapasan lainnya. Dengan pola
seperti ini, upaya penanggulangan selanjutnya
dapat dilakukan secara tepat sasaran dengan
memadukan upaya preventif dan promotif
pada saat sebelum bencana. Selanjutnya, upaya
penanggulangan dampak buruk asap dengan
menyelenggarakan fasilitas kesehatan baik
puskesmas maupun rumah sakit selama 24 jam
juga diperlukan guna mengatasi kemungkinan
meningkatnya jumlah penderita dan jumlah
kasus rujukan. Pembukaan posko kesehatan
menjadi pilihan kedua untuk mendekatkan
pelayanan
kesehatan
kepada
masyarakat
meskipun upaya ini tetap harus disesuaikan
dengan ketersediaan dan kapasitas tenaga
kesehatan di fasilitas kesehatan yang telah ada.
Selain
itu,
upaya
penanggulangan
lainnya adalah program mitigasi dan adaptasi.
Sayangnya, program tersebut belum memadai
meskipun Kemenkes telah mempunyai strategi
intervensi kesehatan berbasis risiko. Upaya
mitigasi
dilakukan
bersama
masyarakat,
perusahaan maupun penegak hukum untuk
mencegah kebakaran hutan dan lahan.
Bencana asap terjadi hampir setiap tahun.
Namun demikian, reaksi pemerintah khususnya
di sektor kesehatan baik pusat maupun daerah
belum begitu kuat. Akibatnya, sinergi antarlembaga dalam menghentikan kebakaran
hutan dan lahan pun selalu menjadi persoalan.
- 11 -

Upaya advokasi dapat dilakukan dengan alasan


asap membahayakan kesehatan masyarakat
serta mengurangi produktivitas manusia dan
ekonomi di wilayah terdampak. Adapun upaya
adaptasi selama ini seperti meliburkan sekolah
dan membagikan masker perlu lebih progresif
dan masif dilakukan. Masker yang dibagikan
sebaiknya bukan masker bedah pada umumnya
namun masker N95 atau yang memiliki
kemampuan filtrasi hingga 95 persen.
Selain itu, dalam merespons besarnya
peningkatan jumlah penderita penyakit ISPA
akibat bencana kabut asap dalam suatu periode
tertentu, Kepala Daerah Jambi, Kepala Daerah
Pekanbaru serta Dinas Kesehatan Palangkaraya
menetapkan status KLB. ISPA merupakan salah
satu penyakit menular melalui media droplet
atau partikel kecil yang keluar saat penderita
batuk. Jika kita merujuk pada Undang-Undang
Nomor 4 Tahun 1984 tentang Wabah Penyakit
Menular khususnya dalam peraturan turunan,
yaitu Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 1501/
menkes/Per/X/2010 tentang Jenis Penyakit
Menular Tertentu yang Dapat Menimbulkan
Wabah
dan
Upaya
Penanggulangannya,
semestinya pihak yang berwenang menetapkan
KLB di daerah adalah kepala dinas kesehatan
kabupaten/kota untuk wilayah kabupaten/
kota dan kepala dinas kesehatan provinsi
untuk jangkauan wilayah KLB yang meliputi
dua kabupaten/kota atau lebih. Kenyataannya,
masih banyak kepala daerah yang menetapkan
KLB. Hal ini dikarenakan akan lebih mudah
dalam mengkoordinasikan instansi-instansi
teknis di bawah perintah kepala daerah
dibandingkan di bawah perintah kepala dinas.
Oleh karena itu, diperlukan peraturan yang
jelas yang mengatur pihak yang berwenang
menetapkan status KLB guna mempercepat
penanganan KLB penyakit. Dalam peraturan
tersebut tidak disebutkan apakah batasan
wabah penyakit menular juga berlaku untuk
penyakit menular yang disebabkan oleh
bencana. Mengingat dalam UU wabah penyakit
menular peran sektor kesehatan sangat dominan
dalam penentuan dan penanganan KLB. Hal
lain, koordinasi penanganan bencana ada di
bawah instansi lain di luar sektor kesehatan,
sehingga dinas kesehatan akan mengalami
kesulitan dalam menggerakan sumber daya yang
dimilikinya.

Penutup

Dengan kandungan berbagai zat kimia,


dalam batasan tertentu asap berdampak buruk
bagi kesehatan masyarakat sehingga menjadi

kewajiban pemerintah pusat dan daerah


untuk melindungi masyarakat dari paparan
asap. Dengan fungsi legislasinya, DPR dapat
melakukan revisi terhadap Undang-Undang
Nomor 4 Tahun 1984 tentang Wabah Penyakit
Menular. Hal ini dikarenakan ketika bencana
kabut asap tiba, pemerintah daerah kerap
menetapkan status KLB dalam merespons
besarnya
peningkatan
jumlah
penderita
penyakit akibat bencana. Padahal UU tersebut
tidak mengatur KLB yang disebabkan oleh
bencana dan terdapat kekeliruan dalam hal
pihak yang berwenang menetapkan KLB.
Sementara itu, dengan fungsi pengawasannya,
DPR harus memperkuat pengawasan terhadap
upaya
pemerintah
dalam
menggerakkan
seluruh komponen sistem kesehatan dalam
penanggulangan dampak buruk asap terhadap
kesehatan masyarakat.

Referensi

Bencana Asap: Negara Tidak Lindungi


Kesehatan
Masyarakat,
Kompas,
7
September 2015.
Dampak pada Kesehatan, Kompas, 14
September 2015.
Korban Asap Berjatuhan, Republika, 8
September 2015.
Menkes Instruksikan Semua RS Antisipasi
Dampak Kabut Asap, Suara Pembaruan, 9
September 2015.
Pengidap ISPA Capai Rekor, Republika, 17
September 2015.
Penyakit Akibat Asap Kebakaran Hutan:
Ancaman yang Terus Berulang, Kompas, 9
September 2015.
Penyakit Terdampak Asap: Udara Kian
Tercemar, Warga Dievakuasi, Kompas, 12
September 2015.
Persediaan Masker Diperkirakan Mencukupi
Dua Pekan ke Depan, Republika, 8
September 2015.
Riau Darurat Pencemaran Udara, Kompas, 15
September 2015.
Soal Bencana Asap, Profesor Kesehatan
Masyarakat Sentil Pemerintah, http://
health.detik.com/read/2015/09/17/144629
/3021634/763/soal-bencana-asap-profesorkesehatan-masyarakat-sentil-pemerintah,
diakses tanggal 17 September 2015.
Tidak Ada Lagi Tempat untuk Sembunyi,
Kompas, 14 September 2015.
Upaya Pemadaman Tak Efektif: Akibat Kabut
Asap, Penderita Infeksi Saluran Pernapasan
Akut Bertambah, Kompas, 18 September
2015.

- 12 -

Vol. VII, No. 18/II/P3DI/September/2015

EKONOMI DAN KEBIJAKAN PUBLIK

Kajian Singkat terhadap Isu Aktual dan Strategis

KEBIJAKAN PENGUATAN
INDUSTRI DALAM NEGERI
Niken Paramita Purwanto*)

Abstrak
Pemerintah telah meluncurkan program penyelamatan ekonomi tahap I. Saat ini 31
deregulasi peraturan dari total keseluruhan 134 daftar peraturan yang termasuk dalam
paket kebijakan ekonomi untuk memperbaiki kinerja perekonomian nasional telah selesai
dibahas. Kebijakan ini diharapkan menjadi salah satu solusi untuk meningkatkan daya
saing industri dan mendorong masuknya investasi sehingga lebih mampu menggerakkan
perekonomian. Sinyal positif membaiknya industri dalam negeri juga telah ditunjukkan
dengan meningkatnya impor bahan baku/penolong. Dengan dukungan belanja pemerintah,
baik belanja aparatur ataupun belanja modal yang biasanya meningkat di semester kedua,
deregulasi peraturan sebagai bagian penting program penyelamatan ini diharapkan menjadi
salah satu jalan keluar bagi penguatan industri dalam negeri yang saat ini tengah mengalami
tekanan berat.

Pendahuluan

Pada tahun 2015 ini, perekonomian


Indonesia menghadapi tekanan yang
sangat berat, baik dari domestik maupun
dari luar negeri. Dari dalam negeri,
terjadinya perlambatan di sektor konsumsi
turut berpengaruh pada perlambatan
pertumbuhan ekonomi. Sementara dari
luar negeri, kondisi perekonomian global
yang mengalami ketidakpastian, antara
lain melemahnya harga komoditas dan
melemahnya ekonomi China, menjadi faktor
yang paling berpengaruh terhadap ekonomi
Indonesia. Setiap perekonomian China
turun satu persen, pertumbuhan ekonomi
Indonesia akan tergerus sebesar 0,6 persen.
Tren pelemahan rupiah juga turut
mendorong tekanan terhadap industri dalam

negeri. Nilai tukar rupiah bahkan mencapai


ke titik terlemah sebesar Rp14.489/dolar AS
pada Agustus - September 2015. Pelemahan
nilai tukar ini sangat berpengaruh terhadap
industri dalam negeri, dimana bahan baku
yang digunakan oleh industri masih banyak
yang berasal dari impor. Sektor industri yang
paling terkena dampak dari pelemahan kurs
rupiah adalah sektor otomotif karena sektor
ini masih sangat mengandalkan komponen
impor selama ini. Sektor yang juga sangat
terpengaruh pelemahan rupiah adalah
industri elektronik, industri tekstil, dan
garmen.
Pentingnya sektor industri dapat
terlihat dari data realisasi investasi pada
triwulan II 2015 sebesar Rp124,6 triliun.

*) Peneliti Muda Kebijakan Publik pada Bidang Ekonomi dan Kebijakan Publik, Pusat Pengkajian Pengolahan Data dan Informasi
(P3DI), Sekretariat Jenderal DPR RI. Email: paramita.niken@yahoo.co.id.
Info Singkat
2009, Pusat Pengkajian, Pengolahan Data dan Informasi (P3DI)
Sekretariat Jenderal DPR RI
www.dpr.go.id
ISSN 2088-2351

- 13 -


Gambar 1. Perkembangan Realisasi Penanaman Modal Triwulan II Tahun 2015

Sumber: Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM), 2015


Keterangan:
PMDN : penanaman modal dalam negeri
*) Target Penanaman Modal 2015 Renstra BKPM 2015 2019
PMA : penanaman modal asing
**) Capaian Januari-Juni 2015 terhadap target 2015

Lima besar sektor usaha realisasi PMDN,


yakni industri makanan sebesar Rp8 triliun;
industri kimia dasar, barang kimia dan
farmasi sebesar Rp7 triliun; listrik, gas
dan air sebesar Rp5,4 triliun; perumahan,
kawasan industri, dan perkantoran sebesar
Rp4,3 triliun; serta industri logam dasar,
barang logam, mesin dan elektronik sebesar
Rp3,3 triliun. Sementara lima besar sektor
usaha PMA yakni transportasi, gudang dan
telekomunikasi sebesar 2,2 miliar dolar AS;
pertambangan 1 miliar dolar AS; konstruksi
0,6 miliar dolar AS; industri logam dasar,
barang logam, mesin dan elektronik 0,6
miliar dolar AS; serta industri mineral
nonlogam 0,5 miliar dolar AS. Lebih
lengkapnya dapat dilihat pada Gambar 1.
Pada tanggal 9 September 2015, untuk
memperbaiki kinerja ekonomi, Presiden
Joko Widodo telah mengumumkan paket
kebijakan penyelamatan ekonomi tahap
I yang akan berfokus pada meningkatkan
daya saing industri, mempercepat proyekproyek strategis nasional, dan mendorong
investasi di sektor properti. Khusus untuk
peningkatan daya saing industri, pemerintah
akan melakukan deregulasi terhadap 89
peraturan yang sifatnya menghambat daya
saing industri, sehingga diharapkan akan
menghilangkan tumpang-tindih aturan dan
duplikasi kebijakan.
Sebagai tidak-lanjut atas pengumuman
paket kebijakan penyelamatan ekonomi
tahap I tersebut, saat ini pemerintah
telah menyelesaikan pembahasan atas 31
deregulasi peraturan dari total keseluruhan
134 daftar peraturan yang termasuk
dalam paket kebijakan ekonomi untuk
memperbaiki
kinerja
perekonomian

nasional. Deregulasi peraturan yang telah


selesai pembahasan tersebut, meliputi satu
Instruksi Presiden (Inpres), tiga Peraturan
Presiden (Perpres), delapan Peraturan
Pemerintah (PP), 17 Peraturan Menteri
(Permen) dari berbagai kementerian serta
dua peraturan lainnya.

Kondisi Industri Dalam Negeri

Memburuknya
perekonomian
Indonesia akhir-akhir ini telah diikuti
gelombang pemutusan hubungan kerja
(PHK). Tercatat per Juli 2015, terdapat
11.350 pekerja yang harus menjadi
pengangguran. Data tersebut diperoleh dari
lima provinsi yang melapor, meliputi Jawa
Barat, Jawa Tengah, Jawa Timur, Banten,
dan Kalimantan Timur. Di industri tekstil
sudah terdapat beberapa pabrik tutup, yang
berakibat PHK lebih dari 36 ribu orang.
Memburuknya industri Indonesia
juga tercermin dari penurunan, baik di sisi
impor maupun ekspor. Neraca perdagangan
Indonesia memang mengalami surplus di
bulan Juli 2015 sebesar 1,33 miliar dolar
AS. Namun demikian, kinerja ekspor
maupun impor mengalami penurunan.
Sampai dengan semester I 2015, impor
Indonesia hanya mencapai 10,08 miliar
dolar AS atau turun sebesar 28,44 persen
dibandingkan Juli 2014. Sementara ekspor
hanya mencapai 11,41 miliar dolar AS atau
mengalami penurunan sebesar 19,23 persen
dari tahun lalu.
Investasi sebagai pendorong sektor
industri juga masih mengalami kendala.
Hal ini tercermin dari indeks kemudahan
berusaha Indonesia yang masih belum
begitu baik. Berdasarkan data Bank Dunia
- 14 -

Tabel 1. Perbandingan Kinerja Sejumlah Indikator Daya Saing


Doing Business
2014/2015
Peringkat

Doing Business
2013/2014
Peringkat

Ease of Doing Business Rank

114

117

Starting a Business

155

158

153

150

Registering Property

117

112

Getting Credit

71

67

Kemudahan Berusaha

Dealing
Permits

with

Construction

Protecting Minority Investors

43

43

Paying Taxes

160

158

Trading Across Border

62

61

Enforcing Contracts

172

171

Resolving Insolvency

75

71

Getting electricity

78

101

Sumber: World Bank Group, http://www.doingbusiness.org/rankings, 2015

tahun 2015, daya saing Indonesia untuk


berusaha sangat buruk. Indeks kemudahan
dalam berusaha menunjukkan Indonesia
berada di peringkat 114 dari 189 negara yang
di survei. Posisi Indonesia jauh berada di
bawah negara tetangga di ASEAN, di mana
Singapura berada di peringkat 1, Malaysia
(18), Thailand (26), Vietnam (78), bahkan
Philipina (95). Indikator kinerja Daya Saing
Indonesia dapat dilihat pada Tabel 1.

adalah penghilangan pemeriksaan ganda


(ekspor CPO, produk pertambangan hasil
pengolahan, dan pemurnian).
Sedangkan di bidang impor, deregulasi
dilakukan dengan menghapus kewajiban
LS pada impor (besi/baja dan BPO),
rekomendasi (produk kehutanan, gula, TPT,
STPP, besi/baja, barang berbasis sistem
pendingin, beras, hortikultura, TPT batik
dan motif batik, barang modal bukan baru,
mesin multifungsi berwarna, dan garam
industri), serta penyederhanaan persyaratan
(TPT, cengkeh, dan mutiara).
Terkait
dengan
deregulasi
impor garam industri adalah dengan
penyederhanaan
birokrasi
seperti
penghapusan Importir Produsen (IP),
status Importir Terdaftar (IT), dan hanya
menggunakan Angka Pengenal Importir
Produsen (APIP). Meskipun tidak lagi harus
mengantongi rekomendasi dari Kementerian
Perindustrian (Kemenperin), penetapan
kuota impor garam harus ditetapkan
dalam rapat koordinasi terbatas (rakortas)
bidang ekonomi, dengan menambahkan
Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP)
yang sebelumnya tidak pernah dilibatkan
dalam impor garam industri. Selama ini,
rekomendasi impor barang berada di 20
kementerian dan lembaga. Izin impor
garam industri, salah satunya harus melalui
Kementerian Perindustrian. Selain itu,
peraturan pemerintah yang mengalami
perubahan adalah PP Nomor 32 tahun
2009 tentang Tempat Penimbunan Berikat

Kebijakan Deregulasi Sektor Industri

Deregulasi peraturan yang dilakukan


oleh pemerintah sejatinya bukan hanya
untuk memperbaiki kondisi nilai tukar
yang terus menurun. Kebijakan ini juga
diarahkan untuk meningkatkan daya
saing industri dan mendorong masuknya
investasi. Kemudahan-kemudahan aturan
yang diterapkan setidak-tidaknya ditujukan
dapat menarik minat investor, khususnya
investor asing sehingga dapat mendorong
produktivitas industri Indonesia.
Paket
deregulasi
Kementerian
Perdagangan meliputi sektor ekspor dan
impor untuk meningkatkan daya saing di
sektor industri yang mencakup pengadaan
impor bahan baku untuk keperluan industri
dan kelancaran arus barang serta membuka
peluang bisnis yang lebih luas. Deregulasi
di bidang ekspor yang akan dilakukan,
antara
lain,
penghapusan
kewajiban
verifikasi surveyor (LS) pada ekspor (kayu,
beras,
precursor
nonfarmasi,
migas,
dan bahan bakar lain). Juga diputuskan
- 15 -

yang diharapkan harga bahan baku dapat


lebih murah dan harga produksi menjadi
lebih rendah sehingga meningkatkan
produktivitas.
Secara umum, ekonomi nasional
sedang mengalami tekanan yang cukup
berat.
Namun
demikian,
terjadinya
peningkatan impor tehadap barang modal
atau bahan baku menjadi sinyal yang positif
bagi peningkatan pertumbuhan ekonomi
pada kuartal ketiga. Hal ini juga akan
didorong oleh belanja pemerintah, baik
dalam belanja aparatur ataupun belanja
modal yang biasanya meningkat di semester
kedua.
Kebijakan lain pemerintah untuk
menarik
investasi
adalah
dengan
memberikan fasilitas pajak, di antaranya
adalah memberikan pengurangan basis
pengenaan pajak (tax allowance) dan
pengurangan atau pembebasan pajak dalam
jangka waktu tertentu (tax holiday). Selain
bertujuan untuk meningkatkan investasi,
pemberian fasilitas pajak bertujuan untuk
menumbuhkan industri baru, transfer
teknologi,
mengurangi
pengangguran,
mengolah
sumber
daya
alam
dan
pemerataan ekonomi di daerah tertentu.
Di lain sisi, pemberian insentif pajak
berdampak mengurangi pendapatan negara
dari segi pajak penghasilan badan.

sebagai lembaga legislatif memiliki fungsi


melakukan pengawasan tehadap kinerja
pemerintah
dalam
menjalankan
dan
mengimplementasikan kebijakan terhadap
industri, khususnya terhadap berbagai
peraturan
perundang-undangan
yang
direvisi.

Referensi

Sejumlah Industri Bangkit: Meski Kondisi


Berat, Investasi Tetap Terjadi, Kompas,
17 September 2015.
Presiden Dorong Menteri Buat Terobosan,
Kompas, 17 September 2015.
Ekonomi China Melemah, Pukulan
Ganda Bagi Indonesia, dalam
http://economy.okezone.com/
read/2015/09/05/20/1208901/
ekonomi-China-melemah-pukulanganda-bagi-indonesia, diakses tanggal 17
September 2015.
Inilah Sektor Industri yang Terkena
Dampak Pelemahan Rupiah, dalam
http://www.ciputraentrepreneurship.
com/studi-kasus/inilah-sektor-industriyang-terkena-dampak-pelemahanrupiah, diakses tanggal 17 September
2015.
Presiden
Jokowi
Umumkan
Paket
Kebijakan Ekonomi Jilid I, dalam
http://www.cnnindonesia.com/
ekonomi/20150909182130-92-77720/
pre side n- j o ko w i- u mu mkan- p a ke t kebijakan-ekonomi-jilid-i/,
diakses
tanggal 19 September 2015.
Pemerintah Selesaikan 31 Deregulasi
Paket Kebijakan, dalam http://www.
antaranews.com/berita/518779/
pemerintah-selesaikan-31-deregulasipaket-kebijakan, diakses tanggal 19
September 2015.
Gelombang PHK Mulai Menghantam,
dalam
http://www.jpnn.com/
read/2015/08/11/319837/GelombangPHK-Mulai-Menghantam-,
diakses
tanggal 17 September 2015.
Gelombang PHK di Sektor Tekstil
Capai 36 Ribu Karyawan, dalam
http://economy.okezone.com/
read/2015/08/26/320/1202984/
gelombang-phk-di-sektor-tekstil-capai36-ribu-karyawan, diakses tanggal 17
September 2015.

Penutup

Menurunnya kinerja industri akibat


memburuknya perekonomian berimbas
pada menurunnya ekspor maupun impor
dan masih stagnannya tingkat Investasi.
Untuk memperbaiki kinerja perkenomian
yang berdampak pada industri tersebut,
pemerintah berupaya melakukan perbaikanperbaikan dengan melakukan kebijakan
deregulasi.
Meskipun demikian awal semester
II 2015 ini telah menunjukkan beberapa
sinyal positif yang mampu mendongkrak
perekonomian. Di semester II 2015 ini juga
menjadi kesempatan untuk memperbaiki
kinerja
ekonomi
mengingat
belanja
pemerintah, baik dalam belanja aparatur
ataupun belanja modal yang biasanya
meningkat di semester kedua dan menjadi
stimulus bagi jalannya roda perekonomian.
Dengan
demikian,
penguatan
industri dalam negeri diharapkan bisa
terus dikerek. Dalam kaitan ini, DPR
- 16 -

PEMERINTAHAN DALAM NEGERI

Vol. VII, No. 18/II/P3DI/September/2015

Kajian Singkat terhadap Isu Aktual dan Strategis

STRATEGI KOMUNIKASI
REFORMASI DPR
Handrini Ardiyantii*)

Abstrak
Reformasi DPR membutuhkan keberadaan dukungan strategi komunikasi yang
mencakup strategi komunikasi publik dan strategi komunikasi internal DPR. Strategi
komunikasi tersebut meliputi empat fase yaitu: fase formative research, strategy,
tactics dan evaluative research. Keempat fase tersebut dilakukan secara cepat dan
terus menerus sehingga diharapkan dapat mencapai sasaran yang telah ditetapkan.

Pengantar

Upaya mewujudkan keberadaan alunalun demokrasi sesungguhnya merupakan


upaya DPR untuk penguatan sistem
kedewanan yang ditujukan untuk menguatkan
fungsi representasi DPR. Sementara itu
perpustakaan, museum DPR, visitor center
dan Badan Keahlian DPR merupakan
salah satu bentuk upaya penguatan sistem
pendukung. Sedangkan keberadaan ruang
anggota dan tim pendukung yang lebih
memadai serta integrasi kawasan merupakan
salah satu bagian dari upaya mewujudkan
kemandirian legislatif. Integrasi kawasan yang
dimaksud adalah pengintegrasian kantor DPR,
MPR dan DPR yang diharapkan menjadi ikon
baru di ibukota negara.
Namun demikian, sejauh ini lemahnya
strategi komunikasi telah menyebabkan
kurang diterimanya gagasan reformasi
DPR secara utuh. Pusat Studi Hukum dan
Kebijakan (PSHK) Indonesia misalnya
menulis dalam blog-nya bahwa dari laporan

Tujuh proyek DPR menjadi isu hangat


pemberitaan media dan trending topic
media sosial. Padahal dalam draft dokumen
Kerangka Kerja Tim Implementasi Reformasi
DPR 2014-2018, apa yang disebut media
sebagai 7 proyek DPR itu adalah jabaran
dari agenda reformasi DPR. Tujuh hal yang
menjadi sorotan media adalah: alun-alun
demokrasi, perpustakaan DPR, museum DPR,
visitor center, Badan Keahlian DPR, ruang
anggota dan tim pendukung serta integrasi
kawasan.
Padahal isu yang lebih mendasar
sebenarnya, tiga agenda reformasi DPR
itu. Tiga agenda reformasi DPR meliputi:
pertama, penguatan sistem kedewanan
yang ditujukan untuk menguatkan fungsi
representasi DPR RI. Kedua, penguatan
sistem pendukung, yaitu perbaikan dan
penerapan tata kelola (good governace) sistem
pendukung. Ketiga, kemandirian legislatif
termasuk didalamnya yuridiksi kawasan.

*) Peneliti Muda Komunikasi, pada Bidang Politik Dalam Negeri, Pusat Pengkajian Pengolahan Data dan Informasi (P3DI),
Sekretariat Jenderal DPR RI. Email:handrini.ardiyanti@dpr.go.id.
Info Singkat
2009, Pusat Pengkajian, Pengolahan Data dan Informasi (P3DI)
Sekretariat Jenderal DPR RI
www.dpr.go.id
ISSN 2088-2351

- 17 -

tim bisa diketahui bahwa program reformasi


DPR menitikberatkan pada pembangunan
fisik. Dari berbagai media juga dapat
diketahui bahwa gagasan reformasi DPR
tidak dipahami secara utuh sehingga
menimbulkan kesan bahwa reformasi DPR
hanya berkutat pada 7 agenda proyek fisik.
Pertanyaannya berikutnya adalah bagaimana
strategi komunikasi yang seharusnya
dilakukan?

situasi persoalan yang mirip. Hal lain yang


dilakukan pada tahap analisa situasi adalah
risk management yaitu mengidentifikasi,
mengendalikan dampak dari kejadian
yang tidak terduga. Selain manajemen
isu dan risk management hal penting
lainnya yang perlu dilakukan adalah crisis
management. Dengan adanya perencanaan
crisis management, DPR dapat langsung
mengetahui proses yang harus dilakukan
ketika menghadapi isu-isu yang lepas
kendali.
Langkah kedua adalah menganalisa
organisasi. Analisa organisasi memfokuskan
diri pada tiga aspek yaitu: aspek lingkungan
internal, persepsi publik dan lingkungan
eksternal.
Langkah ketiga dalam formative
research adalah analisa publik. Analisa
publik tidak hanya menganalisa bagaimana
pendapat publik, melainkan menganalisa
siapa saja yang dapat dijadikan publik kunci,
publik perantara dan pemimpin opini.
Publik kunci adalah orang-orang yang ingin
kita libatkan dalam komunikasi. Publik
perantara adalah perantara atau orang yang
dapat menjembatani dan yang berpengaruh.
Sementara pemimpin opini adalah seorang
role model yang berpengaruh, dihormati dan
dipercaya oleh publik.
Fase kedua adalah menetapkan
strategy.
Strategi
komunikasi
yang
digunakan meliputi menetapkan tujuan
objektif, menetapkan isu, menetapkan
rencana kerja yang meliputi program
komunikasi yang diimplementasikan hingga
anggaran yang dibutuhkan.
Fase ketiga adalah tactics komunikasi.
Dalam komunikasi kita mengenal ada tiga
model yaitu model informasi, model persuasi
dan model dialog. Taktik komunikasi
yang dapat digunakan DPR adalah model
dialog. Model dialog cocok digunakan
untuk DPR karena diharapkan dapat
menghasilkan dua praktek manajemen
sekaligus yaitu membangun kesepakatan
dan menyelesaikan konflik.
Fase
keempat
dalam
strategi
komunikasi adalah evaluative research.
Evaluasi terhadap strategi komunikasi DPR
tidak mutlak berupa evaluasi yang detail
melainkan evaluasi yang cepat dan ringkas
sehingga dapat diketahui pengembangan
strategi dan taktik berikutnya yang dapat
dilakukan.

Strategi Komunikasi Reformasi DPR

Setidak-tidaknya ada dua prasyarat


utama
yang harus dipenuhi dalam
strategi komunikasi DPR yaitu pertama,
kegiatan
komunikasi
yang
dilakukan
untuk mengetahui pendapat publik serta
untuk memelihara reputasi DPR sehingga
dapat tercipta pemahaman, dukungan
publik seperti yang diharapkan oleh
DPR. Kedua, strategi komunikasi yang
diterapkan bercirikan aktivitas kehumasan
yang terorganisir dan diharapkan mampu
mempengaruhi pendapat publik kearah yang
lebih positif bagi setiap organisasi.(Joseph
Straubar dan Robert Larose, 2002 : 351)
Ronald D. Smith dalam Strategic
Planning
for
Public
Relations
memformulasikan setidak-tidaknya ada
empat fase yang harus dilakukan yaitu: fase
formative research, strategy, tactics dan
evaluative research.
Fase pertama adalah fase formative
research, mensyaratkan ada tiga langkah
yang harus dilakukan yaitu menganalisa
situasi,
menganalisa
organisasi
dan
menganalisa publik.
Langkah pertama pada fase formative
research ini adalah analisa situasi. Caranya?
DPR harus mengidentifikasi secara teliti
dan tepat situasi yang dihadapi oleh DPR.
Dua hal utama yang diidentifikasi adalah
peluang (opportunity) dan hambatan
(obstacle). Dengan identifikasi yang teliti
maka dapat ditentukan manajemen isu
yang tepat. Manajemen isu yang tepat dapat
membantu DPR untuk mengantisipasi
dengan cepat berbagai isu yang muncul
sebelum isu itu berkembang diluar kendali.
Pada tahap analisa situasi ini DPR dapat
mengukur pilihan-pilihan yang dapat
dilakukan untuk mengatasi masalah dengan
mengunakan pendekatan benchmaking.
Benchmaking
adalah
upaya
meneliti
bagaimana cara organisasi lain mengatasi
- 18 -

Analisis Situasi dan Taktik

dan perpustakaan DPR misalnya harus


benar-benar dilihat dari kacamata publik.
Sebelum mengajukan anggaran untuk
pengembangannya misalnya, publik harus
terlebih dahulu merasakan kemanfaatan
dari kedua fasilitas tersebut. Sebagai contoh,
secara prinsip museum dan perpustakaan
DPR dapat dikunjungi oleh publik.
Namun demikian, masih banyak yang
belum mengetahui bahwa mereka dapat
mengunjungi dan memafaatkannya. Karena
itu, sosialisasi tentang manfaat publik atas
berbagai fasilitas publik yang berada di DPR
dapat dilakukan dengan membuat feature
tentang pemanfaatan tersebut, yang dimuat
di berbagai media baik melalui blocking
media maupun memanfaatkan berbagai
saluran media sosial yang dimiliki DPR.
Dengan merasakan kemanfaatannya sikap
publik yang pada awalnya menolak dapat
ditingkatkan menjadi memahami akan
arti penting pengembangan museum dan
perpustakaan DPR.
Tantangan komunikasi kedua yang
dihadapi DPR adalah tantangan komunikasi
internal. Ada dua bidang komunikasi
internal DPR yaitu yang berkaitan dengan
komunikasi internal DPR yaitu keanggotaan
dan jajaran sistem pendukung DPR
mencakup kelembagaan kesetjenan, staf ahli
dan unsur pendukung lainnya.
Tantangan komunikasi internal DPR
dalam ruang lingkup keanggotaan meliputi
berbagai hal yaitu sebagai berikut: pertama,
DPR sebagai lembaga politik memiliki
karakteristik yang berbeda dengan lembaga
negara lainnya. Kedua, setiap anggota DPR
RI berhak mengeluarkan pendapat, sehingga
menyebabkan sumber informasi yang
beragam. Ketiga, diakui atau tidak, kendali
kekuasaan parlemen tidak sepenuhnya
berada di senayan, melainkan juga ada pada
pimpinan parpol.
Karena
itu
PR
terbesar
Tim
Implementasi
Reformasi
DPR
adalah
melakukan konsolidasi secara menyeluruh,
baik dengan pimpinan parpol dan Alat
Kelengkapan Dewan (AKD) serta seluruh
anggota DPR.
Bentuk pertemuan yang sifatnya cair,
terbuka dalam suasana dialogis seperti coffee
morning misalnya antar- pimpinan DPR
dengan pimpinan fraksi, pimpinan AKD,
pimpinan parpol sangat diperlukan demi
mewujudkan kesepahaman bersama. Dalam

Dua tantangan komunikasi yang harus


dihadapi dan dikelola DPR yaitu tantangan
komunikasi publik dan tantangan komunikasi
internal DPR.
Tantangan
komunikasi
publik
dipengaruhi oleh media massa sebagai
jembatan antara DPR dengan publik.
Media yang tidak lagi bebas nilai dan sarat
dengan kepentingan politik dari pemiliknya
menghadirkan persoalan tersendiri. Selain
itu media kerap mencampuradukkan atau
menggeneralisasi citra pribadi dengan citra
kelembagaan DPR. Pemberitaan tentang DPR
cenderung negatif mengikuti sebuah adagium
bahwa bad news is a good news dan persepsi
negatif media massa dan masyarakat yang
terlanjur melekat pada DPR masih menjadi
kendala utama dari tantangan komunikasi
publik yang harus dihadapi DPR.
Adagium bad news is a good news
menghadirkan tantangan terbesar bagi peran
penentu strategi kehumasan DPR yang harus
mampu dengan cepat dan cermat mengetahui
isu lain yang dapat dijadikan lawan yang
sepadan. Bad news harus dilawan dengan
bad news. Pergumulan berita yang terjadi
saat ini diakui atau tidak, seolah-olah kerap
membuat pemerintah dan DPR menjadi
saling berhadapan. Isu kondisi perekonomian
Indonesia yang mengarah kepada situasi
krisis misalnya dapat dikatakan tertolong
oleh bad news baru isu tujuh proyek DPR.
Karena itu, pekerjaan rumah terbesar
bagi Tim Implementasi Reformasi DPR
yang berperan sebagai public relations
bagi kegiatan reformasi DPR adalah dengan
mengelola manajemen isu strategis, setelah
sebelumnya melakukan analisis situasi .
Tantangan komunikasi publik kedua
yang dihadapi DPR adalah berkaitan
dengan publik itu sendiri. Reformasi 1998
menyebabkan meningkatnya harapan dan
tuntutan publik kepada DPR. Publik juga
semakin kritis terhadap DPR. Berbagai
kritik rakyat itu dengan bebas dimunculkan
ke permukaan baik melalui media massa
mainstream maupun beragam media sosial
yang ada. Selain itu tuntutan untuk berdialog
dan transparansi terhadap DPR juga semakin
tinggi.
Tingginya ekspektasi publik ini harus
segera direspons dengan cepat oleh DPR.
Respons terbaik adalah memaksimalkan
pelayanan publik. Pengembangan museum
- 19 -

hal ini setiap anggota Tim Implementasi


Reformasi DPR dapat bertugas sebagai
instrumen public relations atau penghubung
dari Tim dengan pimpinan parpol.
Dalam upaya melakukan konsolidasi
kepada seluruh anggota DPR, maka dapat
digunakan teknologi informasi komunikasi
(TIK) yang mampu menjangkau seluruh
anggota DPR dalam menyosialisasikan
rencana dan aksi reformasi DPR berikut
tahapan perkembangan terbarunya. Berbagai
bentuk TIK yang dapat dimanfaatkan
misalnya untuk mengunggah dokumen dan
informasi yang detail dapat digunakan portal
khusus untuk reformasi DPR. Pemberitahuan
tentang telah diunggahnya dokumen tersebut
berikutnya dapat mengunakan fasilitas SMS
gateway. Dengan bauran pengunaan dua
metode ini, setidak-tidaknya setiap anggota
DPR memiliki informasi yang cukup dan
sama tentang reformasi DPR sehingga
dapat menjadi publik perantara bagi DPR
untuk menyampaikan informasi kepada
konstituennya maupun kepada media.
Selain itu dengan mengunakan portal dapat
menciptakan peluang komunikasi dua arah
berupa dialog tentang reformasi DPR.
Sementara itu, tantangan komunikasi
internal DPR dalam ruang lingkup sistem
pendukung DPR berkaitan dengan budaya
organisasi dan etos kerja serta belum
terbangunnya
arus
informasi
internal
yang secara sistematis. Tiga tantangan
komunikasi
internal
terkait
dengan
jajaran kesetjenan tersebut membutuhkan
komunikasi perubahan dan inovasi yang
diharapkan
dapat
mendorong
upaya
pembaharuan. Upaya pembaruan tersebut
misalnya mencakup iklim budaya organisasi,
penerapan teknologi informasi sebagai
medium baru dan perencanaan komunikasi
organisasi yang bertugas melakukan diagnosa
berbagai permasalahan dalam organisasi
dan melakukan manajemen perubahan
organisasi. Namun demikian, bahasan
tentang bagaimana strategi manajemen
perubahan organisasi dalam kesetjenan DPR
bagaimana pun harus diformulasikan secara
detail dan disepakati bersama.

agenda reformasi DPR. Kondisi tersebut


sesungguhnya membutuhkan komunikasi
yang proaktif dan cepat serta memenuhi
setidak-tidaknya
enam
prinsip
dasar
strategi yang wajib diterapkan dalam
manajemen krisis yaitu: principle of existing
relations
(memaksimalkan
pengelolaan
hubungan baik yang sudah ada), principle
of media-as-ally (menempatkan media
sebagai sekutu), principle of reputational
priorities
(memprioritaskan
reputasi),
principle of quick response (respons
yang cepat), principle of full disclosure
(mengungkapkan secara utuh), principle of
one voice (satu suara). Prinsip satu suara
tentunya
membutuhkan
kepemimpinan
yang kuat sebagai esensi utama dari strategi
komunikasi.
Terkait dengan upaya mewujudkan tiga
agenda reformasi DPR, hal yang terpenting
untuk terus dilakukan adalah digunakannya
strategi komunikasi yang lebih aktif dalam
pelaksanaannya dan pelayanan terhadap
publik, sehingga DPR akan memiliki
kredibilitas yang dipercaya oleh masyarakat.
Catatan
penting
lainnya
adalah
keempat fase dalam strategi komunikasi
DPR harus dilakukan secara cepat dan
terus menerus mengingat perkembangan
isu terkait DPR terjadi begitu cepat.Untuk
itu diperlukan terobosan yang mencakup
akses terbuka seluruh informasi bagi tim
yang khusus merumuskan manajemen isu
bagi DPR serta koordinasi langsung yang
menganut prinsip-prinsip komunikasi yaitu
kesetaraan dan kepastian.

Referensi

Dokumen Tim Implementasi Reformasi DPR.


Ronald D. Smith, Strategic Planning for
Public Relation, Laurence Erlbraum, New
Jersey, 2004.
Joseph Straubar dan Robert Larose, Media
Now: Communications Media in the
Information Society (Third Edition).
Belmont, CA: Wadsworth, 2002.
"Catatan Kritis terhadap Laporan Tim
Implementasi Reformasi DPR", http://
pshk.or.id/site/?q=id/content/
catatan-kritis-terhadap-laporan-timimplementasi-reformasi-dpr, diakses
tanggal 21 September 2015.

Penutup

Dalam tataran komunikasi, berbagai


situasi yang terjadi terkait dengan lembaga
DPR telah mencapai tahap krisis. Situasi
yang sama secara khusus terjadi dalam
- 20 -

Anda mungkin juga menyukai