Pembimbing :
dr. Harri Haryana, Sp.KFR
Disusun Oleh :
Rima Rahmadipta, S.Ked
J510155087
REFERAT
Rehabilitasi Medik pada Frozen Shoulder
, tanggal
September 2015
Pembimbing :
dr. Harri Haryana, Sp.KFR
()
()
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Frozen shoulder, atau juga sering disebut sebagai adhesive capsulitis,
merupakan suatu kelainan di mana terjadi inflamasi pada kapsul sendi bahu, yaitu
jaringan ikat disekitar sendi glenohumeral, sehingga sendi tersebut menjadi kaku
dan terjadi keterbatasan gerak dan nyeri yang kronis.
Adhesive capsulitis merupakan suatu kondisi yang sangat nyeri dan
melumpuhkan dan sering menyebabkan frustrasi besar bagi pasien dan perawatnya
karena pemulihannya yang lambat. Pergerakan bahu menjadi sangat terbatas.
Nyerinya biasanya terus-menerus, bertambah parah pada malam hari, atau saat
udara menjadi lebih dingin, dan akibat keterbatasan pergerakan sehingga membuat
melakukan kegiatan sehari-hari menjadi sulit.
Kondisi ini, dimana penyebabnya masih belum diketahui, dapat berlangsung
selama lima bulan hingga tiga tahun, dan pada beberapa kasus diduga disebabkan
oleh suatu trauma atau luka pada daerah tersebut. Diduga proses otoimun berperan,
yaitu tubuh menyerang jaringan sehat yang terdapat pada kapsul. Adanya
kekurangan cairan pada sendi juga menyebabkan keterbatasan gerak.
Selain kesulitan dalam melakukan tugas sehari-sehari, pasien dengan adhesive
capsulitis terkadang mengalami gangguan tidur akibat nyeri yang bertambah pada
malam hari. Kondisi ini dapat berlanjut menyebabkan depresi serta nyeri pada
leher dan punggung.
Faktor resiko dari frozen shoulder adalah diabetes, stroke, kecelakaan,
penyakit paru, kelainan jaringan ikat, dan penyakit jantung. Kondisi ini jarang
terjadi pada orang-orang dibawah usia 40 tahun.
Pengobatan mungkin menyakitkan dan berat dan terdiri dari terapi fisik,
pengobatan, terapi pijat, hydrodilatation atau operasi. Seorang dokter juga dapat
melakukan manipulasi di bawah anestesi, yang membuka perlekatan dan jaringan
parut pada sendi untuk membantu memulihkan gerak sendi. Nyeri dapata diatasi
dengan analgesic dan NSAID. Kondisi ini sering merupakan penyakit self-limiting,
dapat sembuh tanpa operasi tapi memerlukan waktu hingga dua tahun. Sebagian
besar penderita penyakit ini dapat mengembalika 90% dari kemampuan gerak
sendi bahu. Pasien dengan frozen shoulder dapat mengalami kesulitan bekerja dan
melakukan aktivitas sehari-hari untuk beberapa waktu.
1.2 Tujuan
Untuk mengetahui tentang frozen shoulder baik definisi, etiologi,
patofisiologi, serta penatalaksanaan yang tepat apabila mendapatkan pasien
dengan frozen shoulder.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Definisi
Frozen shoulder, atau adhesive capsulitis adalah suatu kelainan di mana terjadi
inflamasi pada kapsul sendi bahu, yaitu jaringan ikat disekitar sendi glenohumeral,
sehingga sendi tersebut menjadi kaku dan terjadi keterbatasan gerak dan nyeri yang
kronis.
2.2 Anatomi
Sendi pada bahu terdiri dari tiga tulang yaitu tulang klavikula, skapula, dan
humerus. Terdapat dua sendi yang sangat berperan pada pergerakan bahu yaitu
sendi akromiklavikular dan glenohumeral. Sendi glenohumeral lah yang berbentuk
ball-and-socket yang memungkinkan untuk terjadi ROM yang luas. Strukturstruktur yang membentuk bahu disebut juga sebgai rotator cuff. Tulang-tulang pada
bahu disatukan oleh otot, tendon, dan ligament. Tendon dan ligament membantu
member kekuatan dan stabilitas lebih. Otot-otot yang menjadi bagian dari rotator
cuff adalah m. supraspinatus, m. infraspinatus, m. teres minor, dan m.
subscapularis.
Otot-otot pada rotator cuff sangat penting pada pergerakan bahu dan menjaga
stabilitas sendi glenohumeral. Otot ini bermulai dari scapula dan menyambung ke
humerus membuat seperti cuff atau manset pada sendi bahu. Manset ini menjaga
caput humeri di dalam fossa glenoid yang dangkal.
5
Otot-otot pada rotator cuff menjada ball dalam socket pada sendi
glenohumeral dan memberikan mobilitas dan kekuatan pada sendi shoulder.
Terdapat dua bursa untuk memberi bantalan dan melingungi dari akromion dan
memungkinkan gerakan sendi yang lancar.
Saat terjadi abduksi lengan, rotator cuff memampatkan sendi glenohumeral,
sebuah istilah yang dikenal sebagai kompresi cekung (concavity compression),
untuk memungkinkan otot deltoid yang besar untuk terus mengangkat lengan.
Dengan kata lain, rotator cuff, caput humerus akan naik sampai sebagian keluar
dari fosa glenoid, mengurangi efisiensi dari otot deltoid.
2.3 Epidemiologi
Nyeri pada bahu merupakan penyebab kelainan muskuloskletal tersering
ketiga setelah nyeri punggung bawah dan nyeri leher. Prevalensi dari frozen
shoulder pada populasi umum dilaporkan sekitar 2%, dengan prevalensi 11% pada
penderita diabetes.
Frozen shoulder dapat mengenai kedua bahu, baik secara bersamaan atau
berurutan, pada sebanyak 16% pasien. Frekuensi frozen shoulder bilateral lebih
sering pada pasien dengan diabetes dari pada yang tidak. Pda 14% pasien, saat
frozen shoulder masih terjadi pada suatu bahu, bahu kontralateral juga terpengaruh.
Frozen shoulder kontralateral biasanya terjadi dalam waktu 5 tahun onset penyakit.
Suatu relapse frozen shoulder pada bahu yang sama jarang terjadi.
Frozen shoulder sering terjadi pada pasien denga hipertiroid dan hiperglicemi.
Meskipun berbagai penulis melaporkan bahwa penyakit jantung, tuberkulosis, dan
berbagai kondisi medis lainnya dapat berhubungan dengan FS, namun asosiasi ini
sebagian besar hanya anekdot dan tidak didukung dengan studi case control.
2.4 Etiologi
Frozen shoulder dapat terjadi akibat suatu proses idiopatic atau akibat kondisi
yang menyebabkan sendi tidak dapat digunakan. Idiopatic frozen shoulder sering
terjadi pada dekade ke empat atau ke enam.
Rotator cuff tendinopati, bursitis subacromial akut, patah tulang sekitar collum
dan caput humeri, stroke paralitic adalah factor predisposisi yang sering
menyebabkan terjadinya frozen shoulder. Penyebab tersering adalah rotator cuff
tendinopati dengan sekitan 10% dari pasien degan kelainan ini akan mengalamai
frozen shoulder. Pasien dengan diabetes mellitus dan pasien yang tidak menjalani
fisioterapi juga memiliki resiko tinggi. Penggunaan sling terlalu lama juga dapat
menyebabkan frozen shoulder.
Frozen shoulder dapat terjadi setelah imobilisasi yang lama akibat trauma atau
operasi pada sendi tersebut. Biasanya hanya satu bahu yang terkena, akan tetapi
pada sepertiga kasus pergerkannya yang terbatas dapat terjadi pada kedua lengan.
Adapun beberapa teori yang dikemukakan AAOS tahun 2007 mengenai
frozen shoulder, teori tersebut adalah :
a. Teori hormonal.
Pada umumnya Capsulitis adhesive terjadi 60% pada wanita bersamaan
dengan datangnya menopause.
b. Teori genetik.
Beberapa studi mempunyai komponen genetik dari Capsulitis adhesive,
contohnya ada beberapa kasus dimana kembar identik pasti menderita pada
saat yang sama.
c. Teori auto immuno.
Diduga penyakit ini merupakan respon auto immuno terhadap hasil-hasil
rusaknya jaringan lokal.
d. Teori postur.
Banyak studi yang belum diyakini bahwa berdiri lama dan berpostur tegap
menyebabkan pemendekan pada salah satu ligamen bahu.
2.5 Patofisiologi
Patofisiologi frozen shoulder masih belum jelas, tetapi beberapa penulis
menyatakan bahwa dasar terjadinya kelainan adalah imobilisasi yang lama. Setiap
nyeri yang timbul pada bahu dapat merupakan awal kekakuan sendi bahu. Hal ini
sering timbul bila sendi tidak digunakan terutama pada pasien yang apatis dan pasif
atau dengan nilai ambang nyeri yang rendah, di mana tidak tahan dengan nyeri
yang ringan akan membidai lengannya pada posisi tergantung. Lengan yang imobil
akan menyebabkan stasis vena dan kongesti sekunder dan bersama-sama dengan
vasospastik, anoksia akan menimbulkan reaksi timbunan protein, edema, eksudasi,
dan akhirnya reaksi fibrosis. Fibrosis akan menyebabkan adhesi antara lapisan
bursa subdeltoid, adhesi ekstraartikuler dan intraartikuler, kontraktur tendon
subskapularis dan bisep, perlekatan kapsul sendi.
spesifik seperti tidak bisa menggaruk punggung, atau memasang BH, atau
mengambil sesuatu dari rak yang tinggi. Fase ini berlangsung selama 3 bulan
hingga 1 tahun.
Fase terakhir adalah fase resolusi atau thawing fase. Pada fase ini pasien mulai
bisa menggerakan kembali sendi bahu. Setelah 1-3 tahun kemampuan untuk
melakukan aktivitas akan membaik, tapi pemulihan sempurna jarang terjadi.
Pada pemeriksaan fisik didapatkan hilangnya gerak pada segala arah baik
secara gerak aktif maupun pasif. Pada pemeriksaan fisik, fleksi atau elevasi
mungkin kurang dari 90 derajat, abduksi kurang dari 45 derajat, dan rotasi internal
dan eksternal dapat berkurang sampai 20 derajat atau kurang. Terdapat pula
restriksi pada rotasi eksternal.
Tes Appley scratch merupakan tes tercepat untuk mengeveluasi lingkup gerak
sendi aktif. Pasien diminta menggaruk daerah angulus medialis skapula dengan
tangan sisi kontra lateral melewati belakang kepala. Pada frozen shoulder pasien
tidak dapat melakukan gerakan ini. Nyeri akan bertambah pada penekanan dari
tendon yang membentuk muskulotendineus rotator cuff. Bila gangguan
berkelanjutan akan terlihat bahu yang terkena reliefnya mendatar, bahkan kempis,
karena atrofi otot deltoid, supraspinatus dan otot rotator cuff lainnya.
Pada prinsipnya diagnosa frozen shoulder ditegakan berdasarkan manifestasi
klinis. Pemeriksaan penunjang berupa pemeriksaan radiologis hanya dilakukan
untuk menyingkirkan kemungkinan penyakit lain. Pemeriksaan laboratorium
kadang dilakukan karena sering pada penderita fronzen shoulder merupakan
penderita diabetes yang tidak diketahui.
Menurut Kisner (1996) frozen shoulder dibagi dalam 3 tahapan, yaitu :
a. Pain ( freezing )
Ditandai dengan adanya nyeri hebat bahkan saat istirahat, gerak sendi bahu
menjadi terbatas selama 2-3 minggu dan masa akut ini berakhir sampai 10 -36
minggu.
b. Stiffness ( frozen )
Ditandai dengan rasa nyeri saat bergerak, kekakuan atau perlengketan yang
nyata dan keterbatasan gerak dari glenohumeral yang diikuti oleh keterbatasan
gerak skapula. Fase ini berakhir 4-12 bulan.
c. Recovery (thawing)
Pada fase ini tidak ditemukan adanya rasa nyeri dan tidak ada sinovitis tetapi
terdapat keterbatasan gerak karena perlengketan yang nyata. Fase ini berakhir
selama 6-24 bulan atau lebih.
2.8 Diagnosis
1. Anamnesis
Pada penderita didapatkan keluhan nyeri hebat dan atau keterbatasan lingkup
gerak sendi (LGS). Penderita tidak bisa menyisir rambut, memakai baju, menggosok
punggung waktu mandi, atau mengambil sesuatu dari saku belakang. Keluhan lain
pada dasarnya berupa gerakan abduksi-eksternal rotasi, abduksi-internal rotasi,
maupun keluhan keterbatasan gerak lainnya.
2. Pemeriksaan Fisik
Capsulitis adhesive merupakan gangguan pada kapsul sendi, maka gerakan
aktif maupun pasif terbatas dan nyeri. Nyeri dapat menjalar ke leher lengan atas dan
punggung. Perlu dilihat faktor pencetus timbulnya nyeri. Gerakan pasif dan aktif
terbatas, pertama-tama pada gerakan elevasi dan rotasi interna lengan, tetapi
kemudian untuk semua gerakan sendi bahu.
Tes appley scratch merupakan tes tercepat untuk mengevaluasi lingkup
gerak sendi aktif pasien. Pasien diminta menggaruk daerah angulus medialis skapula
dengan tangan sisi kontralateral melewati belakang kepala (gambar 1). Pada
Capsulitis adhesive pasien tidak dapat melakukan gerakan ini. Bila sendi dapat
bergerak penuh pada bidang geraknya secara pasif, tetapi terbatas pada gerak aktif,
maka kemungkinan kelemahan otot bahu sebagai penyebab keterbatasan.
Nyeri akan bertambah pada penekanan dari tendon yang membentuk
muskulotendineus rotatorcuff. Bila gangguan berkelanjutan akan terlihat bahu
yang terkena reliefnya mendatar, bahkan kempis, karena atrofi otot deltoid,
supraspinatus dan otot rotator cuff lainnya.
10
11
Pada terapi panas dalam, panas diproduksi secara konversi dari energi listrik atau
suara ke energi panas didalam jaringan tubuh. Panas yang terjadi masuk kejaringan
tubuh kita yang lebih dalam, tidak hanya sampai jaringan dibawah kulit (subkutan).
Golongan ini yang sering disebut diatermi, terdiri dari:
o Diatermi gelombang pendek (short wave diathermy = SWD)
o Diatermi gelombang mikro (microwave diathermy = MWD)
o Diatermi ultrasound (utrasound diathermy = USD)
Pada Capsulitis adhesive, modalitas yang sering digunakan adalah ultrasound
diathermy (US) yang merupakan gelombang suara dengan frekuensi diatas 17.000
Hz dengan daya tembus yang paling dalam diantara diatermi yang lain. Gelombang
suara ini selain memberikan efek panas/ termal, juga ada efek nontermal/ mekanik/
mikromasase, oleh karena itu banyak digunakan pada kasus perlekatan jaringan.
Frekuensi yang dipakai untuk terapi adalah 0,8 dan 1 MHz. Dosis terapi 0,5-4
watt/cm2, lama pemberian 5-10 menit, diberikan setiap hari atau 2 hari sekali. US
memerlukan media sebagai penghantarannya dan tidak bisa melalui daerah hampa
udara. Menurut penelitian, medium kontak yang paling ideal adalah gel.
Efek US pada Capsulitis adhesive :
Modalitas lain yang digunakan adalah short wave diathermy. Disini digunakan
arus listrik dengan frekuensi tinggi dengan panjang gelombang 11m yang diubah
menjadi panas sewaktu melewati jaringan.Pada umumnya pemanasan ini paling
banyak diserap jaringan dibawah kulit dan otot yang terletak di permukaan.
c. Elektrostimulasi : TENS (Transcutaneus Electrical Nerve Stimulation)
Modalitas terapi fisik ini dapat dipergunakan untuk nyeri akut maupun nyeri
kronis, dan sering digunakan untuk meredakan nyeri pada Capsulitis adhesive.
Untuk peletakan elektroda dan pemilihan parameter perangsangan sampai
sekarang masih lebih banyak bersifat seni dan subyektif. Namun peletakkan
elektrode harus tetap berdasarkan pengetahuan akan dasar-dasar anatomi dan
fisiologi. Letak elektroda yang biasa dipilih yaitu: daerah paling nyeri, dermatom
saraf tepi, motor point, trigger point, titik akupuntur.
13
14
Komplikasi
Pada kondisi capsulitis adhesive yang berat dan tidak mendapat penanganan
yang tepat dalam jangka waktu yang lama akan menimbulkan problematic yang
lebih berat antara lain kekakuan sendi bahu, kecenderungan terjadinya penurunan
kekuatan otot otot bahu, potensial terjadinya deformitas pada sendi bahu, dan
adanya gangguan AKS (Aktivitas Kehidupan Sehari-hari).
2.11
Prognosis
Pasien dengan frozen shoulder bisa sembuh, namun sebagian besar penderita
frozen shoulder kehilangan sebagian fungsi gerak dari sendi bahu.
17
BAB III
KESIMPULAN
1. Frozen shoulder, atau juga sering disebut sebagai adhesive capsulitis, merupakan
suatu kelainan di mana terjadi inflamasi pada kapsul sendi bahu, yaitu jaringan ikat
disekitar sendi glenohumeral, sehingga sendi tersebut menjadi kaku dan terjadi
keterbatasan gerak dan nyeri yang kronis.
2. Frozen shoulder dapat terjadi akibat suatu proses idiopatic atau akibat kondisi yang
menyebabkan sendi tidak dapat digunakan.
3. Frozen shoulder dapat terjadi setelah imobilisasi yang lama akibat trauma atau operasi
pada sendi tersebut.
4. Frozen shoulder dibagi dalam 3 tahapan yaitu, pain, stiffness, recovery.
5. Penatalaksanaan pada frozen shoulder adalah terapi medikamentosa dan penanganan
rehabilitasi medik
18