Abstrak
Putusan Mahkamah Konstitusi (MK) terkait dengan penyidikan anggota DPR dengan
mengganti izin MKD dengan izin Presiden menimbulkan berbagai pendapat di
kalangan para ahli hukum. MK dinilai telah merumuskan sebuah putusan yang tidak
diminta oleh pemohonnya, karena yang dimohonkan adalah agar persetujuan tertulis
MKD terkait dengan Pasal 245 ayat (1) UU MD3 dinyatakan bertentangan dengan
UUD 1945. MK menyatakan pasal tersebut bertentangan namun dengan tambahan
sepanjang tidak dimaknai persetujuan tertulis dari Presiden. Putusan MK yang
bersifat ultra petita menimbulkan kesan bahwa MK sudah bukan lagi merupakan
negative legislator melainkan positive legislator. Di sisi lain, karena putusan MK
bersifat final dan mengikat, bagaimana pun keputusan itu harus ditaati oleh semua
pihak.
Pendahuluan
Putusan Mahkamah Konstit u s i
(MK) terkait pemanggilan dan permintaan
keterangan untuk penyidikan terhadap
anggota DPR yang diduga melakukan tindak
pidana, menimbulkan perdebatan. Dalam
perkara pengujian Pasal 245 ayat (1) UU
No. 17 Tahun 2014 tentang MPR, DPR,
DPD, dan DPRD (UU MD3) terhadap UUD
1945, MK memutuskan bahwa penegak
hukum harus mendapat persetujuan tertulis
dari Presiden, jika ingin memanggil dan
meminta keterangan terhadap anggota DPR
dalam proses penyidikan. Permohonan
*) Peneliti Madya Hukum Internasional pada Bidang Hukum, Pusat Pengkajian Pengolahan Data dan Informasi (P3DI), Sekretariat
Jenderal DPR RI. E-mail: novi_dpr@yahoo.com
Info Singkat
2009, Pusat Pengkajian, Pengolahan Data dan Informasi (P3DI)
Sekretariat Jenderal DPR RI
www.dpr.go.id
ISSN 2088-2351
-1-
mengikat karena
bertentangan dengan
prinsip persamaan di hadapan hukum dan
prinsip nondiskriminasi sebagaimana diatur
dalam Pasal 27 Ayat (1) UUD 1945.
Terhadap
permohonan
pengujian
Pasal 245 UU MD3 tersebut, MK
memutuskan pemanggilan dan permintaan
keterangan untuk penyidikan terhadap
anggota DPR yang diduga melakukan
tindak pidana harus mendapat persetujuan
tertulis terlebih dahulu dari Presiden, bukan
persetujuan tertulis dari MKD sebagaimana
diatur dalam UU MD3. Pemberian
persetujuan tertulis dari Presiden kepada
pejabat negara yang sedang mengalami
proses hukum bukan hal baru, karena hal ini
telah diatur dalam beberapa undang-undang
sebelumnya, seperti Undang-Undang No.8
Tahun 2011 tentang Mahkamah Konstitusi,
Undang-Undang No.15 Tahun 20 0 6
tentang Badan Pemeriksa Keuangan, dan
Undang-Undang No.3 Tahun 2009 tentang
Mahkamah Agung.
Putusan MK
Dalam permohonannya, Pemohon
berpendapat Pasal 245 UU MD3
bertentangan dengan UUD 1945, yakni
Pasal 24 ayat (1), Pasal 27 ayat (1), Pasal
28D ayat (1), dan Pasal 28I ayat (2) UUD
1945. Pasal 245 UU MD3 juga bertentangan
dengan prinsip negara hukum dan kekuasaan
kehakiman yang merdeka (Independent
judiciary), prinsip persamaan dalam
hukum dan prinsip nondiskriminasi.
Oleh karenanya, menurut pemohon tidak
perlu ada persetujuan tertulis dari MKD dan
meminta Mahkamah menyatakan Pasal 245
UU MD3 bertentangan dengan UUD 1945
dan dinyatakan tidak memiliki kekuatan
hukum mengikat.
Dalam pertimbangan, Majelis Hakim
berpendapat anggota legislatif dipilih melalui
pemilihan umum dan memiliki sejumlah
hak seperti hak interpelasi, hak angket, hak
menyatakan pendapat, hak mengajukan
pertanyaan, hak menyampaikan usulan dan
pendapat, serta hak imunitas. Terhadap fungsi
dan hak yang dimiliki anggota legislatif
ini, tentunya juga harus diimbangi dengan
perlindungan hukum yang proporsional.
Tujuannya, anggota DPR tidak mudah
dikriminalisasi pada saat menjalankan
fungsi dan kewenangan konstitusionalnya
sepanjang dilakukan dengan ithikad baik
dan bertanggung jawab. Selanjutnya, adanya
-2-
Penutup
Munculnya putusan yang bersifat ultra
petita dalam putusan MK terkait dengan
mekanisme pemerikasan anggota DPR telah
mengundang reaksi dari banyak pihak. Hal
ini diakibatkan bahwa putusan yang bersifat
ultra petita MK tidak memiliki dasar hukum
yang jelas. Oleh karena itu, diperlukan
pengaturan lebih tegas mengenai larangan
terhadap putusan yang bersifat ultra
petita, sebab MK fungsinya hanya sebagai
penyeimbang dari kewenangan legislasi aktif
yang dimiliki oleh Pemerintah dan DPR.
Dengan cara ini, peran MK sebagai negative
legislator akan tetap dapat terjaga.
Referensi
-4-
HUBUNGAN INTERNASIONAL
Abstrak
Tragedi Mina yang menelan korban jiwa lebih dari 1000 jemaah haji telah menjadi
keprihatinan dunia. Di pihak jemaah haji Indonesia tercatat lebih dari 100 orang
menjadi korban meninggal dunia dalam musibah tersebut. Muncul keinginan untuk
penyelidikan independen dengan melibatkan negara-negara yang jemaahnya menjadi
korban untuk mencari kebenaran tentang penyebab kejadian sehingga kejadian serupa
tidak terulang kembali. Sementara itu, pemerintah Arab Saudi menempuh kebijakan
investigasi tertutup. Arab Saudi menolak intervensi investigasi tragedi Mina dan
meminta semua pihak bersabar menunggu hasil investigasi.
Pendahuluan
Tragedi
Mina
yang
menelan
korban jiwa lebih dari 1000 jemaah dari
berbagai belahan dunia itu disebut sebagai
tragedi terburuk dalam 25 tahun terakhir
penyelenggaraan haji oleh Pemerintah
Arab Saudi. Selama ini Pemerintah Arab
Saudi terus berusaha untuk meningkatkan
kenyamanan, keamanan dan keselamatan
jemaah.
Perbaikan-perbaikan
telah
dilakukan untuk memaksimalkan pelayanan
bagi anggota jemaah haji, seperti perluasan
Masjidil Haram, pembangunan tujuh lantai
jalur untuk melempar jumrah, hingga
penyiapan kereta cepat Mekkah-JeddahMadinah. Namun demikian, peristiwa
*) Peneliti Muda Masalah-masalah Hubungan Internasional, pada Bidang Hubungan Internasional, Pusat Pengkajian Pengolahan
Data dan Informasi (P3DI), Sekretariat Jenderal DPR RI. E-mail: sita.hidriyah@dpr.go.id
Info Singkat
2009, Pusat Pengkajian, Pengolahan Data dan Informasi (P3DI)
Sekretariat Jenderal DPR RI
www.dpr.go.id
ISSN 2088-2351
-5-
-6-
Untuk
mengoptimalkan
upaya
diplomasi seperti ini, Pemerintah Indonesia
misalnya, dapat memanfaatkan tokoh-tokoh
agama Indonesia yang memiliki hubungan
sangat baik dengan pihak Arab Saudi
melalui instrumen second track diplomacy
(diplomasi jalur kedua). Diplomasi yang
bersifat informal ini dapat melengkapi dan
memperkuat negosiasi pemerintah. Dalam
konteks kekiniaan, cara diplomasi seperti
ini bukan hanya menjadi sangat penting dan
strategis melainkan juga memiliki urgensi
yang tinggi.
Penutup
Berbagai kalangan, terutama para
pemangku kepentingan, mendesak agar
tragedi Mina 2015 dijadikan momentum
untuk membenahi penyelenggaraan ibadah
haji. Perbaikan hendaknya dilakukan
oleh semua pihak yang berperan dalam
ibadah itu, yaitu Pemerintah Arab Saudi,
pemerintah
dari
negara-negara
asal
jemaah, termasuk Indonesia, dan para
anggota jemaah itu sendiri. Pemerintah
Indonesia, khususnya Kemlu diminta
untuk memperbaiki posisi tawar Indonesia
terhadap Arab Saudi agar pelayanan kepada
anggota jemaah Indonesia selama menjalani
semua tahapan ibadah semakin baik.
Dalam kerangka ini, DPR RI perlu
memberikan dukungan dan sekaligus
mengawal upaya diplomasi Pemerintah
Indonesia untuk berkontribusi penuh
dalam
mencari
solusi
atas
tragedi
tersebut. Arti pentingnya upaya ini karena
penyelenggaraan ibadah haji tahunan ini
merupakan ritual besar yang memiliki
dampak ekonomi yang tidak sedikit bagi
negara-negara berkembang. Oleh karena itu,
kiranya sudah waktunya negara-negara yang
berkepentingan dalam penyelenggaraan
ibadah haji khususnya negara-negara
dengan penduduk Islam besar agar
permasalahan haji dapat dikelola secara
baik. Dalam jangka pendek, negara-negara
tersebut dapat turut mendesak Pemerintah
Arab
Saudi
untuk
menyelesaikan
penyelidikan secara tuntas sehingga tingkat
kepercayaan kepada Arab Saudi akan dapat
terjaga.
-7-
Referensi
-8-
KESEJAHTERAAN SOSIAL
Abstrak
Insiden Mina yang terjadi dalam penyelenggaraan ibadah haji tahun 1436 H/2015 M
dapat disebabkan karena faktor penyelenggara ibadah haji dan jemaah haji itu sendiri.
Penyelenggara ibadah haji dipandang kurang siap dan abai terhadap keselamatan
jemaah haji, sementara jemaah haji terlihat kurang disiplin terhadap waktu dan
jadwal pelaksanaan lontar jumrah. Belajar dari insiden itu, pemerintah dituntut untuk
meningkatkan kompetensi petugas dan kompetensi jemaah haji, terutama kompetensi
mereka tentang fikih haji. Dalam kaitan itu pemerintah seyogyanya menata ulang
perekrutan petugas dan pembimbing haji, di samping upaya perbaikan prosedur
pelaksanaan pembinaan jemaah haji secara umum.
Pendahuluan
Seluruh rangkaian penyelenggaraan
ibadah haji tahun 1436 H/2015 M telah
usai. Sebagian besar jemaah haji saat ini
telah kembali ke tanah air. Berbeda dengan
penyelenggaraan ibadah haji tahun 1435
H/2014 M yang nyaris tanpa insiden,
penyelenggaraan ibadah haji tahun 1436
H/2015 M diterpa musibah beruntun.
Beberapa di antaranya adalah musibah
jatuhnya mesin derek (crane) di sekitar
Masjidil Haram yang menyebabkan wafatnya
setidak-tidaknya empat jemaah haji asal
Indonesia dan beberapa lainnya lukaluka. Kemudian, terbakarnya pemondokan
jemaah haji Indonesia di Mekkah. Meskipun
tidak ada korban jiwa, musibah itu
membuat pelaksanaan ibadah haji kurang
nyaman karena jemaah yang menempati
*) Peneliti Muda Agama dan Masyarakat , pada Bidang Kesejahteraan Sosial, Pusat Pengkajian Pengolahan Data dan Informasi
(P3DI), Sekretariat Jenderal DPR RI. E-mail: achmad.fahham@gmail.com.
Info Singkat
2009, Pusat Pengkajian, Pengolahan Data dan Informasi (P3DI)
Sekretariat Jenderal DPR RI
www.dpr.go.id
ISSN 2088-2351
-9-
Referensi
Azyumardi Azra, Haji dan Politik, Indonesia
dan Arab Saudi, Kompas, Selasa, 29
September 2015.
Amirul
Hajj,
Penyelenggaraan
Haji
Tahun ini Secara Keseluruhan Sesuai
Harapan, http://kemenag.go.id/index.
php?a=berita&id=294181
diakses
5
Oktober 2015.
Tragedi Mina: Ratusan Jemaah Hilang
Tidak Tahu Rimbanya http://www.
publicapos.com/nasional/14152-tragedimina-ratusan-jemaah-hilang-tidak-tahurimbanya, diakses 5 Oktober 2015.
Kami Berharap Saudi Lebih membuka
Akses, Republika, Senin, 28 September
2015.
Menilik Faktor Penyebab Tragedi Mina
http://www.cnnindonesia.com/intern
asional/20150926131546-120-81061/
menilik-faktor-penyebab-tragedi-mina/
diakses 4 Oktober 2015.
Laporan Pengawasan KPHI terhadap
Penyelenggraan Ibadah Haji Tahun
2013.
Kementerian Agama RI, Kurikulum dan
Silabus Bimbingan Manasik Haji Tahun
2013.
Kantor Urusan Haji Republik IndonesiaKantor Daerah Kerja Makkah. Press
Release Perkembangan Data Jemaah
Haji Korban Peristiwa Mina, 7 Oktober
2015.
Penutup
Belajar dari berbagai insiden yang
menyelimuti penyelenggaraan ibadah haji
tahun 1436 H/2015 M, pemerintah dituntut
untuk meningkatkan mutu pembinaan
jemaah haji. Pembinaan jemaah haji yang
selama ini telah dilaksanakan perlu ditata
ulang terutama dari sisi kehadiran jemaah
untuk mengikuti pembinaan itu. Materi yang
disampaikan perlu dibuat sedemikian rupa
sehingga menarik dan memudahkan jemaah
untuk memahami fikih haji. Pelaksanaan
pembinaan yang dilakukan pada tingkat
KUA kecamatan harus mampu dijangkau
- 12 -
Abstrak
Pemerintah bersama Bank Indonesia (BI) terus melakukan upaya-upaya stabilisasi fiskal
maupun moneter. Untuk mengerek pertumbuhan ekonomi nasional, pemerintah juga
telah meluncurkan Paket Kebijakan Ekonomi Tahap II pada tanggal 29 September 2015.
Paket tersebut ditekankan pada upaya meningkatkan investasi, berupa deregulasi dan
debirokratisasi peraturan untuk mempermudah investasi, baik Penanaman Modal Dalam
Negeri (PMDN) maupun Penanaman Modal Asing (PMA). Dari sisi moneter, sejalan dengan
paket kebijakan tersebut, BI juga mengeluarkan paket kebijakan stabilisasi nilai tukar rupiah.
Kebijakan-kebijakan tersebut diharapkan dapat menjaga stabilitas perekonomian dan nilai
tukar.
Pendahuluan
*) Peneliti Muda Ekonomi Terapan, pada Bidang Ekonomi dan Kebijakan Publik, Pusat Pengkajian Pengolahan Data dan Informasi
(P3DI), Sekretariat Jenderal DPR RI. Email: hilma.meilani@dpr.go.id.
Info Singkat
2009, Pusat Pengkajian, Pengolahan Data dan Informasi (P3DI)
Sekretariat Jenderal DPR RI
www.dpr.go.id
ISSN 2088-2351
- 13 -
1.
2.
Mendorong daya saing industri nasional melalui Kemudahan Layanan Investasi 3 Jam
deregulasi, debirokratisasi, serta penegakan Untuk menarik penanaman modal, terobosan kebijakan yang akan dilakukan
hukum dan kepastian usaha.
adalah memberikan layanan cepat dalam bentuk pemberian izin investasi dalam
waktu tiga jam di Kawasan Industri. Dengan mengantongi izin tersebut, investor
sudah bisa langsung melakukan kegiatan investasi.
- 14 -
3.
Tabel 2. Paket Kebijakan Stabilisasi Nilai Tukar tanggal 9 dan 30 September 2015
No.
1
Kebijakan
Menjaga stabilitas nilai
tukar rupiah
Memperkuat pengelolaan
likuiditas rupiah.
a.
b.
c.
Memperkuat pengelolaan
supplydan demand valas.
a.
b.
c.
d.
Mengubah
mekanisme
lelang
Reverse a.
Repo(RR) SBN dari variable rate tender
menjadi fixed rate tender, menyesuaikan b.
pricing RR SBN, dan memperpanjang tenor
dengan menerbitkan RR SBN 3 bulan.
Mengubah mekanisme lelang SDBI dari
variable rate tender (vrt) menjadi fixed rate
tender (frt) dan menyesuaikan pricing SDBI,
serta menerbitkan SDBI tenor 6 bulan.
Menerbitkan kembali SBI bertenor 9 bulan
dan 12 bulan dengan mekanisme lelang frt dan
menyesuaikan pricing.
- 15 -
a.
b.
c.
d.
e.
Penutup
Referensi
- 16 -
CATATAN PERJALANAN
SETAHUN DPR
PERIODE 2014-2019
Ahmad Budiman*)
Abstrak
Keanggotaan DPR periode 2014-2019 telah menyelesaikan setahun masa baktinya.
Masih banyak catatan penting yang perlu diperhatikan terkait dengan kinerja DPR
periode 2014-2019 di satu tahun masa baktinya. DPR perlu melakukan instropeksi diri
dengan melakukan reformasi terkait dengan penguatan kelembagaan dewan, sistem
pendukung dan kemandirian lembaga legislatif. Catatan perjalanan setahun DPR RI
periode 2014-2019, sangat menentukan kepercayaan masyarakat terhadap lembaga
perwakilan rakyat di tahun-tahun berikutnya.
Latar Belakang
Setahun anggota Dewan Perwakilan
Rakyat Republik Indonesia (DPR) periode
2014-2019 sejak dilantik pada tanggal 1
Oktober 2014, banyak pihak memberikan
catatan penting terkait kinerja DPR sebagai
lembaga perwakilan rakyat. Ketua DPR,
Setya Novanto, menganggap selama ini
para wakil rakyat sudah bekerja keras.
Fungsi anggaran dan pengawasan DPR
sudah dilakukan dengan baik. Sedangkan
terkait fungsi legislasi, DPR berjanji akan
meningkatkan kinerjanya.
Wakil Ketua
DPR, Fadli Zon mengatakan, masih banyak
yang harus diintrospeksi terkait kinerja
anggota DPR periode 2014-2015. Introspeksi
perlu
dilakukan
utamanya
terhadap
*) Peneliti Madya Komunikasi Politik, pada Bidang Politik Dalam Negeri, Pusat Pengkajian Pengolahan Data dan Informasi (P3DI),
Sekretariat Jenderal DPR RI. Email: a.budiman69@gmail.com.
Info Singkat
2009, Pusat Pengkajian, Pengolahan Data dan Informasi (P3DI)
Sekretariat Jenderal DPR RI
www.dpr.go.id
ISSN 2088-2351
- 17 -
Catatan Perjalanan
Bercermin dari setahun masa baktinya,
DPR periode 2014-2019 perlu mereformasi
diri dalam upaya meningkatkan kinerjanya
secara optimal. Reformasi DPR bukan
semata-mata hanya ingin menghasilkan
DPR modern yang ditandai dengan: (1)
terbukanya akses seluas-luasnya bagi
masyarakat yang ingin mengetahui apa
yang sedang dilakukannya (transparan);
(2)
penggunaan
sistem
teknologi
informasi terkini dalam setiap kegiatannya
sehingga minimal dapat lebih menghemat
penggunaan kertas dan masyarakat dapat
mudah mengakses DPR secara online;
dan (3) upaya secara sungguh-sungguh
menjalankan fungsi representasinya dalam
setiap melaksanakan fungsi legislasi, fungsi
anggaran, dan fungsi pengawasan. Dengan
demikian, dampak dari DPR modern ini,
masyarakat dapat merasakan kehadiran
DPR sebagai lembaga yang mewakilinya
untuk menyampaikan aspirasi/a t a u
kepentingannya. Upaya ini semua tentunya
bahwa kebijakan yang dihasilkan bersama
dengan pemerintah dapat menyejahterakan
seluruh rakyat Indonesia.
- 18 -
1.
- 19 -
Referensi
Kerangka
Kerja
Tim
Implementasi
Reformasi DPR RI 20142019. Jakarta:
Sekretariat Jenderal DPR RI, 2015.
"Satu Tahun DPR 2014-2019, Novanto: Kami
Sudah Kerja Keras", http://news.detik.
com/berita/3032719/1-tahun-DPR-20142019-novanto-kami-sudah-kerja-keras,
diakses tanggal 4 Oktober 2015.
"Catatan Hitam Setahun DPR dari Sisi
Anggaran Versi FITRA", http://www.
tribunnews.com/nasional/2015/10/01/
catatan-hitam-setahun-DPR-dari-sisianggaran-versi-fitra, diakses tanggal 4
Oktober 2015.
"Setahun DPR, Belum Memperjuangkan
Rakyat",
http://www.pikiran-rakyat.
com/politik/2015/10/02/344542/
setahun-DPR%E2%80%8E-belummemperjuangkan-rakyat, diakses tanggal
4 Oktober 2015.
Setahun DPR RI Periode 2014-2019, Masih
Banyak yang Harus Diinstropeksi,
http://nasional.harianterbit.com/
nasional/2015/10/03/43232/25/25/
Setahun-DPR-RI-Periode-20142019-Masih-Banyak-yang-HarusDiinstropeksi, diakses tanggal 4 Oktober
2015.
- 20 -