Anda di halaman 1dari 11

MEMINIMALKAN KORUPSI MELALUI GOOD GOVERNANCE

Oleh : Anderiansyah, S.Kom

1. Pendahuluan
Korupsi adalah salah satu masalah terbesar bangsa Indonesia saat ini. Hampir setiap
elemen pemerintah baik lembaga Eksekutif, Legislatif dan Yudikatif terlibat dalam
tindakan korupsi. Tindakan korupsi yang sudah menjamur ini tentunya memberikan
dampak negatif terhadap berbagai aspek dan kalangan khususnya bagi para mudamudi dan anak-anak calon pemimpin bangsa. Tak dapat dipungkiri para pejabat
pemerintah yang seharusnya menjadi teladan bagi para generasi penerus justru
memberikan contoh buruk yang dapat merusak jiwa dan kepribadian generasi muda.
Secara harfiah, korupsi adalah perilaku pejabat publik, baik politikus, politisi maupun
pegawai negeri maupun seorang pemimpin dalam organisasi/perusahaan yang secara
tidak wajar dan tidak legal memperkaya diri atau memperkaya mereka yang dekat
dengannya, dengan menyalahgunakan kekuasaan publik atau organisasi yang
dipercayakan kepada mereka. Adanya kesempatan tentu menjadi pemicu dilakukannya
tindakan korupsi. Kurangnya pengontrolan/pengawasan juga menjadi salah satu
penyebab tindakan penyelewengan sejumlah dana dalam sebuah organisasi atau
instans Sehingga tindakan korupsi meluas di berbagai tingkatan organisasi. Bahkan
tak jarang di sebuah organisasi karena korupsi sudah begitu sering terjadi terkhusus di
tingkatan manajer, menjadi pendorong bagi anggota organisasi untuk melakukan
perilaku menyimpang yang serupa.
Korupsi bukanlah budaya namun perilaku menyimpang yang sudah terlalu sering
terjadi di organisasi sehingga menjadi kebiasaan. Namu mengapa korupsi itu tetap saja
terjadi dan semakin merajalela, tak tanggung-tanggung pelakunya pun tidak mengenal
malu sama sekali. Lantas, apa penyebabnya dan dimana letak kesalahannya? Dalam
hal ini kita tak dapat mengatakan budaya organisasi yang salah, akan tetapi sering kali
budaya organisasi tidak maksimal melaksanakan keberadaannya sebagai pedoman
bagi seluruh anggota, dalam arti budaya organisasi tidak hidup dalam dan
memperlengkapi setiap anggota organisasi. Secara keseluruhan, budaya organisasi
belum cukup mampu menjauhkan para penghuninya dari tindakan korupsi. Padahal,
peranan budaya organisasi itu sendiri adalah untuk mengarahkan para anggotanya
tentang tindakan yang dapat dilakukan dan yang tidak dapat dilakukan. Secara
sederhana, dapat disimpulkan bahwa budaya organisasi masih belum mampu
menjalankan tugas dan fungsinya sehingga satu-satunya jalan yang harus ditempuh

untuk memberantas korupsi tersebut adalah dengan merehabilitasi budaya organisasi


yang ada. Merehabilitasi dalam hal ini bisa berarti meninjau kembali, memperbaiki,
dan menerapkan sesuatu yang baru.

2. Analisi Masalah
Setidaknya ada 8 penyebab terjadinya korupsi dikalangan pejabat pemerintahan atau
korupsi yang terjadi pada lembaga pemerintahan yang seharusnya bekerja untuk
kepentingan masyarakat dan melayani masyarakat namun menyalahgunakan
kekuasaan yang dimilikinya untuk memperkaya diri sendiri dimana tindakan mereka
tersebut telah merusak perekonomian bangsa karena apa yang mereka peroleh dari
tindakan korupsi tersebut yang seharusnya untuk membangun perekonomian bangsa
tapi malah menjadi milik pribadi. Adapun 8 penyebab terjadinya tindak pidana korupsi
tersebut, yakni :
a) Sistem penyelenggaraan negara yang keliru
Sejak masa kemerdekaan hingga sekarang, pemerintah terlalu fokus hanya
pada satu bidang pembangunan saja tanpa memperhatikan bidang-bidang
lainnya, sehingga dengan mengarahkan segala kekuatan dan upaya pada
pembangunan satu bidang saja mak bidang lainnya yang seharusnya dapat
diprioritaskan pula menjadi terbengkalai, sedangkan bidang yang menjadi
prioritas malah kadang tidak kunjung terselesaikan, sebagai contoh sebagai
negara yang baru berkembang, seharusnya prioritas pembangunan di bidang
pendidikan diutamakan untuk menciptakan SDM yang berkualitas dalam
membangun bangsa tetapi selama puluhan tahun, mulai orde lama, orde baru,
hingga reformasi, pembangunan hanya difokuskan di bidang ekonomi. padahal
masih terbatas SDM, uang, manajemen, dan teknologi. Sehingga konsekuensi
akhirnya semua didatangkan dari luar negeri yang pada gilirannya
menghasilkan penyebab korupsi dengan menyelewengkan bantuan-bantuan
dari luar negeri tersebut.
b) Kompensasi PNS yang rendah
Sebagai negara berkembang kesejahteraan PNS yang menjadi pelaksana utama
pada lembaga pemerintahan belum mampu di penuhi oleh negara karena
kekurangan dana untuk kompensasi yang tinggi kepada pegawainya apalagi
Indonesia yang lebih memprioritaskan bidang ekonomi membuat yang secara
fisik dan kultural menimbulkan pola konsumerisme, sehingga 90% PNS
melakukan KKN pada tempat mereka bekerja.

c) Pejabat yang serakah


Pola hidup konsumerisme yang dilahirkan oleh sistem pembangunan seperti
diatas mendorong pejabat untuk menjadi kaya secara instant. Hal ini
menyebabkan lahirnya sikap serakah dimana pejabat menyalahgunakan
wewenang dan jabatannya, seperti melakukan mark up proyek-proyek
pembangunan.
d) Penegakan hukum belum berjalan maksimal
Para pejabat yang serakah dan PNS yang KKN karena gaji yang tidak cukup,
diikuti pula dengan penegakan hukum yang tidak berjalan hampir diseluruh
lini

kehidupan,

baik

di

instansi

pemerintahan

maupun

lembaga

kemasyarakatan lainnya, karena segalanya diukur dengan uang.


e) Hukuman yang ringan terhadap koruptor
Tidak berjalannya penegakan hukum salah satunya karena aparat penegak
hukum itu sendiri yang bisa dibayar dan dibeli saat menangani suatu kasus
korupsi sehingga hukuman yang dijatuhkan kepada para koruptor dikalangan
pejabat pemerintahan menjadi sangat ringan dan tidak menimbulkan efek jera
bagi koruptor dan orang-orang yang memiliki kekuasaan untuk melakukan
korupsi.
f) Pengawasan yang tidak efektif
Dalam sistem manajemen yang modern selalu ada instrumen yang disebut
internal kontrol yang bersifat in build dalam setiap unit kerja. Sehingga sekecil
apapun penyimpangan akan terdeteksi sejak dini dan secara otomatis pula
dilakukan perbaikan. Tetapi internal kontrol yang ada disetiap unit sudah tidak
lagi berjalan dengan semestinya karena pejabat atau pegawai terkait bisa
melakukan tindakan korupsi.
g) Tidak ada keteladanan pemimpin
Saat masa krisis ekonomi tahun 1997 perekonomian Indonesia sedikit lebih
baik dari pada Thailand namun pemimpin Thailand memberi contoh kepada
rakyatnya dalam pola hidup sederhana. Sehingga lahir dukungan moral dan
material dari masyarakat dan pengusaha. Maka dalam waktu singkat, Thailand
telah mengalami recovery atau perbaikan ulang pada perekonomiannya
sedangkan para pemimpin Indonesia saat masa krisis ekonomi tersebut tidak
dapat memberikan teladan sehingga kehidupan berbangsa dan bernegara
mendekati jurang kehancuran saat itu .
h) Budaya masyarakat yang kondusif untuk KKN

Korupsi yang ada di Indonesia saat ini sudah membudaya yang tidak hanya
dilakukan oleh para pejabat saja namun meluas hingga ke masyarakat. Hal ini
bisa dicontohkan pada saat pengurusan KTP, SIM, STNK, maupun saat
melamar kerja. Tindakan masyarakat ini merupakan pencerminan yang
dilakukan oleh pejabat politik.
Selain 8 Penyebab diatas, terjadinya korupsi juga dikarenakan penyalahgunaan
wewenang dan jabatan yang dimiliki oleh pejabat demi kepentingan pribadi dengan
mengatasnamakan pribadi atau keluarga, sanak saudara, maupun teman. Wertheim
(dalam Lubis, 1970) menyatakan bahwa seorang pejabat dikatakan melakukan
tindakan korupsi bila ia menerima hadiah dari seseorang yang bertujuan
mempengaruhinya agar ia mengambil keputusan yang menguntungkan kepentingan si
pemberi hadiah. Kadang-kadang orang yang menawarkan hadiah dalam bentuk balas
jasa juga termasuk dalam korupsi.
Good governance atau sering disebut tata kepemerintahan yang baik merupakan
tindakan atau tingkah laku yang didasarkan pada nilai-nilai yang bersifat
mengarahkan, mengendalikan atau mempengaruhi masalah publik untuk mewujudkan
nilai-nilai itu dalam tindakan dan kehidupan keseharian. Indikator pemerintahan yang
baik adalah jika produktif dan memperlihatkan hasil dengan indikator kemampuan
ekonomi rakyat meningkat dalam aspek produktifitas maupun dalam daya belinya,
kesejahteraan spiritualitasnya terus meningkat dengan indikator rasa aman, tenang dan
bahagia. Kunci utama penerapan good governance adalah pemahaman atas prinsipprinsip di dalamnya seperti yang tertera dibawah ini :
a) Partisipasi Masyarakat (Participation)
Semua warga masyarakat mempunyai suara dalam pengambilan keputusan,
baik secara langsung maupun melalui lembaga-lembaga perwakilan sah yang
mewakili kepentingan mereka. Partisipasi menyeluruh tersebut dibangun
berdasarkan kebebasan berkumpul dan mengungkapkan pendapat, serta
kapasitas untuk berpartisipasi secara konstruktif. Partisipasi bermaksud untuk
menjamin agar setiap kebijakan yang diambil mencerminkan aspirasi
masyarakat. Dalam rangka mengantisipasi berbagai isu yang ada, pemerintah
daerah menyediakan saluran komunikasi agar masyarakat dapat mengutarakan
pendapatnya. Jalur komunikasi ini meliputi pertemuan umum, temu wicara,
konsultasi dan penyampaian pendapat secara tertulis. Bentuk lain untuk
merangsang keterlibatan masyarakat adalah melalui perencanaan partisipatif
untuk

menyiapkan

agenda

pembangunan,

pemantauan,

evaluasi

dan

pengawasan secara partisipatif dan mekanisme konsultasi untuk menyelesaikan


isu sektoral.
b) Tegaknya Supremasi Hukum (Rule of Law)
Partisipasi masyarakat dalam proses politik dan perumusan-perumusan
kebijakan publik memerlukan sistem dan aturan-aturan hukum. Sehubungan
dengan itu, dalam proses mewujudkan cita good governance, harus diimbangi
dengan komitmen untuk menegakkan rule of law dengan karakter-karakter
antara lain sebagai berikut: Supremasi hukum (the supremacy of law),
Kepastian hukum (legal certainty), Hukum yang responsip, Penegakkan
hukum yang konsisten dan non-diskriminatif, Indepedensi peradilan. Kerangka
hukum harus adil dan diberlakukan tanpa pandang bulu, termasuk di dalamnya
hukum-hukum yang menyangkut hak asasi manusia.
c) Transparansi (Transparency)
Transparansi adalah keterbukaan atas semua tindakan dan kebijakan yang
diambil oleh pemerintah. Prinsip transparansi menciptakan kepercayaan
timbal-balik antara pemerintah dan masyarakat melalui penyediaan informasi
dan menjamin kemudahan di dalam memperoleh informasi yang akurat dan
memadai. Tranparansi dibangun atas dasar arus informasi yang bebas. Seluruh
proses pemerintahan, lembaga-lembaga dan informasi perlu dapat diakses oleh
pihak-pihak yang berkepentingan, dan informasi yang tersedia harus memadai
agar dapat dimengerti dan dipantau. Sehingga bertambahnya wawasan dan
pengetahuan

masyarakat

terhadap

penyelenggaraan

pemerintahan.

Meningkatnya kepercayaan masyarakat terhadap pemerintahan, meningkatnya


jumlah masyarakat yang berpartisipasi dalam pembangunan dan berkurangnya
pelanggaran terhadap peraturan perundang-undangan.
d) Peduli pada Stakeholder (Responsif)
Lembaga-lembaga dan seluruh proses pemerintahan harus berusaha melayani
semua pihak yang berkepentingan. Dalam konteks praktek lapangan dunia
usaha, pihak korporasi mempunyai tanggungjawab moral untuk mendukung
bagaimana good governance dapat berjalan dengan baik di masing-masing
lembaganya. Pelaksanaan good governance secara benar dan konsisten bagi
dunia usaha adalah perwujudan dari pelaksanaan etika bisnis yang seharusnya
dimiliki oleh setiap lembaga korporasi yang ada didunia. Dalam lingkup
tertentu etika bisnis berperan sebagai elemen mendasar dari konsep CSR
(Corporate Social Responsibility) yang dimiliki oleh perusahaan. Pihak

perusahaan mempunyai kewajiban sebagai bagian masyarakat yang lebih luas


untuk memberikan kontribusinya. Praktek good governance menjadi kemudian
guidence atau panduan untuk operasional perusahaan, baik yang dilakukan
dalam kegiatan internal maupun eksternal perusahaan. Internal berkaitan
dengan operasional perusahaan dan bagaimana perusahaan tersebut bekerja,
sedangkan eksternal lebih kepada bagaimana perusahaan tersebut bekerja
dengan stakeholder lainnya, termasuk didalamnya publik.
e) Berorientasi pada Konsensus (Consensus)
Menyatakan bahwa keputusan apapun harus dilakukan melalui proses
musyawarah melalui konsesus. Model pengambilan keputusan tersebut, selain
dapat memuaskan semua pihak atau sebagian besar pihak, juga akan menjadi
keputusan yang mengikat dan milik bersama, sehingga ia akan mempunyai
kekuatan memaksa (coercive power) bagi semua komponen yang terlibat untuk
melaksanakan keputusan tersebut. Paradigma ini perlu dikembangkan dalam
konteks pelaksanaan pemerintahan, karena urusan yang mereka kelola adalah
persoalan-persoalan publik yang harus dipertanggungjawabkan kepada rakyat.
Semakin banyak yang terlibat dalam proses pengambilan keputusan secara
partisipasi, maka akan semakin banyak aspirasi dan kebutuhan masyarakat
yang terwakili. Tata pemerintahan yang baik menjembatani kepentingankepentingan yang berbeda demi terbangunnya suatu konsensus menyeluruh
dalam hal apa yang terbaik bagi kelompok-kelompok masyarakat, dan bila
mungkin, konsensus dalam hal kebijakan-kebijakan dan prosedur-prosedur.
f) Kesetaraan (Equity)
Kesetaraan yakni kesamaan dalam perlakuan dan pelayanan. Semua warga
masyarakat mempunyai kesempatan memperbaiki atau mempertahankan
kesejahteraan mereka. Prinsip kesetaraan menciptakan kepercayaan timbalbalik antara pemerintah dan masyarakat melalui penyediaan informasi dan
menjamin kemudahan di dalam memperoleh informasi yang akurat dan
memadai. Informasi adalah suatu kebutuhan penting masyarakat untuk
berpartisipasi dalam pengelolaan daerah. Berkaitan dengan hal tersebut
pemerintah daerah perlu proaktif memberikan informasi lengkap tentang
kebijakan dan layanan yang disediakannya kepada masyarakat. Pemerintah
daerah perlu mendayagunakan berbagai jalur komunikasi seperti melalui
brosur, leaflet, pengumuman melalui koran, radio serta televisi lokal.

Pemerintah daerah perlu menyiapkan kebijakan yang jelas tentang cara


mendapatkan informasi
g) Efektifitas dan Efisiensi (Effectiveness and Efficiency)
Untuk menunjang prinsip-prinsip yang telah disebutkan di atas, pemerintahan
yang baik dan bersih juga harus memenuhi kriteria efektif dan efisien yakni
berdaya guna dan berhasil-guna. Kriteria efektif biasanya di ukur dengan
parameter produk yang dapat menjangkau sebesar-besarnya kepentingan
masyarakat dari berbagai kelompok dan lapisan sosial. Agar pemerintahan itu
efektif dan efisien, maka para pejabat pemerintahan harus mampu menyusun
perencanaan-perencanaan yang sesuai dengan kebutuhan nyata masyarakat,
dan disusun secara rasional dan terukur. Dengan perencanaan yang rasional
tersebut, maka harapan partisipasi masyarakat akan dapat digerakkan dengan
mudah, karena program-program itu menjadi bagian dari kebutuhan mereka.
Proses-proses pemerintahan dan lembaga-lembaga membuahkan hasil sesuai
kebutuhan warga masyarakat dan dengan menggunakan sumber-sumber daya
yang ada seoptimal mungkin.
h) Akuntabilitas (Accountability)
Akuntabilitas adalah pertangungjawaban pejabat publik terhadap masyarakat
yang memberinya kewenangan untuk mengurusi kepentingan mereka. Para
pengambil keputusan di pemerintah, sektor swasta dan organisasi-organisasi
masyarakat bertanggung jawab baik kepada masyarakat maupun kepada
lembaga-lembaga yang berkepentingan. Bentuk pertanggungjawaban tersebut
berbeda satu dengan lainnya tergantung dari jenis organisasi yang
bersangkutan. Instrumen dasar akuntabilitas adalah peraturan perundangundangan yang ada, dengan komitmen politik akan akuntabilitas maupun
mekanisme

pertanggungjawaban,

sedangkan

instrumen-instrumen

pendukungnya adalah pedoman tingkah laku dan sistem pemantauan kinerja


penyelenggara pemerintahan dan sistem pengawasan dengan sanksi yang jelas
dan tegas.
i) Visi Strategis (Strategic Vision)
Visi strategis adalah pandangan-pandangan strategis untuk menghadapi masa
yang akan datang. Para pemimpin dan masyarakat memiliki perspektif yang
luas dan jauh ke depan atas tata pemerintahan yang baik dan pembangunan
manusia, serta kepekaan akan apa saja yang dibutuhkan untuk mewujudkan
perkembangan tersebut. Selain itu mereka juga harus memiliki pemahaman

atas kompleksitas kesejarahan, budaya dan sosial yang menjadi dasar bagi
perspektif tersebut.
Prinsip dasar atau karakteristik yang terdapat di dalam good governance tersebut bila
benar-benar diterapkan maka diyakini akan dapat meminimalisir tindakan korupsi,
prinsip good governace membuat keseimbangan kinerja antara pemerintah sebagai
pelayan

publik

dan

masyarakat

sebagai

yang

dilayani.

Good

governace

mengedepankan kepentingan umum diatas kepentingan lainnya, kepentingan bangsa


dan negara menjadi yang utama dan didalam mengelola tata pemerintahan ini good
governance menyertakan peran masyarakat dalam turut membangun bangsa, suara dan
pendapat

masyarakat

dijadikan

suatu

pertimbangan.

Keterbukaan

dan

pertanggungjawaban pemerintah dalam mengelola pemerintahan ini juga menjadi


sesuatu hal yang wajib dan boleh diketahui oleh masyarakat, supremasi dan penegakan
Prinsip good governance dapat menjadi salah satu solusi mujarab untuk melindungi
dan membersihkan negara ini dari isu korupsi, kolusi dan nepotisme. Korupsi yang
sudah ada ditengah-tengah negara kita sejak negara Indonesia mulai terbentuk korupsi
telah menjadi bagian dari kehidupan bangsa, untuk itu kita tidak boleh bersikap acuh
tak acuh, karena korupsi merusak kehidupan ekonomi dan landasan moral tata
kehidupan.
Korupsi adalah simbol dari pemerintahan yang tidak benar, yang dicerminkan oleh
patronese, prosedur berbelit-belit, unit pemungut pajak yang tidak efektif, pengurusan
lisensi, korupsi besar-besaran dalam pengadaan barang dan jasa, dan layanan
masyarakat yang sangat buruk.
Good governancesangat berhubungan erat dengan manajemen pengelolaan kebijakan
pembangunan (khususnya bidang hukum). Apabila seorang pejabat publik akan
mengambil keputusan dalam melaksanakan pembangunan, terlebih dahulu dia harus
menerapkan prinsip-prinsip penyelenggaraan pemerintahan yang baik sehingga hasil
akhirnya secara menyeluruh adalah suatu perintah yang baik. Keputusan yang diambil
oleh seroang pejabat publik baik itu berbentuk kebijakan (bescchiking) maupun aturan
umum (regeling) harus benar-benar berdasarkan kewenangan yang diberikan undangundang maupun yang dilimpahkan oleh pejabat. Ciri good governance di sini adalah
keputusan tersebut diambil secara demokratis, transparan, akuntabilitas, dan benar.
Konsep good governace sangat diperlukan dalam pembangunan berkelanjutan karena
merupakan prasyarat untuk mendapatkan keseimbangan yang efektif antara
lingkungan dan pembangunan. Tanpa ini pembangunan berkelanjutan akan salah
arah.

Upaya mewujudkan good governance di Indonesia merupakan suatu prioritas yang


harus dilaksanakan dalam rangka menciptakan suatu tatanan masyarakat, bangsa, dan
negara yang lebih sejahtera, jauh dari korupsi, kolusi, dan nepotisme, karena dalam
kenyataannya masyarakat masih jauh dari hidup layak, korupsi saat ini masih meraja
lela. Namun demikian perjuangan dalam menciptakan pemerintahan yang bersih tidak
boleh berhenti, harus tetap dilanjutkan dan diupayakan semaksimal mungkin hingga
suatu saat akan dirasakan begitu bermartabatnya bangsa yang memiliki komitmen,
tanggung jawab, dan harga diri.
Dengan mengedepankan dan mulai menerapkan prinsip-prinsip good governance
secara utuh dan keseluruhan dalam tatanan pengelolaan pemerintahan maka apa yang
kita idamkan bersama yakni pemerintahan yang bersih dari KKN, pemerintahan yang
mengutamakan kepentingan umum, masyarakat, bangsa dan negara diatas kepentingan
pribadi dan golongan, pemerintah yang memang bekerja untuk meningkatkan
kesejahteraan masyarakatnya akan dapat tercapai serta terwujud. Berikut diutarakan
beberapa upaya untuk menerpakan good governance.
a) Perombakan birokrasi.
Birokrasi yang bertele-tele menyebabkan adanya celah-celah untuk melakukan
korupsi. Alangkah baiknya jika sebuah informasi dapat disampaikan dengan
cepat tanpa melalui berbagai prosedur yang tidaklah penting. Dengan
demikian, suatu kepentingan dapat langsung ditanggapi oleh pihak-pihak yang
berkaitan tanpa ada penyelewengan. Satu hal utama yang harus diperhatikan
dalam perombakan birokrasi ini adalah diperjelasnya batas-batas mengenai
sembilan prinsip good governance. Kesembilan hal tersebut harus selalu
diperhatikan karena di dalamnya mengusung nilai-nilai etika. Keenam prinsip
tersebut juga mempunyai kegunaan penting bagi masyarakat untuk mengetahui
sistem birokrasi yang sedang berjalan. Bagaimanapun juga, masyarakat adalah
kontrol sosial dalam kehidupan berbangsa dan bernegara.
b) Penegakan hukum.
Bahwa hukum itu harus ditegakkan, adalah benar. Namun suatu hukum harus
tidak boleh ditegakkan dengan seenaknya saja. Hukum harus ditegakkan
dengan tegas dan jelas. Penegakan hukum di Indonesia dalam upaya
pemberantasan korupsi harus lebih berani. Terbukti, dengan hukuman yang
biasa-biasa saja koruptor tidaklah jera, namun malah semakin menjadi-jadi.
Sudah saatnya para koruptor diberikan hukuman yang tidak sekadar berat,
namun juga menimbulkan efek jera. Ada baiknya pula jika kita canangkan

bersama hukuman sosial dengan mempermalukan koruptor di depan publik,


atau kalau perlu hukuman mati bagi para koruptor.
c) Pembenahan institusi penegak keadilan.
Institusi penegak keadilan di sini bukan hanya Pengadilan saja, namun juga
termasuk Kepolisian, Kejaksaan, hingga KPK. Hakim-hakim nakal harus
segera dibuang dan segera digantikan dengan hakim-hakim lain yang lebih
berintegritas. KPK harus lebih berani dalam memberantas korupsi kelas kakap
beserta aktor-aktor kondangnya. Begitu pula, eksistensi KPK harus senantiasa
dijaga karena untuk saat ini, KPK-lah yang menjadi garda depan dalam
pemberantasan korupsi secara langsung.
d) Pendidikan.
Satu hal yang tidak boleh dilupakan adalah pendidikan. Idealisme pendidikan
di negeri ini harus dikembalikan pada semangat untuk membangun manusia
Indonesia yang bermoral dan berakhlak mulia. Pencapaian prestasi dan nilai
yang tinggi apabila tidak dibarengi dengan pembelajaran etika, hasilnya adalah
sama saja. Malah, hal tersebut menjadi sangat berbahaya karena orang-orang
pintar tersebut dipersiapkan untuk menjadi koruptor. Pendidikan yang
dimaksud juga bukan hanya pendidikan formal di sekolah, namun utamanya
juga pendidikan dalam keluarga dan juga pendidikan agama. Peran orangtua
sangat berpengaruh dalam pembentukan karakter anaknya dan asupan
pelajaran agama yang baik akan membentuk akhlak yang mulia pula.
Korupsi memang telah membawa Indonesia ke depan pintu kehancuran, namun tidak
akan pernah bisa membawanya masuk ke dalam sebuah kehancuran. Saya yakin
bahwa Indonesia akan segera bangkit dari keterpurukannya, apabila kita semua,
seluruh bangsa Indonesia, bersatu dalam semangat dan tindakan untuk memberantas
korupsi, dan mengembalikan Indonesia dalam sebuah kejayaan. Dimulai dari diri
sendiri, dimulai dari saat ini, marilah kita mengumandangkan perang terhadap korupsi.

3. Kesimpulan
A. Terdapat beberapa penyebab sehingga seringnya terjadi korupsi yang
dilakukan oleh pejabat pemerintahan atau pun oleh orang-orang yang memiliki
kekuasaan dan jabatan yang bekerja pada lembaga pemerintah. Korupsi yang
mereka lakukan telah merusak perekenomian bangsa dan negara, dimana hasil
yang mereka peroleh dari tindakan korupsi seharusnya dipergunakan untuk
kepentingan pembangunan dan kesejahteraan masyarakat telah mereka jadikan

menjadi harta kekayaan pribadi. Adapun beberapa penyebab tindakan korupsi


tersebut : Sistem penyelenggaraan negara yang keliru (berorientasi hanya pada
satu bidang saja tanpa memikirkan bidang lainnya), Kompensasi PNS yang
rendah (gaji aparatur pemerintahan yang masih rendah sehingga PNS sering
menyalahgunakan jabatannya untuk memperkaya diri), Pejabat yang serakah
(pola hidup pejabat yang berfoya-foya), Penegakan hukum belum berjalan
maksimal (hukum yang cenderung tidak menimbulkan efek jera bagi
koruptor), Hukuman yang ringan terhadap koruptor, Pengawasan yang tidak
efektif, Tidak ada keteladanan pemimpin, serta Budaya yang tumbuh dalam
masyarakat yang cenderung nyaman untuk melakukan Korupsi Kolusi dan
Nepotisme.
B. Good governance dapat menjadi salah satu upaya yang dilakukan dalam
mencegah tindakan korupsi pada lembaga pemerintahan, karena good
governance merupakan suatu upaya dalam menciptakan tata kelola
pemerintahan yang baik, menciptakan pemerintahan yang tidak hanya
berorientasi pada satu bidang permasalahan saja namun mencakup keseluruhan
bidang yang dapat dan hendak dipergunakan sepenuhnya untuk menciptakan
kesejahteraan masyarakatnya. Dengan menerapkan prinsip-prinsip dasar yang
terdapat didalam good governance serta asas-asas umum pemerintahan yang
layak maka secara bertahap bahkan mungkin menyeluruh faktor-faktor
penyebab adanya kecenderungan tindakan korupsi pada lembaga pemerintahan
dapat

dikikis

karena

orientasi

yang

ada

telah

mengedepankan

kebersamaan,keterbukaan dan pertanggungjawaban, serta menumbuhkan


keseimbangan antara pemerintah, swasta dan masyarakat dalam bersama-sama
mencapai kemakmuran, kesejahteraan serta kemajuan perekonomian bangsa.
Dan yang terutama berjalan dan efektif nya penegakan hukum sebagai suatu
aturan yang bertindak sebagai pedoman, pengawas dalam pelaksanaan
kepemerintahan yang baik ini.

4. Daftar Pustaka
1) http://www.kompasiana.com/susantilonasilalahi/berantas-korupsi-dengangood-governance_5511912b813311ba4bbc6477
2) http://cuap-cuap14.blogspot.com/p/good-governance.html
3) http://ainfatwah.blogspot.com/2012/05/normal-0-false-false-false-in-xnone-ar.html
4) http://www.boyyendratamin.com/2015/01/mewujudkan-pemerintahanyang-baik.html

Anda mungkin juga menyukai