Anda di halaman 1dari 8

BAB I

PENDAHULUAN

Hak merupakan unsur normatif yang melekat pada diri setiap


manusia sejak manusiamasih dalam kandungan sampai akhir kematiannya.
Di dalamnya tidak jarang menimbulkan gesekan-gesekan antar individu
dalam upaya pemenuhan HAM pada dirinya sendiri. Hal inilah yang
kemudian bisa memunculkan pelanggaran HAM seorang individu terhadap
individu lain, kelompok terhadap individu, ataupun sebaliknya. Setelah
reformasi tahun 1998, Indonesia mengalami kemajuan dalam bidang
penegakan HAM bagi seluruh warganya. Instrumen-instrumen HAM pun
didirikan sebagai upaya menunjang komitmen penegakan HAM yang lebih
optimal. Namun seiring dengan kemajuan ini, pelanggaran HAM kemudian
juga sering terjadi di sekitar kita.

BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Pengertian Hak Asasi Manusia (HAM)


HAM adalah hak-hak dasar yang melekat pada diri manusia, tanpa
hak-hak itu manusia tidak dapat hidup layak sebagai manusia. Menurut
John Locke HAM adalah hak-hak yang diberikan langsung oleh Tuhan Yang
Maha Pencipta sebagai hak yang kodrati. Dalam pasal 1 Undang-Undang
Nomor 39 Tahun 1999 tentang HAM disebutkan bahwa Hak Asasi Manusia
adalah seperangkat hak yang melekat pada hakekat dan keberadaan
manusia sebagai makhluk Tuhan Yang Maha Esa dan merupakan anugerahNya yang wajib dihormati, dijunjung tinggi, dan dilindungi oleh negara,
hukum, pemerintah dan setiap orang, demi kehormatan serta perlindungan
harkat dan martabat manusia.
Ruang lingkup HAM meliputi:
a.

Hak pribadi: hak-hak persamaan hidup, kebebasan, keamanan, dan


lain-lain;

b.

Hak milik pribadi dan kelompok sosial tempat seseorang berada;

c.

Kebebasan

sipil

dan

politik

untuk

dapat

ikut

serta

dalam

pemerintahan; serta
d.

Hak-hak berkenaan dengan masalah ekonomi dan sosial.


Hakikat HAM sendiri adalah merupakan upaya menjaga keselamatan

eksistensi

manusia

secara

utuh

melalui

aksi

keseimbangan

antara

kepentingan perseorangan dengan kepentingan umum. Begitu juga upaya


menghormati, melindungi, dan menjunjung tinggi HAM menjadi kewajiban
dan

tangung

jawab

bersama

antara

individu,

pemeritah

(aparatur

pemerintahan baik sipil maupun militer), dan negara.


Berdasarkan beberapa rumusan hak asasi manusia di atas, dapat
ditarik kesimpulan tentang beberapa sisi pokok hakikat hak asasi manusia,
yaitu :

a.

HAM tidak perlu diberikan, dibeli ataupun di warisi, HAM adalah


bagian dari manusia secara otomatis.

b.

HAM berlaku untuk semua orang tanpa memandang jenis kelamin,


ras, agama, etnis, pandangan politik atau asal usul sosial, dan bangsa.

c.

HAM tidak bisa dilanggar, tidak seorangpun mempunyai hak untuk


membatasi atau melanggar hak orang lain. Orang tetap mempunyai
HAM walaupun sebuah negara membuat hukum yang tidak melindungi
atau melanggar HAM.

2.2 Jenis Pelanggaran Hak Asasi Manusia


Pelanggaran HAM dikategorikan dalam dua jenis, yaitu:
1.
Kasus pelanggaran HAM yang bersifat berat, meliputi:
a. Pembunuhan masal (genosida)
Genosida adalah setiap perbuatan yang dilakukan dengan
maksud untuk menghancurkanatau memusnahkan seluruh
atau sebagian kelompok bangsa, ras, etnis, dan agama
dengancara melakukan tindakan kekerasan (UUD No.26/2000
Tentang Pengadilan HAM)
b. Kejahatan Kemanusiaan
Kejahatan kemanusiaan

adalah

suatu

perbuatan

yang

dilakukan berupa serangan yangditujukan secara langsung


terhadap

penduduk

sipil

seperti

pengusiran

penduduk

secarapaksa, pembunuhan,penyiksaan, perbudakkan dll.


2.

Kasus pelanggaran HAM yang biasa, meliputi:


a. Pemukulan
b. Penganiayaan
c. Pencemaran nama baik
d. Menghalangi orang untuk mengekspresikan pendapatnya
e. Menghilangkan nyawa orang lain

2.3 Peristiwa Pelanggaran HAM di Indonesia


Setiap manusia selalu memiliki dua keinginan, yaitu keinginan
berbuat baik, dan keinginan berbuat jahat. Keinginan berbuat jahat itulah
yang menimbulkan dampak pada pelanggaran hak asasi manusia, seperti
membunuh, merampas harta milik orang lain, menjarah, dan lain-lain.
Pelanggaran HAM dapat terjadi dalam interaksi antara aparat pemerintah
dengan masyarakat dan antar warga masyarakat. Namun, yang sering

terjadi adalah antara aparat pemerintah dengan masyarakat. Apabila


dilihat

dari

perkembangan

sejarah

bangsa

Indonesia,

ada beberapa

peristiwa besar pelanggaran HAM yang terjadi dan mendapat perhatian


yang tinggi dari pemerintah dan masyarakat Indonesia, seperti:
a. Kasus Tanjung Priok (1984)
Kasus tanjung Priok terjadi tahun 1984 di wilayah Tanjung Priok,
Jakarta Utara antara aparat dengan warga sekitar yang berawal dari
masalah SARA dan unsur politis. Kasus ini murni pelanggaran HAM. Bermula
ketika warga sekitar Tanjung Priok, Jakarta Utara melakukan demonstrasi
beserta kerusuhan karena adanya upaya pemindahan makam keramat
Mbah Priok untuk kepentingan lain. Hal ini lalu mengakibatkan bentrok
antara warga dengan kepolisian dan anggota TNI yang mengakibatkan
sebagian warga tewas dan luka-luka. Dalam peristiwa ini diduga terjadi
pelanggaran HAM di mana terdapat ratusan korban meninggal dunia akibat
kekerasan dan penembakan.
b. Kasus terbunuhnya Marsinah (1993)
Kasus Marsinah Kasus pelanggaran HAM Marsinah terjadi pada
tanggal 3 dan 4 Mei 1993.

Marsinah adalah seorang pekerja wanita di PT

Catur Putera Surya Porong, Jatim. Kasus ini berawal dari unjuk rasa dan
pemogokan yang dilakukan buruh PT.CPS. Marsinah dan 12 buruh lain
menuntut kepada perusahaan untuk mencabut status PHK pada mereka.
Namun berselang 5 hari kemudian, Marsinah ditemukan tewas di hutan
Wilangan, kota Nganjuk dalam keadaan yang mengenaskan dan diduga
menjadi korban pelanggaran HAM berupa penculikan, penganiayaan dan
pembunuhan.
c. Kasus terbunuhnya wartawan Udin dari Harian Umum Bernas
(1996)
Wartawan

Udin

(Fuad

Muhammad

Syafruddin)

adalah seorang

wartawan dari harian Bernas yang diduga diculik, dianiaya oleh orang tak
dikenal dan akhirnya ditemukan sudah tewas.
d. Peristiwa Aceh (1990)

Peristiwa yang terjadi di Aceh sejak tahun 1990 telah banyak


memakan korban, baik dari pihak aparat maupun penduduk sipil yang tidak
berdosa. Peristiwa Aceh diduga dipicu oleh unsur politik dimana terdapat
pihak-pihak tertentu yang menginginkan Aceh merdeka.
e. Peristiwa penculikan para aktivis politik (1998)
Telah terjadi peristiwa penghilangan orang secara paksa (penculikan)
terhadap para aktivis yang menurut catatan Kontras ada 23 orang (1 orang
meninggal, 9 orang dilepaskan, dan 13 orang lainnya masih hilang).
f. Kasus Trisakti dan Semanggi
Kasus pelanggaran HAM Trisakti dan Semanggi ini erat berkaitan
dengan gerakan reformasi pada 1998 lalu. Dipicu oleh krisis ekonomi pada
tahun 1997 dan tindakan KKN pada masa kepemimpinan Presiden
Soeharto, maka terjadilah gerakan reformasi besar-besaran yang dipelopori
oleh mahasiswa. Para mahasiswa pun melakukan demo yang berujung
pada bentrok fisik dengan aparat. Hal inilah yang akhirnya menyebabkan
tewasnya 4 mahasiswa dari Universitas Trisakti akibat tembakan peluru
aparat. Sedangkan tragedi Semanggi terjadi 6 bulan kemudian pada 13
November 1998 yang menewaskan 5 mahasiswa. Dua peristiwa ini memicu
kerusuhan di seluruh wilayah Indonesia. Kerusuhan dan kekerasan pun
terjadi di mana-mana dan menewaskan ribuan warga. Peristiwa kerusuhan
Mei 1998 ini pun dicatat sebagai salah satu tahun kelam sejarah bangsa
Indonesia.
g. Kasus Timor-Timur
Kasus Timor-Timur, pasca jejak pendapat tahun 1999. Kasus ini
termasuk

pelanggaran

penganiayaan

dan

HAM,

karena

penyiksaan,

terjadi

pembunuhan

penghilangan

paksa,

massal,
dan

pembumihangusan.
h. Kasus Bom Bali (2002)
Kasus Bom Bali juga menjadi salah satu kasus pelanggaran HAM
terbesar di Indonesia. Peristiwa ini terjadi pada 12 November 2002, di mana
terjadi peledakan bom oleh kelompok teroris di daerah Legian Kuta, Bali.

Total ada 202 orang yang meninggal dunia, baik dari warga lokal maupun
turis asing mancanegara yang sedang berlibur. Akibat peristiwa ini, terjadi
kepanikan di seluruh Indonesia akan bahaya teroris yang terus berlangsung
hingga tahun-tahun berikutnya.
i. Kasus Pembunuhan Munir
Kasus pembunuhan Munir merupakan salah satu pelanggaran HAM di
Indonesia yang kasusnya belum terselesaikan hingga akhirnya ditutup.
Munir Said Thalib bukan sembarang orang, dia adalah seorang aktivis HAM
yang pernah menangani kasus-kasus pelanggaran HAM. Ia meninggal pada
tanggal 7 September 2004 di dalam pesawat Garuda Indonesia dalam
perjalanan menuju kota Amsterdam di Belanda. Banyak yang menganggap
bahwa Munir meninggal karena dibunuh atau diracuni oleh suatu kelompok
tertentu. Sayangnya hingga kini kasus kematian Munir ini belum jelas dan
kasusnya sendiri akhirnya ditutup.

2.4 Kasus Pelanggaran Hak Asasi Manusia di Lingkungan Sekitar


1. Terjadinya penganiayaan pada praja STPDN oleh seniornya dengan da
lih pembinaan
yang menyebabkan meninggalnya Klip Muntu pada tahun 2003.
2. Dosen yang malas masuk kelas atau malas memberikan penjelasan p
ada suatu mata kuliah kepada mahasiswa merupakan pelanggaran
HAM ringan kepada setiap mahasiswa.
3. Para pedagang yang berjualan di trotoar merupakan pelanggaran HA
M terhadap para pejalan kaki, sehingga menyebabkan para pejalan
kaki berjalan di pinggir jalan sehingga sangat rentan terjadi
kecelakaan.
4. Para pedagang tradisional yang berdagang di pinggir jalan merupaka
n pelanggaran HAM ringan terhadap pengguna jalan sehingga para
pengguna jalan tidak bisa menikmati arus kendaraan yang tertib dan
lancar.
5. Masyarakat kelas bawah mendapat perlakuan hukum kurang adil,
bukti nya jika masyarakat bawah membuat suatu kesalahan misalkan
mencuri sendal proses hukum nya sangat cepat, akan tetapi jika

masyarakat kelas atas melakukan kesalahan misalkan korupsi, proses


hukum nya sangatlah lama.
6. Kasus Tenaga Kerja Wanita (TKW) yang bekerja di luar negeri
mendapat penganiayaan dari majikannya.

BAB III
PENUTUP

3.1.

Kesimpulan

HAM adalah hak-hak dasar yang dimiliki oleh manusia sesuai dengan
kiprahnya. Setiap individu mempunyai keinginan agar HAM-nya terpenuhi,
tapi satu hal yang perlu kita ingat bahwa Jangan pernah melanggar atau
menindas HAM orang lain.Dalam kehidupan bernegara HAM diatur dan
dilindungi oleh perundang-undangan RI, dimana setiap bentuk pelanggaran
HAM baik yang dilakukan oleh seseorang, kelompok atau suatu instansi
atau bahkan suatu Negara akan diadili dalam pelaksanaan peradilan HAM,
pengadilan HAM menempuh proses pengadilan melalui hukum acara
peradilan HAM sebagaimana terdapat dalam Undang-Undang pengadilan
HAM.

3.2.

Saran

Sebagai makhluk sosial kita harus mampu mempertahankan dan


memperjuangkan HAM kita sendiri. Di samping itu kita juga harus bisa
menghormati dan menjaga HAM orang lain jangan sampai kita melakukan
pelanggaran HAM. Dan jangan sampai pula HAM kita dilanggar dan dinjakinjak oleh orang lain.Jadi dalam menjaga HAM kita harus mampu
menyelaraskan dan mengimbangi antara HAM kita dengan orang lain.

Anda mungkin juga menyukai