Anda di halaman 1dari 19

Obsessive Compulsive Disorders

DAFTAR ISI
Daftar Isi

Kata Pengantar

Tinjauan Pustaka

Definisi

Epidemiologi

Etiologi

Patofosiologi

Manifestasi Klinis

Diagnosis

10

Diagnosis Banding

13

Penatalaksanaan

14

Prognosis

15

Kesimpulan

16

Daftar Pustaka

17

BAB I
Pendahuluan
BAB II

BAB III

Ilmu Kesehatan Jiwa


Fakultas Kedokteran Universitas Tarumanagara
5 Oktober-7 November 2015

Obsessive Compulsive Disorders

KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa yang telah
memberikan rahmat dan karunia-Nya sehingga referat dengan judul Gangguan
Obsesi Kompulsi ini dapat selesai dengan baik dan tepat waktu. Referat ini disusun
untuk memenuhi syarat Kepaniteraan Klinik Bidang Ilmu Kesehatan Jiwa Fakultas
Kedokteran Tarumanagara di RSKJ Dharma Graha pada periode 5 Oktober 2015 7
November 2015.
Dalam referat ini penulis mencoba menyajikan informasi mengenai
Gangguan Obsesi Kompulsi bagi pembaca,khususnya kalangan medis dan
paramedis,dengan harapan dapat menambah pengetahuan mengenai Gangguan
Obsesi Kompulsi. Dalam

penyusunan referat ini,penulis menghadapi berbagai

hambatan dalam memperoleh informasi,seperti sulitnya memperoleh keakuratan data


dengan melakukan seleksi dari berbagai sumber,serta kurangnya pengalaman penulis
dalam menyusun karya ilmiah.
Penulis menyadari masih banyak kekurangan karena kemampuan dan
pengalaman penulis yang terbatas. Oleh karena itu, penulis sangat mengharapkan
saran dan kritik yang membangun dari semua pihak agar referat ini dapat menjadi
lebih baik, dan dapat berguna bagi para pembaca. Akhir kata, penulis mohon maaf
apabila masih banyak kesalahan maupun kekurangan dalam referat ini,semoga referat
ini bermanfaat bagi para pembaca
Jakarta, Oktober 2015

Penulis

Ilmu Kesehatan Jiwa


Fakultas Kedokteran Universitas Tarumanagara
5 Oktober-7 November 2015

Obsessive Compulsive Disorders

BAB I

PENDAHULUAN
Latar Belakang
Gangguan

obsesif

kompulsif

merupakan

sekelompok

gejala

yang

beranekaragam yang ditandai oleh adanya obsesif dan/atau kompulsif yang menyita
waktu atau secara signifikan mengganggu keseharian pasien dalam hal pekerjaan,
keluarga, kehidupan sosial serta menyebabkan penderitaan yang bermakna. Obsesif
adalah suatu pikiran, perasaan, ide ataupun sensasi yang mengganggu dan berulangulang. Bila obsesif adalah suatu aktivitas mental, maka kompulsif adalah suatu
perilaku yang sadar, teratur, dan berulang-ulang, seperti menghitung, memeriksa,
ataupun menghindari. Meskipun perilaku kompulsif dilakukan pasien untuk
menghindarkan dirinya dari kecemasan, kerap kali hal tersebut tidak mempengaruhi
kecemasannya bahkan meningkatkan kecemasannya.
Hingga kini, penyebab dari gangguan obsesif-kompulsif belum dapat
ditentukan dengan pasti. Terdapat bukti yang kuat adanya faktor biologis dan genetik.
Di lain pihak, faktor psikologis seperti proses belajar, kepercayaan yang salah, dan
pikiran yang katastrofik ditunjukkan pada sebagian besar pasien dan tampaknya
memainkan peran yang penting pada penampakan gejala dan bertahannya gejala.2
Pikiran atau bayangan obsesi dapat kekhawatiran yang biasa tentang apakah
pintu sudah dikunci atau belum sampai fantasi aneh dan menakutkan tentang
bertindak kejam terhadap orang yang disayangi. Istilah kompulsif menunjuk pada
dorongan atau impuls yang tidak dapat ditahan untuk melakukan sesuatu. Sering suatu
pikiran obsesif mengakibatkan suatu tindakan kompulsif. Tindakan kompulsif dapat
berupa berulang kali memeriksa pintu yang terkunci, kompor yang sudah mati atau
menelepon orang yang dicintai agar selalu bisa memastikan keselamatannya. 1,2

Ilmu Kesehatan Jiwa


Fakultas Kedokteran Universitas Tarumanagara
5 Oktober-7 November 2015

Obsessive Compulsive Disorders

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA
Definisi
Tindakan obsesi adalah aktivitas mental seperti pikiran, perasaan, ide, impuls,
yang berulang dan intrusif. Kompulsi adalah pola perilaku tertentu yang berulang dan
disadari seperti menghitung, memeriksa, dan menghindar.
Tindakan kompulsi merupakan usaha untuk meredakan kecemasan yang
berhubungan dengan obsesi namun tidak selalu berhasil meredakan ketegangan.
Pasien dengan gangguan ini menyadari bahwa pengalaman obsesi dan kompulsi tidak
beralasan sehingga bersifat egodistonik.1
Epidemiologi
Prevalensi gangguan obsesi kompulsif sebesar 2-2,4%. Sebagian besar
gangguan mulai pada saat remaja atau dewasa muda (umur 18-24 tahun), tetapi bisa
terjadi pada masa kanak-kanak. Perbandingan antara laki-laki dan perempuan dewasa
sama. Namun untuk remaja, laki-laki lebih sering terkena gangguan obsesif-kompulsif
dibandingkan perempuan.
Pasien dengan gangguan obsesif-kompulsif biasanya merupakan orang-orang
yang sukses, pemalu, keras kepala, perfeksionis, suka menghakimi, sangat berhatihati, kaku, dan pencemas yang kronis yang menghindari keintiman dan hanya
menikmati sedikit kesenangan dalam hidupnya. Mereka suka bimbang dan banyak
permintaannya dan sering kali dianggap sebagai orang yang dingin, pendiam, dan
tidak ramah.1,2
Etiologi
Penyebab gangguan obsesi kompulsi bersifat multifaktor, yaitu interaksi antara
faktor biologik, genetik, faktor psikososial.
1. Faktor Biologis
a. Neurotransmitter
Banyak uji coba klinis yang dilakukan terhadap berbagai obat
mendukung hipotesis bahwa suatu disregulasi serotonin adalah terlibat
di dalam pembentukan gejala obsesi dan kompulsi dari gangguan.
Tetapi apakah serotonin terlibat di dalam penyebab gangguan obsesif
kompulsif adalah tidak jelas pada saat ini. Beberapa peneliti
Ilmu Kesehatan Jiwa
Fakultas Kedokteran Universitas Tarumanagara
5 Oktober-7 November 2015

mengatakan bahwa sistem neurotransmitter kolinergik dan


dopaminergik pada pasien gangguan obsesif-kompulsif adalah 2
bidang penelitian riset untuk masa depan.
b. Penelitian pencitraan otak
Tomografi Emisi Positron telah menemukan peningkatan aktivitas
(metabolisme dan aliran darah) di lobus frontalis, ganglia basalis
(khususnya kauda), dan singulum pada pasien dengan gangguan
obsesif kompulsif. Baik tomografi komputer (CT) dan pencitraan
resonansi magnetik (MRI) telah menemukan adanya penurunan ukuran
kaudata secara bilateral pada pasien dengan gangguan obsesifkompulsif.
c. Genetika
Data genetik yang ada entang gangguan obsesif kompulsif konsisten
dengan hipotesis bahwa penurunan gangguan obsesif kompulsif
memiliki suatu komponen genetika yang bermakna. Penelitian
keluarga pada pasien gangguan obsesif kompulsif telah menemukan
bahwa 35% sanak saudara derajat pertama pasien gangguan obsesifkompulsif juga menderita gangguan.
d. Data biologis lainnya
Penelitian elektrofisiologis, penelitian elektroensefalogram (EEG)
tidur, dan penelitian neuroendokrin telah menyumbang data yang
menyatakan adanya kesamaan antara gangguan depresif dan gangguan
obsesif-kompulsif. Suatu insidensi kelainan EEG nonspesifik yang
lebih tinggi dari biasanya telah ditemukan pada pasien gangguan
obsesif kompulsif. Penelitian EEG tidur telah menemukan kelainan
yang mirip dengan yang terlihat pada gangguan depresif, seperti
penurunan latensi REM (rapid eye movement). Penelitian
neuroendokrin juga telah menemukan beberapa kemiripan dengan
gangguan depresif, seperti nonsupresi pada dexamethasonesuppression test pada kira-kira sepertiga pasien dan penurunan sekresi
hormon pertumbuhan pada infus clonidine (catapres).
2. Faktor Perilaku
Menurut ahli teori belajar, obsesi adalah teori stimuli yang dibiasakan.
Stimulus yang relatif netral menjadi disertai dengan kecemasan atau ketakutan

melalui proses pembiasaan responden dengan memasangkannya dengan


peristiwa yang secara alami adalah berbahaya atau menghasilkan kecemasan
atau gangguan.
Kompulsi dicapai dalam cara yang berbeda. Seseorang menemukan bahwa
tindakan tertentu menurunkan kecemasan yang berkaitan dengan pikiran
obsesional. Jadi, strategi menghindar yang aktif dalam bentuk perilaku
kompulsif atau ritualistik dikembangkan untuk mengendalikan kecemasan.
Secara bertahap, karena manfaat perilaku tersebut dalam menurunkan
dorongan sekunder yang menyakitkan (kecemasan), strategi menghindar
menjadi terfiksasi sebagai pola perilaku kompulsif yang dipelajari.
3. Faktor Psikososial
Faktor kepribadian dan faktor psikodinamika.2
Patofisiologi
Lebih dari 50% pasien dengan gejala gangguan obsesif kompulsif gejala
awalnya muncul mendadak. Permulaan gangguan terjadi setelah adanya peristiwa
yang stressfull, seperti kehamilan, masalah seksual, kematian keluarga. Seringkali
pasien merahasiakan gejala sehingga terlambat datang berobat. Perjalanan penyakit
bervariasi, sering berlangsung panjang, beberapa pasien mengalami perjalanan
penyakit yang berflukuasi sementara sebagian lain menetap/terus menerus ada.
Proses patofisiologi yang mendasari terjadinya OCD belum secara jelas
ditemukan. Penelitian dan percobaan terapeutik menduga bahwa abnormalitas pada
neurotransmitter serotonin (5-HT) di otak secara berarti terlibat dalam kelainan ini.
Secara kuat didukung pula oleh efikasi pengobatan dengan serotonin reuptake
inhibitor (SRIs) pada OCD.
Bukti-bukti yang ditemukan juga terdapat dugaan adanya abnormalitas system
transmisi dopaminergik pada beberapa kasus OCD. Pada beberapa penelitian kohort,
Sindroma Tourette dan tic kronik multiple pada umumnya ada bersamaan dengan
OCD dengan pola autosomik dominan. Gejala OCD pada tipe-tipe pasien seperti ini
memiliki respon yang baik dengan terapi kombinasi SSRIs dan antipsikotik.
Penelitian dengan menggunakan pencitraan fungsional pada pasien OCD telah
memperlihatkan suatu pola yang abnormal. Terutama MRI dan positron emission
tomography (PET) telah menunjukkan peningkatan aliran darah dan aktivitas
metabolik pada korteks orbitofrontal, system limbic, nucleus kaudatus, dan thalamus,

dengan kecenderungan berada perdominan di daerah kanan. Pada beberapa penelitian,


daerah yang mengalami over-aktivitas ini telah mengalami perubahan ke arah normal
setelah terapi dengan SSRIs dan atau cognitive behavioral therapy (CBT). Temuan ini
mendukung hipotesis yang menyatakan bahwa gejala pada OCD dikendalikan oleh
terganggunya inhibisi intrakortikal dari jalur transmisi orbitofrontal-subkortikal yang
berperan dalam mediasi emosi yang kuat, dan respon autonom terhadap emosi
tersebut. Cingulotomy, intervensi bedah saraf, kadang-kadang digunakan pada OCD
yang resisten pengobatan, untuk mengganggu jalur transmisi tersebut.
Abnormalitas inhibisi yang serupa telah diobservasi pada sindroma Tourette,
dengan postulat yang mengatakan adanya modulasi abnormal di daerah ganglia
basalis.
Penelitian yang lebih baru memberikan perhatian lebih pada abnormalitas
system glutamatergik dan kemungkinan untuk menggunakan terapi glutamatergik
untuk OCD. Walaupun dimodulasi oleh serotonin dan neurotransmitter lainnya,
sinaps-sinaps pada jalur cortico-striato-thalamo-cortical diduga kuat terlibat pada
pathogenesis OCD yang utamanya melalui neurotransmitter glutamate dan gammaaminobutyric acid (GABA). Studi-studi preklinik dan beberapa laporan kasus serta
beberapa penelitian kecil lainnya telah menyediakan beberapa terapi-terapi
pendukung yang menggunakan agen spesifik glutamatergik. Walau demikian, agenagen ini (seperti memantine, n-acetylcysteine, riluzole, topiramate, glycine) memiliki
efek glutamatergik dan efek farmakologis yang bermacam-macam, sehingga jika
mereka dilihat efektif terhadap pengobatan OCD, penting untuk mengklarifikasi
terhadap mekanisme kerja terapeutik yang lainnya.1,2

Manifestasi Klinis
Pada umumnya obsesi dan kompulsi mempunyai gambaran tertentu seperti:
1. Adanya ide atau impuls yang terus menerus menekan ke dalam kesadaran
individu.
2. Perasaan cemas atau takut akan ide atau impuls yang aneh.
3. Obsesi dan kompulsi egoalien.
4. Pasien mengenali obsesi dan kompulsi merupakan sesuatu yang abstrak dan
irasional.
5. Individu yang menderita obsesi kompulsi merasa adanya keinginan kuat untuk
melawan.
Ada 4 pola gejala utama gangguan obsesi kompulsi, yaitu:
1. Kontaminasi
Pola yang paling sering adalah obsesi tentang kontaminasi, yang diikuti oleh
perilaku mencuci dan membersihkan atau menghindari obyek yang dicurigai
terkontaminasi.
2. Sikap ragu-ragu yang patologik
Pola kedua yang sering terjadi adalah obsesi tentang ragu-ragu yang sering
diikuti dengan perilaku kompulsi mengecek/memeriksa. Tema obsesi tentang
situasi berbahaya atau kekerasan (seperti lupa mematikan kompor atau tidak
mengunci pintu rumah).
3. Pikiran yang intrusif
Pola yang jarang adalah pikiran yang intrusif tidak disertai kompulsi, biasanya
pikiran berulang tentang seksual atau tindakan agresif.
4. Simetri
Obsesi yang temanya kebutuhan untuk simetri, ketepatan sehingga bertindak
lamban, misalnya makan bisa memerlukan waktu berjam-jam, atau mencukur
kumis dan janggut.
Pola yang lain: obsesi bertemakan keagamaan, trichotilomania, dan menggigitgigit jari.1

Tabel Persentase Gejala Obsesi

Tabel Persentase Gejala Kompulsi

Diagnosis
Kriteria diagnosis menurut DSM-V6:

Pemeriksaan Status Mental


Ada kaitan erat antara gejala obsesif, terutama pikiran obsesif dengan depresi.
Penderita gangguan obsesif kompulsif sering kali juga menunjukan gejala depresi dan
sebaliknya penderita gangguan depresi berulang dapat menunjukkan pikiran-pikiran
obsesif selama episode depresinya. Pasien obsesif-kompulsif, khususnya laki-laki,
memiliki angka hidup membujang yang lebih tinggi daripada rata-rata. Jumlah
percekcokan perkawinan yang lebih tinggi daripada biasanya ditemukan pada pasien.
Seorang mahasiswa di perguruan tinggi midwestern melapor ke dokter bahwa
ia memiliki kesulitan belajar, karena sering menghabiskan waktu berjam-jam setiap
malamnya untuk membangkitkan kembali pikiran tentang peristiwa di siang hari,
khususnya interaksi dengan orang-orang di sekitarnya. Ia menyamakan kejadian
tersebut seperti memutar videotape setiap peristiwa secara berulang-ulang dalam
pikirannya. Penurunan prestasi mencemaskan dirinya.
Pasien berkata, pada pertanyaan lebih lanjut bahwa ia sring melakukan ritual
berdandan selama 2 jam jika bersiap pergi dengan teman-teman. Mencukur, mandi,
menyisir rambut, dan mengenakan pakaian, semuanya membutuhkan kesempurnaan.
Pasien tidak mengalami perenungannya tentang peristiwa di siang hari
menurut pengendaalian sadarnya, dan ia berusaha untuk mengabaikan dan menekan
hal tersebut. Kemenduaan tentang apakah pikiran itu adalah obsesi yang
sesungghunya atau semata-mata pikiran obsesional mungkin merupakan kepentingan
diagnostik dalam membedakan gangguan obsesif-kompulsif dan gangguan kecemasan
umum, di mana perenungan seringkali ditemukan. Pada kasus ini, pasien
menunjukkan gejala kompulsi yang jelas. Perilaku berulang yang dilakukan menurut
aturan tertentu atau dalam cara yang stereotipik yang tidak memberikan fungsi yang
berguna dan tidak menyenangkan.1,2
Siklus OCD

Persamaan Obsesi dan Kompulsi

Suatu pikiran atau dorongan yang mendesak ke alam sadar secara gigih dan
terus menerus.

Timbul perasaan takut yang hebatdan penderita berusaha untuk


menghilangkan pikiran atau dorongan itu.

Obsesi dan kompulsi itu dirasakan sebagai asing, tidak disukai, tidak dapat
diterima, tetapi tidak dapat ditekan.5

Diagnosis Banding
1. Kondisi Medis
Persyaratan diagnostik DSM IV tentang ketegangan personal dan gangguan
fungsional membedakan gangguan obsesif-kompulsif dari pikiran dan
kebiasaan berlebihan yang umumnya atau ringan. Gangguan neurologis utama
yang dipertimbangkan di dalam diagnosis banding adalah gangguan Tourette,
gangguan tik lainnya, epilepsi lobus temporalis, dan kadang-kadang
komplikasi trauma dan pascaensefelitik.
Gangguan Tourette
Gejala karakteristik dari gangguan Tourette adalah tik motorik dan vokal yang
hampir setiap hari terjadi. Gangguan Tourette dan gangguan obsesif-kompulsif
memiliki onset usia yang sama dan gejala yang mirip. Kira-kira 90% pasien
dengan gangguan Tourette memiliki gejala kompulsif, dan sebanyak 2/3 nya
memenuhi kriteria diagnostik untuk gangguan obsesif-kompulsif.
2. Kondisi Psikiatrik
Pertimbangan psikiatrik utama di dalam diagnosis banding gangguan obsesifkompulsif adalah skizofrenia, gangguan kepribadian obsesif-kompulsif, fobia,
dan gangguan depresif. Gangguan obsesif-kompulsif biasanya dapat
dibedakan dari skizofrenia oleh tidak adanya gejala skizofrenik lain.
Gangguan kepribadian obsesif-kompulsif tidak memiliki derajat gangguan
fungsional yang berhubungan dengan gangguan obsesif-kompulsif. Fobia
adalah dibedakan dengan tidak adanya hubungan antara pikiran obsesif dan
kompulsi. Gangguan depresif berat kadang-kadang dapat disertai oleh gagasan
obsesif, tetapi pasien dengan gangguan obsesif-kompulsif saja tidak
memenuhi kriteria diagnostik untuk gangguan depresif berat.2

Tatalaksana
Mengingat faktor utama penyebab gangguan obsesif kompulsif adalah faktor
biologik, maka pengobatan yang disarankan adalah pemberian farmakoterapi dan
terapi perilaku.
A. Psikofarmakologi:
1. Clomipramine
3 x 25 mg (efek samping: mengantuk, dll)
2. SSRI (Selective Serotonin Re-uptake Inhibitor)
Dapat diberikan fluoxetin (2 x 20 mg), atau sertraline (2 x 50 mg), atau
esitalopram (2 x 10 mg), atau fluvoxamin (2 x 50 mg).
B. Psikoterapi:
Banyak pasien dengan gangguan obsesif-kompulsif yang resisten terhadap
usaha pengobatan yang diberikan baik dengan obat maupun terapi perilaku.
Walaupun gangguan obsesif-kompulsif dasarnya adalah biologik, namun
gejala obsesif kompulsifnya mungkin mempunyai makna psikologis penting
yang membuat pasien menolak pengobatan. Eksplorasi psikodinamik terhadap
resistensi pasien terhadap pengobatan sering memperbaiki kepatuhan
pengobatan.
Jenis psikoterapi yang diberikan dapat berupa:
a. Psikoterapi suportif
b. Terapi perilaku
c. Terapi kognitif perilaku
d. Psikoterapi dinamik
Beberapa penelitian mendapatkan bahwa kombinasi farmakoterapi dan terapi
perilaku lebih efektif menurunkan gejala obsesif kompulsif.1,4

Prognosis
Kira-kira 20-30% pasien mengalami perbaikan gejala yang bermakna,
sementara 40-50% perbaikan yang sedang. Sedang sisanya 20-40% gejalanya
menetap dan memburuk. Sepertiga dari gangguan obsesif-kompulsif disertai
gangguan depresi, dan semua pasien dengan gangguan obsesif-kompulsif memiliki
risiko bunuh diri.
Indikasi prognosis buruk adalah: kompulsi yang diikuti, onset masa kanak,
kompulsi yang bizzare, memerlukan perawatan rumah sakit, ada komorbiditas dengan
gangguan depresi, adanya kepercayaan yang mengarah ke waham dan adanya
gangguan kepribadian. Indikasi adanya prognosis baik adalah adanya penyesuaian
sosial dan pekerjaan yang baik, adanya peristiwa yang menjadi pencetus, gejala yang
episodik.1,2

Obsessive Compulsive Disorders

BAB III

PENUTUP
Kesimpulan
Gangguan obsesifkompulsif merupakan suatu kondisi yang ditandai dengan
adanya pengulangan pikiran obsesif atau kompulsif, dimana membutuhkan banyak
waktu (lebih dari satu jam perhari) dan dapat menyebabkan penderitaan (distress).
Untuk menegakkan diagnosis pasti, gejalagejala obsesif atau tindakan kompulsif
atau keduaduanya harus ada hampir setiap hari selama sedikitnya 2 minggu berturut
turut. Beberapa faktor berperan dalam terbentuknya gangguan obsesif-kompulsif
diantaranya adalah faktor biologi seperti neurotransmiter, pencitraan otak, genetika,
faktor perilaku dan faktor psikososial, yaitu faktor kepribadian dan faktor
psikodinamika.
Ada beberapa terapi yang bisa dilakukan untuk penatalaksanaan gangguan
obsesifkompulsif antara lain terapi farmakologi (farmakoterapi) dan terapi tingkah
laku. Prognosis pasien dinyatakan tidak bisa sembuh sempurna. Dengan pengobatan
bisa memberikan pengurangan gejala.1,2,5

Ilmu Kesehatan Jiwa


Fakultas Kedokteran Universitas Tarumanagara
5 Oktober-7 November 2015

Obsessive Compulsive Disorders

DAFTAR PUSTAKA
1. Kusumawardhani, Dr, Sp.KJ (K) (2013). Buku Ajar Ilmu Psikiatri. Jakarta:
Penerbit FKUI
2. Kaplan, Harold; Sadock, Benjamin (2010). Sinopsis Psikiatri. Jakarta:
Penerbit Binarupa Aksara
3. Departemen Kesehatan RI Direktorat Jenderal Pelayanan Medik (1993).
Pedoman Penggolongan dan Diagnosis Gangguan Jiwa III di Indonesia.
Jakarta: Departemen Kesehatan RI
4. Maslim, Rusdi (2001). Buku Saku Diagnosis Gangguan Jiwa. Jakarta:
Penerbit FK Unika-Atma Jaya
5. Maramis, Willy F.; maramis, Albert A. (2013). Catatan Ilmu Kedokteran
Jiwa, Edisi 2. Jakarta: Airlangga University Press
6. Akaka Jeffrey, Bernstein A. Carol, Crowley Brian, et all. Diagnostic and
Statistical Manual of Mental Disorders fifth edition. Washington: American
Psychiatric Publishing.

Ilmu Kesehatan Jiwa


Fakultas Kedokteran Universitas Tarumanagara
5 Oktober-7 November 2015

Anda mungkin juga menyukai