Dapat di ringkas
No
Jenis Pembetulan
1.
2.
WP mengungkapkan
Denda sebesar 2 (dua) ka
ketidakbenaran SPT disertai
jumlah pajak yang kurang
SPT Pembetulan dan pelunasan dibayar.
pembayaran pajak yang
sebenarnya terutang.
3.
WP mengungkapkan
ketidakbenaran pengisian SPT
disertai SPT Pembetulan dan
pelunasan pajak sebelum
pengungkapan tersebut
disampaikan.
4.
1.
2.
3.
4.
Prosedur Pembetulan
Sanksi
Seperti sudah saya sampaikan di tulisan sebelumnya,Dapatkah Membetulkan SPT?, Wajib Pajak memiliki hak untuk
membetulkan SPT yang telah disampaikan apabila ternyata terdapat kekeliruan atau kesalahan pada SPT tersebut.
Nah, pada tulisan singkat ini saya ingin menyampaikan jawaban atas pertanyaan : sampai kapankah Wajib Pajak
masih dapat melakukan pembetulan SPT?
Sebelum Dilakukan Pemeriksaan, Verifikasi, dan Pemeriksaan Bukti Permulaan
Berdasarkan Pasal 8 ayat (1) Undang-undang KUP, pembetulan SPT ternyata ada batas waktunya yaitu sepanjang
belum dilakukan tindakan pemeriksaan oleh Direktur Jenderal Pajak. Dengan kata lain, jika tindakan pemeriksaan
sudah dilakukan, hak Wajib Pajak untuk membetulkan SPT sudah tertutup.
Peraturan Pemerintah Nomor 74 Tahun 2011 (PP 74), kemudian memberikan penegasan lagi tentang batas waktu
Wajib Pajak dapat melakukan pembetulan SPT. Ya, PP 74 menegaskan bahwa pembetulan SPT dapat dilakukan
oleh Wajib Pajak sepanjang belum dilakukan tindakan pemeriksaan, verifikasi dalam rangka menerbitkan surat
ketetapan pajak, dan pemeriksaan bukti pemulaan.
Adapun yang dimaksud dengan mulai melakukan tindakan pemeriksaan adalah pada saat Surat Pemberitahuan
Pemeriksaan Pajak disampaikan kepada Wajib Pajak, wakil, kuasa, pegawai, atau anggota keluarga yang telah
dewasa dari Wajib Pajak.
Kesempatan untuk melakukan pembetulan SPT juga masih dapat dilakukan oleh Wajib Pajak apabila Direktur
Jenderal Pajak belum mulai melakukan tindakan Pemeriksaan Bukti Permulaan secara terbuka, yaitu pada saat surat
pemberitahuan Pemeriksaan Bukti Permulaan disampaikan kepada Wajib Pajak, wakil, kuasa, pegawai, atau
anggota keluarga yang telah dewasa dari Wajib Pajak. (penjelasan Pasal 5 ayat (1) PP 74)
Tindakan Pemeriksaan pada prinsipnya dilaksanakan dalam rangka menerbitkan surat ketetapan pajak. Oleh karena
itu, meskipun Direktur Jenderal Pajak belum melakukan Pemeriksaan atau Pemeriksaan Bukti Permulaan, namun
Direktur Jenderal Pajak telah menyampaikan surat pemberitahuan hasil Verifikasi maka Wajib Pajak tidak memiliki
kesempatan lagi untuk melakukan pembetulan Surat Pemberitahuannya. (penjelasan Pasal 5 ayat (1) PP 74)
agar Dirjen Pajak mempunyai ruang waktu untuk melakukan pemeriksaan terhadap SPT yang
dibetulkan tersebut.
Apabila dengan pembetulan ini mengakibatkan utang pajak menjadi lebih besar, maka kepada Wajib
Pajak dikenakan bunga 2% sebulan yang dihitung:
1. sejak tanggal penyampaian SPT Tahunan berakhir sampai dengan tanggal pembayaran
akibat pembetulan dan bagian bulan dihitung penuh satu bulan.
2. sejak jatuh tempo pembayaran masa sampai dengan tanggal pembayaran akibat
pembetulan SPT Masa dan bagian bulan dihitung penuh satu bulan.
B. Sedang Dilakukan Pemeriksaan
Walaupun Dirjen Pajak telah melakukan pemeriksaan, tetapi belum menerbitkan Surat Ketetapan
Pajak (sedang melakukan pemeriksaan), Wajib Pajak dengan kesadaran sendiri dapat
mengungkapkan dalam laporan tersendiri tentang ketidakbenaran pengisian SPT yang telah
disampaikan sesuai keadaan sebenarnya, yang dapat mengakibatkan:
1. pajak-pajak yang masih harus dibayar menjadi lebih besar atau lebih kecil
2. rugi berdasarkan ketentuan perpajakan menjadi lebih kecil atau lebih besar
3. jumlah harta menjadi lebih kecil atau lebih besar, atau
4. jumlah modal menjadi lebih besar atau lebih kecil
Laporan tersendiri secara tertulis tersebut harus disampaikan sebelum Pemeriksa menyampaikan
Surat Pemberitahuan Hasil Pemeriksaan (SPHP), ditandatangani oleh Wajib Pajak, dan dilampiri
dengan:
1. penghitungan pajak yang kurang dibayar sesuai dengan keadaan yang sebenarnya dalam
format Surat Pemberitahuan;
2. Surat Setoran Pajak sebagai bukti pelunasan pajak yang kurang dibayar; dan
3. Surat Setoran Pajak sebagai bukti pembayaran sanksi administrasi berupa kenaikan
sebesar 50% (lima puluh persen).
Untuk membuktikan kebenaran pengungkapan ketidakbenaran pengisian Surat Pemberitahuan
tersebut, pemeriksaan tetap dilanjutkan dan atas hasil pemeriksaan tersebut diterbitkan surat
ketetapan pajak dengan
pajak yang telah dibayar. Jika pengungkapan ketidakbenaran pengisian Surat Pemberitahuan yang
dilakukan oleh Wajib Pajak ternyata tidak mencerminkan keadaan yang sebenarnya, surat ketetapan
pajak diterbitkan sesuai dengan keadaan yang sebenarnya tersebut. Apabila diterbitkan SKPKB,
pajak yang telah disetor dan sanksi kenaikan 50% tidak dapat diperhitungkan sebagai kredit pajak
oleh pemeriksa, tetapi pembayaran tersebut dapat diperhitungkan sebagai pembayaran atas SKPKB
berdasarkan permohonan Wajib Pajak.
C. Sudah Dilakukan Pemeriksaan
Walaupun telah dilakukan tindakan pemeriksaan (sudah diterbitkan SKP), tetapi belum dilakukan
tindakan penyidikan mengenai adanya ketidakbenaran yang dilakukan Wajib Pajak, terhadap
ketidakbenaran tersebut tidak akan dilakukan penyidikan, apabila Wajib Pajak dengan kemauan
sendiri mengungkapkan ketidakbenaran perbuatannya tersebut disertai dengan pelunasan
kekurangan pembayaran jumlah pajak yang sebenarnya terutang beserta sanksi administrasi denda
sebesar 150%.
Yang dimaksud dengan ketidakbenaran di sini adalah menyampaikan SPT, ettapi isinya tidak benar
atau tidak lengkap, atau melampirkan keterangan yang isinya tidak benar, sehingga dapat
menimbulkan kerugian pada pendapatan Negara dan perbuatan tersebut merupakan perbuatan
kedua dan seterusnya (setelah perbuatan pertama).
D. Terkait dengan Rugi Tahun sebelumnya
Wajib Pajak dapat membetulkan SPT Tahunan yang telah disampaikan, dalam hal Wajib Pajak
menerima SKP, SK Keberatan, SK Pembetulan, Putusan Banding, atau Putusan Peninjauan
Kembali tahun pajak sebelumnya atau beberapa tahun pajak sebelumnya yang menyatakan rugi
fiskal yang berbeda dengan rugi fiskal yang telah dikompensasikan dalam SPt Tahunan yang akan
dibetulkan tersebut, dalam jangka waktu 3 bulan setelah menerima SKP, SK Keberatan, SK
Pembetulan, Putusan Banding, atau Putusan Peninjauan Kembali, dengan syarat Dirjen Pajak
belum melakukan tindakan pemeriksaan.
Contohnya, Wajib Pajak telah menyampaikan SPT Tahunan PPh Badan Tahun 2008 pada tanggal
25 April 2009 dengan memperhitungkan adanya kompensasi kerugian dari tahun pajak 2007
sebesar Rp500 juta. Atas kerugian tahun pajak 2007 dilakukan pemeriksaan dan diterbitkan SKPKB
pada tanggal 12 April 2010. Wajib Pajak mengajukan keberatan tanggal 10 Juni 2010 dan
dikabulkan seluruhnya, bahkan kerugian tahun 2007 menjadi Rp600 juta. SK Keberatan terbit
tanggal 20 Mei 2011. Oleh karena itu, Wajib Pajak dapat menyampaikan pembetulan SPT untuk
tahun pajak 2008 paling lambat tanggal 19 Agustus 2011.