BAB III
DASAR TEORI
3.1 Karakteristik Reservoir
Reservoir merupakan suatu tempat terakumulasinya fluida hidrokarbon dan
air. Gambar 3.1 di bawah ini menunjukkan karakteristik reservoir
yang satu sama lain akan saling berkaitan. Ketiga faktor itulah yang akan kita bahas
dalam mempelajari karakteristik reservoir.
3.1.1 Sifat Fisik Batuan Reservoir
Beberapa contoh dari sifat sifat fisik batuan reservoir adalah:
1. Porositas
Porositas () didefinisikan sebagai perbandingan antara volume
ruang pori-pori terhadap volume batuan total (bulk volume). Besarkecilnya porositas suatu batuan akan menentukan kapasitas penyimpanan
fluida reservoir. Secara matematis porositas dapat dinyatakan sebagai :
Vb Vs Vp
Vb
Vb
..................................................................... (3.1)
dimana :
Vb
= volume batuan total (bulk volume)
Vs
= volume padatan batuan total (volume grain)
Vp
= volume ruang pori-pori batuan.
Porositas batuan reservoir dapat diklasifikasikan menjadi dua, yaitu:
Porositas absolut, adalah perbandingan antara volume pori total
terhadap volume batuan total yang dinyatakan dalam persen, atau secara
matematik dapat ditulis sesuai persamaan sebagai berikut :
volume pori total
100%
bulk volume
......................................... (3-2)
Porositas efektif, adalah perbandingan antara volume pori-pori yang
saling berhubungan terhadap volume batuan total (bulk volume) yang
dinyatakan dalam persen.
...............(3-3)
Gambar 3.2. pada halaman berikut menunjukkan perbandingan
antara porositas efektif, non efektif dan porositas total dari suatu batuan.
Untuk selanjutnya, porositas efektif digunakan dalam perhitungan karena
dianggap sebagai fraksi volume yang produktif.
C o n n e c te d o r
E ff e c tiv e
P o ro s ity
To ta l
P o ro s ity
Is o la te d o r
N o n - E ff e c tiv e
P o ro s ity
sebagai
suatu
bilangan
yang
A dL
........................................................... (3-4)
dimana :
v
=
kecepatan aliran, cm/sec
=
viskositas fluida yang mengalir, cp
dP/dL =
gradien tekanan dalam arah aliran, atm/cm
k
=
permeabilitas media berpori.
Tanda negatip pada Persamaan 3-4 menunjukkan bahwa bila tekanan
bertambah dalam satu arah, maka arah alirannya berlawanan dengan arah
pertambahan tekanan tersebut. Asumsi-asumsi yang digunakan dalam
Persamaan 3-4 adalah:
Alirannya mantap (steady state),
Fluida yang mengalir satu fasa,
Viskositas fluida yang mengalir konstan ,
Kondisi aliran isothermal, dan
Formasinya homogen dan arah alirannya horizontal.
Fluidanya incompressible.
Berdasarkan jumlah fasa yang mengalir dalam batuan reservoir,
permeabilitas dibedakan menjadi tiga, yaitu :
Permeabilitas absolut, adalah yaitu dimana fluida yang mengalir
melalui media berpori tersebut hanya satu fasa, misalnya hanya minyak
atau gas saja.
Permeabilitas efektif, yaitu permeabilitas batuan dimana fluida yang
mengalir lebih dari satu fasa, misalnya minyak dan air, air dan gas, gas
dan minyak atau ketiga-tiganya.
Permeabilitas relatif, merupakan perbandingan antara permeabilitas
efektif dengan permeabilitas absolut.
h1 - h2
Q
A
l
h1
h2
k (darcy )
.......... (3-6)
k rg
kg
k
k rw w .
k
k
,
,
................... (3-7)
(keterangan : o = minyak, g = gas dan w = air)
Sedangkan besarnya harga permeabilitas efektif untuk minyak dan
E f f e c t iv e P e r m e a b ility to W a t e r, k w
E f f e c t iv e P e rm e a b ilit y to O il, k o
O il S a tu ra ti o n , S o
W a te r S a tu ra tio n , S w
8
1
E f f e c tiv e P e rm e a b ilit y to W a te r, k w
O il S a tu ra tio n , S o
k ro k rw 1
................................................................. (3.11)
Untuk sistem gas dan air, harga Krg dan Krw selalu lebih kecil dari
satu atau :
k rg k rw 1
................................................................ (3-12)
3. Saturasi
Saturasi fluida batuan didefinisikan sebagai perbandingan antara
volume pori-pori batuan yang ditempati oleh suatu fluida tertentu dengan
volume pori-pori total pada suatu batuan berpori. Dalam batuan reservoir
minyak umumnya terdapat lebih dari satu macam fluida, kemungkinan
terdapat air, minyak, dan gas yang tersebar ke seluruh bagian reservoir.
Secara matematis, besarnya saturasi untuk masing-masing fluida
dituliskan dalam persamaan berikut :
Saturasi minyak (So) adalah :
So
..........(3-13)
Saturasi air (Sw) adalah :
volume pori pori yang diisi oleh air
Sw
volume pori pori total
....................(3-14)
Saturasi gas (Sg) adalah :
Sg
....................(3-15)
Jika pori-pori batuan diisi oleh gas-minyak-air maka berlaku
hubungan :
Sg + So + Sw = 1 .............................................................(3-16)
Sedangkan jika pori-pori batuan hanya terisi minyak dan air, maka :
So + Sw = 1 .....................................................................(3-17)
Faktor-faktor penting yang harus diperhatikan dalam mempelajari
saturasi fluida antara lain adalah :
Saturasi fluida akan bervariasi dari satu tempat ke tempat lain dalam
reservoir, saturasi air cenderung untuk lebih besar dalam bagian batuan
yang kurang porous. Bagian struktur reservoir yang lebih rendah relatif
akan mempunyai Sw yang tinggi dan Sg yang relatip rendah, demikian
juga untuk bagian atas dari struktur reservoir berlaku sebaliknya. Hal ini
disebabkan oleh adanya perbedaan densitas dari masing-masing fluida.
Saturasi fluida akan bervariasi dengan kumulatip produksi minyak.
Jika minyak diproduksikan maka tempatnya di reservoir akan digantikan
oleh air dan atau gas
10
ruang pori-porinya adalah .V, maka ruang pori-pori yang diisi oleh
hidrokarbon adalah :
So V + Sg V = (1 Sw ) V ............................... (3-18)
4. Tekanan Kapiler
Tekanan kapiler (Pc) didefinisikan sebagai perbedaan tekanan yang
ada antara permukaan dua fluida yang tidak saling campur (minyak-air
atau air-gas) sebagai akibat dari terjadinya pertemuan permukaan yang
memisahkan kedua fluida tersebut. Besarnya tekanan kapiler dipengaruhi
oleh tegangan permukaan, sudut kontak antara minyakairzat padat dan
jari-jari kelengkungan pori.
30
200
90
27
180
81
24
160
72
21
140
63
18
120
54
15
100
45
12
80
36
60
27
40
18
20
0
0
10
20
30
40
50
60
70
80
90
100
W a t e r S a tu r a t io n , %
11
Pw
Po b
B
B
a ir
A
w a te r
a . A ir - W a te r
h
Po a
Pw b
A
Pw a
B
B
O il
w a te r
b . O il - W a te r
12
P c
R 2
R1
....................................................... (3-23)
dimana :
R1 dan R2
= jari-jari kelengkungan konvek dan konkaf, inch
13
1
2 cos g h
1
1
Rm
rt
R1 R 2
........................ (3-24)
14
wo
so
cos
so sw
wo
sw
O il
W a te r
S o lid
15
Is o - O c t a n e
= 83
= 158
Is o - O c t a n e +
Is o - Q u in o lin e
5 , 7 % Is o - Q u in o lin e
= 35
N a p h th e n ic
A c id
Gam
bar 3.10. Sudut Kontak Antar Permukaan Air dengan Hidrokarbon
pada Permukaan Silika 11)
= 30o
Is o - O c t a n e
= 48o
= 54o
Is o - O c t a n e +
Is o - Q u in o lin e
5 , 7 % Is o - Q u in o lin e
= 106o
N a p h th e n ic
A c id
Gam
bar 3.11. Sudut Kontak Antar Permukaan Air dengan Hidrokarbon
pada Permukaan Kalsit 11)
Pada umumnya reservoir bersifat water wet, sehingga air
cenderung untuk melekat pada permukaan batuan sedangkan minyak akan
terletak diantara fasa air. Jadi minyak tidak mempunyai gaya tarikmenarik dengan batuan dan akan lebih mudah mengalir.
Pada waktu reservoir mulai diproduksikan, dimana harga saturasi
minyak cukup tinggi dan air hanya merupakan cincin-cincin yang melekat
pada batuan formasi, butiran-butiran air tidak dapat bergerak atau bersifat
immobile, dan saturasi air yang demikian disebut residual water
saturation. Pada saat yang demikian minyak merupakan fasa yang
kontinyu dan bersifat mobile.
16
a . O il W e t
b . W a te r W e t
P o re s p a c e o c c u p ie d b y H O
R o c k m a trix
P o re s p a c e o c c u p ie d b y O il
17
cos wo
PTwo oa
PToa wo
Contact Angle =
.......................... (3-27)
dimana :
Cos wo
= sudut kontak air dengan minyak dalam
inti batuan
Cos oa
= sudut kontak minyak dengan udara dalam
inti batuan (=1)
PTwo
= tekanan threshold inti batuan terhadap
minyak ( pada waktu batuan berisi air )
PToa
= tekanan threshold inti batuan terhadap
udara ( pada waktu batuan berisi minyak)
wo
= tegangan antar muka antara air dengan
minyak
oa
= tegangan antar muka antara minyak
dengan udara
Tekanan threshold, yang merupakan fungsi dari permeabilitas
ditentukan berdasarkan Gambar 3.13.
T h r e s h o ld P re s s u re , m m H g
1000
500
300
100
50
30
10
0 .1
0 .3 0 .5 1 .0
10
30 50 100
300
1000
P e rm e a b ility , m D ( a t a t m o s p h e r ic p r e s s u r e )
18
pori batuan tersebut. Pada keadaan statik, kedua gaya berada dalam
keadaan setimbang. Bila tekanan reservoir berkurang akibat pengosongan
fluida, maka kesetimbangan gaya ini terganggu, akibatnya terjadi
penyesuaian dalam bentuk volume pori-pori, perubahan batuan dan
Menurut Geerstma (1957), mengemukakan tiga konsep mengenai
kompressibilitas batuan, yaitu :
Kompressibilitas matriks batuan, yaitu fraksi perubahan volume
material padatan (grains) terhadap satuan perubahan tekanan.
Kompressibilitas bulk batuan, yaitu fraksi perubahan volume bulk
batuan terhadap satuan perubahan tekanan.
Kompressibilitas pori-pori batuan, yaitu fraksi perubahan volume
pori-pori batuan terhadap satuan perubahan tekanan.
Batuan yang berada pada kedalaman tertentu akan mengalami dua
macam tekanan, antara lain :
Tekanan hidrostatik fluida yang terkandung dalam pori-pori batuan
Tekanan-luar (external stress) yang disebabkan oleh berat batuan
yang ada diatasnya (overburden pressure).
Pengosongan fluida dari ruang pori-pori batuan reservoir akan
mengakibatkan perubahan tekanan-dalam dari batuan, sehingga resultan
tekanan pada batuan akan mengalami perubahan pula. Adanya perubahan
tekanan ini akan mengakibatkan perubahan pada butir-butir batuan, poripori dan volume total (bulk) batuan reservoir.
Untuk padatan (grains) akan mengalami perubahan yang serupa
apabila mendapat tekanan hidrostatik fluida yang dikandungnya.
Perubahan bentuk volume bulk batuan dapat dinyatakan sebagai
kompressibilitas Cr atau :
1 dVr
Cr
.
Vr
dP
............................................................. (3-28)
19
20
Sifat fisik gas yang akan dibahas antara lain adalah densitas, saturasi,
faktor volume formasi serta kompresibilitas gas.
1. Densitas Gas
BJ gas o
u
................................................................... (3-30)
Definisi matematis dari rapatan gas (g) adalah MP / RT, dimana M
adalah berat molekul gas, P adalah tekanan, R adalah konstanta dan T
adalah temperatur, sehingga bila gas dan udara dianggap sebagai gas
ideal, maka BJ gas dapat dituliskan dengan persamaan sebagai berikut :
Mg . P R . T
Mu . P R . T
BJ gas =
Mg
28,97
=
....................................................................... (3-31)
Apabila gas merupakan gas campuran, maka berat jenis dapat
dihitung dengan menggunakan persamaan berikut ini :
BM tampak gas
BJ gas
28,97
............................................ (3-32)
2. Viscositas Gas
21
Z r Tr
Pr
cuft / scf
.................................... (3-36)
22
23
0082.060000
0000.082060
0001.987000
0010.730000
1544.000000
0000.730000
0000.001049
0000.000780
0001.314500
0062.370000
0021.850000
0001.987000
0001.314000
24
25
o o
w
......................................................................... (3-43)
dimana :
o
= specific gravity minyak
o
= densitas minyak, lb/cuft
w
= densitas air, lb/cuft
26
Viskositas
minyak terhadap aliran, atau dengan kata lain viskositas minyak adalah
suatu ukuran tentang besarnya keengganan minyak untuk mengalir,
dengan satuan centi poise (cp) atau gr/100 detik/1 cm.
Viskositas minyak dipengaruhi oleh temperatur, tekanan dan jumlah
gas yang terlarut dalam minyak tersebut. Kenaikan temperatur akan
menurunkan viskositas minyak, dan dengan bertambahnya gas yang
terlarut dalam minyak maka viskositas minyak juga akan turun.
Hubungan antara viskositas minyak dengan tekanan ditunjukkan pada
Gambar 3.14. di bawah ini
7
6
V is c o s ity , c p
B .P
4
3
B .P
2
1
B .P
C
D
1000
B .P
2000
3000
P r e s s u re , p s ig
27
x
A v
dimana :
=
F
=
A
=
y / v
=
.................................................................. (3-45)
viskositas, gr/(cm.sec)
shear stress
luas bidang paralel terhadap aliran, cm2
gradient kecepatan, cm/(sec.cm).
28
g
1.25 T
F R s .
.................................................. (3-47)
dimana :
Rs
=
kelarutan gas dalam minyak, scf/stb
o
=
specific gravity minyak, lb/cuft
g
=
specific gravity gas, lb/cuft
T=
temperatur, oF.
Perubahan Bo terhadap tekanan untuk minyak mentah jenuh
ditunjukkan oleh Gambar 3.15. Tekanan reservoir awal adalah Pi dan
harga awal faktor volume formasi adalah Boi. Dengan turunnya tekanan
reservoir dibawah tekanan buble point, maka gas akan keluar dan Bo akan
F o r m a ti o n - V o lu m e F a c to r, B o
turun.
Bo b
Pb
0
R e s e r v o ir p re s s u re , p s ia
29
800
600
400
200
N T IA
400
800
1200
1600
2000
2400
2800
1 ,6
1 ,4
1 ,2
1 ,0
S p e c if ic G r a v ity o f
L ib e r a te d G a s (a ir = 1 , 0 )
1 ,8
O R IG IN A L R E S E R V O IR P R E S S U R E
G a s in S o lu tio n , oc u . f t/ B B L
( S T. o il = 6 0 F )
1000
0 ,8
3200 3600
R e s e r v o ir P r e s s u r e , p s ia
Gambar
3.16.Perbedaan antara Flash Liberation Dengan Differential
Liberation 11)
4. Kelarutan Gas dalam Minyak
Kelarutan gas (Rs) adalah banyaknya SCF gas yang terlarut dalam
satu STB minyak pada kondisi standar 14,7 psi dan 60 F, ketika minyak
dan gas masih berada dalam tekanan dan temperatur reservoir.
30
5. Kompressibilitas Minyak
V P
......................................................... (3-48)
Persamaan 3-31 dapat dinyatakan dalam bentuk yang lebih mudah
dipahami, sesuai dengan aplikasi di lapangan, yaitu :
B B oi
C o ob
B oi Pi Pb
........................................................ (3-49)
dimana :
Bob
= faktor volume formasi pada tekanan bubble point
Boi
= faktor volume formasi pada tekanan reservoir
Pi
= tekanan reservoir
Pb
= tekanan bubble point.
31
Beberapa satuan yang umum digunakan untuk menyatakan sifatsifat air murni pada kondisi standard adalah sebagai berikut :
0,999010 gr/cc ; 8,334 lb/gal; 62,34 lb/cuft; 350 lb/bbl (US); 0,01604
cuft/lb. Dari besaran-besaran satuan tersebut dapat dibuat suatu
hubungan sebagai berikut :
1
0,01604
w
0,01604 w
62,34 v w
vw
62,34
w =
=
=
=
.....
............................................................................................... (3-50)
dimana :
w
wb B w
v wb
w
...................................................... (3-51)
dimana :
vwb = specific volume air pada kondisi dasar, lb/cuft
wb = density dari air pada kondisi dasar, lb/cuft
Bw = faktor volume formasi air
Dengan demikian jika densitas air formasi pada kondisi dasar
(standard) dan faktor volume formasi ada harganya (dari pengukuran
langsung), maka densitas air formasi dapat ditentukan. Faktor yang
sangat mempengaruhi densitas air formasi adalah kadar garam dan
temperatur reservoir. Hal ini ditunjukkan pada Gambar 3.17 di bawah
ini
32
D e n s it y , lb / c u . f t
66
65
50
70
80
64
o
o
o
F, 0 p s ia
F, 0 p s ia
F, 0 p s ia
9 0 F, 0 p s ia
o
1 0 0 F, 0 p s ia
63
62
5
10
15
20
25
30
35
40
S a lin ity , p p m x 1 0 - 3
Gambar 3.17.
Pengaruh Konsentrasi Garam dan Temperatur pada Densitas Air Formasi
12)
Besarnya
viskositas
air
formasi
(w)
tergantung
pada
33
W a t e r s a li n it y : 6 0 0 0 0 p p m
1 ,8
a t 1 4 , 7 p s ia p r e s s u re
a t 1 4 , 2 p s ia p r e s s u re
A b s o lu t V is c o s ity , c p
1 ,6
a t 7 1 0 0 p s ia p r e s s u r e
a t v a p o u r p re s s u re
1 ,4
1 ,2
1 ,0
0 ,8
0 ,6
0 ,4
0 ,2
0
50
100
150
200
250
300
350
Te m p e ra t u r, F
34
S c a l e : m e q / l it e r
Na
100
C l
100
M g
100
SO
10
Na
100
C l
100
C a
10
HC O
10
SO 4
10
C O 3
10
M g
100
Fe
100
Na
100
C a
10
M g
100
Fe
100
C l
100
HC O
10
SO 4
10
C O 3
10
HC O
10
C O
10
35
S o lu b i lity o f N a t u ra l G a s in W a t e r, c u . f t/ b b l
24
20
16
12
1 0 0 0 p s ia
5 0 0 p s ia
60
100
140
180
Te m p e ra t u re , o F
220
260
W a te r F o r m a tio n V o lu m e F a c to r, b b l/ b b l
36
1 ,0 7
1 ,0 6
1 ,0 5
250 F
1 ,0 4
1 ,0 3
2 0 0 oF
1 ,0 2
1 ,0 1
1 5 0 oF
1 ,0 0
1 0 0 oF
0 ,9 9
0 ,9 8
p u re w a t e r
p u re w a t e r a n d n a tu r a l g a s
0
1000
2000
3000
4000
5000
P r e s s u re , p s ia
Gam
bar 3.21. Faktor Volume Air Formasi sebagai fungsi dari Tekanan
dan Temperatur 11)
5. Kompressibilitas Air Formasi
37
W a t e r C o m p r e s s ib ilit y ,
C w x 1 0 6 , b b l/ b b l. p s i
3 ,6
3 ,2
4000
5000
6000
2 ,8
2 ,4
60
100
C wp
140
180
Te m p e r a tu r e , F
1 V
V P T
220
260
G
ambar 3.22. Harga Kompressibilitas Air Murni Berdasarkan
Temperatur dan Tekanan 12)
Secara matematik, besarnya kompressibilitas air murni dapat
ditulis sebagai berikut :
1 V
C wp
V P T
(3-53)
dimana :
Cwp = kompressibilitas air murni, psi 1
V
= volume air murni, bbl
V; P
= perubahan volume (bbl) dan tekanan (psi) air
murni
Sedangkan pada air formasi yang mengandung gas, hasil
perhitungan harga kompressibilitas air formasi, harus dikoreksi
dengan adanya pengaruh gas yang terlarut dalam air murni. Koreksi
terhadap
harga
kompressibilitas
air
dapat
dilakukan
dengan
38
S o lu tio n C o m p re s s ib li ty
W a te r C o m p re s s ib ility
1 ,3
1 ,2
1 ,1
1 ,0
10
15
20
25
G a s -W a t e r R a tio , c u . f t/ b b l
Pada
umumnya
sumur-sumur
yanng
baru
diketemukan
fluida
terssebut
akan
mengalami
penurunan,
yang
3.2.1.
Index adalah Kualitas kinerja aliran fluida dari formasi produktif masuk ke
lubang sumur. Produktifitas formasi adalah kemampuan suatu formasi untuk
39
memproduksikan fluida
Q
PsPwf ...................................................................................(3.55)
Keterangan:
PI
Ps
Pwf
3.2.2.
Kurva IPR adalah sebuah kurva yang menggambarkan kemampuan suatu sumur
untuk berproduksi, yang dinyatakan dalam bentuk hubungan antara laju produksi (q)
terhadap tekanan alir dasar sumur (Pwf).
Dalam persiapan pembuatan kurva IPR terlebih dahulu harus diketahui
Productiivity Index (PI) sumur tersebut, yang merupakan gambaran secara kwalitatif
mengenai kemampuan suatu sumur untuk berproduksi.
40
Kurva IPR untuk aliran satu fasa akan merupakan suatu garis lurus dengan
harga PI yang konstan untuk setiap harga Pwf. Hal ini terjadi apabila tekanan
reservoir (Pr) lebih besar dari tekanan gelembung (Pb).
Berdasarkan definisi PI pada diatas untuk suatu saat tertentu dimana Ps
konstan dan PI juga konstan, maka variabelnya adalah laju produksi (q) dan
tekanan alir dasar sumur (Pwf). Sehingga persamaan tersebut dapat diubah menjadi:
Pwf =Ps
Q
PI ...................................................................................(3.56)
Pr
Pwf
(Psi)
Q (bbl/day)
Qmax
41
bersangkutan.
Aliran fluida dalam media berpori telah dikemukakan oleh Darcy (1856)
dalam persamaan:
q k dP
v= =
A dL ..................................................................................(3.58)
Persamaan tersebut mencakup beberapa anggapan, diantaranya adalah:
Aliran mantap
k o h ( PePwf )
o B o ln
( rw )
............................................................(3.19)
Keterangan:
Qo
42
: ketebalan lapisan, ft
: permeabilitas batuan, md
: viskositas minyak, cp
Bo
Pwf
Pe
re
rw
Formasi homogen
Fluida incompresible.
( ) ( )
........................................................(3.60)
43
atau:
( QQ )] .................................................(3.61)
max
Pr
Pwf
(Psi)
Q max
Q (bbl/d)
Minyak, air dan gas berada pada satu lapisan dan mengalir bersama sama
secara radial.
Untuk menyatakan kadar air dalam laju produksi total digunakan parameter
water cut (WC), yaitu perbandingan laju produksi air dengan laju produksi total.
Dimana harga water cut dinyatakan dalam persen. Dalam perkembangan kinerja
44
aliran tiga fasa dari formasi produktif ke lubang sumur telah digunakan 7 kelompok
data hipotensi reservoar, yang mana untuk masing-masing kelompok dilakukan
perhitungan kurva IPR untuk lima harga water cut berbeda, yaitu 20%, 40%, 60%,
80%, dan 90%.
Dalam metode Pudjo Sukarno membuat persamaan sebagai berikut:
Q
Pwf
Pwf
= Ao + A 1
+ A2
Q max
Ps
Ps
( ) ( )
........................................................(3.62)
Dimana:
An ( n = 0, 1 dan 2) adalah konstanta persamaan, yang harganya berbeda untuk water
cut yang berbeda.
An = C0 + C1 (water cut) + C2 (water cut)2................................................(3.63)
Cn (n = 0, 1 dan 2) untuk masing masing harga An ditunjukan dalam tabel
3.2, sebagai berikut :
Tabel 3.1 Konstanta Cn unntuk masing-masing An11)
An
A0
A1
A2
C0
0,980321
-0,414360
-0,564870
C1
-0,115661.10-1
0,392799.10-2
0,762080.10-2
C2
0,179050.10-4
0,237075.10-5
-0.202079.10-4
Sedangkan hubungan antara tekanan alir dasar sumur terhadap water cut dapat
dinyatakan sebagai Pwf/ Pr, terhadap WC (WC @ Pwf = Pr) telah ditentukan dengan
analisis regresi yang menghasilkan persamaan berikut :
Pr
P 2 Pwf /
................................................................(3.64)
WC
=P 1 x exp
WC @ Pwf =Pr
45
Dimana P1 dan P2 tergantung dari harga water cut. Dari hasil analisa regresi
menghasilkan persamaan berikut:
P1=1.606207ln ( WC ) .......................................................................(3.65)
P2=0.517792+0.110604 ln ( WC ) ...................................................(3.66)
Dimana water cut dinyatakan dalam persen (%) dan merupakan data uji produksi.
Prosedur pembuatannya kinerja aliran tiga fasa dari metode Pudjo Sukarno adalah
sebagai berikut.
Langkah 1.
Mempersiapkan data data penunjang meliputi :
Langkah 2.
Penentuan WC @ Pwf Ps
Menghitung terlebih dahulu harga P1 dan P2 yang diperoleh dari persamaan (3.65) dan
(3.35). Kemudian hitung harga WC @ Pwf Ps dengan persamaan (3.56)
Langkah 3.
Penentuan konstanta A0, A1 dan A2
46
menggunakan persamaan (3.54) dimana konstanta C0, C1 dan C2 diperoleh dalam Tabel
3.2 Konstanta Cn unntuk masing-masing An.
Langkah 4.
Penentuan Qt maksimum
Menghitung Qt maksimum dari persamaan (3.53) dan konstanta A0, A1 dan A2 dari
langkah 3,
Langkah 5.
Penentuan laju produksi minyak (Qo)
Berdasarkan Qt maksimum langkah 4, kemudian menghitung harga laju produksi minyak
Qo untuk berbagai harga Pwf.
Langkah 6.
Penentuan laju produksi air (Qw)
Menghitung besarnya laju produksi air dari harga water cut (WC) pada tekanan alir dasar
sumur (Pwf) dengan persamaan :
Qw =
WC
( 100WC
) Q
.................................................................................(3.63)
Langkah 7.
Membuat tabel harga-harga Qw, Qo dan Qt untuk berbagai harga Pwf pada Ps aktual.
Langkah 8.
Membuat grafik hubungan antara Pwf terhadap Qt, dimana Pwf mewakili sumbu y dan
Qt mewakili sumbu x.
47
1.
Metode Produksi
Metode produksi secara umum di klasifikasikan menjadi 3 yaitu :
1. Primary Recovery
Primary recovery adalah proses untuk memproduksi fluida (hydrocarbon)
dengan memanfaatkan energi alami yang terkandung dalam reservoir itu
sendiri. Primary recovery yaitu terdiri dari sembur alam (natural flow) dan
pengangkatan buatan (artificial lift). Natural Flow yaitu produksi sumur
minyak dan gas bumi secara alami tanpa bantuan peralatan-peralatan buatan.
Sumur produksi ini memiliki fluida yang dapat mengalir dengan sendirinya ke
permukaan melalui tubing karena memiliki tekanan reservoir yang lebih tinggi
daripada tekanan hidrostatik kolom fluida yang berada dalam lubang sumur
tersebut. Sedangkan artificial lift adalah metode pengangkatan buatan fluida
dengan menggunakan peralatan pengangkatan buatan. Pertimbangan untuk
memasang alat bantu tersebut karena kecilnya tekanan sumur yang ada. Selain
itu peralatan ini juga untuk mengejar target produksi, sehingga sumur-sumur
yang masih mengalir secara alami juga dipasang peralatan artificial baru.
2. Secondary Recovery
Secondary recovery ini bertujuan untuk menggantikan tekanan yang hilang
setelah primary recovery, dan secara prakteknya sekarang yang banyak
48
digunakan
adalah
menggunakan
waterflooding,
yaitu
dengan
cara
49
50
kolom air
banyak
diberikan
dalam sumur
mengurangi
injeksi
besarnya
dipermukaan;jika
turut menekan,
tekanan
dibandingkan
sehingga
injeksi
yang
denganin-
biasanyamudahtersebarkeseanteroreservoir,
sehingga
- Effisiensi pendesakan air juga cukup baik. sehingga harga Sor sesudah injeksi
air = 30% cukup mudah didapat.
Pemakaian injeksi air sebagai meloda untuk menaikan peralehan minyak dimulai
pada tahun 1880 setelah John F. Carll menyimpulkan bahwa air tanah dari lapisan
yang lebih dangkal dapat membantu produksi minyak. Secara tidak sengaja, hal
tersebut telah terjadi sebelum di Pennsylvania opada tahun 1865. Tujuan Injeksi air
adalah mengimbangi penurunan tekanan reservoir dengan menginjeksikan air ke
dalam reservoir.
Injection Well
Production Well
RESERVOIR
MINYAK
FLUIDA atau
FLUIDA + BAHAN
KIMIA atau GAS
RESERVOIR
SUMUR INJEKSI
SUMUR PRODUKSI
1. Surfactant
Surfactant berfungsi untuk menurunkan tegangan pcrmukaan, tekanan kapiler
(campuran polimer, alkohol, sulfonate), menaikkan efesiensi pendesakan dalam
skala pori, mikropis.
2. Polymer
Polymer berfungsi untuk memperbaiki perbandingan mobilitas minyak-air.
Untuk menaikkan efesiensi pengurasan secara luas, makrokopis. Sering dipakai
berselang-seling dengan surfactant. Injeksi Polymer efektif untuk reservoir
dengan viskositas minyak tinggi (sampai 200 cp).
- polycrylamide
- polysaccharide
CO2 mudah larut dalam minyak bumi namun sulit larut pada air. Karena itu
beberapa hal yang penting dan berguna dalam proses EOR ketika minyak bumi
terjenuhi oleh CO2 adalah :
Agar tercapai pencampuran antara CO2 dengan minyak, maka tekanan di reservoir
harus melebihi MMP (Minimum Miscibility Pressure), harga MMP dapat diperoleh
dari hasil percobaan di laboratorium atau korelasi.
Sumber CO2 alami adalah yang terbaik, baik dari sumur yang memproduksi gas
CO2 yang relatif murni atau dari pabrik yang mengolah gas hidrokarbon yang
mengandung banyak CO2 sebagai kontaminan. Sumber yang lain adalah kumpulan
gas (stack gas) dari pembakaran batubara (coal-fired). Alternatif lain adalah gas
yang dilepaskan dari pabrik amoniak.
Desain yang dilakukan dalam injeksi CO2 ke reservoir minyak adalah menentukan
banyaknya air yang digunakan untuk menaikkan tekanan reservoir sehingga proses
pencampuran CO2 dengan minyak dapat berlangsung, menentukan kebutuhan CO2
yang akan diinjeksikan ke reservoir yang didorong oleh gas N 2, menentukan
2.
menyebabkan
CO2
yang
larut
dalam
pengembangan
minyak
volume
akan
minyak.
Penurunan viscositas
Adanya
sejumlah
CO2
dalam
minyak
akan
Kenaikan densitas
Terlarutnya
sejumlah
CO2
dalam
minyak
98 % (Pullman
kellog,1977).
Keberhasilan suatu proyek CO2 tergantung pada :
1.
2.
3.
4.
Karakteristik minyak
Bagian reservoir yang kontak secara efektif
Tekanan yang biasa dicapai
Ketersediaan dan biaya penyediaan gas CO2
Untuk
mengurangi
fingering
maka
adalah
kemurnian
CO2,
komposisi
minyak,
penelitian
dari
Holm
dan
Josendal
ringan
akan
kedalamnya,
menguap,
maka
Temperature
minyak
juga
akan
mempengaruhi
4. Tekanan
Tekanan yang diperlukan untuk pendorongan miscible
akan dipengaruhi oleh kemurnian CO2, komposisi minyak
dan tekanan reservoir. Dapat ditarik beberapa kesimpulan
bahwa pada tekanan pendorongan miscible CO 2 terhadap
minyak reservoir dengan adanya komponen hidrokarbon
ringan C2, C3, C4 didalam minyak reservoir tidak
mempengaruhi proses miscibility. Pendorongan miscible
sangat dipengaruhi oleh adanya komponen C5-C30 di dalam
reservoir.
Dari kenyataan ini Holm dan Josendal memberikan
suatu kesimpulan bahwa tekanan diinjeksi agar terjadi
pendorongan yang miscible ditentukan oleh adanya
komponen C5, dalam minyak reservoir.
3.3.5 Jenis-jenis Pendorongan Gas CO2
Pemakaian CO2 sebagai fluida pendesak untuk
perolehan minyak telah diteliti di laboratorium maupun di
kenaikan
tekanan,
dengan
diikuti
pula
yang
kemampuannya
cukup
penting
dari
mengekstraksikan
atau
CO2
adalah
menguapkan
transisi
yang
cukup
panjang
menandakan