Gagal ginjal kronis atau penyakit renal tahap akhir (ESRD) merupakan
gangguan fungsi renal yang progresif dan irreversibel dimana kemampuan tubuh
gagal untuk mempertahankan metabolisme dan keseimbangan cairan dan
elektrolit, menyebabkan uremia ( Smaltzer, 2001:1448).
Gagal ginjal kronik merupakan kegagalan fungsi ginjal (unit nefron) yang
berlangsung perlahan-lahan karena penyebab berlangsung lama dan menetap yang
mengakibatkan penumpukan sisa metabolik (toksik uremik) sehingga ginjal tidak
dapat lagi memenuhi kebutuhan biasa lagi dan menimbulkan gejala sakit (Hudak
& Gallo).
Gagal ginjal kronik adalah ginjal sudah tidak mampu lagi
mempertahankan ingkungan internal yang konsisten dengan kehidupan dan
pemulihan fungsi sudah tidak dimulai. (Suparman, 349)
Dari kedua pengertian diatas dapat disimpulkan bahwa gagal ginjal kronis
adalah kondisi dimana ginjal tidak mampu mengeluarkan sisa-sisa metabolik dan
kelebihan air dari darah yang disebabkan oleh hilangnya sejumlah nefron
fungsional yang bersifat irreversibel.
21 Anatomi Fisiologi
Setiap manusia memiliki saluran kemih yang terdiri dari ginjal yang terus
menerus menghasilkan urine, dan berbagai saluran dan reservoir yang dibutuhkan
untuk membawa urine keluar tubuh. Ginjal merupakan organ berbentuk seperti
Gambar 2.1
Anatomi Fisiologi Ginjal
Pada orang dewasa, panjang ginjal adalah sekitar 12 sampai 13 cm (4,7
hingga 5,1 inci), lebarnya 6 cm (2,4 inci), tebalnya 2,5 cm (1 inci), dan beratnya
sekitar 10 gram. Perbedaan panjang dari kutub kekutub kedua ginjal
(dibandingkan dengan pasangannya) yang lebih dari 1,5 cm (0,6 inci)
Ureter merupakan saluran yang panjangnya sekitar 10 sampai 12 inci (25 hingga
30 cm), terbentang dari ginjal sampai vesika urinaria. Fungsi satu-satunya ureter
adalah menyalurkan kevesika urinaria.
Vesika urinaria adalah suatu kantong berotot yang dapat mengempis,
terletak dibelakan simpisis pubis vesika urinaria mempunyai 2 muara: dua dari
ureter dan satu menuju uretra. Dua fungsi vesika urinaria adalah sebagai tempat
penyimpanan urine sebelum meninggalkan tubuh dan berfungsi mendorong urine
keluar tubuh (dibantu oleh uretra).
Uretra adalah saluran kecil yang dapat mengembang, berjalan dari vesika
urinaria sampai keluar tubuh. (Price, 2005: 867-869).
Didalam nefron terjadi pembentukan urine yang terdiri dari 3 tahap yaitu, filtrasi
glomerulus, reabsorpsitubulus dan sekresi tubulus.
22 Etiologi
Gagal ginjal kronik dapat timbul dari hamper semua penyakit. Apapun
sebabnya, dapat menimbulkan perburukan fungsi ginjal secara progresif.
Dibawah ini terdapat beberapa penyebab gagal ginjal kronik.
a. Tekanan Darah Tinggi
Hipertensi yang berlangsung lama dapat mengakibatkan perubahan
perubahan stuktur pada arteriol diseluruh tubuh, ditandai dengan
fibrosis dan hialinisasi (sklerosis) didingding pembuluh darah. Organ
sasaran utama organ ini adalah jantung, otak, ginjal dan mata.
Pada ginjal adalah akibat aterosklerosis ginjal akibat hipertensi
lama menyebabkan nefrosklerosis begina. Gangguan ini merupakan
akibat langsung dari iskemia renal. Ginjal mengecil, biasanya simetris
dan permukaan berlubang lubang dan berglanula. Secara histology
lesi yang esensial adalah sklerosis arteri arteri kecilserta arteriol yang
paling nyata pada arteriol eferen. Penyumbatan arteri dan arteriol akan
menyebabkan kerusakan glomerulusdan atrofi tubulus, sehingga
seluruh nefron rusak (price, 2005:933).
b. Glomerulonefritis
Glomerulonefritis terjadi karena adanya peradangan pada
glomerulus yang diakibatkan karena adanya pengendapan kompleks
antigen antibody. Reaksi peradangan diglomerulus menyebabkan
pengaktifan komplemen, sehingga terjadi peningkatan aliran darah dan
peningkatan permeabilitas kapiler glomerulus dan filtrasi glomerulus.
5. Manifestasi Klinis
Pada gagal ginjal kronis setiap sistem tubuh dipengaruhi oleh kondisi
uremia, maka pasien akan memperlihatkan sejumlah tanda dan gejala.keparahan
tanda dan gejala bergantung pada bagian dan tingkat kerusakan ginjal, kondisi
pasien yang mendasari dan usia pasien.
Tanda dan gejala pada penderita gagal ginjal kronik:
a.
Kardiovaskuler
Hipertensi, gagal jantung kongestif, udema pulmoner, perikarditis.
Pitting edema (kaki, tangan, sacrum)
Edema periorbital
Friction rub pericardial
d. Gastrointestinal
Anoreksia, mual, muntah, cegukan
Nafas berbau ammonia
Ulserasi dan perdarahan mulut
Konstipasi dan diare
e.
f.
Perubahan perilaku
Muskuloskeletal
Kram otot
Kekuatan otot hilang
Kelemahan pada tungkai
Fraktur tulang
Foot drop
g. Reproduktif
Amenore
Atrofi testekuler
(Smeltzer & Bare, 2001)
6. Klasifikasi
dari normal.
b. Insufisiensi ginjal, yang terjadi apabila GFR turun menjadi 2035% dari normal. Nefron nefron yang tersisa rentan mengalami
c.
b. Sistem Integumen
Kulit berwarna pucat, mudah lecet, rapuh, kering, timbul bintikbintik hitam dan gatal akibat uremik atau pengendapan kalsium
pada kulit.
c. Hematologi
Anemia merupakan gejala yang hampr selalu ada pada Gagal
Ginjal Kronik. Apabila terdapat penurunan fungsi ginjal tanpa
disertai anemia perlu dipikirkan apakah suatu Gagal Ginjal Akut
atau Gagal Ginjal Kronik dengan penyebab polikistik ginjal yang
disertai polistemi. Hemolisis merupakan sering timbul anemi,
selain anemi pada Gagal Ginjal Kronik sering disertai pendarahan
akibat gangguan fungsi trombosit atau dapat pula disertai
trombositopeni. Fungsi leukosit maupun limposit dapat pula
terganggu sehingga pertahanan seluler terganggu, sehingga pada
penderita Gagal Ginjal Kronik mudah terinfeksi, oleh karena
imunitas yang menurun.
d. Sistem Saraf Otot
Penderita sering mengeluh tungkai bawah selalu bergerak-gerak
(restlesslessleg syndrome), kadang tersa terbakar pada kaki,
gangguan syaraf dapat pula berupa kelemahan, gangguan tidur,
gangguan konsentrasi, tremor, kejang sampai penurunan kesadaran
e.
atau koma.
Sistem Kardiovaskuler
Pada gagal ginjal kronik hampir selalu disertai hipertensi,
mekanisme terjadinya hipertensi pada Gagal Ginjal Kronik oleh
a.
Urine
Volume
oleh pus bakteri, lemak, partikel koloid, forfat atau urat. Sedimen
kotor, kecoklatan menunjukan adanya darah, HB, mioglobin.
Berat jenis
komplikasi.
Dialisis dan Transpalansi Ginjal
1) Dialisis
Dialisis terdiri atas 2 peritorial yaitu Dialisis dan Hemodialisis.
a) Dialisis
Dialisis terdiri atas 2 mekanisme yaitu Ultrafiltrasi dan
Difusi. Ultrafiltrasi yaitu mengalirkan cairan dari darah
dengan tekanan osmotik dan hidrostatik sehingga
mencapai derajat yang diinginkan. Difusi adalah
lewatnya partikel (ion) dari tekanan tinggi ketekanan
rendah.
b) Hemodialisa
Hemodialisa yaitu suatu proses dimana solute dan air
mengalami difusi secara pasif melalui suatu membran
berpori dari kompartemen cair menuju kompartemen
lainnya. Hemodialisa dan dialisa peritoneal merupakan
dua tehnik utama yang digunakan dalam dialisa. Prinsip
dasar kedua teknik tersebut sama yaitu difusi solute dan
air dari plasma ke larutan dialisa sebagai respon
terhadap perbedaan konsentrasi atau tekanan tertentu.
Tujuan dari Hemodialisa yaitu:
(1) Menggantikan fungsi ginjal dalam fungsi ekskresi,
yaitu membuang sisa-sisa metabolisme dalam
tubuh, seperti ureum, kreatinin, dan sisa
metabolisme yang lain.
a.
h. Pernafasan
Pernafasan Kussmaul (cepat dan dangkal), Paroksismal Nokturnal
Dyspnea (+)
Batuk produkrif dengan frotty sputum bila terjadi edema pulmonal
i. Keamanan
Kulit gatal, infeksi berulang, pruritus, demam (sepsis dan
dehidrasi), petekie, ekimosis, fraktur tulang, deposit fosfat
j.
2. Diagnosa
a.
e. Resiko infeksi
f. Kurang pengetahuan tentang kondisi penyakit, prognosis, dan
ebutuhan pengobatan
3. Perencanaan
a. Kelebihan volume cairan b.d. penurunan haluaran urin, retensi cairan dan natrium
sekunder terhadap penurunan fungsi ginjal
Tujuan : pasien menunjukkan pengeluaran urin tepat seimbang dengan
pemasukan.
Kriteria Hasil :
1) Hasil laboratorium mendekati normal
2) BB stabil
3) Tanda vital dalam batas normal
4) Tidak ada edema
Intervensi :
a) Monitor denyut jantung, tekanan darah, CVP
b) Catat intake & output cairan, termasuk cairan
c)
d)
e)
f)
sama
g) Kaji kulit,wajah, area tergantung untuk edema. Evaluasi
derajat edema (skala +1 sampai +4)
h) Auskultasi paru dan bunyi jantung
i) Kaji tingkat kesadaran : selidiki perubahan mental,
adanya gelisah
b. Resiko tinggi perubahan nutrisi : kurang dari kebutuhan tubuh b.d katabolisme
protein, pembatasan diet, peningkatan metabolisme, anoreksi, mual, muntah
Tujuan : mempertahankan status nutrisi adekuat
Kriteria hasil : berat badan stabil, tidak ditemukan edema, albumin dalam batas
normal.
Intervensi :
c.
tanda-tanda dehidrasi
4) Kontrol suhu lingkungan
5) Awasi hasil Lab : elektrolit Na
d. Resiko tinggi penurunan curah jantung b.d. ketidakseimbangan volume sirkulasi,
ketidakseimbangan elektrolit
Tujuan : klien dapat mempertahankan curah jantung yang adekuat
Kriteria Hasil :
1) TD dan HR dalam batas normal
2) Nadi perifer kuat dan sama dengan waktu pengisian kapiler
Intervensi :
a) Auskultasi bunyi jantung, evaluasi adanya, dispnea, edema
perifer/kongesti vaskuler
b) Kaji adanya hipertensi, awasi TD, perhatikan perubahan
c)
Resiko infeksi
Tujuan:
Tidak mengalami tanda dan gejal infeksi
Intervensi:
1) Tingkatkan cici tangan pada pasien
2) Kaji integritas kulit
3) Awasi tanda vital
4) Kolaborasi untuk pemeriksaan laboratorium
f. Kurang pengetahuan tentang kondisi penyakit, prognosis, dan ebutuhan
pengobatan
Tujuan:
Menyatakan pemahaman kondisi atau proses penyakit prognosis,dan pengobatan.
Intervensi:
1) Kaji ulang proses penyakit, prognosis, dan factor pencetus bila
diketahui
2) Jelaskan tingkat fungsi ginjal setelah episode akut berlalu
3) Diskusikan dyalisis ginjal atau transpalantasi bila ini merupakan
bagian yang mungkin dilakukan dimasa mendatang
4. Implementasi
Implementasi atau pelaksanaan adalah inisiatif dari rencana tindakan untuk
menvcapai tujuan yang spesifik (Nursalam,2001:63). Tahap ini dilaksanakan
setelah rencana tindakan disusun. Selama pelaksanaan tindakan perawatan
disesuaiakan dengan rencana tindakan perawatan. Perawat perlu memvalidasi
apakah rencana tindakan keperawatan asih dibutuhkan dan sesuai rencana
tindakan yang disusun dan ditunjukan kepada perawat untuk membantu klien
mencapai tujuan yang diharapkan.
5. Evaluasi