Oleh:
Nurul Ummi Rofiah S.Ked
OLEH :
Nurul Ummi Rofiah, S.Ked
TELAH DISETUJUI
TANGGAL ...............
OLEH :
PEMBIMBING
Nama Pembimbing
NRP.
A.
John R. Williams, Panduan Etika Medis, Pusat Studi Kedokteran Islam FK Universitas
Muhammadiyah, Yokyakarta, 2006, hlm.45
Pasein mempunyai hak untuk menentukan sendiri, bebas dalam membuat keputusan
yang menyangkut diri sendiri. Dokter harus memberi tahu pasien konsekuensi dari keputusan
yang diambil. Pasien dewasa yang sehat mentalnya memiliki hak untuk memberi ijin
terhadap prosedur diagnosis maupun terapi. Pasien mempunyai hak untuk mendapatkan
informasi yang diperlukan untuk mengambil keputusannya. Pasien harus paham dengan jelas
apa tujuan dari suatu tes atau pengobatan, hasil apa yang akan diperoleh, dan apa dampaknya
jika menunda keputusan.
Perangkat hukum yang mengatur penyelenggaraan praktik kedokteran dan kedokteran
gigi dirasakan belum memadai, selama ini masih didominasi oleh kebutuhan formal dan
kepentingan pemerintah, sedangkan porsi profesi masih sangat kurang.
Dengan demikian, dokter dan dokter gigi dalam menjalankan praktik kedokteran
selain tunduk pada ketentuan hukum yang berlaku, juga harus menaati ketentuan kode etik
yang disusun oleh organisasi profesi dan didasarkan pada disiplin ilmu kedokteran atau
kedokteran gigi.
Untuk merespon jasa pelayanan yang baik khususnya dalam bidang kesehatan
pemerintah telah melahirkan Undang-Undang Nomor 29 Tahun 2004 tentang praktek
kedokteran. Dengan terbitnya Undang-Undang ini mampu memberikan jawaban terhadap
tuntutan Public Service. Dalam Undang-Undang ini diatur sedemikian rupa agar kedua belah
pihak baik masyarakat sebagai konsumen pelayanan merasa puas dan tidak dirugikan, begitu
pula sebaliknya dokter sebagai para pelayan dapat memberikan jasa pelayanan yang leluasa
terlindungi oleh hukum haknya tanpa diganggu gugat. Dalam Undang-Undang Nomor 29
Tahun 2004 tentang Praktek Kedokteran diatur antara lain mengenai:
1.
Asas dan tujuan penyelenggaraan praktik kedokteran yang menjadi landasan yang
didasarkan pada nilai ilmiah, manfaat, keadilan, kemanusiaan, keseimbangan serta
perlindungan dan keselamatan;
2.
Pembentukan Konsil Kedokteran Indonesia yang terdiri atas Konsil Kedokteran dan
Konsil Kedokteran Gigi disertai susunan organisasi, fungsi, tugas, dan kewenangan;
3.
4.
Penyusunan, penetapan, dan pengesahan standar pendidikan profesi dokter dan dokter
gigi;
5.
6.
7.
8.
Dalam konstitusi Organisasi Kesehatan Sedunia (WHO) tahun 1948 tertulis bahwa
Health is a fundamental human right, yang mengandung suatu kewajiban untuk
menyehatkan yang sakit dan mempertahankan yang sehat. Hal ini melandasi pemikiran
bahwa sehat sebagai hak asasi manusia dan sehat sebagai investasi. Untuk Indonesia, jelas
tercantum dalam Undang-Undang Dasar Negara RI Tahun 1945 yang mengamanatkan bahwa
kesehatan merupakan salah satu aspek dari hak asasi manusia, yaitu sebagaimana dalam
pasal 28 H ayat (1): setiap orang berhak hidup sejahtera lahir dan batin, bertempat tinggal,
dan mendapatkan lingkungan hidup yang baik dan sehat, serta berhak memperoleh pelayanan
kesehatan.
Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah menetapkan
bidang kesehatan merupakan salah satu kewenangan wajib yang harus dilaksanakan oleh
Kabupaten/Kota. Penyelenggaraan Kewenangan Wajib oleh Daerah adalah merupakan
perwujudan
otonomi
yang
bertanggungjawab,
yang
pada
intinya
merupakan
pengakuan/pemberian hak dan kewenangan Daerah dalam wujud tugas dan kewajiban yang
harus dipikul oleh Daerah. Tanpa mengurangi arti serta pentingnya prakarsa Daerah dalam
penyelenggaraan
otonominya
dan
untuk
menghindari
terjadinya
kekosongan
penyelenggaraan pelayanan dasar kepada masyarakat, Daerah Kabupaten dan Daerah Kota
wajib melaksanakan kewenangan dalam bidang tertentu, termasuk didalamnya kewenangan
bidang kesehatan.
Berdasar uraian latar belakang tersebut di atas, penulis merasa tertarik untuk meneliti
masalah praktik kedokteran, khususnya di Kabupaten Kotawaringin Barat dalam tesis dengan
judul: Hak Pasien Dalam Mendapatkan Informasi Pelayanan Kesehatan Berdasarkan
UU NO. 29 Tahun 2004 Tentang Praktik Kedokteran.
B.
Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang sebagaimana telah dikemukakan di atas, maka dirumuskan
2.
3.
Apa upaya yang dilakukan untuk mendapatkan hak pasien terhadap informasi pelayanan
kesehatan berdasarkan UU No.29 Tahun 2004 Tentang Praktik Kedokteran.
C.
Tujuan Penelitian
Berdasarkan rumusan masalah tersebut di atas, maka tujuan penelitian ini adalah:
1.
2.
3.
D.
1.
Manfaat Penelitian
Manfaat Teoritis
Manfaat teoritis adalah dimaksudkan bahwa hasil penelitian ini diharapkan dapat
memberikan sumbangan dalam memgembangkan ilmu hukum khusunya Hukum Tata Negara
dalam mengkaji hak pasien dalam mendapatkan informasi pelayanan kesehatan berdasarkan
UU no. 29 tahun 2004 Tentang Praktik Kedokteran
2.
Manfaat Praktis
Manfaat praktis adalah dimaksudkan hasil penelitian ini dapat menjadi masukan-masukan
pemikiran bagi para pihak yang berkepentingan, penentu kebijakan, dalam kaitan dengan hak
pasien dalam mendapatkan informasi pelayanan kesehatan berdasarkan UU No. 29 Tahun
2004 Tentang Praktik Kedokteran.
E.
Kerangka Konseptual
Ilmu kedokteran adalah cabang ilmu kesehatan yang mempelajari tentang cara
2.
mengumpulkan data (riwayat kesehatan dan pemeriksaan fisik dengan hasil laboratorium
atau citra medis)
3.
menganalisa data
4.
membuat rencana perawatan (tes yang harus dijalani berikutnya, terapi, rujukan)
5.
merawat pasien
6.
memantau dan menilai jalannya perawatan dan dapat mengubah perawatan bila
diperlukan.[4]
Semua yang dilakukan dokter tercatat dalam sebuah rekam medis, yang merupakan
dokumen yang berkedudukan dalam hukum.
Hubungan relasi pasien dan dokter adalah proses utama dari praktik kedokteran.
Terdapat banyak pandangan mengenai hubungan relasi ini.
Pandangan yang ideal, seperti yang diajarkan di fakultas kedokteran, mengambil sisi
dari proses seorang dokter mempelajari tanda-tanda, masalah, dan nilai-nilai dari pasien;
maka dari itu dokter memeriksa pasien, menginterpretasi tanda-tanda klinis, dan membuat
sebuah diagnosis yang kemudian digunakan sebagai penjelasan kepada pasien dan
merencanakan perawatan atau pengobatan. Pada dasarnya, tugas seorang dokter adalah
berperan sebagai ahli biologi manusia. Oleh karena itu, seorang dokter harus paham benar
bagaimana keadaan normal dari manusia sehingga ia dapat menentukan sejauh mana kondisi
kesehatan pasien. Proses inilah yang dikenal sebagai diagnosis.[5]
Profesi kedokteran dituntut untuk dapat memberikan pelayanan kesehatan yang
terbaik, apalagi kini cakupan ilmu telah berkembang luas. Ilmu kedokteran gigi dan
psikologi, walaupun sering dipisahkan dari kedokteran umum, tetap menjadi bagian satu
kesatuan ilmu kedokteran.
Seorang dokter dapat memiliki kemampuan spesialisasi dan subspesialisasi yang
disebut sebagai dokter spesialis. Penentuan spesialiasi dan gelarnya beragam di tiap negara.
1.
a.
Spesialiasi diagnostik
Laboratorium klinis adalah layanan diagnostik klinis yang mengaplikasikan teknik
laboratorium untuk membuat diagnosis dan manajemen pasien. Di Amerika Serikat, layanan
ini berada di bawah pengawasan seorang patologis (ahli patologi). Orang yang dapat bekerja
di bidang ini adalah staf yang paham akan teknologi kedokteran, di Indonesia Laboratorium
patologi ini ada 2:
1)
Patologi Klinik
2)
Patologi Anatomi
b.
2.
a.
Anatomi adalah ilmu yang mempelajari struktur dan organisasi tubuh manusia
b.
Fisiologi adalah ilmu yang mempelajari fungsi berbagai organ dan sistem organ serta
interaksinya dalam tubuh manusia
c.
Biokimia adalah ilmu yang mempelajari proses-proses kimia yang terjadi dalam tubuh
manusia
d.
Histologi adalah ilmu yang mempelajari struktur mikroskopik dan fungsi jaringan
pembentuk dan penyusun organ dan sistem organ dalam tubuh manusia
e.
Farmakologi adalah ilmu yang mempelajari obat-obatan, interaksi dan efeknya terhadap
tubuh manusia
f.
Patologi anatomi adalah ilmu yang mempelajari kelainan struktur mikroskopik dan
makroskopik berbagai organ dan jaringan yang disebabkan penyakit atau proses lainnya
g.
Patologi klinik adalah ilmu yang mempelajari kelainan yang terjadi pada berbagai fungsi
organ atau sistem organ
h.
i.
3.
a.
b.
Dermatologi adalah ilmu yang mempelajari kulit dan penyakitnya. Di Inggris, dermatologi
adalah subspesialis dari kedokteran umum. Di Indonesia, spesialisasi ini digabungkan dengan
ilmu penyakit kelamin. Dokter dengan spesialisasi ini diberi gelar SpKK (Spesialisasi Kulit
dan Kelamin).
c.
Kedaruratan medis adalah ilmu yang memusatkan pada diagnosis dan perawatan dari
penyakit akut seperti trauma. Ilmu ini juga berhubungan dengan ilmu bedah, pediatri, dan
lainnya.
d.
Kedokteran umum atau kedokteran keluarga menangani pertolongan pertama untuk pasien
dengan masalah yang tidak darurat. Dokter keluarga biasanya dapat menangani 90% dari
masalah kesehatan keluarga tanpa harus merujuk ke dokter spesialis.
e.
Ilmu penyakit dalam berpusat pada masalah penyakit sistemik terutama pada pasien
dewasa seperti masalah penyakit yang dapat merusak seluruh tubuh. Ilmu ini banyak
menurunkan subspesialis: (Tidak semua spesialisasi ini ada di Indonesia)
1)
Endokrinologi
2)
Gastroenterologi
3)
Hematologi
4)
Kardiologi
5)
6)
Nefrologi
7)
Onkologi
8)
Penyakit infeksi
9)
Pulmonologi
10)
Rheumatologi
f.
Neurologi adalah ilmu yang memepelajari tentang penyakit saraf. Di Inggris, spesialisasi
ini berada di bawah kedokteran umum.
g.
Obstetrik dan ginekologi (di kalangan dokter sering disingkat obgin). Dalam bahasa
Indonesia disebut ilmu kebidanan dan penyakit kandungan. Masalah obat reproduksi dan obat
kesuburan secara umum ditangani oleh spesialis ginekologi.
h.
Perawatan penenangan pasien adalah cabang baru dari ilmu kedokteran yang menangani
perawatan dan pemberian dukungan emosional pasien dengan penyakit yang parah seperti
kanker dan gagal jantung.
i.
Pediatri adalah ilmu yang mempelajari masalah penyakit pada bayi dan anak. Seperti
pada ilmu penyakit dalam, disiplin ini memiliki banyak subspesialis seperti untuk bidang
kardiologi, endokrinologi, gastroenterologi, hematologi, onkologi, oftalmologi, dan
neonatologi.
j.
Telinga Hidung Tenggorok Bedah Kepala Leher (THT-KL): ilmu kedokteran yang
mempelajari kesehatan telinga, pendengaran, keseimbangan, hidung, pernafasan, tenggorok,
kelaianan suara, gangguan menelan, dan adanya tumor di daerah leher dan wajah.
k.
Kedokteran rehabilitasi medis atau disebut juga fisiatri mempelajari perbaikan fungsional
tubuh dari cedera atau kelainan kongenital.
l.
Kedokteran preventif adalah cabang dari ilmu kedokteran yang memusatkan pada
pencegahan penyakit.
m.
n.
o.
Radiologi mempelajari interpretasi dari pencitraan medis dari berbagai media seperti sinar
X. Di Indonesia, dokter dengan spesialiasi radiologi diberi gelar SpRad.
p.
Spesialisasi bedah mempelejarai ilmu bedah. Ilmu ini memiliki cabang spesialisasi seperti
bedah ortopedik, bedah urologi, bedah saraf dan lainnya.
q.
Ilmu kedokteran berdasarkan gender, mempelajari sisi perbedaan biologi dan fisiologi dari
jenis kelamin dan bagaimana pengaruhnya pada penyakit.[7]
Ilmu kedokteran pun meluas ke bidang lainnya. Beberapa bidang belum dikenal di
Indonesia.
1.
Bioetika adalah sebuah ilmu yang mempelajari hubungan biologi, sains, kesehatan, etika,
filsafat, dan teologi.
2.
3.
Farmakologi klinis mempelajari hubungan interaksi antara obat dan tubuh pasien.
Informatika kedokteran mengubungkan dunia kedokteran dengan dunia teknologi
informasi.
4.
5.
Kedokteran evolusioner adalah ilmu kedokteran yang dikaitkan dengan teori evolusioner.
6.
Kedokteran forensik mempelajari ilmu kedokteran yang berkaitan dengan masalah hukum
seperti penentuan waktu dan penyebab kematian seseorang pada sebuah kasus kriminal.
7.
Kedokteran konservasi adalah ilmu yang berkaitan dengan kesehatan manusia dan hewan
serta kondisi lingkungan. Disebut juga sebagai kedokteran ekologis atau kedokteran
lingkungan.
8.
9.
Kedokteran selam membahas hal yang berhubungan masalah kesehatan pada penyelaman.
10.
11.
a.
b.
Pengalihan kekuasaan (devolution) yakni seluruh tanggung jawab untuk kegiatan tertentu
diserahkan penuh kepada penerima wewenang.
Desentralisasi kewenangan itu dapat dilakukan oleh Pemerintah Pusat dalam beberapa
bentuk, misalnya dalam bentuk :[12]
1.
Desentralisasi Teritorial.
2.
Desentralisasi Fungsional.
3.
Desentralisasi Administrasi
Menurut Bayu Surianingrat, desentralisasi mempunyai dua macam bentuk yaitu :[13]
1.
1.
Situasi ideal 1945 mempengaruhi bangsa Indonesia yaitu dengan gagasan kedaluatan
rakyat (kemerdekaan perwakilan keadilan ) yang banyak di cita-citakan oleh gerakan kolonial
di Asia Afrika termasuk Indonesia. Demokrasi tidk hanya dalam lingkupan nasional tetapi
juga di daerah.
2.
Latar belakang keberadaan yang disebabkan oleh penjajahan bangsa asing. Dengan
kemerdekaan dan demokratisasi maka keadaan keterbelakangan akan hilang.
Desentralisasi telah menciptakan hasil-hasil positif yaitu:
1.
2.
3.
4.
Organisasi-organisasi baru telah dibentuk ditingkat regional dan lokal untuk rencanakan
dan melaksanakan pembangunan. Semua badan atau organisasi ini telah memberikan dampak
yang positif.
5.
Perencanaan di tingkat regional dan lokal semakin ditekankan sebagai satu unsur penting
dari strategi pembagunan nasional dengan memasukan perspektif-perspektif dan kepentingan
baru ke dalam poses pembuatn keputusan.
Pengertian desentralisasi menurut Undang-undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang
Pemerintahan Daerah Pasal 1 angka 7 menyatakan bahwa Desentralisasi adalah penyerahan
wewenang pemerintahan oleh Pemerintah kepada Daerah Otonomi untuk mengatur dan
mengurus urusan pemerintahan dalam sitem Negara Kesatuan Republik Indonesia.
2.
Satuan-satuan desentralisasi dapat melaksanakan tugas dengan efektif dan lebih efisien;
3.
4.
1.
2.
3.
F.
1.
Metode Penelitian
Metode Pendekatan
Metode pendekatan dalam penelitian ini adalah yuridis sosiologis atau normatif
empiris, dimana berangkat dari hukum yang ada untuk dapat diaplikasikan pada kasus-kasus
yang nyata atau mempelajari aturan-aturan perundang-undangan maupun pandangan atau
pendapat ahli yang digunakan untuk mengolah dan menganalisis data-data di lapangan yang
disajikan dalam pembahasan.[18]
2.
Spesifikasi Penelitian
Penelitian
ini
adalah
spesifikasi
penelitian
deskriktif
kualitatif,
yaitu
berupaya
mendeskripsikan obyek yang akan diteliti atau gejala-gejala secara lengkap di dalam aspek
yang akan diselidiki agar lebih jelas keadaan dan kondisinya, tanpa membuat kesimpulan
secara umum19. Yaitu
3.
Sumber Data
a.
Data Primer
Data primer yaitu data yang diperoleh langsung dari sumber informasi dari lokasi atau subyek
penelitian19, yaitu sebagai berikut :
1)
2)
3)
4)
Pasien
b.
Data Sekunder
Sedangkan data sekunder, yaitu data yang diperoleh dari penelitian kepustakaan yang berupa
bahan-bahan hukum[19]. Bahan-bahan hukum tersebut terdiri dari:
a.
Bahan Hukum Primer, yaitu bahan hukum yang bersifat mengikat, yang terdiri dari:
1)
2)
b.
3)
4)
KUHP.
5)
6)
7)
Konsil
Bahan hukum sekunder, adalah bahan-bahan hukum yang memberikan penjelasan dan
petunjuk terhadap bahan hukum primer, seperti, buku-buku, majalah, artikel, makalah, hasil
penelitian dan lain sebagainya.
c.
Bahan hukum tertier, adalah bahan-bahan hukum yang akan memberikan petunjuk dan
penjelasan terhadap bahan hukum primer dan bahan hukum sekunder, yang terdiri dari kamus
istilah hukum.kamus bahasa dan ensiklopedia.
4.
a.
Wawancara
Dalam pengumpulan data primer dilakukan dengan wawancara bebas maupun terpimpin
dengan mengajukan pertanyaan secara tertulis yang sebelumnya telah dipersiapkan secara
terstruktur pada para responden dan nara sumber.
Pengambilan sampel dilakukan dengan teknik non random sampling, yaitu tidak memberikan
kesempatan yang pada setiap populasi sebagai sampel, yang dipakai adalah purposive
sampling, yaitu menunjuk pada responden yang berdasarkan ciri-ciri atau sifat tertentu
dianggap mempunyai hubungan yang erat dengan obyek penelitian.
b.
Kepustakaan
Pengumpulan data dilakukan dengan studi kepusatakaan, yaitu dengan mengkaji berbagai
Peraturan Perundang-undangan atau literatur yang berhubungan dengan permasalahan
penelitian.
c.
Observasi
Yaitu mengadakan pengamatan langsung terhadap suatu obyek penelitian dan mengadakan
pencatatan secara sistematis tentang hal-hal tertentu diamati.
5.
Analisis Data
Data yang telah dikumpulkan dari penelitian selanjutnya dianalisis secara deskriptif
kualitatif.
a.
b.
Kualitatif,[21] yaitu metode analisis data dengan cara mengelompokkan dan menseleksi
data yang diperoleh dari penelitian menurut kualitas dan kebenarannya, kemudian
dihubungkan dengan teori-teori dari studi kepustakaan sehingga diperoleh jawaban atas
permasalahan dalam penelitian ini.
G.
Sistematika Penulisan
Untuk memberikan gambaran yang lebih jelas dan terarah, maka penyusun tesis ini
perlu dilakukan secara sitematis. Adapun sistematis penulisan tesis ini selengkapnya dapat
diuraikan sebagai berikut:
Bab I merupakan bab Pendahuluan. Dalam bab ini berisikan penjelasan awal tentang
latar belakang masalah, perumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, metode
penelitian, sistematika penulisan dan jadual penelitian sehingga penulisan ini diharapkan
selalu mengacu hal-hal yang ditetapkan sebelumnya.
Bab II merupakan Tinjauan Pustaka yang menguraikan tentang teori-teori pendukung
meliputi tinjauan tentang hak pasien, tinjauan tentang pelayanan kesehatan dan tinjauan
tentang praktik kedokteran merupakan landasan teori atau kerangka pemikiran yang
diperlukan untuk pembahasan dalam pemecahan masalah sesuai dengan topik yang diteliti.
Bab III merupakan Hasil Penelitian dan Pembahasan berupa analisis-analisis yang
dilakukan untuk membahas pemecahan permasalahan-permasalahan dengan tujuan
mendapatkan kesimpulan. Bab ini memuat uraian tentang Implementasi Uu No. 29 Tahun
2004 Tentang Praktik Kedokteran Di Kabupaten Kotawaringin Barat.
Bab IV merupakan bab penutup. Dalam bab ini diuraikan mengenai simpulan dan
saran.
H.
Jadwal Penelitian
Jadwal penelitian berikut ini merupakan rangkaian kegiatan penelitian yang dilakukan
agar dapat diselesaikan sesuai waktu yang ditentukan. Jadwal pelaksanaan penelitian yang
dilaksanakan dapat dilihat pada Tabel berikut ini:
Tabel 1 : Jadwal Penelitian
N
Kegiatan
Jan
o.
Feb
Mare
April
1.
Konsultasi Proposal
2.
Seminar Proposal
3.
4.
5.
Perbaikan Proposal
Penelitian
Penyusunan
Hasil
6.
8.
Penelitian
Bimbingan Tesis
Ujian
Tesis
Mei
Jun
Juli
dan
Perbaikan
DAFTAR PUSTAKA
[1] http://id.wikipedia.org/wiki/Kedokteran
[2] Ibid. hlm. 45.
[3] Ibid. hlm. 76
[4] M. Jusuf Hanafiah & Amri Amir, Etika Kedokteran & Hukum Kesehatan, Penerbit
Buku Kedokteran EGC, Jakarta, 1999, hlm. 59.
[5] http://id.wikipedia.org/wiki/Kedokteran
[6] Ibid. . hlm.56
[7] Ibid. . hlm.98
[8] Ibid. . hlm.23
[9] Webster dalam Djoko Prakoso, Kedudukan dan Fungsi Kepala Daerah, Ghalia
Indonesia, Jakarta, 1984, hlm. 77.
[10] Fortmann dalam Bryant, Coralie, White, Louise G., Rusyanto L. (pen),
Manajemen Pembangunan Untuk Negara Berkembang, LP3ES, Jakarta, 1989, hlm. 215.
[11] Riggs dalam Sarunjang, Arus Balik Kekuasaan Pusat ke Daerah, Pustaka Sinar
Harapan, Jakarta, 2000, hlm. 47.
[12] Irawan Soejito, Hubungan Pemerintah Pusat dan Pemerintah Daerah, Rineka
Cipta, Jakarta, 1990, hlm. 30-31.
[13] Bayu Surianingrat, Organisasi Pemerintahan Wilayah Atau Daerah, Aksara
Baru, Jakarta, 1980, hlm. 28.
[14] Warsito Utomo, Implimentasi Desentralisasi dan Otonomi Daerah Tingkat II
Masa Orde Baru, Disertasi, UGM, Yogyakarta, 2000, hlm. 67.
[15] Sarundjang dalam Nugroho, D., Otonomi Daerah: Desentralisasi Tanpa
Revolusi, PT. Elex Media Komputindo, Jakarta, 2000, hlm.46.
[16] David Osborne-Ted Goebler, Reinventing Government, A Plume Book, New
York, 1993, hlm. 252.
[17] Bagir Manan, Hubungan antara Pusat dan Daerah Menurut UUD 1945, Sinar
Harapan, Jakarta, 1994, hlm. 161-167.
[18] Hilman Hadikusuman, Metode Pembuatan Kertas Kerja atau Skripsi Ilmu
Hukum, Ctk Kesatu, CV. Mandar Maju, Bandung, 1995, hlm. 63.
[19] Soerjono Soekanto dan Sri Mammudji, Penelitian Hukum Normatif, Pengantar
Singkat, Rajawali Press, Jakarta, 1990, hlm. 14.
[20] Abdulkadir Muhammad, 2004, Hukum dan Penelitian Hukum, Citra Aditya
Bakti, Bandung, hlm. 50
[21] Ibid, hlm. 51.