Disusun oleh :
dr. Nurul Ummi Rofiah
Pembimbing :
dr. Intaningtyas Subawati
1
LAPORAN KASUS
A. IDENTITAS
1. Identitas Pasien
Nama : An. R. U. N. A
Umur : 5 tahun 11 bulan
Jenis Kelamin : Perempuan
Agama : Islam
Suku : Jawa
Alamat : Waru 7/2 Rembang, Rembang
No. CM : 388597
Masuk RS : 11/07/2017
B. ANAMNESIS
Alloanamnesis dilakukan dengan ibu pasien di IGD RSUD dr. Soetrasno
Rembang pada 11 July 2017.
1. KELUHAN UTAMA : Badan Panas
2. RIWAYAT PENYAKIT SEKARANG:
Pasien dibawa ke Rumah Sakit dengan keluhan demam sejak 9 hari yang
lalu, panas naik turun, biasanya turun pada pagi hari dan mulai naik pada
sore hari, mual (+) muntah (-) , epistaksis (-), batuk (+) dan berdahak (+),
pilek (+) , sesak (-) , nyeri kepala (+), nyeri menelan (-) nyeri perut (+).
Nafsu makan dan minum ; menurun. BAB : 3 hari belum BAB, BAK :
biasa.
Di lingkungan sekitar rumah pasien ada yang sakit Demam Berdarah.
Riwayat jajan sembarangan diakui di PAUD. Bepergian ke daerah
endemis malaria juga disangkal.
2
Riwayat mondok disangkal
Riwayat kejang disangkal
Riwayat penyakit demam berdarah disangkal
Riwayat penyakit typus disangkal
Riwayat alergi obat disangkal
6. RIWAYAT IMUNISASI
a) BCG : 1 kali (umur 0 bulan)
b) Polio : 4 kali (umur 0, 2, dan 2 lainnya lupa)
c) Hepatitis B : 3 kali (umur 0, 1, dan 6 bulan)
d) DPT : 4 kali (umur 2, 4, dan 6 lainnya lupa)
e) Campak : 1 kali (umur 9 bulan)
Kesan: Imunisasi dasar lengkap menurut petugas kesehatan
berdasarkan informasi dari ibu pasien tapi tanpa disertai bukti dari KMS.
3
d) Personal Sosial : Menggambil Makan Sendiri
Kesan : Perkembangan sesuai umur
4
5
2. Pertumbuhan
a) Berat badan lahir 3000 gram. Panjang badan 47 cm
b) Berat badan sekarang 17 kg. Panjang badan 120 cm
c) BMI = Baik
Kesan : Pertumbuhan dan Status gizi Baik
9. RIWAYAT PERINATAL
a. Pemeliharaan Perinatal
Periksa kandungan : 1x setiap bulan sampai usia 7 bulan, setelah
8 bulan periksa kehamilan 2x setiap bulannya.
Penyakit kehamilan : (-), perdarahan selama kehamilan (-)
Obat yang diminum : (-)
Jamu-jamuan : (-)
b. Riwayat Kelahiran
Lahir di : Bidan
Ditolong oleh : Bidan di rumah bersalin
Lama dalam kandungan : 39 minggu
Jenis partus : Spontan
BB waktu lahir : 3000 gram
6
PB waktu lahir : Ibu lupa
Anak ke-1 dari 2 bersaudara.
b. Tanda Vital :
Nadi : 100 x/menit, regular, isi dan tegangan cukup
RR : 324x/menit
Temperatur : 36.7 C aksiler post minum paracetamol
Kesan : Normal
c. Pemeriksaan Umum
a. Kesadaran : Compos mentis
b. Keadaan umum : Tampak lemah kurang aktif
7
c. Kepala : Mesocephal, rambut tidak mudah dicabut, wajah
bengkak (-)
d. Mata : Konjungtiva anemis (-), sklera ikterik (-), palpebra
edem (-/-)
e. Telinga : Serumen (-/-), nyeri tarik (-/-), oedem (-/-),
hiperemis (-/-)
f. Hidung : Sekret (-/-), septum deviasi (-), napas cuping hidung
(-/-)
g. Mulut : Bibir kering (-), lidah kotor (+), tepi hiperemis (-)
lidah tremor, pernapasan mulut (-), tonsil T1-T1
h. Kulit : Hipopigmentasi (-), hiperpigmentasi (-), Tes rumple
leed (-)
i. Leher : Pembesaran KGB (-), deviasi trakhea (-)
j. Dada
Paru
Inspeksi : simetris, statis, dinamis, retraksi (-)
Palpasi : stem fremitus kanan = kiri
Perkusi : sonor seluruh lapangan paru
Auskultasi : suara dasar : vesikuler +/+ di seluruh
lapangan paru, suara tambahan : ronkhi -/-, wheezing -/-
Jantung
Inspeksi : ictus cordis tidak tampak
Palpasi : ictus cordis teraba di SIC V 2 cm medial LMCS,
tidak kuat angkat, dan tidak melebar
Perkusi :
Batas kiri : SIC V 2 cm medial LMCS
Batas atas : SIC II LPS sinistra
Batas kanan : SIC II LPS dextra
Auskultasi : BJ I-II normal, bising (-), gallop (-)
k. Abdomen
Inspeksi : cembung
8
Auskultasi : Bising usus normal
Perkusi : timpani
Palpasi : Nyeri tekan (+) daerah epigastrium, Hepar dan lien
tidak teraba
l. Anggota gerak
Superior Inferior
Akral dingin -/ - -/-
Sianosis -/- -/-
Oedem -/- -/-
Capp. Refill <2” <2”
Reflek fisiologis +N / + N +N / +N
Reflek patologis -/- -/-
ADP + (adekuat) + (adekuat)
C. PEMERIKSAAN PENUNJANG
a. Lab darah
Jenis Nilai normal Hasil Keterangan
Pemeriksaan
Hb (g/dl) 10,7-14,7 12,3
Lekosit (rb/mm3) 5,5-15,5 14,7
Eritrosit (jt/mm3) 4,0-6,0 4,86
Hematokrit (%) 35-47 35.9
Trombosit (rb/mm3) 229-553 398
MCV 72-88 73,9
MCH 26-34 25,3 Low
MCHC 32-38 34,3
Limfosit 25-50 20,7
Monosit 1-6 7,2 High
Eosinofil 1-5 1,5
Basofil 0-1 0,1
Neutrofil segmen 50-70 70,5 High
Lain - Lain
SEROLOGI
9
WIDAL
E. RINGKASAN
Daftar Abnormalitas
4. Lemah 1-12-2016
5. nafsu makan mulai 1-12-2016
menurun
6. nyeri ulu hati 1-12-2016
7. Makan dan minum 1-12-2016
air sedikit
8. mual dan muntah 1-12-2016
9. Trombositopenia 1-12-2016
10. Hemokonsentrasi 1-12-2016
G. DIAGNOSIS
Febris Hari Ke-4 (Demam < 7 hari)
DD : DHF
Demam Dengue
Demam Chikungunya
10
Morbili
Varicela
G. TERAPI
Medikamentosa
Infus RL 60 cc/jam syringepump
(4cc/kgBB/jam 4 ml x 15 kg = 60cc/jam syringepump
Inj. Paracetamol 150 mg/8 jam
(dosis 10 mg/kg BB 10mg x 15kg = 150 mg
Inj. Ondansetron 1,5 mg (bila muntah) iv
(dosis 0,1–0,2mg/kgBB0,1mg x15kg = 1,5 mg = 0,75ml
Inj. Ranitidin 15 mg/12 jam iv
(dosis 1mg/kgBB 1mg x 15kg = 15 mg = 0,5 cc
Monitoring
Kondisi Umum
Tanda Vital (Nadi, RR, suhu)
Awasi tanda-tanda syok
Darah rutin tiap untuk pengawasan perkembangan dan fluktuasi
jumlah trombosit, hemoglobin, dan hematokrit.
Tanda-tanda perdarahan (epistaksis, hematemesis, melena,
petechie).
11
Edukasi
Menjelaskan kepada keluarga bahwa anak mengalamai demam
berdarah sehingga terapi yang dilakukan adalah pemberian
cairan, dan pengawasan. Pemberian cairan dilakukan lewat
infus dan dipantau secara ketat.
Menjelaskan rencana program pemeriksaan bahwa anak akan
diambil darahnya setiap hari untuk mengetahui perkembangan
penyakit maupun perbaikan kondisi.
Berkerja sama dengan orang tua dalam mengawasi tanda-tanda
bahaya seperti sakit perut, nyeri tekan pada perut, muntah terus-
menerus, perdarahan mukosa (mimisan, gusi berdarah, bintik-
bintik di kulit seperti digigit nyamuk), penumpukan cairan
(sesak, kelopak mata bengkak, perut membesar), lemah, kaki
dan tangan dingin, buang air kecil berkurang.
Menganjurkan agar anak banyak makan dan minum
H. PROGNOSA
Quo ad vitam : ad bonam
Quo ad sanam : ad bonam
Quo ad fungsionam : ad bonam
12
BAB III
TINJAUAN PUSTAKA
2. Penyebab
Penyebab penyakit demam berdarah dangue pada seseorang adalah virus
dangue termasuk family flaviviridae genus Flavivirus yang terdiri dari 4
serotipe, yakni DEN-1, DEN-2, DEN-3, dan DEN-4. Ke empat serotip ini ada
di Indonesia, dan dilaporkan bahwa serotip virus DEN-3 sering menimbulkan
wabah (Syahruman, 1988). Virus DEN termasuk dalam kelompok virus yang
relative labil terhadap suhu dan faKtor kimiawai lain serta masa viremia yang
pendek. Virus DEN virionnya tersusun oleh genom RNA dikelilingi oleh
nukleokapsid, ditutupi oleh suatu selubung dari lipid yang mengandung 2
protein yaitu selubung protein E dan protein membrane M.
3. Patofisiologi
13
Patofisiologi primer DBD dan DSS adalah peningkatan akut permeabilitas
vaskuler yang mengarah ke kebocoran plasma ke dalam ruang ekstravaskuler,
sehingga menimbulkan hemokonsentrasi dan penurunan tekanan darah.
Volume plasma menurun lebih dari 20% pada kasus-kasus berat. (Gubler,
1998). Jika penderita sudah stabil dan mulai sembuh, cairan ekstravasasi
diabsorbsi dengan cepat, menimbulkan penurunan hematokrit. Perubahan
hemostasis pada DBD dan DSS melibatkan 3 faktor, yaitu perunahan vaskuler,
trombositopeni, dan kelainan koagulasi (Soegijanto, 2004).
4. Patogenesis
Virus dangue masuk ke dalam tubuh manusia lewat gigitan nyamuk Aedes
aegypty atau Aedes albopictus dengan organ sasaran adalah organ hepar, nodus
limfaticus, sumsum tulang belakang, dan paru. Dalam peredaran darah, virus
tersebut akan difagosit oleh sel monosit perifer. Virus DEN mampu bertahan
hidup dan mengadakan multifikasi dalam sel tersebut. Infeksivirus dangue
dimulai dengan menempelnya virus genomnya masuk ke dalam sel dengan
bantuan organel-organel sel, genom virus membentuk komponen-komponenya.
Setelah terbentuk, virus dilepaskan dari sel. Proses perkembangbiakan sel virus
DEN terjadi di sitoplasma sel. Infeksi oleh satu serotip virus DEN menimbulkan
imunitas protektif terhadap serotype tersebut tetapi tidak ada cross protectif
terhadap serotip virus yang lain (Kurane & Francis, 1992).
5. Klasifikasi
WHO (1997) membagi DBD menjadi 4 (Vasanwala dkk, 2011):
a. Derajat 1
Demam tinggi mendadak (terus menerus 2-7 hari) disertai tanda dan gejala
klinis (nyeri ulu hati, mual, muntah, hepatomegali), tanpa perdarahan
spontan, trombositopenia dan hemokonsentrasi, uji tourniquet positif.
b. Derajat 2
Derajat 1 dan disertai perdarahan spontan pada kulit atau tempat lain seperti
mimisan, muntah darah dan berak darah.
14
c. Derajat 3
Ditemukan kegagalan sirkulasi, yaitu nadi cepat dan lemah, tekanan darah
rendah (hipotensi), kulit dingin, lembab dan gelisah, sianosis disekitar mulut,
hidung dan jari (tanda-tand adini renjatan).
d. Renjatan berat (DSS) / Derajat 4
Syok berat dengan nadi tak teraba dan tekanan darah tak dapat diukur.
6. Manifestasi Klinis
a. Demam
Demam berdarah dengue biasanya ditandai dengan demam yang mendadak
tanpa sebab yang jelas, continue, bifasik. Biasanya berlangsung 2-7 hari
(Bagian Patologi Klinik, 2009). Naik turun dan tidak berhasil dengan
pengobatan antipiretik. Demam biasanya menurun pada hari ke-3 dan ke-7
dengan tanda-tanda anak menjadi lemah, ujung jari, telinga dan hidung
teraba dingin dan lembab. Masa kritis pda hari ke 3-5. Demam akut (38°-
40° C) dengan gejala yang tidak spesifik atau terdapat gejala penyerta
seperti , anoreksi, lemah, nyeri punggung, nyeri tulang sendi dan kepala.
15
Manifestasi perdarahan pada umumnya muncul pada hari ke 2-3 demam.
Bentuk perdarahan dapat berupa: uji tourniquet positif yang menandakan
fraglita kapiler meingkat (Bagian Patologi Klinik, 2009). Kondisi seperti ini
juga dapat dijumpai pada campak, demam chikungunya, tifoid, dll.
Perdarahan tanda lainnya ptekie, purpura, ekomosis, epitaksis dan
perdarahan gusi, hematemesisi melena. Uji tourniquet positif jika terdapat
lebih dari 20 ptekie dalam diameter 2,8 cm di lengan bawah bagian volar
termasuk fossa cubiti.
c. Hepatomegali
Ditemukan pada permulaan demam, sifatnya nyeri tekan dan tanpa disertai
ikterus. Umumnya bervariasi, dimulai dengan hanya dapat diraba hingga 2-
4 cm di bawah lengkungan iga kanan (Bagian Patologi Klinik, 2009).
Derajat pembesaran hati tidak sejajar dengan beratnya penyakit namun nyeri
tekan pada daerah tepi hati berhubungan dengan adanya perdarahan.
d. Renjatan (Syok)
Syok biasanya terjadi pada saat demam mulai menurun pada hari ke-3 dan
ke-7 sakit. Syok yang terjadi lebih awal atau periode demam biasanya
mempunyai prognosa buruk (Bagian Patologi Klinik, 2009). Kegagalan
sirkulasi ini ditandai dengan denyut nadi terasa cepat dan lemah disertai
penurunan tekanan nadi kurang dari 20 mmHg. Terjadi hipotensi dengan
tekanan darah kurang dari 80 mmHg, akral dingin, kulit lembab, dan pasien
terlihat gelisah.
7. Pemeriksaan Penunjang
a. Darah
1) Kadar trombosit darah menurun (trombositopenia) (≤ 100000/µI)
2) Hematokrit meningkat ≥ 20%, merupakan indikator akan timbulnya
renjatan. Kadar trombosit dan hematokrit dapat menjadi diagnosis pasti
pada DBD dengan dua kriteria tersebut ditambah terjadinya
trombositopenia, hemokonsentrasi serta dikonfirmasi secara uji serologi
hemaglutnasi (Brasier, Ju, Garcia, Spratt, Forshey, Helsey, 2012).
16
Gambar: Perubahan Ht, Trombosit, dan LPB dalam perjalanan DHF
17
Pada pemeriksaan foto thorax dapat ditemukan efusi pleura. Umumnya
posisi lateral dekubitus kanan (pasien tidur di sisi kanan) lebih baik dalam
mendeteksi cairan dibandingkan dengan posisi berdiri apalagi berbaring.
d. USG
Pemeriksaan USG biasanya lebih disukai pada anak dan dijadikan sebagai
pertimbangan karena tidak menggunakan system pengion (Sinar X) dan
dapat diperiksa sekaligus berbagai organ pada abdomen. Adanya acites dan
cairan pleura pada pemeriksaan USG dapat digunakan sebagai alat
menentukan diagnose penyakit yang mungkin muncul lebh berat misalnya
dengan melihat ketebalan dinding kandung empedu dan penebalan
pancreas.
e. Diagnosis Serologis
1) Uji hemaglutinasi inhibisi (Uji HI)
Tes ini adalah gold standard pada pemeriksaan serologis, sifatnya
sensitive namun tidak spesifik artinya tidak dapat menunjukkan tipe
virus yang menginfeksi. Antibody HI bertahan dalam tubuh lama sekali
(>48 tahun) sehingga uji ini baik digunakan pada studi serologi-
epidemioligi. Untuk diagnosis pasien, Kenaikan titer konvalesen 4x
lipat dari titer serum akut atau titer tinggi (> 1280) baik pada serum akut
atau konvalesen daianggap sebagai presumtif (+) atau di dugan keras
positif infeksu dengue yang baru terjadi (Vasanwala dkk, 2011).
2) Uji komplemen fiksasi (uji CF)
Jarang digunakan secara rutin karena prosedur pemeriksaannya rumit
dan butuh tenaga berpengalaman. Antibodi komplemen fiksasi bertahan
beberapa tahun saja (sekitar 2-3 tahun).
3) Uji neutralisasi
Uji ini paling sensitif dan spesifik untuk virus dengue. Biasanya
memamkai cara Plaque Reduction Neutralization Test (PNRT) yaitu
berdasarkan adanya reduksi dari plaque yang terjadi. Anti body
neutralisasi dapat dideteksi dalam serum bersamaan dengan antibody HI
18
tetapi lebih cepat dari antibody komplemen fiksasi dan bertahan lama
(>4-8 tahun). Prosedur uji ini rumit dan butuh waktu lama sehingga
tidak rutin digunakan (Vasanwala dkk, 2011).
8. Penatalaksanaan
Pengobatan DBD bersifat suportif simptomatis yang didasarkan adanya
perubahan patofisiologi berupa kebocoran plasma dan perdarahan(10).
Tujuan penatalaksanaan DBD dan DSS untuk memperbaiki sirkulasi,
meningkatkan volume plasma dan mencegah timbulnya desiminata
intravaskuler koagulasi (DIC). Jenis cairan dan jumlah yang diberikan
merupakan nilai keberhasilan pengobatan(10).
19
1. Jenis Cairan yang diberikan
a. Larutan Kristaloid
Menurut rekomendasi WHO cairan yang dapat diberikan pada penderita
DHF ialah : Dextrose 5 % dalam larutan Riner Laktat (DS/RL), dextrose 5 %
dalam larutan Ringer Asetat (DS/RA) atau Dextrose 5 % dalam 0,5 Saline
fisiologis (D5-0,5 S) (11).
Cairan yang dianjurkan ialah Dextrose 5 %-0,5 saline (D5 – 0,5 S).
pemilihan larutan ini karena berdasarkan pertimbangan bahwa pada DHF
perbedaan tekanan osmotik terdistribusi ke ruangan interstitial. Dengan
pemberian D5 %-0,5 Saline yang bersifat hiperosmotik (432 m osm/L) dapat
mengurangi distribusi cairan ke ruangan interstitial. (10)
b. Larutan Koloid
Untuk mengatasi syok, selain pemberian cairan kristaloid perlu juga
diberikan cairan koloid yang dapat bertahan lebih lama dalam sirkulasi. Cairan
yang direkomenadikan WHO ialah Dextran 40, plasma dan albumin (11).
20
2). Apabila tidak dijumpai tanda kedaruratan, periksa uji torniquet dan hitung
trombosit :
a). Bila uji torniquet positif dengan trombosit 100.000 /UL, pasien dirawat
untuk observasi (tatalaksana DBD deraja I).
b). Bila uji torniquet negatif dengan trombosit 100.000 /UL atau normal, pasien
boleh pulang dengan pesan untuk datang kembali setiap hari sampai suhu turun.
Nilai gejala klinis dan lakukan pemeriksaan Hb, Ht dan trombosit setiap kali selama
anak masih demam. Bila terjadi penurunan kadar Hb dan atau peningkatan kadar
Ht, segera dirawat. Pasien dianjurkan minum banyak seperti air teh, susu, sirup,
oralit, jus buah dan lain-lain, serta diberikan obat antipiretik golongan parasetamol.
Bila keadaan klinis memburuk (gelisah, ujung hati (tangan dingin) segera ke rumah
sakit).
3). Jika dalam 2 hari demam tidak turun atau timbul tanda/gejala lanjut seperti
perdarahan, muntah gelisah, lemah, dianjurkan segera dibawa berobat ke dokter
atau puskesmas dan rumah sakit.
21
Tersangka DBD
Pasien dengan keluhan demam 2-7 hari, disertai uji torniquet pasif (DBD derajat I)
atau disertai perdarahan spontan tanpa peningkatan hematokrit (DBD derajat II)
dapat dikelola sebagai berikut :
1). Apabila pasien masih dapat minum, berikan minum banyak 1-2 liter/hari atau
1 sendok makan setiap 5 menit. Jenis minuman yang dapat diberikan adalah air
putih, teh manis, sirup, jus buah, susu atau oralit. Obat antipiretik (parasetamol)
22
diberikan bila suhu > 38,5 C. Pada anak dengan riwayat kejang dapat diberikan
obat anti konvulsif.
2). Apabila pasien tidak dapat minum atau muntah terus-menerus, sebaiknya
diberikan infus NaCl 0,9 % dan Dextrosa 5 % (1 : 3) dipasang dengan tetesan
rumatan sesuai berat badan. Di samping itu, perlu dilakukan pemeriksaan Hb, Ht
dan trombosit setiap 6-12 jam.
3). Pada tindak lanjut, perhatikan tanda syok, raba hati setiap hari untuk
mengetahui pembesarannya oleh karena pembesaran hati yang disertai nyeri tekan
berhubungan dengan perdarahan saluran cerna. Diuresis diukur tiap 24 jam dan
amati perdarahan yang terjadi. Kadar Hb, Ht dan trombosit diperiksa tiap 6-12 jam.
4). Apabila pada tindak lanjut telah terjadi perbaikan klinis dan laboratoris, anak
dapat dipulangkan, tetapi bila kadar Ht cenderung naik dan trombosit menurun,
maka infus cairan ditukar dengan ringer laktat dan tetesan disesuaikan.
23
DBD derajat I atau derajat II tanpa peningkatan hematokrit
Gejala Klinis:
demam 2-7 hari
uji tourniquet positif atau perdarahan spontan
Laboratorium:
Hematokrit tidak meningkat
trombositopeni (ringan)
24
d. Penatalaksanaan Kasus DBD Derajat II Dengan Peningkatan Hemokonsentrasi
20 % (11).
Pasien DBD derjat II apabila dijumpai demam tinggi, terus-menerus selama 7 hari
tanpa sebab yang jelas, disertai tanda perdarahan spontan (paling tersering
perdarahan kulit dan mukosa, yaitu petekie atau mimisan) disertai penurunan kadar
hematokrit.
Pada saat pasien datang, berikan cairan kristaloid ringer laktat/ringer
asetat/NaCl 0,9 % atau dekstrose 5 % dalam ringer laktat/NaCl 0,9 % 6-7
ml/kgBB/jam, monitor tanda-tanda vital dan kadar hematokrit serta trombosit tiap
6 jam, selanjutnya evaluasi 12-24 jam.
1). Apabila selama observasi keadaan umum membaik, yaitu darah stabil tenang,
tekanan nadi kuat, tekanan darah stabil, diuresis cukup dan kadar Ht cenderung
turun minimal dalam 2 x pemeriksaan berturut-turut, maka tetesan dikurangi
menjadi 5 ml/kg BB/jam. Apabila dalam obstruksi selanjutnya tanda vital
tetap stabil, tetesan dikurangi menjadi 3 ml/kgBB/jam dan akhirnya cairan
dihentikan pada 24-48 jam.
2). Perlu diingat bahwa sepertiga kasus akan jatuh ke dalam syok. Maka apabila
keadaan klinis pasien tidak ada perbaikan, anak tampak gelisah, diuresis kurang,
tekanan nadi memburuk < 20 mmHg, serta peningkatan Ht, maka tetesan diberikan
menjadi 10 ml/KgBB/jam. Apabila belum terjadi perbaikan klinis setelah 12 jam,
cairan dinaikkan lagi menjadi 15 ml/KgBB/jam. Kemudian dievaluasi 12 jam lagi.
Apabila distress pernafasan menjadi lebih berat dan atau Ht naik maka berikan
cairan koloid 20-30 ml/KgBB/jam, tetapi bila Ht turun, berikan transfusi darah
segar 10 ml/KgBB/jam. Bila keadaan klinis membaik, maka cairan disesuaikan.
25
DBD derajat I dengan peningkatan HT ≥ 20% Ht normal
Cairan awal
Perbaikan
Tanda vital tidak stabil
Sesuaikan tetesan
Perbaikan
26
1). Segera beri infus kristaloid (ringer laktat atau NaCl 0,9 %) 20 ml/KgBB.
Secepatnya (diberikan dalam bolus selama 30 menit), dan oksigen 2 l/menit. Untuk
DSS berat (DHF derajat IV, nadi tidak teraba dan tensi tidak teratur), diberikan
ringer laktat 20 ml/KgBB bersama koloid. Observasi tensi dan nadi tiap 15 menit,
hematokrit dan trombosit tiap 4-6 jam. Periksa elektrolit dan gula darah.
2). Apabila dalam waktu 30 menit syok belum teratasi, tetesan ringer laktat
dilanjutkan 20 ml/KgBB, ditambah plasma (fresh frozen plasma) atau koloid
(dekstran 40) sebanyak 10-20 ml/KgBB, maksimal 30 ml/KgBB (koloid diberikan
pada jalur infus yang sama dengan kristaloid, diberikan secepatnya). Observasi
keadaan umum, tekanan darah, keadaan nadi setiap 15 menit dan periksa
hematokrit tiap 4-6 jam. Koreksi asidosis. Elektrolit dan gula darah.
a). Apabila syok telah teratasi disertai penurunan kadar Hb/Ht, tekanan nadi > 20
mmHg, nadi urut, maka tetesan cairan dikurangi menjadi 10 /UL/KgBB/jam.
Volume 10 ml/KgBB/jam dapat dipertahankan sampai 24 jam atau sampai
klinis stabil dan hematokrit menurun < 40 %. Selanjutnya cairan diturunkan
menjadi 7 ml/KgBB sampai keadaan klinis dan hematokrit stabil, kemudian secara
bertahap cairan diturunkan 5 ml dan seterusnya 3 ml/KgBB/jam. Dianjurkan
pemeriksaan cairan tidak melebihi 48 jam setelah syok teratasi. Observasi klinis,
tekanan darah, nadi, jumlah urin dikerjakan tiap jam (usahakan urin > 1
ml/KgBB/jam, berat jenis urin < 1,020) dan pemeriksaan hematokrit dan trombosit
tiap 4-6 jam sampai keadaan umum baik.
b). Apabila syok belum teratasi, sedangkan kadar hematokrit menurun tetapi masih
> 40 % berikan darah dalam volume kecil 10 ml/kgBB. Apabila tampak perdarahan
masif, berikan darah segar 20 ml/kgBB dan lanjutkan cairan kristaloid 10
ml/kgBB/jam. Pemasangan CVP (dipertahankan 5-8 cm H2O) pada syok berat
kadang-kadang diperlukan, sedangkan pemasangan sonde lambung tidak
dianjurkan.
27
Pasien dapat dipulangkan apabila semua keadaan di bawah ini :
a. Tidak demam selama 24 jam tanpa antipiretik.
b. Nafsu makan membaik.
c. Tampak perbaikan secara klinis.
d. Hematokrit stabil.
e. Tiga hari setelah syok teratasi.
f. Trombosit > 50.000 /UL.
g. Tidak dijumpai distress pernafasan (disebabkan oleh efusi pleura atau
asidosis).
DAFTAR PUSTAKA
28
Bagian Patologi Klinik. (2009). Peran pemeriksaan laboratorium dalam diagnose
Demam Berdarah Dengue. RSUP Dr. Kariadi Semarang.
Barakah, V. F. 2012. Demam Berdarah tidak ada obatnya, Hanya andalkan cairan.
Detik Health. Retrieved from:
http://health.detik.com/read/2012/06/15/143241/1942274/763/ 18 April 2013
CDC (Centers for Disease and Prevention). (2010). Dengue Branch.Cañada
SanJuan,PuertoRico.From:http://www.cdc.gov/dengue/clinicallab/clinical.ht
ml diakses 20 April 2013
DepKes, RI.,(2005). Pedoman Pencegahan dan Pemberantasan Demam Berdarah
Dengue di Indonesia. Jakarta: Direktorat Jendral Pengendalian Penyakit dan
Penyehatan Lingkungan
IDAI, 2009. Apa itu demam berdarah dengue.
http://www.idai.or.id/kesehatananak/artikel. 18 April 2013
Soegijanto Soegeng, 2004. Demam Berdarah Dangue. Tinjauan dan Temuan Baru
di Era 2003. Airlangga University Press. Surabaya.
World Health Organization (WHO). (1999). Guidelines for treatment of dengue
fever/dengue hemorrhagic fever in small hospitals. New Delhi.
29