Anda di halaman 1dari 10

TUTORIAL KLINIK

SINUSITIS MAXILLARIS DEXTRA


Disusun Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Kepaniteraan Klinik
Bagian Ilmu Kedokteran THT RSUD Temanggung

Disusun Oleh :
Jovita Dessy R
20100310043
Diajukan Kepada :
dr Pramono Sp.THT

BAGIAN ILMU KEDOKTERAN THT RSUD TEMANGGUNG


FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH YOGYAKARTA
2015

LEMBAR PENGESAHAN
TUTORIAL KLINIK
SINUSITIS MAXILLARIS DEXTRA
Telah dipresentasikan pada tanggal:

Oleh: Jovita Dessy R


20100310043

Disetujui oleh:
Dosen pembimbing Kepaniteran klinik
Bagian Ilmu THT
RSUD Temanggung

dr Pramono Sp.THT

A. PROBLEM
Anamnesis
KU : Pasien datang ke Poli THT karena mengeluh hidung sebelah kanan tersumbat
RPS : Seorang laki-laki 53 tahun datang ke Poli THT dengan keluhan hidung sebelah
kanan tersumbat. Gejala ini dirasakan sejak 3 bulan SMRS. Selain itu pasien juga
mengeluh hidung sebelah kanan keluar cairan bening kental terkadang warna hijau
tidak berbau, keluar darah dari hidung disangkal, pasien mengaku semenjak
hidungnya tersumbat dia merasakan susah untuk bernafas dan penciuman terhadap
bau-bau berkurang. Pasien sudah minum obat tetapi keluhan tidak berkurang. Keluhan
memberat pada saat malam hari. Batuk disangkal. Nyeri di bagian wajah disangkal.
Nyeri kepala disangkal. Riwayat demam sebelumnya disangkal. Riwayat sering batuk
pilek sebelumnya (+). Hidung sebelah kiri tidak ada keluhan. Trauma pada hidung
disangkal. Nyeri telinga disangkal. Nyeri tenggorokan tidak ada. Rasa seperti ada air
mengalir dari hidung ke tenggorok tidak ada.
RPD :
Riwayat mondok dan operasi polip nasi pada tahun 2010.
Riwayat Alergi terhadap makanan laut dan alergi dingin (+).
Riwayat penyakit kronis disangkal.
Trauma pada hidung disangkal.
RPK : tidak ada keluarga yang menderita penyakit serupa.
Pemeriksaan Fisik
Keadaan Umum : compos mentis, tidak tampak kesakitan
Vital sign :
Tekanan darah : 120/80 mmHg
Nadi : 88xpm
t: 36.6 C
RR : 20xpm
Status Lokalis
Telinga
Bagian telinga
Aurikula :

Deformitas
Hiperemis
Edema

Dextra

Sinistra

(-)

(-)

(-)

(-)

(-)

(-)

(-)

(-)

(-)

(-)

Daerah Preaurikula :

Deformitas
Hiperemis
Edema

Nyeri tekan

(-)

(-)

(-)

(-)

(+)(+)

(+)

(-)

(-)

(-)

(-)

(-)

(-)

Putih seperti mutiara

Putih seperti mutiara

(-)

(-)

MAE

Serumen
Edema
Hiperemis
Otore

Membran timpani

Warna
Perforasi

Tes Garputala tidak ada


kelainan
Hidung
Pemeriksaan luar : inspeksi hidung : asimetris (-), deformitas (-)
Palpasi : palpasi sinus : nyeri tekan (-)
Rinoskopi Anterior
mukosa
Septum
Deviasi
Deformitas
hematoma
Konka media & inferior
Hipertrofi
Hiperemis
Meatus Media & inferior
Sekret Serous
polip

Dextra
Edema (-) hiperemis (+)

Sinistra
Edema (-) hiperemis (+)

(-)
(-)
(-)

(-)
(-)
(-)

(+)
(+)

(-)
(+)

(+)
polip

berwarna

bertangkai,

(-)
putih, (-)

bentuk bulat

lonjong, tidak ada nyeri


tekan,

permukaan

darah (-), nanah (-)


Tenggorokan

halus,

Uvula : letak ditengah, hiperemis (+)


Palatum durum & palatum mole : hiperemis, massa (-)
Mukosa faring : hiperemis (+), edema (-), massa (-), granul (-)
Tonsil : T1-T1

Kepala : Cpp (-/-) , nyeri tekan wajah (-)


Leher : PKGB (-)
Thorax : Pulmo Suara dasar vesikuler (+/+) suara tambahan (-/-), Cor Bunyi jantung
I-II reguler
Abdomen : BU (+), NT (-)
Ekstremitas : dalam batas normal
B. HIPOTHESIS
No
1.

Hipotesis
Sinusitis

2.

Rhinitis Alergika

3.

Deviasi Septum

C. Mechanisme
5

Gejala
Gejala mayor : adanya
rasa tertekan pada wajah,
hiposmia atau anosmia,
rasa kebas pada wajah,
demam, obstruksi hidung,
post nasal drips, sekret
hidung purulen.
Gejala Minor : Nyeri
kepala,
nyeri
gigi,
demam, batuk, nyeri rasa
tertekan atau rasa penuh
pada telinga.
Adanya riwayat alergi,
serangan bersin berulang
terutama pada pagi hari,
rinore, hidung tersumbat,
hidung dan mata gatal,
lakrimasi.
gejala yang paling sering
adalah sumbatan hidung,
biasanya unlateral, dapat
pula bilateral, rasa nyeri
kepala, dan nyeri sekitar
mata,
penciuman
terganggu.

Infeksi bakteri edema mukosa pada komplek ostio meatal silia tidak dapat
bergerak ostium tersumbat tekanan megatif menyebabkan transudasi serous
inflamasi berlanjut hipoksia bakteri anaerob berkembang mukosa makin
membengkak terbentuknya polip. Polip ini mempunyai 5 stadium yaitu :
Stadium 0 : tidak tampak polip nasal
Stadium 1 : terdapat jaringan polipoid yang terbatas pada meatus media
Stadium 2 : terdapat polip multiple yang mengisi meatus media
Stadium 3 : polip meluas hingga melewati meatus media
Stadium 4 : polip secara total mengobstruksi cavum nasi
Stadium 5 : polip meluas hingga menyentuh dasar cavum nasi
Polip yang sudah lama dapat mengalami metaplasia sel epitel karena sering terkena aliran
udara menjadi sel epitel transisional, kubik atau gepeng berlapis. Hal ini dapat menyebabkan
terbentunya polip inverted papiloma yang bersifat ganas, agresif dan mempunyai rekurensi
tinggi.
D. More Info
Identitas :
Nama : bpk S
Umur : 53 th
Alamat : Kedu
Masuk RS : 7 -10-2015
Hasil Lab :
Hb : 14, 1 mg/dl (n)
Angka Leukosit : 8,5 103 /UL (n)
Angka Eritrosit : 4,55 106/UL (n)
Angka Trombosit : 255 103/UL (n)
Eosinofil 1.6 % (n)
GDS : 99 mg/dl (n)
Ureum : 23 mg/dl (n)
Kreatinin : 0.75 (n)
E. Dont know
1) Definisi Sinusitis
2) Anatomi sinus
3) Etiologi dan Faktor Predisposisi sinusitis
4) Patofisiologi Sinusitis
5) Klasifikasi Sinusitis
6) Gejala Sinusitis
7) Diagnosis Sinusitis
8) Terapi Sinusitis
9) Komplikasi Sinusitis
F. Learning Issue
1) Definisi Sinusitis
6

Inflamasi mukosa sinus paranasal. Penyebab utamanya ialah salesma (common


cold) yang merupakan infeksi virus yang selanjutnya dapat diikuti oleh infeksi
bakteri. Bila mengenai beberapa sinus disebut masinusitis sedangkan bila
mengenasi semua sinus paranasal disebut pansinusitis. Yang paling sering terkenal
ialah sinus etmoid dan maksila. Sinus maksila disebut juga antrum highmore,
letaknya dekat akar gigi rahang atas maka infeksi gigi mudah menyebar ke sinus,
disebut

sinusitis

dentogen.

Sinusitis

dapat

menjadi

berbahaya

karena

menyebabkan komplikasi ke orbita dan intrakranial.


2) Anatomi Sinus :
Ada 8 sinus paranasal, empat buah pada masing-masing sisi, sinus frontal
kanan dan kiri, sinus etmoid kanan dan kiri, sinus maksila kanan dan kiri (antrium
highmore), dan sinus sfenoid kanan dan kiri. Semua sinus ini dilapisi oleh mukosa
yang merupakan lanjutan mukosa hidung berisi udara dan semua bermuara
dirongga hidung melalui ostium masing-masing. Pada meatus medius yang
merupakan ruang diantara konka superoor dan konka inferior rongga hidung
terdapat suatu celah sempit yaitu hiatus semilunaris yaitu muara dari sinus
maksila, sinus frontalis, dan ethmoid anterior.
Fungsi sinus Paranasal :
Membentuk pertumbuhan wajah
Sebagai pengatur udara
Resonansi suara
Membantu produksi mukus
3) Etiologi dan faktor predisposisi :
Beberapa faktor etiologi dan predisposisi antara lain ISPA akibat virus bermacam
rinitis terutama alergika, rinitis hormonal pada wanita hamil, polip hidung,
kelainan anatomi seperti deviasi septum, sumbatan kompleks ostio-meatal, infeksi
gigi, infeksi tonsil, kelainan imunologi. Pada anak hipertrofi adenoid merupakan
faktor penting penyebab sinusitis sehingga perlu dilakukan adenoidektomi untuk
menghilangkan sumbatan dan menyembuhkan rinosinusitisnya. Faktor lain yang
juga berpengaruh adalah lingkungan berpolusi, merokok. Keadaan ini, lama-lama
menyebabkan perubahan mukosa dan merusak silia.
4) Patofisiologi :
Kesehatan sinus dipengaruhi oleh patensi ostium-ostium sinus dan lancarnya
klirens mukosilier didalam KOM. Mukus juga mengandung substansi
antimikrobial dan zat-zat yang berfungsi sebagai mekanisme pertahanan tubuh
terhadap kuman yang masuk bersama udara pernafasan.
Organ-organ yang membentuk KOM letaknya berdekatan dan bila terjadi
edema mukosa yang berhadapan akan saling bertemu sehingga sillia tidak dapat
7

bergerak dan ostium tersumbat. Akibatnya tekanan negatif didalam rongga sinus
yang menyebabkan terjadinya transudasi mula-mula serous. Kondisi ini bisa
dianggap sebagai rinosinusitis non bacterial dan biasanya sembuh dalam beberapa
hari.
Bila kondisi ini menetap sekret yang terkumpul dalam sinus merupakan media
baik untuk tumbuhnya dan multiplikasi bakteri. Sekret menjadi purulen. Keadaan
ini disebut sebagai rinosinusitis akut bakterial dan memerlukan terapi antibiotik.
Jika terapi tidak berhasil, inflamasi berlanjut terjadi hipoksia dan bakteri anaerob
berkembang. Mukosa makin membengkak dan ini merupakan rantai siklus yang
terus berputar sampai akhirnya perubahan mukosa menjadi kronik yaitu
hipertrofi , polipoid atau pebentukan polip dan kista.
5) Klasifikasi :
Menurut Cauwenberg berdasarkan perjalanan penyakitnya terbagi atas :
Sinusitis Akut : bila infeksi berlangsung dari beberapa hari sampai 4

minggu
Sinusitis subakut : bila infeksi berlangsung 4 mnggu sampai 3 bulan
Sinusitis kronik : bila infeksi berlangsung lebih dari 3 bulan

6) Gejala :
Hidung tersumbat, rasa nyeri tekanan pada muka dan ingus purulen, yang
seringkali turun ke tenggorokan (post nasal drip), demam, lesu, nyeri tekanan
didaerah sinus yang terkena, nyeri pipi, nyeri gigi, hiposmia, anosmia, keluhan
sinusitis kronik tidak khas hanya 1 atau 2 dari gejala seperti sakit kepala kronik,
gangguan telinga, gangguan tenggorok.
7) Diagnosis
Diagnosis ditegakkan berdasarkan anamnesis, pemeriksaan fisik, dan
pemeriksaan penunjang. Pemeriksaan fisik dengan rinoskopi anterior dan
posterior, pemeriksaan nasoendoskopi sangat dianjurkan untuk diagnosis yang
lebih tepat dan dini. Tanda khas adalah adanya pus di meatus medius atau meatus
superior. Pada rinosinusitis akut mukosa edam dan hiperemis. Pada anak sering
ada pembengkakan dan kemerahan didaerah kantus medius. Pemeriksaan
pembantu yang penting adalah foto polos ata ct scan. Foto polos waters , PA dan
lateral umumnya hanya mampu menilai kondisi sinus-sinus besar seperti sinus
frontal atau maksila. Kelainan akan terlihat perselubungan, batas udara-cairan (air
fluid level) atau penebalan mukosa. CT scan sinus adalah gold standard diagnosis
sinusitis karena mampu menilai anatomi hidung dan sinus adanya penyakit dalam

hidung dan sinus secara keseluruhan dan perluasan. Pada pemeriksaan


transluminasi sinus yang sakit akan menjadi suram dan gelap.
8) Terapi
Tujuan terapi sinusitis adalah mempercepat penyembuhan, mencegah
komplikasi dan mencegah perubahan menjadi kronik. Prinsip pengobatan ialah
membuka sumbatan di KOM sehingga drainase dan ventilasi sinus-sinus pulih
secara alami. Antibiotik dan dekongestan merupakan terapi pilhan pada sinusitis
akut bakterial, untuk menghilangkan infeksi dan pembengkakan mukosa serta
membuka sumbatan ostium sinus. Antibiotik yang dipilih adalah golongan
penisilin seperti amoksisilin. Pada sinusitis kronik diberikan antibiotik yang sesuai
untuk kuman gram negatif dan anaerob. Selain dekongestan oral dan topikal terapi
lain dapat diberikan seperti analgetik, mukolitik. Steroid oral/topikal. Bila ada
alergi berat sebaiknya diberikan antihistamin generasi ke-2. Irigasi sinus maksila
juga merupakan terapi tambahan yang dapat bermanfaat. Jika ditemukan faktor
predisposisinya maka dilakukan tatalaksana yang sesuai

dan diberi terapi

tambahan. Jika ada perbaikan maka pemberia antiiotik mencukuoi 10-14 hari.
Jika faktor predisposisi tidak ditemukan maka terapi sesuai episode akut lini II +
terapi tambahan. Sambil menunggu ada tidaknya perbaikan diberikan antibiotik
alternative 7 hari. Jika ada perbaikan teruskan antibiotik 10-14 hari, jika tidak ada
perbaikan evaluasi kembali dengan nasoendoskopi. Pada sinusitis maksilaris
dilakukan pungsi dan irigasi sinus.
Tindakan operasi yakni bedah endoskopi fungsional merupakan operasi terkini
untuk sinusitis

kronik yang memerlukan operasi. Tindakan ini telah

menggantikan hampir semua jenis bedah sinus terdahulu karena memberikan hasil
yang lebih memuaskan dan tindakan lebih ringan dan tidak radikal. Indikasinya
berupa sinusitis kronik yang tidak membaik setelah terapi adekuat, sinusitis kronik
disertai kista atau kelainan ireversibel, polip ekstensif, adanya komplikasi sinusitis
disertai jamur.
9) Komplikasi Sinusitis :
komplikasi orbita biasanya disebabkan oleh sinusitis ethmoidalis terdapat lima
tahapan yaitu peradangan,

selulitis orbita, abses subperiostal, abses orbita,

trombosis sinus kavernosus


komplikasi intrakranial meningitis akut, abses otak
10) Problem Solving
Anamnesis :
9

Keluhan hidung sebelah kanan tersumbat.


Gejala ini dirasakan sejak 3 bulan SMRS.
Hidung sebelah kanan keluar cairan bening kental terkadang warna hijau

tidak berbau, keluar darah dari hidung disangkal.


Susah untuk bernafas dan penciuman terhadap bau-bau berkurang.
Batuk disangkal.
Nyeri di bagian wajah disangkal.
Riwayat demam sebelumnya disangkal.
Riwayat sering batuk pilek sebelumnya (+).
Hidung sebelah kiri tidak ada keluhan.
Trauma pada hidung disangkal.

Pemeriksaan Fisik : didapatkan polip nasi dextra pada pemeriksaan rinoskopi,


konka hiperemis, polip berwarna putih, bertangkai, bentuk bulat lonjong, tidak
ada nyeri tekan, permukaan halus, darah (-), nanah (-)
Saran : foto polos posisi waters PA lateral, pungsi, diapanoskopi
11) Diagnosis
Sinusitis Maksillaris Dextra tipe kronik
Polip Nasi Dextra
12) Terapi
Antibiotik : amoxicilin tab 500mg 3x1 P.O
Operatif : pro tindakan bedah
Tes Allergen

10

Anda mungkin juga menyukai