114
Tingkat Oksigen terlarut yang positif harus dipertahankan dalam pabrik penanganan
biologis aerobik untuk memungkinkan biomass mencernakan BOD dan COD secara optimal.
Pada saat aerasi biasa digunakan, oksigen dengan tingkat kemurnian yang tinggi
menawarkan lebih banyak oksigen tingkat tinggi dan penurunan kadar COD daripada sistem
aerasi yang konvensional.
COD atau kebutuhan oksigen kimia (KOK) adalah jumlah oksigen (mg O2) yang
dibutuhkan untuk mengoksidasi zat-zat organik yang ada dalam satu liter sampel air, dimana
pengoksidanya adalah K2Cr2O7 atau KMnO4. Angka COD merupakan ukuran bagi
pencemaran air oleh zat-zat organik yang secara alamiah dapat dioksidasi melalui proses
mikrobiologis dan mengakibatkan berkurangnya oksigen terlarut di dalam air. Sebagian
besar zat organik melalui tes COD ini dioksidasi oleh K2Cr2O7 dalam keadaan asam yang
mendidih optimum,
Indikator ferroin digunakan untuk menentukan titik akhir titrasi yaitu disaat warna hijau biru
larutan berubah menjadi coklat merah. Sisa K 2Cr2O7 dalam larutan blanko adalah K2Cr2O7
115
awal, karena diharapkan blanko tidak mengandung zat organik yang dioksidasi oleh
K2Cr2O7.
Biochemical Oxygen Demand menunjukkan jumlah oksigen dalam satuan ppm yang
dibutuhkan oleh mikroorganisme untuk memecahkanbahan-bahan organik yang terdapat di
dalam air. Pemeriksaan BOD diperlukan untuk menentukan beban pencemaran akibat air
buangan penduduk atau industri. Penguraian zat organik adalah peristiwa alamiah, apabila
suatu badan air dicemari oleh zat oragnik, bakteri dapat menghabiskan oksigen terlarut
dalam air selama proses oksidasi tersebut yang bisa mengakibatkan kematian ikan-ikan
dalam air dan dapat
menimbulkan bau busuk pada air tersebut. Beberapa zat organik maupun anorganik dapat
bersifat racun misalnya sianida, tembaga, dan sebagainya, sehingga harus dikurangi sampai
batas yang diinginkan. Berkurangnya oksigen selama biooksidasi ini sebenarnya selain
digunakan untuk oksidasi bahan organik, juga digunakan dalam proses sintesa sel serta
oksidasi sel dari mikroorganisme. Oleh karena itu uji BOD ini tidak dapat digunakan untuk
mengukur jumlah bahan-bahan organik yang sebenarnya terdapat di dalam air, tetapi hanya
mengukur secara relatif jumlah konsumsi oksigen yang digunakan untuk mengoksidasi
bahan organic tersebut. Semakin banyak oksigen yang dikonsumsi, maka semakin banyak
pula kandungan bahan-bahan organik di dalamnya.
Oksigen yang dikonsumsi dalam uji BOD
menginkubasikan contoh air pada suhu 200C selama lima hari. Untuk memecahkan bahanbahan organik tersebut secara sempurna pada suhu 20 \ 0C sebenarnya dibutuhkan waktu
lebih dari 20 hari, tetapi untuk prasktisnya diambil waktu lima hari sebagai standar. Inkubasi
selama lima hari tersebut hanya dapat mengukur kira-kira 68 persen dari total BOD
(Sasongko, 1990). Terdapat pembatasan BOD yang penting sebagai petunjuk dari
pencemaran organik. Apabila ion logam yang beracun terdapat dalam sampel maka aktivitas
bakteri akan terhambat sehingga nilai BOD menjadi lebih rendah dari yang semestinya
(Mahida, 1981). Pada Tabel di bawah. dapat dilihat waktu yang dibutuhkan untuk
mengoksidasi bahan organik di dalam air.
Tabel 7.1. Waktu yang dibutuhkan untuk mengoksidasi bahan organik
116
blind sample, larutan dengan kadar analit tertentu yang diperlukan seperti contoh uji
Chemical Oxygen Demand (COD), jumlah oksidan Cr2O72- yang bereaksi dengan
contoh uji dan dinyatakan sebagai mg O2 untuk tiap 1000 mL contoh uji
kurva kalibrasi, kurva yang menyatakan hubungan kadar larutan kerja dengan hasil
pembacaan absorbansi yang merupakan garis lurus
larutan blanko atau air suling bebas organik, air suling yang tidak mengandung
senyawa organik atau mengandung senyawa organik dengan kadar lebih rendah dari
batas deteksi atau perlakuannya sama dengan contoh uji
larutan induk, larutan baku kimia yang dibuat dengan kadar tinggi dan akan
digunakan untuk membuat larutan baku dengan kadar yang lebih rendah
larutan baku, larutan induk yang diencerkan dengan air suling bebas organik,
sampai kadar tertentu
larutan kerja, larutan baku yang diencerkan dengan air suling bebas organik,
digunakan untuk membuat kurva kalibrasi
spike matrix, contoh uji yang diperkaya dengan larutan baku dengan kadar tertentu
Cara uji
Prinsip : Senyawa organik dan anorganik, terutama organik dalam contoh uji dioksidasi oleh
Cr2O72- dalam refluks tertutup menghasilkan Cr3+. Jumlah oksidan yang dibutuhkan
dinyatakan dalam ekuivalen oksigen (O2 mg/L) diukur secara spektrofotometri sinar tampak.
Cr2O72- kuat mengabsorpsi pada panjang gelombang 420 nm dan Cr3+ kuat mengabsorpsi
pada panjang gelombang 600 nm.
118
Untuk nilai COD 100 mg/L sampai dengan 900 mg/L kenaikan Cr3+ ditentukan pada panjang
gelombang 600 nm. Pada contoh uji dengan nilai COD yang lebih tinggi, dilakukan
pengenceran terlebih dahulu sebelum pengujian. Untuk nilai COD lebih kecil atau sama
dengan 90 mg/L penurunan konsentrasi Cr2O72- ditentukan pada panjang gelombang 420
nm.
Bahan. Sebaiknya larutan ini dipersiapkan setiap 1 minggu
1. air bebas organik;
2. digestion solution pada kisaran konsentrasi tinggi.Tambahkan 10,216 g K2Cr2O7 yang
telah dikeringkan pada suhu 150 C selama 2 jam ke dalam 500 mL air suling.
Tambahkan 167 mL H2SO4 pekat dan 33,3 g HgSO4. Larutkan dan dinginkan pada
suhu ruang dan encerkan sampai 1000 mL.
3. digestion solution pada kisaran konsentrasi rendah. Tambahkan 1,022 g K2Cr2O7 yang
telah dikeringkan pada suhu 150 C selama 2 jam kedalam 500 mL air suling.
Tambahkan 167 mL H2SO4 pekat dan 33,3 g HgSO4. Larutkan, dan dinginkan pada
suhu ruang dan encerkan sampai 1000 mL.
4. larutan pereaksi asam sulfat
5. Larutkan 10,12 g serbuk atau kristal Ag2SO4 ke dalam 1000 mL H2SO4 pekat. Aduk
hingga larut. CATATAN Proses pelarutan Ag2SO4 dalam asam sulfat dibutuhkan
waktu pengadukan selama 2 (dua) hari, sehingga digunakan magnetic stirer untuk
mempercepat melarutnya pereaksi.
6. asam sulfamat (NH2SO3H). Digunakan jika ada gangguan nitrit. Tambahkan 10 mg
asam sulfamat untuk setiap mg NO2-N yang ada dalam contoh uji.
7. larutan baku Kalium Hidrogen Ftalat (HOOCC6H4COOK, KHP) ? COD 500 mg
O2/L Gerus perlahan KHP, lalu keringkan sampai berat konstan pada suhu 110 C.
Larutkan 425 mg KHP ke dalam air bebas organik dan tepatkan sampai 1000 mL.
119
Larutan ini stabil bila disimpan dalam kondisi dingin pada temperatur 4 C 2 C
dan dapat digunakan sampai 1 minggu selama tidak ada pertumbuhan mikroba
CATATAN Larutan baku Kalium Hidrogen Ftalat digunakan sebagai pengendalian
mutu kinerja pengukuran.
8. Bila nilai COD contoh uji lebih besar dari 500 mg/L, maka dibuat larutan baku KHP
yang mempunyai nilai COD 1000 mg O2/L.
9. Larutan baku KHP dapat menggunakan larutan siap pakai.
Peralatan
1. spektrofotometer sinar tampak (400 nm sampai dengan 700 nm);
2. kuvet;
3. digestion vessel, lebih baik gunakan kultur tabung borosilikat dengan ukuran 16 mm
x 100 mm; 20 mm x 150 mm atau 25 mm x 150 mm bertutup ulir. Atau alternatif
lain, gunakan ampul borosilikat dengan kapasitas 10 mL (diameter 19 mm sampai
dengan 20 mm);
4. pemanas dengan lubang-lubang penyangga tabung (heating block); CATATAN
Jangan menggunakan oven.
5. buret;
6. labu ukur 50,0 mL; 100,0 mL; 250,0 mL; 500,0 mL dan 1000,0 mL;
7. pipet volumetrik 5,0 mL; 10,0 mL; 15,0 mL; 20,0 mL dan 25,0 mL;
8. gelas piala;
9. magnetic stirrer; dan
10. timbangan analitik dengan ketelitian 0,1 mg.
120
Digestion Vessel
Contoh
Digestion
Larutan
Total volume
uji (mL)
solution (mL)
pereaksi asam
(mL)
sulfat (mL)
Tabung kultur
16 x 100 mm
2,50
1,50
3,5
7,5
121
20 x 150 mm
25 x 150 mm
Standar Ampul:
10 mL
5,00
10,00
3,00
6,00
7,0
14,0
15,0
30,0
2,50
1,50
3,5
7,5
122
1. dinginkan perlahan-lahan contoh yang sudah direfluks sampai suhu ruang untuk
mencegah terbentuknya endapan. Jika perlu, saat pendinginan sesekali tutup contoh
dibuka untuk mencegah adanya tekanan gas;
2. biarkan suspensi mengendap dan pastikan bagian yang akan diukur benar-benar
jernih;
3. ukur serapan contoh uji pada panjang gelombang yang telah ditentukan (600 nm);
4. hitung kadar COD berdasarkan persamaan linier kurva kalibrasi;
5. lakukan anal isa duplo.
Untuk contoh uji COD lebih kecil dari atau sama dengan 90 mg/L
a) dinginkan perlahan-lahan contoh yang sudah direfluks sampai suhu ruang untuk
mencegah terbentuknya endapan. Jika perlu, saat pendinginan sesekali tutup contoh dibuka
untuk mencegah adanya tekanan gas;
b) biarkan suspensi mengendap dan pastikan bagian yang akan diukur benar-benar jernih;
c) gunakan pereaksi air sebagai larutan referensi;
d) ukur serapannya contoh uji pada panjang gelombang yang telah ditentukan (420 nm);
e) hitung kadar COD berdasarkan persamaan linier kurva kalibrasi;
f) lakukan analisa duplo.
CATATAN
Apabila kadar contoh uji berada di atas kisaran pengukuran, lakukan pengenceran.
Perhitungan
Nilai COD sebagai mg O2/L:
123
124
9. Lakukan analisis duplo dengan frekuensi 5 % sampai dengan 10 % per satu seri
pengukuran atau minimal 1 kali untuk jumlah contoh uji kurang dari 10 sebagai
kontrol ketelitian analisis. Jika Perbedaan Persen Relatif (Relative Percent
Difference/RPD) lebih besar atau sama dengan 10 %, maka dilakukan pengukuran
ketiga untuk mendapatkan RPD kurang dari 10 %.
10. Lakukan kontrol akurasi dengan larutan baku KHP dengan frekuensi 5 % sampai
dengan 10 % per batch atau minimal 1 kali untuk 1 batch. Kisaran persen temu balik
adalah 85 % sampai dengan 115 %.
11. Persen temu balik (% recovery, % R):
Keterangan:
A adalah hasil pengukuran larutan baku KHP, dinyatakan dalam milligram per liter (mg/L);
B adalah kadar larutan baku KHP hasil penimbangan (target value), dinyatakan dalam
milligram per liter (mg/L).
Presisi dan bias
Standar ini telah melalui uji banding metode dengan peserta 7 laboratorium pada kadar 194
mg COD/L tanpa klorida dengan tingkat presisi (%RSD) 4,3 % dan akurasi (bias metode)
2,4 %, sedangkan pada kadar 48,6 mg COD/L tanpa klorida dengan peserta 8 laboratorium
menghasilkan tingkat presisi (%RSD) 7,79 % dan akurasi (bias metode) 8,43 %.
Rekomendasi
a) Lakukan analisis blind sample.
b) Buat control chart untuk akurasi dan presisi analisis.
Pelaporan
125
B. Analisa BOD
Pengujian BOD menggunakan metode Winkler-Alkali iodida azida, adalah penetapan
BOD yang dilakukan dengan cara mengukur berkurangnya kadar oksigen terlarut dalam
sampel yang disimpan dalam botol tertutup rapat, diinkubasi selama 5 hari pada temperatur
kamar, dalam metode Winkler digunakan larutan pengencer MgSO 4, FeCl3, CaCl2 dan buffer
fosfat. Kemudian dilanjutkan dengan metode Alkali iodida azida yaitu dengan cara titrasi,
dalam penetapan kadar oksigen terlarut digunakan pereaksi MnSO 4, H2SO4, dan alkali iodida
azida. Sampel dititrasi dengan natrium thiosulfat memakai indikator amilum (Alaerts dan
Santika, 1984). Waktu yang dibutuhkan untuk mengoksdasi bahan bahan organik pada
suhu 200C
126
Pengujian BOD
1. Pipet 100 ml sampel kedalam larutan Erlenmeyer tutup asah, tambahkan 1ml
MnSO4 dan 1 ml larutan alkali azida.
2. Tutup sampel dan kocok dengan membolak- balikkan botol beberapa kali
3. Biarkan hingga terbentuk endapan setengah bagian
4. Buka tutup sampel dan panaskan dalam H2SO4 pekat melalui dinding
botol,kemudian tutup botol kembali
5. Kocok kembali sampai endapan melarut
6. Titrasi larutan dengan natrium thiosulfat 0.1N sampai berwarna kuning muda,
tambahkan 1-2 ml indicator kanji sampai warna biru dan lanjutkan titrasi sampai
warna biru hilang.
Perhitungan BOD
127