Anda di halaman 1dari 6

BAB X1

PERLINDUNGAN REL

11.1 Daerah proteksi Rel


Daerah proteksi rel disamping rel itu sendiri mencakup juga peralatan-peralatan seperti
pemutus- tenaga, pemisah, trafo pengukuran dan pemisah seksi rel dan sebagaimya. Meskipun
gangguan pada daerah rel jarang terjadi, penglaman menunjukkan bahwa proteksi daerah rel
perlu sekali menjadi perhatian terutama pada gardu-induk utama. Bila terjadi gangguan dalam
daerah rel dari seksi tertentu dari rel tersebut, semua peralatan yang dihubungkan dengan seksi
tersebut hams dipisahkan sehingga terisolir secara keseluruhan. Pada pengamanan daerah rel,
efek gangguan yang terjadi lebih cepat dirasakan, hal ini dikarenakan hal-hal berikut:
(i). Pemusatan MVA Daya hubung singkat meningkatkan kemungkinan resiko kerusakan
(i). Kegagalan pada daerah rel akan megakibatkan meluasnya daerah pemadaman.
Oleh karenannya yang amat terpenting pada proteksi daerah rel adalah rele bekerja cepat, stabil
dan dengan keandalan tinggi. Pengujian berkala diperlukan untuk memeriksa apakah arus kerja
rele pada gangguan didalam daerah rel masih memenuhi. Dalam pandangan beberapa pakar,
proteksi lokal rel tidak diperlukan dan bila terjadi gangguan pada rel akan ditangani oleh rele
cadangan pada GI yang berdekatan sebagai perlengkapan dan proteksi lokal rel ini akan
meningkatkan resiko peng-tripan yang tak sengaja.
Bila proteksi lokal rel dilengkapi rele pengamannya, maka diperlukan dua sirkit proteksi yang
sating bebas satu sama lain , keduanya harus memenuhi syarat sebelum trjadi trip.
11.2. Gangguan didaerah Rel
Secara umm gangguan didaerah rel dapat diklasifikasikan sebagai berikut:
(i) Kegagalan PMT untuk memutus arus gangguan atau kegagalan PMT bekerja pada
kondisi gangguan
(ii) Kegagalan isolasi yang disebabkan oleh penman material
(iii)

Terjadi lompatan api karena tegangan lebih

(iv) Kesalahan operasu dan pemeliharaan terhadap peralatan-hubung di GI


(v) Kecelakaan adanya benda dari luar yang yang menimpa rel
Untuk memisahkan gangguan pada rel diperlukan membuka semua cabang sirkit yang
terkait dengan rel atau PMT seksi rel bila ada
11.3. Proteksi cadangan Rel
Bila proteksi rel tidak terpisah maka penyulang yang berhungan dengan rel tersebut
dilindungi dengan rele jarak, daerah perlidungan penyulang ini dapat mencakup rel itu
PERLINDUNGAN REL

240

sendiri pada daerah-2 dari rele jarak yang bersangkutan. Perlu diketahui bahwa untuk GI
ukuran kecil, pola seperti ini sudah cukup baik, akan tetapi untuk GI ukuran besar dan
merupakan instalasi penting dipakai perlindungan rel yang terpisah
Proteksi cadangan rel juga dapat berarti pada kasus dimana ada gangguan pada penyulang, tetapi
PMTnya gagal bekerja, maka pengamannnya hares beralih menjadi gangguan rel. Ini akan
membuka semua PMT pada rel. Pengamanan cadanga seperti ini dapat dilengkapi dengan
waktu tunda tertentu dengan bantuan alat pengatur waktu.
11.4. Pola Proteksi diffrensial Rel

Metoda
pengamanan ini berdasarkan prinsip sirkulasi arus, yaitu pada keadaan kondisi beban normal
atau pada kondisi gangguan diluar daerah pengaman, jumlah arus yang masuk pada rel sama
dengan jumlah arus yang keluar dari rel. Bila jumalh arus tersebut tidak sama dengan nol
(untuk suatu penghantar tertentu), maka ini disebabkan adanya hubung singkat baik itu
gangguan ketanah maupun gangguan antar fasanya. Oleh sebab itu pola diffrensial dapat
diterapkan untuk kedua jenis gangguan tersebut.

Proteksi diffrensial rel yang sederhana, diperlihatkan pada gambar-11.1 Arus yang masuk
ke-rele menunjukkan adanya gangguan dalam daerah pengamannya dan akan menyebabkan
PMT dari generator akan membuka dan juga PMT dari setiap penyulangnya.
Kondisi inti-besi dari trafo-arus merupakan masalah bagi proteksi diffrensial, karena hal ini
dapat menyebabkan kesalahan kerja rele pada saat terjadi gangguan diluar daerah
pengamannya. Bahkan dengan trafo-arus yang indentik dengan inti besi besar guna
menghindari kejenuhan dengan arus gangguan maksimum, komponen dc transient yang
timbul sukar diatasi, hal ini dikarenakan komponen ini berkurangnya secara pelahan-lahan.
Rele diffrensial bias dapat diharapkan memperbaiki stabilitas, akan tetapi hal ini bukan
merupakan penyelesain secara menyeluruh.
11.5. Pola rele impedansi-tinggi
PERLINDUNGAN REL

241

Untuk mengatasi masalah kejenuhan dari trafo arus pada pola diffrensial, maka pada pola ini
rele bekerja berdasarkan pada basis tegangan. Hal ini akan memberikan keuntungan, yaitu
pada gangguan diluar yang besar, trafo-arus pada fasa yang terganggu mungkin jenuh tetapi
tegangan antara terminal trafo-arusnya akan dibatasi oleh jatuh tegangan IR dari kawat
penghubung trafo-arus yang jenuh tersebut dan tahanan belitan sekunder yang tegangannya
relatif rendah. Seballiknya bila bila trafo-arus tersebut tidak jenuh, tegangan rele mendekati nol
karena is dihubungkan pada polaritas tegangan yang berlawanan.
Akan tetapi bila terjadi gangguan pada rel, semua dari trafo-trafo-arus tersebut akan
mengalir arus ke rele dengan demikian tegangan antar terminal rele adalah impedansi sirkit
rele dikali dengan jumlah total arus gangguan (sekunder) dikurangi dengan arus
magnitisasi dari trafo-trafo-arus.Ini akan memberikan tegangan yang tinggi, yaitu
mendekati tegangan sirkit terbuka dari sekunder trafo-arus dan rele akan bekerja. Pada
gambar-11.2, diperlihatkan vektor diagram kondisi gangguan didalam daerah pengamannya.
ES

Irele

Ip/n

IS

Ip =arus primer, IS = arus gangguan sekunder


n = perbandingan trafo-arus; Im = arus total magnetisasi
Gambar-11.2. Vektor diagram untuk gangguan didalam

Tegangan minimum yang diterima oleh rele selama gangguan didalam biasanya beberapa
kali dari nilai tegangan maksimum pada gangguan diluar. Jadi dengan mudah penyetelan selektif
rele, arus kerja rele (pick up) biasanya disetel dua kali dari nilai maksimum gangguan luar
atau setengah dari tegangan jenuh dari trafo-arus yang terkecil. Untuk gangguan ke-tanah,
perlu penyetelan lebih rendah bila titik netralnya dihubungkan ke-bumi melalui impedansi.
Untuk mendapatkan prinlindungan yang efektif, tahanan sirkit sekunder trafo-arus harus
rendah, yaitu penghantar antara trafo-trafo-arus dan titik paralelnya hams sependek
mungkin dan trafo arus mengunakan type toroidal (bushing tupe). Semua trafo arus
perbandingannya hams sama dan 1ihidari penggunaan trafo-arus penyama, hal ini akan
menimbulkan ketidak simitrisan hubungannya.
Tenyata bahwa rele diffiensial rel dengan impedansi tinggi dapat membedakan antara
gangguan didalam dan diluar lebih baik dari pada rele diffrensial dengan impedansi rendah.
Dengan kata lain, perbandingan arus rele pada keadaan gangguan didalam terhadap arus rele
selama gangguan diluar lebih besar bila impedansi dari rele tinggi.
Pada gambar-11.3, terlihat sirkit rele dengan impedansi tinggi.
Disini dipakai rele abb, kapasitor seri digunakan sebagai pencegah bekerjanya rele oleh
tegangan de. sebagai akibat adanya komponen arus searah pada gangguan diluar diatas
penyetelan rele.
PERLINDUNGAN REL

242

Penyetelan arus-kerja rele dikendalikan oleh unit thyrite yang dihubungkan seri dan ini lebih
baik daripada memakai tahanan linier; dengan demikian akan memberikan penyetelan tegangan
rele lebih tepat, dan memungkinkan arus rele ditingkatkan ke yang lebih besar bila penyetelan
tegangan berlebihan, yaitu melengkapinya dengan peng-tripan yang cepat untuk nilai diatas
setelan..
O1eh karena impedansi tinggi dari sirkit rele, unit thyrite lainnya dihubungkan paralel
yang membatasi tegangan maksimum selama gangguan yang arus trafo-arusnya berkisar 900
sampai 1 amper, dengan demikian ini mencagah kerusakan isolasi dari panel.
Jumlah sirkit pada satu rel yang dapat dilindungi oleh rele impedansi tinggi, tergantung
pada tegangan jenuh dar trafo-arus berikut impedansinya dan kepekaan rele.
Dua hal pokok kekurangan dari type perlindungan seperti itu, yaitu:
(a) unit thyrite memerlukan tempat yang bias dan mahal, dan
(b) tahanannya bervariasi terhadap suhu, dan penyetelan yang teliti antara unit-unit
menjadi sulit

PERLINDUNGAN REL

243

DAFTAR PUSTAKA
1. GEC Measurements, "Protective Relays Application Guide (3rd edn)", 1987.
1. Djiteng Marsudi, Ir.. " Operasi Sistem Tenaga Listrik", Penerbit ISTN, 1990, Jakarta/
2. Westinghouse Electric Corporation " Applied Protective Relaying ", Relay
Instrument Division, WEC, Newark, New Jersey, 1976
3. Mason,C.R " The Art and Science of Protective Relaying", Wiley, New York, 1956
4. Ravinddranath B. and Chander M., "Power System Protection and Switchgear
", 1977, Wiley Eastern Limited
2. Blackburn, J.L, Ed., " Protective Relaying : Principles and Application", Marcel Dekker,
Inc, New York, 1987
3. The Electricity Council, "Power Syatem Protection," Vol 1, 1969, Macdonald, London
4. Titarenko, M. et al., "Protective Relaying in Electrical Power
System", Foreign Language Publishing House, Moscow.
5. Warrington, A.R. Van C, "Protective Relays: Their Theori and Practice",
Volume one, Chapman & Hall, London, 1962
5. Sunil. S Rao, "Switchgear and Protection ", Khanna Publishers, Delhi, 9175
6. Horowitz, S. H, Ed, "Protevtive Relaying for Power syatem ", IEEE Press, New York,
1980
7. Anderson, P.M., " Power System Protection , IEEE Press, New York, 1999.

PERLINDUNGAN REL

244

RIWAYAT HIDUP PENULIS


Hasan Basri, lahir di Kota Pematang Siantar, Tapanuli Utara, Sumatera Utara pada
tanggal 20 April 1936.Menamatkan Sekolah Rakyat pada
tahun1949 dan SMP Negeri-1 tahun 1952 di Kotaraja/Banda
Aceh..Pada tahun 1952 s/d 1955 kembali melanjutkan
pendidikannya, pada STM I di Jogyakarta. Sejak tahun 1956
bekerja pada Departeman Pekerjaan Umum, Direktorat
Ketenagaan, Direksi Konstruksi (Dinas I). Tahun1956 sampai
1960 melanjutkan pendidikan pada Akademi Tehnik Nasioal
(ATN). Tahun 1962-1969 bertugas di Irian Barat. Tahun 1970
sampai 1973 bertugas di PLN Expliotasi XII Cabang Kota di
Jakarta, kemudian bertugas pada Proyek Kelistrikan di DKI,
sampai tahun1975. Selanjut bertugas di PLN Pusat Direktorat
Bina Program. Bersamaan dengan itu, melanjutkan pendidikan
S1,Jurusan Teknik Elektro Arus kuat pada Sekolah Tinggi Teknik Nasional di Jakarta, dan
selesai tahun 1980.Sejak tahun 1980 sampai sekarang ,menjadi pengajar pada Jurusan Tenik
Elektro, Institut Sains & Teknologi Nasional (ISTN) di Jakarta dan STT-PLN ,dengan
pangkat Lektor Kepala (LK). Untuk mendukung kuliah-kuliah yang diberikannya, telah
menulis beberapa buku/diktat kuliah, diantaranya :Transien Mesin Listrik, Transien sistem
Tenaga, Sistem Distribusi Daya Listrik, Sistem Proteksi Tenaga Listrik, Dasar Instalasi
Listrik, Perancangan Instalasi Listrik dan Dasar Konversi Energi Listrik dan sebagai
penuntun penulisan Tugas Akhir.

PERLINDUNGAN REL

245

Anda mungkin juga menyukai