Oleh :
Citra Nadia
Mutiara Wisni
Mung Faridah
Anastasia Sintanora E
Reinhard S. Simbolon
Musdalifah Noor
B1J013071
B1J013136
B1J013139
B1J013144
B1J013150
B1J013151
I. PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Air merupakan sumber daya alam yang diperlukan untuk hajat hidup orang banyak,
bahkan oleh semua makhluk hidup. Salah satu sumber air yang banyak dimanfaatkan untuk
memenuhi kebutuhan hidup manusia dan makhluk hidup lainnya yaitu sungai. Sungai
merupakan ekosistem yang sangat penting bagi manusia. Sungai juga menyediakan air bagi
manusia baik untuk berbagai kegiatan seperti pertanian, industri maupun domestik (Siahaan
et al., 2011). Air sungai yang keluar dari mata air biasanya mempunyai kualitas yang sangat
baik. Namun dalam proses pengalirannya air tersebut akan menerima berbagai macam bahan
pencemar (Sofia et al., 2010). Beberapa tahun terakhir ini, kualitas air sungai di Indonesia
sebagian besar dalam kondisi tercemar, terutama setelah melewati daerah pemukiman,
industri dan pertanian (Simon & Hidayat, 2008).
Aktivitas manusia yang terus meningkat akan meningkatkan jumlah logam berat di
lingkungan, terutama di ekosistem perairan. Pencemaran logam berat di ekosistem perairan
meningkat hingga taraf mengkhawatirkan dan telah menjadi masalah penting di seluruh
dunia. Peningkatan jumlah populasi, urbanisasi, industri, aktivitas pertanian memperparah
pencemaran. Logam berat tidak dapat terdegradasi, logam-logam berat tersimpan,
terasimilasi atau dimasukkan dalam air, dan membentuk sedimen pada hewan air (Baki et
al., 2011). Pembuangan bahan kimia maupun pencemar lain ke dalam air akan
mempengaruhi kualitas air. Air sungai yang telah tercemar ini akan mengalami penurunan
terutama dari segi kualitas air tersebut dan tentunya hal ini akan sangat membahayakan baik
untuk dikonsumsi maupun untuk bidang usaha pertanian (Daud et al., 2012).
Pencemaran air adalah masuknya atau dimasukkannya makhluk hidup dan
komponen lain yang berasal dari alamiah atau aktivitas manusia ke dalam air sehingga tidak
sesuai lagi dengan peruntunannya. Indikator yang digunakan untuk mendeteksi pencemaran
air adalah cemaran logam berat didalamnya. Disebut logam berat berbahaya karena
umumnya memiliki rapat massa tinggi (5 gr/cm3) dan sejumlah konsentrasi kecil dapat
bersifat racun dan berbahaya. Catatan logam-logam baru-baru ini telah menuju pada garis
depan zat berbahaya yang dapat menyebabkan bahaya kesehatan serius pada organisme
manusia dan lainnya. Hg, Cd, Pb, Cu, dan Zn adalah unsur-unsur yang paling berbahaya
(Nriagu et al., 1982).
Logam berat umumnya bersifat racun terhadap makhluk hidup, walaupun beberapa
diantaranya diperlukan dalam jumlah kecil. Melalui berbagai perantara, seperti udara,
makanan, maupun air yang terkontaminasi oleh logam berat, logam tersebut dapat
terdistribusi ke bagian tubuh manusia dan sebagian akan terakumulasikan. Jika keadaan ini
berlangsung terus menerus, dalam jangka waktu lama dapat mencapai jumlah yang
membahayakan kesehatan manusia (Daud et al., 2011). Kontaminasi logam berat pada
sebuah badan perairan adalah salah satu masalah lingkungan pada
Di antara semua unsur logam berat, Hg menduduki urutan pertama dalam hal sifat
racunnya, kemudian diikuti oleh logam berat antara lain Cd, Ag, Ni, Pb, As, Cr, Sn, dan Zn
(Palar, 2004). Menurut McIntyre & Mills (1975), polutan yang menjadi perhatian utama
dalam ekosistem perairan adalah (1) diproduksi dan mencapai lingkungan dalam jumlah
besar, (2) beracun bagi organisme air, (3) terkonsentrasi dalam organisme pada tingkat yang
lebih besar daripada di lingkungan, dan (4) terus-menerus dalam jangka waktu yang panjang
dan meningkatkan konsentrasi. Oleh karena itu, logam berat dapat terbioakumulasi dan
terbiomagnifikasi melalui rantai makanan dan akhirnya berasimilasi dengan konsumen
manusia yang mengakibatkan risiko kesehatan. Sebagai akibatnya, ikan sering digunakan
sebagai indikator kontaminasi logam berat dalam ekosistem perairan karena mereka
menempati tingkat tropik yang tinggi dan merupakan sumber makanan penting. Fenomena
alam seperti gunung berapi, algae blooms, badai, dan gempa bumi juga menyebabkan
perubahan besar dalam kualitas air dan status ekologi air (Agah et al., 2009).
Logam Cu dapat masuk ke dalam smua strata lingkungan, apakah itu pada strata
perairan, tanah ataupun udara (lapisan atmosfer). Tembaga yang masuk kedalam strata 3
lingkungan dapat datang dari bermacam-macam sumber. Tetapi sumbersumber masukan
logam Cu kedalam strata lingkungan yang umum dan diduga paling banyak adalah dari
kegiatan-kegiatan perindustrian, kegiatan rumah tangga dan dari pembakaran serta mobilitas
bahan-bahan bakar (Palar, 2004). Tembaga adalah logam yang secara jelas mengalami
proses akumulasi dalam tubuh hewan seiring dengan pertambahan umurnya, dan ginjal
merupakan bagian tubuh ikan yang paling banyak terdapat akumulasi Tembaga. Paparan
Tembaga dalam waktu yang lama pada manusia akan menyebabkan terjadinya akumulasi
bahan-bahan kimia dalam tubuh manusia yang dalam periode waktu tertentu akan
menyebabkan munculnya efek yang merugikan kesehatan penduduk (Widowati, 2008).
B. Perumusan Masalah
1. Bagaimana kualitas perairan Sungai Pangkajene berdasarkan kandungan logam berat
tembaga (Cu)?
2. Bagaimana mekanisme pencemaran tembaga (Cu) di Sungai Pangkajene?
3. Apa dampak yang ditimbulkan oleh pencemaran logam berat tembaga (Cu) di Sungai
Pangkajene?
4. Bagaimana solusi untuk menanggulangi masalah pencemaran logam berat tembaga (Cu)
di Sungai Pangkajene?
C. Tujuan
Tujuan penulisan makalah ini adalah sebagai berikut:
1. Mengetahui kualitas perairan Sungai Pangkajene berdasarkan kandungan logam berat
tembaga (Cu).
1. Mengetahui mekanisme pencemaran logam berat tembaga (Cu) dalam mencemari
perairan.
2. Mengetahui dampak yang ditimbulkan oleh pencemaran logam tembaga (Cu) di Sungai
Pangkajene.
3. Mengetahui solusi untuk menanggulangi masalah pencemaran logam berat tembaga (Cu)
di Sungai Pangkajene.
D. Manfaat
Manfaat dalam pembuatan makalah ini adalah :
1. Memberi pengetahuan tentang kualitas perairan dan penyebab pencemaran logam berat
tembaga (Cu) di perairan.
2. Memberi pengetahuan tentang mekanisme pencemaran logam berat tembaga (Cu) di
perairan.
3. Memberi pengetahuan tentang dampak yang ditimbulkan oleh pencemaran logam berat
tembaga (Cu) di lingkungan perairan.
4. Memberi informasi kepada pihak berwenang terkait pengelolaan sungai Pangkajene yang
baik.
E. Ruang Lingkup
Ruang lingkup dalam makalah ini adalah pencemaran logam berat tembaga (Cu) di
Sungai Pangkajene, dampaknya bagi lingkungan sekitar, serta solusi yang dapat ditawarkan
untuk menanggulangi masalah tersebut.
Sungai merupakan jalan air alami yang mengalir menuju samudera, danau, laut ataupun
mengalir ke sungai yang lainnya. Indonesia memiliki sungai yang tersebar diseluruh nusantara.
Salah satu sungainya yaitu Sungai Pangkajene di Kabupaten Pangkep, Sulawesi Selatan. Sungai
Pangkajene merupakan sumber air utama bagi masyarakat Pangkajene terutama pada saat musim
kemarau. Sungai Pangkajene merupakan salah satu sungai di Kabupaten Pangkep yang
digunakan untuk berbagai aktivitas masyarakat, sungai pangkajene juga digunakan sebagai
tempat pembuangan limbah dari berbagai kegiatan manusia (Bugis et al., 2012). Sebagai sumber
daya alam, sungai akan megalami penurunan daya gunanya apabila pengaruh lingkungan yang
ditimbulkan oleh aktifitas manusia dan industri yang terlalu berat. Penurunan daya guna ini dapat
bersifat fisik, kimia maupun biologi. Adanya masukan limbah yang merupakan bahan asing bagi
perairan alami akibat aktifitas manusia, akan menyebabkan pencemaran perairan yang
mengakibatkan perubahan sifat fisik, kimia, dan biologi pada perairan tersebut (Ermaya, 2012).
Beberapa karakteristik atau indikator kualitas air yang disarankan untuk dianalisis
sehubungan pemanfaatan sumberdaya air untuk berbagai keperluan, antara lain parameter fisika,
kimia dan biologi (Effendi, 2003). Indikator yang biasa digunakan dalam pemeriksaan
pencemaran air adalah pH, konsentrasi oksigen terlarut (DO), kebutuhan oksigen biokimia
(BOD), dan kebutuhan oksigen kimiawi (COD). Beberapa parameter yang digunakan dalam
melakukan uji kualitas perairan antara lain:
1. Parameter fisika, antara lain:
a. Suhu. Kenaikan suhu air dapat mengakibatkan jumlah oksigen terlarut di dalam air
menurun, meningkatkan kecepatan reaksi kimia, dapat mengganggu atau bahkan
membunuh organisme akuatik yang tidak toleran terhadap suhu tinggi.
b. Daya Hantar Listrik, merupakan bilangan yang menyatakan kemampuan larutan cair
untuk menghantarkan arus listrik. Kemampuan ini tergantung pada keberadaan ion,
konsentrasi ion, valensi konsentrasi relatif ion, dan suhu saat pengukuran. Semakin
tinggi konduktivitasnya, air akan terasa payau sampai asin.
c. Padatan Tersuspensi Total (Total Suspended Solid, TSS) dan Padatan Terlarut Total
(Total Dissolved Solid, TDS).
mg/l pada pagi hari dan 0,0170 - 0,0601 mg/l pada sore hari. Dari hasil pengujian
laboratorium yang dilakukan diperoleh kadar tembaga (Cu) pada pagi hari dan sore hari
pengambilan sampel air masih memenuhi syarat. Hal ini disebabkan karena pada saat
pagi hari hingga sore hari aktifitas pemukiman, industri, pasar memiliki peningkatan yang
tidak jauh berbeda yang tidak mengakibatkan besarnya kandungan logam berat tembaga
(Cu) pada air sungai. Keberadaan logam berat Cu juga diduga berasal dari aktivitas yang
dilakukan oleh manusia yang menghasilkan limbah-limbah yang mengandung cat dan
berbahan metal (Agustina et al., 2012).
Mekanisme masuknya zat pencemar ke dalam lingkungan perairan dibagi menjadi
2, yaitu:
1.
Polutan alamiah, merupakan polutan yang masuk secara alami dan sukar
DAFTAR PUSTAKA
Agustina, Y., Amin, B., & Thamrin. 2012. Analysis Of Pollution Load Index By Means Of
Heavy Parameter In Siak River Of Pekanbaru City. Jurnal Ilmu Lingkungan, 6(2):
162-172.
Ali, A., Soemarno, & Mangku, P. 2013. Kajian Kualitas Air dan Status Mutu Air Sungai Metro di
Kecamatan Sukun Kota Malang. Jurnal Bumi Lestari, 13(2) pp. 265-27.
Agah, H., Leermakers M., Elskens M., Fatemi S.M.R., & Baeyens W. 2009. Accumulation of
Trace Metals In The Muscles And Liver Tissues Of Five Fish Species From The
Persian Gulf. Environ. Monit. Assess., 157 pp. 499-514.
Baki, A., S., Dkhil, M., A., & Al-Quraishy, S. 2011. Bioaccumulation of some heavy metals in
tilapia fish relevant to their concentration in water and sediment of Wadi Hanifah,
Saudi Arabia. African Journal of Biotechnology, Vol. 10(13): 2541-2547.
Bugis, H., Anwar, D., & Agus, B. 2012. Study of Heavy Metal Content of Chromium VI (Cr VI)
in Pangkajene River Water and Sediments in the Pangkep District. Jurnal Penetitian, 112
Daud, A., Dewi, S., & Syamsuar, M. 2011. The Study of Ciprum (Cu) Concentration of Water
and Cork Fish in Pangkajene River Pangkep Regency. Makassar: Bagian Kesehatan
Lingkungan FKM Unhas.
Fadirubun, N., Anwar, D., & Agus, B. 2013.
McIntyre, A.D. & Mills C.F. 1975. Aspects of Heavy Metals and Organohalogen Pollution in
Aquatic Ecosystems. New York: McIntyre and Mills CF (eds) Ecological Toxicology
Research. Plenum Press.
Nriagu, J.O., Wong H.K.T., & Coker R.D. 1982. Deposition and Chemistry of Pollutant Metals
in Lakes Around the Smelter at Sudbury. Ontario: Environ Sci Technol, 16 pp. 551580.
Palar, H . 2004 . Pencemaran dan Toksikologi Logam Berat . Jakarta : Rineka Cipta
Siahaan, R., A. Indawan, D. Soedharma, dan L.B. Prasetyo. 2011. Kualitas Air Sungai Cisadane,
Jawa Barat Banten. Jurnal Ilmiah Sains, 11. 268-273.
Simon, S., B. & R. Hidayat. 2008. Pengendalian Pencemaran Sumber Air Dengan Ekoteknologi
(Wetland Buatan). Jurnal Sumber Daya Air, 4. 111-124.
Sofia, Y., Tontowi, & S. Rahayu. 2010. Penelitian Pengolahan Air Sungai Yang Tercemar Oleh
Bahan Organik. Jurnal Sumber Daya Air, 6. 145-160.
Widowati,
Pecegahan
dan
Penanggulangan