Anda di halaman 1dari 148

PERAN KOMPETENSI PROFESIONAL GURU PENDIDIKAN AGAMA

ISLAM DALAM MENINGKATKAN MOTIVASI BELAJAR SISWA


DI MAN 4 JAKARTA

Skripsi
Diajukan Kepada Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan
Untuk Memenuhi Syarat Mencapai Gelar Sarjana Pendidikan

Oleh:
Ervina Seli Rusiani
NIM 109011000160

JURUSAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM


FAKULTAS TARBIYAH DAN ILMU KEGURUAN
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
2014

ABSTRAK
Ervina Seli Rusiani. (109011000160) Peran Kompetensi Profesional Guru
Pendidikan Agama Islam Dalam Meningkatkan Motivasi Belajar Siswa di MAN 4
Jakarta.
Kata Kunci: Kompetensi Profesional, Motivasi Belajar
Pendidikan merupakan suatu proses belajar yang dapat menghasilkan perubahan ke
arah yang positif. Proses belajar mengajar merupakan aktivitas yang paling penting,
karena melalui proses itulah tujuan pendidikan akan tercapai dalam bentuk perubahan
perilaku siswa. Peranan guru merupakan hal yang penting dalam pendidikan, guru agama
Islam yang berperan tinggi diharapkan akan dapat memberi motivasi belajar yang tinggi
pada siswa.
Tujuan penelitian ini untuk mengetahui peran kompetensi profesional guru
pendidikan agama Islam dalam meningkatkan motivasi belajar siswa di MAN 4 Jakarta.
Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode Deskriptif, yaitu penelitian
yang tidak menguji hipotesis tertentu, tetapi hanya menggambarkan apa adanya tentang
sesuatu gejala atau kejadian. Data yang dikumpulkan mula-mula disusun, dijelaskan dan
kemudian dianalisa sehingga metode ini sering pula disebut sebagai metode analitik. Dari
populasi 291 siswa yang dipilih menjadi sampel sebanyak 30 siswa, sampel yang
digunakan yaitu probability sampling, dengan teknik pengambilan sampel yaitu sampel
random sampling atau pengambilan secara acak. Teknik pengambilan sampel dilakukan
secara acak atau random dengan mengundi nomor daftar hadir (absen) siswa kelas X
MAN 4 Jakarta.
Teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah dengan
menggunakan wawancara, observasi, dokumentasi dan angket. Angket sebagai alat untuk
menjaring jawaban siswa, wawancara dilakukan terhadap guru PAI dan Kepala Sekolah,
dan observasi dilakukan dengan melihat guru ketika mengajar di dalam kelas, serta
mengamati kondisi sekolah dan segala objek penelitian di sekolah.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa Guru PAI di MAN 4 Jakarta adalah sebagai
demonstrator, pengelola kelas, mediator dan motivator.

ABSTRACT
Ervina Seli Rusiani (109011000160) The Role of Competence Professional
Islamic Education Teacher in Increasing Motivation to Study for Student of
MAN 4 in Jakarta.
Keyword : professional competence, study motivation
Education is a process of learning that can result a positive direction changes.
Learning and teaching process is the most important activity. Because by doing that
process the purpose of education will be achieved in a form of student behavior
changing. The role of teachers is the most important thing in education. Islamic
education teacher who has a high role is hoped to be able to give high motivation in
learning to students.
The purpose of this research is to know the role of competence professional
Islamic education teacher in increasing motivation in learning for student of MAN 4
in Jakarta. The method thats being used in this research is descriptive methods, its
a research thats not examining specific hypothesis, but its only describing the fact of
indication or incident. The collected data firstly is being compiled, described and then
analyzed so that this method is often called as analytic method. From 291 population
of student 30 were being selected to be sample, sample used is probability sampling,
with retrieval sample technique is random sampling sample or random retrieval.
Retrieval sample technique is done randomly by raffling attendance of student x class
MAN 4 Jakarta.
Data collection technique used of this research is by using interview,
observation, documentation and questionnaire. Questionnaire is an appliance to
capture students answers, interview is being done to Islamic Education teacher and
the headmaster, and observation is being done by seeing the teacher when theyre
teaching in the class, and observing the school condition and every object of research
at school.
The result of research showed that Islamic Education teacher in MAN 4
Jakarta is as demonstrator, class manager, mediator and motivator.

ii

KATA PENGANTAR

Bismillahirrahmanirrahiim

Segala puji bagi Allah SWT, yang dengan memuji-Nya terbuka pintu segala
ilmu, dengan mengingat-Nya keluar segala perkataan yang baik, dengan puji-Nya
semua orang beriman merasakan nikmat-Nya di dunia dan akhirat. Dan karena-Nya
penulis dapat menyelesaikan penulisan skripsi yang berjudul Peran Kompetensi
Profesional Guru Pendidikan Agama Islam Dalam Meningkatkan Motivasi
Belajar Siswa. Skripsi ini penulis ajukan kepada Fakultas Ilmu Tarbiyah dan
Keguruan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta sebagai salah satu syarat mendapatkan
gelar Sarjana Pendidikan Agama Islam.
Shalawat serta salam selalu tercurah kepada Baginda Nabi Muhammad SAW
sebagai suri tauladan umat serta pembawa panji-panji kebenaran dan pembaharuan
bagi kehidupan umat manusia.
Dengan terselesaikannya penulisan skripsi ini, penulis tidak menutup mata
akan peran serta pihak lain yang pernah membantu dalam penyusunan skripsi ini,
sehingga sudah selayaknyalah penulis menghaturkan untaian terima kasih dan
penghormatan yang tak ternilai, kepada:
1. Ibu Dra. Hj. Nurlena Rifai. M.A. Ph.D, Dekan Fakultas Ilmu Tarbiyah dan
Keguruan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
2. Bapak Dr. H. Abdul Majid Khon, M.Ag, selaku ketua Jurusan PAI Fakultas
Ilmu Tarbiyah dan Keguruan.
3. Ibu Marhamah Shaleh, Lc. M.A, selaku Sekretaris Jurusan PAI Fakultas Ilmu
Tarbiyah dan Keguruan.
4. Bapak Drs. Abdul Haris, M.Ag, selaku Dosen Pembimbing Skripsi yang telah
meluangkan waktu dan perhatiannya untuk memberikan bimbingan, arahan,
nasehat, dorongan dan motivasi kepada penulis.

iii

5. Bapak Prof. Ahmad Syafiie Noor, selaku Dosen Penasehat Akademik yang
dengan penuh perhatian telah memberi bimbingan, arahan dan motivasi, serta
ilmu pengetahuan kepada penulis selama masa perkuliahan.
6. Seluruh Dosen Pengajar yang telah mengajar dan memberikan ilmunya
kepada penulis selama proses perkuliahan berlangsung. Semoga Allah SWT
memberikan balasan dan pahala berlipat atas ilmu yang telah diberikan
dengan ikhlas.
7. Orang Tua tercinta, Ayahanda Rusli dan Ibunda Asmanih yang telah tulus,
ikhlas, sabar, tabah, mendidik penulis dari kecil hingga seperti sekarang ini.
Selalu menghadirkan untaian doa untuk keberhasilan dan kesusuksesan
penulis dalam menuntut ilmu. Dan adik-adikku tersayang (Syahrun Nizar
Rivani dan Egi Sayyid Azmi) yang selalu mendoakan kakaknya agar menjadi
sarjana. Skripsi dan gelar sarjana ini penulis persembahkan untuk kalian.
8. Ayah Drs. Ramli Amin dan Ibu Marwiyah, terima kasih banyak atas
bantuannya membantu penulis membiayai kuliah selama ini. Semoga Allah
SWT selalu melimpahkan rezeki yang berlimpah untuk Ayah dan Ibu.
9. Ibu Dra. Hj. Isnadiar Dekok, M.M, selaku Kepala Sekolah MAN 4 Jakarta,
yang telah mengizinkan penulis melakukan penelitian di MAN 4 Jakarta.
Segenap guru dan karyawan serta adik-adik MAN 4 Jakarta yang telah
membantu proses penelitian serta memberikan data-data yang diperlukan
peneliti dalam skripsi.
10. Bapak Prof. Dr. Ing. H. Muhammad Rangga Tanfidzan Mukti Hayado M.M
M.Sc Ph.D dan Prof. Dra. Ir. Rania Tansu M.E beserta keluarga (Muhammad
Ravi Hayado, Muhammad Raihan Mukti Hayado, Muhammad Raka ibnu
Tanfidzan Mukti Hayado dan Lily Claudiani) terima kasih banyak atas
motivasi, semangat, dan saran yang telah diberikan, sehingga penulis selalu
mendapatkan energi baru untuk segera menyelesaikan skripsi ini.
11. Sahabat-sahabatku PAI Kelas D (Ines, Pipit, Pupu, dan Nisa kawan-kawan
lainnya) dan Kelas Peminatan Sejarah angkatan 2009 yang selalu menjadi
iv

motivator dan yang selalu ada membantu dalam setiap langkah pembuatan
skripsi ini, semoga kita kompak selalu. Aamiin. Kalian sungguh luar biasa.
Serta semua pihak yang turut membantu dan memotivasi penulis baik bersifat
energi maupun materi, hingga selesainya tugas akhir ini namun tidak dapat
penulis sebutkan satu persatu.
Semoga segala bantuan, motivasi serta doa yang diberikan mendapat balasan
yang lebih besar dari Allah SWT. dengan segala keterbatasan yang ada, penulis
mengakui skripsi ini masih jauh dari sempurna. Untuk itu, dengan hati terbuka,
penulis mengharapkan saran dan kritik yang membangun demi kemajuan penulis.
Teriring doa jazakumullah khairan katsiran. Dan mudah-mudahan tugas akhir ini
dapat bermafaat. Aamiin.

Jakarta, 10 Februari 2014

Penulis

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL
LEMBAR PENGESAHAN PEMBIMBING SKRIPSI
SURAT PERNYATAAN KARYA SENDIRI
ABSTRAK ............................................................................................................... i
KATA PENGANTAR ............................................................................................. iii
DAFTAR ISI ............................................................................................................ vi
DAFTAR TABEL .................................................................................................. ix
DAFTAR LAMPIRAN ........................................................................................... xi
BAB I

PENDAHULUAN ..................................................................................1

A. Latar Belakang Masalah ......................................................................................1


B. Identifikasi Masalah ............................................................................................7
C. Pembatasan dan Perumusan Masalah ..................................................................8
1. Pembatasan Masalah .....................................................................................8
2. Perumusan Masalah ......................................................................................8
D. Tujuan dan Manfaat Penelitian ...........................................................................8
1. Tujuan Penelitian ..........................................................................................8
2. Manfaat Penelitian ........................................................................................9
BAB II

KAJIAN TEORI ...................................................................................10

A. Konsep Dasar Kompetensi Profesional Guru PAI ..............................................10


1. Pengertian Kompetensi Guru ........................................................................10
2. Macam-macam Kompetensi Guru ................................................................13
3. Peran dan Fungsi Guru Profesional ..............................................................19

vi

4. Kriteria Guru Profesional ..............................................................................23


5. Kompetensi Profesional Guru Pendidikan Agama Islam ..............................28
B. Konsep Dasar Motivasi Belajar ..........................................................................29
1. Pengertian Motivasi Belajar ..........................................................................29
2. Macam-macam Motivasi Belajar ..................................................................32
a. Motivasi Intrinsik ....................................................................................32
b. Motivasi Ekstrinsik .................................................................................33
3. Fungsi Motivasi Dalam Belajar ....................................................................34
4. Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Motivasi Belajar ..................................36
5. Cara-cara Untuk Meningkatkan Motivasi Belajar ........................................37
C. Hasil Penelitian Yang Relevan ...........................................................................40
D. Kerangka Berfikir ................................................................................................42
BAB III

METODOLOGI PENELITIAN .........................................................44

A. Tempat dan Waktu Penelitian .............................................................................44


B. Metode Penelitian.................................................................................................45
C. Unit Analisa ........................................................................................................46
1. Populasi .........................................................................................................46
2. Sampel ...........................................................................................................46
D. Instrumen Penelitian ............................................................................................47
E. Teknik Pengumpulan Data ..................................................................................47
1. Observasi .......................................................................................................47
2. Wawancara ....................................................................................................48
3. Dokumentasi .................................................................................................49
4. Angket ...........................................................................................................49
F. Teknik Analisis Data ............................................................................................50
1. Reduksi Data .................................................................................................50
2. Penyajian Data ..............................................................................................51
3. Penarikan Kesimpulan ..................................................................................51

vii

BAB IV

HASIL PENELITIAN ..........................................................................54

A. Gambaran Umum MAN 4 Jakarta ......................................................................54


1. Sejarah Singkat MAN 4 Jakarta ....................................................................54
2. Identitas MAN 4 Jakarta ...............................................................................55
3. Struktur Organisasi .......................................................................................56
4. Visi dan Misi .................................................................................................57
5. Keadaan Guru dan Karyawan .......................................................................58
6. Keadaan Siswa ..............................................................................................62
7. Sarana dan Prasarana .....................................................................................64
B. Deskripsi Data .....................................................................................................65
C. Interpretasi Data/Pembahasan Hasil Penelitian ..................................................83
1. Penguasaan Materi Pelajaran ........................................................................85
2. Mengelola Program Belajar Mengajar ..........................................................85
3. Mengelola Kelas ............................................................................................86
4. Menggunakan Media/Sumber .......................................................................87
5. Mengelola Interaksi Belajar Mengajar ..........................................................88
6. Menggunakan Metode ...................................................................................89
7. Menilai Prestasi Siswa ..................................................................................90
8. Pemberian Pujian ..........................................................................................91
9. Pemberian Hadiah .........................................................................................92
10. Pemberian Hasil Ulangan ..............................................................................93
11. Melakukan Penilaian .....................................................................................93
BAB V

PENUTUP ...............................................................................................95

A. Kesimpulan .........................................................................................................95
B. Saran

................................................................................................................95

DAFTAR PUSTAKA ..............................................................................................97

viii

DAFTAR TABEL
1. Tabel 3.1

Kegiatan Penelitian

46

2. Tabel 3.2

Kisi-kisi Instrumen Peran Kompetensi Profesional Guru PAI

52

3. Tabel 3.3

Skor Alternatif Jawaban

54

4. Tabel 3.4

Ketentuan Skala Prosentase

55

5. Tabel 4.1

Daftar Nama Guru MAN 4 Jakarta

60

6. Tabel 4.2

Daftar Nama Karyawan MAN 4 Jakarta

61

7. Tabel 4.3

Daftar Nama karyawan Honor MAN 4 Jakarta

61

8. Tabel 4.4

Rekapitulasi Data Siswa MAN 4 Jakarta Tahun 2013/2014

65

9. Tabel 4.5

Sarana dan Prasarana MAN 4 Jakarta

68

10. Tabel 4.6

Penjelasan guru agama sesuai dengan tema yang dibahas

69

11. Tabel 4.7

Menjawab pertanyaan siswa dengan tepat

69

12. Tabel 4.8

Menguasai setiap pokok bahasan

70

13. Tabel 4.9

Guru agama menyampaikan tujuan pembelajaran

71

14. Tabel 4.10

Guru agama menjelaskan tema yang akan dipelajari

71

15. Tabel 4.11

Di awal pelajaran, guru agama bertanya materi yang lalu

72

16. Tabel 4.12

Mengadakan Tanya jawab mengenai materi yang dipelajari

72

17. Tabel 4.13

Mampu menciptakan suasana komunikatif antar siswa

73

18. Tabel 4.14

Menciptakan suasana yang menyenangkan

74

19. Tabel 4.15

Menggunakan alat peraga sesuai materi yang dibahas

74

20. Tabel 4.16

Memerintahkan siswa untuk memiliki buku LKS

75

21. Tabel 4.17

Menambahkan sumber belajar dari internet

75

22. Tabel 4.18

Melibatkan seluruh siswa dalam proses pembelajaran

76

23. Tabel 4.19

Memberikan kesempatan kepada siswa untuk bertanya

77

24. Tabel 4.20

Memeberikan kesempatan kepada siswa lain untuk menjawab

77

25. Tabel 4.21

Menggunakan metode bervariasi dalam mengajar

78

26. Tabel 4.22

Metode yang digunakan sesuai dengan materi pembahasan

78

27. Tabel 4.23

Mengadakan ulangan terhadap materi yang dibahas

79

28. Tabel 4.24

Memeriksa dan mengembalikan hasil ulangan

80

ix

29. Tabel 4.25

Memberikan pujian kepada siswa yang aktif

80

30. Tabel 4.26

Soal yang diberikan sesuai dengan materi yang diajarkan

81

31. Tabel 4.27

Memberikan pujian pada anak yang mengerjakan tugas

81

32. Tabel 4.28

Pujian berupa kata yang dapat meningkatkan motivasi

82

33. Tabel 4.29

Memberikan hadiah kepada siswa yang berprestasi

82

34. Tabel 4.30

Hadiah yang diberikan berupa alat tulis

83

35. Tabel 4.31

Memberikan hasil ulangan tepat waktu

84

36. Tabel 4.32

Menyebutkan nilai ulangan tertinggi

84

37. Tabel 4.33

Guru agama langsung memberikan nilai ketika tugas dikumpulkan 85

38. Tabel 4.34

Nilai yang diberikan berupa angka bukan hanya tanda tangan

85

39. Tabel 4.35

Diadakan remedial untuk nilai yang belum mencapai standar

86

DAFTAR LAMPIRAN

1. Lampiran 1

Lembar uji referensi

2. Lampiran 2

Hasil wawancara kepala sekolah

3. Lampiran 3

Hasil wawancara guru PAI (quran hadits)

4. Lamprian 4

Hasil wawancara guru PAI (fiqih)

5. Lampiran 5

Hasil wawancara guru PAI (sejarah)

6. Lampiran 6

Hasil wawancara guru PAI (aqidah akhlak)

7. Lampiran 7

Lembar observasi aktivitas mengajar guru PAI (quran hadits)

8. Lampiran 8

Lembar observasi aktivitas mengajar guru PAI (aqidah akhlak)

9. Lampiran 9

Instrumen penelitian (angket)

10. Lampiran 10 Testimonial


11. Lampiran 11 Prestasi Siswa/i MAN 4 Jakarta
12. Lampiran 12 Pelatihan yang pernah diikuti guru PAI MAN 4 Jakarta
13. Lampiran 13 Rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP)
14. Lampiran 14 Surat bimbingan skripsi
15. Lampiran 15 Surat izin penelitian
16. Lampiran 16 Surat observasi penelitian
17. Lampiran 17 Surat Kementrian Agama Kanwil Provinsi DKI Jakarta
18. Lampiran 18 Surat keterangan penelitian di MAN 4 Jakarta

xi

BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah


Guru merupakan komponen paling menentukan dalam sistem pendidikan
secara keseluruhan, yang harus mendapat perhatian sentral, pertama dan utama. Figur
yang satu ini akan senantiasa menjadi sorotan strategis ketika berbicara masalah
pendidikan, karena guru selalu terkait dengan komponen manapun dalam sistem
pendidikan. Guru memegang peran utama dalam pembangunan pendidikan,
khususnya yang diselenggarakan di sekolah. Guru juga sangat menentukan
keberhasilan peserta didik, terutama dalam kaitannya dengan proses belajar mengajar.
Guru merupakan komponen yang paling berpengaruh terhadap terciptanya proses dan
hasil yang berkualitas.1
Menurut M. Uzer Usman, Guru merupakan jabatan atau profesi yang
memerlukan keahlian khusus sebagai guru.2 Pekerjaan ini tidak bisa dilakukan oleh
orang yang tidak memiliki keahlian untuk melakukan pekerjaan sebagai guru. Untuk
menjadi guru diperlukan syarat-syarat khusus, apalagi sebagai guru profesional yang
harus menguasai pendidikan dan pengajaran dengan berbagai ilmu pengetahuan
1

E. Mulyasa, Standar Kompetensi dan Sertifikasi Guru, (Bandung: PT Remaja Rosdakarya,


2007), Cet ke-1, h. 5.
2
M. Uzer Usman, Menjadi Guru Profesional, (Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2008), h. 5.

lainnya yang perlu dibina dan dikembangkan melalui masa pendidikan tertentu atau
pendidikan pra jabatan.3
Hal tersebut sesuai dengan Undang-undang RI No 14 Tahun 2005 tentang
Guru dan Dosen, pasal 1 ayat 1 berbunyi: Guru adalah pendidik profesional dengan
tugas utama mendidik, mengajar, membimbing, mengarahkan, melatih dan
mengevaluasi peserta didik pada pendidikan anak usia dini, jalur pendidikan formal,
pendidikan dasar, dan pendidikan menengah.4
Profesionalisme guru kini menjadi sesuatu yang mengemuka ke ruang publik
seiring dengan tuntutan akan pendidikan yang bermutu. Hal ini dipertegas lagi
dengan respon positif dari pemerintah dengan menetapkan guru sebagai profesi pada
tanggal 2 Desember 2004 dan mengeluarkan Undang-undang No 14 Tahun 2005
tentang Guru dan Dosen. Dengan Undang-undang tersebut harkat dan martabat guru
semakin mendapat apresiasi karena dalam Undang-undang tersebut diatur tentang
penghargaan terhadap guru, baik dari segi profesional maupun finansial serta
perlindungan hukum dan keselamatan dalam melaksanakan tugas.
Tuntutan profesionalisme guru harus disikapi dengan peningkatan kualifikasi
dan kompetensi, apalagi sekarang ada keharusan mengikuti uji sertifikasi untuk
menentukan kelayakan seorang guru. Oleh karena itu, guru jangan sampai terkena
jebakan rutinitas di mana guru hanya disibukkan dengan kegiatan sehari-hari
sehingga lupa dengan peningkatan kompetensi dan profesionalisme.5
Sehubungan dengan peningkatan kualitas para pendidik, maka pemerintah di
dalam Undang-undang No 14 Tahun 2005 pasal 8 menyatakan bahwa guru wajib
memiliki kualifikasi akademik, kompetensi, sertifikat pendidik, sehat jasmani dan
rohani, serta memiliki kemampuan untuk mewujudkan tujuan pendidikan nasional.

Ibid., h. 5.
UU RI No. 14 Tahun 2005, Undang-undang Guru dan Dosen, (Jakarta: Sinar Grafika,
2006), Cet ke-1, h. 2.
5
Kunandar, Guru Profesional Implementasi Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP)
dan Sukses dalam Sertifikasi Guru, (Jakarta: PT Raja Grafindo, 2007), h. 6.
4

Dan kompetensi guru yang dimaksud dalam pasal 8 meliputi kompetensi pedagogik,
kepribadian, profesional, dan sosial yang diperoleh melalui pendidikan profesi.6
Sejak dikeluarkan Undang-undang Guru dan Dosen tentang sertifikasi, sejak
itu pula guru mendapat predikat pendidik profesional. Dengan kata profesional guru
diberi kesejahteraan yang memadai oleh pemerintah. Dengan harapan bahwa dengan
sejahteranya guru maka peningkatan kemampuan mengajar lebih difokuskan di
sekolah khususnya di dalam kelas. Diharapkan guru juga dapat menciptakan proses
belajar mengajar yang menyenangkan, kreatif, dan inovatif. Namun harapan ini
belum terwujud sepenuhnya sebagaimana dikatakan guru profesional.
Guru wajib memiliki serifikat pendidik sebagai bukti formal pengakuan
sebagai tenaga profesional. Sertifikat pendidik diperoleh melalui sertifikasi, yaitu
proses pemberian sertifikat pendidik untuk guru. Sertifikasi pendidik bagi guru
diselenggarakan oleh perguruan tinggi yang memiliki program tenaga pengadaan
tenaga kependidikan yang terakreditasi dan ditetapkan oleh pemerintah. Dengan
demikian,

dapat

dikatakan

bahwa

untuk

meningkatkan

dan

mewujudkan

profesionalitas guru sekurang-kurangnya ada tiga hal yang saling terkait yaitu
kualifikasi, kompetensi, dan sertifikasi guru.7
Para guru di Indonesia Idealnya selalu tampil secara profesional dengan tugas
utamanya adalah membimbing, mendidik, melatih, dan mengembangkan kurikulum
(perangkat kurikulum), sebagaimana bunyi prinsip ing ngarso sung tulodho, ing
madya mangun karso, tut wuri handayani. Artinya seorang guru bila di depan
memberikan suri teladan (contoh), di tengah memberikan prakarsa dan di belakang
memberikan dorongan atau motivasi.
Guru merupakan subjek yang sangat penting perannya dalam proses
pendidikan, karena guru berhadapan langsung dengan peserta didik (siswa) di dalam
kelas. Sebagai pendidik yang profesional bukan sekedar mampu mentransfer ilmu
6

Direktorat Jenderal Pendidikan Agama Islam Departemen Agama RI, Undang-undang dan
Peraturan Pemerintah RI tentang Pendidikan, 2006, h. 88.
7
Dadi Permadi, Daeng Arifin, Panduan Menjadi Guru Profesional, (Bandung: Nuansa Aulia,
2013), h. 10.

pengetahuan saja, melainkan sebagai pola panutan, pembentukan karakter dan


mampu memotivasi siswa dalam mempelajari materi pelajaran yang disajikan. Untuk
itu, seorang guru yang profesional dapat bersosialisasi atau berinteraksi dengan para
siswa di dalam atau di luar kelas agar bisa membangkitkan motivasi belajar siswa
untuk mempelajari materi yang disajikan.8
Sistem pengajaran kelas telah menempatkan guru pada suatu tempat yang
sangat penting, karena guru yang memulai dan mengakhiri setiap aktivitas
pembelajaran yang dipimpinnya. Seorang guru perlu memiliki kemampuan
merancang dan mengimplementasikan berbagai strategi pembelajaran yang dianggap
cocok dengan minat dan bakat serta sesuai dengan taraf perkembangan siswa
termasuk di dalamnya memanfaatkan berbagai sumber dan media pembelajaran untuk
menjamin efektivitas pembelajaran. Guru merupakan seorang yang memiliki
tanggung jawab membantu orang lain untuk belajar dan berperilaku dengan cara baru
yang berbeda. Dengan demikian, seorang guru perlu memiliki kemampuan khusus,
kemampuan yang tidak mungkin dimiliki oleh orang yang bukan guru.
Selain guru, hal yang menentukan keberhasilan suatu proses belajar adalah
siswa. Dalam kegiatan belajar, setiap siswa mempunyai tingkatan motivasi yang
berbeda-beda. Tugas gurulah untuk membangkitkan motivasi siswa sehingga ia mau
melakukan belajar.9 Motivasi merupakan suatu hal yang penting dalam pencapaian
tujuan pendidikan serta mempunyai pengaruh yang sangat besar dalam kegiatan
belajar siswa, Sardiman A.M mengatakan bahwa, Dalam belajar mengajar, motivasi
dapat dikatakan sebagai keseluruhan daya penggerak dalam diri siswa yang
menimbulkan kegiatan belajar dan yang memberi arah pada kegiatan belajar sehingga
tujuan yang dikehendaki oleh subjek tersebut dapat tercapai.10
Dari pengertian di atas tersirat bahwa motivasi mengarah pada tujuan yang
dikehendaki oleh seseorang. Motivasi yang kuat pada diri individu akan mengarahkan
8

Jim Ronny Tuna, Jurnal Pendidikan No. 3 / Volume13, (Lembaga Penelitian Universitas
Manado), Edisi Desember 2009, http://hiskiamanggopa.wordpress.com, Dikutip 11, Okt 2012.
9
M. Uzer Usman, Op. cit, hal. 5.
10
Sardiman A.M, Interaksi dan Motivasi Belajar Mengajar, (Jakarta: CV. Rajawali, 1998),
Cet ke-1, h. 75.

mereka untuk senantiasa berusaha mewujudkan tujuannya. Dengan motivasi ini,


maka akan mengarah pada terlaksananya aktivitas belajar seseorang dengan baik dan
memuaskan. Tanpa adanya motivasi yang kuat maka suatu aktivitas belajar seseorang
akan melemah.
Pada waktu belajar sering kali siswa-siswa dalam satu kelas ada yang giat dan
ada pula yang bermalas-malasan untuk belajar, ada yang suka membolos pada mata
pelajaran tertentu, ada juga yang suka bermain-main di dalam kelas dan tidak serius
mengikuti pelajaran yang diterangkan oleh guru. Hal ini mungkin disebabkan oleh
guru yang tidak dapat mendorong atau membangkitkan motivasi anak untuk belajar.
Mungkin anak tidak simpatik terhadap gerak-gerik guru, atau siswa tidak senang
dengan penampilan guru mengajar sehingga tidak timbul motivasi siswa untuk
mengikuti pelajaran. Atau kurang terampilnya guru dalam mengajar sehingga metode
yang digunakan tidak bervariasi, atau dapat juga karena siswa tidak mengetahui
manfaat dari pelajaran yang disajikan oleh guru tersebut.11
Di dalam kelas, masalah besar untuk guru-guru dan siswa-siswa adalah
motivasi. Guru-guru berharap supaya setiap siswa menggunakan bakat dan waktunya
selama di sekolah sehingga tujuan belajar terjadi secara maksimum. Siswa-siswa
apakah menyadari atau tidak, berusaha menggunakan potensi mereka tumbuh secara
tepat dengan perkembangan bakat-bakat mereka yang ada. Sayangnya, tujuan guru
sering berbeda dengan apa yang ada di dalam diri siswa sehingga motivasi tidak
berkembang malahan diabaikan.
Pertanyaannya, Bagaimana membujuk siswa untuk berusaha dengan
mengembangkan motivasi? Tidak mudah dijawab. Kita dapat menggiring
kuda ke air tetapi kita tidak bisa memaksa dia untuk minum, seperti
Seorang ibu memaksa anaknya makan tetapi anaknya tidak ingin makan.
Ada beberapa siswa yang sering benci ke sekolah, malas membaca, berfikir
bahwa dirinya siswa yang bebal. Sebaliknya beberapa siswa senang belajar,
aktif dalam kegiatan belajar, bahkan di luar sekolah pun mereka belajar.
Mereka berfikir bahwa mereka mempunyai kemampuan untuk belajar. Jika
11

Nashar, Peranan Motivasi dan Kemampuan Awal dalam Kegiatan Pembelajaran, (Jakarta:
Delia Press, 2004), h. 18.

guru mencoba untuk memotivasi semua siswa dengan teknik yang sama,
beberapa akan dibantu, yang lainnya akan dimatikan. Setiap siswa mempunyai
minat, bakat, potensi, kemampuan dan keterampilan yang berbeda. Oleh
karena itu mereka membutuhkan metode, teknik-teknik dan penanganan yang
berbeda.12
Di sinilah peran profesional guru harus dimainkan. Guru merupakan bagian
dari sistem yang sangat penting dan signifikan. Guru sangat diperlukan untuk
mengangkat derajat bangsa dan Negara, karena ia merupakan first door untuk
meraih kesuksesan bagi siswa. Karena itulah sangat diperlukan peran guru
profesional. Untuk menjadi guru yang profesional memang tidak mudah, karena
banyak prosedur atau langkah-langkah yang harus dipenuhi.
Seorang yang memiliki profesi guru harus mempunyai kompetensi yang
mendukung pelaksanaan profesi itu, karena kompetensi merupakan salah satu
kualifikasi guru yang terpenting. Bila kompetensi itu tidak ada pada seorang guru, ia
tidak akan kompeten melaksanakan tugasnya. Setiap guru harus dapat memenuhi
kompetensi yang diharapkan masyarakat dan siswa, karena kompetensi itu guru yang
baik ia dapat mengatasi berbagai kesulitan dalam mengajar. Di samping itu ia akan
sadar dan mengerti akan tugas dan kewajibannya sebagai pendidik yang baik yang
didambakan oleh masyarakat.13
Salah satu tugas guru di sini adalah membangkitkan dan membangun motivasi
siswa terhadap apa yang akan dipelajarinya. Motivasi itu dapat bervariasi dalam
intensitas dan arah. Siswa yang termotivasi dalam pembelajaran akan menunjukkan
minat, semangat dan ketekunan yang tinggi dalam pelajaran, tanpa banyak tergantung
kepada pendidik. Peran guru di sini adalah menemukan, menggugah, dan

12

Sri Esti Wuryani Djiwandono, Psikologi Pendidikan, (Jakarta: PT Gramedia Widiasarana


Indonesia, 2009), Cet ke-5, h. 327.
13
Zakiyah Darajat, Metodologi Khusus Pengajaran Agama Islam, (Jakarta: Bumi Aksara,
2001), Cet ke-2, h. 262.

mempertahanakan motivasi siswa untuk belajar, dan terlibat dalam kegiatan


pembelajaran.14
Untuk itu penulis mencoba memecahkan masalah ini dengan melakukan
penelitian di MAN 4 Jakarta. Pada tahun 1998 MAN 4 Jakarta ditetapkan sebagai
MAN 4 Model untuk DKI Jakarta oleh Menteri Agama RI sesuai Surat Keputusan
Dirjen Binbaga Islam tanggal 20 Februari 1998 atas berbagai prestasi yang diraih.
Dan tahun 2008 MAN 4 Jakarta mendapat status Madrasah Standar Nasional (MSN)
seiring dengan perkembangan dunia pendidikan dan Undang-undang Sistem
Pendidikan Nasional, maka pada tahun 2010 MAN 4 Jakarta ditetapkan sebagai
Rintisan Madrasah Bertaraf Intrenasional (RMBI). Sehingga guru di sini dituntut
untuk lebih profesional dalam menyelenggarakan pendidikan.
Dengan latar belakang di atas, penulis tertarik meneliti tentang kompetensi
profesional guru pendidikan agama Islam kaitannya dengan motivasi belajar siswa,
oleh karena itu penulis membuat penelitian ini dengan judul Peran Kompetensi
Profesional Guru Pendidikan Agama Islam Dalam Meningkatkan Motivasi
Belajar Siswa di MAN 4 Jakarta.

B. Identifikasi Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah di atas, maka penulis mengidentifikasi
masalah yang diteliti sebagai berikut:
1. Masih rendahnya profesionalisme guru pendidikan agama Islam.
2. Kurang terampilnya guru pendidikan agama Islam dalam mengajar
sehingga belum dapat meningkatkan motivasi siswa.
3. Kurang terampilnya guru pendidikan agama Islam dalam menggunakan
metode bervariasi, memanfaatkan media, dan sarana prasarana yang ada
dalam melaksanakan proses pembelajaran, sehingga belum dapat
meningkatkan motivasi belajar siswa.
14

Abd Mukhid, Self-Regulated Learning, Motivasi, dan Hasil Belajar Mahasiswa STAIN
Pamekasan, Nuansa; Jurnal Penelitian Ilmu-ilmu Sosial & Keagamaan, Vol. 6, 2009, h. 22.

C. Pembatasan dan Perumusan Masalah


1. Pembatasan Masalah
Berdasarkan identifikasi masalah yang dikemukakan di atas, maka penulis
membatasi masalah yang diteliti sebagai berikut:
a. Kompetensi profesional yang dimaksud adalah kompetensi atau keahlian
guru pendidikan agama Islam dalam mengajar bidang studi/mata pelajaran
agama Islam yang meliputi penguasaan bahan pengajaran, pengelolaan
program belajar mengajar, penggunaan media dan metode yang bervariasi,
penilaian hasil dan proses belajar mengajar yang telah dilaksanakan.
b. Motivasi yang dimaksud adalah motivasi belajar siswa dalam menerima
pelajaran yang diberikan guru pendidikan agama Islam siswa kelas X
MAN 4 Jakarta.

2. Perumusan Masalah
Berdasarkan identifikasi dan batasan masalah di atas, maka penulis
merumuskan masalah yang akan diteliti sebagai berikut :
Bagaimana peran kompetensi profesional guru pendidikan agama Islam dalam
meningkatkan motivasi belajar siswa di MAN 4 Jakarta?

D. Tujuan dan Manfaat Penelitian


1. Tujuan Penelitian
Berdasarkan permasalahan yang telah dirumuskan di atas, maka tujuan
yang ingin dicapai adalah:
Untuk mengetahui peran kompetensi profesional guru pendidikan agama
Islam dalam meningkatkan motivasi belajar siswa di MAN 4 Jakarta.

2. Manfaat Penelitian
Hasil dari penelitian ini diharapkan bisa memberikan kontribusi tentang
peran kompetensi profesional guru pendidikan agama Islam dalam meningkatkan
motivasi belajar siswa. Adapun secara detail kegunaan tersebut di antaranya
untuk:
a. Bagi Peneliti
Memberikan tambahan khazanah pemikiran baru yang berkaitan dengan
peran kompetensi profesional guru pendidikan agama Islam dalam
meningkatkan motivasi belajar siswa pada lembaga pendidikan tersebut untuk
mewujudkan tujuan dan cita-cita pendidikan.
b. Bagi Sekolah
Dapat memberikan kontribusi pemikiran tentang peran kompetensi
profesional guru pendidikan agama Islam dalam meningkatkan motivasi
belajar siswa agar menjadi lebih baik.
c. Bagi guru bidang studi pendidikan agama Islam
Penelitian

ini

dapat

menjadi

bahan

acuan

untuk

mengetahui

profesionalitas guru dan motivasi belajar siswa pada mata pelajaran


pendidikan agama Islam sehingga lebih lanjut secara bersama-sama dapat
diperbaiki dan dicari solusinya.
d. Bagi Lembaga
Dapat memberikan informasi tentang kompetensi profesional guru
pendidikan agama Islam dalam meningkatkan motivasi belajar siswa dan
dapat dijadikan sebagai acuan bagi peneliti selanjutnya.

BAB II
KAJIAN TEORI
A. Konsep Dasar Kompetensi Profesional Guru Pendidikan Agama Islam
1. Pengertian Kompetensi Guru
Salah satu faktor utama yang menentukan mutu pendidikan adalah guru.
Gurulah yang berada di garda terdepan dalam menciptakan kualitas sumber daya
manusia. Guru berhadapan langsung dengan para peserta didik di kelas melalui
proses belajar mengajar. Di tangan gurulah akan dihasilkan peserta didik yang
berkualitas, baik secara akademis, skill (keahlian), kematangan emosional, dan moral
serta spiritual. Dengan demikian, akan dihasilkan generasi masa depan yang siap
hidup dengan tantangan zamannya.1
Maka bijaklah jika seorang guru harus memiliki profesionalitas tinggi dalam
menjalankan tugasnya karena baik disadari atau tidak, profesionalitas guru sangat
penting peranannya dalam menentukan keberhasilan pembelajaran. Seorang siswa
akan lebih termotivasi belajar apabila guru yang mengajar memiliki kompetensi
pedagogik, kepribadian, profesional, dan sosial.

Kunandar, Guru Profesional Implementasi Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP)


dan Sukses dalam Sertifikasi Guru, (Jakarta: PT Raja Grafindo, 2007), h. 40.

10

11

Dalam Peraturan Pemerintah No 19 Tahun 2005, tentang Standar Nasional


Pendidikan, pasal 28 ayat 3 disebutkan bahwa kompetensi sebagai agen pembelajaran
pada jenjang pendidikan dasar dan menengah serta pendidikan anak usia dini meliputi
(1) kompetensi pedagogik, (2) kompetensi kepribadian, (3) kompetensi profesional,
dan (4) kompetensi sosial.2
Kompetensi dalam bahasa Indonesia merupakan serapan dari bahasa Inggris,
competence yang berarti kecakapan dan kemampuan. Kompetensi adalah kumpulan
pengetahuan, perilaku, dan keterampilan yang harus dimiliki guru untuk mencapai
tujuan pembelajaran dan pendidikan. Kompetensi diperoleh melalui pendidikan,
pelatihan, dan belajar mandiri dengan memanfaatkan sumber belajar.
Menurut Undang-undang Guru dan Dosen No 14 Tahun 2005, Kompetensi
adalah seperangkat pengetahuan, keterampilan, dan prilaku yang harus dimiliki,
dihayati, dan dikuasai oleh guru atau dosen dalam melaksanakan tugas
keprofesionalannya.3
Kompetensi juga dapat diartikan sebagai pengetahuan, keterampilan, dan
kemampuan yang dikuasai oleh seseorang yang telah menjadi bagian dari dirinya
sehingga ia dapat melakukan perilaku-perilaku kognitif, afektif, dan psikomotorik
dengan sebaik-baiknya.4
Menurut Mulyasa, sebagimana dikutip oleh Dr. Jejen Musfah:
Kompetensi guru merupakan perpaduan antara kemampuan personal,
keilmuan, teknologi, sosial, dan spiritual yang secara kafah membentuk kompetensi
standar profesi guru, yang mencakup penguasaan materi, pemahaman terhadap
peserta

didik,

pembelajaran

yang

mendidik,

pengembangan

pribadi

dan

profesionalitas.

Fachrudin Saudagar, Ali Idrus, Pengembangan Profesionalitas Guru, (Jakarta: Gaung


Persada Press, 2009), h. 31.
3
Martinis Yamin, Sertifikasi Keguruan di Indonesia, (Jakarta: Gaung Persada Press, 2006),
Cet ke-1, h. 210.
4
Kunandar, op. cit., h. 52.

12

Kompetensi terkait dengan kemampuan beradaptasi terhadap lingkungan kerja


baru, di mana seseorang dapat menjalankan tugasnya dengan baik berdasarkan
kemampuan yang dimilikinya.5
Dari pengertian di atas dapat disimpulkan, bahwa kompetensi adalah
kemampuan atau kesanggupan guru dalam melaksanakan tugasnya, melaksanakan
proses belajar mengajar, kemampuan atau kesanggupan tersebut mempunyai
konsekuensi bahwa: seorang yang menjadi guru dituntut benar-benar memiliki bekal
pengetahuan dan keterampilan yang sesuai dengan profesinya, sehingga dapat
melaksanakan tugasnya dengan sebaik-baiknya.
Adapun

kompetensi

guru

yaitu

kemampuan

seorang

guru

melaksanakan kewajiban-kewajiban secara bertanggung jawab dan layak.

dalam

Kompetensi guru berkaitan dengan profesionalisme yaitu, guru yang


profesional adalah guru yang kompeten (berkemampuan), karena itu kompetensi
profesionalisme guru dapat diartikan sebagai kemampuan dan kewenangan guru
dalam menjalankan profesi keguruannya dengan kemampuan tinggi.7 Dengan kata
lain kompetensi adalah pemilikan, penguasaan, keterampilan dan kemampuan yang
dituntut oleh jabatan seseorang.
Jadi, kompetensi profesional seorang guru merupakan suatu keharusan dalam
mewujudkan sekolah berbasis pengetahuan, yaitu pemahaman tentang pembelajaran,
kurikulum, dan perkembangan manusia termasuk gaya belajar.8

Jejen Musfah, Peningkatan Kompetensi Guru: Melalui Pelatihan dan Sumber Belajar Teori
dan Praktik, (Jakarta: Kencana, 2011), Cet ke-1, h. 27.
6
M. Uzer Usman, op. cit., h. 14.
7
Muhibbin Syah, Psikologi Pendidikan dengan Pendekatan Baru, (Bandung: PT Remaja
Rosdakarya, 2010), Cet ke-15, h. 230.
8
Hamzah B. Uno, Profesi Kependidikan Problema, Solusi, dan Reformasi Pendidikan di
Indonesia, (Jakarta: Bumi Aksara, 2008), h. 18.

13

Keutamaan profesi guru dalam agama Islam sangatlah besar, sehingga Allah
SWT menjadikannya sebagai tugas yang diemban Rasululah SAW, sebagaimana
diisyaratkan dalam firman-Nya surat Ali Imran ayat 164:




Sungguh Allah telah memberi karunia kepada orang-orang yang beriman ketika
Allah mengutus di antara mereka seorang Rasul dari golongan mereka sendiri, yang
membacakan kepada mereka ayat-ayat Allah, membersihkan (jiwa) mereka, dan
mengajarkan kepada mereka Al kitab dan Al hikmah. dan Sesungguhnya sebelum
(kedatangan Nabi) itu, mereka adalah benar-benar dalam kesesatan yang nyata.

Dalam pembentukan kepribadian anak didiknya di sini guru agama


mempunyai pengaruh yang sangat besar, sebagai figur bagi anak didiknya, baik apa
yang dilakukan, diucapkan, maupun tindakannya.
Dalam hal ini Abdurrahman An-Nahlawi menyatakan bahwa tanggung jawab
dan tugas seorang guru di antaranya:
a. Fungsi penyucian, artinya seorang guru berfungsi sebagai pembersih diri,
pemelihara diri, pengembangan, serta pemeliharaan fitrah manusia.
b. Fungsi pengajaran, artinya seorang guru berfungsi sebagai penyampai ilmu
pengetahuan dan berbagai keyakinan kepada umat manusia agar mereka
menerapkan seluruh pengetahuannya dalam kehidupan sehari-hari.9

2. Macam-macam Kompetensi Guru


Menurut Undang-undang No 14 Tahun 2005 tentang Guru dan Dosen
disebutkan Guru wajib memiliki kualifikasi akademik, kompetensi, sertifikat

Abdurrahman An-Nahlawi, Pendidikan Islam di Rumah, Sekolah dan Masyarakat, (Jakarta:


Gema Insani Press, 1995), h. 170.

14

pendidik, sehat jasmani dan rohani, serta memiliki kemampuan untuk mewujudkan
tujuan pendidikan nasional. Kualifikasi akademik seorang guru dapat diperoleh
melalui pendidikan tinggi program sarjana atau diploma empat (D-IV). Ini sesuai
dengan Peraturan Menteri Pendidikan Nasional No 16 Tahun 2007 tentang standar
kualifikasi akademik dan kompetensi guru. Pasal 1: Setiap guru wajib memenuhi
standar kualifikasi akademik dan kompetensi guru yang berlaku secara nasional.
Kompetensi guru sebagaimana yang dimaksud meliputi: (a). Kompetensi
Pedagogik, (b). Kompetensi Kepribadian, (c). Kompetensi Sosial, dan (d).
Kompetensi Profesional, yang diperoleh melalui pendidikan profesi.10
a. Kompetensi Pedagogik
Dalam Standar Nasional Pendidikan, penjelasan Pasal 28 ayat (3) butir a
dikemukakan bahwa kompetensi pedagogik adalah kemampuan mengelola
pembelajaran peserta didik yang meliputi pemahaman terhadap peserta didik,
perancangan dan pelaksanaan pembelajaran, evaluasi hasil belajar, dan
pengembangan peserta didik untuk mengaktualisasikan berbagai potensi yang
dimilikinya.
E. Mulyasa berpendapat sekurang-kurangnya ada delapan kemampuan
guru dalam mengelola pembelajaran sebagai berikut:
1. Pemahaman wawasan atau landasan kependidikan
2. Pemahaman terhadap peserta didik
3. Pengembangan kurikulum/silabus
4. Perancangan pembelajaran
5. Pelaksanaan pembelajaran yang mendidik dan dialogis
6. Pemanfaatan teknologi pembelajaran
7. Evaluasi hasil belajar (EHB)
8. Pengembangan peserta didik untuk mengaktualisasikan berbagai potensi
yang dimilikinya.11

10

UU RI, op. cit., h. 8-9.

15

b. Kompetensi Kepribadian
Dalam Standar Nasional Pendidikan, penjelasan Pasal 28 ayat (3) butir b,
dikemukakan bahwa yang dimaksud dengan kompetensi kepribadian adalah
kemampuan kepribadian yang mantap, stabil, dewasa, arif, dan berwibawa,
menjadi teladan bagi peserta didik, dan berakhlak mulia.
Pribadi guru memiliki andil yang sangat besar terhadap keberhasilan
pendidikan, khususnya dalam kegiatan pembelajaran. Pribadi guru juga sangat
berperan dalam membentuk pribadi peserta didik. Ini dapat dimaklumi karena
manusia merupakan makhluk yang suka mencontoh, termasuk mencontoh
pribadi gurunya dalam membentuk pribadinya. Semua itu menunjukkan
bahwa kompetensi personal atau kepribadian guru sangat dibutuhkan oleh
peserta didik dalam proses pembentukkan pribadinya. Dalam hal ini guru
tidak hanya dituntut untuk mampu memaknai pembelajaran, tetapi dan yang
paling penting adalah bagaimana dia menjadikan pembelajaran sebagai ajang
pembentukan kompetensi dan perbaikan kualitas pribadi peserta didik.12
Oleh karena itu setiap calon guru dan guru profesional sangat
diharapkan memahami karakteristik (ciri khas) kepribadian dirinya yang
diperlukan sebagai panutan para siswanya. Kompetensi personal secara nyata
diungkapkan dalam bentuk kedermawanan, disiplin, dinamis, terbuka,
fleksibel, bertanggung jawab dan lain-lain.13
Menurut Samani Mukhlas, secara rinci kompetensi kepribadian
mencakup hal-hal sebagai berikut: (1) berakhlak mulia, (2) arif dan bijaksana,
(3) mantap, (4) berwibawa, (5) stabil, (6) dewasa, (7) jujur, (8) menjadi
teladan bagi peserta didik dan masyarakat, (9) secara objektif mengevaluasi

11

E. Mulyasa, op. cit., h. 75.


Ibid., h. 117-118.
13
Muhibbin Syah, op. cit., h. 225.
12

16

kinerja sendiri, (10) mau siap mengembangkan diri secara mandiri dan
berkelanjutan.14

c. Kompetensi Profesional
Dalam Standar Nasional Pendidikan, penjelasan Pasal 28 ayat (3) butir c
dikemukakan bahwa yang dimaksud dengan kompetensi profesional adalah
kemampuan penguasaan materi pembelajaran secara luas dan mendalam yang
memungkinkan membimbing peserta didik memenuhi standar kompetensi
yang diterapkan dalam Standar Nasional Pendidikan.
Dalam buku Character Building Guru PAI, Nuraida mengatakan bahwa:
Kompetensi profesional adalah kemampuan yang tumbuh secara terpadu dari
pengetahuan yang dimiliki tentang bidang ilmu tertentu, keterampilan
menerapkan pengetahuan yang dikuasai maupun sikap positif yang alamiah
untuk

memajukan,

memperbaiki

dan

mengembangkannya

secara

berkelanjutan, disertai tekad untuk mewujudkan dalam kehidupan seharihari.15


Adapun ruang lingkup kompetensi profesional di antaranya:
1. Mengerti dan dapat menerapkan landasan kependidikan baik filosofis,
psikologis, sosiologis, dan sebagainya
2. Mengerti dan dapat menerapkan teori belajar sesuai taraf perkembangan
peserta didik
3. Mampu menangani dan mengembangkan bidang studi yang menjadi
tanggung jawabnya
4. Mengerti dan dapat menerapkan metode pembelajaran yang bervariasi
5. Mampu mengembangkan dan menggunakan berbagai alat, media dan
sumber belajar yang relevan
14
15

Fachrudin Saudagar, Ali Idrus, op. cit., h. 41.


Nuraida dan Rihlah Nur Aulia, Character Building Guru PAI, (Jakarta: Alia, 2008), h. 392.

17

6. Mampu mengorganisasikan dan melaksanakan program pembelajaran


7. Mampu melaksanakan evaluasi hasil belajar peserta didik
8. Mampu menumbuhkan kepribadian peserta didik16
Profesionalisme guru kiranya merupakan kunci pokok kelancaran dan
kesuksesan proses pembelajaran di sekolah. Karena hanya guru profesional
yang bisa menciptakan situasi aktif siswa dalam kegiatan pembelajaran.
Profesionalisme merupakan kondisi, arah, nilai, tujuan dan kualitas suatu
keahlian dan kewenangan dalam bidang pendidikan dan pengajaran yang
berkaitan dengan pekerjaan seseorang yang menjadi mata pencaharian. Guru
yang profesional diyakini mampu mengantarkan siswa dalam pembelajaran
untuk

menemukan,

mengelola

dan

memadukan

perolehannya,

dan

memecahkan persoalan-persoalan yang berkaitan dengan pengetahuan, sikap,


dan nilai maupun keterampilan hidupnya. Guru yang profesional diyakini
mampu memungkinkan siswa berfikir, bersikap dan bertindak kreatif.17
d. Kompetensi Sosial
Dalam Standar Nasional Pendidikan, penjelasan Pasal 28 ayat (3) butir d
dikemukakan bahwa yang dimaksud dengan kompetensi sosial adalah
kemampuan guru sebagai bagian dari masyarakat untuk berkomunikasi dan
bergaul secara efektif dengan peserta didik, sesama pendidik, tenaga
kependidikan, orang tua/wali peserta didik, dan masyarakat sekitar.18
Guru profesional hendaknya mampu memikul dan melaksanakan
tanggung jawab sebagai guru kepada siswa, orang tua, masyarakat, bangsa,
negara, dan agamanya. Tanggung jawab pribadi yang mandiri mampu
memahami

dirinya,

menghargai

serta

mengelola

dirinya,

mengembangkan

mengendalikan

dirinya.

Tanggung

dirinya,
jawab

dan
sosial

diwujudkan melalui kompetensi guru dalam memahami dirinya sebagai


16

E. Mulyasa, op cit., h. 135.


Fachrudin Saudagar, Ali Idrus, op. cit., h. 51.
18
E. Mulyasa, op. cit., h. 173.
17

18

bagian yang tak terpisahkan dari lingkungan sosial serta memiliki kemampuan
berinteraksi sosial. Tanggung jawab intelektual diwujudkan melalui
penguasaan berbagai perangkat pengetahuan dan keterampilan yang
diperlukan untuk menunjang tugas-tugasnya. Tanggung jawab moral dan
spiritual diwujudkan melalui penampilan guru sebagai makhluk beragama
yang perilakunya senantiasa tidak menyimpang dari norma-norma agama dan
moral.
Kompetensi sosial dalam kegiatan belajar berkaitan erat dengan
kemampuan guru dalam komunikasi dengan masyarakat di sekitar sekolah
dan masyarakat tempat guru tinggal sehingga peranan dan cara guru
berkomunikasi di masyarakat diharapkan memiliki karakteristik tersendiri
yang sedikit banyak berbeda dengan orang lain yang bukan guru. Misi yang
diemban guru adalah misi kemanusiaan. Mengajar dan mendidik adalah
tugas memanusiakan manusia. Guru harus mempunyai kompetensi sosial
karena guru adalah penceramah zaman.
Adapun ruang lingkup kompetensi sosial di antaranya:
1. Terampil berkomunikasi dengan peserta didik dan orang tua peserta didik
2. Bersikap simpatik
3. Dapat bekerja sama dengan Dewan Pendidikan/Komite Sekolah
4. Pandai bergaul dengan kawan sekerja dan mitra pendidikan
5. Memahami dunia sekitarnya (lingkungan)19
Ketika guru sudah memiliki kompetensi dan mampu menjalankan
fungsi strategis sebagai operator atau sebagai agen perubahan terhadap anak
didik, maka akan terjadi peningkatan kualitas hidup.
Guru dituntut untuk memiliki keempat kompetensi yang sudah
dituangkan dalam Undang-undang dan juga Peraturan Menteri Pendidikan
Nasional. Jika masih ada yang belum dimiliki atau dikuasai oleh guru, maka

19

Fachrudin Saudagar, Ali Idrus, op. cit., h. 64.

19

teruslah untuk belajar. Tidak ada kata berhenti untuk belajar bagi guru.
Sebagian waktu guru untuk mengajar dan sebagian lainnya untuk belajar.
Pendidikan berjalan ke depan dan selalu mengalami perubahan, bila berhenti
belajar akan tertinggal.20
3. Peran dan Fungsi Guru Profesional
Seorang guru dalam melaksanakan aktivitas keguruannya memiliki banyak
peran yang harus dilaksanakan. Di antaranya dalam kegiatan belajar mengajar di
mana seorang guru sangat memberikan pengaruh yang besar sekali terhadap
keberhasilan kegiatan belajar mengajar, agar tujuan pendidikan dapat terwujud
dengan baik.
Menurut Drs. M. Uzer Usman, Peran guru dalam kegiatan belajar mengajar
adalah terciptanya serangkaian tingkah laku yang saling berkaitan yang dilakukan
dalam situasi tertentu serta berhubungan dengan kemajuan perubahan tingkah laku
dan perkembangan siswa menjadi tujuannya.21
Peranan guru dalam proses belajar mengajar meliputi banyak hal. Yang akan
dikemukakan di sini adalah peranan yang paling dominan dan diklasifikasikan
sebagaimana yang dikemukakan oleh beberapa ahli sebagai berikut:
Menurut M. Uzer Usman, peran guru dibagi beberapa macam, di antaranya:
a. Guru sebagai demonstrator (pendidik)
Melalui peranannya sebagai demonstrator, lecturer, atau pengajar, guru
hendaknya senantiasa menguasai bahan atau materi pelajaran yang akan
diajarkannya serta senantiasa mengembangkannya dalam arti meningkatkan
kemampuannya dalam ilmu yang dimilikinya karena hal ini akan sangat
menentukan hasil belajar yang dicapai oleh siswa.22 Agar tercapainya apa yang
diinginkan guru agama itu tercapai, maka dari itu guru sendiri harus terus belajar

20

Najib Sulhan, Karakter Guru Masa Depan Sukses & Bermartabat, (Surabaya: Jaring Pena,
2011), h. 122-123.
21
M. Uzer Usman, op. cit., h. 4.
22
Ibid., h. 9.

20

agar memperkaya dirinya dengan berbagai ilmu pengetahuan sebagai bekal dalam
melaksanakan tugasnya sebagai pengajar.
b. Guru sebagai pengelola kelas
Peran guru sebagai pengelola kelas (learning manager), guru hendaknya
mampu mengelola kelas sebagai lingkungan belajar serta merupakan aspek dari
lingkungan sekolah yang perlu diorganisasi. Lingkungan ini diatur dan diawasi
agar kegiatan-kegiatan belajar terarah kepada tujuan-tujuan pendidikan.
Pengawasan terhadap belajar lingkungan itu turut menentukan sejauh mana
lingkungan tersebut menjadi lingkungan belajar yang baik. Lingkungan yang baik
ialah yang bersifat menantang dan merangsang siswa untuk belajar, memberikan
rasa aman dan kepuasan dalam mencapai tujuan.
Sebagai pengelola kelas guru bertanggung jawab memelihara lingkungan fisik
kelasnya agar senantiasa menyenangkan untuk belajar dan mengarahkan untuk
membimbing proses-proses intelektual dan sosial di dalam kelas. Tanggung jawab
yang lain ialah membimbing pengalaman-pengalaman siswa sehari-hari.
Menurut M. Uzer Usman dalam bukunya Menjadi Guru Profesional:
Tujuan umum pengelolaan kelas ialah Menyediakan dan menggunakan
fasilitas kelas untuk bermacam-macam kegiatan belajar mengajar agar
mencapai hasil yang baik. Sedangkan tujuan khususnya adalah
Mengembangkan kemampuan siswa dalam menggunakan alat-alat belajar,
menyediakan kondisi-kondisi yang memungkinkan siswa bekerja dan belajar,
serta membantu siswa untuk memperoleh hasil yang diharapkan.23
c. Guru sebagai mediator atau fasilitator
Sebagai mediator guru hendaknya memiliki pengetahuan dan pemahaman
yang cukup tentang media pendidikan, karena media pendidikan merupakan alat
komunikasi untuk lebih mengefektifkan proses belajar mengajar. Dengan
demikian media pendidikan merupakan dasar yang sangat diperlukan yang

23

Ibid., h. 10.

21

bersifat melengkapi dan merupakan bagian integral demi berhasilnya proses


pendidikan dan pengajaran di sekolah.24
Sebagai fasilitator guru bertugas memberikan kemudahan belajar (facilitate of
learning) kepada seluruh peserta didik, agar mereka dapat belajar dalam suasana
yang menyenangkan, gembira, penuh semangat, tidak cemas, dan berani
mengemukakan pendapat secara terbuka. Sebagai fasilitator, tugas guru yang
paling utama ialah to facilitate of learning (memberikan kemudahan dalam
belajar), bukan hanya menceramahi atau mengajar, apalagi menghajar peserta
didik, kita perlu guru yang demokratis dan terbuka, serta siap dikritik oleh peserta
didiknya.
d. Guru sebagai motivator
Untuk meningkatkan kualitas pembelajaran, guru harus mampu meningkatkan
motivasi belajar peserta didik sehingga dapat mencapai tujuan pembelajaran.
Sebagai motivator, guru harus mampu membangkitkan motivasi belajar, dengan
memperhatikan prinsip-prinsip sebagai berikut:
1. Peserta didik akan bekerja keras kalau memiliki minat dan perhatian
terhadap pekerjaannya
2. Memberikan tugas yang jelas dan dapat dimengerti
3. Memberikan penghargaan terhadap hasil kerja dan prestasi peserta didik
4. Menggunakan hadiah, dan hukuman secera efektif dan tepat guna
5. Memberikan penilaian dengan adil dan transparan
e. Guru sebagai evaluator
Di dalam proses belajar mengajar guru hendaknya menjadi seseorang
evaluator yang baik yaitu guru dapat mengetahui keberhasilan dan pencapaian
tujuan, penguasaan siswa terhadap pelajaran, serta ketepatan atau keefektifan
metode mengajar, guru dapat mengetahui apakah proses belajar yang dilakukan
cukup efektif memberi hasil yang baik dan memuaskan atau sebaliknya. Guru

24

Ibid., h. 11.

22

hendaknya terus menerus mengikuti hasil belajar yang telah dicapai oleh siswa
dari waktu ke waktu. Informasi yang diperoleh melalui evaluasi ini merupakan
umpan balik (feedback) terhadap proses belajar mengajar.25
Guru hendaknya mampu dan terampil dalam melaksanakan penilaian, karena
dengan penilaian guru dapat mengetahui prestasi yang dicapai oleh siswa setelah
melaksanakan proses belajar mengajar akan terus menerus ditingkatkan untuk
memperoleh hasil yang optimal.
Dalam Undang-undang Republik Indonesia No 14 Tahun 2005 tentang Guru
dan Dosen, dikemukakan bahwa: profesi guru merupakan bidang pekerjaan
khusus yang dilaksanakan berdasarkan prinsip sebagai berikut:26
a. Memiliki bakat, minat, panggilan jiwa dan idealisme
b. Memiliki komitmen untuk meningkatkan mutu pendidikan, keimanan,
ketakwaan, dan akhlak mulia
c. Memiliki kualifikasi akademik dan latar belakang pendidikan sesuai dengan
bidang tugas
d. Memiliki kompetensi yang diperlukan sesuai dengan tugas keprofesionalan
e. Memiliki tanggung jawab atas pelaksanaan tugas keprofesionalan
f. Memperoleh penghasilan yang ditentukan sesuai dengan prestasi kerja
g. Memiliki

kesempatan

untuk

mengembangkan

keprofesionalan

secara

berkelanjutan dengan belajar sepanjang hayat


h. Memiliki

jaminan

perlindungan

hukum

dalam

melaksanakan

tugas

keprofesionalan
i. Mengenal dan menyelenggarakan administrasi di sekolah, dan
j. Memiliki organisasi profesi yang mempunyai kewenangan mengatur hal-hal
yang berkaitan dengan tugas keprofesionalan guru

4. Kriteria Guru Profesional


25
26

Sardiman A.M, op.cit., h. 145.


Ibid., h. 21.

23

Menjadi guru bukanlah pekerjaan yang mudah, seperti yang dibayangkan


sebagian orang, dengan bermodal penguasaan materi dan menyampaikannya kepada
siswa sudah cukup, hal ini belumlah dapat dikategorikan sebagai guru yang memiliki
pekerjaan profesional, karena guru yang profesional, mereka harus memiliki berbagai
keterampilan, kemampuan khusus, mencintai pekerjaannya, menjaga kode etik guru,
dan lain sebagainya.
Seorang guru profesional, dia memiliki keahlian, keterampilan dan
kemampuan sebagaimana filosofi Ki Hajar Dewantara: ing ngarso sung tulodho, ing
madya mangun karso, tut wuri handayani. Tidak cukup dengan menguasai materi
pembelajaran akan tetapi mengayomi murid, menjadi contoh atau teladan bagi murid
serta mendorong murid untuk lebih baik dan maju. Guru profesional selalu
mengembangkan dirinya terhadap pengetahuan dan mendalami keahliannya,
kemudian guru profesional rajin membaca literatur-literatur dan tidak merasa rugi
membeli buku-buku yang berkaitan dengan pengetahuan yang digelutinya.
Untuk menjadi guru yang profesional ada sepuluh kompetensi dasar yang
harus dimiliki guru, yaitu meliputi:27
a. Menguasai bahan, yakni menguasai bahan bidang studi yang dipegangnya dan
menguasai bahan pengayaan/penunjang bidang studi
b. Mengelola program belajar mengajar. Dalam hal ini ada beberapa yang harus
ditempuh oleh guru, yaitu: merumuskan tujuan instruksional/pembelajaran,
mengenal dan dapat menggunakan proses instruksional dengan tepat,
melaksanakan program belajar mengajar, mengenal kemampuan anak didik
serta merencanakan dan melaksanakan program remedial
c. Mengelola kelas, yaitu yang menyangkut: mengatur tata ruang kelas yang
memadai untuk pengajaran, dan menciptakan iklim belajar mengajar yang
serasi (menangani dan mengarahkan tingkah laku anak didiknya agar tidak
merusak suasana kelas)
27

92.

Zakiyah Daradjat, Metodologi Pengajaran Agama Islam, (Jakarta: Bumi Aksara, 1996), h.

24

d. Menggunakan media/sumber belajar, kemampuan guru dalam membuat,


memilih, mengorganisasikan, merawat, dan menyimpan alat atau media
pengajaran dalam upaya peningkatan mutu pengajarannya
e. Menguasai landasan-landasan kependidikan, yang meliputi: disiplin ilmu yang
wajib didalami calon guru yang mendasari asas-asas dan kebijakan pendidikan
(baik di dalam sekolah maupun di luar sekolah, dan menguasai dasar
keilmuan dengan mantap)
f. Mengelola interaksi belajar mengajar. Kegiatan interaksi antara guru dan
siswa dalam rangka transfer of knowledge dan bahkan juga transfer of values,
akan senantiasa menuntut komponen-komponen pembelajaran yang serasi
antara satu dengan yang lainnya
g. Menilai prestasi siswa untuk kepentingan pengajaran
h. Mengenal fungsi-fungsi program bimbingan dan penyuluhan di sekolah
i. Memahami

prinsip-prinsip

penelitian

pendidikan

untuk

kepentingan

pengajaran
Sebagai jabatan profesional, guru harus memiliki kriteria profesional.
Berdasarkan hasil lokakarya pembinaan kurikulum pendidikan guru UPI Bandung
sebagai berikut:28
a. Fisik
Sehat jasmani dan rohani, serta tidak mempunyai cacat tubuh yang bisa
menimbulkan ejekan atau cemoohan atau rasa kasihan dari anak-anak.
b. Mental/kepribadian
Berkepribadian/berjiwa pancasila, mampu menghayati GBHN, mencintai
bangsa dan sesama manusia dan rasa kasih sayang kepada anak didik, berbudi
pekerti yang luhur, berjiwa kreatif, mampu menyuburkan sikap demokrasi dan
penuh tenggang rasa, mampu mengembangkan kecerdasan yang tinggi,

28

M. Uzer Usman, Op.cit., h. 16.

25

mampu mengembangkan kreatifitas dan rasa tanggung jawab besar akan


tugasnya, menunjukkan rasa cinta terhadap profesinya, ketaatannya akan
disiplin, dan mimiliki sense of humor.

c. Keilmuan/pengetahuan
Memahami ilmu yang dapat melandasi pembentukan pribadi; ilmu pendidikan
dan keguruan serta mampu menerapkannya dalam tugasnya sebagai pendidik;
memahami, menguasai, serta mencintai ilmu pengetahuan yang akan
diajarkan; memiliki pengetahuan yang cukup tentang bidang-bidang lain;
senang membaca buku-buku ilmiah, mampu memecahkan persoalan secara
sistematis, terutama yang berhubungan dengan bidang studi; dan memahami
prinsip-prinsip kegiatan belajar mengajar.
d. Keterampilan
Mampu berperan sebagai organisator proses belajar mengajar, mampu
menyusun bahan pengajaran atas dasar pendekatan skruktural, interdisipliner,
fungsional, behavior, dan teknologi; mampu menyusun garis besar program
pengajaran (GBPP); mampu memecahkan dan melaksanakan teknik-teknik
mengajar

yang

baik

dalam

mencapai

tujuan

pendidikan;

mampu

merencanakan dan melaksanakan evaluasi pendidikan; dan memahami serta


mampu melaksanakan kegiatan dan pendidikan luar sekolah.

5. Kompetensi Profesional Guru Pendidikan Agama Islam


Secara umum, pendidik adalah orang yang memiliki tanggung jawab untuk
mendidik. Sementara secara khusus, pendidik dalam perspektif Islam adalah orangorang yang bertanggung jawab terhadap perkembangan peserta didik dengan
mengupayakan perkembangan seluruh potensi peserta didik, baik potensi afektif,
kognitif maupun psikomotorik, sesuai dengan nilai-nilai ajaran Islam. Dalam Islam

26

orang yang bertanggung jawab terhadap perkembangan siswa adalah orang tua
siswa.29
Berdasarkan pengertian di atas, dapat di pahami bahwa pendidik dalam
perspektif Islam ialah orang yang bertanggung jawab terhadap upaya perkembangan
jasmani dan rohani peserta didik agar mencapai tingkat kedewasaan sehingga ia
mampu menunaikan tugas-tugas kemanusiaannya (baik sebagai khalifah fi alardh maupun abd sesuai dengan nilai-nilai ajaran Islam).
Dalam Islam, setiap pekerjaan harus dilakukan secara profesional dalam arti
harus dilakukan oleh orang yang ahli. Islam mementingkan profesionalitas yang
diukur dari nilai keikhlasan bekerja sesuai dengan tanggung jawab yang diemban
hanya untuk mencari keridhoan Allah SWT, penguasa alam semesta, semuanya
berasal dari niat yang tulus. 30
Dalam Islam, tugas seorang pendidik dipandang sebagai sesuatu yang mulia.
Posisi ini menyebabkan mengapa Islam menempatkan orang-orang yang beriman dan
berilmu pengetahuan lebih tinggi derajatnya bila dibanding dengan manusia lainnya.
(QS. Al-Mujadilah, 58/11)





Hai orang-orang beriman apabila kamu dikatakan kepadamu: "Berlapanglapanglah dalam majlis", Maka lapangkanlah niscaya Allah akan memberi
29

Ahmad Tafsir, Ilmu Pendidikan dalam Perspektif Islam, (Bandung: PT Remaja


Rosdakarya, 1994), h. 107.
30
Muhammad Abdullah Ad Duweisy, Menjadi Guru Yang Sukses Dan Berpengaruh,
(Surabaya: CV Fitrah Mandiri, 2005), h. 12.

27

kelapangan untukmu. Dan apabila dikatakan: "Berdirilah kamu", Maka berdirilah,


niscaya Allah akan meninggikan orang-orang yang beriman di antaramu dan
orang-orang yang diberi ilmu pengetahuan beberapa derajat. Dan Allah Maha
mengetahui apa yang kamu kerjakan.
Dengan pelayanan profesional dari guru agama diharapkan guru dapat
mendorong murid belajar aktif, spontan kreatif, terampil, dinamis, mandiri dan
menyenangkan. Dan dengan profesionalisme guru agama dalam melaksanakan
kegiatan belajar mengajar maka akan meningkatkan kemampuan profesioanl dan
pengetahuan guru PAI dengan memanfaatkan potensi/kemampuan yang ada pada
masing-masing guru untuk membina sesamanya sehingga dapat menunjang usaha
peningkatan dan pemerataan mutu pendidikan agama Islam.31
Dengan adanya profesionalisme yang dimiliki oleh guru agama diharapkan
akan tercapainya tujuan dari pendidikan agama Islam itu. Hal ini sesuai dengan
rumusan Undang-undang No 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional
dalam penjelasan UUSPN mengenai pendidikan agama dijelaskan bahwa pendidikan
agama dimaksudkan untuk membentuk peserta didik menjadi manusia yang beriman
dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa serta berakhlak mulia.
Kompetensi merupakan kemampuan personal yang diperlukan pada suatu
profesi tertentu berupa: pengetahuan, keterampilan, sikap dan nilai (prilaku), serta
kemampuan managerial. Guru sebagai profesi secara umum dipersyaratkan empat
gugus kompetensi, yaitu: (1) mendidik (2) mengajar, (3) melatih, (4) membimbing.32
Seorang guru yang profesional harus mampu menguasai materi yang akan
disampaikan kepada siswa karena itu merupakan hal yang sangat menentukan
khususnya dalam proses belajar mengajar yang melibatkan guru mata pelajaran. Guru
dapat mengembangkan bidang studi yang menjadi tanggung jawabnya melalui
beberapa cara, antara lain:33

31

Abdul Rachman Shaleh, op. cit., h. 300.


Fachrudin Saudagar, Ali Idrus, op. cit., h. 93.
33
M. Uzer Usman, op. cit., h. 51.
32

28

1. Melalui Musyawarah Guru Mata Pelajaran (MGMP). Pendalaman materi


pelajaran, dari guru, oleh guru dan untuk guru
2. Melalui buku sumber yang tersedia atau kegiatan mandiri
3. Melalui ahli atau ilmuan yang bersangkutan
4. Melalui kursus pendalaman materi
5. Melalui pendidikan khusus

M. Uzer Usman mengatakan, bahwa kompetensi yang harus dimiliki guru


adalah:
a. Kompetensi pribadi, meliputi:
1. Mengembangkan kepribadian
2. Berinteraksi dan berkomunikasi
3. Melaksanakan bimbingan dan penyuluhan
4. Melaksanakan administrasi sekolah
5. Melaksanakan penelitian sederhana untuk keperluan pengajaran
b. Kompetensi profesional34
1. Menguasai bahan yang akan diajarkan
2. Mengelola program belajar mengajar
3. Mengelola kelas
4. Menggunakan media/sumber belajar
5. Menguasai landasan-landasan kependidikan
6. Mengelola interaksi belajar mengajar
7. Menilai prestasi siswa
8. Mengenal fungsi dan program bimbingan dan penyuluhan
9. Mengenal dan menyelenggarakan administrasi sekolah
34

Syafruddin Nurdin, Guru Profesional & Implementasi Kurikulum, (Jakarta: PT Ciputat


Press, 2005), h. 79-80.

29

10. Memahami prinsip-prinsip dan menafsirkan hasil-hasil penelitian


Dengan semua kompetensi yang harus dimiliki oleh guru menurut M. Uzer
Usman, guru dituntut untuk lebih aktif dalam hal mengembangkan potensi
kepribadian yang dimiliki dan menguasai seluk beluk tentang program dan sistem
dalam pendidikan.
Secara bahasa kompetensi dapat di artikan sebagai kemampuan, kecakapan,
wewenang. Menurut istilah, kompetensi adalah keadaan menjadi berwewenang atau
memenuhi syarat menurut ketentuan hukum. Kompetensi guru yaitu kemampuan
seorang guru untuk merespon tugas-tugasnya secara tepat. Sedangkan profesional
dapat diartikan sebagai ahli. Dengan demikian kompetensi profesional guru adalah
guru yang ahli dalam merespon tugas-tugasnya secara tepat.35
Kompetensi guru agama Islam adalah kewenangan, pengetahuan dan
kemampuan yang diperlukan oleh guru pendidikan agama Islam berupa kompetensi
profesional, kompetensi individual, dan kompetensi sosial. Kompetensi profesional
guru yang dimaksud adalah kemampuan dalam penguasaan akademik yang diajarkan
serta kemampuan mengajarkannya. Kompetensi profesional guru tersebut antara lain
adalah kemampuan penguasaan bahan pelajaran, penguasaan proses belajar mengajar,
kemampuan mengelola kelas dan sebagainya.36

B. Konsep Dasar Motivasi Belajar


1. Pengertian Motivasi Belajar
Manusia dalam melakukan aktivitasnya memiliki suatu daya penggerak atau
pendorong. Gerakan atau dorongan itu bisa datang dari dalam individu atau bisa juga
dari luar. Dalam kaitannya dengan proses belajar mengajar, seorang guru harus
memperhatikan segala sesuatu yang dapat mendorong siswa untuk belajar dengan
baik dan apa yang telah diusahakan guru dapat menimbulkan satu motif untuk belajar
35

Ibid., 80
A. Malik MTT, Sumarsih Anwar, Kompetensi Guru dan Peningkatan Kualitas
Pendidikan, Penamas, Vol. 3, 2005, h. 17.
36

30

sesuai yang diharapkan. Motivasi merupakan salah satu faktor yang turut menentukan
keefektifan dan keberhasilan pembelajaran, karena peserta didik akan belajar dengan
sungguh-sungguh apabila memiliki motivasi yang tinggi.37
Kekuatan yang menjadi pendorong kegiatan individu disebut motivasi, yang
menunjukkan suatu kondisi dalam diri individu yang mendorong atau menggerakkan
individu tersebut melakukan kegiatan untuk mencapai suatu tujuan. Sebagai contoh
kebutuhan akan makan mendorong seseorang bekerja keras bercocok tanam,
menangkap ikan atau melakukan pekerjaan-pekerjaan lain untuk mendapatkan
makanan atau uang untuk membeli makanan.38
Pupuh Fathurrohman mengemukakan bahwa motivasi berpangkal dari kata
motif, yang dapat diartikan sebagai Daya penggerak yang ada di dalam diri
seseorang untuk melakukan aktivitas-aktivitas tertentu demi tercapainya suatu
tujuan.39 Dorongan ini bersumber dari diri sendiri maupun dari luar, sehingga dapat
menggerakkan dan mengarahkan perhatian, perasaan, dan perilaku atau kegiatan
seseorang.
Dengan demikian, motivasi adalah dorongan yang dapat menimbulkan
perilaku tertentu yang terarah kepada pencapaian suatu tujuan tertentu. Perilaku atau
tindakan yang ditunjukkan seseorang dalam upaya mencapai tujuan tertentu sangat
tergantung dari motif yang dimilikinya.40
Menurut Mc Donald dalam buku Educational Psychology yang dikutip
Sardiman A.M, motivasi adalah Perubahan energi dalam diri seseorang yang
ditandai dengan munculnya feeling dan didahului dengan tanggapan terhadap adanya
tujuan. Dari pengertian yang dikemukakan Mc Donald ini, maka terdapat tiga
elemen atau ciri pokok dalam motivasi, yakni: motivasi mengawali terjadinya
37

E. Mulyasa, Implementasi Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan, (Jakarta: PT Bumi


Aksara, 2009), Cet ke-2, h. 196.
38
Nana Syaodih Sukmadinta, Landasan Psikologi Proses Pendidikan, (Bandung: PT Remaja
Rosda Karya, 2007), Cet ke-4, h. 61.
39
Pupuh Fathurrohman, Sobry Sutikno, Strategi Belajar Mengajar, (Bandung: PT Refika
Aditama, 2007), Cet ke-1, h. 19.
40
Wina Sanjaya, Kurikulum dan Pembelajaran, (Jakarta: Kencana, 2008), Cet. ke-8, h. 250.

31

perubahan energi, ditandai dengan adanya feeling, dan dirangsang karena adanya
tujuan.
a. Bahwa motivasi itu mengawali terjadinya perubahan energi pada diri setiap
individu manusia. Perkembangan motivasi akan membawa beberapa perubahan
energi di dalam sistem neurophysiological yang ada pada organisme manusia.
Karena menyangkut perubahan energi manusia (walaupun motivasi itu muncul
dari dalam diri manusia), penampakkannya akan menyangkut kegiatan fisik
manusia.
b. Motivasi ditandai dengan munculnya rasa atau feeling, afeksi seseorang. Dalam
hal ini motivasi relevan dengan persoalan-persoalan kejiwaan, afeksi dan emosi
yang dapat menentukan tingkah-laku manusia.
c. Motivasi akan dirangsang karena adanya tujuan. Jadi motivasi dalam hal ini
sebenarnya merupakan respon dari suatu aksi, yakni tujuan. Motivasi memang
muncul dari dalam diri manusia, tetapi kemunculannya karena terangsang atau
terdorong oleh adanya unsur lain, dalam hal ini adalah tujuan. Tujuan ini akan
menyangkut soal kebutuhan.
Dari ke tiga elemen di atas, maka dapat dikatakan bahwa motivasi itu sebagai
sesuatu yang kompleks. Motivasi akan menyebabkan terjadinya suatu perubahan
energi yang ada pada diri manusia, sehingga akan bergayut dengan persoalan gejala
kejiwaan, perasaan dan juga emosi, untuk kemudian bertindak atau melakukan
sesuatu. Semua ini didorong karena adanya tujuan, kebutuhan dan keinginan.
Dalam kegiatan belajar, motivasi dapat dikatakan sebagai keseluruhan daya
penggerak di dalam diri siswa yang menimbulkan, menjamin kelangsungan dan
memberikan arah kegiatan belajar, sehingga diharapkan tujuan yang ada dapat
tercapai.41

2. Macam-macam Motivasi Belajar

41

Pupuh Fathurrohman, op cit., h. 19.

32

Motivasi merupakan dorongan yang ada di dalam individu, tetapi munculnya


motivasi yang kuat atau lemah dapat ditimbulkan oleh rangsangan dari luar. Oleh
karena itu, secara umum motivasi dapat dibedakan menjadi dua macam, yaitu:
a. Motivasi Intrinsik
Yang dimaksud dengan motivasi intrinsik adalah motif-motif yang menjadi
aktif atau berfungsinya tidak perlu dirangsang dari luar, karena dalam diri setiap
individu sudah ada dorongan untuk melakukan sesuatu. Sebagai contoh seseorang
yang senang membaca, tidak usah ada yang menyuruh atau mendorongnya, ia
sudah rajin mencari buku-buku untuk dibacanya.42 Kemudian kalau dilihat dari
segi tujuan kegiatan yang dilakukannya (misalnya kegiatan belajar), maka yang
dimaksud motivasi intrinsik ini adalah ingin mencapai tujuan yang terkandung di
dalam perbuatan belajar itu sendiri. Sebagai contoh konkret, seorang siswa itu
melakukan belajar, karena betul-betul ingin mendapat pengetahuan, nilai atau
keterampilan agar dapat berubah tingkah lakunya secara konstruktif, tidak karena
tujuan yang lain-lain.
Itulah sebabnya motivasi instrinsik dapat juga dikatakan sebagai bentuk
motivasi yang di dalamnya aktivitas belajar dimulai dan diteruskan berdasarkan
suatu dorongan dari dalam diri dan secara mutlak berkaitan dengan aktifitas
belajarnya. Seperti tadi dicontohkan bahwa seseorang belajar, memang benarbenar ingin mengetahui segala sesuatunya, bukan karena ingin pujian atau
ganjaran.43
Perlu diketahui bahwa siswa yang memiliki motivasi instrinsik akan memiliki
tujuan menjadi orang-orang yang terdidik, yang berpengetahuan, yang ahli dalam
bidang studi tertentu. Keinginan ini diwujudkan dalam upaya kesungguhan seseorang
untuk mendapatkannya dengan usaha kegiatan belajar, melengkapi catatan,
melengkapi literatur, melengkapi informasi, pembagian waktu belajar, dan
42

Abdul Rahman Shaleh, Psikologi Suatu Pengantar dalam Perspektif Islam, (Jakarta:
Kencana, 2009), Cet-ke 4, h. 194.
43
Sardiman A.M, op. cit., h. 90.

33

keseriusannya dalam belajar. Kegiatan belajar ini memang diminati dan dibarengi
dengan perasaan senang, dorongan tersebut mengalir dari dalam diri seseorang akan
kebutuhan belajar, ia percaya tanpa belajar yang keras hasilnya tidak maksimal.44
b. Motivasi Ekstrinsik
Motivasi ekstrinsik adalah motif-motif yang aktif dan berfungsi karena
adanya perangsang dari luar. Sebagai contoh orang itu belajar, karena tahu besok
paginya akan ujian dengan harapan mendapatkan nilai baik, sehingga akan dipuji
oleh pacarnya, atau temannya. Jadi yang penting bukan karena belajar ingin
mengetahui sesuatu, tapi ingin mendapatkan nilai yang baik, atau agar mendapat
hadiah. Jadi kalau dilihat dari segi tujuan kegiatan yang dilakukannya, tidak
secara langsung bergayut dengan esensi apa yang dilakukannya itu. Oleh karena
itu, motivasi ekstrinsik dapat juga dikatakan sebagai bentuk motivasi yang di
dalamnya aktivitas belajar dimulai dan diteruskan berdasarkan dorongan dari luar
yang tidak secara mutlak berkaitan dengan aktivitas belajar.
Beberapa bentuk motivasi belajar ekstrinsik menurut Winkel, di antaranya
adalah: (1) Belajar demi memenuhi kewajiban, (2) Belajar demi menghindari
hukuman yang diancamkan, (3) Belajar demi memperoleh hadiah material yang
disajikan, (4) Belajar demi meningkatkan gengsi, (5) Belajar demi memperoleh
pujian dari orang yang penting seperti orang tua dan guru.45
Perlu ditegaskan, bukan berarti motivasi ekstrinsik itu tidak baik dan tidak
penting. Dalam kegiatan belajar-mengajar tetap penting, sebab kemungkinan besar
keadaan siswa itu dinamis, berubah-ubah, dan juga mungkin komponen-komponen
lain dalam proses belajar-mengajar ada yang kurang menarik bagi siswa, sehingga
diperlukan motivasi ekstrinsik.46
Bagi siswa yang selalu memperhatikan materi pelajaran yang diberikan,
bukanlah masalah bagi guru karena di dalam diri siswa tersebut ada motivasi, yaitu
44

Martinis Yamin, Strategi Pembelajaran Berbasis Kompetensi, (Jakarta: Gaung Persada


Press, 2009), Cet ke-6, h. 86.
45
Ibid., h. 85.
46
Sardiman A.M, op cit., h. 91.

34

motivasi intrinsik. Siswa yang demikian biasanya dengan kesadaran sendiri


memperhatikan penjelasan guru. Rasa ingin tahunya lebih banyak terhadap materi
pelajaran yang diberikan. Berbagai gangguan yang ada di sekitarnya, kurang dapat
mempengaruhinya agar memecahkan perhatiannya.
Lain halnya bagi siswa yang tidak ada motivasi di dalam dirinya, maka
motivasi ekstrinsik yang merupakan dorongan dari luar dirinya mutlak diperlukan. Di
sini tugas guru adalah membangkitkan motivasi peserta didik sehingga ia mau
melakukan belajar.47
Pada umumnya motivasi intrinsik lebih efektif dalam mendorong seseorang
untuk lebih giat belajar daripada motif ekstrinsik. Karena dalam perspektif kognitif,
motivasi yang lebih signifikan bagi siswa adalah motivasi intrinsik karena lebih
murni dan langgeng serta tidak bergantung pada dorongan atau pengaruh orang lain.
Aktivitas yang didorong oleh motivasi intrinsik ternyata lebih sukses daripada
yang didorong oleh motif ekstrinsik. Karena itu alangkah baiknya dapat ditimbulkan
seluas mungkin motif intrinsik itu pada anak-anak didik kita. Hal ini dapat
diusahakan dengan jalan menumbuhkan dan mengembangkan minat mereka.48

3. Fungsi Motivasi Dalam Belajar


Dalam belajar sangat diperlukan adanya motivasi. Hasil belajar akan menjadi
optimal, kalau ada motivasi. Makin tepat motivasi yang diberikan, akan makin
berhasil pula pelajaran itu. Jadi motivasi akan senantiasa menentukan intensitas usaha
belajar bagi para siswa.
Menurut S. Nasution, motivasi mempunyai tiga fungsi, antara lain:
a. Mendorong manusia untuk berbuat, jadi sebagai penggerak atau motor yang
melepaskan energi. Motivasi dalam hal ini merupakan motor penggerak dari
setiap kegiatan yang akan dikerjakan.
47
48

74.

Pupuh Fathurrohman, op cit., h. 20.


Sumadi Suryabrata, Psikologi Pendidikan, (Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 2008), h.

35

b. Menentukan arah perbuatan, yakni ke arah tujuan yang hendak dicapai.


Dengan demikian motivasi dapat memberikan arah dan kegiatan yang harus
dikerjakan sesuai dengan rumusan tujuannya.
c. Menyeleksi perbuatan, yakni menentukan perbuatan-perbuatan apa yang harus
dikerjakan yang serasi guna mencapai tujuan, dengan menyisihkan perbuatanperbuatan yang tidak bermanfaat bagi tujuan tersebut.
Di samping itu, ada fungsi-fungsi lain. Motivasi dapat berfungsi sebagai
pendorong usaha dan pencapaian prestasi. Seseorang melakukan suatu usaha karena
adanya motivasi. Adanya motivasi yang baik dalam belajar akan menunjukkan hasil
yang baik. Dengan kata lain, dengan adanya usaha yang tekun dan terutama didasari
adanya motivasi, maka seseorang yang belajar itu akan dapat melahirkan prestasi
yang baik. Intensitas motivasi seseorang siswa akan sangat menentukan tingkat
pencapaian prestasi belajarnya.49
Berdasarkan arti dan fungsi motivasi tersebut dapat disimpulkan bahwa
motivasi itu bukan hanya berfungsi sebagai penentu terjadinya suatu perbuatan tetapi
juga merupakan penentu hasil perbuatan.
Dengan demikian jelaslah bahwa motivasi mempengaruhi tingkah laku
seseorang agar tergerak hatinya untuk bertindak melakukan sesuatu sehingga
mencapai hasil atau tujuan tertentu. Bagi seorang siswa motivasi berperan dalam
belajar. Dengan motivasi inilah siswa menjadi tekun dalam proses belajar, dan
dengan motivasi itu pulalah kualitas hasil belajarnya mempunyai motivasi yang kuat
dan jelas pasti akan tekun dan berhasil belajarnya. Dengan demikian motivasi seorang
siswa akan sangat menentukan tingkat pencapaian prestasi belajarnya.

4. Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Motivasi Belajar

49

Sardiman A.M, op cit., h. 84-85.

36

Motivasi belajar merupakan segi kejiwaan yang mengalami perkembangan.


artinya, terpengaruh oleh kondisi fisiologis dan kematangan psikologis siswa. Ada
beberapa hal dapat mempengaruhi motivasi belajar, antara lain:50
a. Cita-cita atau aspirasi siswa
Motivasi belajar tampak pada keinginan anak sejak kecil seperti keinginan
belajar berjalan, makan makanan lezat, dapat menyanyi dan lain sebagainya. Dari
segi pembelajaran, penguatan dengan hadiah atau juga dengan hukuman akan
dapat mengubah keinginan menjadi kemauan dan kemudian kemauan menjadi
cita-cita. Cita-cita akan memperkuat motivasi belajar intrinsik maupun ekstrinsik,
sebab tercapainya cita-cita akan mewujudkan aktualisasi diri.
b. Kemampuan siswa
Keinginan seorang anak perlu dibarengi dengan kemampuan atau kecakapan
mencapainya. Keinginan membaca perlu dibarengi dengan kemampuan mengenal
dan mengucapkan bunyi huruf-huruf. Keberhasilan membaca suatu buku bacaan
akan menambah kekayaan pengalaman hidup. Keberhasilan tersebut memuaskan
dan menyenangkan hatinya. Secara ringkas dapat dikatakan bahwa kemampuan
akan memperkuat motivasi anak untuk melaksanakan tugas-tugas perkembangan.
c. Kondisi siswa
Kondisi siswa yang meliputi kondisi jasmani dan rohani mempengaruhi
motivasi belajar. Seorang siswa yang sedang sakit, lapar akan mengganggu
perhatian belajar. Sebaliknya, seorang siswa yang sehat, kenyang dan gembira
akan mudah memusatkan perhatian.
d. Kondisi lingkungan siswa
Lingkungan siswa dapat berupa keadaan alam, lingkungan tempat tinggal,
pergaulan sebaya dan kehidupan kemasyarakatan. Sebagai anggota masyarakat
maka siswa akan terpengaruh oleh lingkungan sekitar.
e. Unsur-unsur dinamis dalam belajar dan pembelajaran
50

97-100.

Dimyati dan Mudjiono, Belajar dan Pembelajaran, (Jakarta: PT Rineka Cipta, 2006), h.

37

Siswa memiliki perasaan, perhatian, kemauan, ingatan, dan pikiran yang


mengalami perubahan berkat pengalaman hidup. Pengalaman dengan teman
sebayanya berpengaruh pada motivasi dan perilaku belajar.
f. Upaya guru dalam membelajarkan siswa
Guru adalah seorang pendidik profesional. Ia bergaul setiap hari dengan
puluhan atau ratusan siswa. Intensitas pergaulan tersebut mempengaruhi
pertumbuhan dan perkembangan siswa. Guru adalah pendidik yang berkembang,
tugas profesionalnya mengharuskan dia belajar sepanjang hayat. Partisipasi dan
teladan memilih perilaku yang baik tersebut sudah merupakan upaya
membelajarkan siswa.
Dari beberapa penjelasan di atas dapat diambil kesimpulan bahwa motivasi
adalah suatu dorongan yang terdapat dalam diri seseorang yang menjadi sebab suatu
tujuan. Juga merupakan suatu rangsangan yang mendorong seseorang untuk
bertingkah laku sehingga akan menggugah dirinya bersemangat untuk meraih citacitanya. Apabila beberapa hal tersebut telah terpenuhi, maka motivasi belajar siswa
akan muncul dan mudah untuk mencapai tujuan yang diinginkan.

5. Cara-cara Untuk Meningkatkan Motivasi belajar


Di dalam kegiatan belajar-mengajar peranan motivasi baik intrinsik maupun
ekstrinsik sangat diperlukan. Motivasi bagi pelajar dapat mengembangkan aktivitas
dan inisiatif, dapat mengarahkan dan memelihara ketekunan dalam melakukan
kegiatan belajar.
Dalam kaitan ini perlu diketahui bahwa cara dan jenis menumbuhkan motivasi
adalah bermacam-macam. Tetapi untuk motivasi ekstrinsik kadang-kadang tepat, dan
kadang-kadang juga bisa kurang sesuai. Dalam hal ini guru harus hati-hati dalam
menumbuhkan dan memberi motivasi bagi kegiatan belajar para anak didik. Sebab
mungkin maksudnya memberikan motivasi tetapi justru tidak menguntungkan
perkembangan belajar siswa.

38

Guru dapat menggunakan berbagai cara untuk meningkatkan motivasi belajar


siswa, antara lain sebagai berikut:51
a. Memberi angka
Angka dalam hal ini sebagai simbol dari nilai kegiatan belajarnya. Setiap
siswa ingin mengetahui hasil pekerjaannya, yakni berupa angka yang diberikan
oleh guru. Siswa yang mendapat angkanya baik akan mendorong motivasi
belajarnya menjadi lebih besar, sebaliknya siswa yang mendapat angka kurang,
mungkin menimbulkan frustasi atau dapat juga menjadi pendorong agar belajar
lebih baik.
Angka-angka yang baik itu bagi para siswa merupakan motivasi yang sangat
kuat. Tetapi ada juga, bahkan banyak siswa bekerja atau belajar hanya ingin
mengejar pokoknya naik kelas saja. Ini menunjukkan motivasi yang dimilikinya
harus berbobot bila dibandingkan dengan siswa-siswa yang menginginkan angka
baik.
b. Pujian
Apabila ada siswa yang sukses yang berhasil menyelesaikan tugas dengan
baik, perlu diberikan pujian. Pujian ini adalah bentuk reinforcement yang positif
dan sekaligus merupakan motivasi yang baik. Oleh karena itu supaya pujian ini
merupakan motivasi, si pemberinya harus tepat. Dengan pujian yang tepat akan
memupuk suasana yang menyenangkan dan mempertinggi gairah belajar serta
sekaligus akan membangkitkan harga diri.
c. Hadiah
Hadiah biasanya menghasilkan hasil yang lebih baik dari hukuman. 52 Hadiah
juga dapat dikatakan sebagai motivasi, tetapi tidaklah selalu demikian. Karena
hadiah untuk suatu pekerjaan, mungkin tidak akan menarik bagi seseorang yang
tidak senang dan tidak berbakat untuk sesuatu pekerjaan tersebut. Sebagai contoh
51

Oemar Hamalik, Proses Belajar Mengajar, (Jakarta: PT Bumi Aksara, 2007), h. 166-168.
Zakiyah Daradjat, Metodik Khusus Pengajaran Agama Islam, (Jakarta: Bumi Aksara,
2008), h. 144.
52

39

hadiah yang diberikan untuk gambar yang terbaik mungkin tidak akan menarik
bagi seorang siswa yang tidak memiliki bakat menggambar. Cara ini dapat juga
dilakukan oleh guru dalam batas-batas tertentu, misalnya pemberian hadiah pada
akhir tahun kepada para siswa yang mendapat atau menunjukkan hasil belajar
yang baik. Pemberian hadiah ada pengaruhnya terhadap motivasi belajar siswa.
Hadiah itu dapat berupa barang tertentu, tetapi harus diwaspadai agar jangan
sampai hadiah menjadi pengganti tujuan belajar.53
d. Kerja Kelompok
Dalam kerja kelompok di mana melakukan kerja sama dalam belajar, kadangkadang ada perasaan untuk mempertahankan nama baik kelompok menjadi
pendorong yang kuat dalam perbuatan belajar.
e. Persaingan
Cara ini dapat digunakan sebagai upaya pemberian intensif. Kerja sama
dianggap lebih efektif, karena bermaksud untuk mencapai tujuan bersama, yang
pada gilirannya akan memberikan kepuasan kepada masing-masing individu.
Persaingan banyak kelemahannya, karena cenderung menimbulkan persaingan
yang tidak sehat yang lebih menonjolkan kepentingan perorangan, mendorong
superioritas dan dampak negatif lainnya.54
f. Penilaian
Penilaian secara kontinu akan mendorong siswa belajar, oleh karena setiap
anak memiliki kecenderungan untuk memperoleh hasil yang baik.
Merujuk dari pendapat di atas, Masih banyak cara yang dapat digunakan oleh
guru untuk membangkitkan dan memelihara motivasi belajar siswa. Namun yang
lebih penting adalah motivasi yang timbul dari dalam diri murid itu sendiri, seperti
dorongan kebutuhan, kesadaran akan tujuan, dan juga pribadi guru sendiri merupakan
contoh yang dapat merangsang motivasi mereka.
53

Oemar Hamalik, Kurikulum dan Pembelajaran, (Jakarta: PT Bumi Aksara, 2009), Cet ke-9,

54

Ibid., h. 120.

h. 120.

40

C. Hasil Penelitian Yang Relevan


1. Dahriyani, Profesionalisme Guru Pendidikan Agama Islam Hubungannya
Dengan Motivasi Belajar Siswa (Studi Kasus Di SMA PGRI 3 Jakarta), Skripsi
Tahun 2010 Fakultas Tarbiyah dan Keguruan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui tingkat profesionalisme guru PAI,
motivasi belajar siswa dan hubungan profesionalisme guru PAI dengan motivasi
belajar siswa. Hasil penelitian menunjukkan bahwa terdapat hubungan positif
yang signifikan antara profesionalisme guru PAI dengan motivasi belajar siswa.
Artinya, semakin tinggi tingkat profesionalisme guru PAI semakin tinggi pula
motivasi belajar siswa. Kenyataan dari hasil penelitian profesionalisme guru PAI
pada umumnya tergolong sedang, motivasi belajar siswa pun tergolong sedang.
Oleh

karena

itu,

hendaknya

guru

PAI

harus

tetap

meningkatkan

profesionalitasnya dengan terus mengembangkan wawasan dan kualitas diri


sebagai guru, sehingga dapat meningkatkan dan menumbuhkan motivasi belajar
siswa. Kontribusi profesionalisme guru PAI terhadap motivasi belajar siswa di
SMA PGRI 3 Jakarta tergolong kuat, hal ini dapat dilihat dari perhitungan
koefesien determinasi sebesar (44,5%).
2. Nurhasanah, Profesionalisme Guru Pendidikan Agama Islam Dan Hubungannya
Dengan Peningkatan Motivasi Belajar Siswa (Studi Kasus Siswa SMPN 169
Jakarta Barat), Skripsi Tahun 2010 Fakultas Tarbiyah dan Keguruan UIN Syarif
Hidayatullah Jakarta. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui apakah terdapat
hubungan antara profesionalisme guru PAI dengan peningkatan motivasi belajar
siswa. Hasil penelitian menunjukkan bahwa profesionalisme guru PAI di SMPN
169 Jakarta berdasarkan perhitungan yang penulisnya teliti, termasuk dalam
kategori sedang (rata-rata 49,1) dan termasuk pada rentang 42,18-56,02. Dan
motivasi belajar siswa di SMPN 169 Jakarta termasuk dalam katagori sedang
(rata-rata 43,96) dan termasuk pada rentang 38,08-49,84.

41

3. Widarti,

Peran

Profesional

Guru

Pendidikan

Agama

Islam

Dalam

Meningkatkan Mutu Pendidikan Akhlak di Sekolah Dasar Islam Cililitan II


Jakarta Timur . Hasil penelitiannya menyimpulkan bahwa guru yang profesional
sangat menunjang kualitas pendidikan. Guru harus memiliki kepandaian,
kepiawaian, dan keahlian baik dalam cara mengajar, menyampaikan materi
pembelajaran, pendekatan kepada siswa, dan guru yang profesional harus mampu
mengajar tanpa memandang anak dari status keluarga.
Setidaknya terdapat beberapa keterkaitan yang relevan antara penelitian penulis
yang berjudul, Peran Kompetensi Profesional Guru Pendidikan Agama Islam Dalam
Meningkatkan Motivasi Belajar Siswa di MAN 4 Jakarta, dengan ketiga hasil penelitian
tersebut di atas. Penjelasan mengenai keterkaitan yang relevan ini akan diuraikan sebagai
berikut:
1. Skripsi pertama berjudul, Profesionalisme Guru Pendidikan Agama Islam
Hubungannya Dengan Motivasi Belajar Siswa (Studi Kasus Di SMA PGRI 3
Jakarta) , memiliki keterkaitan yang relevan dengan penelitian penulis pada
aspek: 1) Profesionalisme guru PAI dengan motivasi belajar siswa, terdapat
hubungan yang signifikan. Karena skripsi ini terkait dengan penelitian kuantitatif,
maka perhitungannya dengan menggunakan angka. Sedangkan skripsi penulis
menggunakan penelitian kualitatif. Akan tetapi hasil yang diperoleh sama, yaitu
semakin tinggi tingkat profesionalisme guru PAI semakin tinggi pula motivasi
belajar siswa.
2. Skripsi kedua yang berjudul, Profesionalisme Guru Pendidikan Agama Islam
Dan Hubungannya Dengan Peningkatan Motivasi Belajar Siswa (Studi Kasus
Siswa SMPN 169 Jakarta Barat), memiliki keterkaitan yang relevan dengan
penelitian penulis pada aspek: 1) Optimalisasi terhadap sikap profesionalisme
guru amat diperlukan salah satunya untuk meningkatkan motivasi belajar siswa.
Karena skripsi kedua ini menggunakan metode deskriptif analisis, maka hasil
yang diperoleh pun berupa angka. Yakni adanya kontribusi antara variabel x

42

terhadap variabel y maka perhitungan koefesiensi determinasinya adalah


10,22081%. Menunjukkan bahwa profesionalisme guru agama memberikan
kontribusi terhadap peningkatan motivasi belajar siswa. Begitupun dengan skripsi
penulis, guru yang profesional pasti akan memberikan dampak positif bagi
peserta didiknya, salah satunya dalam peningkatan motivasi belajar.
3. Skripsi ketiga yang berjudul, Peran Profesional Guru Pendidikan Agama Islam
Dalam Meningkatkan Mutu Pendidikan Akhlak Di Sekolah Dasar Islam Cililitan
II Jakarta Timur, memiliki keterkaitan yang relevan dengan penelitian penulis
pada aspek: 1) Metode yang digunakan sama-sama mengunakan metode
kualitatif. 2) Guru profesional sangat menunjang kualitas pendidikan. Keahlian
guru baik dalam cara mengajar, menyampaikan materi pelajaran, pendekatan
kepada siswa, dan mampu menguasai ilmu sesuai kemampuan dalam dunia
pendidikan.

D. Kerangka Berfikir
Berdasarkan kajian teoritik di atas, maka penulis dapat merumuskan kerangka
berpikir bahwa guru yang profesional yaitu guru yang memiliki kriteria berdasarkan
empat kompetensi sebagaimana yang disebutkan dalam Undang-undang No 14 Tahun
2005 yang meliputi kompetensi pedagogik, kompetensi kepribadian, kompetensi
profesional, dan kompetensi sosial. Guru yang profesional akan dapat melaksanakan
tugasnya sebagai demonstrator (pendidik), pengelola kelas, mediator, motivator, dan
evaluator.
Salah satu faktor yang mempengaruhi motivasi siswa adalah guru. Di mana
guru dituntut untuk dapat membangkitkan motivasi belajar siswa sebagai wujud
kompetensi yang ia miliki. Salah satunya memiliki keterampilan dalam mengajar.
Keterampilan mengajar merupakan kompetensi profesional yang cukup kompleks,
sebagai integrasi dari berbagai kompetensi guru secara utuh dan menyeluruh.
Oleh karena itu, jika guru tersebut dapat mengoptimalisasikan dalam proses
pembelajaran dengan baik, maka akan terjadi peningkatan motivasi belajar siswa.

43

Begitu juga sebaliknya, jika guru mengabaikan kompetensinya, maka motivasi belajar
siswa akan semakin menurun.
Maka bijaklah bahwa seorang guru harus memiliki profesionalitas tinggi
dalam menjalankan tugasnya karena baik disadari atau tidak profesionalitas guru
sangat penting peranannya dalam menentukkan keberhasilan pembelajaran. Seorang
siswa akan lebih termotivasi belajar apabila guru mengajar memiliki kompetensi
profesional, pedagogik, kepribadian dan sosial.
Sebagaimana diketahui bahwa motivasi guru profesional maupun yang tidak
profesional akan memiliki implikasi yang berbeda. Motivasi yang diberikan guru
profesional akan berimplikasi pada efek proses pembelajaran (siswa akan memiliki
motivasi). Motivasi yang dilakukan oleh guru yang tidak profesional secara
psikologis mampu menjamah hal-hal yang dibutuhkan oleh seorang siswa baik
instrinsik maupun ekstrinsik, di mana keduanya tidak dapat dipungkiri dalam
tercapainya proses pembelajaran.

BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
A. Tempat dan Waktu Penelitian
Sekolah yang dijadikan tempat penelitian adalah MAN 4 Jakarta. Berada di Jl.
Ciputat Raya RT 005/08, Kelurahan Pondok Pinang, Kecamatan Kebayoran Lama,
Kotamadya Jakarta Selatan, Provinsi DKI Jakarta 12310. Adapun waktu yang
diperlukan dalam penelitian ini adalah pada tahun ajaran 2013-2014 yaitu bulan
Desember sampai bulan Februari. Adapun keterangannya sebagai berikut:

Tabel 3.1
Kegiatan Penelitian
No
1.

Tanggal
10 Desember 2013

Kegiatan
Memberikan
penelitian

dan

observasi
2.

13 Desember 2013

07 Januari 2014

izin Bidang

Kehumasan

izin (Hj. Yunarni Siregar,


M.Pd)

Meminta rekomendasi di Kepala


Kanwil Depag

3.

surat

Sumber Data

Bidang

Pendidikan Madrasah

Wawancara guru bid. studi Khairunnisa, S.Ag dan


Fiqih dan meminta data ke Bag. TU

44

45

TU
4.

09 Januari 2014

Wawancara guru bid. studi Dra. Hj. Kholiyah, M.A


Quran

Hadits

dan

observasi di dalam kelas


5.

17 Januari 2014

Wawancara guru bid. studi Dra. Rosmaniar


Sejarah

6.

20 Januari 2014

Penyebaran angket untuk Kelas

MAN

kelas X

Jakarta
Drs. H. Elang Charta

7.

27 Januari 2014

Observasi di dalam kelas

8.

28 Januari 2014

Wawancara guru bid. studi Drs. H. Elang Charta

Aqidah Akhlak
9.

07 Februari 2014

Wawancara Wakil Kepala Drs. Agus Mudhofar


Sekolah MAN 4 Jakarta

10.

07 Februari 2014

Meminta surat telah selesai Bag. TU


melakukan penelitian dari
sekolah

B. Metode Penelitian
Setiap penelitian memerlukan cara atau metode untuk mendapatkan segala
informasi yang terkait dengan judul penelitian. Untuk memudahkan pengumpulan
data, fakta dan informasi yang akan mengungkapkan dan menjelaskan permasalahan
dalam penelitian tentang peran kompetensi profesional guru pendidikan agama Islam
dalam meningkatkan motivasi belajar siswa di MAN 4 Jakarta, penulis menggunakan
metode Deskriptif yaitu penelitian yang tidak menguji hipotesis tertentu, tetapi
hanya menggambarkan apa adanya tentang sesuatu gejala atau kejadian. 1 Data yang

Suharsimi Arikunto, Manajemen Penelitian, (Jakarta: PT. Rineka Cipta, 2002), h. 234.

46

dikumpulkan mula-mula disusun, dijelaskan dan kemudian dianalisa sehingga metode


ini sering pula disebut sebagai metode analitik.2
Sedangkan penelitian yang digunakan adalah penelitian kepustakaan guna
mendapatkan data-data dan teori-teori yang berasal dari buku bacaan ataupun sumber
lainnya yang sesuai dengan judul yang terkait mengenai peran kompetensi
profesional guru dalam meningkatkan motivasi belajar siswa. Serta untuk
memperoleh data dan informasi adalah dengan penelitian lapangan (field research)
yaitu penelitian dilakukan dengan meneliti secara langsung objek penelitian yang
ditentukan yaitu di MAN 4 Jakarta. Analisis data yang digunakan dalam penelitian ini
adalah dengan teknik Deskriptif Kualitatif.

C. Unit Analisa
1. populasi
Populasi dalam penelitian ini adalah kepala sekolah, empat orang guru PAI,
serta siswa/i kelas X MAN 4 Jakarta yang berjumlah 291 orang siswa pada tahun
ajaran 2013/2014.
2. Sampel
Sampel adalah beberapa bagian kecil atau cuplikan yang ditarik dari
populasi.3 Dikarenakan beberapa pertimbangan maka penulis tidak menjadikan
seluruh siswa sebagai sampel. Dari jumlah populasi tersebut diambil 20% sebagai
sampel sebanyak 29,2 (dibulatkan menjadi 30).
Sampel yang digunakan dalam penelitian ini yaitu probability sampling,
dengan teknik pengambilan sampel yaitu sampel random sampling atau pengambilan
secara acak. Teknik pengambilan sampel dilakukan secara acak atau random dengan
mengundi nomor daftar hadir (absen) siswa kelas X MAN 4 Jakarta.

2
3

Winarno Surakhmad, Pengantar Penelitian Ilmiah, (Bandung: PT. Tarsito, 1990), h. 140.
Alimuddin Tuwu, Pengantar Metode Penelitian, (Jakarta: UI Press, 1993), h. 160.

47

D. Instrumen Penelitian
Instrumen penelitian adalah suatu alat yang digunakan untuk mengukur
fenomena alam maupun sosial yang diamati.4 Dalam penelitian mengenai peran
kompetensi profesional guru pendidikan agama Islam dalam meningkatkan motivasi
belajar siswa instrumen penelitiannya menggunakan bentuk tes yaitu angket dan
bentuk non tes yaitu wawancara.
Angket yang digunakan menurut jenis penyusunan itemnya adalah tipe
pilihan, di mana responden hanya tinggal memilih salah satu jawaban yang sudah
tersedia. Angket ini diperuntukkan kepada siswa untuk memperoleh informasi yang
relevan secara serentak.
Sedangkan instrumen non tes atau wawancara diperuntukkan kepada Kepala
Sekolah dan Guru Pendidikan Agama Islam MAN 4 Jakarta yang bertujuan untuk
memperoleh informasi mengenai peran kompetensi profesional guru pendidikan
agama Islam dalam meningkatkan motivasi belajar siswa.

E. Teknik Pengumpulan Data


Pengumpulan data adalah alat pada waktu penelitian menggunakan sesuatu
teknik. Dalam penelitian ini peneliti menggunakan beberapa teknik antara lain:
1. Observasi
Istilah observasi sendiri berasal dari bahasa latin yang berarti melihat dan
memperlihatkan. Istilah observasi sendiri diarahkan pada kegiatan memperhatikan
sesuatu secara akurat, mencatat fenomena yang muncul, dan juga mempertimbangkan
hubungan antar aspek dalam fenomena tersebut. Observasi telah menjadi bagian
dalam penelitian berbagai disiplin ilmu, baik ilmu eksakta maupun ilmu sosial,
observasi dapat berlangsung dalam bentuk konteks laboratorium (eksperimental)
maupun konteks alamiah.

Suharsimi Arikunto, Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik, (Jakarta: PT Rineka


Cipta, 2002), h. 128.

48

Dalam konteks ini penulis mengamati secara langsung peristiwa di lapangan,


sebagai peneliti yang berperan secara lengkap untuk memperoleh suatu keyakinan
tentang keabsahan data dengan mencatat perilaku dan kejadian sebagaimana yang
terjadi pada keadaan sebenarnya. Dengan demikian, penulis memperoleh informasi
apa saja yang dibutuhkan. Penulis berusaha melihat tindakan nyata aktivitas mengajar
guru pendidikan agama Islam dalam memotivasi belajar siswa. Apakah sudah bisa
dikatakan guru yang profesional atau belum.
Observasi ini merupakan suatu pengamatan langsung terhadap aktivitas
mengajar guru pendidikan agama Islam, sehingga penulis memperoleh gambaran
nyata dan penulis juga dapat melihat secara langsung akitivitas mengajar guru
pendidikan agama Islam tersebut di dalam kelas.
2. Wawancara
Wawancara adalah salah satu teknik pengumpulan data yang dilakukan
dengan berhadapan secara langsung dengan yang diwawancarai tetapi dapat juga
diberikan daftar pertanyaan dahulu untuk dijawab pada kesempatan lain.5 Jadi,
peneliti mengumpulkan data dengan cara mewawancarai secara langsung dengan
pihak-pihak yang bersangkutan, untuk memperoleh data tentang bagaimana peran
kompetensi profesional guru pendidikan agama Islam dalam meningkatkan motivasi
belajar. Terutama yang terkait dalam permasalahan penelitian ini seperti wawancara
kepada kepala sekolah, dan guru pendidikan agama Islam yang meliputi (guru quran
hadits, aqidah akhlak, fiqih, dan sejarah) di MAN 4 Jakarta.
Data yang dihasilkan peneliti tersebut diharapkan mampu menjawab
pertanyaan tentang bagaimana peran kompetensi profesional guru pendidikan agama
Islam di MAN 4 Jakarta, serta bagaimana upaya yang dilakukan pihak sekolah dalam
meningkatkan kompetensi profesional guru pendidikan agama Islam di MAN 4
Jakarta.

h. 138.

Juliansyah Noor, Metodologi Penelitian, (Jakarta: Kencana Prenada Media Group, 2012),

49

3. Dokumentasi
Dokumentasi adalah teknik pengumpulan data yang tidak langsung ditujukan
pada subjek penelitian, tetapi melalui dokumen. Dokumen adalah catatan tertulis
yang isinya merupakan pernyataan tertulis yang disusun oleh seseorang atau lembaga
untuk keperluan pengujian suatu peristiwa, dan berguna bagi sumber data, bukti
informasi kealamiahan yang sukar diperoleh, sukar ditemukan, dan membuka
kesempatan untuk lebih meluas pengetahuan terhadap sesuatu yang diselidiki.6
Teknik ini biasanya digunakan untuk mengumpulkan data yang berupa data
sekunder (data yang telah dikumpulkan orang lain). Secara prosedural teknik ini
sangat praktis sebab menggunakan benda-benda mati, yang seandainya terdapat
kesalahan atau kekurangjelasan bisa dilihat kembali data aslinya.
Dalam penelitian ini dokumen yang dibutuhkan peneliti adalah sejarah
berdirinya MAN 4 Jakarta, struktur organisasi, visi dan misi, keadaan guru dan
karyawan, keadaan siswa dan fasilitas serta sarana dan prasarana yang ada di MAN 4
Jakarta, serta data-data yang berkaitan dengan bukti keprofesionalan guru PAI di
MAN 4 Jakarta.
4. Angket
Untuk mendapatkan data komperhensif tentang peran kompetensi profesional
guru pendidikan agama Islam, penulis menyebarkan angket kepada siswa/i kelas X
sebagai responden. Angket yang akan digunakan penulis adalah angket tertutup.
Angket ini mengandung 30 butir item yang masing-masing memiliki 4 alternatif
jawaban yang telah disediakan.
Adapun kisi-kisi instrumen pada penelitian yang penulis gunakan dalam
pembuatan angket adalah sebagai berikut:

183.

Mahmud, Metode Penelitian Pendidikan, (Bandung: CV Pustaka Setia, 2011), Cet ke-10, h.

50

Tabel 3.2
Kisi-kisi Instrumen Peran Kompetensi Profesional Guru PAI dalam
Meningkatkan Motivasi Belajar Siswa
Variabel

Indikator

No Soal

Peran Kompetensi
profesional Guru
Pendidikan
Agama Islam

Penguasaan materi pelajaran


Mengelola program belajar
mengajar
Mengelola kelas
Menggunakan media/sumber
Menggunakan metode
Mengelola interaksi belajar
mengajar
Menilai prestasi siswa
Pemberian pujian
Pemberian hadiah
Pemberian hasil ulangan
Melakukan penilaian
Jumlah

1-3
4-7

Jumlah
Item
3
4

8-9
10-12
13-15
16-17

2
3
3
2

18-21
22-23
24-25
6-27
28-30
30

4
2
2
2
3
30

Motivasi Belajar
Siswa

F. Teknik Analisis Data


Dalam suatu penelitian sangat diperlukan suatu analisis data yang berguna
untuk memberikan jawaban terhadap permasalahan yang diteliti. Data dari hasil
wawancara dan angket yang peneliti peroleh akan dianalisis dengan analisis deskriptif
kualitatif, yang dimaksud dengan analisis deskriptif ialah menggambarkan apa
adanya, kemudian dianalisis dengan membuat tabel frekuensi, digambarkan dengan
kata-kata atau kalimat dipisah-pisahkan menurut kategori untuk memperoleh
kesimpulan. Dan dilengkapi dengan prosentase yang kemudian dinyatakan dalam
sebuah predikat, Baik, Cukup dan Kurang atau Tinggi, Sedang dan Rendah.
Proses analisis data secara kualitatif yang dilakukan peneliti adalah dengan
langkah-langkah sebagai berikut:
1. Reduksi Data
Proses analisis data dimulai dengan menelaah seluruh data yang tersedia dari
berbagai sumber, yakni dari pengamatan, wawancara, dan dokumentasi. Data

51

yang diperoleh langsung dari lapangan, ditulis dengan rinci dan sistematis
setiap selesai mengumpulkan data. Laporan-laporan itu perlu direduksi, yaitu
dengan memilih hal-hal pokok yang sesuai dengan fokus penelitian agar
mudah untuk menyimpulkannya.
2. Penyajian Data
Setelah melalui reduksi data, langkah selanjutnya dalam analisis data adalah
penyajian data atau sekumpulan informasi yang memungkinkan peneliti
melakukan penarikan kesimpulan. Bentuk penyajian data yang umum
dilakukan dalam penelitian kualitatif adalah teks naratif yang menceritakan
secara panjang lebar temuan penelitian.
3. Penarikan Kesimpulan
Setelah data yang terkumpul di reduksi dan selanjutkan disajikan, maka
langkah yang terakhir dalam menganalisis data adalah menarik kesimpulan
atau verifikasi. Analisisnya menggunakan analisis model interaktif, artinya
analisis ini dilakukan dalam bentuk interaktif dari ketiga komponen utama
tersebut. Data yang terkumpul dari hasil pengamatan, wawancara, dan
pemanfaatan dokumen yang terkait dengan pelatihan dan sumber-sumber
belajar yang sedemikian banyak direduksi untuk dipilih mana yang paling
tepat untuk disajikan. Proses pemilihan data akan difokuskan pada data yang
mengarah untuk pemecahan masalah, penemuan, pemaknaan, atau untuk
menjawab pertanyaan penelitian yang terkait dengan peran kompetensi
profesional guru PAI dalam meningkatkan motivasi belajar siswa.7
Adapun data yang diperoleh melalui angket diolah secara kuantitatif artinya
data tersebut berwujud angka-angka hasil perhitungan atau pengukuran, dan
kemudian dituangkan dalam bentuk kalimat yang bersifat kualitatif.

Pedoman Penulisan Skripsi, Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan Universitas Islam Negeri
Syarif Hidayatullah Jakarta, h. 70-71.

52

Adapun langkah-langkahnya sebagai berikut:


1. Editing, yaitu memeriksa kembali jawaban daftar pertanyaan yang diserahkan
oleh responden. Kemudian angket tersebut diperiksa satu persatu, tujuannya
untuk mengurangi kesalahan atau kekurangan yang ada pada daftar
pertanyaan yang telah diselasaikan. Jika ada jawaban yang diragukan atau
tidak dijawab, maka penulis menghubungi responden yang bersangkutan
untuk menyempurnakan jawabannya.
2. Scoring, yaitu merupakan tahap pemberian skor terhadap butir-butir
pernyataan yang terdapat dalam angket. Dalam pengambilan angket
menggunakan skala likert, yaitu: Selalu, Sering, Kadang-kadang, dan Tidak
Pernah, yang harus dipilih oleh responden. Maka penulis melakukan
perhitungan skor rata-ratanya dengan ketentuan sebagai berikut:

Tabel 3.3
Skor Alternatif Jawaban
Pilihan Jawaban

Skor Pernyataan
Positif (+)

Negatif (-)

Sering (S)

Selalu (S)

Kadang-kadang (KK)

Tidak Pernah (TP)

a. Alternatif jawaban A, dengan bobot nilai 4


b. Alternatif jawaban B, dengan bobot nilai 3
c. Alternatif jawaban C, dengan bobot nilai 2
d. Alternatif jawaban D, dengan bobot nilai 1
3. Tabulating, yaitu proses memindahkan jawaban ke dalam tabel, sehingga
diketahui perhitungan prosentasenya.

53

Dalam penelitian ini penulis menggunakan teknik analisis data secara


deskriptif kualitatif yaitu menggambarkan apa adanya.
Dalam hal ini penulis menggunakan rumus sebagai berikut:
P=
Keterangan:
P = Angka prosentase untuk setiap jawaban
F = Frekuensi untuk setiap jawaban
N = Jumlah Responden
100% = Bilangan tetap (konstanta)

Untuk mengetahui bagaimana peran kompetensi profesional guru pendidikan


agama Islam dalam meningkatkan motivasi belajar siswa, peneliti menentukan
kriteria data-data kualitatif berdasarkan nilai-nilai angket yaitu:

Tabel 3.4
Ketentuan Skala Prosentase
No

Prosentase

Penafsiran

1.

80-100%

Sangat Baik

2.

60-79%

Baik

3.

40-59%

Kurang Baik

4.

20-39%

Tidak Baik

BAB IV
HASIL PENELITIAN

A. Gambaran Umum MAN 4 Jakarta


1. Sejarah Singkat MAN 4 Jakarta
Madrasah Aliyah Negeri (MAN) 4 Jakarta adalah Lembaga Pendidikan
tingkat SLTA yang berwawasan global dengan ciri khas Keislaman. MAN 4 Jakarta
mengacu pada kebutuhan nasional akan sumber daya manusia yang unggul dalam
penguasaan Ilmu Pengetahuan Teknologi (IPTEK) dan dibekali dengan Iman dan
Takwa (IMTAK) sebagai Madrasah Aliyah yang didirikan pada tahun 1992 hasil alih
fungsi dari PGAN 28 sesuai dengan Keputusan Menteri Agama RI nomor 64 tahun
1992 tanggal 29 April 1992. Pada tahun 1998 MAN 4 Jakarta atas berbagai prestasi
yang diraih sehingga ditetapkan sebagai MAN Model untuk DKI Jakarta oleh Menteri
Agama RI sesuai Surat Keputusan Dirjen Binbaga Islam tanggal 20 Februari 1998.
Dan pada tahun 2008 MAN 4 Jakarta menjadi Madrasah Standar Nasional (MSN),
seiring dengan perkembangan dunia pendidikan dan UU Sistem Pendidikan Nasional,
maka pada tahun 2010 MAN 4 Jakarta ditetapkan sebagai Rintisan Madrasah Bertaraf
Internasional (RMBI) sesuai Surat Keputusan Kepala Kanwil Kementerian Agama
Provinsi DKI Jakarta. Namun sesuai Putusan Mahkamah Konstitusi (MK) mengenai
Rintisan Sekolah Bertaraf Internasional (RSBI) maka kini MAN 4 Jakarta tidak lagi
berstatus sebagai Rintisan Madrasah Bertaraf Internasional (RMBI).
54

55

2. Identitas MAN 4 Jakarta


a. Nama Sekolah

: MAN 4 Pondok Pinang Jakarta

b. NPSN

: 20177932

c. Jenjang

: Sekolah Menengah Atas

d. Nomor Statistik Sekolah

: 31131170001

e. Akreditasi

: Akreditasi A

f. Sertifikasi ISO

: ISO 9001 : 2008

g. Jenis Sekolah

: Keagamaan

h. Status

: Negeri

i. Waktu Belajar

: Sekolah Pagi s/d Sore (06.30-16.30)

j. Tahun Berdiri

: 29 April 1992

k. Standar Sekolah

: Sekolah Standar Nasional (SSN)

l. Alamat

: Ciputat Raya Rt 005/08 Pondok Pinang


Jakarta Selatan Kebayoran Lama 12310

m. Kelurahan

: Pondok Pinang

n. Kecamatan

: Kebayoran Lama

o. Kotamadya

: Jakarta Selatan

p. Provinsi

: DKI Jakarta

q. Nama Kepala Sekolah

: Dra. Hj. Isnadiar Dekok, M.M.

r. Telpon

: 021 7690283

s. Faxmile

: 021 7697795

t. Website

: man4jkt.kemenag.go.id

u. Email

: man4jkt@kemenag.go.id

v. Status Tanah

: Milik Kementerian Agama RI

w. Luas Tanah

: 21.980 M2

x. luas Bangunan

: 7.317 M2

56

3. Struktur Organisasi
Organisasi merupakan suatu bentuk kerjasama yang harmonis didasarkan atas
tanggung jawab untuk mencapai tujuan bersama. Organisasi dalam bentuk struktur
merupakan gambaran yang secara sistematis tentang hubungan-hubungan dalam
bentuk kerjasama dalam rangka usaha mencapai suatu tujuan. Adanya struktur
organisasi yang jelas dapat memudahkan untuk melaksanakan tanggung jawab yang
diembannya.
Untuk lebih jelasnya struktur organisasi MAN 4 Jakarta sebagai berikut:

Kepala MAN 4 Jakarta


Dra. Hj. Isnadiar Dekok, M.M.

Kepala Tenaga Kependidikan


MAN 4 Jakarta
Saefudin, S.E.

Wakil Kepala MAN 4


Jakarta Bidang
Kurikulum
Khairunas, S.Pd.

Wakil Kepala MAN 4


Jakarta Bidang
Kesiswaan
Nia Kurniasih, S.Pd.

Wakil Kepala MAN 4


Jakarta Bidang
Kehumasan
Hj. Yunarni Siregar, M.Pd

Wakil Kepala MAN 4


Jakarta Bidang
Peningkatan Mutu
Agus Mudhofar, S.Pd.

Wakil Kepala MAN 4


Jakarta Bidang
Sarana & Prasarana
H. Nawawi, M.A.

Pembina OSIS
Ketua Program
Bahasa dan Agama
Endah Umayah, S.Ag.

Ketua Program Ilmu


Pengetahuan Alam
Drs. Suharto, M.Pd

Ketua Program Ilmu


Pengetahuan Sosial
Dra. Khadijah

Abd. Ghozi, S.Ag

57

4. Visi dan Misi


a. Visi
PENGEMBANG PENDIDIKAN ISLAMI UNGGUL DALAM PRESTASI
b. Misi
1. Menjadikan Agama Islam sebagai Ruh dan Sumber Nilai Pengembangan
Madrasah.
2. Mengembangkan Proses Belajar Mengajar (PBM) dengan Bernuansa
Islam.
3. Menjadikan Orang Tua Peserta Didik dan Masyarakat sebagai Mitra dan
Modal Kerja Madrasah.
4. Menjalin Kerjasama dengan Masyarakat, Lingkungan dan Berbagai
Instansi yang concern terhadap Madrasah.
5. Menyiasati Kurikulum secara Cermat dan Akurat.
6. Menempatkan Tugas Pendidik Mengajar sesuai Latar Belakang Disiplin
Keilmuannya dan Meningkatkan Profesionalisme melalui Berbagai
Penataran, Pembinaan dan Pelatihan.
7. Menambah dan Mengembangkan Sarana Pendukung Pembelajaran.
8. Memotivasi Semangat Peserta Didik, Pendidik dan Seluruh Komponen
Madrasah lainnya untuk Belajar dan Kerja Keras.
9. Mengembangkan Madrasah sebagai Wahana Pengembangan Potensi
Peserta Didik.
10. Mengembangkan Madrasah melalui Penerapan Sistem Manajemen Mutu
ISO 9001:2008.

58

5. Keadaan Guru dan Karyawan


Proses belajar mengajar merupakan inti dari proses pendidikan secara
keseluruhan dengan guru pemegang utama peranan utama, karena ia adalah faktor
yang menentukan keberhasilan bagi pengajaran karena tanpa guru proses belajar
mengajar tidak akan berlangsung. Dengan demikian tujuan pendidikan akan tercapai.
Sedangkan karyawan adalah unsur tenaga kependidikan, tenaga kependidikan lainnya
harus bekerjasama dengannya untuk mencapai tujuan pendidikan yang telah
ditentukan. Adapun tenaga pengajar dan karyawan yang ada di MAN 4 Jakarta adalah
sebagai berikut:

Tabel 4.1
Daftar Nama Guru MAN 4 Jakarta
No

Nama Guru

Jabatan

1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
9.
10.
11.
12.
13.
14.
15.
16.
17.
18.
19.
20.
21.

Dra. Hj. Isnandiar Dekok, M.M


Drs. Fahrul Hilal, M.Pd
Dra. Hj. Kholiyah Thahir, S.Ag, M.A
Dra. Helin Suswati, M.Pd
Dra. Erma Munawwaroh, M.Pd
Yunarni Siregar, M.Pd
Mutingatun Fatimah, M.Pd
Suharto, M.Pd
Srimayati, S.Pd, M.P.Kim
H. Nawawi, M.A
Emroni, S.Sos, M.Pd
Drs. Agus Salim, M.M
Indria Sukmawati, S.Pd, M.M
Neneng Amalia, M.A
Zuhrotun Nisa, S.Ag, M.A
Dra. Ninaningsih
Drs. M. Belya
Abd Ghozi, S.Ag
Drs. Solahuddin
Dra. Hj. Alifiah
Aisah, S.Pd

Kepala Sekolah
Guru
Guru
Guru
Guru
Guru
Guru
Guru
Guru
Guru
Guru
Guru
Guru
Guru
Guru
Guru
Guru
Guru
Guru
Guru
Guru

Pendidikan
Terakhir
S2
S2
S2
S2
S2
S2
S2
S2
S2
S2
S2
S2
S2
S2
S2
S1
S1
S1
S1
S1
S1

59

22.
23.
24.
25.
26.
27.
28.
29.
30.
31.
32.
33.
34.
35.
36.
37.
38.
39.
40.
41.
42.
43.
44.
45.
46.
47.
48.
49.
50.
51.
52.
53.
54.
55.
56.
57.
58.
59.
60.
61.
62.

Dra. Elida Syarifah


Drs. Misbahuddin
Dewi Putri Irmawati, S.Pd
Dra. Wiharti Lesnani
Dra. Yulisnaini
Hj. Nining Yuningsih, S.Pd
Lutfi Efendi, S.Ag
Rosmawati, S.Ag
Dra. Khodijah
Dra. Yusnelly
Drs. Saipul Iman
Sri Yunandari, S.Pd
Dra. Nia Kurniasih
Drs. H. Elang Charta, As
Dra. Hj. Titi Sumanti
Agus Mudhofar, S.Pd
Dra. Hj. Kapti Khusnaini
Drs. A Kodir
Drs. Jejen Zainuddin
Cahyono, S.Pd
Edy Harapan, S.E
H. Hafidz Abdillah, S.Ag
Tomy Syafrizal, S.Si
Aam Aminah, S.Ag
Fafthan Mubin, AMD
Femy Marlia Lestari, S.Pd
Rini Izmi Khairani, S.Psi
Ebrin, S.Pd
Maria Ulfah, S.S
Khairunnisa, S.Ag
Endah Umayah, S.Ag
Dra. Sri Mulyati
Khairunnas, S.Pd
Dra. Andriani
Hj. Malufah, Lc
Rita Widiarti, S.E
Lisnur Azizah, S.Pd
Eneng Hernawati S.Pd
Suparmo, S.Ag
Novianti Mulyana, S.Pd
Halimatus sadiyah, S.Pd.I

Guru
Guru
Guru
Guru
Guru
Guru
Guru
Guru
Guru
Guru
Guru
Guru
Guru
Guru
Guru
Guru
Guru
Guru
Guru
Guru
Guru
Guru
Guru
Guru
Guru
Guru
Guru
Guru
Guru
Guru
Guru
Guru
Guru
Guru
Guru
Guru
Guru
Guru
Guru
Guru
Guru

S1
S1
S1
S1
S1
S1
S1
S1
S1
S1
S1
S1
S1
S1
S1
S1
S1
S1
S1
S1
S1
S1
S1
S1
S1
S1
S1
S1
S1
S1
S1
S1
S1
S1
S1
S1
S1
S1
S1
S1
S1

60

63.
64.
65.
66.
67.
68.
69.
70.
71.
72.
73.
74.
75.
76.
77.
78.

Mukhlis Amanuddin, S.Ag


Rayal Ain, S.Psi
Raliyanti, S.Sos
Fitri Sulastri, S.Pd
Eva Zahrowati, S.Pd
Ellis Ermawati, S.Kom
Abdullah, S.Pd
Ahmad Fitroh, S.H.I
Hilmawati, S.Hum
Abd Ghofur, S.Pd
Wida Fery Astini, S.Kom
Hasanuddin, S.Pd
Sahmiati Siregar, S.Pd
Drs. H. Sofyan
Dra. Eridawati
Teguh Martono B.A

Guru
Guru
Guru
Guru
Guru
Guru
Guru
Guru
Guru
Guru
Guru
Guru
Guru
Guru
Guru
Guru

S1
S1
S1
S1
S1
S1
S1
S1
S1
S1
S1
S1
S1
S1
S1
SMA

Guru adalah seorang pengajar sekaligus pendidik bagi siswa serta sosok yang
sangat penting dalam dunia pendidikan, karena atas jasanya, para anak didiknya
mengetahui ilmu pengetahuan walaupun pada dasarnya guru bukan hanya sebagai
transformator ilmu saja. Selain itu juga tanpa ada guru maka proses pembelajaran
tidak akan berlangsung dan guru bertanggung jawab terhadap pembentukan pribadi
anak menuju ke arah kedewasaan.
MAN 4 Jakarta memiliki guru-guru yang terbilang profesional dalam bidang
pendidikan dan pengajaran. Karena mayoritas guru MAN 4 Jakarta telah menempuh
jenjang S1 dan S2. Jumlah guru MAN 4 Jakarta sebanyak 78 orang yang terdiri dari
guru laki-laki 32 orang dan perempuan 46 orang. Jenjang pendidikan yang dimiliki
guru lulusan SMA berjumlah 1 orang, lulusan S1 berjumlah 62 orang dan lulusan S2
berjumlah 15 orang.
Kepala sekolah berusaha menempatkan pendidik dan tenaga kependidikan
yang kompeten dengan bidangnya, beliau menyatakan hampir 95% pendidik yang
mengajar bidang studi sesuai dengan latar belakang pendidikannya. Agar terhindar
dari mismatch dikarenakan latar belakang pendidikan guru yang tidak sesuai dengan

61

bidang studi yang diajar. Sehingga guru bisa fokus mempersiapkan materi ajar
dengan baik.
Dengan demikian MAN 4 Jakarta dapat berkembang dengan pesat dan
menjadi sekolah unggulan karena guru-guru yang profesional dan sesuai dengan
bidangnya.
Dan untuk mengetahui keadaan pegawai di MAN 4 Jakarta tahun ajaran
2013/2014 dapat dilihat pada tabel di bawah ini:
Tabel 4.2
Daftar Nama Karyawan MAN 4 Jakarta
No
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
9.
10.
11.
12.
13.
14.
15.
16.
17.
18.

Nama Karyawan
Dr. M. Ali Hanafi
Mansur, S.Ag
Suhanda, S.Pd.I
Alfi Nuriyah, S.E
Saefuddin, S.E
Dedi Sudirman, S.E
Umi Maistoh, S.E
Munibah, S.E
Yulian, S.Sos
Widada, S.Pd
Rosma Barasa
Hj. Nurhayati
Rochmad
Muhammad Dodo Ridho
Erwan Efendi
Armiati
Syarif Hidayat
Suparni

Pendidikan Terakhir
S2
S1
S1
S1
S1
S1
S1
S1
S1
S1
SMA
SMA
SMA
SMA
SMA
SMA
SMA
SMA

62

Tabel 4.3
Daftar Nama Karyawan Honor MAN 4 Jakarta
No
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
9.
10.
11.
12.
13.
14.

Nama Karyawan
Ahmad Rifai
Djoko Tri Utomo
Muhammad Izzi
Agus Irwan Kurniawan
Arifin
Nana Suryana
Heri Supriyadi
Setiyo Budi Rianto
Romdoni
Juju Juanda
Suparni
Rasiyem
Muhammad Soleh
Ramli Napis

Jabatan
Tenaga teknisi
Petugas kebersihan
Petugas kebersihan
Petugas Kebersihan
Petugas kebersihan
Petugas kebersihan
Petugas kebersihan
Petugas kebersihan
Petugas kebersihan
Petugas Kebersihan
Pramusaji
Pramusaji
Petugas keamanan
Petugas keamanan

Pendidikan Terakhir
SMA
SMA
SMA
SMA
SMA
SMA
SMA
SMA
SMP
SMP
SMP
SMP
SMP
SMP

Kelancaran dan kebutuhan suatu pendidikan sangat ditentukan oleh peran


serta karyawan. Kelancaran pendidikan di sekolah tidak terlepas dari administrasi
yang baik, teratur serta terencana. Yang dimaksud pegawai pada unit pelaksanaan
teknis MAN 4 Jakarta adalah keseluruhan karyawan sekolah yang diantaranya staff
tata usaha, staff perpustakaan, staff laboraturium, petugas kebersihan, pramusaji dan
staff keamanan (satpam).

6. Keadaan Siswa
Siswa merupakan salah satu komponen sekolah yang sangat penting. Siswa di
MAN 4 Jakarta berjumlah 876 siswa pada tahun ajaran 2013/2014. Hal ini
membuktikan antusias masyarakat untuk menyekolahkan anaknya ke MAN 4 Jakarta
ini cukup tinggi. Adapun jumlah siswa di MAN 4 Jakarta, yaitu sebagai berikut:

63

Tabel 4.4
Rekapitulasi Data Siswa MAN 4 Jakarta
Tahun Pelajaran 2013/2014
No
Kelas
1. X BAHASA 1
2. X AGAMA
JUMLAH
3. X IPA 1
4. X IPA 2
5. X IPA 3
6. X IPA 4
JUMLAH
7. X IPS 1
8. X IPS 2
9. X IPS 3
JUMLAH
Total Kelas 1

Laki-laki
12
13
26
12
12
12
12
48
18
12
15
45
118

Perempuan
27
18
45
18
18
19
19
74
15
21
18
54
173

Jumlah
39
31
70
30
30
31
31
122
33
33
33
99
291

No
Kelas
1. XI BAHASA 1
2. XI AGAMA
JUMLAH
3. XI IPA 1
4. XI IPA 2
5. XI IPA 3
6. XI IPA 4
7. XI IPA 5
JUMLAH
8. XI IPS 1
9. XI IPS 2
JUMLAH
Total Kelas 2

Laki-laki
11
10
21
6
13
12
14
12
57
7
13
20
98

Perempuan
20
21
41
25
16
17
16
20
94
23
17
40
175

Jumlah
31
31
62
31
29
29
30
32
151
30
30
60
273

No
1.
2.
3.
4.

Kelas
XII BAHASA 1
XII AGAMA
JUMLAH
XII IPA INT
XII IPA 2

Laki-laki
10
21
31
13
11

Perempuan
26
17
43
20
21

Jumlah
36
38
74
33
32

64

5
6.
7.

XII IPA 3
XII IPA 4
XII IPA 5
JUMLAH
XII IPS INTR
XII IPS 2
JUMLAH
Total Kelas 3
Total = I, II, III

8.
9.

12
12
8
56
14
14
28
115
331

22
23
25
111
20
21
43
197
545

34
35
33
167
33
32
71
312
876

7. Sarana dan Prasarana


Dari hasil tinjauan proses belajar mengajar tidak terlepas dari sarana maupun
fasilitas yang mendukung proses belajar mengajar tersebut, adapun sarana dan
prasarana yang dimiliki oleh MAN 4 Jakarta ditinjau dari sudut kebutuhan dari
sebuah lembaga tingkat MA sudah cukup memadai.
Untuk lebih jelasnya dapat dilihat tabel berikut ini:
Tabel 4.5
Sarana dan Prasarana MAN 4 Jakarta
No

Sarana dan Prasarana

1.

Hotspot area

2.

Ruang belajar dilengkapi dengan LCD, AC, dan Sound System

3.

Lab. IPA (Fisika, Kimia, dan Biologi)

4.

Lab. IPS

5.

Lab. Bahasa

6.

Lab. Agama

7.

Lab. Komputer

8.

Ruang Multimedia dan Workshop

9.

Ruang Bimbingan Konseling

10.

Alat musik (Band, Kedaerahan dan Marawis)

11.

PSBB (Pusat Sumber Belajar Bersama)

65

12.

Asrama (Daya tampung 80 siswa)

13.

Kantin dan Koperasi

14.

Lapangan olah raga (Sepak bola, volly, futsal dan basket)

15.

Masjid

16.

Kebun apotik hidup

17.

UKS dan Dokter jaga

18.

Lapangan Parkir

B. Deskripsi Data
Untuk mendapatkan data, penulis melakukan wawancara dengan kepala sekolah
dan empat orang guru PAI, serta melakukan observasi ke dalam kelas ketika guru
mengajar. Selain itu angket yang disebarkan kepada 30 siswa kembali dengan utuh.
Berdasarkan hasil penelitian, penulis memperoleh data mengenai peran
kompetensi profesional guru pendidikan agama Islam dalam meningkatkan motivasi
belajar siswa di MAN 4 Jakarta. Hal ini akan penulis kemukakan dalam bentuk tabeltabel analisis data di bawah ini:

1. Penguasaan Materi Pelajaran

Tabel 4.6
Penjelasan guru agama sesuai tema yang dibahas
No

Alternatif Jawaban

Frekuensi

Prosentasi

1.

Selalu

19

63,3%

Sering

26,7%

Kadang-kadang

10%

Tidak Pernah

0%

Jumlah

30

100%

66

Dari tabel tersebut dapat dipahami bahwa 63,3% responden menyatakan


penjelasan guru agama selalu sesuai dengan tema yang sedang dibahas, 26,7%
responden menyatakan sering, 10% menyatakan kadang-kadang, dan 0%
menyatakan tidak pernah. Sehingga dapat disimpulkan bahwa penjelasan guru
agama selalu sesuai dengan tema yang dibahas.
Tabel 4.7
Menjawab pertanyaan siswa dengan tepat
No

Alternatif Jawaban

Frekuensi

Prosentasi

2.

Selalu

19

63,3%

Sering

16,7%

Kadang-kadang

20%

Tidak Pernah

0%

Jumlah

30

100%

Dari tabel tersebut dapat dipahami bahwa 63,3% responden menyatakan


guru agama selalu menjawab pertanyaan yang dilontarkan siswa dengan tepat,
16,7% responden menyatakan sering, 20% responden menyatakan kadangkadang, 0% menyatakan tidak pernah. Sehingga dapat disimpulkan bahwa guru
agama selalu menjawab pertanyaan yang dilontarkan siswa dengan tepat.

Tabel 4.8
Mengusai setiap pokok bahasan
No

Alternatif Jawaban

Frekuensi

Prosentasi

3.

Selalu

21

70%

Sering

23,3%

Kadang-kadang

6,7%

Tidak Pernah

0%

67

Jumlah

30

100%

Dari tabel tersebut dapat dipahami bahwa 70% responden menyatakan


guru agama selalu menguasai setiap pokok bahasan yang diajarkan, 23,3%
responden menyatakan sering, 6,7% responden menyatakan kadang-kadang, dan
0% menyatakan tidak pernah. Sehingga dapat disimpulkan bahwa guru agama
selalu menguasai setiap pokok bahasan yang diajarkan.

2. Mengelola Program Belajar Mengajar

Tabel 4.9
Sebelum pelajaran dimulai guru agama menyampaikan tujuan
pembelajaran
No

Alternatif Jawaban

Frekuensi

Prosentasi

4.

Selalu

18

60%

Sering

20%

Kadang-kadang

16,7%

Tidak Pernah

3,3%

Jumlah

30

100%

Dari tabel tersebut dapat dipahami bahwa 60% responden menyatakan


guru agama selalu menyampaikan tujuan pembelajaran sebelum pelajaran
dimulai, 20% responden menyatakan sering, 16,7% responden menyatakan
kadang-kadang, dan 3,3% menyatakan tidak pernah. Sehingga dapat disimpulkan
bahwa sebelum pelajaran dimulai guru agama selalu menyampaikan tujuan
pembelajaran.

68

Tabel 4.10
Sebelum pelajaran dimulai guru agama menjelaskan tema yang akan
dipelajari
No

Alternatif Jawaban

Frekuensi

Prosentasi

5.

Selalu

21

70%

Sering

13,3%

Kadang-kadang

10%

Tidak Pernah

3,3%

Jumlah

30

100%

Dari tabel tersebut dapat dipahami bahwa 70% sebelum pelajaran dimulai
guru agama selalu menjelaskan tema yang akan dipelajari, 13,3% responden
menyatakan sering, 10% responden menyatakan kadang-kadang, dan 3,3% tidak
pernah. Sehingga dapat disimpulkan bahwa sebelum pelajaran dimulai guru
agama selalu menjelaskan tema yang akan dipelajari.

Tabel 4.11
Di awal pelajaran, guru agama bertanya materi yang lalu
No

Alternatif Jawaban

Frekuensi

Prosentasi

6.

Selalu

11

36,7%

Sering

23,3%

Kadang-kadang

11

36,7%

Tidak Pernah

3,3%

Jumlah

30

100%

Dari tabel di atas dapat dipahami bahwa 36,7% responden yang


menyatakan selalu, 23,3% responden menyatakan sering, 36,7% responden
menyatakan di awal pelajaran kadang-kadang guru agama bertanya tentang materi
yang lalu dan 3,3% menyatakan tidak pernah. Dengan demikian dapat

69

disimpulkan bahwa di awal pelajaran guru agama sering dan kadang-kadang


bertanya tentang materi yang lalu.

Tabel 4.12
Mengadakan tanya jawab mengenai materi yang akan dipelajari
No

Alternatif Jawaban

Frekuensi

Prosentasi

7.

Selalu

17

56,6%

Sering

30%

Kadang-kadang

6,7%

Tidak Pernah

6,7%

Jumlah

30

100%

Dari tabel tersebut dapat dipahami bahwa 56,6% responden menyatakan


guru agama selalu mengadakan tanya jawab tentang materi pelajaran yang akan
dipelajari, 30% responden responden menyatakan sering, 6,7% responden
kadang-kadang mengadakan, dan 6,7% menyatakan tidak pernah. Sehingga dapat
disimpulkan bahwa guru agama kadang-kadang mengadakan tanya jawab tentang
materi pelajaran yang akan dipelajari.

3. Mengelola Kelas

Tabel 4.13
Mampu menciptakan suasana komunikatif antar siswa
No

Alternatif Jawaban

Frekuensi

Prosentasi

8.

Selalu

13

43,4%

Sering

11

36,6%

Kadang-kadang

20%

Tidak Pernah

0%

Jumlah

30

100%

70

Dari tabel tersebut dapat dipahami bahwa 43,4% responden yang


menyatakan guru agama selalu menciptakan suasana komunikatif antar siswa,
36,6% responden menyatakan sering, 20% responden menyatakan kadangkadang. Dan 0% tidak pernah. Sehingga dapat disimpulkan bahwa guru agama
selalu mampu menciptakan suasana komunikatif antar siswa.

Tabel 4.14
Menciptakan suasana yang menyenangkan pada saat proses pembelajaran
No

Alternatif Jawaban

Frekuensi

Prosentasi

9.

Selalu

18

60%

Sering

16,7%

Kadang-kadang

23,3%

Tidak Pernah

0%

Jumlah

30

100%

Dari tabel tersebut dapat dipahami bahwa 60% responden yang


menyatakan guru agama selalu menciptakan suasana yang menyenangkan pada
saat proses pembelajaran, 16,7% responden menyatakan sering, 23,3% responden
menyatakan kadang-kadang. Dan 0% tidak pernah. Sehingga dapat disimpulkan
bahwa guru agama selau menciptakan suasana yang menyenangkan pada saat
proses pembelajaran.

71

4. Menggunakan Media atau Sumber

Tabel 4.15
Menggunakan alat peraga sesuai dengan materi yang dibahas
No

Alternatif Jawaban

Frekuensi

Prosentasi

10.

Selalu

20%

Sering

20%

Kadang-kadang

12

40%

Tidak Pernah

20%

Jumlah

30

100%

Dari tabel tersebut dapat dipahami bahwa 20% responden menyatakan


selalu, 20% responden menyatakan sering, 40% responden menyatakan guru
agama kadang-kadang menggunakan alat peraga sesuai dengan materi yang
dibahas, dan 20% menyatakan tidak pernah. Sehingga dapat disimpulkan bahwa
guru agama kadang-kadang menggunakan alat peraga sesuai dengan materi yang
dibahas.

Tabel 4.16
Memerintahkan siswa untuk memiliki buku LKS
No

Alternatif Jawaban

Frekuensi

Prosentasi

11.

Selalu

20%

Sering

10%

Kadang-kadang

21

70%

Tidak Pernah

0%

Jumlah

30

100%

Dari tabel tersebut dapat dipahami bahwa 20% responden menyatakan


selalu, 10% responden menyatakan sering, 70% responden menyatakan guru
agama kadang-kadang memerintahkan siswa untuk memiliki buku LKS, dan 0%

72

menyatakan tidak pernah. Sehingga dapat disimpulkan bahwa selain buku agama,
guru agama kadang-kadang memerintahkan siswa untuk memiliki buku LKS.

Tabel 4.17
Menambahkan sumber belajar dari internet
No

Alternatif Jawaban

Frekuensi

Prosentasi

12.

Selalu

22

73,3%

Sering

6,7%

Kadang-kadang

13,3%

Tidak Pernah

6,7%

Jumlah

30

100%

Dari tabel tersebut dapat dipahami bahwa 73,3% menyatakan guru agama
selalu memerintahkan siswa untuk menambahkan sumber belajar dari internet.
responden menyatakan selalu, 6,7% responden menyatakan sering, 13,3%
responden menyatakan kadang-kadang, dan 6,7% responden menyatakan tidak
pernah. Sehingga dapat disimpulkan bahwa guru agama selalu memerintahkan
siswa untuk menambahkan sumber belajar dari internet.

5. Mengelola Interaksi Belajar Mengajar

Tabel 4.18
Melibatkan seluruh siswa dalam proses pembelajaran
No

Alternatif Jawaban

Frekuensi

Prosentasi

13.

Selalu

26,7%

Sering

15

50%

Kadang-kadang

13,3%

Tidak Pernah

10%

Jumlah

30

100%

73

Dari tabel tersebut dapat dipahami bahwa 26,7% responden yang


menyatakan selalu, 50% responden yang menyatakan guru sering melibatkan
seluruh siswa dalam proses pembelajaran, 13,3% responden yang menyatakan
kadang-kadang, dan 10% responden menyatakan tidak pernah. Sehingga dapat
disimpulkan bahwa guru agama sering melibatkan seluruh siswa dalam proses
pembelajaran.

Tabel 4.19
Memberikan kesempatan kepada siswa untuk bertanya
No

Alternatif Jawaban

Frekuensi

Prosentasi

14.

Selalu

22

73,3%

Sering

26,7%

Kadang-kadang

0%

Tidak Pernah

0%

Jumlah

30

100%

Dari tabel tersebut dapat dipahami bahwa 73,3% responden menyatakan


selalu memberikan kesempatan kepada siswa untuk bertanya, 26,7% menyatakan
sering, 0% responden menyatakan kadang-kadang, dan 0% menyatakan tidak
pernah. Sehingga dapat disimpulkan bahwa guru agama selalu memberikan
kesempatan kepada siswa untuk bertanya.

74

Tabel 4.20
Memberikan kesempatan kepada siswa lain untuk menjawab pertanyaan
temannya
No

Alternatif Jawaban

Frekuensi

Prosentasi

15.

Selalu

13,3%

Sering

6,7%

Kadang-kadang

21

70%

Tidak Pernah

10%

Jumlah

30

100%

Dari tabel tersebut dapat dipahami bahwa 13,3% responden menyatakan


selalu, 6,7% menyatakan sering, 70% responden menyatakan Guru agama
kadang-kadang memberikan kesempatan kepada siswa lain untuk menjawab
pertanyaan temannya, dan 10% menyatakan tidak pernah. Sehingga dapat
disimpulkan bahwa guru agama kadang-kadang memberikan kesempatan kepada
siswa lain untuk menjawab pertanyaan temannya.

6. Menggunakan Metode
Tabel 4.21
Menggunakan metode bervariasi dalam mengajar
No

Alternatif Jawaban

Frekuensi

Prosentasi

16.

Selalu

17

56,7%

Sering

23,3%

Kadang-kadang

16,7%

Tidak Pernah

3,3%

Jumlah

30

100%

Dari tabel tersebut dapat dipahami bahwa 56,7% responden menyatakan


guru agama selalu menggunakan metode bervariasi dalam mengajar, 23,3%
responden sering, 16,7% responden menyatakan kadang-kadang, dan 3,3%

75

responden menyatakan tidak pernah. Sehingga dapat disimpulkan bahwa 56,7%


responden menyatakan guru agama sering menggunakan metode bervariasi dalam
mengajar.

Tabel 4.22
Metode yang digunakan sesuai dengan materi pembahasan
No

Alternatif Jawaban

Frekuensi

Prosentasi

17.

Selalu

15

50%

Sering

30%

Kadang-kadang

16,7%

Tidak Pernah

3,3%

Jumlah

30

100%

Dari tabel tersebut dapat dipahami bahwa 50% responden yang


menyatakan metode yang digunakan guru agama selalu sesuai dengan materi
pembahasan, 30% responden

menyatakan sering, 16,7% responden yang

menyatakan kadang-kadang, dan 3,3% yang menyatakan tidak pernah. Sehingga


dapat disimpulkan bahwa metode yang digunakan guru agama selalu sesuai
dengan materi pembahasan.

7. Menilai Prestasi Siswa

Tabel 4.23
Mengadakan ulangan terhadap materi yang telah dibahas
No

Alternatif Jawaban

Frekuensi

Prosentasi

18.

Selalu

25

83,4%

Sering

13,3%

Kadang-kadang

3,3%

Tidak Pernah

0%

76

Jumlah

30

100%

Dari tabel tersebut dapat dipahami bahwa 83,4% guru agama selalu
mengadakan ulangan terhadap materi yang telah dibahas, 13,3% responden
menyatakan sering, 3,3% responden menyatakan kadang-kadang, dan 0%
menyatakan tidak pernah. Sehingga dapat disimpulkan bahwa guru agama selalu
mengadakan ulangan terhadap materi yang telah dibahas.

Tabel 4.24
Memeriksa dan mengembalikan hasil ulangan
No

Alternatif Jawaban

Frekuensi

Prosentasi

19.

Selalu

26

86,7%

Sering

10%

Kadang-kadang

3,3%

Tidak Pernah

0%

Jumlah

30

100%

Dari tabel tersebut dapat dipahami bahwa 86,7% responden menyatakan


guru agama selalu memeriksa dan mengembalikan hasil ulangan, 10%
menyatakan sering, 3,3% responden menyatakan kadang-kadang, dan 0%
menyatakan tidak pernah. Sehingga dapat disimpulkan bahwa guru agama selalu
memeriksa dan mengembalikan hasil ulangan.

Tabel 4.25
Memberi pujian kepada siswa yang aktif
No

Alternatif Jawaban

Frekuensi

Prosentasi

20.

Selalu

11

36,6%

Sering

26,7%

Kadang-kadang

30%

Tidak Pernah

6,7%

77

Jumlah

30

100%

Dari tabel tersebut dapat dipahami bahwa 36,6% guru agama selalu
memberi pujian kepada siswa yang aktif, 26,7% responden menyatakan sering,
30% responden menyatakan kadang-kadang, dan 6,7% responden menyatakan
tidak pernah. Sehingga dapat disimpulkan bahwa guru agama selalu memberi
pujian kepada siswa yang aktif.

Tabel 4.26
Soal-soal yang diberikan sesuai dengan materi yang diajarkan
No

Alternatif Jawaban

Frekuensi

Prosentasi

21.

Selalu

26

86,7%

Sering

10%

Kadang-kadang

3,3%

Tidak Pernah

0%

Jumlah

30

100%

Dari tabel tersebut dapat dipahami bahwa 86,7% responden menyatakan


soal-soal yang diberikan guru agama selalu sesuai dengan materi yang diajarkan,
10% responden menyatakan sering, 3,3% responden menyatakan kadang-kadang,
dan 0% menyatakan tidak pernah. Sehingga dapat disimpulkan bahwa soal-soal
yang diberikan guru agama selalu sesuai dengan materi yang diajarkan.

78

8. Pemberian Pujian

Tabel 4.27
Memberikan pujian kepada anak yang dapat mengerjakan tugas dengan
baik
No

Alternatif Jawaban

Frekuensi

Prosentasi

22.

Selalu

13

43,3%

Sering

23,3%

Kadang-kadang

26,7%

Tidak Pernah

6,7%

Jumlah

30

100%

Dari tabel tersebut dapat dipahami bahwa 43,3% responden menyatakan


guru agama selalu memberikan pujian kepada anak yang dapat mengerjakan tugas
dengan baik, 23,3% menyatakan sering, 26,7% menyatakan kadang-kadang, dan
6,7% menyatakan tidak pernah. Sehingga dapat disimpulkan bahwa guru agama
selalu memberikan pujian kepada anak yang dapat mengerjakan tugas dengan
baik.
Tabel 4.28
Pujian yan diberikan berupa kata-kata yang dapat meningkatkan motivasi
belajar
No

Alternatif Jawaban

Frekuensi

Prosentasi

23.

Selalu

17

56,7%

Sering

16,7%

Kadang-kadang

23,3%

Tidak Pernah

3,3%

Jumlah

30

100%

Dari tabel tersebut dapat dipahami bahwa 56,7% responden menyatakan


pujian yang diberikan selalu berupa kata-kata yang dapat meningkatkan motivasi

79

dalam belajar, 16,7% responden menyatakan sering, 3,4% responden menyatakan


kadang-kadang, dan 23,3% responden juga menyatakan tidak pernah. Sehingga
dapat disimpulkan bahwa 3,3% responden menyatakan pujian yang diberikan
selalu berupa kata-kata yang dapat meningkatkan motivasi dalam belajar.

9. Pemberian Hadiah

Tabel 4.29
Memberikan hadiah kepada siswa yang berprestasi
No

Alternatif Jawaban

Frekuensi

Prosentasi

24.

Selalu

10%

Sering

13,3%

Kadang-kadang

12

40%

Tidak Pernah

11

36,7%

Jumlah

30

100%

Dari tabel tersebut dapat dipahami bahwa 10% responden menyatakan


selalu, 13,3% menyatakan sering, 40% responden menyatakan guru agama
kadang-kadang memberikan hadiah kepada siswa yang berprestasi, dan 36,7%
tidak pernah. Sehingga dapat disimpulkan bahwa guru agama kadang-kadang
memberikan hadiah kepada siswa yang berprestasi.

Tabel 4.30
Hadiah yang diberikan berupa alat-alat tulis
No

Alternatif Jawaban

Frekuensi

Prosentasi

25.

Selalu

6,7%

Sering

16,7%

Kadang-kadang

13

43,3%

Tidak Pernah

10

33,3%

80

Jumlah

30

100%

Dari tabel tersebut dapat dipahami bahwa 6,7% responden menyatakan


selalu, 16,7% responden menyatakan sering, 43,3% responden menyatakan
hadiah yang diberikan kadang-kadang berupa alat tulis, dan 33,3% responden
menyatakan tidak pernah. Sehingga dapat disimpulkan bahwa hadiah yang
diberikan kadang-kadang berupa alat tulis.

10. Pemberian Hasil Ulangan

Tabel 4.31
Memberikan hasil ulangan tepat waktu
No

Alternatif Jawaban

Frekuensi

Prosentasi

26.

Selalu

17

56,6%

Sering

30%

Kadang-kadang

6,7%

Tidak Pernah

6,7%

Jumlah

30

100%

Dari tabel tersebut dapat dipahami bahwa 56,6% responden menyatakan


guru agama selalu memberikan hasil ulangan tepat waktu, 30% menyatakan
sering, 6,7% menyatakan kadang-kadang. Dan 6,7% menyatakan tidak pernah.
Sehingga dapat disimpulkan bahwa guru agama selalu memberikan hasil ulangan
tepat waktu.

81

Tabel 4.32
Menyebutkan nilai ulangan tertinggi
No

Alternatif Jawaban

Frekuensi

Prosentasi

27.

Selalu

13,4%

Sering

13

43,3%

Kadang-kadang

13

43,3%

Tidak Pernah

0%

Jumlah

30

100%

Dari tabel tersebut dapat dipahami bahwa 13,4% responden menyatakan


selalu, 43,3% responden menyatakan sering dan kadang-kadang, dan 0% tidak
pernah tidak menyebutkan nilai ulangan yang tertinggi. Sehingga dapat
disimpulkan bahwa guru agama sering dan kadang-kadang menyebutkan nilai
ulangan tertinggi.

11. Melakukan Penilaian

Tabel 4.33
Guru agama langsung memberikan nilai ketika tugas dikumpulkan
No

Alternatif Jawaban

Frekuensi

Prosentasi

28.

Selalu

16,7%

Sering

26,6%

Kadang-kadang

15

50%

Tidak Pernah

6,7%

Jumlah

30

100%

Dari tabel tersebut dapat dipahami bahwa 16,7% responden menyatakan


selalu, 26,6% responden menyatakan sering, 50% responden menyatakan guru
agama kadang-kadang langsung memberikan nilai ketika tugas dikumpulkan, dan
6,7% responden menyatakan tidak pernah. Sehingga dapat disimpulkan bahwa

82

guru

agama

kadang-kadang

langsung

memberikan

nilai

ketika

tugas

dikumpulkan.

Tabel 4.34
Nilai yang diberikan berupa angka bukan hanya tanda tangan
No

Alternatif Jawaban

Frekuensi

Prosentasi

29.

Selalu

18

60%

Sering

30%

Kadang-kadang

6,7%

Tidak Pernah

3,3%

Jumlah

30

100%

Dari data tersebut dapat dipahami bahwa 60% responden menyatakan


selalu mendapatkan nilai yang berupa angka bukan hanya tanda tangan, 30%
menyatakan sering, 6,7% menyatakan kadang-kadang, dan 3,3% menyatakan
tidak pernah. Sehingga dapat disimpulkan bahwa guru agama selalu memberikan
nilai berupa angka bukan hanya tanda tangan.

Tabel 4.35
Diadakan remedial untuk nilai yang belum mencapai standar
No

Alternatif Jawaban

Frekuensi

Prosentasi

30.

Selalu

22

73,3%

Sering

26,7%

Kadang-kadang

0%

Tidak Pernah

0%

Jumlah

30

100%

Dari tabel tersebut dapat dipahami bahwa 73,3% responden yang


menyatakan diadakannya remedial untuk nilai yang belum mencapai standar, 26,7
responden menyatakan sering, 0% responden menyatakan kadang-kadang, dan

83

0% menyatakan tidak pernah. Sehingga dapat disimpulkan bahwa guru agama


selalu mengadakan remedial untuk nilai yang belum mencapai standar.

C. Interpretasi Data/Pembahasan Hasil Penelitian


Hasil penelitian di sini mengacu pada wawancara, observasi, dokumentasi,
dan angket untuk para siswa yang merupakan cara pengumpulan data-data yang ada
dan didapatkan penulis. Wawancara yang dilakukan peneliti antara lain, kepada
Kepala Sekolah, Guru PAI (aqidah akhlak, fiqih, quran hadits, dan sejarah) yang
berjumlah 4 orang dan sudah bersertifikasi. Observasi yang dilakukan adalah melihat
kegiatan guru ketika mengajar di dalam kelas, dan angket disebarkan kepada 30
siswa/i kelas X MAN 4 Jakarta.
Proses belajar dan hasil belajar siswa bukan saja ditentukan oleh sekolah,
pola, struktur dan isi kurikulumnya. Akan tetapi sebagian besar ditentukan oleh
kompetensi guru yang mengajar dan membimbing mereka. Karena salah satu faktor
yang menentukan berhasil tidaknya proses belajar mengajar adalah guru. Guru yang
kompeten akan lebih mampu menciptakan lingkungan belajar yang efektif,
menyenangkan, dan akan lebih mampu mengelola kelasnya, sehingga siswa dapat
belajar secara optimal.
Upaya yang dilakukan dalam peningkatan kualitias guru di MAN 4 Jakarta,
hasil wawancara dengan wakil kepala sekolah MAN 4 Jakarta, selalu dibuka
kesempatan kepada guru untuk mengembangkan pengetahuannya baik dengan
mengikuti pelatihan-pelatihan, seminar, workshop pembuatan perangkat, kemudian
dimonitoring melalui supervisi. Atau diberikan kesempatan juga untuk menambah
pengetahuan dan wawasannya di luar atau di dalam sekolah.1
MAN 4 Jakarta terdiri dari 27 kelas dengan 4 jurusan (agama, bahasa, IPA,
dan IPS), kelas X 9 kelas, kelas XI 9 kelas, dan kelas XII 9 kelas. Yang dibimbing
oleh beberapa guru agama, yaitu Ibu Khairunnisa (fiqih), Ibu Kholiyah (quran

Wawancara dengan Bapak Agus Mudhofar, Jumat 07 Februari 2014, Pukul 08.52.

84

hadits), Ibu Rosmaniar (sejarah), dan Bapak Elang Charta (aqidah akhlak). Dalam
pengembangan jasmani dan rohani di MAN 4 Jakarta banyak kegiatan keagamaan
yang dapat mendukung pengembangan rohani yang dibimbing langsung oleh guru
pendidikan agama Islam diantaranya, sholat dhuha, sholat dzuhur berjamaah, sholat
asar berjamaah, hafalan al-Quran (Juz 28, 29 dan 30), membaca al-Quran sebelum
memulai pelajaran sekitar 10 menit serta berinfak untuk membantu temannya yang
terkena musibah. Sebagaimana hasil wawancara saya dengan Ibu Kholiyah selaku
guru PAI senior di MAN 4 Jakarta, Kamis 09 Januari 2014, pukul 11.00 WIB,
sebagai berikut:
Sebelum anak-anak memulai pelajaran, anak-anak diwajibkan membaca alQuran atau surat-surat pendek kurang lebih 10 menit. Tujuannya itu supaya
anak-anak dalam kesehariannya terbiasa membaca al-Quran serta mampu
memahami sedikit demi sedikit isi kandungannya. Karena di MAN 4 Jakarta
ini ada sistem penyetoran hafalan al-Quran (Juz 28, 29 dan 30). Dahulu
sholat dhuha diwajibkan di MAN 4 Jakarta ini, akan tetapi karena sholat
dhuha dilaksanakan pada waktu istirahat maka banyak anak-anak yang
pingsan karena belum sarapan dan waktu istirahatnya habis karena dipakai
sholat dhuha. Dan sekarang sholat dhuha itu menjadi sunnah bagi anak-anak
MAN 4 Jakarta yang ingin melaksanakannya. Akan tetapi tidak mengurangi
antusias anak-anak itu sendiri untuk tetap melaksanakan sholat dhuha. Dan
anak-anak MAN 4 Jakarta juga dilatih untuk saling membantu sesama jika
ada yang terkena musibah, maka tugas guru agamalah untuk memintakan
sumbangan kepada anak-anak yang sifatnya incidental.
Dari hasil penelitian yang telah peneliti peroleh, keempat guru agama tersebut
memiliki kompetensi profesional. Karena Ibu Khairunnisa sudah berkualifikasi
akademik (S1) dan sedang mengambil pendidikan S2, Ibu Kholiyah berkualifikasi
akademik (S2), Ibu Rosmaniar berkualifikasi akademik (S1), dan Bapak Elang Charta
berkualifikasi akademik (S1). Adapun kualifikasi untuk menjadi guru profesional
yaitu standar kualifikasi akademik minimalnya adalah S1 dan alangkah baiknya jika
pendidikan itu dilaksanakan sepanjang hayat.2 Dan keempat guru PAI tersebut sudah
bersertifikasi. Untuk lebih jelasnya, mengenai pelaksanaan kompetensi profesional
2

Wawancara dengan Bapak Agus Mudhofar, Jumat 07 Februari 2014, Pukul 08.52.

85

guru pendidikan agama Islam yang ada di MAN 4 Jakarta dapat dijelaskan sebagai
berikut:
1. Penguasaan Materi Pelajaran
Sebelum guru tampil di depan kelas untuk mengelola interaksi belajar
mengajar, terlebih dahulu guru harus sudah menguasai materi apa yang akan
disampaikan kepada siswa sekaligus mempersiapkan bahan-bahan yang berkaitan
untuk mendukung jalannya proses pembelajaran. Bahan pelajaran adalah
substansi yang akan disampaikan dalam proses pembelajaran di kelas. Dengan
menguasai materi pelajaran, maka guru akan lebih mudah dalam pengelolaan
kelas.
Upaya yang dilakukan guru pendidikan agama Islam di MAN 4 Jakarta dalam
penguasaan materi yaitu, dengan banyak membaca, menggali informasi dari
sumber lain, menambah referensi dari buku lain dan internet, berdialog antar
sesama guru untuk saling berbagi ilmu, serta mengkorelasikan antara pelajaran
agama Islam dengan ilmu lain sehingga akan menjadikan proses pembelajaran
menjadi lebih bermakna dan semakin mudah dipahami siswa. Dan melakukan
kunjungan ke negara-negara lain untuk dapat menambah wawasan karena ilmu itu
selalu berkembang.3
Hasil angket menunjukkan 63,3% siswa mengatakan bahwa guru agama
menjelaskan materi sesuai dengan tema yang dibahas, 63,3% menjawab
pertanyaan siswa dengan tepat, 70% menguasai setiap pokok bahasan yang akan
diajarkan. Ini menunjukkan bahwa guru PAI di MAN 4 Jakarta sudah baik dalam
hal penguasaan materi.

2. Mengelola Program Belajar Mengajar


Guru yang kompeten, harus mampu mengelola program belajar mengajar,
seperti merumuskan tujuan instruksional atau pembelajaran, mengenal dan dapat
3

10.30.

Wawancara dengan Ibu Kholiyah, Kamis 09 Januari 2014 di Ruang Guru Agama, Pukul

86

menggunakan proses instruksional yang tepat, mengenal kemampuan anak didik,


dan sebelum pelajaran dimulai guru menjelaskan materi yang akan diberikan.
Pada tahun 2010 MAN 4 Jakarta ditetapkan sebagai Madrasah Bertaraf
Internasional (MBI) dan tersertifikasi ISO 9001:2008 dari Sucofindo. Di mana
guru dituntut mampu menggunakan bahasa Internasional dalam proses belajar
mengajar yang menggunakan bahasa pengantar bahasa Inggris. 4 Dan proses
belajar mengajar di sekolah tidak saja terpusat pada guru dan materi ajar tetapi
dapat berupa konsep, prinsip, teori atau bentuk generalisasi lainnya. Ada standar
pendidikan baru di mana guru adalah partner bagi siswa. Di sini guru bertindak
bukan sebagai tutor melainkan sebagai fasilitator.5
Hasil angket menunjukkan 60% guru agama selalu menyampaikan tujuan
pembelajaran sebelum pelajaran dimulai. Guru agama menjelaskan tema yang
akan dipelajari sebelum pelajaran dimulai, hasil angket menunjukkkan 70%, dan
di awal pelajaran guru agama bertanya materi yang lalu, hasil angket
menunjukkan 36,7%. Hasil observasi yang peneliti lakukan selama beberapa hari
di dalam kelas terhadap empat guru yang bersangkutan, peneliti melihat tidak
semua guru PAI yang bersangkutan menyampaikan tujuan pelajaran sebelum
pelajaran dimulai. Dan ketika peneliti bertanya, jawabannya adalah kadangkadang saya menyampaikan kadang-kadang tidak.6 Adapun guru agama yang
bersangkutan di awal pelajaran bertanya materi yang lalu untuk menguji ingatan
siswa akan pelajaran yang sudah diajarkan. Guru agama mengadakan tanya jawab
mengenai materi yang akan dipelajari hasil angket menunjukkan 56,6%.

3. Mengelola Kelas
Mengelola kelas adalah keterampilan guru untuk menciptakan dan
memelihara kondisi belajar yang optimal dan mengembalikannya apabila terjadi
4

Wawancara dengan Ibu Yunarni Sirear sebagai Waka Humas MAN 4 Jakarta.
Wawancara dengan Ibu Khairunnisa, Selasa 07 januari 2014 di Ruang Tamu, Pukul 08.30.
6
Wawancara dengan Bapak Elang Charta, guru PAI Akidah Akhlak MAN 4 Jakarta.
5

87

gangguan dalam proses belajar mengajar. Suatu kondisi belajar yang optimal
dapat tercapai apabila guru mampu mengatur siswa dan sarana yang
menyenangkan

untuk

mencapai

tujuan

pengajaran.

Pengelolaan

kelas

dimaksudkan untuk menciptakan lingkungan belajar yang kondusif bagi anak


didik sehingga tercapai tujuan pengajaran secara efektif dan efesien. Hubungan
interpersonal yang baik antara guru dan siswa, siswa dan siswa juga merupakan
syarat keberhasilan pengelolaan kelas. Pengelolaan kelas yang efektif merupakan
prasyarat mutlak bagi terjadinya proses belajar mengajar yang efektif.
Hasil angket menunjukkan 43,4% guru agama selalu menciptakan suasana
komunikatif antar siswa, 60% menciptakan suasana yang menyenangkan pada
saat proses pembelajaran. Dan hasil observasi yang observer lakukan, guru agama
selalu melibatkan siswanya dalam proses pembelajaran. Siswa dituntut untuk aktif
selama proses pembelajaran berlangsung, dan sesama siswa saling berlomba
untuk aktif di dalamnya, guru pun dapat mengelolanya dengan baik. Sehingga
suasana di dalam kelas ketika belajar terasa menyenangkan.

4. Menggunakan Media/Sumber
Pengajar adalah media utama dalam proses belajar mengajar dan merupakan
motivator atau fasilitas bagi siswa untuk mengoptimalkan kegiatan belajar. 7 Salah
satu cara untuk mempermudah dalam pencapaian tujuan pembelajaran tentunya
menggunakan media yang mana media mempunyai keterkaitan dengan bahan
yang disampaikan (relevansi).8
Dalam melaksanakan sistem pembelajaran di sekolah, guru agama diharapkan
mampu mengembangkan dan menggunakan variasi media pembelajaran. Hal ini
guna mengatasi kebosanan siswa sehingga dalam situasi belajar mengajar, murid
senantiasa menunjukkan ketekunan, antusiasme, dan partisipasi. Banyak variasi
7

M. Basyiruddin Usman, Metodologi Pembelajaran Agama Islam, (Jakarta: Ciputat Pres,


2002), Cet. 1, h. 127.
8
Iif Khoiru Ahmadi, Sofan Amri, Strategi Pembelajaran Sekolah Berstandar Internasional &
Nasional, (Jakarta: PT Prestasi Pustakaraya, 2010), Cet-1, h. 124.

88

media yang dapat digunakan seperti, realthings, berupa manusia atau guru itu
sendiri, verbal representation, berupa media tulis/cetak, atau buku teks, motion
picture, seperti film, video, tape dsb, still picture, foto, slide, film strip dan media
visual lainnya.
Di MAN 4 Jakarta sebagian guru agama menggunakan media berupa motion
picture dan still picture yaitu dengan membuat slide pada power point untuk
menjelaskan materi yang akan disampaikan pada siswa. Dan terkadang guru
agama menampilkan motion picture dalam bentuk film atau video terkait materi
yang diajarkan. Hasil wawancara dengan Ibu Kholiyah guru PAI bidang studi
quran hadits mengatakan, Karena dengan slide yang saya tampilkan pada power
point siswa akan cepat tanggap dan paham akan materi yang disampaikan, tidak
jenuh dan tidak mengantuk. Dan saya juga beberapa kali menampikan video
terkait

materi

pelajaran

yang diajarkan.

Guru

agama

kadang-kadang

menggunakan alat peraga yang terdapat di LAB agama sesuai dengan materi yang
dibahas. Akan tetapi dari keempat guru tersebut tidak semuanya dapat
menggunakan media power point karena mereka belum terlalu mahir dalam
menggunakannya dan ketika mengajar hanya menggunakan metode tanpa
menggunakan media berbentuk power point atau slide.9 Penggunaan alat peraga
mendapat respon siswa sebanyak 20%. Untuk buku LKS hasil angket
menunjukkan 20% karena MAN 4 Jakarta tidak mewajibkan untuk semua siswa,
bagi yang ingin memiliki buku LKS dapat membelinya untuk menambah bahan
bacaan. Dan guru agama juga menambahkan sumber belajar dari internet hasil
angket menunjukkan 73,3%.

5. Mengelola Interaksi Belajar Mengajar


Di dalam proses belajar mengajar, kegiatan interaksi antara guru dan siswa
merupakan kegiatan yang cukup dominan. Kemudian di dalam kegiatan interaksi

Hasil Wawancara dengan Bapak Elang Charta, Selasa, 28 Januari 2014, Pukul 09.20.

89

antara guru dan siswa dalam rangka transfer of knowledge dan bahkan juga
transfer of values, akan senantiasa menuntut komponen yang serasi antara guru
dan siswa tidak semata-mata hanya tergantung cara atau metode yang dipakai,
tetapi komponen-komponen yang lain juga akan mempengaruhi keberhasilan
interaksi belajar mengajar tersebut. Komponen tersebut misalnya guru, siswa,
metode, alat atau teknologi, sarana dan tujuan.
Guru agama di MAN 4 Jakarta selalu melibatkan seluruh siswanya di dalam
proses pembelajaran. Guru memberikan pertanyaan kepada semua siswanya agar
siswa dituntut aktif menjawab pertanyaan yang diberikan guru. Ketika siswa tidak
bisa menjawab maka guru menunjuk salah satu mereka untuk menjawab
pertanyaannya. Ini terbukti dari hasil observasi yang dilakukan peneliti. Hasil
angket menunjukkan 50% siswa mengatakan guru agama sering melibatkan
seluruh siswanya dalam proses pembelajaran. Guru agama juga memberikan
kesempatan kepada siswa untuk bertanya ketika menghadapi pertanyaan yang
sulit dan dapat menjawabnya, angket siswa merespon dengan 73,3%. Sebelum
pertanyaan yang diajukan siswanya dijawab, guru agama memberikan
kesempatan kepada siswa lain untuk dapat menjawab pertanyaan temannya, hasil
angket menunjukkan 13,3% karena hanya beberapa guru agama saja yang
melalakukan hal itu, banyak dari mereka yang langsung menjawab pertanyaan itu
sendiri tanpa melibatkan siswa yang lainnya.

6. Menggunakan Metode
Permasalahan yang sering kali dijumpai dalam pengajaran, khususnya
pengajaran agama Islam adalah bagaimana cara menyajikan materi kepada siswa
secara baik sehingga diperoleh hasil yang efektif dan efesien. Dan masalah
lainnya yaitu kurangnya perhatian guru agama terhadap variasi penggunaan
metode mengajar dalam upaya peningkatan mutu pengajaran secara baik.10

10

M. Basyiruddin Usman, op.cit., h. 31.

90

Metode pembelajaran yang digunakan guru dalam proses belajar mengajar akan
membuat pelajaran agama lebih menarik dan mengesankan bagi siswa, sehingga
mempermudah pencapaian sasaran yang diinginkan. Guru agama harus mampu
menggunakan pendekatan atau metode pembelajaran yang bervariasi. Hal ini
guna mengatasi kebosanan murid dalam situasi belajar mengajar.
Berdasarkan

hasil

wawancara

dengan

beberapa

guru

PAI

metode

pembelajaran yang digunakan guru agama di MAN 4 Jakarta bervariasi seperti,


guru memerintahkan siswa untuk mencari dari berbagai sumber terkait materi
yang akan dibahas dan siswa itu mempresentasikannya di depan teman-temannya
(reading guide), jigsaw, resitasi, demonstrasi, diskusi kelompok, snow ball, dan
yang paling sering banyak digunakan guru adalah metode tanya jawab dan diskusi
kelompok. Hasil angket menunjukkan 56,7% siswa yang mengatakan bahwa guru
agama sering menggunakan metode bervariasi. Ini menggambarkan bahwa guru
agama sering menggunakan metode bervariasi dalam proses pembelajaran. Hasil
observasi yang dilakukan observer menunjukkan bahwa guru agama lebih sering
menggunakan metode tanya jawab, diskusi dan resitasi. Resitasi diberikan terkait
pekerjaan rumah, karena siswa diberi tugas-tugas khusus diluar jam pelajaran. Ini
menunjukkan bahwa metode yang digunakan bervariasi akan tetapi yang sering
digunakan yaitu tanya jawab, diskusi dan resitasi karena menggunakan metode
sesuai dengan materi pembahasan. Hasil angket menunjukkan 50% guru agama
menggunakan metode sesuai dengan materi yang dibahas. Metode lain seperti
demostrasi, digunakan jika materi pembahasannya sesuai dengan metode yang
harus dipakai, seperti cara memandikan mayat orang muslim/muslimah dengan
menggunakan model atau boneka, demonstrasi tentang cara-cara tawaf pada saat
ibadah haji dan sebagainya.

7. Menilai Prestasi Siswa


Guru harus menilai prestasi siswa untuk kepentingan pengajaran. Dengan
mengetahui prestasi belajar siswa, apalagi secara individual guru akan dapat

91

mengambil langkah-langkah instruksional yang konstruktif. Bagi guru yang


bijaksana dan memahami karakteristik siswa akan menciptakan kegiatan belajar
mengajar yang berbeda antara siswa yang berprestasi tinggi dan siswa yang
berprestasi rendah. Karena pada dasarnya keadaan siswa berbeda beda begitupun
dengan tingkat motivasinya.
Hasil angket menunjukkan 83,4% guru agama selalu mengadakan ulangan
terhadap materi yang dibahas. Didukung oleh wawancara Ibu Rosmaniar guru
sejarah mengatakan bahwa, Ulangan dilakukan setiap satu atau dua bab untuk
mengetahui apakah siswa memahami setiap babnya. Dan beliau juga
mengatakan, Hasil ulangan selalu diberikan kepada siswa karena siswa akan
tambah bersemangat ketika melihat hasil ulangannya bagus dan untuk yang
mendapatkan hasil ulangan yang kurang baik, dapat memotivasi agar lebih giat
lagi belajarnya.11
Hasil angket siswa menujukkan 86,7% guru selalu mengembalikan hasil
ulangan. Hasil angket menunjukkan 36,6% guru juga memberikan pujian kepada
siswa yang aktif yang selalu bertanya dan dapat menjawab pertanyaannya
sehingga pujian dengan mengatakan kamu pintar, luar biasa, dapat menjadi
motivasi untuk siswa yang lainnya. Dan soal-soal yang diberikan ketika ulangan
sesuai dengan materi yang diajarkan, siswa merespon dengan angket 86,7%.

8. Pemberian Pujian
Pujian adalah bentuk ganjaran yang paling mudah karena hanya berupa katakata seperti Baik sekali, bagus, atau dapat berupa kata-kata sugestif Lain kali
pasti hasilnya akan lebih bagus lagi dan sebagainya.12
Apabila ada siswa yang sukses dan berhasil menyelesaikan tugas dengan baik,
perlu diberikan pujian. Pujian ini adalah bentuk reinforcement yang positif dan
sekaligus merupakan motivasi yang baik. Oleh karena itu supaya pujian ini
11
12

Hasil Wawancara dengan Ibu Rosmaniar, Jumat 17 Januari 2014, Pukul 09.00.
M. Alisuf Sabri, Pengantar Ilmu Pendidikan, (UIN Jakarta Press, 2005), Cet-1, h. 60.

92

merupakan motivasi, pemberiannya harus tepat. Dengan pujian yang tepat akan
memupuk suasana yang menyenangkan dan mempertinggi gairah belajar serta
sekaligus akan membangkitkan harga diri.
Guru selalu memberikan pujian berupa kata-kata seperti, kamu pintar, luar
biasa, jawaban yang tepat, dan disertai tepuk tangan kepada siswa yang dapat
mengerjakannya tugas dengan baik. Hasil angket siswa menunjukkan 43,3% guru
agama memberikan pujian-pujian tersebut. Dari observasi yang dilakukan guru
agama selalu memberikan pujian kepada siswanya yang dapat menjawab
pertanyaannya dengan tepat. Dan kata-kata yang digunakan dapat meningkatkan
motivasi belajar siswa. Ini didukung oleh hasil angket yaitu 56,7%.

9. Pemberian Hadiah
Hadiah merupakan satu-satunya alat pendidikan refresif yang menyenangkan.
Hadiah dapat membangkitkan motivasi apabila setiap orang mempunyai harapan
untuk memperolehnya. Bagi pelajar, hadiah juga dapat merusak oleh sebab
menyimpangkan pikiran anak dari tujuan belajar yang sebenarnya.
Hasil wawancara dengan Ibu Rosmaniar hadiah berbentuk benda jarang
diberikan karena akan mendatangkan pengaruh negatif dalam belajar yaitu anak
belajar bukannya karena ingin mengejar pengetahuan tetapi semata-mata karena
ingin mendapat hadiah, akibatnya apabila dalam belajarnya tidak memperoleh
hadiah maka anak menjadi malas belajarnya. Akan tetapi hadiah itu sesekali
diberikan kepada siswa yang berprestasi dan ketika diadakan acara pesantren
kilat. Hasil angket siswa menunjukkan 36,7% mengatakan guru agama tidak
pernah memberikan hadiah kepada siswa yang berprestasi. Guru agama juga
kadang-kadang memberikan hadiah berupa alat-alat tulis kepada siswa, akan
tetapi hadiah yang diberikan hanya kepada siswa yang berprestasi dan ketika
diadakan acara pesantren kilat. Hasil angket menunjukkan 43,3%.

93

10. Pemberian Hasil Ulangan


Dengan mengetahui hasil ulangan, apalagi jika terjadi kemajuan dari nilai
sebelumnya, akan mendorong siswa untuk lebih giat belajar. Semakin mengetahui
bahwa grafik hasil belajar meningkat, maka ada motivasi pada diri siswa untuk
terus belajar, dengan suatu harapan hasilnya terus meningkat.
Guru agama di MAN 4 Jakarta selalu memberikan hasil ulangan tepat waktu,
ini berdasarkan wawancara dengan Ibu Rosmaniar. Dan didukung oleh hasil
angket siswa yaitu 56,6% menyebutkan guru agama selalu memberikan hasil
ulangan tepat waktu. Guru agama jarang menyebutkan nilai tertinggi siswa
dihadapan siswa lainnya. Didukung hasil angket 43,3 supaya siswanya sendiri
saja yang mengetahui hasilnya.

11. Melakukan Penilaian


Merancang penilaian dan melakukannya perlu diadakan. Setelah pengajaran
disusun, penilaian dirancang untuk mengumpulkan data yang digunakan untuk
penyempurnaan pengajaran.13
Dengan penilaian, guru dapat mengetahui keberhasilan pencapaian tujuan,
penguasaan siswa terhadap pelajaran, serta ketepatan atau keefektifan metode
mengajar. Tujuan lain dari penilaian di antaranya ialah untuk mengatahui
kedudukan siswa di dalam kelas atau kelompoknya.
Penilaian secara kontinu akan mendorong murid-murid belajar, oleh karena
setiap anak memiliki kecenderungan untuk memperoleh hasil yang baik. Penilaian
yang dimaksud dalam hal ini adalah berupa angka. Angka merupakan simbol dari
nilai kegiatan belajarnya. Banyak siswa belajar, yang justru akan mencapai angka
atau nilai yang baik, sehingga siswa biasanya yang dikejar adalah nilai ulangan
atau nilai-nilai raport. Banyak murid belajar untuk mencapai angka baik dan

13

Tresna Sastrawijaya, Pengembangan Program Pengajaran, (Jakarta: Rineka Cipta, 1991),


Cet-1, h. 128.

94

untuk itu berusaha dengan segenap tenaga. Angka itu bagi mereka merupakan
motivasi yang kuat. Akan tetapi ada pula yang bekerja untuk naik kelas saja.
Guru agama tidak langsung memberikan nilai ketika tugas dikumpulkan
karena guru agama bisa menilainya di luar jam pelajaran yang sedang
berlangsung dan akan diserahkan kembali esok harinya atau pada jam
pelajarannya. Hasil angket siswa menunjukkan 50% guru agama tidak langsung
memberikan nilai ketika tugas dikumpukan. Hasil angket siswa menunjukkan
60% nilai yang diberikan bukan hanya sekedar tanda tangan. Dan guru agama
mengadakan remedial untuk nilai siswa yang belum mencapai standar. Hasil
angket menunjukkan 73,3%.

BAB V
PENUTUP

A. Kesimpulan
Dari pembahasan serta temuan penelitian yang sudah dilakukan oleh peneliti,
guru PAI MAN 4 Jakarta sudah termasuk kategori profesional. Hal ini dilihat dari:
a. Peran guru PAI sebagai demonstrator
b. Peran guru PAI sebagai pengelola kelas
c. Peran guru PAI sebagai mediator
d. Peran guru PAI sebagai motivator

B. Saran
Berdasarkan hasil penelitian tentang Peran Kompetensi Profesional Guru
Pendidikan Agama Islam dalam Meningkatkan Motivasi Belajar Siswa di MAN 4
Jakarta, maka peneliti menyampaikan saran sebagai berikut:
1. Bagi kepala sekolah
Kepala sekolah hendaknya sering mengadakan peningkatan terhadap kompetensi
profesional guru dan dapat mempertahankan lembaga yang sudah baik menjadi

95

96

lebih baik lagi dan lebih berkembang dengan memberikan dukungan dan motivasi
serta menyediakan sarana prasarana yang dibutuhkan.
2. Bagi Lembaga Pendidikan
Hendaknya melengkapi sarana dan prasarana dalam menunjang kegiatan
keagamaan menambah koleksi buku di perpustakaan agama dan cerita-cerita yang
bernuansa islami sehingga dapat menambah minat baca dan pengetahuan mereka.
3. Bagi Guru PAI
Agar pelaksanaan proses belajar mengajar dapat berjalan dengan baik, guru
PAI hendaknya lebih mempererat hubungan dan menjalin relasi yang baik dengan
siswa-siswanya sebagai upaya untuk meningkatkan motivasi belajar siswasiswanya.
Bagi guru PAI yang belum menggunakan media sebaiknya dapat
memanfatkan media yang telah ada karena akan membuat proses belajar mengajar
lebih menarik sehingga dapat menumbuhkan motivasi siswa dalam mengikuti
pembelajaran dari guru. Dan pelajarannya jelas akan membuat siswa lebih mudah
untuk memahami dan lebih tertarik untuk lebih mendalami materi.

DAFTAR PUSTAKA

Ad Duweisy, Muhammad Abdullah. Menjadi Guru Yang Sukses Dan


Berpengaruh. Surabaya: CV Fitrah Mandiri, 2005.
Ahmadi, Iif Khoiru dan Amri, Sofan. Strategi Pembelajaran Sekolah Berstandar
Intenasional & Nasional. Jakarta: PT Prestasi Pustakaraya, 2010.
Arikunto, Suharsimi. Manajemen Penelitian. Jakarta: PT. Rineka Cipta, 2002.
------- Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik. Jakarta: PT. Rineka Cipta,
2002.
Daradjat, Zakiyah. Metodik Khusus Pengajaran Agama Islam. Jakarta: Bumi
Aksara, 2008.
------- Metodologi Khusus Pengajaran Agama Islam. Jakarta: Bumi Aksara, 2001.
Departemen Agama RI, Al-Quran
Kumudasmoro Grafindo, 1994.

dan

Terjemahnya.

Semarang:

PT

Dimyati dan Mudjiono. Belajar dan Pembelajaran. Jakarta: PT Rineka Cipta,


2006.
Direktorat Jenderal Pendidikan Agama Islam Departemen Agama RI. Undangundang dan Peraturan Pemerintah RI tentang Pendidikan, 2006.
Djiwandono, Sri Esti Wuryani. Psikologi Pendidikan. Jakarta: PT Gramedia
Widiasarana Indonesia, 2009.
Fathurrohman, Pupuh dan Sutikno, Sobry. Strategi Belajar Mengajar. Bandung:
PT Refika Aditama, 2007.
Hamalik, Oemar. Kurikulum dan Pembelajaran. Jakarta: PT Bumi Aksara, 2009.
------- Proses Belajar Mengajar. Jakarta: PT Bumi Aksara, 2007.
Kunandar. Guru Profesional Implementasi Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan
(KTSP) dan Sukses dalam Sertifikasi Guru. Jakarta: PT Raja Grafindo,
2007.
M, Sardiman A. Interaksi dan Motivasi Belajar Mengajar. Jakarta: CV. Rajawali,
1998.
Mahmud. Metode Penelitian Pendidikan. Bandung: CV Pustaka Setia, 2011.

97

98

MTT, A Malik, dan Anwar Sumarsih. Kompetensi Guru dan Peningkatan


Kualitas Pendidikan. Penamas, Vol. 3, 2005.
Mukhid, Abd. Nuansa; Jurnal Penelitian Ilmu-ilmu Sosial & Keagamaan. Pusat
Penelitian & Pengabdian Kepada Masyarakat STAIN Pamekasan, 2009.
Mulyasa, E. Implementasi Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan. Jakarta: PT
Bumi Aksara, 2009.
------- Standar Kompetensi dan Sertifikasi Guru. Bandung: PT Remaja
Rosdakarya, 2007.
Musfah, Jejen. Peningkatan Kompetensi Guru: Melalui Pelatihan dan Sumber
Belajar Teori dan Praktik. Jakarta: Kencana, 2011.
Nashar. Peranan Motivasi dan Kemampuan Awal dalam Kegiatan Pembelajaran.
Jakarta: Delia Press, 2004.
Noor, Juliansyah. Metodologi Penelitian. Jakarta: Kencana Prenada Media Group,
2012.
Nuraida dan Aulia, Rihlah Nur. Character Building Guru PAI. Jakarta: Alia,
2008.
Nurdin, Syafruddin. Guru Profesional & Implementasi Kurikulum. Jakarta: PT
Ciputat Press, 2005.
Pedoman Penulisan Skripsi, Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan Universitas
Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta 2013.
Permadi, Dadi dan Arifin, Daeng. Panduan Menjadi Guru Profesional. Bandung:
Nuansa Aulia, 2013.
Sabri, M. Alisuf. Pengantar Ilmu Pendidikan. UIN Jakarta Press, 2005.
Sanjaya, Wina. Kurikulum dan Pembelajaran. Jakarta: Kencana, 2008.
Sastrawijaya, Tresna. Pengembangan Program Pengajaran. Jakarta: Rineka
Cipta, 1991.
Saudagar, Fachrudin dan Idrus, Ali. Pengembangan Profesionalitas Guru.
Jakarta: Gaung Persada Press, 2009.
Shaleh, Abdul Rahman. Pendidikan Agama dan Pembangunan Watak Bangsa.
Jakarta: PT rafindo Persada, 2005.
Shaleh, Abdul Rahman. Psikologi Suatu Pengantar dalam Perspektif Islam.
Jakarta: Kencana, 2009.

99

Smit, Abdul Rahman B. Al-Quran dan Terjemahannya ed. Revisi Terbaru.


Semarang: CV. Asyifa, 1999.
Sukmadinata, Nana Syaodih. Landasan Psikologi Proses Pendidikan. Bandung:
PT Remaja Rosdakarya, 2007.
Sulhan, Najib. Karakter Guru Masa Depan Sukses & Bermartabat, Surabaya:
Jaring Pena, 2011.
Surakhmad, Suharsimi. Pengantar Penelitian Ilmiah. Bandung: PT Tarsito, 1990.
Suryabrata, Sumadi. Psikologi Pendidikan. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada,
2008.
Syah, Muhibbin. Psikologi Pendidikan dengan Pendekatan Baru. Bandung: PT
Remaja Rosdakarya, 2010.
Tafsir, Ahmad. Ilmu Pendidikan dalam Perspektif Islam. Bandung: PT Remaja
Rosdakarya, 1994.
Tuna, Jim Ronny. Jurnal Pendidikan No. 3 / Volume13, (Lembaga Penelitian
Universitas
Manado).
Edisi
Desember
2009.
http://hiskiamanggopa.wordpress.com, Dikutip 11, Okt 2012.
Uno, Hamzah B. Profesi Kependidikan Problema, Solusi, dan Reformasi
Pendidikan di Indonesia Jakarta: Bumi Aksara, 2008.
Usman, M Basyiruddin. Metodologi Pembelajaran Agama Islam. Jakarta: Ciputat
Press, 2002.
------- Menjadi Guru Profesional. Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2008.
UU RI No. 14 Tahun 2005. Undang-undang Guru dan Dosen. Jakarta: Sinar
Grafika, 2006.
Yamin, Martinis. Sertifikasi Keguruan di Indonesia. Jakarta: Gaung Persada
Press, 2006.
------- Strategi Pembelajaran Berbasis Kompetensi. Jakarta: Gaung Persada Press,
2009.

PANDUAN WAWANCARA
PERAN KOMPETENSI PROFESIONAL GURU PAI
DALAM MENINGKATKAN MOTIVASI BELAJAR SISWA
DI MAN 4 JAKARTA

Hari/tanggal
Responden
Jabatan
Waktu

: Jumat, 07 Februari 2014


: Dra. Hj. Isnadiar Dekok, M.M.
: Kepala Sekolah
: 08.50-09.22

Daftar Pertanyaan :
1. Bagaimana menurut Ibu mengenai kompetensi profesional guru di MAN 4 Jakarta
khususnya guru PAI?
2. Untuk membina kompetensi guru, program apa saja yang telah dilaksanakan di sekolah
ini?
3. Upaya apa yang Ibu lakukan untuk meningkatkan kemampuan guru dalam menyusun
program pembelajaran?
4. Upaya apakah yang Ibu lakukan untuk mempertahankan motivasi guru di MAN 4
Jakarta?
5. Bagaimana keefektifan pelaksanaan pembinaan kompetensi profesional guru di MAN 4
Jakarta, khususnya dalam meningkatkan mutu pembelajaran?
6. Faktor apa yang menjadi pendukung dan penghambat dalam upaya meningkatkan
kompetensi profesional guru?
7. Pernakah Ibu mengikutsertakan guru-guru dalam pendidikan dan pelatihan (diklat) untuk
para guru bidang studi?
8. Apakah Ibu melakukan monitoring kepada guru dalam proses pembelajaran?

Daftar Jawaban
1. Guru di MAN 4 Jakarta ini tidak hanya memiliki kompetensi profesional saja, akan tetapi
ketiga kompetensi lainnya juga harus dimiliki dan dikuasai. Sesuai dengan kompetensi
guru, ada 4 kompetensi: pedagogik, sosial, pribadi dan profesional. Harus memenuhi
standar keempat kompetensi tersebut.
2. Workshop untuk meningkatkan kompetensi guru, dan pelatihan-pelatihan lainnya.
3. Melalui workshop pembuatan perangkat, lalu dimonitoring melalui supervisi.
4. Memberikan reward-reward kepada guru yang bisa mendongkrak nilai-nilai siswa.
5. Melalui supervisi sebaya, riset studi, lesson studi. Dengan merekam video guru ketika
mengajar dan dikoreksi oleh guru-guru lain serta diberi masukan.
6. Faktor pendukung: tersedianya sarana prasana yang dapat mendukung setiap aktivitas
yang dilakukan guru.
Faktor penghambat: masih ada beberapa guru yang tingkat SDM nya yang masih kurang,
tetapi akan diusahakan untuk diminimalisir agar para guru dapat terus meningkatkan
keprofesionalannya.
7. Iya, selalu mengikutsertakan guru-guru jika ada kesempatan untuk menambah
pengetahuan dan wawasannya di luar atau di dalam sekolah.
8. Iya, melalui supervisi sebaya, guru senior, dan lesson studi.

Jakarta, 07 Februari 2014


Interviewee,

Interviewer,

Dra. Hj. Isnadiar Dekok, M.M.

Ervina Seli Rusiani

PANDUAN WAWANCARA
PERAN KOMPETENSI PROFESIONAL GURU PAI
DALAM MENINGKATKAN MOTIVASI BELAJAR SISWA
DI MAN 4 JAKARTA
Informan: Guru PAI (Quran Hadits) MAN 4 Jakarta
Responden
Hari/tanggal
Tempat Wawancara
Waktu

: Dra. Hj. Kholiyah Thahir, M.A


: Kamis, 09 Januari 2014
: Ruang Agama
: 09.33 - 11.10

Daftar Pertanyaan:
1. Menurut bapak/ibu apa makna profesional?
2. Apakah bapak/ibu dalam melaksanakan pembelajaran PAI menggunakan metode?
Metode apa yang biasa digunakan dalam proses pembelajaran?
3. Apa yang bapak/ibu lakukan jika anda tidak hadir di kelas?
4. Apa upaya bapak/ibu untuk meningkatkan kualitas penguasaan materi?
5. Apakah bapak/ibu selalu membuat RPP?
6. Bagaimana cara bapak/ibu memastikan bahwa metode atau strategi yang anda gunakan
sudah tepat?
7. Apakah ada kesulitan dalam penggunaan metode yang anda gunakan?
8. Bagaimana usaha bapak/ibu dalam meningkatkan kualitas diri?
9. Menurut bapak/ibu apakah makna motivasi belajar siswa?
10. Bagaimana tingkat motivasi belajar siswa bapak/ibu?
11. Usaha apa yang bapak/ibu lakukan untuk meningkatkan motivasi belajar siswa?
12. Menurut bapak/ibu apakah profesionalisme seorang guru dapat mempengaruhi motivasi
belajar siswa? Alasannya?
Daftar Jawaban
1. Suatu profesi yang didalami oleh seorang guru terhadap suatu materi. Sesuai dengan
bidangnya.
2. Ceramah, tanya jawab, diskusi, reading guide dll.
3. Menelfon ketua program, memberikan tugas kepada ketua program untuk memberikan
kepada siswa, dan menyerahkan foto copy RPP.
4. Harus mengikuti perkembangan, tidak hanya dari buku, mencari dari internet, dan saya
melakukan kunjungan ke negara-negara lain untuk menambah wawasan, dan saya suka
melakukan test timony diakhir pembelajaran.
5. Iya, selalu membuat RPP.

6. Melihat anak dari hasil nilai. Kalau anak itu fokus dan merasa asik dengan metode yang
saya gunakan maka saya merasa metode itu sudah tepat.
7. Setiap anak tidak sama daya tangkapnya, jadi ada kesulitan untuk memberikan metode
pada anak-anak yang daya tangkapnya kurang.
8. Banyak membaca, dan saya memperdalamnya dengan menulis, Alhamdulillah saya sudah
membuahkan karya tulis saya, itu salah satu cara yang saya lakukan untuk meningkatkan
kualitas diri.
9. Mendorong anak untuk belajar. karena pada dasarnya anak-anak merasa minder sekolah
di Madrasah, dan saya selalu memotivasi mereka karena pada dasarnya sekolah darimana
pun latar belakangnya itu sama saja. Dan saya mencontohkan keadaan yang sesuai fakta
karena banyak orang-orang hebat yang terlahir dari Madrasah.
10. Pada umumnya setiap anak butuh motivasi, karena tingkat motivasinya bertahap. Ketika
selalu diberikan motivasi maka tingkat motivasinya akan bertambah.
11. Sebelum memulai pelajaran pasti saya salalu memotivasi mereka dengan kata-kata
mutiara, quote orang-orang hebat untuk dapat menambah tingkat motivasi mereka.
12. Tentu sangat mempengaruhi, karena guru yang profesional akan disenangi dan disegani
oleh siswa. Siswa jadi lebih antusias dalam menerima pelajaran. dan apabila seorang guru
tidak profesional dalam bidangnya, maka materi yang disampaikan akan mengambang,
siswa pun menjadi jenuh, bosen, dan mengantuk.

Jakarta, 09 Januari 2014


Interviewee,

Interviewer,

Dra. Hj. Kholiyah Thahir, M.A

Ervina Seli Rusiani

PANDUAN WAWANCARA
PERAN KOMPETENSI PROFESIONAL GURU PAI
DALAM MENINGKATKAN MOTIVASI BELAJAR SISWA
DI MAN 4 JAKARTA
Informan: Guru PAI (Fiqih) MAN 4 Jakarta
Responden
Hari/tanggal
Tempat Wawancara
Waktu

: Khairunnisa, S.Ag
: Selasa, 07 Januari 2014
: Ruang Tamu
: 08.15 - 08.30

Daftar Pertanyaan:
1. Menurut bapak/ibu apa makna profesional?
2. Apakah bapak/ibu dalam melaksanakan pembelajaran PAI menggunakan metode?
Metode apa yang biasa digunakan dalam proses pembelajaran?
3. Apa yang bapak/ibu lakukan jika anda tidak hadir di kelas?
4. Apa upaya bapak/ibu untuk meningkatkan kualitas penguasaan materi?
5. Apakah bapak/ibu selalu membuat RPP?
6. Bagaimana cara bapak/ibu memastikan bahwa metode atau strategi yang anda gunakan
sudah tepat?
7. Apakah ada kesulitan dalam penggunaan metode yang anda gunakan?
8. Bagaimana usaha bapak/ibu dalam meningkatkan kualitas diri?
9. Menurut bapak/ibu apakah makna motivasi belajar siswa?
10. Bagaimana tingkat motivasi belajar siswa bapak/ibu?
11. Usaha apa yang bapak/ibu lakukan untuk meningkatkan motivasi belajar siswa?
12. Menurut bapak/ibu apakah profesionalisme seorang guru dapat mempengaruhi motivasi
belajar siswa? Alasannya?
Daftar Jawaban:
1. Profesional itu adalah untuk meningkatkan mutu kualitas pendidikan di Indonesia. Dari
segi kognitif, afektif dan psikomotorik.
2. Iya, metode yang saya gunakan seperti metode diskusi, jigsaw, tanya jawab dan ceramah.
3. Memberikan amanat tugas kepada guru piket agar tugas tersebut dikerjakan oleh siswa.
4. Saya lebih banyak membaca, mencari tahu dari referensi lain, menghubungkan fenomena
yang ada ke materi yang akan diajarkan.
5. Iya.

6. Tergantung pada anak didiknya, karena setiap anak berbeda beda cara menangkap
pelajarannya di setiap kelas. Jika anak tersebut dapat menangkap dengan cepat melalui
metode yang saya gunakan, maka metode itu tepat menurut saya.
7. Ada, tapi kesulitan itu tidak terlalu sulit.
8. Saya sedang mengambil pendidikan S2 agar tidak stak ilmu yang saya dapat, karena ilmu
itu selalu berkembang.
9. Memberikan dorongan, memberikan semangat kepada siswa agar lebih semangat
belajaranya, jangan men judge tapi harus kita berikan reward agar selalu semangat.
10. Dilihat dulu bagaimana tingkat belajarnya apakah menurun, jika menurun maka diberikan
pembinaan.
11. Memberikan pembinaan, memberikan tugas tambahan, dan memberikan perhatian agar
lebih semangat dalam belajarnya.
12. Iya, jika guru itu profesional maka siswa akan bergairah dalam menangkap pelajaran, tapi
jika kurang profesional maka siswa akan mengantuk, jenuh, dan bosan. Dan harus
didukung oleh strategi yang tepat.

Jakarta, 07 Januari 2014


Interviewee,

Interviewer,

Khairunnisa, S.Ag

Ervina Seli Rusiani

PANDUAN WAWANCARA
PERAN KOMPETENSI PROFESIONAL GURU PAI
DALAM MENINGKATKAN MOTIVASI BELAJAR SISWA
DI MAN 4 JAKARTA
Informan: Guru PAI (Sejarah) MAN 4 Jakarta
Responden
Hari/tanggal
Tempat Wawancara
Waktu

: Dra. Rosmaniar
: Jumat, 17 Januari 2014
: Ruang Guru
: 08.55 09.15

Daftar Pertanyaan:
1. Menurut bapak/ibu apa makna profesional?
2. Apakah bapak/ibu dalam melaksanakan pembelajaran PAI menggunakan metode?
Metode apa yang biasa digunakan dalam proses pembelajaran?
3. Apa yang bapak/ibu lakukan jika anda tidak hadir di kelas?
4. Apa upaya bapak/ibu untuk meningkatkan kualitas penguasaan materi?
5. Apakah bapak/ibu selalu membuat RPP?
6. Bagaimana cara bapak/ibu memastikan bahwa metode atau strategi yang anda gunakan
sudah tepat?
7. Apakah ada kesulitan dalam penggunaan metode atau strategi yang anda gunakan?
8. Bagaimana usaha bapak/ibu dalam meningkatkan kualitas diri?
9. Menurut bapak/ibu apakah makna motivasi belajar siswa?
10. Bagaimana tingkat motivasi belajar siswa bapak/ibu?
11. Usaha apa yang bapak/ibu lakukan untuk meningkatkan motivasi belajar siswa?
12. Menurut bapak/ibu apakah profesionalisme seorang guru dapat mempengaruhi motivasi
belajar siswa? Alasannya?
Daftar Jawaban
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.

Bekerja sesuai dengan bidangnya.


Iya. Seperti diskusi, dan tanya jawab.
Memberikan tugas sesuai dengan materi saat itu.
Banyak membaca, menggali informasi dari sumber lain, serta dari fakta-fakta yang ada.
Iya, harus.
Melihat dari hasil kerja siswa, baik dari ulangan harian atau ujian akhir.
Tidak ada.
Banyak membaca buku agar ilmu kita bertambah.

9. Motivasi itu penting sekali, karena dengan memberikan motivasi, dorongan dan semangat
membuat anak-anak timbul semangat dalam belajar.
10. Tergantung kelasnya. Ada anak yang tingkat motivasinya baik dan kurang. Tergantung
masalah yang dihadapinya (ekonomi, fisik dll).
11. Terus memberikan bimbingan, dan nasihat-nasihat yang baik.
12. Iya, jelas. karena profesional itu kan bekerja sesuai dengan bidangnya, jadi pekerjaan
apapun itu apalagi seorang guru haruslah bekerja dengan profesional agar dapat
membawa siswanya ke arah yang lebih baik.

Jakarta, 17 Januari 2014


Interviewee,

Interviewer,

Dra. Rosmaniar

Ervina Seli Rusiani

PANDUAN WAWANCARA
PERAN KOMPETENSI PROFESIONAL GURU PAI
DALAM MENINGKATKAN MOTIVASI BELAJAR SISWA
DI MAN 4 JAKARTA
Informan: Guru PAI (Akidah Akhlak) MAN 4 Jakarta
Responden
Hari/tanggal
Tempat Wawancara
Waktu

: Drs. H. Muhammad Elang Charta, AS


: Selasa, 28 Januari 2014
: Ruang MGMP
: 08.57 09.20

Daftar Pertanyaan:
1. Menurut bapak/ibu apa makna profesional?
2. Apakah bapak/ibu dalam melaksanakan pembelajaran PAI menggunakan metode?
Metode apa yang biasa digunakan dalam proses pembelajaran?
3. Apa yang bapak/ibu lakukan jika anda tidak hadir di kelas?
4. Apa upaya bapak/ibu untuk meningkatkan kualitas penguasaan materi?
5. Apakah bapak/ibu selalu membuat RPP?
6. Bagaimana cara bapak/ibu memastikan bahwa metode atau strategi yang anda gunakan
sudah tepat?
7. Apakah ada kesulitan dalam penggunaan metode atau strategi yang anda gunakan?
8. Bagaimana usaha bapak/ibu dalam meningkatkan kualitas diri?
9. Menurut bapak/ibu apakah makna motivasi belajar siswa?
10. Bagaimana tingkat motivasi belajar siswa bapak/ibu?
11. Usaha apa yang bapak/ibu lakukan untuk meningkatkan motivasi belajar siswa?
12. Menurut bapak/ibu apakah profesionalisme seorang guru dapat mempengaruhi motivasi
belajar siswa? Alasannya?

Daftar Jawaban
1. Sesuai yang diharapkan oleh pemerintah, bahwa profesional itu benar-benar sesuai
profesi sehingga bisa mendapatkan sertifikasi
2. Iya, metode ceramah, tanya jawab dan metode lainnya yang saya sesuaikan dengan
keadaan anak itu sendiri
3. Alhamdulillah selama ini saya selalu mengutamakan tugas daripada yang lain-lain. Untuk
menjadi tekad sebagai pejuang dibidang pendidikan
4. Banyak membaca, dan menguasai berbagai macam metode sehingga materi yang akan
disampaikan kepada siswa akan lebih mudah dipahami

5. Iya, karena kewajiban seorang guru harus mempersiapkan RPP sebelum mengajar
6. Karena sudah diuji kepada siswa dan meilihat hasilnya. Jika nilainya memuaskan maka
metode yang saya gunakan berhasil
7. Alhamdulillah tidak terlalu mengalami kesulitan, karena metode yang saya gunakan
tergantung bagaimana siswanya
8. Banyak membaca dan mendengar, banyak mengikuti pelatihan dan pendidikan khusus
9. Anak itu benar-benar diberikan motivasi agar pelajaran itu dikuasai dan diamalkan
sehingga akan menjadikan masa depannya lebih baik
10. Tingkat motivasinya ada yang sedang, ada yang lebih
11. Diberikan penambahan materi
12. Jelas, karena guru itu sebagai uswah dan teladan bagi anak-anak murid itu sendiri
sehingga predikat guru yang profesional bisa melekat jika guru yang mengajar itu
memenuhi kriteria guru profesional.

Jakarta, 28 Januari 2014


Interviewee,

Interviewer,

Drs. H. Muhammad Elang Charta, AS

Ervina Seli Rusiani

LEMBAR OBSERVASI AKTIVITAS MENGAJAR DAN PEMBERIAN MOTIVASI


TERHADAP SISWA DI MAN 4 JAKARTA
Nama Sekolah
: MAN 4 Jakarta
Nama Guru
: Dra. Hj. Kholiyah Thahir, M.A
Mata Pelajaran
: Quran Hadits
Berilah tanda ( ) di bawah kolom (TIDAK) bila tidak melakukan, (YA) bila dilakukan dari
masing-masing pernyataan di bawah ini!
No
1.

5.
6.

Aspek yang Diamati


Mengatur tempat duduk masing-masing siswa sebelum
melakukan proses pembelajaran
Pengkondisian kesiapan pelaksanaan pembelajaran
Mengajukan pertanyaan yang lalu sebelum masuk pelajaran
baru
Memberikan penjelasan tentang kompetensi yang hendak
dicapai
Memberikan penjelasan materi pelajaran
Mengajukan pertanyaan saat proses penjelasan materi

7.

Memfasilitasi adanya interaksi antar siswa

8.

Memfasilitasi interaksi antar siswa dan guru

9.

Melaksanakan pembelajaran aktif

10.
11.
12.
13.
14.
15.
16.
17.
18.

Memberikan kesempatan kepada siswa untuk bertanya


Memberikan respon terhadap pertanyaan dan jawaban siswa
Memotivasi siswa untuk bertanya
Kemampuan menggunakan media pembelajaran
Kesesuaian media dengan materi dan strategi
Melibatkan siswa dalam pemanfaatan media
Penggunaan sumber belajar selain buku ajar dan LKS
Memberikan tugas dan latihan
Melakukan penilaian prestasi hasil pembelajaran peserta
didik
Ketepatan penggunaan bahasa yang sesuai dengan
perkembangan peserta didik
Melakukan konfirmasi memberikan kesimpulan dan tindak
lanjut
Guru agama memberikan hadiah kepada siswa (berupa
pujian, angka yang baik, dll)
Guru memberikan komentar terhadap pekerjaan yang dibuat

2.
3.
4.

19.
20.
21.
22.

YA

TIDAK

23.

24.
25.
26.
27.
28.
29.

siswa agar dapat mendorong siswa untuk belajar lebih giat


Guru agama mengarahkan tingkah laku siswa dengan
memberikan teguran, nasihat, dan bimbingan secara
individual atau kelompok
Memberi nilai tugas-tugas yang diberikan kepada siswa dan
mengembalikannnya setelah dikoreksi
Membantu kesulitan belajar siswa
Langsung memberikan nilai kepada siswa yang telah selesai
mengerjakan tugas
Memberikan hasil ulangan tepat waktu
Nilai yang diberikan berupa angka bukan sekedar tanda
tangan
Mengadakan remedial untuk nilai yang belum mencapai
standar

Jakarta, 09 Januari 2014


Observer

Ervina Seli Rusiani

LEMBAR OBSERVASI AKTIVITAS MENGAJAR DAN PEMBERIAN MOTIVASI


TERHADAP SISWA DI MAN 4 JAKARTA
Nama Sekolah
: MAN 4 Jakarta
Nama Guru
: Drs. H. Elang Charta, AS
Mata Pelajaran
: Akidah akhlak
Berilah tanda ( ) di bawah kolom (TIDAK) bila tidak melakukan, (YA) bila dilakukan dari
masing-masing pernyataan di bawah ini!
No
Aspek yang Diamati
1. Mengatur tempat duduk masing-masing siswa sebelum
melakukan proses pembelajaran
2. Pengkondisian kesiapan pelaksanaan pembelajaran
3. Mengajukan pertanyaan yang lalu sebelum masuk pelajaran
baru
4. Memberikan penjelasan tentang kompetensi yang hendak
dicapai
5. Memberikan penjelasan materi pelajaran
6. Mengajukan pertanyaan saat proses penjelasan materi
7.

Memfasilitasi adanya interaksi antar siswa

8.

Memfasilitasi interaksi antar siswa dan guru

9.

Melaksanakan pembelajaran aktif

10.
11.
12.
13.

Memberikan kesempatan kepada siswa untuk bertanya


Memberikan respon terhadap pertanyaan dan jawaban siswa
Memotivasi siswa untuk bertanya
Kemampuan menggunakan media pembelajaran

14. Kesesuaian media dengan materi dan strategi


15. Melibatkan siswa dalam pemanfaatan media
16. Penggunaan sumber belajar selain buku ajar dan LKS
17. Memberikan tugas dan latihan
18. Melakukan penilaian prestasi hasil pembelajaran peserta
didik
19. Ketepatan penggunaan bahasa yang sesuai dengan
perkembangan peserta didik
20. Melakukan konfirmasi memberikan kesimpulan dan tindak
lanjut
21. Guru agama memberikan hadiah kepada siswa (berupa
pujian, angka yang baik, dll)
22. Guru memberikan komentar terhadap pekerjaan yang dibuat

YA

TIDAK

23.

24.
25.
26.
27.
28.
29.

siswa agar dapat mendorong siswa untuk belajar lebih giat


Guru agama mengarahkan tingkah laku siswa dengan
memberikan teguran, nasihat, dan bimbingan secara
individual atau kelompok
Memberi nilai tugas-tugas yang diberikan kepada siswa dan
mengembalikannnya setelah dikoreksi
Membantu kesulitan belajar siswa
Langsung memberikan nilai kepada siswa yang telah selesai
mengerjakan tugas
Memberikan hasil ulangan tepat waktu
Nilai yang diberikan berupa angka bukan sekedar tanda
tangan
Mengadakan remedial untuk nilai yang belum mencapai
standar

Jakarta, 27 Januari 2014


Observer

Ervina Seli Rusiani

ANGKET SISWA
1. Identitas Siswa
Nama :
Kelas :
2. Petunjuk Pengisian
a. Angket ini bertujuan untuk penelitian tentang peran kompetensi profesional guru PAI
dalam meningkatkan motivasi belajar siswa
b. Berilah tanda silang (X) pada salah satu jawaban (A, B, C, D) yang anda anggap
sesuai dengan keadaan dan apa yang dialami selama proses belajar mengajar
berlangsung
c. Jawablah pertanyaan ini sesuai dengan kondisi dan keadaan anda sebenarnya
d. Jawaban yang anda berikan tidak akan berpengaruh terhadap nilai raport dan
prestasimu karena angket ini untuk penelitian ilmiah
Penguasaan materi pelajaran
1. Penjelasan guru agama sesuai dengan tema yang sedang dibahas.
c. Kadang-kadang
d. Tidak pernah
a. Selalu
b. Sering
2. Guru agama menjawab pertanyaan yang dilontarkan siswa dengan tepat.
a. Selalu
b. Sering
c. Kadang-kadang
d. Tidak pernah
3. Guru agama menguasai setiap pokok bahasan yang diajarkan.
a. Selalu
b. Sering
c. Kadang-kadang
d. Tidak pernah
Mengelola program belajar-mengajar
4. Sebelum pelajaran dimulai guru agama menyampaikan tujuan pembelajaran.
c. Kadang-kadang
d. Tidak pernah
a. Selalu
b. Sering
5. Sebelum pelajaran dimulai guru agama menjelaskan materi yang akan dipelajari.
a. Selalu
b. Sering
c. Kadang-kadang
d. Tidak pernah
6. Di awal pelajaran, guru agama bertanya tentang materi yang lalu.
a. Selalu
b. Sering
c. Kadang-kadang
d. Tidak pernah
7. Guru agama mengadakan tanya jawab tentang materi yang akan dipelajari.
a. Selalu
b. Sering
c. Kadang-kadang
d. Tidak pernah
Mengelola kelas
8. Guru agama mampu menciptakan suasana komunikatif antar siswa.
a. Selalu
b. Sering
c. Kadang-kadang
d. Tidak pernah
9. Guru agama menciptakan suasana yang menyenangkan pada saat proses pembelajaran.
a. Selalu
b. Sering
c. Kadang-kadang
d. Tidak pernah
Menggunakan media/sumber
10. Guru agama menggunakan alat peraga sesuai dengan materi yang dibahas.
a. Selalu
b. Sering
c. Kadang-kadang
d. Tidak pernah
11. Selain buku agama, guru agama memerintahkan siswa untuk memiliki buku LKS.
a. Selalu
b. Sering
c. Kadang-kadang
d. Tidak pernah

12. Guru agama memerintahkan siswa untuk menambahkan sumber belajar dari internet.
a. Selalu
b. Sering
c. Kadang-kadang
d. Tidak pernah
Mengelola interaksi belajar mengajar
13. Guru agama melibatkan suluruh siswa dalam proses pembelajaran.
a. Selalu
b. Sering
c. Kadang-kadang
d. Tidak pernah
14. Guru agama memberikan kesempatan kepada siswa untuk bertanya.
a. Selalu
b. Sering
c. Kadang-kadang
d. Tidak pernah
15. Guru agama memberikan kesempatan kepada siswa lain untuk menjawab pertanyaan
temannya.
a. Selalu
b. Sering
c. Kadang-kadang
d. Tidak pernah
Menggunakan metode
16. Guru agama menggunakan metode bervariasi dalam mengajar.
a. Selalu
b. Sering
c. Kadang-kadang
d. Tidak pernah
17. Metode yang digunakan guru agama sesuai dengan materi pembahasan.
c. Kadang-kadang
d. Tidak pernah
a. Selalu
b. Sering
Menilai prestasi siswa
18. Guru agama mengadakan ulangan terhadap materi yang telah dibahas.
a. Selalu
b. Sering
c. Kadang-kadang
d. Tidak pernah
19. Guru agama memeriksa dan mengembalikan hasil ulangan.
a. Selalu
b. Sering
c. Kadang-kadang
d. Tidak pernah
20. Guru agama memberi pujian kepada siswa yang aktif.
a. Selalu
b. Sering
c. Kadang-kadang
d. Tidak pernah
21. Soal-soal yang diberikan guru agama sesuai dengan materi yang diajarkan.
c. Kadang-kadang
d. Tidak pernah
a. Selalu
b. Sering
Pemberian pujian
22. Guru agama memberikan pujian kepada anak yang dapat mengerjakan tugas dengan baik.
a. Selalu
b. Sering
c. Kadang-kadang
d. Tidak pernah
23. Pujian yang diberikan berupa kata-kata yang dapat meningkatkan motivasi dalam belajar.
c. Kadang-kadang
d. Tidak pernah
a. Selalu
b. Sering
Pemberian hadiah
24. Guru agama memberikan hadiah kepada siswa yang berprestasi.
c. Kadang-kadang
d. Tidak Pernah
a. Selalu
b. Sering
25. Hadiah yang diberikan berupa alat-alat tulis
a. Selalu
b. Sering
c. Kadang-kadang
d. Tidak pernah
Pemberian hasil ulangan
26. Guru agama memberikan hasil ulangan tepat waktu.
a. Selalu
b. Sering
c. Kadang-kadang
d. tidak pernah

27. Guru agama menyebutkan nilai ulangan tertinggi.


a. Selalu
b. Sering
c. Kadang-kadang

d. Tidak pernah

Melakukan penilaian
28. Guru agama langsung memberikan nilai ketika tugas dikumpulkan
a. Selalu
b. Sering
c. Kadang-kadang
d. Tidak pernah
29. Nilai yang diberikan berupa angka bukan hanya tanda tangan
a. Selalu
b. Sering
c. Kadang-kadang
d. Tidak Pernah
30. Diadakan remedial untuk nilai yang belum mencapai standar
a. Selalu
b. Sering
c. Kadang-kadang
d. Tidak pernah

Lampiran 10

TESTIMONIAL
Ditujukan kepada Ibu Kholiyah

1. Sarah Safira
Bagi saya Ibu adalah sosok yang baik sekali. Ibu adalah orang yang sangat terbuka (mau
menerima masukan dan kritik), dan Ibu sosok yang tidak pernah marah. Ibu juga sosok yang
mau mengakui kesalahan (jika ada murid yang protes atas kekeliruan Ibu, Ibu tidak marah
justru Ibu meminta maaf atas kekeliruan dalam penyampaian materi yang Ibu sampaikan).
Ibu selalu hadir di kelas ketika jam pelajaran Ibu, itu menunjukkan bahwa Ibu bertanggung
jawab dengan profesi Ibu sebagai guru. Kalaupun Ibu tidak hadir di kelas karena ada sebab
Ibu selalu memberitahu kami sebelumnya dan memberikan materi kepada guru pengganti.
Penyampaian materi yang Ibu jelaskan sangat detail dan mudah dipahami, dan diselingi
dengan cerita-cerita yang membuat pelajaran menjadi lebih menarik.
2. Nurul Hafsah
Saya jatuh cinta sama kecerdasan dan pengalaman yang pernah Ibu ceritakan. Materi
yang Ibu ajarkan semakin menarik karena Ibu selalu mengkaitkannya dengan pengetahuan
dan pengalaman yang Ibu miliki. Saya semakin termotivasi untuk lebih giat dalam belajar
agar saya bisa menjadi seperti Ibu, mengelilingi dunia.
3. Hafizah
Cara Ibu mengajar sudah sangat bagus. Ibu memiliki wawasan yang sangat luas, dan
pengalaman hidup yang begitu banyak dan menarik. Cara Ibu mengajar memadukan materimateri yang diberikan dengan contoh dikehidupan nyata mudah saya pahami dan dapat saya
amalkan di kehidupan sehari-hari.

Lampiran 11

PRESTASI SISWA/I MAN 4 JAKARTA


Bidang Akademik
1. Juara Harapan Olympiade Tingkat Provinsi DKI Jakarta
2. Juara III Pidato Bahasa Inggris Tingkat Nasional
3. Juara Harapan Chemistry Challenge Tingkat Nasional
4. Juara I Oplympiade Sains dan Bahasa Tingkat Provinsi DKI Jakarta
5. Juara I Story Telling Tingkat Provinsi DKI Jakarta
6. Juara III Cerdas Cermat Matematika Tingkat Nasional
7. Juara Umum Olympiade Sains Madrasah (OSM)
8. Juara Harapan Beefex Biologi Tingkat Provinsi DKI Jakarta yang diselenggarakan oleh
Universitas Indonesia (UI)
9. Juara I Kompetisi Sains Madrasah dan Ajang Kompetisi Seni dan Olag Raga provisi DKI
Jakarta (2013)
Non Akademik
1. Juara III Tingkat Nasional Syarhil Quran (2008)
2. Juara III Festival Band Tingkat Jabodetabek (2009)
3. Juara I Lomba Footsall Tingkat Jabodetabek (2009)
4. Juara I Lomba Film Pendek tingkat Nasional (2010)
5. Juara Terbaik Tingkat Nasional Tari Saman (2010) yang diselenggarakan oleh Museum
Rekor Muri
6. Juara III Lomba Pidato Tingkat Nasional (2010)
7. Juara III Lomba Kaligrafi Tingkat Nasional (2011)
8. Juara III Lomba Tari Saman Tingkat Provinsi (2011)
9. Juara Harapan III Musabaqoh Tilawatil Quran (MTQ)
10. Juara I Lomba Peragaan Manasik Haji
11. Best Team Workshop & Company Visit UI (2013)
12. Juara I Lomba Band Islami Dalam Rangka Maulid Nabi di Masjid Istiqlal 5 Januari
(2014)

Lampiran
Pelatihan Yang Pernah Diikuti Guru PAI MAN 4 Jakarta Dalam Menunjang Profesinya
No
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
9.
10
11.
12.
13.
14.
15.
16.
17.
18.
19.
20.
21.
22.
23.
24.
25.
26.

Nama Kegiatan/Pelatihan
Diklat fasilitaor SKI
Seminar SKI di Malang
Mengkritisi kurikulum 2008
Penataran tentang ilmu kesyariahan (perbankan
syariah, mawaris dll)
Mengkritisi kurikulum 2012
Seminar mengenai masa depan siswa
Diklat selama 3 bulan di Lembaga Bahasa dan Ilmu
Quran (LBIQ)
Penelitian tentang pengurusan jenazah di negara
Australia
Pembentukan pengurus MGMP/MGBK se-DKI-Jakarta
dan penyusunan AD-ART
Bedah SKL UAMBN tahun 2013 dan rekonstruksi
pengurus MGMP Bahasa Arab MA DKI Jakarta
Workshop analisis kontek Standar Nasional Pendidikan
Rapat pembahasan produksi, spesifikasi, science, dan
topik-topik materi konseling
Workshop menyusun perangkat pembelajaran
berkarakter
Seminar Strategi Efektif Dalam Pembelajaran
Kemahiran Istima
Gebyar Bulan Bahasa dan Lomba Akademik
Workshop pembuatan kurikulm 2013
Pelatihan pemanfaatan portal rumah belajar
Pembinaan pendidik dan tenaga kependidikan MAN 4
Pembinaan dan motivasi pendidik dan tenaga
kependidikan MAN 4
Pelatihan Kurikulum 2013
Penelaah buku siswa kurikulum 2013
Penelaah buku panduan guru kurikulum 2013
Diklat membuat bahan ajar buku siswa baru
Workshop diadakan oleh KANWIL (penguasaan
materi)
Workshop PTK
Seminar metode berinteraksi dengan al-Quran dan
hadits melalui media digital

Waktu Pelaksanaan
2007
2008
Puncak, 2011
Bogor, 2012
Serpong, 2012
2012
2012
09 Januari 2013
23 Januari 2013
18-20 Januari 2013
28 Januari 2013
29 Januari 2013
18 September 2013
21-25 Oktober 2013
November 2013
6-8 Desember 2013
16 Desember 2013
18 Desember 2013
20 Desember 2013
Desember 2013
Desember 2013
Bandung, 2013
2013
2013
2013

Anda mungkin juga menyukai