Skripsi
Diajukan Kepada Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan
Untuk Memenuhi Syarat Mencapai Gelar Sarjana Pendidikan
Oleh:
Ervina Seli Rusiani
NIM 109011000160
ABSTRAK
Ervina Seli Rusiani. (109011000160) Peran Kompetensi Profesional Guru
Pendidikan Agama Islam Dalam Meningkatkan Motivasi Belajar Siswa di MAN 4
Jakarta.
Kata Kunci: Kompetensi Profesional, Motivasi Belajar
Pendidikan merupakan suatu proses belajar yang dapat menghasilkan perubahan ke
arah yang positif. Proses belajar mengajar merupakan aktivitas yang paling penting,
karena melalui proses itulah tujuan pendidikan akan tercapai dalam bentuk perubahan
perilaku siswa. Peranan guru merupakan hal yang penting dalam pendidikan, guru agama
Islam yang berperan tinggi diharapkan akan dapat memberi motivasi belajar yang tinggi
pada siswa.
Tujuan penelitian ini untuk mengetahui peran kompetensi profesional guru
pendidikan agama Islam dalam meningkatkan motivasi belajar siswa di MAN 4 Jakarta.
Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode Deskriptif, yaitu penelitian
yang tidak menguji hipotesis tertentu, tetapi hanya menggambarkan apa adanya tentang
sesuatu gejala atau kejadian. Data yang dikumpulkan mula-mula disusun, dijelaskan dan
kemudian dianalisa sehingga metode ini sering pula disebut sebagai metode analitik. Dari
populasi 291 siswa yang dipilih menjadi sampel sebanyak 30 siswa, sampel yang
digunakan yaitu probability sampling, dengan teknik pengambilan sampel yaitu sampel
random sampling atau pengambilan secara acak. Teknik pengambilan sampel dilakukan
secara acak atau random dengan mengundi nomor daftar hadir (absen) siswa kelas X
MAN 4 Jakarta.
Teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah dengan
menggunakan wawancara, observasi, dokumentasi dan angket. Angket sebagai alat untuk
menjaring jawaban siswa, wawancara dilakukan terhadap guru PAI dan Kepala Sekolah,
dan observasi dilakukan dengan melihat guru ketika mengajar di dalam kelas, serta
mengamati kondisi sekolah dan segala objek penelitian di sekolah.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa Guru PAI di MAN 4 Jakarta adalah sebagai
demonstrator, pengelola kelas, mediator dan motivator.
ABSTRACT
Ervina Seli Rusiani (109011000160) The Role of Competence Professional
Islamic Education Teacher in Increasing Motivation to Study for Student of
MAN 4 in Jakarta.
Keyword : professional competence, study motivation
Education is a process of learning that can result a positive direction changes.
Learning and teaching process is the most important activity. Because by doing that
process the purpose of education will be achieved in a form of student behavior
changing. The role of teachers is the most important thing in education. Islamic
education teacher who has a high role is hoped to be able to give high motivation in
learning to students.
The purpose of this research is to know the role of competence professional
Islamic education teacher in increasing motivation in learning for student of MAN 4
in Jakarta. The method thats being used in this research is descriptive methods, its
a research thats not examining specific hypothesis, but its only describing the fact of
indication or incident. The collected data firstly is being compiled, described and then
analyzed so that this method is often called as analytic method. From 291 population
of student 30 were being selected to be sample, sample used is probability sampling,
with retrieval sample technique is random sampling sample or random retrieval.
Retrieval sample technique is done randomly by raffling attendance of student x class
MAN 4 Jakarta.
Data collection technique used of this research is by using interview,
observation, documentation and questionnaire. Questionnaire is an appliance to
capture students answers, interview is being done to Islamic Education teacher and
the headmaster, and observation is being done by seeing the teacher when theyre
teaching in the class, and observing the school condition and every object of research
at school.
The result of research showed that Islamic Education teacher in MAN 4
Jakarta is as demonstrator, class manager, mediator and motivator.
ii
KATA PENGANTAR
Bismillahirrahmanirrahiim
Segala puji bagi Allah SWT, yang dengan memuji-Nya terbuka pintu segala
ilmu, dengan mengingat-Nya keluar segala perkataan yang baik, dengan puji-Nya
semua orang beriman merasakan nikmat-Nya di dunia dan akhirat. Dan karena-Nya
penulis dapat menyelesaikan penulisan skripsi yang berjudul Peran Kompetensi
Profesional Guru Pendidikan Agama Islam Dalam Meningkatkan Motivasi
Belajar Siswa. Skripsi ini penulis ajukan kepada Fakultas Ilmu Tarbiyah dan
Keguruan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta sebagai salah satu syarat mendapatkan
gelar Sarjana Pendidikan Agama Islam.
Shalawat serta salam selalu tercurah kepada Baginda Nabi Muhammad SAW
sebagai suri tauladan umat serta pembawa panji-panji kebenaran dan pembaharuan
bagi kehidupan umat manusia.
Dengan terselesaikannya penulisan skripsi ini, penulis tidak menutup mata
akan peran serta pihak lain yang pernah membantu dalam penyusunan skripsi ini,
sehingga sudah selayaknyalah penulis menghaturkan untaian terima kasih dan
penghormatan yang tak ternilai, kepada:
1. Ibu Dra. Hj. Nurlena Rifai. M.A. Ph.D, Dekan Fakultas Ilmu Tarbiyah dan
Keguruan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
2. Bapak Dr. H. Abdul Majid Khon, M.Ag, selaku ketua Jurusan PAI Fakultas
Ilmu Tarbiyah dan Keguruan.
3. Ibu Marhamah Shaleh, Lc. M.A, selaku Sekretaris Jurusan PAI Fakultas Ilmu
Tarbiyah dan Keguruan.
4. Bapak Drs. Abdul Haris, M.Ag, selaku Dosen Pembimbing Skripsi yang telah
meluangkan waktu dan perhatiannya untuk memberikan bimbingan, arahan,
nasehat, dorongan dan motivasi kepada penulis.
iii
5. Bapak Prof. Ahmad Syafiie Noor, selaku Dosen Penasehat Akademik yang
dengan penuh perhatian telah memberi bimbingan, arahan dan motivasi, serta
ilmu pengetahuan kepada penulis selama masa perkuliahan.
6. Seluruh Dosen Pengajar yang telah mengajar dan memberikan ilmunya
kepada penulis selama proses perkuliahan berlangsung. Semoga Allah SWT
memberikan balasan dan pahala berlipat atas ilmu yang telah diberikan
dengan ikhlas.
7. Orang Tua tercinta, Ayahanda Rusli dan Ibunda Asmanih yang telah tulus,
ikhlas, sabar, tabah, mendidik penulis dari kecil hingga seperti sekarang ini.
Selalu menghadirkan untaian doa untuk keberhasilan dan kesusuksesan
penulis dalam menuntut ilmu. Dan adik-adikku tersayang (Syahrun Nizar
Rivani dan Egi Sayyid Azmi) yang selalu mendoakan kakaknya agar menjadi
sarjana. Skripsi dan gelar sarjana ini penulis persembahkan untuk kalian.
8. Ayah Drs. Ramli Amin dan Ibu Marwiyah, terima kasih banyak atas
bantuannya membantu penulis membiayai kuliah selama ini. Semoga Allah
SWT selalu melimpahkan rezeki yang berlimpah untuk Ayah dan Ibu.
9. Ibu Dra. Hj. Isnadiar Dekok, M.M, selaku Kepala Sekolah MAN 4 Jakarta,
yang telah mengizinkan penulis melakukan penelitian di MAN 4 Jakarta.
Segenap guru dan karyawan serta adik-adik MAN 4 Jakarta yang telah
membantu proses penelitian serta memberikan data-data yang diperlukan
peneliti dalam skripsi.
10. Bapak Prof. Dr. Ing. H. Muhammad Rangga Tanfidzan Mukti Hayado M.M
M.Sc Ph.D dan Prof. Dra. Ir. Rania Tansu M.E beserta keluarga (Muhammad
Ravi Hayado, Muhammad Raihan Mukti Hayado, Muhammad Raka ibnu
Tanfidzan Mukti Hayado dan Lily Claudiani) terima kasih banyak atas
motivasi, semangat, dan saran yang telah diberikan, sehingga penulis selalu
mendapatkan energi baru untuk segera menyelesaikan skripsi ini.
11. Sahabat-sahabatku PAI Kelas D (Ines, Pipit, Pupu, dan Nisa kawan-kawan
lainnya) dan Kelas Peminatan Sejarah angkatan 2009 yang selalu menjadi
iv
motivator dan yang selalu ada membantu dalam setiap langkah pembuatan
skripsi ini, semoga kita kompak selalu. Aamiin. Kalian sungguh luar biasa.
Serta semua pihak yang turut membantu dan memotivasi penulis baik bersifat
energi maupun materi, hingga selesainya tugas akhir ini namun tidak dapat
penulis sebutkan satu persatu.
Semoga segala bantuan, motivasi serta doa yang diberikan mendapat balasan
yang lebih besar dari Allah SWT. dengan segala keterbatasan yang ada, penulis
mengakui skripsi ini masih jauh dari sempurna. Untuk itu, dengan hati terbuka,
penulis mengharapkan saran dan kritik yang membangun demi kemajuan penulis.
Teriring doa jazakumullah khairan katsiran. Dan mudah-mudahan tugas akhir ini
dapat bermafaat. Aamiin.
Penulis
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL
LEMBAR PENGESAHAN PEMBIMBING SKRIPSI
SURAT PERNYATAAN KARYA SENDIRI
ABSTRAK ............................................................................................................... i
KATA PENGANTAR ............................................................................................. iii
DAFTAR ISI ............................................................................................................ vi
DAFTAR TABEL .................................................................................................. ix
DAFTAR LAMPIRAN ........................................................................................... xi
BAB I
PENDAHULUAN ..................................................................................1
vi
vii
BAB IV
PENUTUP ...............................................................................................95
A. Kesimpulan .........................................................................................................95
B. Saran
................................................................................................................95
viii
DAFTAR TABEL
1. Tabel 3.1
Kegiatan Penelitian
46
2. Tabel 3.2
52
3. Tabel 3.3
54
4. Tabel 3.4
55
5. Tabel 4.1
60
6. Tabel 4.2
61
7. Tabel 4.3
61
8. Tabel 4.4
65
9. Tabel 4.5
68
69
69
70
71
71
72
72
73
74
74
75
75
76
77
77
78
78
79
80
ix
80
81
81
82
82
83
84
84
85
86
DAFTAR LAMPIRAN
1. Lampiran 1
2. Lampiran 2
3. Lampiran 3
4. Lamprian 4
5. Lampiran 5
6. Lampiran 6
7. Lampiran 7
8. Lampiran 8
9. Lampiran 9
xi
BAB I
PENDAHULUAN
lainnya yang perlu dibina dan dikembangkan melalui masa pendidikan tertentu atau
pendidikan pra jabatan.3
Hal tersebut sesuai dengan Undang-undang RI No 14 Tahun 2005 tentang
Guru dan Dosen, pasal 1 ayat 1 berbunyi: Guru adalah pendidik profesional dengan
tugas utama mendidik, mengajar, membimbing, mengarahkan, melatih dan
mengevaluasi peserta didik pada pendidikan anak usia dini, jalur pendidikan formal,
pendidikan dasar, dan pendidikan menengah.4
Profesionalisme guru kini menjadi sesuatu yang mengemuka ke ruang publik
seiring dengan tuntutan akan pendidikan yang bermutu. Hal ini dipertegas lagi
dengan respon positif dari pemerintah dengan menetapkan guru sebagai profesi pada
tanggal 2 Desember 2004 dan mengeluarkan Undang-undang No 14 Tahun 2005
tentang Guru dan Dosen. Dengan Undang-undang tersebut harkat dan martabat guru
semakin mendapat apresiasi karena dalam Undang-undang tersebut diatur tentang
penghargaan terhadap guru, baik dari segi profesional maupun finansial serta
perlindungan hukum dan keselamatan dalam melaksanakan tugas.
Tuntutan profesionalisme guru harus disikapi dengan peningkatan kualifikasi
dan kompetensi, apalagi sekarang ada keharusan mengikuti uji sertifikasi untuk
menentukan kelayakan seorang guru. Oleh karena itu, guru jangan sampai terkena
jebakan rutinitas di mana guru hanya disibukkan dengan kegiatan sehari-hari
sehingga lupa dengan peningkatan kompetensi dan profesionalisme.5
Sehubungan dengan peningkatan kualitas para pendidik, maka pemerintah di
dalam Undang-undang No 14 Tahun 2005 pasal 8 menyatakan bahwa guru wajib
memiliki kualifikasi akademik, kompetensi, sertifikat pendidik, sehat jasmani dan
rohani, serta memiliki kemampuan untuk mewujudkan tujuan pendidikan nasional.
Ibid., h. 5.
UU RI No. 14 Tahun 2005, Undang-undang Guru dan Dosen, (Jakarta: Sinar Grafika,
2006), Cet ke-1, h. 2.
5
Kunandar, Guru Profesional Implementasi Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP)
dan Sukses dalam Sertifikasi Guru, (Jakarta: PT Raja Grafindo, 2007), h. 6.
4
Dan kompetensi guru yang dimaksud dalam pasal 8 meliputi kompetensi pedagogik,
kepribadian, profesional, dan sosial yang diperoleh melalui pendidikan profesi.6
Sejak dikeluarkan Undang-undang Guru dan Dosen tentang sertifikasi, sejak
itu pula guru mendapat predikat pendidik profesional. Dengan kata profesional guru
diberi kesejahteraan yang memadai oleh pemerintah. Dengan harapan bahwa dengan
sejahteranya guru maka peningkatan kemampuan mengajar lebih difokuskan di
sekolah khususnya di dalam kelas. Diharapkan guru juga dapat menciptakan proses
belajar mengajar yang menyenangkan, kreatif, dan inovatif. Namun harapan ini
belum terwujud sepenuhnya sebagaimana dikatakan guru profesional.
Guru wajib memiliki serifikat pendidik sebagai bukti formal pengakuan
sebagai tenaga profesional. Sertifikat pendidik diperoleh melalui sertifikasi, yaitu
proses pemberian sertifikat pendidik untuk guru. Sertifikasi pendidik bagi guru
diselenggarakan oleh perguruan tinggi yang memiliki program tenaga pengadaan
tenaga kependidikan yang terakreditasi dan ditetapkan oleh pemerintah. Dengan
demikian,
dapat
dikatakan
bahwa
untuk
meningkatkan
dan
mewujudkan
profesionalitas guru sekurang-kurangnya ada tiga hal yang saling terkait yaitu
kualifikasi, kompetensi, dan sertifikasi guru.7
Para guru di Indonesia Idealnya selalu tampil secara profesional dengan tugas
utamanya adalah membimbing, mendidik, melatih, dan mengembangkan kurikulum
(perangkat kurikulum), sebagaimana bunyi prinsip ing ngarso sung tulodho, ing
madya mangun karso, tut wuri handayani. Artinya seorang guru bila di depan
memberikan suri teladan (contoh), di tengah memberikan prakarsa dan di belakang
memberikan dorongan atau motivasi.
Guru merupakan subjek yang sangat penting perannya dalam proses
pendidikan, karena guru berhadapan langsung dengan peserta didik (siswa) di dalam
kelas. Sebagai pendidik yang profesional bukan sekedar mampu mentransfer ilmu
6
Direktorat Jenderal Pendidikan Agama Islam Departemen Agama RI, Undang-undang dan
Peraturan Pemerintah RI tentang Pendidikan, 2006, h. 88.
7
Dadi Permadi, Daeng Arifin, Panduan Menjadi Guru Profesional, (Bandung: Nuansa Aulia,
2013), h. 10.
Jim Ronny Tuna, Jurnal Pendidikan No. 3 / Volume13, (Lembaga Penelitian Universitas
Manado), Edisi Desember 2009, http://hiskiamanggopa.wordpress.com, Dikutip 11, Okt 2012.
9
M. Uzer Usman, Op. cit, hal. 5.
10
Sardiman A.M, Interaksi dan Motivasi Belajar Mengajar, (Jakarta: CV. Rajawali, 1998),
Cet ke-1, h. 75.
Nashar, Peranan Motivasi dan Kemampuan Awal dalam Kegiatan Pembelajaran, (Jakarta:
Delia Press, 2004), h. 18.
guru mencoba untuk memotivasi semua siswa dengan teknik yang sama,
beberapa akan dibantu, yang lainnya akan dimatikan. Setiap siswa mempunyai
minat, bakat, potensi, kemampuan dan keterampilan yang berbeda. Oleh
karena itu mereka membutuhkan metode, teknik-teknik dan penanganan yang
berbeda.12
Di sinilah peran profesional guru harus dimainkan. Guru merupakan bagian
dari sistem yang sangat penting dan signifikan. Guru sangat diperlukan untuk
mengangkat derajat bangsa dan Negara, karena ia merupakan first door untuk
meraih kesuksesan bagi siswa. Karena itulah sangat diperlukan peran guru
profesional. Untuk menjadi guru yang profesional memang tidak mudah, karena
banyak prosedur atau langkah-langkah yang harus dipenuhi.
Seorang yang memiliki profesi guru harus mempunyai kompetensi yang
mendukung pelaksanaan profesi itu, karena kompetensi merupakan salah satu
kualifikasi guru yang terpenting. Bila kompetensi itu tidak ada pada seorang guru, ia
tidak akan kompeten melaksanakan tugasnya. Setiap guru harus dapat memenuhi
kompetensi yang diharapkan masyarakat dan siswa, karena kompetensi itu guru yang
baik ia dapat mengatasi berbagai kesulitan dalam mengajar. Di samping itu ia akan
sadar dan mengerti akan tugas dan kewajibannya sebagai pendidik yang baik yang
didambakan oleh masyarakat.13
Salah satu tugas guru di sini adalah membangkitkan dan membangun motivasi
siswa terhadap apa yang akan dipelajarinya. Motivasi itu dapat bervariasi dalam
intensitas dan arah. Siswa yang termotivasi dalam pembelajaran akan menunjukkan
minat, semangat dan ketekunan yang tinggi dalam pelajaran, tanpa banyak tergantung
kepada pendidik. Peran guru di sini adalah menemukan, menggugah, dan
12
B. Identifikasi Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah di atas, maka penulis mengidentifikasi
masalah yang diteliti sebagai berikut:
1. Masih rendahnya profesionalisme guru pendidikan agama Islam.
2. Kurang terampilnya guru pendidikan agama Islam dalam mengajar
sehingga belum dapat meningkatkan motivasi siswa.
3. Kurang terampilnya guru pendidikan agama Islam dalam menggunakan
metode bervariasi, memanfaatkan media, dan sarana prasarana yang ada
dalam melaksanakan proses pembelajaran, sehingga belum dapat
meningkatkan motivasi belajar siswa.
14
Abd Mukhid, Self-Regulated Learning, Motivasi, dan Hasil Belajar Mahasiswa STAIN
Pamekasan, Nuansa; Jurnal Penelitian Ilmu-ilmu Sosial & Keagamaan, Vol. 6, 2009, h. 22.
2. Perumusan Masalah
Berdasarkan identifikasi dan batasan masalah di atas, maka penulis
merumuskan masalah yang akan diteliti sebagai berikut :
Bagaimana peran kompetensi profesional guru pendidikan agama Islam dalam
meningkatkan motivasi belajar siswa di MAN 4 Jakarta?
2. Manfaat Penelitian
Hasil dari penelitian ini diharapkan bisa memberikan kontribusi tentang
peran kompetensi profesional guru pendidikan agama Islam dalam meningkatkan
motivasi belajar siswa. Adapun secara detail kegunaan tersebut di antaranya
untuk:
a. Bagi Peneliti
Memberikan tambahan khazanah pemikiran baru yang berkaitan dengan
peran kompetensi profesional guru pendidikan agama Islam dalam
meningkatkan motivasi belajar siswa pada lembaga pendidikan tersebut untuk
mewujudkan tujuan dan cita-cita pendidikan.
b. Bagi Sekolah
Dapat memberikan kontribusi pemikiran tentang peran kompetensi
profesional guru pendidikan agama Islam dalam meningkatkan motivasi
belajar siswa agar menjadi lebih baik.
c. Bagi guru bidang studi pendidikan agama Islam
Penelitian
ini
dapat
menjadi
bahan
acuan
untuk
mengetahui
BAB II
KAJIAN TEORI
A. Konsep Dasar Kompetensi Profesional Guru Pendidikan Agama Islam
1. Pengertian Kompetensi Guru
Salah satu faktor utama yang menentukan mutu pendidikan adalah guru.
Gurulah yang berada di garda terdepan dalam menciptakan kualitas sumber daya
manusia. Guru berhadapan langsung dengan para peserta didik di kelas melalui
proses belajar mengajar. Di tangan gurulah akan dihasilkan peserta didik yang
berkualitas, baik secara akademis, skill (keahlian), kematangan emosional, dan moral
serta spiritual. Dengan demikian, akan dihasilkan generasi masa depan yang siap
hidup dengan tantangan zamannya.1
Maka bijaklah jika seorang guru harus memiliki profesionalitas tinggi dalam
menjalankan tugasnya karena baik disadari atau tidak, profesionalitas guru sangat
penting peranannya dalam menentukan keberhasilan pembelajaran. Seorang siswa
akan lebih termotivasi belajar apabila guru yang mengajar memiliki kompetensi
pedagogik, kepribadian, profesional, dan sosial.
10
11
didik,
pembelajaran
yang
mendidik,
pengembangan
pribadi
dan
profesionalitas.
12
kompetensi
guru
yaitu
kemampuan
seorang
guru
dalam
Jejen Musfah, Peningkatan Kompetensi Guru: Melalui Pelatihan dan Sumber Belajar Teori
dan Praktik, (Jakarta: Kencana, 2011), Cet ke-1, h. 27.
6
M. Uzer Usman, op. cit., h. 14.
7
Muhibbin Syah, Psikologi Pendidikan dengan Pendekatan Baru, (Bandung: PT Remaja
Rosdakarya, 2010), Cet ke-15, h. 230.
8
Hamzah B. Uno, Profesi Kependidikan Problema, Solusi, dan Reformasi Pendidikan di
Indonesia, (Jakarta: Bumi Aksara, 2008), h. 18.
13
Keutamaan profesi guru dalam agama Islam sangatlah besar, sehingga Allah
SWT menjadikannya sebagai tugas yang diemban Rasululah SAW, sebagaimana
diisyaratkan dalam firman-Nya surat Ali Imran ayat 164:
Sungguh Allah telah memberi karunia kepada orang-orang yang beriman ketika
Allah mengutus di antara mereka seorang Rasul dari golongan mereka sendiri, yang
membacakan kepada mereka ayat-ayat Allah, membersihkan (jiwa) mereka, dan
mengajarkan kepada mereka Al kitab dan Al hikmah. dan Sesungguhnya sebelum
(kedatangan Nabi) itu, mereka adalah benar-benar dalam kesesatan yang nyata.
14
pendidik, sehat jasmani dan rohani, serta memiliki kemampuan untuk mewujudkan
tujuan pendidikan nasional. Kualifikasi akademik seorang guru dapat diperoleh
melalui pendidikan tinggi program sarjana atau diploma empat (D-IV). Ini sesuai
dengan Peraturan Menteri Pendidikan Nasional No 16 Tahun 2007 tentang standar
kualifikasi akademik dan kompetensi guru. Pasal 1: Setiap guru wajib memenuhi
standar kualifikasi akademik dan kompetensi guru yang berlaku secara nasional.
Kompetensi guru sebagaimana yang dimaksud meliputi: (a). Kompetensi
Pedagogik, (b). Kompetensi Kepribadian, (c). Kompetensi Sosial, dan (d).
Kompetensi Profesional, yang diperoleh melalui pendidikan profesi.10
a. Kompetensi Pedagogik
Dalam Standar Nasional Pendidikan, penjelasan Pasal 28 ayat (3) butir a
dikemukakan bahwa kompetensi pedagogik adalah kemampuan mengelola
pembelajaran peserta didik yang meliputi pemahaman terhadap peserta didik,
perancangan dan pelaksanaan pembelajaran, evaluasi hasil belajar, dan
pengembangan peserta didik untuk mengaktualisasikan berbagai potensi yang
dimilikinya.
E. Mulyasa berpendapat sekurang-kurangnya ada delapan kemampuan
guru dalam mengelola pembelajaran sebagai berikut:
1. Pemahaman wawasan atau landasan kependidikan
2. Pemahaman terhadap peserta didik
3. Pengembangan kurikulum/silabus
4. Perancangan pembelajaran
5. Pelaksanaan pembelajaran yang mendidik dan dialogis
6. Pemanfaatan teknologi pembelajaran
7. Evaluasi hasil belajar (EHB)
8. Pengembangan peserta didik untuk mengaktualisasikan berbagai potensi
yang dimilikinya.11
10
15
b. Kompetensi Kepribadian
Dalam Standar Nasional Pendidikan, penjelasan Pasal 28 ayat (3) butir b,
dikemukakan bahwa yang dimaksud dengan kompetensi kepribadian adalah
kemampuan kepribadian yang mantap, stabil, dewasa, arif, dan berwibawa,
menjadi teladan bagi peserta didik, dan berakhlak mulia.
Pribadi guru memiliki andil yang sangat besar terhadap keberhasilan
pendidikan, khususnya dalam kegiatan pembelajaran. Pribadi guru juga sangat
berperan dalam membentuk pribadi peserta didik. Ini dapat dimaklumi karena
manusia merupakan makhluk yang suka mencontoh, termasuk mencontoh
pribadi gurunya dalam membentuk pribadinya. Semua itu menunjukkan
bahwa kompetensi personal atau kepribadian guru sangat dibutuhkan oleh
peserta didik dalam proses pembentukkan pribadinya. Dalam hal ini guru
tidak hanya dituntut untuk mampu memaknai pembelajaran, tetapi dan yang
paling penting adalah bagaimana dia menjadikan pembelajaran sebagai ajang
pembentukan kompetensi dan perbaikan kualitas pribadi peserta didik.12
Oleh karena itu setiap calon guru dan guru profesional sangat
diharapkan memahami karakteristik (ciri khas) kepribadian dirinya yang
diperlukan sebagai panutan para siswanya. Kompetensi personal secara nyata
diungkapkan dalam bentuk kedermawanan, disiplin, dinamis, terbuka,
fleksibel, bertanggung jawab dan lain-lain.13
Menurut Samani Mukhlas, secara rinci kompetensi kepribadian
mencakup hal-hal sebagai berikut: (1) berakhlak mulia, (2) arif dan bijaksana,
(3) mantap, (4) berwibawa, (5) stabil, (6) dewasa, (7) jujur, (8) menjadi
teladan bagi peserta didik dan masyarakat, (9) secara objektif mengevaluasi
11
16
kinerja sendiri, (10) mau siap mengembangkan diri secara mandiri dan
berkelanjutan.14
c. Kompetensi Profesional
Dalam Standar Nasional Pendidikan, penjelasan Pasal 28 ayat (3) butir c
dikemukakan bahwa yang dimaksud dengan kompetensi profesional adalah
kemampuan penguasaan materi pembelajaran secara luas dan mendalam yang
memungkinkan membimbing peserta didik memenuhi standar kompetensi
yang diterapkan dalam Standar Nasional Pendidikan.
Dalam buku Character Building Guru PAI, Nuraida mengatakan bahwa:
Kompetensi profesional adalah kemampuan yang tumbuh secara terpadu dari
pengetahuan yang dimiliki tentang bidang ilmu tertentu, keterampilan
menerapkan pengetahuan yang dikuasai maupun sikap positif yang alamiah
untuk
memajukan,
memperbaiki
dan
mengembangkannya
secara
17
menemukan,
mengelola
dan
memadukan
perolehannya,
dan
dirinya,
menghargai
serta
mengelola
dirinya,
mengembangkan
mengendalikan
dirinya.
Tanggung
dirinya,
jawab
dan
sosial
18
bagian yang tak terpisahkan dari lingkungan sosial serta memiliki kemampuan
berinteraksi sosial. Tanggung jawab intelektual diwujudkan melalui
penguasaan berbagai perangkat pengetahuan dan keterampilan yang
diperlukan untuk menunjang tugas-tugasnya. Tanggung jawab moral dan
spiritual diwujudkan melalui penampilan guru sebagai makhluk beragama
yang perilakunya senantiasa tidak menyimpang dari norma-norma agama dan
moral.
Kompetensi sosial dalam kegiatan belajar berkaitan erat dengan
kemampuan guru dalam komunikasi dengan masyarakat di sekitar sekolah
dan masyarakat tempat guru tinggal sehingga peranan dan cara guru
berkomunikasi di masyarakat diharapkan memiliki karakteristik tersendiri
yang sedikit banyak berbeda dengan orang lain yang bukan guru. Misi yang
diemban guru adalah misi kemanusiaan. Mengajar dan mendidik adalah
tugas memanusiakan manusia. Guru harus mempunyai kompetensi sosial
karena guru adalah penceramah zaman.
Adapun ruang lingkup kompetensi sosial di antaranya:
1. Terampil berkomunikasi dengan peserta didik dan orang tua peserta didik
2. Bersikap simpatik
3. Dapat bekerja sama dengan Dewan Pendidikan/Komite Sekolah
4. Pandai bergaul dengan kawan sekerja dan mitra pendidikan
5. Memahami dunia sekitarnya (lingkungan)19
Ketika guru sudah memiliki kompetensi dan mampu menjalankan
fungsi strategis sebagai operator atau sebagai agen perubahan terhadap anak
didik, maka akan terjadi peningkatan kualitas hidup.
Guru dituntut untuk memiliki keempat kompetensi yang sudah
dituangkan dalam Undang-undang dan juga Peraturan Menteri Pendidikan
Nasional. Jika masih ada yang belum dimiliki atau dikuasai oleh guru, maka
19
19
teruslah untuk belajar. Tidak ada kata berhenti untuk belajar bagi guru.
Sebagian waktu guru untuk mengajar dan sebagian lainnya untuk belajar.
Pendidikan berjalan ke depan dan selalu mengalami perubahan, bila berhenti
belajar akan tertinggal.20
3. Peran dan Fungsi Guru Profesional
Seorang guru dalam melaksanakan aktivitas keguruannya memiliki banyak
peran yang harus dilaksanakan. Di antaranya dalam kegiatan belajar mengajar di
mana seorang guru sangat memberikan pengaruh yang besar sekali terhadap
keberhasilan kegiatan belajar mengajar, agar tujuan pendidikan dapat terwujud
dengan baik.
Menurut Drs. M. Uzer Usman, Peran guru dalam kegiatan belajar mengajar
adalah terciptanya serangkaian tingkah laku yang saling berkaitan yang dilakukan
dalam situasi tertentu serta berhubungan dengan kemajuan perubahan tingkah laku
dan perkembangan siswa menjadi tujuannya.21
Peranan guru dalam proses belajar mengajar meliputi banyak hal. Yang akan
dikemukakan di sini adalah peranan yang paling dominan dan diklasifikasikan
sebagaimana yang dikemukakan oleh beberapa ahli sebagai berikut:
Menurut M. Uzer Usman, peran guru dibagi beberapa macam, di antaranya:
a. Guru sebagai demonstrator (pendidik)
Melalui peranannya sebagai demonstrator, lecturer, atau pengajar, guru
hendaknya senantiasa menguasai bahan atau materi pelajaran yang akan
diajarkannya serta senantiasa mengembangkannya dalam arti meningkatkan
kemampuannya dalam ilmu yang dimilikinya karena hal ini akan sangat
menentukan hasil belajar yang dicapai oleh siswa.22 Agar tercapainya apa yang
diinginkan guru agama itu tercapai, maka dari itu guru sendiri harus terus belajar
20
Najib Sulhan, Karakter Guru Masa Depan Sukses & Bermartabat, (Surabaya: Jaring Pena,
2011), h. 122-123.
21
M. Uzer Usman, op. cit., h. 4.
22
Ibid., h. 9.
20
agar memperkaya dirinya dengan berbagai ilmu pengetahuan sebagai bekal dalam
melaksanakan tugasnya sebagai pengajar.
b. Guru sebagai pengelola kelas
Peran guru sebagai pengelola kelas (learning manager), guru hendaknya
mampu mengelola kelas sebagai lingkungan belajar serta merupakan aspek dari
lingkungan sekolah yang perlu diorganisasi. Lingkungan ini diatur dan diawasi
agar kegiatan-kegiatan belajar terarah kepada tujuan-tujuan pendidikan.
Pengawasan terhadap belajar lingkungan itu turut menentukan sejauh mana
lingkungan tersebut menjadi lingkungan belajar yang baik. Lingkungan yang baik
ialah yang bersifat menantang dan merangsang siswa untuk belajar, memberikan
rasa aman dan kepuasan dalam mencapai tujuan.
Sebagai pengelola kelas guru bertanggung jawab memelihara lingkungan fisik
kelasnya agar senantiasa menyenangkan untuk belajar dan mengarahkan untuk
membimbing proses-proses intelektual dan sosial di dalam kelas. Tanggung jawab
yang lain ialah membimbing pengalaman-pengalaman siswa sehari-hari.
Menurut M. Uzer Usman dalam bukunya Menjadi Guru Profesional:
Tujuan umum pengelolaan kelas ialah Menyediakan dan menggunakan
fasilitas kelas untuk bermacam-macam kegiatan belajar mengajar agar
mencapai hasil yang baik. Sedangkan tujuan khususnya adalah
Mengembangkan kemampuan siswa dalam menggunakan alat-alat belajar,
menyediakan kondisi-kondisi yang memungkinkan siswa bekerja dan belajar,
serta membantu siswa untuk memperoleh hasil yang diharapkan.23
c. Guru sebagai mediator atau fasilitator
Sebagai mediator guru hendaknya memiliki pengetahuan dan pemahaman
yang cukup tentang media pendidikan, karena media pendidikan merupakan alat
komunikasi untuk lebih mengefektifkan proses belajar mengajar. Dengan
demikian media pendidikan merupakan dasar yang sangat diperlukan yang
23
Ibid., h. 10.
21
24
Ibid., h. 11.
22
hendaknya terus menerus mengikuti hasil belajar yang telah dicapai oleh siswa
dari waktu ke waktu. Informasi yang diperoleh melalui evaluasi ini merupakan
umpan balik (feedback) terhadap proses belajar mengajar.25
Guru hendaknya mampu dan terampil dalam melaksanakan penilaian, karena
dengan penilaian guru dapat mengetahui prestasi yang dicapai oleh siswa setelah
melaksanakan proses belajar mengajar akan terus menerus ditingkatkan untuk
memperoleh hasil yang optimal.
Dalam Undang-undang Republik Indonesia No 14 Tahun 2005 tentang Guru
dan Dosen, dikemukakan bahwa: profesi guru merupakan bidang pekerjaan
khusus yang dilaksanakan berdasarkan prinsip sebagai berikut:26
a. Memiliki bakat, minat, panggilan jiwa dan idealisme
b. Memiliki komitmen untuk meningkatkan mutu pendidikan, keimanan,
ketakwaan, dan akhlak mulia
c. Memiliki kualifikasi akademik dan latar belakang pendidikan sesuai dengan
bidang tugas
d. Memiliki kompetensi yang diperlukan sesuai dengan tugas keprofesionalan
e. Memiliki tanggung jawab atas pelaksanaan tugas keprofesionalan
f. Memperoleh penghasilan yang ditentukan sesuai dengan prestasi kerja
g. Memiliki
kesempatan
untuk
mengembangkan
keprofesionalan
secara
jaminan
perlindungan
hukum
dalam
melaksanakan
tugas
keprofesionalan
i. Mengenal dan menyelenggarakan administrasi di sekolah, dan
j. Memiliki organisasi profesi yang mempunyai kewenangan mengatur hal-hal
yang berkaitan dengan tugas keprofesionalan guru
23
92.
Zakiyah Daradjat, Metodologi Pengajaran Agama Islam, (Jakarta: Bumi Aksara, 1996), h.
24
prinsip-prinsip
penelitian
pendidikan
untuk
kepentingan
pengajaran
Sebagai jabatan profesional, guru harus memiliki kriteria profesional.
Berdasarkan hasil lokakarya pembinaan kurikulum pendidikan guru UPI Bandung
sebagai berikut:28
a. Fisik
Sehat jasmani dan rohani, serta tidak mempunyai cacat tubuh yang bisa
menimbulkan ejekan atau cemoohan atau rasa kasihan dari anak-anak.
b. Mental/kepribadian
Berkepribadian/berjiwa pancasila, mampu menghayati GBHN, mencintai
bangsa dan sesama manusia dan rasa kasih sayang kepada anak didik, berbudi
pekerti yang luhur, berjiwa kreatif, mampu menyuburkan sikap demokrasi dan
penuh tenggang rasa, mampu mengembangkan kecerdasan yang tinggi,
28
25
c. Keilmuan/pengetahuan
Memahami ilmu yang dapat melandasi pembentukan pribadi; ilmu pendidikan
dan keguruan serta mampu menerapkannya dalam tugasnya sebagai pendidik;
memahami, menguasai, serta mencintai ilmu pengetahuan yang akan
diajarkan; memiliki pengetahuan yang cukup tentang bidang-bidang lain;
senang membaca buku-buku ilmiah, mampu memecahkan persoalan secara
sistematis, terutama yang berhubungan dengan bidang studi; dan memahami
prinsip-prinsip kegiatan belajar mengajar.
d. Keterampilan
Mampu berperan sebagai organisator proses belajar mengajar, mampu
menyusun bahan pengajaran atas dasar pendekatan skruktural, interdisipliner,
fungsional, behavior, dan teknologi; mampu menyusun garis besar program
pengajaran (GBPP); mampu memecahkan dan melaksanakan teknik-teknik
mengajar
yang
baik
dalam
mencapai
tujuan
pendidikan;
mampu
26
orang yang bertanggung jawab terhadap perkembangan siswa adalah orang tua
siswa.29
Berdasarkan pengertian di atas, dapat di pahami bahwa pendidik dalam
perspektif Islam ialah orang yang bertanggung jawab terhadap upaya perkembangan
jasmani dan rohani peserta didik agar mencapai tingkat kedewasaan sehingga ia
mampu menunaikan tugas-tugas kemanusiaannya (baik sebagai khalifah fi alardh maupun abd sesuai dengan nilai-nilai ajaran Islam).
Dalam Islam, setiap pekerjaan harus dilakukan secara profesional dalam arti
harus dilakukan oleh orang yang ahli. Islam mementingkan profesionalitas yang
diukur dari nilai keikhlasan bekerja sesuai dengan tanggung jawab yang diemban
hanya untuk mencari keridhoan Allah SWT, penguasa alam semesta, semuanya
berasal dari niat yang tulus. 30
Dalam Islam, tugas seorang pendidik dipandang sebagai sesuatu yang mulia.
Posisi ini menyebabkan mengapa Islam menempatkan orang-orang yang beriman dan
berilmu pengetahuan lebih tinggi derajatnya bila dibanding dengan manusia lainnya.
(QS. Al-Mujadilah, 58/11)
Hai orang-orang beriman apabila kamu dikatakan kepadamu: "Berlapanglapanglah dalam majlis", Maka lapangkanlah niscaya Allah akan memberi
29
27
31
28
29
Ibid., 80
A. Malik MTT, Sumarsih Anwar, Kompetensi Guru dan Peningkatan Kualitas
Pendidikan, Penamas, Vol. 3, 2005, h. 17.
36
30
sesuai yang diharapkan. Motivasi merupakan salah satu faktor yang turut menentukan
keefektifan dan keberhasilan pembelajaran, karena peserta didik akan belajar dengan
sungguh-sungguh apabila memiliki motivasi yang tinggi.37
Kekuatan yang menjadi pendorong kegiatan individu disebut motivasi, yang
menunjukkan suatu kondisi dalam diri individu yang mendorong atau menggerakkan
individu tersebut melakukan kegiatan untuk mencapai suatu tujuan. Sebagai contoh
kebutuhan akan makan mendorong seseorang bekerja keras bercocok tanam,
menangkap ikan atau melakukan pekerjaan-pekerjaan lain untuk mendapatkan
makanan atau uang untuk membeli makanan.38
Pupuh Fathurrohman mengemukakan bahwa motivasi berpangkal dari kata
motif, yang dapat diartikan sebagai Daya penggerak yang ada di dalam diri
seseorang untuk melakukan aktivitas-aktivitas tertentu demi tercapainya suatu
tujuan.39 Dorongan ini bersumber dari diri sendiri maupun dari luar, sehingga dapat
menggerakkan dan mengarahkan perhatian, perasaan, dan perilaku atau kegiatan
seseorang.
Dengan demikian, motivasi adalah dorongan yang dapat menimbulkan
perilaku tertentu yang terarah kepada pencapaian suatu tujuan tertentu. Perilaku atau
tindakan yang ditunjukkan seseorang dalam upaya mencapai tujuan tertentu sangat
tergantung dari motif yang dimilikinya.40
Menurut Mc Donald dalam buku Educational Psychology yang dikutip
Sardiman A.M, motivasi adalah Perubahan energi dalam diri seseorang yang
ditandai dengan munculnya feeling dan didahului dengan tanggapan terhadap adanya
tujuan. Dari pengertian yang dikemukakan Mc Donald ini, maka terdapat tiga
elemen atau ciri pokok dalam motivasi, yakni: motivasi mengawali terjadinya
37
31
perubahan energi, ditandai dengan adanya feeling, dan dirangsang karena adanya
tujuan.
a. Bahwa motivasi itu mengawali terjadinya perubahan energi pada diri setiap
individu manusia. Perkembangan motivasi akan membawa beberapa perubahan
energi di dalam sistem neurophysiological yang ada pada organisme manusia.
Karena menyangkut perubahan energi manusia (walaupun motivasi itu muncul
dari dalam diri manusia), penampakkannya akan menyangkut kegiatan fisik
manusia.
b. Motivasi ditandai dengan munculnya rasa atau feeling, afeksi seseorang. Dalam
hal ini motivasi relevan dengan persoalan-persoalan kejiwaan, afeksi dan emosi
yang dapat menentukan tingkah-laku manusia.
c. Motivasi akan dirangsang karena adanya tujuan. Jadi motivasi dalam hal ini
sebenarnya merupakan respon dari suatu aksi, yakni tujuan. Motivasi memang
muncul dari dalam diri manusia, tetapi kemunculannya karena terangsang atau
terdorong oleh adanya unsur lain, dalam hal ini adalah tujuan. Tujuan ini akan
menyangkut soal kebutuhan.
Dari ke tiga elemen di atas, maka dapat dikatakan bahwa motivasi itu sebagai
sesuatu yang kompleks. Motivasi akan menyebabkan terjadinya suatu perubahan
energi yang ada pada diri manusia, sehingga akan bergayut dengan persoalan gejala
kejiwaan, perasaan dan juga emosi, untuk kemudian bertindak atau melakukan
sesuatu. Semua ini didorong karena adanya tujuan, kebutuhan dan keinginan.
Dalam kegiatan belajar, motivasi dapat dikatakan sebagai keseluruhan daya
penggerak di dalam diri siswa yang menimbulkan, menjamin kelangsungan dan
memberikan arah kegiatan belajar, sehingga diharapkan tujuan yang ada dapat
tercapai.41
41
32
Abdul Rahman Shaleh, Psikologi Suatu Pengantar dalam Perspektif Islam, (Jakarta:
Kencana, 2009), Cet-ke 4, h. 194.
43
Sardiman A.M, op. cit., h. 90.
33
keseriusannya dalam belajar. Kegiatan belajar ini memang diminati dan dibarengi
dengan perasaan senang, dorongan tersebut mengalir dari dalam diri seseorang akan
kebutuhan belajar, ia percaya tanpa belajar yang keras hasilnya tidak maksimal.44
b. Motivasi Ekstrinsik
Motivasi ekstrinsik adalah motif-motif yang aktif dan berfungsi karena
adanya perangsang dari luar. Sebagai contoh orang itu belajar, karena tahu besok
paginya akan ujian dengan harapan mendapatkan nilai baik, sehingga akan dipuji
oleh pacarnya, atau temannya. Jadi yang penting bukan karena belajar ingin
mengetahui sesuatu, tapi ingin mendapatkan nilai yang baik, atau agar mendapat
hadiah. Jadi kalau dilihat dari segi tujuan kegiatan yang dilakukannya, tidak
secara langsung bergayut dengan esensi apa yang dilakukannya itu. Oleh karena
itu, motivasi ekstrinsik dapat juga dikatakan sebagai bentuk motivasi yang di
dalamnya aktivitas belajar dimulai dan diteruskan berdasarkan dorongan dari luar
yang tidak secara mutlak berkaitan dengan aktivitas belajar.
Beberapa bentuk motivasi belajar ekstrinsik menurut Winkel, di antaranya
adalah: (1) Belajar demi memenuhi kewajiban, (2) Belajar demi menghindari
hukuman yang diancamkan, (3) Belajar demi memperoleh hadiah material yang
disajikan, (4) Belajar demi meningkatkan gengsi, (5) Belajar demi memperoleh
pujian dari orang yang penting seperti orang tua dan guru.45
Perlu ditegaskan, bukan berarti motivasi ekstrinsik itu tidak baik dan tidak
penting. Dalam kegiatan belajar-mengajar tetap penting, sebab kemungkinan besar
keadaan siswa itu dinamis, berubah-ubah, dan juga mungkin komponen-komponen
lain dalam proses belajar-mengajar ada yang kurang menarik bagi siswa, sehingga
diperlukan motivasi ekstrinsik.46
Bagi siswa yang selalu memperhatikan materi pelajaran yang diberikan,
bukanlah masalah bagi guru karena di dalam diri siswa tersebut ada motivasi, yaitu
44
34
74.
35
49
36
97-100.
Dimyati dan Mudjiono, Belajar dan Pembelajaran, (Jakarta: PT Rineka Cipta, 2006), h.
37
38
Oemar Hamalik, Proses Belajar Mengajar, (Jakarta: PT Bumi Aksara, 2007), h. 166-168.
Zakiyah Daradjat, Metodik Khusus Pengajaran Agama Islam, (Jakarta: Bumi Aksara,
2008), h. 144.
52
39
hadiah yang diberikan untuk gambar yang terbaik mungkin tidak akan menarik
bagi seorang siswa yang tidak memiliki bakat menggambar. Cara ini dapat juga
dilakukan oleh guru dalam batas-batas tertentu, misalnya pemberian hadiah pada
akhir tahun kepada para siswa yang mendapat atau menunjukkan hasil belajar
yang baik. Pemberian hadiah ada pengaruhnya terhadap motivasi belajar siswa.
Hadiah itu dapat berupa barang tertentu, tetapi harus diwaspadai agar jangan
sampai hadiah menjadi pengganti tujuan belajar.53
d. Kerja Kelompok
Dalam kerja kelompok di mana melakukan kerja sama dalam belajar, kadangkadang ada perasaan untuk mempertahankan nama baik kelompok menjadi
pendorong yang kuat dalam perbuatan belajar.
e. Persaingan
Cara ini dapat digunakan sebagai upaya pemberian intensif. Kerja sama
dianggap lebih efektif, karena bermaksud untuk mencapai tujuan bersama, yang
pada gilirannya akan memberikan kepuasan kepada masing-masing individu.
Persaingan banyak kelemahannya, karena cenderung menimbulkan persaingan
yang tidak sehat yang lebih menonjolkan kepentingan perorangan, mendorong
superioritas dan dampak negatif lainnya.54
f. Penilaian
Penilaian secara kontinu akan mendorong siswa belajar, oleh karena setiap
anak memiliki kecenderungan untuk memperoleh hasil yang baik.
Merujuk dari pendapat di atas, Masih banyak cara yang dapat digunakan oleh
guru untuk membangkitkan dan memelihara motivasi belajar siswa. Namun yang
lebih penting adalah motivasi yang timbul dari dalam diri murid itu sendiri, seperti
dorongan kebutuhan, kesadaran akan tujuan, dan juga pribadi guru sendiri merupakan
contoh yang dapat merangsang motivasi mereka.
53
Oemar Hamalik, Kurikulum dan Pembelajaran, (Jakarta: PT Bumi Aksara, 2009), Cet ke-9,
54
Ibid., h. 120.
h. 120.
40
karena
itu,
hendaknya
guru
PAI
harus
tetap
meningkatkan
41
3. Widarti,
Peran
Profesional
Guru
Pendidikan
Agama
Islam
Dalam
42
D. Kerangka Berfikir
Berdasarkan kajian teoritik di atas, maka penulis dapat merumuskan kerangka
berpikir bahwa guru yang profesional yaitu guru yang memiliki kriteria berdasarkan
empat kompetensi sebagaimana yang disebutkan dalam Undang-undang No 14 Tahun
2005 yang meliputi kompetensi pedagogik, kompetensi kepribadian, kompetensi
profesional, dan kompetensi sosial. Guru yang profesional akan dapat melaksanakan
tugasnya sebagai demonstrator (pendidik), pengelola kelas, mediator, motivator, dan
evaluator.
Salah satu faktor yang mempengaruhi motivasi siswa adalah guru. Di mana
guru dituntut untuk dapat membangkitkan motivasi belajar siswa sebagai wujud
kompetensi yang ia miliki. Salah satunya memiliki keterampilan dalam mengajar.
Keterampilan mengajar merupakan kompetensi profesional yang cukup kompleks,
sebagai integrasi dari berbagai kompetensi guru secara utuh dan menyeluruh.
Oleh karena itu, jika guru tersebut dapat mengoptimalisasikan dalam proses
pembelajaran dengan baik, maka akan terjadi peningkatan motivasi belajar siswa.
43
Begitu juga sebaliknya, jika guru mengabaikan kompetensinya, maka motivasi belajar
siswa akan semakin menurun.
Maka bijaklah bahwa seorang guru harus memiliki profesionalitas tinggi
dalam menjalankan tugasnya karena baik disadari atau tidak profesionalitas guru
sangat penting peranannya dalam menentukkan keberhasilan pembelajaran. Seorang
siswa akan lebih termotivasi belajar apabila guru mengajar memiliki kompetensi
profesional, pedagogik, kepribadian dan sosial.
Sebagaimana diketahui bahwa motivasi guru profesional maupun yang tidak
profesional akan memiliki implikasi yang berbeda. Motivasi yang diberikan guru
profesional akan berimplikasi pada efek proses pembelajaran (siswa akan memiliki
motivasi). Motivasi yang dilakukan oleh guru yang tidak profesional secara
psikologis mampu menjamah hal-hal yang dibutuhkan oleh seorang siswa baik
instrinsik maupun ekstrinsik, di mana keduanya tidak dapat dipungkiri dalam
tercapainya proses pembelajaran.
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
A. Tempat dan Waktu Penelitian
Sekolah yang dijadikan tempat penelitian adalah MAN 4 Jakarta. Berada di Jl.
Ciputat Raya RT 005/08, Kelurahan Pondok Pinang, Kecamatan Kebayoran Lama,
Kotamadya Jakarta Selatan, Provinsi DKI Jakarta 12310. Adapun waktu yang
diperlukan dalam penelitian ini adalah pada tahun ajaran 2013-2014 yaitu bulan
Desember sampai bulan Februari. Adapun keterangannya sebagai berikut:
Tabel 3.1
Kegiatan Penelitian
No
1.
Tanggal
10 Desember 2013
Kegiatan
Memberikan
penelitian
dan
observasi
2.
13 Desember 2013
07 Januari 2014
izin Bidang
Kehumasan
3.
surat
Sumber Data
Bidang
Pendidikan Madrasah
44
45
TU
4.
09 Januari 2014
Hadits
dan
17 Januari 2014
6.
20 Januari 2014
MAN
kelas X
Jakarta
Drs. H. Elang Charta
7.
27 Januari 2014
8.
28 Januari 2014
Aqidah Akhlak
9.
07 Februari 2014
10.
07 Februari 2014
B. Metode Penelitian
Setiap penelitian memerlukan cara atau metode untuk mendapatkan segala
informasi yang terkait dengan judul penelitian. Untuk memudahkan pengumpulan
data, fakta dan informasi yang akan mengungkapkan dan menjelaskan permasalahan
dalam penelitian tentang peran kompetensi profesional guru pendidikan agama Islam
dalam meningkatkan motivasi belajar siswa di MAN 4 Jakarta, penulis menggunakan
metode Deskriptif yaitu penelitian yang tidak menguji hipotesis tertentu, tetapi
hanya menggambarkan apa adanya tentang sesuatu gejala atau kejadian. 1 Data yang
Suharsimi Arikunto, Manajemen Penelitian, (Jakarta: PT. Rineka Cipta, 2002), h. 234.
46
C. Unit Analisa
1. populasi
Populasi dalam penelitian ini adalah kepala sekolah, empat orang guru PAI,
serta siswa/i kelas X MAN 4 Jakarta yang berjumlah 291 orang siswa pada tahun
ajaran 2013/2014.
2. Sampel
Sampel adalah beberapa bagian kecil atau cuplikan yang ditarik dari
populasi.3 Dikarenakan beberapa pertimbangan maka penulis tidak menjadikan
seluruh siswa sebagai sampel. Dari jumlah populasi tersebut diambil 20% sebagai
sampel sebanyak 29,2 (dibulatkan menjadi 30).
Sampel yang digunakan dalam penelitian ini yaitu probability sampling,
dengan teknik pengambilan sampel yaitu sampel random sampling atau pengambilan
secara acak. Teknik pengambilan sampel dilakukan secara acak atau random dengan
mengundi nomor daftar hadir (absen) siswa kelas X MAN 4 Jakarta.
2
3
Winarno Surakhmad, Pengantar Penelitian Ilmiah, (Bandung: PT. Tarsito, 1990), h. 140.
Alimuddin Tuwu, Pengantar Metode Penelitian, (Jakarta: UI Press, 1993), h. 160.
47
D. Instrumen Penelitian
Instrumen penelitian adalah suatu alat yang digunakan untuk mengukur
fenomena alam maupun sosial yang diamati.4 Dalam penelitian mengenai peran
kompetensi profesional guru pendidikan agama Islam dalam meningkatkan motivasi
belajar siswa instrumen penelitiannya menggunakan bentuk tes yaitu angket dan
bentuk non tes yaitu wawancara.
Angket yang digunakan menurut jenis penyusunan itemnya adalah tipe
pilihan, di mana responden hanya tinggal memilih salah satu jawaban yang sudah
tersedia. Angket ini diperuntukkan kepada siswa untuk memperoleh informasi yang
relevan secara serentak.
Sedangkan instrumen non tes atau wawancara diperuntukkan kepada Kepala
Sekolah dan Guru Pendidikan Agama Islam MAN 4 Jakarta yang bertujuan untuk
memperoleh informasi mengenai peran kompetensi profesional guru pendidikan
agama Islam dalam meningkatkan motivasi belajar siswa.
48
h. 138.
Juliansyah Noor, Metodologi Penelitian, (Jakarta: Kencana Prenada Media Group, 2012),
49
3. Dokumentasi
Dokumentasi adalah teknik pengumpulan data yang tidak langsung ditujukan
pada subjek penelitian, tetapi melalui dokumen. Dokumen adalah catatan tertulis
yang isinya merupakan pernyataan tertulis yang disusun oleh seseorang atau lembaga
untuk keperluan pengujian suatu peristiwa, dan berguna bagi sumber data, bukti
informasi kealamiahan yang sukar diperoleh, sukar ditemukan, dan membuka
kesempatan untuk lebih meluas pengetahuan terhadap sesuatu yang diselidiki.6
Teknik ini biasanya digunakan untuk mengumpulkan data yang berupa data
sekunder (data yang telah dikumpulkan orang lain). Secara prosedural teknik ini
sangat praktis sebab menggunakan benda-benda mati, yang seandainya terdapat
kesalahan atau kekurangjelasan bisa dilihat kembali data aslinya.
Dalam penelitian ini dokumen yang dibutuhkan peneliti adalah sejarah
berdirinya MAN 4 Jakarta, struktur organisasi, visi dan misi, keadaan guru dan
karyawan, keadaan siswa dan fasilitas serta sarana dan prasarana yang ada di MAN 4
Jakarta, serta data-data yang berkaitan dengan bukti keprofesionalan guru PAI di
MAN 4 Jakarta.
4. Angket
Untuk mendapatkan data komperhensif tentang peran kompetensi profesional
guru pendidikan agama Islam, penulis menyebarkan angket kepada siswa/i kelas X
sebagai responden. Angket yang akan digunakan penulis adalah angket tertutup.
Angket ini mengandung 30 butir item yang masing-masing memiliki 4 alternatif
jawaban yang telah disediakan.
Adapun kisi-kisi instrumen pada penelitian yang penulis gunakan dalam
pembuatan angket adalah sebagai berikut:
183.
Mahmud, Metode Penelitian Pendidikan, (Bandung: CV Pustaka Setia, 2011), Cet ke-10, h.
50
Tabel 3.2
Kisi-kisi Instrumen Peran Kompetensi Profesional Guru PAI dalam
Meningkatkan Motivasi Belajar Siswa
Variabel
Indikator
No Soal
Peran Kompetensi
profesional Guru
Pendidikan
Agama Islam
1-3
4-7
Jumlah
Item
3
4
8-9
10-12
13-15
16-17
2
3
3
2
18-21
22-23
24-25
6-27
28-30
30
4
2
2
2
3
30
Motivasi Belajar
Siswa
51
yang diperoleh langsung dari lapangan, ditulis dengan rinci dan sistematis
setiap selesai mengumpulkan data. Laporan-laporan itu perlu direduksi, yaitu
dengan memilih hal-hal pokok yang sesuai dengan fokus penelitian agar
mudah untuk menyimpulkannya.
2. Penyajian Data
Setelah melalui reduksi data, langkah selanjutnya dalam analisis data adalah
penyajian data atau sekumpulan informasi yang memungkinkan peneliti
melakukan penarikan kesimpulan. Bentuk penyajian data yang umum
dilakukan dalam penelitian kualitatif adalah teks naratif yang menceritakan
secara panjang lebar temuan penelitian.
3. Penarikan Kesimpulan
Setelah data yang terkumpul di reduksi dan selanjutkan disajikan, maka
langkah yang terakhir dalam menganalisis data adalah menarik kesimpulan
atau verifikasi. Analisisnya menggunakan analisis model interaktif, artinya
analisis ini dilakukan dalam bentuk interaktif dari ketiga komponen utama
tersebut. Data yang terkumpul dari hasil pengamatan, wawancara, dan
pemanfaatan dokumen yang terkait dengan pelatihan dan sumber-sumber
belajar yang sedemikian banyak direduksi untuk dipilih mana yang paling
tepat untuk disajikan. Proses pemilihan data akan difokuskan pada data yang
mengarah untuk pemecahan masalah, penemuan, pemaknaan, atau untuk
menjawab pertanyaan penelitian yang terkait dengan peran kompetensi
profesional guru PAI dalam meningkatkan motivasi belajar siswa.7
Adapun data yang diperoleh melalui angket diolah secara kuantitatif artinya
data tersebut berwujud angka-angka hasil perhitungan atau pengukuran, dan
kemudian dituangkan dalam bentuk kalimat yang bersifat kualitatif.
Pedoman Penulisan Skripsi, Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan Universitas Islam Negeri
Syarif Hidayatullah Jakarta, h. 70-71.
52
Tabel 3.3
Skor Alternatif Jawaban
Pilihan Jawaban
Skor Pernyataan
Positif (+)
Negatif (-)
Sering (S)
Selalu (S)
Kadang-kadang (KK)
53
Tabel 3.4
Ketentuan Skala Prosentase
No
Prosentase
Penafsiran
1.
80-100%
Sangat Baik
2.
60-79%
Baik
3.
40-59%
Kurang Baik
4.
20-39%
Tidak Baik
BAB IV
HASIL PENELITIAN
55
b. NPSN
: 20177932
c. Jenjang
: 31131170001
e. Akreditasi
: Akreditasi A
f. Sertifikasi ISO
g. Jenis Sekolah
: Keagamaan
h. Status
: Negeri
i. Waktu Belajar
j. Tahun Berdiri
: 29 April 1992
k. Standar Sekolah
l. Alamat
m. Kelurahan
: Pondok Pinang
n. Kecamatan
: Kebayoran Lama
o. Kotamadya
: Jakarta Selatan
p. Provinsi
: DKI Jakarta
r. Telpon
: 021 7690283
s. Faxmile
: 021 7697795
t. Website
: man4jkt.kemenag.go.id
u. Email
: man4jkt@kemenag.go.id
v. Status Tanah
w. Luas Tanah
: 21.980 M2
x. luas Bangunan
: 7.317 M2
56
3. Struktur Organisasi
Organisasi merupakan suatu bentuk kerjasama yang harmonis didasarkan atas
tanggung jawab untuk mencapai tujuan bersama. Organisasi dalam bentuk struktur
merupakan gambaran yang secara sistematis tentang hubungan-hubungan dalam
bentuk kerjasama dalam rangka usaha mencapai suatu tujuan. Adanya struktur
organisasi yang jelas dapat memudahkan untuk melaksanakan tanggung jawab yang
diembannya.
Untuk lebih jelasnya struktur organisasi MAN 4 Jakarta sebagai berikut:
Pembina OSIS
Ketua Program
Bahasa dan Agama
Endah Umayah, S.Ag.
57
58
Tabel 4.1
Daftar Nama Guru MAN 4 Jakarta
No
Nama Guru
Jabatan
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
9.
10.
11.
12.
13.
14.
15.
16.
17.
18.
19.
20.
21.
Kepala Sekolah
Guru
Guru
Guru
Guru
Guru
Guru
Guru
Guru
Guru
Guru
Guru
Guru
Guru
Guru
Guru
Guru
Guru
Guru
Guru
Guru
Pendidikan
Terakhir
S2
S2
S2
S2
S2
S2
S2
S2
S2
S2
S2
S2
S2
S2
S2
S1
S1
S1
S1
S1
S1
59
22.
23.
24.
25.
26.
27.
28.
29.
30.
31.
32.
33.
34.
35.
36.
37.
38.
39.
40.
41.
42.
43.
44.
45.
46.
47.
48.
49.
50.
51.
52.
53.
54.
55.
56.
57.
58.
59.
60.
61.
62.
Guru
Guru
Guru
Guru
Guru
Guru
Guru
Guru
Guru
Guru
Guru
Guru
Guru
Guru
Guru
Guru
Guru
Guru
Guru
Guru
Guru
Guru
Guru
Guru
Guru
Guru
Guru
Guru
Guru
Guru
Guru
Guru
Guru
Guru
Guru
Guru
Guru
Guru
Guru
Guru
Guru
S1
S1
S1
S1
S1
S1
S1
S1
S1
S1
S1
S1
S1
S1
S1
S1
S1
S1
S1
S1
S1
S1
S1
S1
S1
S1
S1
S1
S1
S1
S1
S1
S1
S1
S1
S1
S1
S1
S1
S1
S1
60
63.
64.
65.
66.
67.
68.
69.
70.
71.
72.
73.
74.
75.
76.
77.
78.
Guru
Guru
Guru
Guru
Guru
Guru
Guru
Guru
Guru
Guru
Guru
Guru
Guru
Guru
Guru
Guru
S1
S1
S1
S1
S1
S1
S1
S1
S1
S1
S1
S1
S1
S1
S1
SMA
Guru adalah seorang pengajar sekaligus pendidik bagi siswa serta sosok yang
sangat penting dalam dunia pendidikan, karena atas jasanya, para anak didiknya
mengetahui ilmu pengetahuan walaupun pada dasarnya guru bukan hanya sebagai
transformator ilmu saja. Selain itu juga tanpa ada guru maka proses pembelajaran
tidak akan berlangsung dan guru bertanggung jawab terhadap pembentukan pribadi
anak menuju ke arah kedewasaan.
MAN 4 Jakarta memiliki guru-guru yang terbilang profesional dalam bidang
pendidikan dan pengajaran. Karena mayoritas guru MAN 4 Jakarta telah menempuh
jenjang S1 dan S2. Jumlah guru MAN 4 Jakarta sebanyak 78 orang yang terdiri dari
guru laki-laki 32 orang dan perempuan 46 orang. Jenjang pendidikan yang dimiliki
guru lulusan SMA berjumlah 1 orang, lulusan S1 berjumlah 62 orang dan lulusan S2
berjumlah 15 orang.
Kepala sekolah berusaha menempatkan pendidik dan tenaga kependidikan
yang kompeten dengan bidangnya, beliau menyatakan hampir 95% pendidik yang
mengajar bidang studi sesuai dengan latar belakang pendidikannya. Agar terhindar
dari mismatch dikarenakan latar belakang pendidikan guru yang tidak sesuai dengan
61
bidang studi yang diajar. Sehingga guru bisa fokus mempersiapkan materi ajar
dengan baik.
Dengan demikian MAN 4 Jakarta dapat berkembang dengan pesat dan
menjadi sekolah unggulan karena guru-guru yang profesional dan sesuai dengan
bidangnya.
Dan untuk mengetahui keadaan pegawai di MAN 4 Jakarta tahun ajaran
2013/2014 dapat dilihat pada tabel di bawah ini:
Tabel 4.2
Daftar Nama Karyawan MAN 4 Jakarta
No
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
9.
10.
11.
12.
13.
14.
15.
16.
17.
18.
Nama Karyawan
Dr. M. Ali Hanafi
Mansur, S.Ag
Suhanda, S.Pd.I
Alfi Nuriyah, S.E
Saefuddin, S.E
Dedi Sudirman, S.E
Umi Maistoh, S.E
Munibah, S.E
Yulian, S.Sos
Widada, S.Pd
Rosma Barasa
Hj. Nurhayati
Rochmad
Muhammad Dodo Ridho
Erwan Efendi
Armiati
Syarif Hidayat
Suparni
Pendidikan Terakhir
S2
S1
S1
S1
S1
S1
S1
S1
S1
S1
SMA
SMA
SMA
SMA
SMA
SMA
SMA
SMA
62
Tabel 4.3
Daftar Nama Karyawan Honor MAN 4 Jakarta
No
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
9.
10.
11.
12.
13.
14.
Nama Karyawan
Ahmad Rifai
Djoko Tri Utomo
Muhammad Izzi
Agus Irwan Kurniawan
Arifin
Nana Suryana
Heri Supriyadi
Setiyo Budi Rianto
Romdoni
Juju Juanda
Suparni
Rasiyem
Muhammad Soleh
Ramli Napis
Jabatan
Tenaga teknisi
Petugas kebersihan
Petugas kebersihan
Petugas Kebersihan
Petugas kebersihan
Petugas kebersihan
Petugas kebersihan
Petugas kebersihan
Petugas kebersihan
Petugas Kebersihan
Pramusaji
Pramusaji
Petugas keamanan
Petugas keamanan
Pendidikan Terakhir
SMA
SMA
SMA
SMA
SMA
SMA
SMA
SMA
SMP
SMP
SMP
SMP
SMP
SMP
6. Keadaan Siswa
Siswa merupakan salah satu komponen sekolah yang sangat penting. Siswa di
MAN 4 Jakarta berjumlah 876 siswa pada tahun ajaran 2013/2014. Hal ini
membuktikan antusias masyarakat untuk menyekolahkan anaknya ke MAN 4 Jakarta
ini cukup tinggi. Adapun jumlah siswa di MAN 4 Jakarta, yaitu sebagai berikut:
63
Tabel 4.4
Rekapitulasi Data Siswa MAN 4 Jakarta
Tahun Pelajaran 2013/2014
No
Kelas
1. X BAHASA 1
2. X AGAMA
JUMLAH
3. X IPA 1
4. X IPA 2
5. X IPA 3
6. X IPA 4
JUMLAH
7. X IPS 1
8. X IPS 2
9. X IPS 3
JUMLAH
Total Kelas 1
Laki-laki
12
13
26
12
12
12
12
48
18
12
15
45
118
Perempuan
27
18
45
18
18
19
19
74
15
21
18
54
173
Jumlah
39
31
70
30
30
31
31
122
33
33
33
99
291
No
Kelas
1. XI BAHASA 1
2. XI AGAMA
JUMLAH
3. XI IPA 1
4. XI IPA 2
5. XI IPA 3
6. XI IPA 4
7. XI IPA 5
JUMLAH
8. XI IPS 1
9. XI IPS 2
JUMLAH
Total Kelas 2
Laki-laki
11
10
21
6
13
12
14
12
57
7
13
20
98
Perempuan
20
21
41
25
16
17
16
20
94
23
17
40
175
Jumlah
31
31
62
31
29
29
30
32
151
30
30
60
273
No
1.
2.
3.
4.
Kelas
XII BAHASA 1
XII AGAMA
JUMLAH
XII IPA INT
XII IPA 2
Laki-laki
10
21
31
13
11
Perempuan
26
17
43
20
21
Jumlah
36
38
74
33
32
64
5
6.
7.
XII IPA 3
XII IPA 4
XII IPA 5
JUMLAH
XII IPS INTR
XII IPS 2
JUMLAH
Total Kelas 3
Total = I, II, III
8.
9.
12
12
8
56
14
14
28
115
331
22
23
25
111
20
21
43
197
545
34
35
33
167
33
32
71
312
876
1.
Hotspot area
2.
3.
4.
Lab. IPS
5.
Lab. Bahasa
6.
Lab. Agama
7.
Lab. Komputer
8.
9.
10.
11.
65
12.
13.
14.
15.
Masjid
16.
17.
18.
Lapangan Parkir
B. Deskripsi Data
Untuk mendapatkan data, penulis melakukan wawancara dengan kepala sekolah
dan empat orang guru PAI, serta melakukan observasi ke dalam kelas ketika guru
mengajar. Selain itu angket yang disebarkan kepada 30 siswa kembali dengan utuh.
Berdasarkan hasil penelitian, penulis memperoleh data mengenai peran
kompetensi profesional guru pendidikan agama Islam dalam meningkatkan motivasi
belajar siswa di MAN 4 Jakarta. Hal ini akan penulis kemukakan dalam bentuk tabeltabel analisis data di bawah ini:
Tabel 4.6
Penjelasan guru agama sesuai tema yang dibahas
No
Alternatif Jawaban
Frekuensi
Prosentasi
1.
Selalu
19
63,3%
Sering
26,7%
Kadang-kadang
10%
Tidak Pernah
0%
Jumlah
30
100%
66
Alternatif Jawaban
Frekuensi
Prosentasi
2.
Selalu
19
63,3%
Sering
16,7%
Kadang-kadang
20%
Tidak Pernah
0%
Jumlah
30
100%
Tabel 4.8
Mengusai setiap pokok bahasan
No
Alternatif Jawaban
Frekuensi
Prosentasi
3.
Selalu
21
70%
Sering
23,3%
Kadang-kadang
6,7%
Tidak Pernah
0%
67
Jumlah
30
100%
Tabel 4.9
Sebelum pelajaran dimulai guru agama menyampaikan tujuan
pembelajaran
No
Alternatif Jawaban
Frekuensi
Prosentasi
4.
Selalu
18
60%
Sering
20%
Kadang-kadang
16,7%
Tidak Pernah
3,3%
Jumlah
30
100%
68
Tabel 4.10
Sebelum pelajaran dimulai guru agama menjelaskan tema yang akan
dipelajari
No
Alternatif Jawaban
Frekuensi
Prosentasi
5.
Selalu
21
70%
Sering
13,3%
Kadang-kadang
10%
Tidak Pernah
3,3%
Jumlah
30
100%
Dari tabel tersebut dapat dipahami bahwa 70% sebelum pelajaran dimulai
guru agama selalu menjelaskan tema yang akan dipelajari, 13,3% responden
menyatakan sering, 10% responden menyatakan kadang-kadang, dan 3,3% tidak
pernah. Sehingga dapat disimpulkan bahwa sebelum pelajaran dimulai guru
agama selalu menjelaskan tema yang akan dipelajari.
Tabel 4.11
Di awal pelajaran, guru agama bertanya materi yang lalu
No
Alternatif Jawaban
Frekuensi
Prosentasi
6.
Selalu
11
36,7%
Sering
23,3%
Kadang-kadang
11
36,7%
Tidak Pernah
3,3%
Jumlah
30
100%
69
Tabel 4.12
Mengadakan tanya jawab mengenai materi yang akan dipelajari
No
Alternatif Jawaban
Frekuensi
Prosentasi
7.
Selalu
17
56,6%
Sering
30%
Kadang-kadang
6,7%
Tidak Pernah
6,7%
Jumlah
30
100%
3. Mengelola Kelas
Tabel 4.13
Mampu menciptakan suasana komunikatif antar siswa
No
Alternatif Jawaban
Frekuensi
Prosentasi
8.
Selalu
13
43,4%
Sering
11
36,6%
Kadang-kadang
20%
Tidak Pernah
0%
Jumlah
30
100%
70
Tabel 4.14
Menciptakan suasana yang menyenangkan pada saat proses pembelajaran
No
Alternatif Jawaban
Frekuensi
Prosentasi
9.
Selalu
18
60%
Sering
16,7%
Kadang-kadang
23,3%
Tidak Pernah
0%
Jumlah
30
100%
71
Tabel 4.15
Menggunakan alat peraga sesuai dengan materi yang dibahas
No
Alternatif Jawaban
Frekuensi
Prosentasi
10.
Selalu
20%
Sering
20%
Kadang-kadang
12
40%
Tidak Pernah
20%
Jumlah
30
100%
Tabel 4.16
Memerintahkan siswa untuk memiliki buku LKS
No
Alternatif Jawaban
Frekuensi
Prosentasi
11.
Selalu
20%
Sering
10%
Kadang-kadang
21
70%
Tidak Pernah
0%
Jumlah
30
100%
72
menyatakan tidak pernah. Sehingga dapat disimpulkan bahwa selain buku agama,
guru agama kadang-kadang memerintahkan siswa untuk memiliki buku LKS.
Tabel 4.17
Menambahkan sumber belajar dari internet
No
Alternatif Jawaban
Frekuensi
Prosentasi
12.
Selalu
22
73,3%
Sering
6,7%
Kadang-kadang
13,3%
Tidak Pernah
6,7%
Jumlah
30
100%
Dari tabel tersebut dapat dipahami bahwa 73,3% menyatakan guru agama
selalu memerintahkan siswa untuk menambahkan sumber belajar dari internet.
responden menyatakan selalu, 6,7% responden menyatakan sering, 13,3%
responden menyatakan kadang-kadang, dan 6,7% responden menyatakan tidak
pernah. Sehingga dapat disimpulkan bahwa guru agama selalu memerintahkan
siswa untuk menambahkan sumber belajar dari internet.
Tabel 4.18
Melibatkan seluruh siswa dalam proses pembelajaran
No
Alternatif Jawaban
Frekuensi
Prosentasi
13.
Selalu
26,7%
Sering
15
50%
Kadang-kadang
13,3%
Tidak Pernah
10%
Jumlah
30
100%
73
Tabel 4.19
Memberikan kesempatan kepada siswa untuk bertanya
No
Alternatif Jawaban
Frekuensi
Prosentasi
14.
Selalu
22
73,3%
Sering
26,7%
Kadang-kadang
0%
Tidak Pernah
0%
Jumlah
30
100%
74
Tabel 4.20
Memberikan kesempatan kepada siswa lain untuk menjawab pertanyaan
temannya
No
Alternatif Jawaban
Frekuensi
Prosentasi
15.
Selalu
13,3%
Sering
6,7%
Kadang-kadang
21
70%
Tidak Pernah
10%
Jumlah
30
100%
6. Menggunakan Metode
Tabel 4.21
Menggunakan metode bervariasi dalam mengajar
No
Alternatif Jawaban
Frekuensi
Prosentasi
16.
Selalu
17
56,7%
Sering
23,3%
Kadang-kadang
16,7%
Tidak Pernah
3,3%
Jumlah
30
100%
75
Tabel 4.22
Metode yang digunakan sesuai dengan materi pembahasan
No
Alternatif Jawaban
Frekuensi
Prosentasi
17.
Selalu
15
50%
Sering
30%
Kadang-kadang
16,7%
Tidak Pernah
3,3%
Jumlah
30
100%
Tabel 4.23
Mengadakan ulangan terhadap materi yang telah dibahas
No
Alternatif Jawaban
Frekuensi
Prosentasi
18.
Selalu
25
83,4%
Sering
13,3%
Kadang-kadang
3,3%
Tidak Pernah
0%
76
Jumlah
30
100%
Dari tabel tersebut dapat dipahami bahwa 83,4% guru agama selalu
mengadakan ulangan terhadap materi yang telah dibahas, 13,3% responden
menyatakan sering, 3,3% responden menyatakan kadang-kadang, dan 0%
menyatakan tidak pernah. Sehingga dapat disimpulkan bahwa guru agama selalu
mengadakan ulangan terhadap materi yang telah dibahas.
Tabel 4.24
Memeriksa dan mengembalikan hasil ulangan
No
Alternatif Jawaban
Frekuensi
Prosentasi
19.
Selalu
26
86,7%
Sering
10%
Kadang-kadang
3,3%
Tidak Pernah
0%
Jumlah
30
100%
Tabel 4.25
Memberi pujian kepada siswa yang aktif
No
Alternatif Jawaban
Frekuensi
Prosentasi
20.
Selalu
11
36,6%
Sering
26,7%
Kadang-kadang
30%
Tidak Pernah
6,7%
77
Jumlah
30
100%
Dari tabel tersebut dapat dipahami bahwa 36,6% guru agama selalu
memberi pujian kepada siswa yang aktif, 26,7% responden menyatakan sering,
30% responden menyatakan kadang-kadang, dan 6,7% responden menyatakan
tidak pernah. Sehingga dapat disimpulkan bahwa guru agama selalu memberi
pujian kepada siswa yang aktif.
Tabel 4.26
Soal-soal yang diberikan sesuai dengan materi yang diajarkan
No
Alternatif Jawaban
Frekuensi
Prosentasi
21.
Selalu
26
86,7%
Sering
10%
Kadang-kadang
3,3%
Tidak Pernah
0%
Jumlah
30
100%
78
8. Pemberian Pujian
Tabel 4.27
Memberikan pujian kepada anak yang dapat mengerjakan tugas dengan
baik
No
Alternatif Jawaban
Frekuensi
Prosentasi
22.
Selalu
13
43,3%
Sering
23,3%
Kadang-kadang
26,7%
Tidak Pernah
6,7%
Jumlah
30
100%
Alternatif Jawaban
Frekuensi
Prosentasi
23.
Selalu
17
56,7%
Sering
16,7%
Kadang-kadang
23,3%
Tidak Pernah
3,3%
Jumlah
30
100%
79
9. Pemberian Hadiah
Tabel 4.29
Memberikan hadiah kepada siswa yang berprestasi
No
Alternatif Jawaban
Frekuensi
Prosentasi
24.
Selalu
10%
Sering
13,3%
Kadang-kadang
12
40%
Tidak Pernah
11
36,7%
Jumlah
30
100%
Tabel 4.30
Hadiah yang diberikan berupa alat-alat tulis
No
Alternatif Jawaban
Frekuensi
Prosentasi
25.
Selalu
6,7%
Sering
16,7%
Kadang-kadang
13
43,3%
Tidak Pernah
10
33,3%
80
Jumlah
30
100%
Tabel 4.31
Memberikan hasil ulangan tepat waktu
No
Alternatif Jawaban
Frekuensi
Prosentasi
26.
Selalu
17
56,6%
Sering
30%
Kadang-kadang
6,7%
Tidak Pernah
6,7%
Jumlah
30
100%
81
Tabel 4.32
Menyebutkan nilai ulangan tertinggi
No
Alternatif Jawaban
Frekuensi
Prosentasi
27.
Selalu
13,4%
Sering
13
43,3%
Kadang-kadang
13
43,3%
Tidak Pernah
0%
Jumlah
30
100%
Tabel 4.33
Guru agama langsung memberikan nilai ketika tugas dikumpulkan
No
Alternatif Jawaban
Frekuensi
Prosentasi
28.
Selalu
16,7%
Sering
26,6%
Kadang-kadang
15
50%
Tidak Pernah
6,7%
Jumlah
30
100%
82
guru
agama
kadang-kadang
langsung
memberikan
nilai
ketika
tugas
dikumpulkan.
Tabel 4.34
Nilai yang diberikan berupa angka bukan hanya tanda tangan
No
Alternatif Jawaban
Frekuensi
Prosentasi
29.
Selalu
18
60%
Sering
30%
Kadang-kadang
6,7%
Tidak Pernah
3,3%
Jumlah
30
100%
Tabel 4.35
Diadakan remedial untuk nilai yang belum mencapai standar
No
Alternatif Jawaban
Frekuensi
Prosentasi
30.
Selalu
22
73,3%
Sering
26,7%
Kadang-kadang
0%
Tidak Pernah
0%
Jumlah
30
100%
83
Wawancara dengan Bapak Agus Mudhofar, Jumat 07 Februari 2014, Pukul 08.52.
84
hadits), Ibu Rosmaniar (sejarah), dan Bapak Elang Charta (aqidah akhlak). Dalam
pengembangan jasmani dan rohani di MAN 4 Jakarta banyak kegiatan keagamaan
yang dapat mendukung pengembangan rohani yang dibimbing langsung oleh guru
pendidikan agama Islam diantaranya, sholat dhuha, sholat dzuhur berjamaah, sholat
asar berjamaah, hafalan al-Quran (Juz 28, 29 dan 30), membaca al-Quran sebelum
memulai pelajaran sekitar 10 menit serta berinfak untuk membantu temannya yang
terkena musibah. Sebagaimana hasil wawancara saya dengan Ibu Kholiyah selaku
guru PAI senior di MAN 4 Jakarta, Kamis 09 Januari 2014, pukul 11.00 WIB,
sebagai berikut:
Sebelum anak-anak memulai pelajaran, anak-anak diwajibkan membaca alQuran atau surat-surat pendek kurang lebih 10 menit. Tujuannya itu supaya
anak-anak dalam kesehariannya terbiasa membaca al-Quran serta mampu
memahami sedikit demi sedikit isi kandungannya. Karena di MAN 4 Jakarta
ini ada sistem penyetoran hafalan al-Quran (Juz 28, 29 dan 30). Dahulu
sholat dhuha diwajibkan di MAN 4 Jakarta ini, akan tetapi karena sholat
dhuha dilaksanakan pada waktu istirahat maka banyak anak-anak yang
pingsan karena belum sarapan dan waktu istirahatnya habis karena dipakai
sholat dhuha. Dan sekarang sholat dhuha itu menjadi sunnah bagi anak-anak
MAN 4 Jakarta yang ingin melaksanakannya. Akan tetapi tidak mengurangi
antusias anak-anak itu sendiri untuk tetap melaksanakan sholat dhuha. Dan
anak-anak MAN 4 Jakarta juga dilatih untuk saling membantu sesama jika
ada yang terkena musibah, maka tugas guru agamalah untuk memintakan
sumbangan kepada anak-anak yang sifatnya incidental.
Dari hasil penelitian yang telah peneliti peroleh, keempat guru agama tersebut
memiliki kompetensi profesional. Karena Ibu Khairunnisa sudah berkualifikasi
akademik (S1) dan sedang mengambil pendidikan S2, Ibu Kholiyah berkualifikasi
akademik (S2), Ibu Rosmaniar berkualifikasi akademik (S1), dan Bapak Elang Charta
berkualifikasi akademik (S1). Adapun kualifikasi untuk menjadi guru profesional
yaitu standar kualifikasi akademik minimalnya adalah S1 dan alangkah baiknya jika
pendidikan itu dilaksanakan sepanjang hayat.2 Dan keempat guru PAI tersebut sudah
bersertifikasi. Untuk lebih jelasnya, mengenai pelaksanaan kompetensi profesional
2
Wawancara dengan Bapak Agus Mudhofar, Jumat 07 Februari 2014, Pukul 08.52.
85
guru pendidikan agama Islam yang ada di MAN 4 Jakarta dapat dijelaskan sebagai
berikut:
1. Penguasaan Materi Pelajaran
Sebelum guru tampil di depan kelas untuk mengelola interaksi belajar
mengajar, terlebih dahulu guru harus sudah menguasai materi apa yang akan
disampaikan kepada siswa sekaligus mempersiapkan bahan-bahan yang berkaitan
untuk mendukung jalannya proses pembelajaran. Bahan pelajaran adalah
substansi yang akan disampaikan dalam proses pembelajaran di kelas. Dengan
menguasai materi pelajaran, maka guru akan lebih mudah dalam pengelolaan
kelas.
Upaya yang dilakukan guru pendidikan agama Islam di MAN 4 Jakarta dalam
penguasaan materi yaitu, dengan banyak membaca, menggali informasi dari
sumber lain, menambah referensi dari buku lain dan internet, berdialog antar
sesama guru untuk saling berbagi ilmu, serta mengkorelasikan antara pelajaran
agama Islam dengan ilmu lain sehingga akan menjadikan proses pembelajaran
menjadi lebih bermakna dan semakin mudah dipahami siswa. Dan melakukan
kunjungan ke negara-negara lain untuk dapat menambah wawasan karena ilmu itu
selalu berkembang.3
Hasil angket menunjukkan 63,3% siswa mengatakan bahwa guru agama
menjelaskan materi sesuai dengan tema yang dibahas, 63,3% menjawab
pertanyaan siswa dengan tepat, 70% menguasai setiap pokok bahasan yang akan
diajarkan. Ini menunjukkan bahwa guru PAI di MAN 4 Jakarta sudah baik dalam
hal penguasaan materi.
10.30.
Wawancara dengan Ibu Kholiyah, Kamis 09 Januari 2014 di Ruang Guru Agama, Pukul
86
3. Mengelola Kelas
Mengelola kelas adalah keterampilan guru untuk menciptakan dan
memelihara kondisi belajar yang optimal dan mengembalikannya apabila terjadi
4
Wawancara dengan Ibu Yunarni Sirear sebagai Waka Humas MAN 4 Jakarta.
Wawancara dengan Ibu Khairunnisa, Selasa 07 januari 2014 di Ruang Tamu, Pukul 08.30.
6
Wawancara dengan Bapak Elang Charta, guru PAI Akidah Akhlak MAN 4 Jakarta.
5
87
gangguan dalam proses belajar mengajar. Suatu kondisi belajar yang optimal
dapat tercapai apabila guru mampu mengatur siswa dan sarana yang
menyenangkan
untuk
mencapai
tujuan
pengajaran.
Pengelolaan
kelas
4. Menggunakan Media/Sumber
Pengajar adalah media utama dalam proses belajar mengajar dan merupakan
motivator atau fasilitas bagi siswa untuk mengoptimalkan kegiatan belajar. 7 Salah
satu cara untuk mempermudah dalam pencapaian tujuan pembelajaran tentunya
menggunakan media yang mana media mempunyai keterkaitan dengan bahan
yang disampaikan (relevansi).8
Dalam melaksanakan sistem pembelajaran di sekolah, guru agama diharapkan
mampu mengembangkan dan menggunakan variasi media pembelajaran. Hal ini
guna mengatasi kebosanan siswa sehingga dalam situasi belajar mengajar, murid
senantiasa menunjukkan ketekunan, antusiasme, dan partisipasi. Banyak variasi
7
88
media yang dapat digunakan seperti, realthings, berupa manusia atau guru itu
sendiri, verbal representation, berupa media tulis/cetak, atau buku teks, motion
picture, seperti film, video, tape dsb, still picture, foto, slide, film strip dan media
visual lainnya.
Di MAN 4 Jakarta sebagian guru agama menggunakan media berupa motion
picture dan still picture yaitu dengan membuat slide pada power point untuk
menjelaskan materi yang akan disampaikan pada siswa. Dan terkadang guru
agama menampilkan motion picture dalam bentuk film atau video terkait materi
yang diajarkan. Hasil wawancara dengan Ibu Kholiyah guru PAI bidang studi
quran hadits mengatakan, Karena dengan slide yang saya tampilkan pada power
point siswa akan cepat tanggap dan paham akan materi yang disampaikan, tidak
jenuh dan tidak mengantuk. Dan saya juga beberapa kali menampikan video
terkait
materi
pelajaran
yang diajarkan.
Guru
agama
kadang-kadang
menggunakan alat peraga yang terdapat di LAB agama sesuai dengan materi yang
dibahas. Akan tetapi dari keempat guru tersebut tidak semuanya dapat
menggunakan media power point karena mereka belum terlalu mahir dalam
menggunakannya dan ketika mengajar hanya menggunakan metode tanpa
menggunakan media berbentuk power point atau slide.9 Penggunaan alat peraga
mendapat respon siswa sebanyak 20%. Untuk buku LKS hasil angket
menunjukkan 20% karena MAN 4 Jakarta tidak mewajibkan untuk semua siswa,
bagi yang ingin memiliki buku LKS dapat membelinya untuk menambah bahan
bacaan. Dan guru agama juga menambahkan sumber belajar dari internet hasil
angket menunjukkan 73,3%.
Hasil Wawancara dengan Bapak Elang Charta, Selasa, 28 Januari 2014, Pukul 09.20.
89
antara guru dan siswa dalam rangka transfer of knowledge dan bahkan juga
transfer of values, akan senantiasa menuntut komponen yang serasi antara guru
dan siswa tidak semata-mata hanya tergantung cara atau metode yang dipakai,
tetapi komponen-komponen yang lain juga akan mempengaruhi keberhasilan
interaksi belajar mengajar tersebut. Komponen tersebut misalnya guru, siswa,
metode, alat atau teknologi, sarana dan tujuan.
Guru agama di MAN 4 Jakarta selalu melibatkan seluruh siswanya di dalam
proses pembelajaran. Guru memberikan pertanyaan kepada semua siswanya agar
siswa dituntut aktif menjawab pertanyaan yang diberikan guru. Ketika siswa tidak
bisa menjawab maka guru menunjuk salah satu mereka untuk menjawab
pertanyaannya. Ini terbukti dari hasil observasi yang dilakukan peneliti. Hasil
angket menunjukkan 50% siswa mengatakan guru agama sering melibatkan
seluruh siswanya dalam proses pembelajaran. Guru agama juga memberikan
kesempatan kepada siswa untuk bertanya ketika menghadapi pertanyaan yang
sulit dan dapat menjawabnya, angket siswa merespon dengan 73,3%. Sebelum
pertanyaan yang diajukan siswanya dijawab, guru agama memberikan
kesempatan kepada siswa lain untuk dapat menjawab pertanyaan temannya, hasil
angket menunjukkan 13,3% karena hanya beberapa guru agama saja yang
melalakukan hal itu, banyak dari mereka yang langsung menjawab pertanyaan itu
sendiri tanpa melibatkan siswa yang lainnya.
6. Menggunakan Metode
Permasalahan yang sering kali dijumpai dalam pengajaran, khususnya
pengajaran agama Islam adalah bagaimana cara menyajikan materi kepada siswa
secara baik sehingga diperoleh hasil yang efektif dan efesien. Dan masalah
lainnya yaitu kurangnya perhatian guru agama terhadap variasi penggunaan
metode mengajar dalam upaya peningkatan mutu pengajaran secara baik.10
10
90
Metode pembelajaran yang digunakan guru dalam proses belajar mengajar akan
membuat pelajaran agama lebih menarik dan mengesankan bagi siswa, sehingga
mempermudah pencapaian sasaran yang diinginkan. Guru agama harus mampu
menggunakan pendekatan atau metode pembelajaran yang bervariasi. Hal ini
guna mengatasi kebosanan murid dalam situasi belajar mengajar.
Berdasarkan
hasil
wawancara
dengan
beberapa
guru
PAI
metode
91
8. Pemberian Pujian
Pujian adalah bentuk ganjaran yang paling mudah karena hanya berupa katakata seperti Baik sekali, bagus, atau dapat berupa kata-kata sugestif Lain kali
pasti hasilnya akan lebih bagus lagi dan sebagainya.12
Apabila ada siswa yang sukses dan berhasil menyelesaikan tugas dengan baik,
perlu diberikan pujian. Pujian ini adalah bentuk reinforcement yang positif dan
sekaligus merupakan motivasi yang baik. Oleh karena itu supaya pujian ini
11
12
Hasil Wawancara dengan Ibu Rosmaniar, Jumat 17 Januari 2014, Pukul 09.00.
M. Alisuf Sabri, Pengantar Ilmu Pendidikan, (UIN Jakarta Press, 2005), Cet-1, h. 60.
92
merupakan motivasi, pemberiannya harus tepat. Dengan pujian yang tepat akan
memupuk suasana yang menyenangkan dan mempertinggi gairah belajar serta
sekaligus akan membangkitkan harga diri.
Guru selalu memberikan pujian berupa kata-kata seperti, kamu pintar, luar
biasa, jawaban yang tepat, dan disertai tepuk tangan kepada siswa yang dapat
mengerjakannya tugas dengan baik. Hasil angket siswa menunjukkan 43,3% guru
agama memberikan pujian-pujian tersebut. Dari observasi yang dilakukan guru
agama selalu memberikan pujian kepada siswanya yang dapat menjawab
pertanyaannya dengan tepat. Dan kata-kata yang digunakan dapat meningkatkan
motivasi belajar siswa. Ini didukung oleh hasil angket yaitu 56,7%.
9. Pemberian Hadiah
Hadiah merupakan satu-satunya alat pendidikan refresif yang menyenangkan.
Hadiah dapat membangkitkan motivasi apabila setiap orang mempunyai harapan
untuk memperolehnya. Bagi pelajar, hadiah juga dapat merusak oleh sebab
menyimpangkan pikiran anak dari tujuan belajar yang sebenarnya.
Hasil wawancara dengan Ibu Rosmaniar hadiah berbentuk benda jarang
diberikan karena akan mendatangkan pengaruh negatif dalam belajar yaitu anak
belajar bukannya karena ingin mengejar pengetahuan tetapi semata-mata karena
ingin mendapat hadiah, akibatnya apabila dalam belajarnya tidak memperoleh
hadiah maka anak menjadi malas belajarnya. Akan tetapi hadiah itu sesekali
diberikan kepada siswa yang berprestasi dan ketika diadakan acara pesantren
kilat. Hasil angket siswa menunjukkan 36,7% mengatakan guru agama tidak
pernah memberikan hadiah kepada siswa yang berprestasi. Guru agama juga
kadang-kadang memberikan hadiah berupa alat-alat tulis kepada siswa, akan
tetapi hadiah yang diberikan hanya kepada siswa yang berprestasi dan ketika
diadakan acara pesantren kilat. Hasil angket menunjukkan 43,3%.
93
13
94
untuk itu berusaha dengan segenap tenaga. Angka itu bagi mereka merupakan
motivasi yang kuat. Akan tetapi ada pula yang bekerja untuk naik kelas saja.
Guru agama tidak langsung memberikan nilai ketika tugas dikumpulkan
karena guru agama bisa menilainya di luar jam pelajaran yang sedang
berlangsung dan akan diserahkan kembali esok harinya atau pada jam
pelajarannya. Hasil angket siswa menunjukkan 50% guru agama tidak langsung
memberikan nilai ketika tugas dikumpukan. Hasil angket siswa menunjukkan
60% nilai yang diberikan bukan hanya sekedar tanda tangan. Dan guru agama
mengadakan remedial untuk nilai siswa yang belum mencapai standar. Hasil
angket menunjukkan 73,3%.
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
Dari pembahasan serta temuan penelitian yang sudah dilakukan oleh peneliti,
guru PAI MAN 4 Jakarta sudah termasuk kategori profesional. Hal ini dilihat dari:
a. Peran guru PAI sebagai demonstrator
b. Peran guru PAI sebagai pengelola kelas
c. Peran guru PAI sebagai mediator
d. Peran guru PAI sebagai motivator
B. Saran
Berdasarkan hasil penelitian tentang Peran Kompetensi Profesional Guru
Pendidikan Agama Islam dalam Meningkatkan Motivasi Belajar Siswa di MAN 4
Jakarta, maka peneliti menyampaikan saran sebagai berikut:
1. Bagi kepala sekolah
Kepala sekolah hendaknya sering mengadakan peningkatan terhadap kompetensi
profesional guru dan dapat mempertahankan lembaga yang sudah baik menjadi
95
96
lebih baik lagi dan lebih berkembang dengan memberikan dukungan dan motivasi
serta menyediakan sarana prasarana yang dibutuhkan.
2. Bagi Lembaga Pendidikan
Hendaknya melengkapi sarana dan prasarana dalam menunjang kegiatan
keagamaan menambah koleksi buku di perpustakaan agama dan cerita-cerita yang
bernuansa islami sehingga dapat menambah minat baca dan pengetahuan mereka.
3. Bagi Guru PAI
Agar pelaksanaan proses belajar mengajar dapat berjalan dengan baik, guru
PAI hendaknya lebih mempererat hubungan dan menjalin relasi yang baik dengan
siswa-siswanya sebagai upaya untuk meningkatkan motivasi belajar siswasiswanya.
Bagi guru PAI yang belum menggunakan media sebaiknya dapat
memanfatkan media yang telah ada karena akan membuat proses belajar mengajar
lebih menarik sehingga dapat menumbuhkan motivasi siswa dalam mengikuti
pembelajaran dari guru. Dan pelajarannya jelas akan membuat siswa lebih mudah
untuk memahami dan lebih tertarik untuk lebih mendalami materi.
DAFTAR PUSTAKA
dan
Terjemahnya.
Semarang:
PT
97
98
99
PANDUAN WAWANCARA
PERAN KOMPETENSI PROFESIONAL GURU PAI
DALAM MENINGKATKAN MOTIVASI BELAJAR SISWA
DI MAN 4 JAKARTA
Hari/tanggal
Responden
Jabatan
Waktu
Daftar Pertanyaan :
1. Bagaimana menurut Ibu mengenai kompetensi profesional guru di MAN 4 Jakarta
khususnya guru PAI?
2. Untuk membina kompetensi guru, program apa saja yang telah dilaksanakan di sekolah
ini?
3. Upaya apa yang Ibu lakukan untuk meningkatkan kemampuan guru dalam menyusun
program pembelajaran?
4. Upaya apakah yang Ibu lakukan untuk mempertahankan motivasi guru di MAN 4
Jakarta?
5. Bagaimana keefektifan pelaksanaan pembinaan kompetensi profesional guru di MAN 4
Jakarta, khususnya dalam meningkatkan mutu pembelajaran?
6. Faktor apa yang menjadi pendukung dan penghambat dalam upaya meningkatkan
kompetensi profesional guru?
7. Pernakah Ibu mengikutsertakan guru-guru dalam pendidikan dan pelatihan (diklat) untuk
para guru bidang studi?
8. Apakah Ibu melakukan monitoring kepada guru dalam proses pembelajaran?
Daftar Jawaban
1. Guru di MAN 4 Jakarta ini tidak hanya memiliki kompetensi profesional saja, akan tetapi
ketiga kompetensi lainnya juga harus dimiliki dan dikuasai. Sesuai dengan kompetensi
guru, ada 4 kompetensi: pedagogik, sosial, pribadi dan profesional. Harus memenuhi
standar keempat kompetensi tersebut.
2. Workshop untuk meningkatkan kompetensi guru, dan pelatihan-pelatihan lainnya.
3. Melalui workshop pembuatan perangkat, lalu dimonitoring melalui supervisi.
4. Memberikan reward-reward kepada guru yang bisa mendongkrak nilai-nilai siswa.
5. Melalui supervisi sebaya, riset studi, lesson studi. Dengan merekam video guru ketika
mengajar dan dikoreksi oleh guru-guru lain serta diberi masukan.
6. Faktor pendukung: tersedianya sarana prasana yang dapat mendukung setiap aktivitas
yang dilakukan guru.
Faktor penghambat: masih ada beberapa guru yang tingkat SDM nya yang masih kurang,
tetapi akan diusahakan untuk diminimalisir agar para guru dapat terus meningkatkan
keprofesionalannya.
7. Iya, selalu mengikutsertakan guru-guru jika ada kesempatan untuk menambah
pengetahuan dan wawasannya di luar atau di dalam sekolah.
8. Iya, melalui supervisi sebaya, guru senior, dan lesson studi.
Interviewer,
PANDUAN WAWANCARA
PERAN KOMPETENSI PROFESIONAL GURU PAI
DALAM MENINGKATKAN MOTIVASI BELAJAR SISWA
DI MAN 4 JAKARTA
Informan: Guru PAI (Quran Hadits) MAN 4 Jakarta
Responden
Hari/tanggal
Tempat Wawancara
Waktu
Daftar Pertanyaan:
1. Menurut bapak/ibu apa makna profesional?
2. Apakah bapak/ibu dalam melaksanakan pembelajaran PAI menggunakan metode?
Metode apa yang biasa digunakan dalam proses pembelajaran?
3. Apa yang bapak/ibu lakukan jika anda tidak hadir di kelas?
4. Apa upaya bapak/ibu untuk meningkatkan kualitas penguasaan materi?
5. Apakah bapak/ibu selalu membuat RPP?
6. Bagaimana cara bapak/ibu memastikan bahwa metode atau strategi yang anda gunakan
sudah tepat?
7. Apakah ada kesulitan dalam penggunaan metode yang anda gunakan?
8. Bagaimana usaha bapak/ibu dalam meningkatkan kualitas diri?
9. Menurut bapak/ibu apakah makna motivasi belajar siswa?
10. Bagaimana tingkat motivasi belajar siswa bapak/ibu?
11. Usaha apa yang bapak/ibu lakukan untuk meningkatkan motivasi belajar siswa?
12. Menurut bapak/ibu apakah profesionalisme seorang guru dapat mempengaruhi motivasi
belajar siswa? Alasannya?
Daftar Jawaban
1. Suatu profesi yang didalami oleh seorang guru terhadap suatu materi. Sesuai dengan
bidangnya.
2. Ceramah, tanya jawab, diskusi, reading guide dll.
3. Menelfon ketua program, memberikan tugas kepada ketua program untuk memberikan
kepada siswa, dan menyerahkan foto copy RPP.
4. Harus mengikuti perkembangan, tidak hanya dari buku, mencari dari internet, dan saya
melakukan kunjungan ke negara-negara lain untuk menambah wawasan, dan saya suka
melakukan test timony diakhir pembelajaran.
5. Iya, selalu membuat RPP.
6. Melihat anak dari hasil nilai. Kalau anak itu fokus dan merasa asik dengan metode yang
saya gunakan maka saya merasa metode itu sudah tepat.
7. Setiap anak tidak sama daya tangkapnya, jadi ada kesulitan untuk memberikan metode
pada anak-anak yang daya tangkapnya kurang.
8. Banyak membaca, dan saya memperdalamnya dengan menulis, Alhamdulillah saya sudah
membuahkan karya tulis saya, itu salah satu cara yang saya lakukan untuk meningkatkan
kualitas diri.
9. Mendorong anak untuk belajar. karena pada dasarnya anak-anak merasa minder sekolah
di Madrasah, dan saya selalu memotivasi mereka karena pada dasarnya sekolah darimana
pun latar belakangnya itu sama saja. Dan saya mencontohkan keadaan yang sesuai fakta
karena banyak orang-orang hebat yang terlahir dari Madrasah.
10. Pada umumnya setiap anak butuh motivasi, karena tingkat motivasinya bertahap. Ketika
selalu diberikan motivasi maka tingkat motivasinya akan bertambah.
11. Sebelum memulai pelajaran pasti saya salalu memotivasi mereka dengan kata-kata
mutiara, quote orang-orang hebat untuk dapat menambah tingkat motivasi mereka.
12. Tentu sangat mempengaruhi, karena guru yang profesional akan disenangi dan disegani
oleh siswa. Siswa jadi lebih antusias dalam menerima pelajaran. dan apabila seorang guru
tidak profesional dalam bidangnya, maka materi yang disampaikan akan mengambang,
siswa pun menjadi jenuh, bosen, dan mengantuk.
Interviewer,
PANDUAN WAWANCARA
PERAN KOMPETENSI PROFESIONAL GURU PAI
DALAM MENINGKATKAN MOTIVASI BELAJAR SISWA
DI MAN 4 JAKARTA
Informan: Guru PAI (Fiqih) MAN 4 Jakarta
Responden
Hari/tanggal
Tempat Wawancara
Waktu
: Khairunnisa, S.Ag
: Selasa, 07 Januari 2014
: Ruang Tamu
: 08.15 - 08.30
Daftar Pertanyaan:
1. Menurut bapak/ibu apa makna profesional?
2. Apakah bapak/ibu dalam melaksanakan pembelajaran PAI menggunakan metode?
Metode apa yang biasa digunakan dalam proses pembelajaran?
3. Apa yang bapak/ibu lakukan jika anda tidak hadir di kelas?
4. Apa upaya bapak/ibu untuk meningkatkan kualitas penguasaan materi?
5. Apakah bapak/ibu selalu membuat RPP?
6. Bagaimana cara bapak/ibu memastikan bahwa metode atau strategi yang anda gunakan
sudah tepat?
7. Apakah ada kesulitan dalam penggunaan metode yang anda gunakan?
8. Bagaimana usaha bapak/ibu dalam meningkatkan kualitas diri?
9. Menurut bapak/ibu apakah makna motivasi belajar siswa?
10. Bagaimana tingkat motivasi belajar siswa bapak/ibu?
11. Usaha apa yang bapak/ibu lakukan untuk meningkatkan motivasi belajar siswa?
12. Menurut bapak/ibu apakah profesionalisme seorang guru dapat mempengaruhi motivasi
belajar siswa? Alasannya?
Daftar Jawaban:
1. Profesional itu adalah untuk meningkatkan mutu kualitas pendidikan di Indonesia. Dari
segi kognitif, afektif dan psikomotorik.
2. Iya, metode yang saya gunakan seperti metode diskusi, jigsaw, tanya jawab dan ceramah.
3. Memberikan amanat tugas kepada guru piket agar tugas tersebut dikerjakan oleh siswa.
4. Saya lebih banyak membaca, mencari tahu dari referensi lain, menghubungkan fenomena
yang ada ke materi yang akan diajarkan.
5. Iya.
6. Tergantung pada anak didiknya, karena setiap anak berbeda beda cara menangkap
pelajarannya di setiap kelas. Jika anak tersebut dapat menangkap dengan cepat melalui
metode yang saya gunakan, maka metode itu tepat menurut saya.
7. Ada, tapi kesulitan itu tidak terlalu sulit.
8. Saya sedang mengambil pendidikan S2 agar tidak stak ilmu yang saya dapat, karena ilmu
itu selalu berkembang.
9. Memberikan dorongan, memberikan semangat kepada siswa agar lebih semangat
belajaranya, jangan men judge tapi harus kita berikan reward agar selalu semangat.
10. Dilihat dulu bagaimana tingkat belajarnya apakah menurun, jika menurun maka diberikan
pembinaan.
11. Memberikan pembinaan, memberikan tugas tambahan, dan memberikan perhatian agar
lebih semangat dalam belajarnya.
12. Iya, jika guru itu profesional maka siswa akan bergairah dalam menangkap pelajaran, tapi
jika kurang profesional maka siswa akan mengantuk, jenuh, dan bosan. Dan harus
didukung oleh strategi yang tepat.
Interviewer,
Khairunnisa, S.Ag
PANDUAN WAWANCARA
PERAN KOMPETENSI PROFESIONAL GURU PAI
DALAM MENINGKATKAN MOTIVASI BELAJAR SISWA
DI MAN 4 JAKARTA
Informan: Guru PAI (Sejarah) MAN 4 Jakarta
Responden
Hari/tanggal
Tempat Wawancara
Waktu
: Dra. Rosmaniar
: Jumat, 17 Januari 2014
: Ruang Guru
: 08.55 09.15
Daftar Pertanyaan:
1. Menurut bapak/ibu apa makna profesional?
2. Apakah bapak/ibu dalam melaksanakan pembelajaran PAI menggunakan metode?
Metode apa yang biasa digunakan dalam proses pembelajaran?
3. Apa yang bapak/ibu lakukan jika anda tidak hadir di kelas?
4. Apa upaya bapak/ibu untuk meningkatkan kualitas penguasaan materi?
5. Apakah bapak/ibu selalu membuat RPP?
6. Bagaimana cara bapak/ibu memastikan bahwa metode atau strategi yang anda gunakan
sudah tepat?
7. Apakah ada kesulitan dalam penggunaan metode atau strategi yang anda gunakan?
8. Bagaimana usaha bapak/ibu dalam meningkatkan kualitas diri?
9. Menurut bapak/ibu apakah makna motivasi belajar siswa?
10. Bagaimana tingkat motivasi belajar siswa bapak/ibu?
11. Usaha apa yang bapak/ibu lakukan untuk meningkatkan motivasi belajar siswa?
12. Menurut bapak/ibu apakah profesionalisme seorang guru dapat mempengaruhi motivasi
belajar siswa? Alasannya?
Daftar Jawaban
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
9. Motivasi itu penting sekali, karena dengan memberikan motivasi, dorongan dan semangat
membuat anak-anak timbul semangat dalam belajar.
10. Tergantung kelasnya. Ada anak yang tingkat motivasinya baik dan kurang. Tergantung
masalah yang dihadapinya (ekonomi, fisik dll).
11. Terus memberikan bimbingan, dan nasihat-nasihat yang baik.
12. Iya, jelas. karena profesional itu kan bekerja sesuai dengan bidangnya, jadi pekerjaan
apapun itu apalagi seorang guru haruslah bekerja dengan profesional agar dapat
membawa siswanya ke arah yang lebih baik.
Interviewer,
Dra. Rosmaniar
PANDUAN WAWANCARA
PERAN KOMPETENSI PROFESIONAL GURU PAI
DALAM MENINGKATKAN MOTIVASI BELAJAR SISWA
DI MAN 4 JAKARTA
Informan: Guru PAI (Akidah Akhlak) MAN 4 Jakarta
Responden
Hari/tanggal
Tempat Wawancara
Waktu
Daftar Pertanyaan:
1. Menurut bapak/ibu apa makna profesional?
2. Apakah bapak/ibu dalam melaksanakan pembelajaran PAI menggunakan metode?
Metode apa yang biasa digunakan dalam proses pembelajaran?
3. Apa yang bapak/ibu lakukan jika anda tidak hadir di kelas?
4. Apa upaya bapak/ibu untuk meningkatkan kualitas penguasaan materi?
5. Apakah bapak/ibu selalu membuat RPP?
6. Bagaimana cara bapak/ibu memastikan bahwa metode atau strategi yang anda gunakan
sudah tepat?
7. Apakah ada kesulitan dalam penggunaan metode atau strategi yang anda gunakan?
8. Bagaimana usaha bapak/ibu dalam meningkatkan kualitas diri?
9. Menurut bapak/ibu apakah makna motivasi belajar siswa?
10. Bagaimana tingkat motivasi belajar siswa bapak/ibu?
11. Usaha apa yang bapak/ibu lakukan untuk meningkatkan motivasi belajar siswa?
12. Menurut bapak/ibu apakah profesionalisme seorang guru dapat mempengaruhi motivasi
belajar siswa? Alasannya?
Daftar Jawaban
1. Sesuai yang diharapkan oleh pemerintah, bahwa profesional itu benar-benar sesuai
profesi sehingga bisa mendapatkan sertifikasi
2. Iya, metode ceramah, tanya jawab dan metode lainnya yang saya sesuaikan dengan
keadaan anak itu sendiri
3. Alhamdulillah selama ini saya selalu mengutamakan tugas daripada yang lain-lain. Untuk
menjadi tekad sebagai pejuang dibidang pendidikan
4. Banyak membaca, dan menguasai berbagai macam metode sehingga materi yang akan
disampaikan kepada siswa akan lebih mudah dipahami
5. Iya, karena kewajiban seorang guru harus mempersiapkan RPP sebelum mengajar
6. Karena sudah diuji kepada siswa dan meilihat hasilnya. Jika nilainya memuaskan maka
metode yang saya gunakan berhasil
7. Alhamdulillah tidak terlalu mengalami kesulitan, karena metode yang saya gunakan
tergantung bagaimana siswanya
8. Banyak membaca dan mendengar, banyak mengikuti pelatihan dan pendidikan khusus
9. Anak itu benar-benar diberikan motivasi agar pelajaran itu dikuasai dan diamalkan
sehingga akan menjadikan masa depannya lebih baik
10. Tingkat motivasinya ada yang sedang, ada yang lebih
11. Diberikan penambahan materi
12. Jelas, karena guru itu sebagai uswah dan teladan bagi anak-anak murid itu sendiri
sehingga predikat guru yang profesional bisa melekat jika guru yang mengajar itu
memenuhi kriteria guru profesional.
Interviewer,
5.
6.
7.
8.
9.
10.
11.
12.
13.
14.
15.
16.
17.
18.
2.
3.
4.
19.
20.
21.
22.
YA
TIDAK
23.
24.
25.
26.
27.
28.
29.
8.
9.
10.
11.
12.
13.
YA
TIDAK
23.
24.
25.
26.
27.
28.
29.
ANGKET SISWA
1. Identitas Siswa
Nama :
Kelas :
2. Petunjuk Pengisian
a. Angket ini bertujuan untuk penelitian tentang peran kompetensi profesional guru PAI
dalam meningkatkan motivasi belajar siswa
b. Berilah tanda silang (X) pada salah satu jawaban (A, B, C, D) yang anda anggap
sesuai dengan keadaan dan apa yang dialami selama proses belajar mengajar
berlangsung
c. Jawablah pertanyaan ini sesuai dengan kondisi dan keadaan anda sebenarnya
d. Jawaban yang anda berikan tidak akan berpengaruh terhadap nilai raport dan
prestasimu karena angket ini untuk penelitian ilmiah
Penguasaan materi pelajaran
1. Penjelasan guru agama sesuai dengan tema yang sedang dibahas.
c. Kadang-kadang
d. Tidak pernah
a. Selalu
b. Sering
2. Guru agama menjawab pertanyaan yang dilontarkan siswa dengan tepat.
a. Selalu
b. Sering
c. Kadang-kadang
d. Tidak pernah
3. Guru agama menguasai setiap pokok bahasan yang diajarkan.
a. Selalu
b. Sering
c. Kadang-kadang
d. Tidak pernah
Mengelola program belajar-mengajar
4. Sebelum pelajaran dimulai guru agama menyampaikan tujuan pembelajaran.
c. Kadang-kadang
d. Tidak pernah
a. Selalu
b. Sering
5. Sebelum pelajaran dimulai guru agama menjelaskan materi yang akan dipelajari.
a. Selalu
b. Sering
c. Kadang-kadang
d. Tidak pernah
6. Di awal pelajaran, guru agama bertanya tentang materi yang lalu.
a. Selalu
b. Sering
c. Kadang-kadang
d. Tidak pernah
7. Guru agama mengadakan tanya jawab tentang materi yang akan dipelajari.
a. Selalu
b. Sering
c. Kadang-kadang
d. Tidak pernah
Mengelola kelas
8. Guru agama mampu menciptakan suasana komunikatif antar siswa.
a. Selalu
b. Sering
c. Kadang-kadang
d. Tidak pernah
9. Guru agama menciptakan suasana yang menyenangkan pada saat proses pembelajaran.
a. Selalu
b. Sering
c. Kadang-kadang
d. Tidak pernah
Menggunakan media/sumber
10. Guru agama menggunakan alat peraga sesuai dengan materi yang dibahas.
a. Selalu
b. Sering
c. Kadang-kadang
d. Tidak pernah
11. Selain buku agama, guru agama memerintahkan siswa untuk memiliki buku LKS.
a. Selalu
b. Sering
c. Kadang-kadang
d. Tidak pernah
12. Guru agama memerintahkan siswa untuk menambahkan sumber belajar dari internet.
a. Selalu
b. Sering
c. Kadang-kadang
d. Tidak pernah
Mengelola interaksi belajar mengajar
13. Guru agama melibatkan suluruh siswa dalam proses pembelajaran.
a. Selalu
b. Sering
c. Kadang-kadang
d. Tidak pernah
14. Guru agama memberikan kesempatan kepada siswa untuk bertanya.
a. Selalu
b. Sering
c. Kadang-kadang
d. Tidak pernah
15. Guru agama memberikan kesempatan kepada siswa lain untuk menjawab pertanyaan
temannya.
a. Selalu
b. Sering
c. Kadang-kadang
d. Tidak pernah
Menggunakan metode
16. Guru agama menggunakan metode bervariasi dalam mengajar.
a. Selalu
b. Sering
c. Kadang-kadang
d. Tidak pernah
17. Metode yang digunakan guru agama sesuai dengan materi pembahasan.
c. Kadang-kadang
d. Tidak pernah
a. Selalu
b. Sering
Menilai prestasi siswa
18. Guru agama mengadakan ulangan terhadap materi yang telah dibahas.
a. Selalu
b. Sering
c. Kadang-kadang
d. Tidak pernah
19. Guru agama memeriksa dan mengembalikan hasil ulangan.
a. Selalu
b. Sering
c. Kadang-kadang
d. Tidak pernah
20. Guru agama memberi pujian kepada siswa yang aktif.
a. Selalu
b. Sering
c. Kadang-kadang
d. Tidak pernah
21. Soal-soal yang diberikan guru agama sesuai dengan materi yang diajarkan.
c. Kadang-kadang
d. Tidak pernah
a. Selalu
b. Sering
Pemberian pujian
22. Guru agama memberikan pujian kepada anak yang dapat mengerjakan tugas dengan baik.
a. Selalu
b. Sering
c. Kadang-kadang
d. Tidak pernah
23. Pujian yang diberikan berupa kata-kata yang dapat meningkatkan motivasi dalam belajar.
c. Kadang-kadang
d. Tidak pernah
a. Selalu
b. Sering
Pemberian hadiah
24. Guru agama memberikan hadiah kepada siswa yang berprestasi.
c. Kadang-kadang
d. Tidak Pernah
a. Selalu
b. Sering
25. Hadiah yang diberikan berupa alat-alat tulis
a. Selalu
b. Sering
c. Kadang-kadang
d. Tidak pernah
Pemberian hasil ulangan
26. Guru agama memberikan hasil ulangan tepat waktu.
a. Selalu
b. Sering
c. Kadang-kadang
d. tidak pernah
d. Tidak pernah
Melakukan penilaian
28. Guru agama langsung memberikan nilai ketika tugas dikumpulkan
a. Selalu
b. Sering
c. Kadang-kadang
d. Tidak pernah
29. Nilai yang diberikan berupa angka bukan hanya tanda tangan
a. Selalu
b. Sering
c. Kadang-kadang
d. Tidak Pernah
30. Diadakan remedial untuk nilai yang belum mencapai standar
a. Selalu
b. Sering
c. Kadang-kadang
d. Tidak pernah
Lampiran 10
TESTIMONIAL
Ditujukan kepada Ibu Kholiyah
1. Sarah Safira
Bagi saya Ibu adalah sosok yang baik sekali. Ibu adalah orang yang sangat terbuka (mau
menerima masukan dan kritik), dan Ibu sosok yang tidak pernah marah. Ibu juga sosok yang
mau mengakui kesalahan (jika ada murid yang protes atas kekeliruan Ibu, Ibu tidak marah
justru Ibu meminta maaf atas kekeliruan dalam penyampaian materi yang Ibu sampaikan).
Ibu selalu hadir di kelas ketika jam pelajaran Ibu, itu menunjukkan bahwa Ibu bertanggung
jawab dengan profesi Ibu sebagai guru. Kalaupun Ibu tidak hadir di kelas karena ada sebab
Ibu selalu memberitahu kami sebelumnya dan memberikan materi kepada guru pengganti.
Penyampaian materi yang Ibu jelaskan sangat detail dan mudah dipahami, dan diselingi
dengan cerita-cerita yang membuat pelajaran menjadi lebih menarik.
2. Nurul Hafsah
Saya jatuh cinta sama kecerdasan dan pengalaman yang pernah Ibu ceritakan. Materi
yang Ibu ajarkan semakin menarik karena Ibu selalu mengkaitkannya dengan pengetahuan
dan pengalaman yang Ibu miliki. Saya semakin termotivasi untuk lebih giat dalam belajar
agar saya bisa menjadi seperti Ibu, mengelilingi dunia.
3. Hafizah
Cara Ibu mengajar sudah sangat bagus. Ibu memiliki wawasan yang sangat luas, dan
pengalaman hidup yang begitu banyak dan menarik. Cara Ibu mengajar memadukan materimateri yang diberikan dengan contoh dikehidupan nyata mudah saya pahami dan dapat saya
amalkan di kehidupan sehari-hari.
Lampiran 11
Lampiran
Pelatihan Yang Pernah Diikuti Guru PAI MAN 4 Jakarta Dalam Menunjang Profesinya
No
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
9.
10
11.
12.
13.
14.
15.
16.
17.
18.
19.
20.
21.
22.
23.
24.
25.
26.
Nama Kegiatan/Pelatihan
Diklat fasilitaor SKI
Seminar SKI di Malang
Mengkritisi kurikulum 2008
Penataran tentang ilmu kesyariahan (perbankan
syariah, mawaris dll)
Mengkritisi kurikulum 2012
Seminar mengenai masa depan siswa
Diklat selama 3 bulan di Lembaga Bahasa dan Ilmu
Quran (LBIQ)
Penelitian tentang pengurusan jenazah di negara
Australia
Pembentukan pengurus MGMP/MGBK se-DKI-Jakarta
dan penyusunan AD-ART
Bedah SKL UAMBN tahun 2013 dan rekonstruksi
pengurus MGMP Bahasa Arab MA DKI Jakarta
Workshop analisis kontek Standar Nasional Pendidikan
Rapat pembahasan produksi, spesifikasi, science, dan
topik-topik materi konseling
Workshop menyusun perangkat pembelajaran
berkarakter
Seminar Strategi Efektif Dalam Pembelajaran
Kemahiran Istima
Gebyar Bulan Bahasa dan Lomba Akademik
Workshop pembuatan kurikulm 2013
Pelatihan pemanfaatan portal rumah belajar
Pembinaan pendidik dan tenaga kependidikan MAN 4
Pembinaan dan motivasi pendidik dan tenaga
kependidikan MAN 4
Pelatihan Kurikulum 2013
Penelaah buku siswa kurikulum 2013
Penelaah buku panduan guru kurikulum 2013
Diklat membuat bahan ajar buku siswa baru
Workshop diadakan oleh KANWIL (penguasaan
materi)
Workshop PTK
Seminar metode berinteraksi dengan al-Quran dan
hadits melalui media digital
Waktu Pelaksanaan
2007
2008
Puncak, 2011
Bogor, 2012
Serpong, 2012
2012
2012
09 Januari 2013
23 Januari 2013
18-20 Januari 2013
28 Januari 2013
29 Januari 2013
18 September 2013
21-25 Oktober 2013
November 2013
6-8 Desember 2013
16 Desember 2013
18 Desember 2013
20 Desember 2013
Desember 2013
Desember 2013
Bandung, 2013
2013
2013
2013