Anda di halaman 1dari 12

PAKAIAN ( LIBAS )

Pengertian Pakaian (Libas)


Pakaian adalah kata benda yaitu sesuatu yang dipakai di badan Termasuk dalam
kategori pakain ialah perhiasan yang dipakai oleh manusia. Di jelaskan dalam
ketentuan agama pakain merupakan bagian dari nikmat yang dikaruniakan allah kepada
manusia. Coba kita lihat firman allah SWT dalam al-qur’an surat Al-A’raf ayat 26 yang
berbunyi:

ٓ‫ر‬ٞۚ ‫ى ٓ َٰذَ ِل َك ٓخ َۡي‬


َٰٓ ‫اس ٓٱلت َّ ۡق َو‬ َ ‫يش ۖا‬
ُ ‫ٓو ِل َب‬ َ ‫س ۡو َٰ َء ِت ُك ۡم‬
ٗ ‫ٓو ِر‬ َ ٓ‫َٰ َي َب ِنيٓ ٓ َءادَ َم ٓقَ ۡد ٓأَنزَ ۡلنَا‬
ٗ ‫علَ ۡي ُك ۡم ٓ ِل َب‬
َ ٓ‫اسآيُ َٰ َو ِري‬
ٓ ٓ٢٦ٓ َ‫ّللِٓلَ َعلَّ ُه ۡمٓيَذَّ َّك ُرون‬ َّٓ ‫ٓم ۡنٓ َءا َٰ َيتِٓٱ‬ِ ‫َٰذَ ِل َك‬
Artinya: Hai anak Adam, sesungguhnya Kami telah menurunkan kepadamu pakaian
untuk menutup ‘auratmu dan pakaian indah untuk perhiasan. Dan pakaian takwa itulah
yang paling baik. Yang demikian itu adalah sebahagian dari tanda-tanda kekuasaan
Allah, mudah-mudahan mereka selalu ingat.
Menurut Ibnu Faris, kata libas berasal dari kata labs, yang berarti ‘bercampur’
dan ‘masuk’ (mukhalatah wa mundakhalah). Umpamanya, firman tuhan yang yang
berbunyi, “wala talbisul haqqa bil-bathil” janganlah kamu campurkan hak dengan
yang batil, (QS.Al-Baqarah (2):42
Dari pengertian asal tersebut terjadi perluasan pemakaiannya, Ibrahim Anis
mengartikan libas sebagai ‘sesuatu yang dapat menutupi tubuh (ma’yasturu
aljism). Libas dari tiap sesuatu adalah tutpnya (libasu kulli syai’ ghisya’ uhu’). Dari
konteks inilah libas dalam bahasa Indonesia diartikan sebagai “pakaian”.
Pakaian dinamakan libas karena ia menutupi tubuh Didalam Alquran, makna
pakaian sering disebut dengan menggunakan tiga istilah, yaitu libas, siyab,
sarab.Libas disebut dalam Alquran sebanyak sepuluh kali, siyab sebanyak
delapan kali, sarabil sebanyak tiga kali dalam dua ayat Libas bentuk jamak dari
lubsun memiliki makna, segala sesuatu yang menutupi tubuh, baik itu berupa
busana luar maupun perhiasan. Oleh karenanya, libas disini tidak harus pakaian
yang berarti menutupi aurat saja, cincin yang menutup sebagian jari juga bias
berarti pakaian. Dari ayat-ayat Alquran yang menggunakan kata libas untuk
memaknai pakaian, maka diperoleh kesimpulan sebagai pakaian lahir maupun
pakaian batin (makna hakiki dan makna majazi).

1
Sedankan siyab yang merupakan bentuk jamak dari saub, memiliki arti
kembali yakni, kembalinya sesuatu pada keadaaan semula, atau keadaan yang
seharusnya sesuai dengan ide pertamanya. Keadaan semula atau ide dasar
tentang pakaian adalah agar dipakai. Sedangkan ide dasar yang terdapat dalam
diri manusia (sebagai orang yang memakai pakaian) adalah tertutupnya aurat,
sehingga pakaian diharapkan dipakai oleh manusia untuk mengembalikan
manusia kepada ide dasarnya yaitu tertutup. Dengan demikian pakaian yang
dipakai oleh manusia haruslah pakaian yang menutupi aurat. Dari sini jelas bahwa
siyab atau saub lebih cenderung untuk memilki makna pakaian lahir atau busana
luar.
Adapun (‫ )جلباب‬jilbab di perselisih kan maknanya oleh para ulama. Al-
Biqa’ibaju yang longgar.Thabathaba’I memahami kata jilbab dalam arti pakaian
yang menutupi seluruh badan atau kerudung yang menutupi kepala dan wajah
wanita.Ibn ‘Asyur memahami kata jilbab dalam arti pakaian yang lebih kecil dari
jubbah akan tetapi lebih besar dari kerudung atau penutup wajah.
Jilbab adalah: salah satu ungkapan yang bersumber dari kata “jalabihinna”
yang di temukan dalam al-Qur’an surat al-ahzab ayat 59. Secara etimologis, kata
tersebut berarti lafal jama’ dari asal kata jilbab. Di dalam sastra Arab, kalangan
ahli bahasa tidak sepakat dalam memberi arti yang seragam untuk itu. Disini
dikemukakan beberapa pendapat para ulama. Imam al-fayumi,sebagai salah
seorang penyusun kamus bahasa arab yang berorientasi pada masalah hukum
Islam,menuliskan jilbab dengan pengertian:suatu pakaian yang lebih longgar dari
kerudung,tetapi tidak seperti selendang.Dari pendapat ini terkesan bahwa jilbab
berbeda dengan kerudung dan selendang.
Beda halnya dengan Ibn Faris,salah seorang yang dikenal sebagai ahli
bahasa ia nengatan bahwa jilbab berarti sesuatu yang dapat menutupi dalam
bentuk kain dan sebagainya.Pendapat ini lebih longgar dari pendapat yang
pertama lebih tepat diktakan sebagai,hal yang di pergunakan untuk menutupi
tubuh apakah mengundang fitnah atau tidak. Al-Yasu’i dengan Almunjidnua
memberi arti : pakaian atau sesuatu yang longgar. Pendapat ini lebih dekat pada
pendapat yang pertama.Al-Yasu’i ingin menegaskan bahwa jilbab di samping
menutup tubuh juga sebagai sarana yang akan menghilangkan timbulnya fitnah.
Moh Arrazy,mencatatkan artinya dengan sinonim kata Al-milhafah yang artinya
kain penutup atau selimut.Pendapat ini lebih ketat lagi.Bahkan dari pendapat ini

2
dapat dikatakan bahwa gaun wanita sama artinya dengan jilbab.
Melihat harfiah ini tidak ada kesempatam dalam bentuk mana yang di maksud
dengan jilbab.Hanya dapat dirasakan sebagai suatu pakaian yang tidak
ketat,akan tetapi lebih longgar dengan ukuran yang lebih besar.
Dalam kajian para mufassir.kata jama’ dari jilbab ialah jalaabib, di antaranya
Al-Qurthubi mengatakan bahawa jilbab itu lebih luas dari selendang. Ibn Abbas
dan Ibnu Mujid keduanya sahabat Rasulullah mengatakan jilbab ialah : rida’
semacam selimut luas.
Al-Qurthubi mengatan sekali lagi yang benar ialah : sehelai kain yang
menutupi seluruh badan. Berarti jilbab hampir sama dengan pakaian penutup
jasad manusia agar tidak terkena oleh sengatan yang lain dan tidak terlihat oleh
yang lain.Sejalan dengan itu, Ibnu Kasir mempertegas bahwa jilbab merupakan
sesuatu yang di tutupkan ke badan yang lebih luas dari selendang.
Adapun sarabil memiliki arti yang lebih fungsional, yakni fungsi pakaian
kepada orang yang memakai. Sebagaiman disebutkan dalam Alquran surat An-
Nahl (16):81, bahwa fungsi pakaian ada yang untuk menangkal sengatan
matahari, menahan hawa dingin dan menghindari bahaya yang terdapat dalam
peperangan. Disamping itu pakaian juga ada yang berfungsi sebagai alat
penyiksa, sebagaiman yang di gambarkan oleh allah dalam surat Ibrahim (14):50
tentang siksa yang di alami oleh orang yang berdosa di akhirat nanti, pakain
mereka dari pealngkin atau ter, ter sifatnya adalah panas, sehingga kalau
dipakaikan kepada manusia maka sangat menyikasa kepada yang memakai.
Dengan demikian dapat disimpulkan, bahwa pakaian yang didalam Alquran
menggunakan tiga istilah (libas, sarabil, jilbab,dan siyab). Adapun yang dimaksud
dengan pakaian itu sendiri dapat didefenisikan sebagai segala sesutau yang kita
pakai mulai dari kepala sampai ke ujung kaki, didalm hal ini termasuk:
1. Semua benda yang melekat dibadan, seperti baju, celana, sarung dan kain
panjang.
2. Semua benda yang melengkapi pakaian dan berguna bagi si pemakai seperti
selendang, topi, sarung tangan, kaos kaki, sepatu, tas, ikat pinggang. Didalam
bahsa inggris dikenal dengan istilah millineries.
3. Semua benda yang gunanya menambah keindahan bagi si pemakai, seperti
hiasan rambut, giwang, kalung, bros, gelang, dan cincin.
Didalam bahasa inggris di kenal dengan istilah Acsesories. Sinonim dari kata

3
pakaian ialah busana, yang menurut kamus di artikan sebagai “pakaian” (yang
indah-indah) atau “perhiasan”. Namun pada masa sekarang, istilah busana jauh
lebih populr ketimbang kata pakaian, mungkin karena kata busana lebih akrab
dan merdu daripada kata pakaian.

Hikmah Berpakaian
Menurut Dr. Helmi Karim M.A di dalam bukunya menjelaskan ada enam hikmah dari
aturan berpakaian:
1. Pakaian mencerminkan identitas diri dan orang yang bertaqwa akan mengenkan
pakian yang menutup aurat.
2. Berpakain itu bertujuan untuk memperindah diri sehingga seseorang kelihatan lebih
indah dengan berpakain.
3. Berpakain menunjukan akhlak dan harga diri sehingga akhlak dan harga diri
seseorang ikut ditentukan dari pakain yang dipakainya.
4. Berpakain itu bertujuan untuk memelihara diri baik dari udara dingin dan panas atau
dari gangguan orang lain.
5. Berpakain bertujuan untuk memelihara diri dari dosa.
6. Berpakain itu bertujuan pula untuk menghindari rangsangan seksual kepada orang lain.

Oleh sebab itu etika berpakain dalam islam itu tidak sekedar menutup aurat saja
tetapi pula aspek etika dan ekstetika. Misal seorang perempuan berpakain menutup aurat
tapi pakain yang dipakainya ketat, belumlah cara berpakain yang diinginkan oleh agama,
sebab bisa menimbulkan rangsangan kepada orang lain.
Menurut ketentuan agama laki-laki dan perempuan wajib menutup auratnya di hadapan
orang asing. Para ulama sepakat hukum menutup aurat adalah wajib. Untuk aurat laki-laki
Disini para ulama berbeda pendapat menentukan batas mana yang boleh terbuka dan
mana yang tidak boleh terebuka.

Di jelaskan dalam hadis riwayat Baihaqi dan Daruquthni menyebutkan:


Artinya : “Nabi SAW telah bersabda aurat laki-laki adalah apa yang terletak antara
pusatnya dan lututnya”.

4
Artinya : “Maka janganlah dilihat kecuali anggota tubuh antara pusat dan di atas lutut”

Dari kedua hadis diataslah para ulama menetapkan batas aurat kaum pria
sebagai pijakan berijtihad. Pendapat yang pertama yaitu pendapat ulama hanafiah, aurat
bagi kaum pria adalah seluruh anggota badan yang terletak antara pusat sampai lutut. Bagi
mereka lutut itu termasuk aurat, sedangkan pusat mereka perselisihkan. Pendapat yang
kedua yaitu pendapat dari golongan syafi’iah mereka berpendirian bahwa yang
termsauk aurat bagi laki-laki adalah anggota tubuh yang terletak antara pusat sampai
lutut, sedangkan pusat dan lutut tidak termasuk. Pendapat yang sama juga
dikemukakan dari golongan hanabillah. Pendapat yang terakhir dating dari ulama malikiah
mereka membagi aurat laki-laki menjadi dua yaitu aurat besar (Mughallazhah) dan aurat
kecil (Mukhaffah). Yang termasuk aurat besar ialah qubul dan dubur, sedangkan yang
termasuk aurat kecil ialah anggota badan anatara pusat sampai lutut. Adanya perbedaan
pendapat dikalangan ulama tidaklah membuat laki-laki boleh memperlihatkan sesuka hati,
tetapi tetap menguatkan seluruh pendapat yang mengatakan bahwa laki-laki harus
menutup auratnya.
Dijelaskan dalam satu riwayat dari golongan Syafi’iah serta para ulama
Hanabillah berpendapat bahwa seluruh anggota badan perempuan adalah aurat
yang tidak boleh dibuka dihadapan laki-laki asing, kecuali dalam keadaan darurat
seperti untuk pengobatan, persaksian di pengadilan dan bermuamalah. Yang
boleh dibuka adalah hanya muka dan kedua telapak tangannya. Sedangkan
menurut ulama Hanafiah dan salah satu pendapat Syafi’iah serta fatwa dari
golongan Malikiah mengatakan bawa seluruh anggota tubuh wanita adalah aurat
terkecuali muka dan dua telapak tangannya. Wanita boleh membuka wajah dan
kedua telapak tangannya di jalan atau didepan laki-laki asing asalkan tidak
menimbulkan fitnah. Dan jika ternyata menimbulkan fitnah karena kecantikan
alamiah atau karena perhiasan yang dipakainya maka ia wajib menutupnya.

Dasar hukumnya ialah surah An-Nur ayat 31 yang berbunyi :

5
ٓ‫ظ َه َر‬َ ٓ ‫ٓزي َنت َ ُه َّن ٓ ِإ ََّل ٓ َما‬ ِ َ‫ٓو ََل ٓي ُۡبدِين‬ َ ‫ٓويَ ۡح َف ۡظنَ ٓفُ ُرو َج ُه َّن‬ َ ‫ص ِر ِه َّن‬ َ َٰ ‫ٓم ۡن ٓأ َ ۡب‬
ِ َ‫ضن‬ ۡ ‫ض‬ ُ ‫ت ٓيَ ۡغ‬ ِ َ‫َوقُل ٓ ِل ۡل ُم ۡؤ ِم َٰن‬
ۖ ۡ َ‫ٓو ۡلي‬
ٓ‫ن ٓٓأَ ۡو ٓ َءابَا ِء‬
َّٓ ‫ٓزينَتَ ُه َّن ٓإِ ََّل ٓ ِلبُعُولَ ِت ِه َّن ٓأ َ ۡو ٓ َءابَائِٓ ِٓه‬
ِ َ‫ٓو ََل ٓي ُۡبدِين‬ َ ‫علَ َٰى ٓ ُجيُو ِب ِه َّن‬ َ ٓ ‫ض ِر ۡبنَ ٓ ِب ُخ ُم ِر ِه َّن‬ َ ‫ِم ۡن َه ۖا‬
َ ‫بُعُولَ ِت ِه َّنٓأ َ ۡوٓأ َ ۡبنَا ِئ ِه َّنٓأ َ ۡوٓأ َ ۡبنَا ِءٓبُعُولَ ِت ِه َّنٓأَ ۡوٓ ِإ ۡخ َٰ َو ِن ِه َّنٓأ َ ۡوٓ َب ِنيٓ ِإ ۡخ َٰ َو ِن ِه َّنٓأ َ ۡوٓ َب ِنيٓٓأَخ َٰ ََو ِت ِه َّنٓأَ ۡوٓ ِن‬
ٓ‫سا ِئ ِه َّن‬
ْٓ‫ل ٓٱلَّذِينَٓ ٓلَ ۡم ٓ َي ۡظ َه ُروا‬ ِٓ ‫لط ۡف‬ ِ ‫ل ٓأ َ ِو ٓٱ‬ ِٓ ‫أ َ ۡو ٓ َما ٓ َملَ َك ۡت ٓأ َ ۡي َٰ َمنُ ُه َّن ٓأَ ِو ٓٱل َٰت َّ ِب ِعينَٓ ٓغ َۡي ِر ٓأ ُ ْو ِلي ٓٱ ۡ ِۡل ۡربَ ِٓة ٓ ِمنَٓ ٓٱ ِلر َجا‬
َّٓ ‫ٓوتُوبُوآْإِلَىٓٱ‬ ٞۚ ِ َ‫ض ِر ۡبنَ ٓبِأ َ ۡر ُج ِل ِه َّنٓ ِليُعۡ لَ َمٓ َمآي ُۡخفِين‬ ۡ ‫سا ِۖٓءٓ َو ََلٓ َي‬َ ِ‫ع ۡو َٰ َرتِٓٱلن‬ َ ٓ‫علَ َٰى‬
ٓ‫ّللِٓ َج ِميعًا‬ َ ‫نٓزي َنتِ ِه َّن‬ِ ‫ٓم‬ َ
ۡ
ٓ ٓ٣١ٓ َ‫أَيُّهَٓٱل ُم ۡؤ ِمنُونَٓٓلَ َعل ُك ۡمٓتُف ِل ُحون‬
َّ ۡ
Artinya : “Katakanlah kepada wanita yang beriman: “Hendaklah mereka menahan
pandangannya, dan kemaluannya, dan janganlah mereka menampakkan perhiasannya,
kecuali yang nampak dari padanya. Dan hendaklah mereka menutupkan kain kudung
kedadanya, dan janganlah menampakkan perhiasannya kecuali kepada suami mereka, atau
ayah mereka, atau ayah suami mereka, atau putera-putera mereka, atau putera-putera
suami mereka, atau saudara-saudara laki-laki mereka, atau putera-putera saudara lelaki
mereka, atau putera-putera saudara perempuan mereka, atau wanita-wanita islam, atau
budak-budak yang mereka miliki, atau pelayan-pelayan laki-laki yang tidak mempunyai
keinginan atau anak-anak yang belum mengerti tentang aurat wanita. Dan janganlah
mereka memukulkan kakinya agar diketahui perhiasan yang mereka sembunyikan. Dan
bertaubatlah kamu sekalian kepada Allah, hai orang-orang yang beriman supaya kamu
beruntung”.
Secara umum prinsip berpakain itu berlaku untuk di luar dan di dalam rumah,
khusus untuk diluar rumah nilai etika dan estetika harus lebih diperhatikan agar tidak
menimbulkan efek negatif seperti dikatakan Ibnu Qayyim al-Jauziah (ahli fiqh Mazhab
Hanbali) bahwa Nabi SAW tidak menghendaki umatnya angkuh dan maksiat di hadapan
orang lain karena pakaian.
Terdapat beberapa pakaian yang dilarang oleh agama Pertama pakaian yang
berlebih-lebihan dan menimbulkan kesombongan. Berlebih-lebihan seperti
memanjangkan sarung atau gamis untuk para kaum pria, dan bermegah-megah adalah
sikap hidup yang akan menimbulkan kesombongan yang tidak disukai Allah SWT seperti
yang terdapat dalam Al-Qur’an yang berbunyi :

ٓ ٓ٢٣ٓ‫ور‬ ٖ َ ‫ّللُٓ ََلٓي ُِحبُّ ٓ ُك َّلٓ ُم ۡخت‬


ٍ ‫الٓفَ ُخ‬ َٓ ‫ٓو ََلٓت َ ۡف َر ُحوآْ ِب َمآ َءاتَ َٰى ُك ۡ ۗۡم‬
َّٓ ‫ٓوٱ‬ َ ‫علَ َٰىٓ َمآفَات َ ُك ۡم‬ َ ‫لٓت َ ۡأ‬
َ ْٓ‫س ۡوا‬ ٓ َ ‫ِل َك ۡي‬
Artinya : “Kami jelaskan yang demikian itu) supaya kamu jangan berduka cita
terhadap apa yang luput dari kamu, dan supaya kamu jangan terlalu gembira terhadap
apa yang diberikan-Nya kepadamu. Dan Allah tidak menyukai setiap orang yang
sombong lagi membanggakan diri”(QS : Al-Hadiid :23)
Dan di dalam hadis dijelaskan yang artinya: Dari Ibnu Umar r.a berkata: Rasulullah

6
SAW bersabda: barangsiapa yang memanjangkan bajunya karena sombong maka allah
tidak akan melihat padanya di hari kiamat. Kemudian ummu salamah bertanya
bagaimana para perempuan meletakan ujung-ujung baju mereka? Rasulullah SAW
bersabda: panjangkanlah sejengkal. Ummu salamah berkata, jika tersingkap tumit-
tumit mereka? Rasulullah bersabda: maka agar memanjangkannya sehasta dan
jangan melebihinya.
Kedua pakaian yang terbuat dari sutra dan emas, laki-laki haram memakainya, dasar

hukumnya adalah hadis Nabi yang berbunyi:


Artinya : “Diharamkam pakaian sutera dan emas bagi umatku yang laki-laki”.

Menurut ulama Syafi’iah seorang laki-laki diharamkan memakai sutera, tapi


kalau pelana kuda yang terbuat dari kapas atau bahan lain di bentangkan diatas
sutera maka laki-laki boleh duduk diatasnya, dan juga memakai sutera yang
dilapisi kapas atau yang lain dengan menjahitnya atau menyatukannya, laki-laki
boleh memakainya kalau kain sutera yang murni laki-laki hanya karena darurat
atau al-hajab. Menurut golongan ini anak-anak atau orang gila boleh memakai
sutera.
Ketiga meniru pakain lawan jenis atau menyerupai larangan ini dijelaskan dalam
beberapa hadis, di antaranya yang artinya: “Nabi melarang seorang laki-laki
memakai pakaian wanita, begitu juga sebaliknya (HR. Abu Daud dari Abu Hurairah)
selain itu Nabi saw juga melarang laki-laki meniru-niru atau menyarupai atau
wanita menyerupai laki-laki, misalnya dalam berbicara, berhias, bergaul dan
bertingkah laku. (HR.al-Bukhari dari Ibnu Abbas)
Keempat khusus yang berkaitan dengan kecantikan kaum wanita, Nabi saw melarang
mereka memakai rambut palsu. Ini ditunjukkan oleh beberapa hadis yang diriwayatkan
Imam al-Bukhari dari Abu Hurairah yang artinya: “Nabi melknat wanita yang
menyambung rambut dan yang meminta disambungkan rambutnya”. Pada dasarnya
hadis ini berlaku juga untuk laki-laki.
Fungsi Pakaian
Allah SWT telah berkenan menganugrahi manusia dengan pelagai nikmat
karunia yang tiada terhinga nilainya. Salah satu bentuk nikmat yang di
anugrahkan NYA itu adalah mengajarkan kepada manusia pengetahuan untuk

7
berpakaian. Pernyataan ini penting artinya dilihat dari segi keimanan (aqidah),
karena tuntunan sanadang sebagai penutup jasmani sekaligus dikaitkan
fungsinya untuk menumbuhkan keindahan guna mendekatkan diri kepada Allah.
Manusia yang sadar akan hal ini akan merasa rendah diri dihadapan Allah
SWT sebagai pemberi pengetahuan tersebut, sebagai seorang hamba yang
menyadari kekurangnnya dan kelemahnnya akan pandailah ia bersyukur
kepadaNYA yang telah memberikan pengetahuan yang amat penting itu. Rasa
syukur kepada Allah ini akan di ungkapakan dengan jalan melaksanakan
berpakaian sesuai yang di kehendakinya. Karena itu, seperti makanan yang yang
dapat melahirkan berbagai perubahan tingkah laku, busana juga dapat
memepengaruhi terbitnya kesadaran dan ketakwaan seseorang kepada Allah
SWT sehingga dalam Alquran Akan kita temukan libas al-taqwa sebagai sebaik-
baiknya pakaian.
1. Penutup Aurat
Para ulama sepakat bahwa fungsi pakaian sebagai penutup aurat adalah
sebagai fungsi yang paling utama hal ini di sebabkan, disamping karena naluri
manusia yang selalu ingin menjaga kehormatan dengan menutupi bagian
tubuhnya (aurat), kehadiran Adam dan Hawa pada awalnya juga dalam keadaan
tertutup auratnya.
Islam telah mewajibkan kepada umatnya untuk menutupi dan menjaga
aurat yang dikaruniakan Allah kepada manusia. Karena aurat yang telah
diciptakan oleh Allah memang harus dijaga, tidak boleh ditampakkan atau dilihat
oleh orang lain, utamanya perintah menutup aurat ini diarahkan kepada kaum
hawa (wanita) apabila tidak pandai-pandai dalam menjaga dan memelihara aurat
itu, maka banyaklah kaum laki-laki yang tergelincir dan bergelimang dalam
kemaksiatan (perzinaan).

Perintah menutup aurat itu hukumnya wajib bagi setiap muslimmuslimah


(utamanya yang sudah baligh, sudah mencapai umur dan mukallaf). Kewajiban
menutup aurat, khususnya aurat tertentu. Sudah menjadi kesepakatan semua
pihak, termasuk para ahli di luar lingkungan ilmu agama.

8
Kata aurat adalah perkataan arab auraah yang oleh Tsalibi di defenisikan
sebagai kullu ma yustahya min kasyfihi fa huwa aurah (segala sesuatu yang
memalukan karena terbukanya, di sebut aurat).
Sedankan Dr. Ibrahim Anis mendefinisikan aurat sebagai kullu ma
yasturuhul insane istinkafan auw hayyan, ( setiap yang di tutup manusia karena
benci melihatnya atau malu terlihat).maka berdasarkan arti menurut bahsa ini,
segala sesuatu yang membuat orang malu untuk membukanya di hadapan orang
lain adalah aurat. Sedangkan menurut istilah yang dimaksud dengan aurat adalah
bagian tubuh yang perelu ditutup atau bagian tubuh yang tidak boleh terlihat oleh
umum.dan menurut ajaran Islam bagian tubuh yang perlu ditutup itu jelas dan
tegas batas-batasnya pada laki-laki mulai dari pusar sampai lutut, sedangkan
pada perempuan adalah semua anggota tubuh kecuali wajah dan kedua telapak
tangan sampai pergelangan. Kendati demikian Islam lebih jauh tidak senang
apabaila aurat dilihat oleh siapapun, demikian oleh yang bersangkutan

2. Perhiasan
Perhiasan adalah sesuatu yang digunakan untuk memeperelok. Sebagian
pakar menyebut bahwa sesuatu yang elok adalah yang menghasilkan kebebasan
dan keserasian.
Perhiasan untuk memperindah penampilan dihadapan Allah dan sesama
manusia. Inilah fungsi estetika berpakaian. Sebagai perhiasan seseorang bebas
merancang dan membuat bentuk atau mode serta warna pakaian yang di anggap
indah dan menarik serta menyenangkan, selama tidak melanggar batas-batas
yang telah di tentukan (dalam hal menutup aurat).
Pakaian yang elok adalah pakaian yang memberikan kebebasan kepada
pemakainya untuk bergerak. Hanya saja, kebebasn ini haruslah dibarengi dengan
tanggung jawab, karena keindahan harus menghasilkan kebeasan yang
bertanggung jawab.
Berhias adalah naluri manusia. Banyak sekali ayat-ayat Alquran dan hadist
nabi yang menyebut tentang kecenderungan manusia untuk berhias, Alquran
misalnya memerintahkan manusia untuk memakai pakaian yang paling bagus
untuk memassuki mesjid, Alquran nuga menuntun rasulullah agar bersih dan rapi.
Bahkan Allah mengecam orang-orang yang megharamkan perhiasan yang di
ciptakan oleh Allah untuk manusia.

9
Disamping dua fungsi pakaian seperti yang di sebutkan di atas, Allah SWT
juga berkenan menjelaskan fungsi lain dari pakaian itu dalam firmanNya:

ِٓ ‫مٓمنَ ٓٱ ۡل ِجبَا‬ َٰ ِ َ‫مٓم َّمآ َخ َلق‬


ٓ‫س َٰ َر ِبي َلٓت َ ِقي ُك ُم‬ َ ‫لٓأ َ ۡك َٰنَ ٗن‬
َ ٓ‫آو َج َع َلٓلَ ُك ۡم‬ ِ ‫ٓو َج َع َلٓلَ ُك‬ َ ‫ٓظلَ ٗل‬ ِ ‫ّللُٓ َج َع َلٓلَ ُك‬ َّٓ ‫َٓوٱ‬
ٓ ٓ٨١ٓ َ‫علَ ۡي ُك ۡمٓلَ َعلَّ ُك ۡمٓت ُ ۡس ِل ُمون‬َ ُٓ‫مٓ َك َٰذَ ِل َكٓيُتِ ُّمٓنِعۡ َمت َ ٓهۥ‬ٞۚۡ ‫س ُك‬ ۡ َ ‫ٱۡٓل َح َّٓرٓ َو‬
َ ‫س َٰ َر ِبي َلٓت َ ِقي ُكمٓ َبأ‬
“Dan Allah menjadikan bagimu tempat bernaung dari apa yang telah Dia
ciptakan, dan Dia jadikan bagimu tempat-tempat tinggal di gunung-gunung, dan
Dia jadikan bagimu pakaian yang memeliharamu dari panas dan pakaian (baju
besi) yang memelihara kamu dalam peperangan. Demikianlah Allah
menyempurnakan nikmat-Nya atasmu agar kamu berserah diri (kepada-Nya).”
Dengan demikian fungsi pakaian yang ketiga adalah untuk memenuhi syarat
kesehatan, kenyamanan, dan keamanan yaitu sebagai pelindung.

3. Pelindung
Sebagaiman disebutkan di atas pakaian juga berfungsi melindungi dari
sengatan panas matahari dan dingin serta dapat berfungsi melindungi dari gigitan
serangga. Sebagai pelindung tubuh, pakaian akannmelindungi kulit yang mungkin
akan berbahaya (alergi) bila terkena sinar matahari secara langsung, atau untuk
menjaga agar temperatur tubuh terpelihara dari udara dingin di luar tubuh,
pakaian juga berfungsi melindungi seseorang dari serangan musuh seperti baju
besi yang di gunakan untuk peperangan.
Secara non fisik, pakaian dpat mempengaruhi prilaku orang yang memakai,
dengan memakai pakaian yang sopan misalnya dapat mendorong seseorang
untuk berprilaku serta mendatangi tempat-tempat yang terhormat dan sebaliknya.
M.Quraish Shihab menyatakan:
“pakaian memang tidak menciptakan santri, tetapi dapat mendorong pemakai
untuk berprilaku santri, begitu pula sebaliknya, pakaian juga bias mendorong
seseorang untuk berprilaku seperti setan tergantung dari cara dan model
pakaiannya”. Ini mungkin maksud dari fungsi pakaian sebagai pelindung non fisisk
yang dapat melindungi seseorang dari prilaku yang kurang baik.

4. Petunjuk identitas
Identitas atau kepribadian adalah sesutau yang menggambarkan
eksistensinya sekaligus membedakan dari yang lainnya. Fungsi pakaian sebagai
petunjuk identitas ini akan membedakan sesorang dari lainnya bahkan tidak

10
jarang ia membedakan status social sesesorang. Model dan corak pakaian sangat
memperkenalkan identitas seseorang, karena itu masing-masing etnis dan
sukunya biasanya memiliki pakaian adat yang berbeda-beda yang pada lazimnya
dikenakan pada acara tertentu-tertentu.
Rasulullah SAW sangat menekankan pentingnya identitas diri sebagai
seorang muslim dan muslimah, antara lain melalui pakaian yang baik dan sopan.
Dan tidak diragukan lagi bahwa “pakaian jilbab” bagi wanita adalah gambaran
identitas seorang muslimah, sebagaimana yang di sebutkan dalam Alquran

ٓ‫ َّن ٓ َٰذَ ِل َك‬ٞۚ ‫سا ِء ٓٱ ۡل ُم ۡؤ ِمنِينَٓ ٓيُ ۡدنِينَ ٓ َعلَ ۡي ِه َّن ٓ ِمنٓ َج َٰلَ ِبي ِب ِه‬
َ ِ‫ٓون‬ َ ‫لّٓل َ ۡز َٰ َو ِج َك‬
َ ‫ٓوبَنَاتِ َك‬ ِ ُ ‫ي ٓق‬ ُّٓ ‫َٰيَأَيُّ َها ٓٱلنَّ ِب‬
ٓ ٓ٥٩ٓ‫آر ِح ٗيما‬ َّ ‫ور‬ ٗ ُ‫ّللُٓ َغف‬
َّٓ ‫ٓو َكانَ ٓٱ‬َ َ‫أ َ ۡدن ََٰىٓأَنٓيُعۡ َر ۡفنَ ٓفَ َلٓيُ ۡؤذَ ۡي ۗۡن‬
“Hai Nabi, Katakanlah kepada isteri-isterimu, anak-anak perempuanmu dan isteri-
isteri orang mukmin: "Hendaklah mereka mengulurkan jilbabny ke seluruh tubuh
mereka". yang demikian itu supaya mereka lebih mudah untuk dikenal, karena itu
mereka tidak di ganggu. dan Allah adalah Maha Pengampun lagi Maha
Penyayang”.
Ayat di atas menggambarkan secara jelas, agara wanita muslimah
memakai pakaian (sebagai identitas) yang dapat membedakan mereka dengan
wanita yang bukan muslimah yang memakai pakaian yang tidak sopan yang
menimbulkan atau mengundang gangguan tangan atau lidah yang usil. Dan,
pakaian itu adalah pakaian jilbab yang dapat mewujudkan upaya menutup aurat
sesempurna mungkin

DAFTAR PUSTAKA

Dahlan Abdul Aziz, Ensiklopedi Hukum Islam, pt. Ichtiar Baru van Hoeve, 2001.

Helmi Karim, Fiqih Muamalah, (Jakarta: pt.Raja Grafindo Persada, 2002).

Ibnu Rusyd, Bidayatul Mujtahid Terjemahan juz.2, (Semarang: CV. As- syifa, 1990).

Moh Rifa’I, Ilmu Fiqih Islam Lengkap, (Semarang: PT. Karya Toha Putera, 1978).

Syaikh Muhammad bin Ibrahim At-tuwaijiri, Ensiklopedi Islam Al-Kamil, Darus Sunah,
2009.

11
12

Anda mungkin juga menyukai