TRIKOTILOMANIA
Oleh
Cahyu Nency, S.Ked
Muthmainnah, S.Ked
Riyan Darundryo, S.Ked
Pembimbing:
dr. Djusnidar Djafar, SpKJ
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan kepada Allah Subhanahuwataala, karena
atas rahmat dan karunia Nya penulis dapat menyelesaikan referat yang berjudul
Trikotilomania. Penulis menyusun referat ini untuk memahami defenisi,
etiologi, diagnosis, penatalaksanaan dan sebagai salah satu syarat dalam
menempuh ujian Kepaniteraan Klinik Bagian Ilmu Kedokteran Jiwa Fakultas
Kedokteran Universitas Riau Rumah Sakit Jiwa Tampan Pekanbaru.
Dalam kesempatan ini penulis ingin mengucapkan banyak terima kasih
kepada dokter pembimbing di Bagian Ilmu Kedokteran Jiwa Fakultas Kedokteran
Universitas Riau Rumah Sakit Jiwa Tampan Pekanbaru dr. Djusnidar Djafar ,
Sp.KJ atas saran dan bimbingannya dalam menyempurnakan penulisan referat ini.
Penulis sadar pembuatan referat ini memiliki kekurangan. Saran dan kritik
yang membangun sangat penulis harapkan. Akhir kata, penulis mengharapkan
semoga referat ini dapat berguna dan bermanfaat bagi kita semua.
Penulis
BAB I
PENDAHULUAN
kebiasaan menarik rambut ini dapat disertai gangguan psikis lain yang
memerlukan tenaga spesialis dalam menanganinya.6
Berdasarkan
data
epidemiologi
didapatkan
bahwa
puncak
onset
trikotilomania ini berkisar antara usia 12-13 tahun. 7 Pada anak-anak tidak ada
perbandingan yang berarti antara populasi laki-laki atau pun perempuan yang
terkena trikotilomania. Pada orang dewasa ditemukan adanya prevalensi sebesar
0.6-3.4% dengan kecenderungan lebih banyak pada perempuan dibandingkan
laki-laki. Namun data ini masih dikacaukan dengan tipikal pencarian pertolongan
yang cenderung dimiliki perempuan dibandingkan laki-laki.8
1.2 Tujuan Penulisan
Tujuan penulisan referat ini adalah:
1. Memahami cara mendiagnosis dan tatalaksana yang harus diberikan pada
pasien dengan trikotilomania.
2. Meningkatkan kemampuan penulisan ilmiah di bidang kedokteran
khususnya di Bagian Ilmu Kedokteran Jiwa.
3. Memenuhi salah satu syarat ujian kepaniteraan Klinik Senior di Bagian
Ilmu Kesehatan Jiwa Fakultas Kedokteran Universitas Riau Rumah Sakit
Jiwa Tampan Pekanbaru
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
gratifikasi,
yang
terkait
dengan
perilaku.
2.3 Epidemiologi
Prevalensi trikotilomania berkisar antara 0,5-3,5 % dengan onset usia ratarata 10 sampai 13 tahun. Penyakit ini 7 kali lebih sering terjadi pada anak-anak
dibandingkan orang dewasa dan anak perempuan 2,5 kali lebih sering daripada
anak laki-laki.2
Tidak ada informasi mengenai riwayat familial, tetapi satu studi melaporkan
bahwa 5 dari 19 orang anak memiliki riwayat keluarga yang mengalami beberapa
2.4 Patofisiologi
Hingga saat ini penyebab trikotilomania itu sendiri masih belum jelas.
Menurut teori neuro-kognitif, gangguan ini disebabkan oleh adanya kelainan pada
ganglia basalis pasien. Sebagaimana diketahui bahwa ganglia basalis memiliki
peran dalam membentuk kebiasaan. Kegagalan lobus frontal dalam menghambat
kebiasaan tertentu juga diperkirakan bagian dari patofisiologi gangguan ini.8
Sebuah studi pencitraan menggunaan Magnetic Resonance Image (MRI) juga
menyatakan bahwa substansi grisea (gray matter) pasien dengan trikotilomania
lebih meningkat kapasitasnya dibandingkan yang tidak memiliki penyakit ini.
Peranan genetik terhadap penyakit ini pun tidak luput dari perhatian peneliti.
Pada suatu penelitian ditemukan adanya mutasi pada gen SLITRK1
sedangkan pada penelitian lainnya mendapatkan adanya perbedaan pada reseptor
gen serotonin 2A. Mutasi gen HOXB8 juga menunjukkan perubahan kebiasaan
pada tikus dalam menarik-narik rambut. Pendekatan ilmiah terhadap gen ini
merupakan fenomena baru namun masih belum dapat ditentukan apakah memang
ada hubungan genetik dalam menyebabkan penyakit ini.2,8
yang jelas.
Peningkatan perasaan tegang segera sebelum mencabut rambut atau
2.6 Diagnosis
Kriteria Diagnosis menurut PPDGJ-III5:
1. Mencabut rambut sendiri secara rekuren yang menyebabkan kebotakan yang
jelas.
2. Peningkatan perasaan tegang segera sebelum mencabut rambut atau jika
berusaha untuk menahan perilaku tersebut.
3. Rasa senang, puas atau lega jika mencabut rambut
4. Gangguan yang tidak dapat diterangkan baik oleh gangguan mental lain dan
bukan karena kondisi medis umum (misalnya, kondisi dermatologis).
5. Gangguan menyebabkan penderitaan yang bermakna secara klinis atau
gangguan dalam fungsi sosial, pekerjaan atau fungsi penting lainnya.
Diagnosis ini jangan dibuat apabila sebelumnya sudah ada peradangan kulit,
atau apabila pencabutan rambut adalah respons terhadap waham atau halusinasi.
Pasien yang memilki gangguan buatan dengan tanda fisik serta gejala yang
dominan secara aktif mencari bantuan medis dan pasien memerankan serta
memalsukan penyakit secara sengaja untuk tujuan ini.
Pasien dengan malingering atau dengan gangguan buatan dapat melukai diri
sendiri untuk mendapatkan perhatian medis, tanpa memahami dampak lesi yang
mereka ciptakan.
Pasien dengan gangguan buatan streotipik memilki gerakan ritmik dan
sterotipik, dan mereka biasanya tidak tampak menderita karena perilakunya.
Biopsi mungkin penting untuk membedakan trikotilomania dengan alopesia areata
dan tinea kapitis.
2.8 Komorbiditas
Individu dengan trikotilomania mempunyai prevalensi gangguan mood yang
meningkat (gangguan depresi mayor, gangguan dysthymic) dan gejala anxietas
(gangguan obsesif kompulsif, gangguan anxietas menyeluruh dan fobia social),
gangguan penggunaan zat, gangguan makan, gangguan kepribadian (gangguan
ambang dan obsesif-kompulsif) serta retardasi mental. 1,2
2.9
Tatalaksana
Terapi
perilaku
kognitif
(Cognitif
Behaviour
Therapy,
CBT)
menggabungkan unsur-unsur dari kedua terapi kognitif dan terapi perilaku. Terapi
kognitif meneliti cara pikiran orang tentang diri mereka sendiri, orang lain dan
11
saran
Trichotillomania
Impact
Project,
penggunaan
12
2.10
Prognosis2
13
Onset rata-rata munculnya trikotilomania adalah pada masa remaja awal dan
sering ditemukan pada usia sebelum 17 tahun namun onset pada usia lebih lanjut
pun dapat terjadi. Perjalanan gangguan tidak diketahui dengan baik, bentuk kronis
maupun remiten sama-sama dapat terjadi.
Pada onset dini (kurang dari usia 6 tahun) cenderung lebih mudah sembuh,
dan lebih berespons pada saran, dukungan, dan strategi perilaku. Onset lanjut
(setelah usia 13 tahun) dikaitkan dengan meningkatnya kemungkinan terjadinya
kekronisan dan prognosis yang lebih buruk daripada onset dini.
Kurang lebih sepertiga orang yang datang untuk terapi melaporkan durasi
selama 1 tahun atau kurang, sedangkan pada beberapa kasus gangguan ini
berlangsung selama lebih dari dua dekade.
BAB III
KESIMPULAN DAN SARAN
3.1 Kesimpulan
Trikotilomania adalah salah satu bentuk gangguan kompulsif yang ditandai
dengan kegiatan menarik-narik rambut berulang (di kepala, alis, bulu mata, ketiak,
pubis) yang didahului dengan ketegangan kemudian diikuti dengan rasa puas atau
14
lega setelahnya. Kegiatan ini ditandai dengan adanya kerontokan rambut yang
mencolok dan tidak disebabkan oleh kelainan kulit kepala atau rambut lain atau
kegiatan stereotip yang lain.
Berdasarkan data epidemiologi
didapatkan
bahwa
puncak
onset
trikotilomania ini berkisar antara usia 12-13 tahun. Pada anak-anak tidak ada
perbandingan yang berarti antara populasi laki-laki atau pun perempuan yang
terkena trikotilomania. Pada orang dewasa ditemukan adanya prevalensi sebesar
0.6-3.4% dengan kecenderungan lebih banyak pada perempuan dibandingkan
laki-laki. Namun data ini masih dikacaukan dengan tipikal pencarian pertolongan
yang cenderung dimiliki perempuan dibandingkan laki-laki.
Kriteria Diagnosis Trikotilomania dapat dilihat pada PPDGJ-III. Diagnosis
banding trikotilomania antara lain obsesif kompulsif, pasien dengan gangguan
buatan, pasien dengan malingering, dan Alopesia areata dan tinea kapitis.
Saran Trichotillomania Impact Project, penggunaan farmakoterapi dengan
SSRI merupakan terapi yang paling sering digunakan bahkan lebih dianjurkan
penggunaannya dibandingkan Clomiperamine. Namun pasien dengan respon
buruk terhadap SSRI dapat membaik dengan tambahan pimozide (Orap), suatu
antagonis reseptor dopamine. SSRI berperan sebagai antidepresan yang akan
meningkatkan neurotransmisi serotonin dalam otak dengan cara menghambat
reuptake serotonin pada membran presinaptik.
3.2 Saran
1. Perlunya pemahaman untuk membedakan Trikotilomania dengan
gangguan kulit, gangguan buatan dan gangguan lainnya.
2. Perlunya pengetahuan untuk mendiagnosis Trikotilomania.
15
DAFTAR PUSTAKA
1.
Nejatisafa
AA,
Sharifi
V.
Cognitive
Behavior
Therapy
for
3.
16
4.
5.
2010; 24-26.
Maslim, Rusdi Dr. Pedoman Diagnostik dari PPDGJ III. Buku Saku
Diagnosis Gangguan Jiwa, Rujukan Ringkas dari PPDGJ-III. 2003. Jakarta
6.
7.
8.
9.
Hill.
Expert Consensus Treatment Guidlines For Trichotilomania, Skin Picking
and Other Body-Focused Repetitive Behaviors. A publication of the
Scientific Advisory Board of the Trichotillomania Learning Center
bringing hope and healing since 1991. Expert Consensus. Dapat diakses
10.
pada : www.trich.org/dnld/ExpertGuidelines_000.pdf
Flessner CA, Penzel F, Keuthen NJ. Current Treatment Practice for
Children and Adults With Trichotillomania: Consensus Among Experts.
Cognitive and Behavioral Practice. 2010; 17: 290-300.
17
18