pada sifa, komposisi mineral, kekeutan fisik, daya tahan, cara penggalianya, dan
lain-lain.
Tiap jenis mineral mempunyai sifat dan komposisi mineral tertentu, tidak
semua jenis batuan dapat digunakan untuk semua jenis pekerjaan. batuan
mempunyai kegunaan sendiri tergantung sifatnya, misalnya :
1. batuan yang mempunyai kerapatan tinggi dan tidak porus sangat baik
untuk keperluan pekerjaan di laut
2. batuan yang tidak terpengaruh oleh asam, baik untuk digunakan didaerah
industri
3. batuan yang berat, keras, dan mempunyai daya tahan yang besar sesuai
untuk digunakan sebagai fondasi bangunan pengeras jalan juga bahan
lantai
4. batuan yang berwarna indah dan tidak porus dapat digunakan untuk
pelapis dinding atau lantai
5.
batuan yang umumnya mempunyai berat jenis 2,6, baik untuk
digunakan sebagai bahan pekerjaan teknik berat
SUMBER pendgeografiupi.co.cc/images/MATERI%20PELAJARAN
di dalam bumi sebagai batuan plutonik; sedangkan batuan beku ekstrusif membeku di
permukaan bumi berupa aliran lava, sebagai bagian dari kegiatan gunung api. Batuan beku
intrusif, antara lain berupa batholith, stock (korok), sill, dike (gang) dan lakolith dan lapolith
(Gambar V.1). Karena pembekuannya di dalam, batuan beku intrusif memiliki kecenderungan
tersusun atas mineral-mineral yang tingkat kristalisasinya lebih sempurna dibandingkan
dengan batuan beku ekstrusi. Dengan demikian, kebanyakan batuan beku intrusi dalam
(plutonik), seperti intrusi batolith, bertekstur fanerik, sehingga tidak membutuhkan
pengamatan mikroskopis lagi. Batuan beku hasil intrusi dangkal seperti korok gunung api
(stock), gang (dike), sill, lakolith dan lapolith umumnya memiliki tekstur halus karena sangat
dekat dengan permukaan.
Gambar V.1. Macam-macam morfometri intrusi batuan beku, yaitu batholith, stock, sill dan
dike
Jenis dan sifat batuan beku ditentukan dari tipe magmanya. Tipe magma tergantung dari
komposisi kimia magma. Komposisi kimia magma dikontrol dari limpahan unsur-unsur
dalam bumi, yaitu Si, Al, Fe, Ca, Mg, K, Na, H, dan O yang mencapai hingga 99,9%. Semua
unsur yang berhubungan dengan oksigen (O) maka disebut sebagai oksida, SiO2 adalah salah
satunya. Sifat dan jenis batuan beku dapat ditentukan dengan didasarkan pada kandungan
SiO2 di dalamnya (Tabel V.1).
Gambar V.2. Klasifikasi batuan beku basa (mafik) dan ultra basa (ultra mafik; sumber IUGS
classification)
2) Batuan beku asam intermediet
Kelompok batuan ini melimpah pada wilayah-wilayah dengan tatanan tektonik kratonik
(benua), seperti di Asia (daratan China), Eropa dan Amerika. Kelompok batuan ini membeku
pada suhu 650-800oC. Dapat dikelompokkan dalam tiga kelompok, yaitu batuan beku kaya
kuarsa, batuan beku kaya feldspathoid (foid) dan batuan beku miskin kuarsa maupun foid.
Batuan beku kaya kuarsa berupa kuarzolit, granitoid, granit dan tonalit; sedangkan yang
miskin kuarsa berupa syenit, monzonit, monzodiorit, diorit, gabro dan anorthosit (Gambar
V.3). Jika dalam batuan beku tersebut telah mengandung kuarsa, maka tidak akan
mengandung mineral foid, begitu pula sebaliknya.
Gambar V.3. Klasifikasi batuan beku bertekstur kasar yang memiliki persentasi kuarsa, alkali
feldspar, plagioklas dan feldspathoid lebih dari 10% (sumber IUGS classification)
(b) Kelompok batuan beku luar
Kelompok batuan ini menempati lebih dari 70% batuan beku yang tersingkap di Indonesia,
bahkan di dunia. Limpahan batuannya dapat dijumpai di sepanjang busur vulkanisme, baik
pada busur kepulauan masa kini, jaman Tersier maupun busur gunung api yang lebih tua.
Kelompok batuan ini juga dapat dikelompokkan sebagai batuan asal gunung api. Batuan ini
secara megaskopis dicirikan oleh tekstur halus (afanitik) dan banyak mengandung gelas
gunung api. Didasarkan atas kandungan mineralnya, kelompok batuan ini dapat
dikelompokkan lagi menjadi tiga tipe, yaitu kelompok dasit-riolit-riodasit, kelompok andesittrakiandesit dan kelompok fonolit (Gambar V.4).
Gambar V.4. Klasifikasi batuan beku intrusi dangkal dan ekstrusi didasarkan atas kandungan
kuarsa, feldspar, plagioklas dan feldspatoid (sumber IUGS classification)
Tata nama tersebut bukan berarti ke empat unsur mineral harus menyusun suatu batuan, dapat
salah satunya saja atau dua mineral yang dapat hadir bersama-sama. Di samping itu, ada jenis
mineral asesori lain yang dapat hadir di dalamnya, seperti horenblende (amfibol), piroksen
ortho (enstatit, diopsid) dan biotit yang dapat hadir sebagai mineral asesori dengan plagioklas
dan feldspathoid.
Pada prinsipnya, feldspatoid adalah mineral feldspar yang terbentuk karena komposisi
magma kekurangan silika, sehingga tidak cukup untuk mengkristalkan kuarsa. Jadi, limpahan
feldspathoid berada di dalam batuan beku berafinitas intermediet hingga basa, berasosiasi
dengan biotit dan amfibol, atau biotit dan piroksen, dan membentuk batuan basanit dan trakittrakiandesit. Batuan yang mengandung plagioklas dalam jumlah yang besar, jarang atau sulit
hadir bersama-sama dengan mineral feldspar, seperti dalam batuan beku riolit.
V.3. Struktur Batuan Beku
Masif: padat dan ketat; tidak menunjukkan adanya lubang-lubang keluarnya gas;
dijumpai pada batuan intrusi dalam, inti intrusi dangkal dan inti lava; Ct: granit, diorit,
gabro dan inti andesit
Skoria: dijumpai lubang-lubang keluarnya gas dengan susunan yang tidak teratur;
dijumpai pada bagian luar batuan ekstrusi dan intrusi dangkal, terutama batuan
vulkanik andesitik-basaltik; Ct: andesit dan basalt
Amigdaloidal: dijumpai lubang-lubang keluarnya gas, tetapi telah terisi oleh mineral
lain seperti kuarsa dan kalsit; dijumpai pada batuan vulkanik trakitik; Ct: trakiandesit
dan andesit
Gambar V.5. Struktur batuan beku masif; terbentuk karena daya ikat masing-masing mineral
sangat kuat, contoh pada granodiorit dengan komposisi mineral plagioklas berdiameter >1
mm (gambar atas) dan granit (gambar bawah) dengan komposisi kuarsa dan ortoklas anhedral
dengan diameter >1 mm
Gambar V.6. Struktur batuan beku skoria; dijumpai rongga-rongga bekas keluarnya gas saat
pembekuan yang sangat cepat. Contoh pada andesit basaltik porfirik pada posisi nikol sejajar
(atas) dan nikol silang (bawah). Batuan tersusun atas fenokris plagioklas berdiameter >1 mm
dan piroksen klino berdiameter 0,5-1,5 mm, dan tertanam dalam massa dasar gelas, kristal
mineral (plagioklas dan piroksen) dan rongga tak beraturan berdiameter <1 mm
V.4. Tekstur Batuan Beku
Tektur batuan menggambarkan bentuk, ukuran dan susunan mineral di dalam batuan. Tektur
khusus dalam batuan beku menggambarkan genesis proses kristalisasinya, seperti intersertal,
intergrowth atau zoning. Batuan beku intrusi dalam (plutonik) memiliki tekstur yang sangat
berbeda dengan batuan beku ekstrusi atau intrusi dangkal. Sebagai contoh adalah bentuk
kristal batuan beku dalam cenderung euhedral, sedangkan batuan beku luar anhedral hingga
subhedral (Tabel V.4.)
Tabel V.3. Tekstur batuan beku pada batuan beku intrusi dalam, intrusi dangkal dan ekstrusi
dan pada batuan vulkanik
a) Tekstur trakitik
Dicirikan oleh susunan tekstur batuan beku dengan kenampakan adanya orientasi
mineral - arah orientasi adalah arah aliran
Berkembang pada batuan ekstrusi / lava, intrusi dangkal seperti dike dan sill
Gambar V.7 adalah tekstur trakitik batuan beku dari intrusi dike trakit di G. Muria;
gambar kiri: posisi nikol sejajar dan gambar kanan: posisi nikol silang
Gambar V.7. Tekstur trakitik pada traki-andesit (intrusi dike di Gunung Muria). Arah orientasi
dibentuk oleh mineral-mineral plagioklas. Di samping tekstur trakitik juga masih
menunjukkan tekstur porfiritik dengan fenokris plagioklas dan piroksen orto.
b) Tekstur Intersertal
Yaitu tekstur batuan beku yang ditunjukkan oleh susunan intersertal antar kristal
plagioklas; mikrolit plagiklas yang berada di antara / dalam massa dasar gelas
interstitial.
Gambar V.8. Tekstur intersertal pada diabas; gambar kiri posisi nikol sejajar dan gambar
kanan posisi nikol silang. Butiran hitam adalah magnetit
c) Tekstur Porfiritik
Yaitu tekstur batuan yang dicirikan oleh adanya kristal besar (fenokris) yang
dikelilingi oleh massa dasar kristal yang lebih halus dan gelas
Jika fenokris yang berkelompok dan tumbuh bersama, maka membentuk tekstur
glomeroporphyritic.
Gambar V.9. Gambar kiri: Tektur porfiritik pada basalt olivin porfirik dengan fenokris olivin
dan glomerocryst olivin (ungu) dan plagioklas yang tertanam dalam massa dasar plagioklas
dan granular piroksen berdiameter 6 mm (Maui, Hawaii). Gambar kanan: basalt olivin
porfirik yang tersusun atas fenokris olivin dan glomerocryst olivin (ungu) dan plagioklas
dalam massa dasar plagioklas intergranular dan piroksen granular berdiameter 6 mm (Maui,
Hawaii)
d) Tekstur Ofitik
Yaitu tekstur batuan beku yang dibentuk oleh mineral plagioklas yang tersusun secara acak
dikelilingi oleh mineral piroksen atau olivin (Gambar V.10). Jika plagioklasnya lebih besar
dan dililingi oleh mineral ferromagnesian, maka membentuk tekstur subofitic (Gambar V.11).
Dalam suatu batuan yang sama kadang-kadang dijumpai kedua tekstur tersebut secara
bersamaan.
Secara gradasi, kadang-kadang terjadi perubahan tektur batuan dari intergranular menjadi
subofitik dan ofitik. Perubahan tektur tersebut banyak dijumpai dalam batuan beku basa-ultra
basa, contoh basalt. Perubahan tekstur dari intergranular ke subofitic dalam basalt dihasilkan
oleh pendinginan yang sangat cepat, dengan proses nukleasi kristal yang lebih lambat.
Perubahan terstur tersebut banyak dijumpai pada inti batuan diabasik atau doleritik (dike
basaltik). Jika pendinginannya lebih cepat lagi, maka akan terjadi tekstur interstitial latit
antara plagioclase menjadi gelas membentuk tekstur intersertal.
Gambar V.10. Tekstur ofitik pada doleritik (basal); mineral plagioklas dikelilingi oleh mineral
olivin dan piroksen klino
Gambar V.11. Tekstur subofitik pada basal; mineral plagioklas dikelilingi oleh mineral
feromagnesian yang juga menunjukkan tekstur poikilitik
V.5. Komposisi Mineral pada Batuan Beku
Komposisi mineral pada batuan beku ditentukan dari komposisi kimiawinya. Didasarkan atas
komposisi mineral mafik dan felsik yang terkandung di dalamnya, batuan beku dapat
dikelompokkan dalam tiga kelas, yaitu asam, intermediet dan basa. Batuan beku asam
tersusun atas mineral felsik lebih dari 2/3 bagian; batuan beku intermediet tersusun atas
mineral mafik dan felsik secara berimbang yaitu felsik dan mafik 1/3 hingga 2/3 secara
proporsional; dan batuan beku basa tersusun atas mineral mafik lebih dari 2/3 bagian (Tabel
V.4).
Tabel V.4. Nama-nama batuan beku baik intrusi, ekstrusi dan batuan gunung api yang
didasarkan atas kandungan mineral mafik dan felsiknya; mineral-mineral mafik: piroksen
(olivin, klino- dan ortho-piroksen, amfibol dan biotit) dan mineral-mineral felsik: K-Feldspar,
kuarsa
Komposisi mineral juga dapat menunjukkan seri magma asalnya, yaitu toleeit, kalk-alkalin
atau alkalin. Batuan-batuan dengan seri magma toleeit biasanya banyak mengandung mineral
rendah Ca, batuan-batuan seri kalk-alkalin biasanya mengandung mineral tinggi Ca (seperti
augit, amfibol dan titanit), sedangkan batuan seri alkalin banyak mengandung mineralmineral tinggi K (seperti mineral piroksen klino). Tabel V.6 menunjukkan sifat-sifat mineral
penyusun dalam seri batuan toleeit, kalk-alkalin dan alkalin. Ketiga seri batuan tersebut
hanya dapat terbentuk pada tatanan tektonik yang berbeda; seri toleeit berkembang pada zona
punggungan tengah samudra (MOR); seri kalk-alkalin berkembang dengan baik pada busur
magmatik; dan seri alkalin berkembang pada tipe gunung api rifting.
Tabel V.6. Tiga tipe seri magmatik batuan beku dengan limpahan mineral penunjuknya
Tabel V.7. Beberapa tipe magma dari batuan gunung api berdasarkan kandungan silika dan
keterdapatannya dari tatanan tektoniknya