Anda di halaman 1dari 6

BAB 1

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Fungsi otak dan sistem saraf pusat dalam kehidupan sehari-hari sangat
mendasar, luas, dan besar peranannya. Bahkan otak dan syaraf pusat
memegang peranan utama yang memampukan manusia hidup sebagaimana
mestinya. Stroke atau CVA (cerebro vaskulare assident) merupakan penyakit
atau gangguan fungsional otak berupa kelumpuhan saraf (defisit neurologic)
akibat terhambatnya aliran darah ke otak. Stroke adalah gangguan peredaran
darah otak yang menyebabkan defisit neurologis mendadak sebagai akibat
iskemia atau hemoragi sirkulasi saraf otak (NIC-NOC, 2015). Pada stroke
iskemik, aliran darah ke otak berhenti karena aterosklerosis atau bekuan darah
yang telah menyumbat suatu pembuluh darah, melalui proses arterosklerosis.
Sedangkan pada stroke perdarahan (hemoragik), pembuluh darah pecah
sehingga aliran darah menjadi tidak normal dan darah yang keluar merembes
masuk ke dalam suatu daerah di otak dan merusaknya. Stroke akut baik
iskemik atau hemoragik merupakan kedaruratan medis yang memerlukan
penanganan segera karena dapat menimbulkan kecacatan permanen atau
kematian (Junaidi, 2012) .
Kasus stroke di seluruh dunia diperkirkan mencapai 50 juta jiwa per
tahun, dan 9 juta di antaranya menderita kecacatan berat. Tingginya angka
kejadian stroke bukan hanya di negara maju saja, tetapi menyerang negara
berkembang seperti Indonesia. Menurut yayasan stroke Indonesia (yastroki),

terdapat kecenderungan peningkatan jumlah penyandang stroke di Indonesia


dalam dasawarsa terakhir (Trisnawati, 2011). Pada tahun 2020 diperkirakan
7,6 juta orang akan meninggal karena stroke. Peningkatan tertinggi akan
terjadi di negara berkembang, terutama di wilayah asia pasifik. Di Indonesia
sendiri diperkirakan terjadi sekitar 800-1.000 kasus stroke setiap tahunnya
(Junaidi, 2012).
Data dari Dinas Kesehatan Banyuwangi, berdasarkan jumlah penyakit
susunan

syaraf pada tahun 2007 sebanyak 385 penderita, tahun 2008

sebanyak 1.830 penderita, dan pada tahun 2009 sebanyak 2.147 penderita dari
tiap tahunnya mengalami peningkatan.
Data dari RSUD Blambangan Banyuwangi tahun 2014 penderita stroke
mencapai 174 jiwa dan pada tahun 2015 sampai bulan September penderita
stroke mencapai 219 jiwa terlihat jelas adanya peningkatan yang cukup
banyak yaitu kurang lebih 20 %. Stroke lebih banyak menyerang usia
produktif ataupun lansia, namun tercatat bahwa di tahun 2015 terdapat anak
yang berusia 14 tahun terdiagnosis menderita stroke iskemik (Rekam medis
RSUD Blambangan , 2015).
Faktor resiko yang paling sering menyebabkan penyakit ini diantaranya
adalah gaya hidup yang kurnang sehat seperti : merokok, minum alkohol
secara berlebihan, aktivitas fisik yang rendah, obesitas, minum minuman
yang mengandung kafein secara berlebihan, pola makan yang tidak teratur,dls
(Junaidi, 2012). Selain faktor di atas ada beberapa faktor yang tidak dapat di
ubah seperti keturunan, umur, ras dan jenis kelamin. (NIC- NOC, 2015).
Karena hal tersebut serangan stroke yang mendadak dapat menyebabkan
kematian ataupun kecacatan fisik dan mental baik pada usia produktif ataupun

usia lanjut. Stroke merupakan penyakit yang paling sering menyebabkan cacat
berupa kelumpuhan anggota gerak, gangguan bicara, proses berfikir daya
ingat, dan bentuk bentuk kecacatan yang lain sebagai akibat gangguan
fungsi otak. Kematian sel - sel otak berpengaruh terhadap penurunan fungsi
dan kinerja dari otak itu sendiri,otak memiliki 2 fungsi yaitu sensorik dan
motorik, akibat awal atau hal yang sering menjadi tanda awal dari stroke
adalah hemiparesis kontralateral (kelumpuhan separuh anggota extremitas atas
dan bawah yang bersilangan dengan hemisfer yang terkena). Kesulitan yang
muncul pertama kali tentu saja gangguan mobilitas fisik atau ketidakmampuan
melakukan aktivitas sehari-hari. (Muttaqin, 2008).
Intervensi keperawatan yang pertama atau umum dilakukan pada klien
stroke adalah memperbaiki mobilitas dan mencegah deformitas. Imobilitas
merupakan suatu kondisi yang relatif. Individu tidak saja kehilangan
kemampuan geraknya secara total, tetapi juga mengalami penurunan aktivitas
dari kebiasaan normalnya. Mobilisasi diperlukan untuk meningkatkan
kemandirian diri, meningkatkan kesehatan, memperlambat proses masuknya
penyakit.

Kehilangan

kemampuan

untuk

bergerak

menyebabkan

ketergantungan dan ini membutuhkan tindakan keperawatan (Wahit, 2007).


Range of motion (ROM) adalah salah satu bentuk intervensi fundamental
perawat yang merupakan bagian dari proses rehabilitas pada klien stroke.
Lewis 2007 mengemukakakan bahwa sebagian latihan pada klien stroke
dilakukan beberapa kali dalam sehaari untuk mencegah komplikasi
(Maria,et.al, 2011). Penelitian yang dilakukan oleh Maria Astrid, et.al tentang
Efektivitas Mobilisasi Persendian Dengan Latihan ROM Aktif dan

Pasif Terhadap Kekuatan Otot, Luas Gerak Sendi dan Kemampuan


Fungsional Klien Stroke di RS Sint Carolus Jakartamembuktikan
mobilisasi persendian dengan latihan ROM 4 kali sehari dalam 7
hari bermanfaat untuk klien, yaitu adanya peningkatan kekuatan
otot

dan

kemampuan

fungsional,

namun

tidak

berpengaruh

terhadap luas gerak sendi. (Maria, et.al, 2011)

1.2 Batasan Masalah


Asuhan Keperawatan Klien yang mengalami Stroke (CVA)

dengan

Hambatan Mobilitas Fisik di RSUD Blambangan.

1.3 rumusan masalah


Bagaimanakah Asuhan Keperawatan Klien yang mengalami Stroke (CVA)
dengan Hambatan Mobilitas fisik di Ruang Penyakit Dalam RSUD
Blambangan Banyuwangi tahun 2015 ?

1.4

Tujuan

1.4.1. Tujuan Umum


Melaksanakan asuhan keperawatan pada klien yang mengalami Stroke
(CVA) dengan Hambatan Mobilitas Fisik di RSUD Blambangan bulan
november tahun 2015.
1.4.2. Tujuan Khusus

1. Melakukan pengkajian keperawatan pada klien yang mengalami


Stroke (CVA) dengan Hambatan Mobilitas

Fisik di RSUD

Blambangan
2. Menetapkan diagnosis keperawatan pada klien yang mengalami Stroke
(CVA) dengan Hambatan Mobilitas Fisik di RSUD Blambangan
3. menyusun perencanaan keperawatan pada klien yang mengalami
Stroke (CVA) dengan Hambatan Mobilitas

Fisik di RSUD

Blambangan
4. Melakasanakan tindakan keperawatan pada klien yang mengalami
Stroke (CVA) dengan Hambatan Mobilitas

Fisik di RSUD

Blambangan
5. Melakukan evaluasi pada klien yang mengalami Stroke (CVA) dengan
Hambatan Mobilitas Fisik

1.5

Manfaat

1.5.1. Manfaat Teoritis


Study kasus diharapkan dapat memberkan informasi tentang Asuhan
Keperawatan klien yang mengalami Stroke (CVA) dengan Hambatan
Mobilitas Fisik sehingga bisa dikembangkan dan bisa dijadikan dasar
dalam ilmu keperawatan

1.5.2. Manfaat Praktis


a. Bagi Tenaga Keperawatan

Studi kasus ini diharapkan dapat memberikan masukan bagi tenaga


kesehatan dalam rangka upaya meningkatkan pemberian Asuhan
Keperawatan pada klien yang mengalami Stroke.
b. Bagi Rumah Sakit
Dengan adanya penulisan laporan studi kasus ini, dapat menambah
bahan bacaab untuk meningkatkan mutu pelayanan yang lebih baik
khususnya pada kasus Stroke (CVA).
c. Bagi institusi pendidikan
Meningkatkan mutu dan kualitas proses belajar mengajar khususnya
mata kuliah keperawatan medical bedah sehingga menghasilkan perawat
yang profesional.
d. Bagi klien
Studi kasus ini diharapkan mampu menambah pengetahuan pasien dan
pemahaman tentang Stroke.

Anda mungkin juga menyukai