Anda di halaman 1dari 16

BAB I

TINJAUAN PUSTAKA
A. Pendahuluan
Kadidiasis adalah penyakit jamur, yang bersifat akut atau subakut disebabkan
oleh spesies Candida, biasanya oleh spesies Candida albicans dan dapat
mengenai mulut, vagina, kulit, kuku, bronkus dan paru, kadang-kadang dapat
menyebabkan septicemia, endokarditis, maupun meningitis.
Spesies Candida merupakan microflora normal pada kulit manusia,
namun dapat berubah menjadi pathogen bila faktor penjamu terutama status
imun berubah, atau terganggu. Lesi dapat terjadi pada beberapa tempat pada
tubuh, terutama pada tempat yang lembab dan hangat biasanya sering
terinfeksi. C. albicans merupakan penyebab tersering.
B. Definisi
Kandidiasis kutis adalah penyakit infeksi pada kulit yang disebabkan oleh
organisme genus Candida. Spesies yang paling sering menyebabkan penyakit
ini adalah Candida albicans, Candida glabrata, Candida krusei, Candida
parapsiloris, dan Candida tropicalis.
C. Sinonim
Kandidosis, Moniliasis.
D. Epidemiologi
Penyakit ini terdapat di seluruh dunia, dapat menyerang semua umur, baik
laki-laki maupun perempuan. Jamur penyebabnya terdapat pada orang sehat
sebagai saprofit. Faktor resiko yang pemicu hal ini adalah kondisi
imunocompromise, diabetes militus, obesitas, hyperhidrosis, demam,
polyendocrinophaties, terapi steroid topikal maupun sistemik, dan penyakit
kronik. Gambaran klinisnya bermacam-macam sehingga tidak diketahui datadata penyebarannya dengan tepat.
E. Etiologi
Sebagian besar dari spesies C. albicans tidak bersifat menguntungkan
maupun merugikan. Kolonisasi C. albicans dapat diisolasi dari kulit, mulut,
selaput mukosa vagina dan feses orang normal.

F. Klasifikasi
Berdasarkan tempat yang terkena CONANT dkk.(1971), membaginya
sebagai berikut: (1)
1. Kandidiasis selaput lendir:
- Kandidosis oral (thrush)
- Perleche
- Vulvovaginitis
- Balanitis atau balanopostitis
- Kandidosis mukokutan kronik
- Kandidosis bronkopulmonar dan paru
2. Kandidiasis kutis:
- Lokalisata: daerah intertriginosa dan daerah perianal
- Generalisata
- Paronikia dan onikomikosis
- Kandidosis kutis granulomatosa
3. Kandidiasis sistemik:
- Endokarditis
- Meningitis
- Pielonefritis
- Septikemia
4. Reaksi id
G. Patogenesa
Terdapat sekitar 200 genus Candida, yang paling patogen adalah Candida
albicans, diikuti berurutan oleh Candida stellatoidea, Candida tropicalis,
Candida parapsilosis, Candida krusei, dan Candida guillermondii.
Candida termasuk dalam famili Cryptococcaceae, klas Blastomyces,
Fungi Imperfecta. C.albicans merupakan ragi dimorfik yang merupakan
penyebab utama terjadinya kandidiasis mukokutan dan sistemik sekitar 38%
sampai 94,4% dibandingkan dengan spesies Candida lainnya.
Sel jamur Candida berbentuk bulat atau lonjong dengan ukuran 2-5,5 x
3-28,5 m, bergantung pada umur koloni. Jamur ini memperbanyak diri
dengan bertunas (budding) yang disebut blastospora. Selain membentuk hifa
sejati Candida juga membentuk hifa semu (pseudohifa) yang merupakan
rangkaian blastospora, yang juga dapat tumbuh bercabang-cabang. Spesies
Candida tumbuh dengan baik pada media kultur di lingkungan aerob dengan
pH 2,5-7,5 dan suhu 20-38C dalam waktu 1-3 hari. Pada medium padat
koloni Candida sedikit menimbul dari permukaan, berwarna putih
kekuningan, dengan permukaan halus, licin, atau berlipat-lipat dan berbau

asam. Ukuran koloni bergantung pada umur, pada tepi koloni dapat dilihat
hifa semu sebagai benang-benang halus yang masuk ke dalam medium.
Ada beberapa faktor yang mempengaruhi terjadi atau tidaknya infeksi
Candida yaitu faktor pejamu (sawar mekanik, flora normal, fagositosis,
imunitas selular dan faktor predisposisi), faktor patogen (faktor aderen dan
enzim), dan faktor lingkungan.
Beberapa spesies Candida mampu untuk dimorfisme yaitu perubahan
bentuk blastospora menjadi hifa yang terjadi karena perubahan kondisi
lingkungan seperti pH, temperatur, atau nutrisi. Struktur antigen permukaan
menjadi berbeda dan ini berperan dalam patogenisitas dan virulensi Candida.
Somerville dkk melaporkan bahwa patogenesis infeksi C. albicans bukan
hanya ditentukan oleh bentuk blastospora atau bentuk pseudohifa saja, namun
yang utama adalah kemampuan Candida untuk melakukan perubahan bentuk
morfologi dari blastospora menjadi pseudohifa. Pada awalnya bentuk hifa
dianggap sebagai bentuk patogen dan bentuk blastospora adalah avirulen.
Tetapi ternyata bentuk hifa memiliki peranan penting dalam stadium awal
infeksi Candida. Blastospora lebih berperan dalam proses penyebaran infeksi,
sedangkan bentuk hifa berperan penting dalam proses invasi ke dalam epitel
dan jaringan endotel pejamu.
Langkah awal yang penting dalam proses infeksi Candida adalah
perlekatan Candida pada sel epitel pejamu. Galur yang mampu melekat
paling kuat pada sel pejamu memiliki patogenisitas yang tinggi. Di antara
spesies Candida yang dapat menimbulkan infeksi, C. albicans memiliki
kemampuan melekat paling kuat, disusul oleh C. tropicalis dan C.
parapsilosis. Beberapa gen berperan dalam proses perlekatan itu telah
berhasil diidentifikasi, antara lain golongan adhesion like sequence (ALS)
yang menyandi cell surface adhesion glycoprotein (x-agglutinin) dan Hipal
wall protein 1 ( HWP-1) yang menyandi protein Hwp I. Proses perlekatan
tersebut dipengaruhi adesin pada dinding sel C. albicans yang akan
mengenali protein-protein spesifik di permukaan sel pejamu dengan
menghasilkan komponen permukaan seperti manan, kitin, manoprotein, dan
lektin.
C.albicans mensekresi berbagai enzim hidrolitik seperti proteinase
aspartat, lipase, dan fosfolipase yang berhubungan dengan virulensinya.

Enzim hidrolitik mendukung tingkat invasif dan proliferasi jamur dengan


mendestruksi jaringan pejamu. Proteinase aspartat atau proteinase keratolitik
yang disekresi C. albicans merupakan enzim utama dalam pertumbuhan
jamur pada medium yang mengandung stratum korneum. Proteinase aspartat
ini akan mencerna nutrisi yang didapat C. albicans serta merusak membran
sel pejamu untuk memudahkan adesi dan invasi Candida ke jaringan.
Fosfolipase mendukung virulensi jamur dengan merusak dan melisiskan sel
pejamu.

Gambar 1. Gambaran mikrokopis candida, tampak adanya budding yeasts dengan


hypa dan pseudohypa.

Adanya faktor predisposisi tertentu, baik endogen maupun eksogen


berhubungan dengan peningkatan kolonisasi dan insidens infeksi oleh
Candida ini. Faktor endogen antara lain kehamilan, obesitas, debilitas,
penyakit keganasan, HIV/AIDS dan endokrinopati (DM). Sedangkan faktor
eksogen antara lain iklim panas dan kelembaban, kebersihan kulit yang
kurang/buruk, kebiasaan berendam kaki dalam air yang terlalu lama
menimbulkan maserasi dan memudahkan masuknya jamur, trauma dan oklusi
lokal.
H. Patologi Candidiasis pada Pasien Immunocompromised
Candida albican umumnya menyebabkan infeksi superfisial kronik pada
mukosa host dengan defek sistem imun terutama pada pasien dengan infeksi HIV.
Infeksi candida ini yang sering didapatkan yaitu candidiasis oropharing (oral).
Pada infeksi jenis ini sering ditemukan molekul perlekatan dan invasi jaringan
yang disebut SAP (Secreted Aspartic Proteinase) yang paling tidak ada 9
turunannya. Mekanisme pertahanan pada permukaan mukosa host terhadap
C.albicans diperentarai oleh CMI (Cell-mediated immunity) oleh sel T CD4.

Mekanisme imun ini melibatkan sitokin dari Th1, dimana yang rentan infeksi
candida adalah respon dari Th2. Selain itu sekresi sistem imun terutama IgA juga
memainkan peranan. Fungsi dari IgA ini telah dipublikasikan karena
kemampuannya dalam menghambat perlekatan dari C.albicans pada sell epitel
buccal (Longitudinal Study of Anti-Candida albicans Mucosal Immunity Againts
Aspartic Proteinases in HIV-Infected Patients).
Imunitas protektif terhadap candida melibatkan baik sel-sel alami atau
adaptif dan respon imun humoral. Data saat ini memperlihatkan proteksi terhadap
penyakit sistemik d mediasi secara primer oleh imunitas alami melalui mekanisme
mula-mula (neutrofil) dan imunitas humoral yang biasanya tidak sesuai pada
pasien yang menerima obat-obatan imunosupresif dana atau terapi sitotoksik.
Kesebalikan proteksi terhadap penyakit candidiasismucocutan dipercayakan
terhadap CMI dan sel T yang biasanya terganggu pada pasien dengan defisiensi
imunitas berat. Data saat ini menunjukan bahwa pasien CMC memiliki susunan
produksi sitokin yang berubah sebagai respon terhadap antigen candida yaitu
dengan turunnya/rendahnya produksi IL-2,peningkatan produksi IL-6 yang tinggi
dari IgG dan IgA spesifik candida jumlahnya tetap dengan jumlah produksi
sitokin dari Th1 yang rendah dan Th2 yang tinggi.
I. Gambaran Klinis
Gambaran klinis kandidiasis kutis berdasarkan tempat yang terkena, dibagi
sebagai berikut:
a. Kandidiasis kutis lokalisata :
i. Daerah intertriginosa
ii. Daerah perianal
b. Onikomikosis kandida / paronikia kandida
c. Kandidiasis kutis generalisata
d. Kandidiasis kutis granulomatosa
Kandidiasis kutis intertriginosa
Lesi ditemukan di daerah lipatan kulit, yaitu aksila, lipat leher, infra mama,
lipat inguinal, intergluteal, umbilikus, lipatan kulit di daerah abdomen, dan
interdigital. Kelainan yang tampak berupa bercak yang berbatas tegas,
bersisik, basah, dan eritematosa. Lesi tersebut dikelilingi oleh satelit berupa
vesikel dan pustul kecil atau bula, yang bila pecah meninggalkan daerah

erosif, dengan tepi yang kasar dan berkembang seperti lesi primer. Pada sela
jari kaki sering terjadi pada sela jari 3 dan 4. Kelainan kulit terlihat sebagai
area kulit eritematosa dengan erosi dan maserasi.

Gambar 2. Kandidiasis Intertriginosa

Kandidiasis kutis perianal


Lesi di daerah perianal ini menimbulkan pruritus ani. Infeksi Candida pada
kulit di sekitar anus yang banyak ditemukan pada bayi dikenal sebagai
"kandidiasis popok" atau "diaper rash". Hal ini sering terjadi oleh karena
popok yang basah oleh karena urin tidak segera diganti, sehingga
menyebabkan iritasi dan maserasi kulit di sekitar genitalia dan anus.

Gambar 3. Diaper Rash

Manifestasi klinis kandidiasis popok berupa plak eritematosa, papul, dan


pustul yang mengenai perineum dengan predileksi pada lipatan inguinal.

Skuama putih dan pustul satelit sering terlihat pada tepi lesi.Pustul sangat
superfisial sehingga mudah pecah. Pemakaian antibiotika dan kortikosteroid
topikal dapat mempermudah terjadinya infeksi Candida di daerah ini.
Kandidiasis kutis generalisata
Lesi terdapat pada glabrous skin. Biasanya di daerah intertriginosa ikut
terkena, misalnya lipat payudara, intergluteal, umbilikus, aksila dan lipat
inguinal, sering disertai glositis, stomatitis dan onikomikosis. Kelainan
berupa

lesi

eksematoid,

dengan

vesikel

dan

pustul

milier

generalisata.Penyakit ini sering terdapat pada bayi, disebabkan karena ibunya


menderita kandidiasis vaginalis dengan daya tahan tubuh bayi yang rendah.

Onikomikosis kandida / paronikia kandida


Onikomikosis kandida / paronikia kandida merupakan peradangan jaringan di
sekitar lipat kuku yang bersifat kronis, umumnya dimulai dari jaringan sekitar
lipat kuku proksimal. Jaringan sekitar lipat kuku membengkak, eritematosa,
dan nyeri. Pada paronikia kronik biasanya kuku akan terkena sehingga terjadi
onikomikosis kandida. Secara klinis kuku terlihat menebal, mengeras dan
permukaannya tidak rata, berwarna kecoklatan dan tidak rapuh. Pada kasus
lanjut kuku dapat hancur / destruksi.

Gambar 4. Onikomikosis

Kandidiasis kutis granulomatosa


Lesi berupa papul kemerahan tertutup krusta tebal berwarna kuning
kecoklatan dan melekat erat pada dasarnya. Krusta ini dapat menimbul seperti
tanduk sepanjang 2 cm. Lokasi tersering adalah pada wajah, tetapi juga
ditemukan pada skalp, badan, dan tungkai.
J. Diagnosis
Diagnosis kandidiasis kutis umumnya dapat ditegakkan dengan adanya gejala
klinis yang khas yaitu makula eritematosa, maserasi dikelilingi lesi satelit berupa
papul, vesikel, atau pustul yang kemudian pecah meninggalkan skuama kolaret
dan ditunjang penemuan elemen jamur berupa pseudohifa dan/atau blastospora
dalam jumlah banyak pada pemeriksaan langsung menggunakan larutan kalium
hidroksida (KOH), kultur, slide culture dari kerokan kulit dan kuku.

1. Anamnesis dan gejala klinik yang khas.


Kandidiasis kutis biasanya terja di pada lipatan kulit yang lembab dan
termaserasi. Keluhan yang sering terjadi adalah gatal, kemerahan, dan
daerah yang termaserasi. Kulit nyeri, inflamasi, eritematous, dan ada
satelit vesikel/pustula, bula atau papulopustular

yang pecah

meninggalkan permukaan yang kasar dengan tepi yang erosi.


2. Pemeriksaan penunjang dengan pemeriksaan dengan KOH 10-20%
dan pengecatan gram.
Pada pemeriksaan dengna KOH 10% menunjukan adanya spora dan
pseudohifa, namun pada kandidiasis kutis tidak selalu tampak. Pada
pengecetan gram, yeast akan menjadi dense, gram positif, oviod
bodies, diameter 2-5m. Kombinasi antara Gomori Methanemine
Silver (GMS) dan Congo Red dapat bermanfaat untuk mendiagnosa
banding

infeksi

fungi.

Pada

Blastomyces

dan

Pityrosporum

memberikan hasil positif pada hasil pengecetan, sedangkan pada


Candida dan Hitoplasma negatif.

Gambar 5. Species Candida pada pemeriksaan KOH 10%

3. Kultur
Pada kultur C. albicans harus dibedakan dengan jenis kandida yanng
lain, yang biasanya jarang menjadi patogen. Seperti C. krusei, C.
stellatoidea, C. tropicalis, C. pseudotropicans, dan C. guilliermondii.
Kultur pada Sabouraud glucose agar yang dibubuhi antibiotik
(kloramfenikol) menunjukan hasil biakan yang seperti krim, keabuabuan, dan koloni basah dalam waktu 4 hari.

Gambar 6. Hasil kultur Species Candida

4. Histo PA bila diagnosis meragukan.


Dengan pengecetan PAS (Periodic Acid-Schiff) atau GMS. Pilihan
untuk kandida leukoplakia dan bila diperlukan pada kandidiasis kutis.
5. Glukosa darah dan reduksi urine untuk melihat diabetes mellitus.
K. Diagnosis Banding
Keterangan
Definisi

Tinea kruris
Penyakit pada jaringan

Penyakit
Dermatitis
Peradangan

kulit

Eritrasma
Penyakit bakteri kronik

yang mengandung zat


tanduk pada lipatan
paha, daerah perineum,
dan sekitar anus, yang
bersifat akut atau
menahun.(10)

Etiologi

Tinea kruris biasanya


disebabkan
oleh
T.rubrum,
T.mentagrophytes,
atau E.flocossum.(6)

Lesi berbatas tegas,


peradangan pada tepi
lebih nyata daripada
daerah
tengahnya.
Efloresensi terdiri atas
macam-macam bentuk
yang
primer
dan
sekunder (polimorf).
(10)

Lesi

Pemeriksaa

n penunjang

Pemeriksaan KOH
10%, akan tampak
elemen jamur.(4)
Kultur
sediaan
pada Sabouround
Dextrose
Agar
(SDA)
atau
Dermatophyt Test
Medium (DTM). (4)

(epidermis dan dermis)


sebagai respon terhadap
pengaruh endogen dan
atau
eksogen,
menimbulkan
kelainan
klinis berupa efloresensi
polimorfik
(eritema,
edema, papul, vesikel,
skuama, likenifikasi) dan
keluhan gatal.(11)
Penyebab eksogen (bahan
kimia,
fisik,
mikroorganisme)dan
penyebab
endogen
( atopik), sebagiannya
tidak
diketahui
etiologinya yang pasti.(11)
Pada
stadium
akut
kelainan kulit berupa
eritema, edem, vesikel
atau bula, erosi dan
eksudasi,
sehingga
tampak
basah
(madidans).
Stadium
subakut, eritema dan
edema
berkurang,
eksudat
mengering
menjadi krusta. Pada
stadium
kronis
lesi
tampak kering, skuama,
hiperpigmentasi,
papul
dan likenifikasi, mungkin
juga terdapat erosi atau
eksoriasi karena garukan.

pada stratum korneum


yang
disebabkan
corynebacterium
minitussismum, ditandai
dengan
adanya
lesi
berupa
eritema
dan
skuama halus terutama di
daerah ketiak dan lipatan
paha. (12)
Disebabkan oleh bakteri
Corynebacterium
minissusmum. (12)

Lesi
kulit
dapat
berukuran sebesar miliar
sampai
plakat.
Lesi
eritroskuamosa,
berskuama halus kadangkadang dapat terlihat
merah kecoklat-coklatan.
Variasi
ini
rupanya
tergantung pada daerah
area lesi dan warna kulit
penderita
Tempat predileksi di
daerah ketiak dan lipat
paha, kadang berlokasi di
daerah intertriginosa lain
terutama pada penderita
gemuk.
(11)
Perluasan lesi terlihat
pada
pinggir
yang
eritematosa
dan
serpiginosa. Lesi tidak
menimbul dan tidak
terlihat
vesikulasi.
Skuama kering yang
halus menutupi lesi dan
pada perabaan terasa
lemak. (12)
Dermatitis atopik Pemeriksaan Wood
Lamp, tampak merah
Prick Test. (13)
Dermatitis kontak
membara (coral red).
(16)
Patch Test. (14)
Dermatitis seboroik Pemeriksaan

pengecetan gram atau


Pemeriksaan
giemsa gram
KOH 10 %, akan
positif. (16)
tampak spora atau
blastokonidia

tanpa hifa
Pemeriksaan
Wood Lamp ,
negatif
(warna
violet). (15)

Gambar

L. Penatalaksanaan
Pengobatan kandidiasis kutis terdiri dari pencegahan, pengobatan lokal dan
pengobatan sistemik. Pencegahan dilakukan dengan menekan perkembangan
jamur, dimana infeksi jamur umumnya diperberat oleh cuaca panas, basah
dan lembab. Jika faktor-faktor ini dapat dicegah maka perkembangan jamur
dapat berkurang. Selain itu kepada pasien juga dianjurkan untuk memakai
pakaian nyaman dan tidak terlalu tebal atau ketat dan sering mengganti
pakaian jika sudah basah.
Pengobatan lokal infeksi jamur pada lesi yang meradang disertai vesikel
dan eksudat terlebih dahulu dengan kompres basah secara terbuka, topikal
anti jamur dapat yang diberikan yaitu nistatin, derivat imidazol,toksiklat,
haloprogin

dan tolnaftat.20,30-36

Sedangkan

terapi

sistemik

untuk

kandidiasis pada pasien DM tipe 2 menjadi tantangan tersendiri disebabkan


kemungkinan adanya interaksi antara obat anti hiperglikemi dengan anti

jamur oral. Drozdowska dan Drzewoski (2008) mempelajari jalur


metabolisme baik antijamur oral dan antidiabetik oral, baik azol dan
kebanyakan antidiabetik oral dimetabolisme di sitokrom P-450 tetapi dengan
berbagai enzim yang terlibat (antidiabetik-CYP2C9, itrakonazol-CYP3A4,
ketokonazol-CYP3A4

dan

flukonazol-CYP2C9)

sedangkan

terbinafin

umumnya aman dan ditoleransi dengan baik.

Umum
- Mengurangi dan mengobati faktor-faktor predisposisi.
- Mengobati infeksi sekunder dengan kompre sol. Sodium chlorida
0,9% selama 3 hari dan antibiotika yang tidak berspektrum luas
(erytrhomycine, cotrimoxazole, lincomycine dan clindamycine)
selama 5-7 hari.

Topical
- Nystatin: oral suspensi, suppositoria
- Solutio gentian violet 1%
Mikonazole cream
Sistemik
Indikasi:

Bila lesi luas


Penderita imunokompromais berat.
Paronikia yang gagal dengan obat topikal/ berat/ kronis.

Tablet oral:
-

Tablet Ketokonazole (200 mg) 1 tablet selama 1-2 minggu.


Kapsul Itraconazole (100 mg) 2 kapsul selama 7 hari.

M. Prognosis
Umumnya baik, bergantung pada berat ringannya faktor predisposisi.

BAB II
LAPORAN KASUS
2.1

Identitas Pasien
Nama
: Ny.L
Umur
: 48 Tahun
Jenis Kelamin : Perempuan
Pekerjaan
: Guru
Alamat
: Bukittingi
Status
: Sudah Menikah
Suku
: Minang
Berat Badan : 70 Kg
Tinggi Badan : 150 Cm
2.2 Anamnesa
Seorang pasien perempuan , berusia 48 tahun datang ke poliklinik
Kulit dan Kelamin RSUD Dr. Achmad Mochtar Bukittinggi pada tanggal 5
Agustus 2016 pukul 11.00 WIB dengan :
Keluhan Utama
Timbul bercak dan bintik kemerahan, gatal dibawah lipatan
payudara sejak 2 minggu yang lalu.
Riwayat Penyakit Sekarang

Timbul bercak dan bintik kemerahan, gatal dibawah lipatan payudara

sejak 2 minggu yang lalu.


Awalnya bintik merah di pertengahan dada, melebar dan meluas ke

bawah payudara kiri dan kanan.


Gatal dirasakan ada waktu siang berkeringat dan malam mau tidur.
Pasien memliki berat badan berlebih dan mempunyai riwayat sakit
DM sejam 5 tahun yang lalu.

Riwayat Penyakit Dahulu

Pasien tidak ada riwayat alergi bra


Pasien tidak ada riwayat mengoleskan obat atau zat-zat lain ke dada

Riwayat Penyakit Keluarga

2.3

Tidak ada riwayat atopi

Pemeriksaan Fisik
Status Generalisata
Keadaan umum

: Tampak sakit ringan

Kesadaran

: Composmentis cooperatif

Status Gizi

: Baik

Pemeriksaan Thorax : Diharapkan dalam batas normal


Pemeriksaan Abdomen: Diharapkan dalam batas normal
Status Dermatoligikus
Lokasi

: di bawah lipatan payudara

Distribusi

: di bawah lipatan payudara

Bentuk/susunan

: simetrik

Batas

: tegas

Ukuran

: miliar-lentikular

Efloresensi

: makula eritem, basah, lesi satelit

Status Venerologikus
Kelainan Selaput

: Tidak terdapat kelainan

Kelainan Kuku

: Tidak terdapat kelainan

Kelaina Rambut

: Tidak terdapat kelainan

Kelainan Kelenjar Limfe

: Tidak terdapat kelainan

2.4 Pemeriksaan Anjuran


2.5 Diagnosis
Candidiasis Cutis
2.6 Diagnosis Banding
2.7 Penatalaksanaan
Umum :
-

Pemakaian antibiotik sacara berhati-hati


Hindari obesitas (kegemukan)
Atasi penyakit sistemik pasien (Diabetes Melitus)

Khusus :
Topika :
- Mikonazol bedak 2%
Sistemik :
- Flukonazol 150 mg perhari selama 7 hari
- CTM 2x4 Mg No. XV
2.8 Prognosa
Quo ad vitam
: Bonam
Quo ad sanationam : Bonam
Quo ad kosmetikum : Dubia ad bonam
Quo ad functionam : Bonam

RSUD ACHMAD MOCHTAR BUKITTINGGI


Poliklinik Kulit dan Kelamin
dr. AWWW
Sip No. 123/sip/2016
Bukittinggi, 05 Augustus 2016
R/ Miconazol Talk 2% No.1
Sue

R/ Flukonazol Tab 150 Mg No.XX


S 2 dd tab 1

R/ CTM Tab 4 Mg No. XV


S 2 dd tab 1

Pro

: Ny. L

Umur

: 48 tahun

Alamat : Bukittinggi

Anda mungkin juga menyukai

  • Appendicitis
    Appendicitis
    Dokumen36 halaman
    Appendicitis
    Wanda Florencia
    Belum ada peringkat
  • Porto KDS
    Porto KDS
    Dokumen13 halaman
    Porto KDS
    Wanda Florencia
    Belum ada peringkat
  • HEMATOLOGI
    HEMATOLOGI
    Dokumen7 halaman
    HEMATOLOGI
    Wanda Florencia
    Belum ada peringkat
  • Case BP+Asma
    Case BP+Asma
    Dokumen16 halaman
    Case BP+Asma
    Wanda Florencia
    Belum ada peringkat
  • Assd
    Assd
    Dokumen31 halaman
    Assd
    Wanda Florencia
    Belum ada peringkat
  • Porto DHF
    Porto DHF
    Dokumen30 halaman
    Porto DHF
    Wanda Florencia
    Belum ada peringkat
  • Portofolio Appendicitis Akut
    Portofolio Appendicitis Akut
    Dokumen9 halaman
    Portofolio Appendicitis Akut
    Wanda Florencia
    Belum ada peringkat
  • Whaever
    Whaever
    Dokumen3 halaman
    Whaever
    Wanda Florencia
    Belum ada peringkat
  • Penanganan Fraktur
    Penanganan Fraktur
    Dokumen41 halaman
    Penanganan Fraktur
    Wanda Florencia
    Belum ada peringkat
  • Journal Reading
    Journal Reading
    Dokumen23 halaman
    Journal Reading
    Wanda Florencia
    Belum ada peringkat
  • Asma
    Asma
    Dokumen26 halaman
    Asma
    Halimah Addjh
    Belum ada peringkat
  • Kandidiasis Kutis
    Kandidiasis Kutis
    Dokumen70 halaman
    Kandidiasis Kutis
    Wanda Florencia
    Belum ada peringkat
  • Presentation 1
    Presentation 1
    Dokumen25 halaman
    Presentation 1
    Wanda Florencia
    Belum ada peringkat
  • 3 Daftar Isi Pemfisorto
    3 Daftar Isi Pemfisorto
    Dokumen2 halaman
    3 Daftar Isi Pemfisorto
    Wanda Florencia
    Belum ada peringkat
  • Epilepsi Pada Anak
    Epilepsi Pada Anak
    Dokumen40 halaman
    Epilepsi Pada Anak
    Wanda Florencia
    Belum ada peringkat
  • Pemeriksaan Orthoped Undone
    Pemeriksaan Orthoped Undone
    Dokumen46 halaman
    Pemeriksaan Orthoped Undone
    Wanda Florencia
    Belum ada peringkat
  • Laporan Jaga 21 Mei 2016
    Laporan Jaga 21 Mei 2016
    Dokumen10 halaman
    Laporan Jaga 21 Mei 2016
    Wanda Florencia
    Belum ada peringkat
  • Follow Up
    Follow Up
    Dokumen3 halaman
    Follow Up
    Wanda Florencia
    Belum ada peringkat
  • Jadwal Jaga 1
    Jadwal Jaga 1
    Dokumen4 halaman
    Jadwal Jaga 1
    Wanda Florencia
    Belum ada peringkat
  • Pemeriksaan Visus
    Pemeriksaan Visus
    Dokumen19 halaman
    Pemeriksaan Visus
    Wanda Florencia
    Belum ada peringkat
  • Ca Laring
    Ca Laring
    Dokumen20 halaman
    Ca Laring
    Wanda Florencia
    Belum ada peringkat
  • Jadwal Jaga
    Jadwal Jaga
    Dokumen1 halaman
    Jadwal Jaga
    Wanda Florencia
    Belum ada peringkat
  • Laporan Jaga 21 Mei 2016
    Laporan Jaga 21 Mei 2016
    Dokumen10 halaman
    Laporan Jaga 21 Mei 2016
    Wanda Florencia
    Belum ada peringkat
  • Appendisitis
    Appendisitis
    Dokumen28 halaman
    Appendisitis
    Wanda Florencia
    Belum ada peringkat
  • Chapter I
    Chapter I
    Dokumen5 halaman
    Chapter I
    Wanda Florencia
    Belum ada peringkat
  • Ca Mamae
    Ca Mamae
    Dokumen22 halaman
    Ca Mamae
    Wanda Florencia
    Belum ada peringkat
  • Chapter II Vertigo Perifer Case
    Chapter II Vertigo Perifer Case
    Dokumen16 halaman
    Chapter II Vertigo Perifer Case
    Wanda Florencia
    Belum ada peringkat
  • 1 Cover
    1 Cover
    Dokumen1 halaman
    1 Cover
    Wanda Florencia
    Belum ada peringkat
  • Wayan Sukawana, DKK
    Wayan Sukawana, DKK
    Dokumen10 halaman
    Wayan Sukawana, DKK
    Wanda Florencia
    Belum ada peringkat