Etiologi
Terbentuknya batu saluran kemih diduga ada hubungannya dengan
gangguan aliran urin, gangguan metabolik, ISK, dehidrasi, dan keadaankeadaan lain yang masih belum terungkap (idiopatik) (Purnomo, 2003).
Secara epidemiologis terdapat beberapa factor yang memermudah
terjadiya batu saluran kemih pada seseorang. Faktor-faktor itu adalah
factor intrinsic yaitu keadaan yang berasal dari tubuh seseorang an faktor
ekstrinsik yaitu pengaruh yang berasal dari lingkunagn di sekitarnya.
Faktor intrinsic itu antara lain 1) herediter, 2) umur, 3) jenis kelamin.
Faktor ekstrinsik diantaranyan adalah 1) geografi: pada beberapa daerah
menunjukkan angka kejadian batu saluran kemih yang lebih tinggi
daripada daerah lain sehingga dikenal sebagai daerahstone belt (sabuk
batu), sedangkan daerah Bantu di Afrika Selatan hamper tidak dijumpai
penyakit batu saluran kemih, 2) iklim dan temperature, 3)asupan air:
supan air dan tingginya kadar mineral kalsium pada air yang dikonsumsi,
dapat meningkatkan insiden batu saluran kemih, 4) diet: diet banyak
purin, oksalat, dan kalsium mempermudah terjadinya penyakit batu
saluran kemih, 5) pekerjaan: penyakit ini sering dijumpai pada orang yang
pekerjaannya banyak duduk atau kurang aktifitas (sedentary life)
(Purnomo, 2003).
Komposisi Batu
Batu saluran kemih pada umumnya mengandung unsure kalsium oksalat
atau kalsium fosfat, asam urat, magnesium-amonium-fosfat (map), xantin,
dan sistein, silikat dan senyawa lainnya. Data mengenai kandungan/
komposisi zat penyusun batu penting untuk mencegah kekambuhan. Batu
jenis kalsium paling banyak dijumpai kurang lebih 70-80% dari seluruh
batu saluran kemih. Faktor terjadinya batu kalsium 1) hiperkalsiuria, 2)
hiperoksaluria, 3) hiperurikosuria, 4) hipositraturia, 5) hipomagnesuria.
Batu struvit disebut juga batu infeksi karena terbentuknya batu ini
disebabkan oleh adanya infeksi saluran kemih. Kuman penyebabnya
adalah
golongan
pemecah
urea
atau urea splinteryang
dapat
menghasilkan ensim urease dan mengubah urin menjadi bersuasana basa
dengan menghidrolisis urea menjadi amoniak. Batu asam urat merupakan
5-10% dari seluruh batu saluran kemih. Penyakit batu asam urat banyak
diderita oleh pasien gout, penyakit mieloproliferatif, pasien yang
mendapat terapi kanker, dan pasien yang menggunakan obat urikosurik
seperti sulfinpirazone, thiazide, dan salisilat. Kegemukan, peminum
alcohol, dan diet tinggi protein mempunyai peluang yang lebi besar untuk
menderita penyakit ini. Batu jenis lainnya adalah batu sistein, xanthin,
triamteren, dab batu silikat yang jarang dijumpai (Purnomo, 2003).
IVP
Pemeriksaan ini bertujuan menilai keadaan anatomi dan fungsi ginjal.
Selain IVP dapat mendetekasi adanya batu yang bersifat radiolusen atau
semi radioopak yang tidak dapat diamati pada foto polos abdomen. Jika
IVP belum dapat menjelaskan keadaan sitem saluran kemih akibat adanya
penurunan fungsi ginjal, sebagai penggantinya adalah pemeriksaan
pielografi retrograde (Purnomo (2003).
USG
USG dikerjakan bila pasien tidak mungkin menjalani pemeriksaan IVP,
yaitu seperti keadaan-keadaan allergi, terhadap bahan kontras, faal ginjal
yang menurun, dan pada wanita yang sedang hamil. Pemeriksaan
USGdapat menilai adanya batu ginjal atau buli-buli (yang ditunjukkan
sevagai echoic shadow), hidronefrosis, pionefrosis, atau pengkerutan
ginjal (Purnomo (2003).
Penatalaksanaan
Batu yang sudah menimbulkan masalah pada saluran kemih secepatnya
harus dikeluarkan agar tidak menimbulkan penyulit yang lebih berat.
Indikasi untuk melakukan tindakan/ terapi pada batu saluran kemih adalah
jika batu telah menimbulkan obstruksi, infeksi, atau harus diambil karena
sesuatu indikasi sosial (Purnomo, 2003).
Medikamentosa
Terapi medikamentosa ditujukan untuk batu yang ukurannya kurang
dari 5 mm, karena batu dapat diharapkan keluar spontan. Terapi yang
bertujuan untuk mengurangi nyeri, memperlkancar aliran urin dengan
pemberian diuretikum, dan minum banyak supaya dapat mendorong batu
keluar dari saluran kemih (Purnomo, 2003).
ESWL (Extracorporeal Shockwave Lithotripsy)
Alat ESWL adalah pemecah batu yang diperkenalkan pertama kali oleh
Caussy pada tahun 1980. Alat ini dapat memecah batu ginjal, batu ureter
proksimal, atau batu buli-buli tanpa melalui tindakan invasive dan tanpa
pembiusan. Batu dipecah menjadi fragmen-fragmen kecil sehinga mudah
dikeluarkan melalui saluran kemih. Tidak jarang pecahan ini meniimbulkan
kolik dan hematuria (Purnomo, 2003).
Endourologi
Tindakan endourologi adalah tindakan invasive minimal untuk
mengeluarkan batu saluran keih yang terdiri atas memecah batu, dan
kemudian mengeluarkannya dari saluran kemih melalui alat yang
dimasukkan langsung kedalam saluran kemih. Alat itu dimasukkan melalui
uretra atau melalui insisi kecil pada kulit (perkutan). Proses pemecahan
batu dapat dilakukan secara mekanik, dengan memakai energy hidraulik,
energy gelombang suara, atau dengan enersi laser. Beberapa tindakan
endourologi itu adalah 1) PNL (Percutaneus Nephro Litholapaxy),
2) Litotripsi, 3) Ureteroskopi atau uretero-renoskopi, 4) Ekstraksi Dormia
(Purnomo, 2003).
Bedah Laparoskopi
Pembedahan laparoskopi untuk mengambil batu saluran kemih saat ini
sedang berkembang. Cara ini banyak dipakai untuk mengambil batu
ureter.
Bedah Terbuka
Di klinik yang belum mempunyai fasilitas endourologi, laparoskopi,
maupun ESWL, pengambilan batu masih dilakukan melalui pembedahan
terbuka. pembedahan terbuka itu antara lain adalah pielolitotomi atau
nefrolitotomi untuk mengambil batu pada saluran ginjal, dan
ureterolitotomi untuk batu di ureter. Tidak jarang pasien menjalani
tindakan nefrektomi atau pengambilan ginjal karena ginjalnya sudah tidak
berfungsi dan berisi nanah (pionefrosis), korteksnya sudah sangat tipis,
atau mengalami pengkerutan akibat batu saluran kemih yang
menimbulkan obstruksi dan infeksi yang menahun (Purnomo, 2003).
Pencegahan
Angka kekambuhan batu saluran kemih rata-rata 7% per tahun atau
kurang dari 50% dalam 10 tahun. Pencegahan yang dilakukan adalah
berdasarkan kandungan unsure yang menyususn batu saluran kemih yang
diperoleh dari snalisis batu. Pada umumnya pencegahan itu berupa 1)
menghindari dehidrasi dengan minum cukup dan diusahakan produksi
urin sebanyak 2-3 liter per hari, 2) diet untuk merngurangi kadar zat-zat
DAFTAR PUSTAKA
Purnomo, B., B., 2003. Dasar-Dasar Urologi Edisi Kedua. CV. Infomedika
.Jakarta.
Sjamsuhidayat, R., dan Jong W., 2003. Buku Ajar Ilmu Bedah Edisi 2.
Penerbit Buku Kedokteran EGC. Jakarta.