PENDAHULUAN
Keratitis yang disebabkan oleh bakteri atau mikroba adalah jenis keratitis yang paling
parah komplikasinya 10-15% kasus mengakibatkan hilangnya penglihatan permanen. Di
Amerika Serikat kira-kira 25.000 penduduk Amerika setiap tahun menderita penyakitini.
Secara global, insidensi keratitis bakteri bervariasi secara luas, dimana negara dengan
industrialisasi yang rendah menunjukkan angka pemakai soft lens yang rendah sehingga bila
dihubungkan dengan pemakai soft lens dan terjadinya infeksi menunjukkan hasil penderita
yang rendah juga.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 DEFINISI
Keratitis adalah radang pada kornea atau infiltrasi sel radang pada kornea. Infeksi
pada kornea ini bisa mengenai lapisan superficial yaitu pada lapisan epitel atau membrane
bowman dan keratitis profunda jika sudah mengenai lapisan stroma. Gejala yang akan timbul
biasanya tajam penglihatan akan turun, mata merah, dan terdapat injeksi siliar.
2.2 ETIOLOGI
1. Virus
2. Bakteri
3. Jamur
4. paparan sinar ultraviolet seperti sinar matahari atau sunlamps. Hubungan ke sumber cahaya
yang kuat lainnya seperti pengelasan busur
6. Mata kering yang disebabkan oleh kelopak mata robek atau tidak
cukupnyapembentukan air mata
8. Reaksi terhadap obat tetes mata, kosmetik, polusi, atau partikel udara seperti debu,serbuk
sari, jamur, atau ragi
2.3 Klasifikasi
Keratitis dapat diklasifikasikan berdasarkan beberapa hal. Berdasarkan lapisan yang terkena,
keratitis dibagi menjadi:
2.Keratitis Marginal
3.Keratitis Interstisial.
1.Keratitis Bakteri
2.Keratitis Jamur
3.Keratitis Virus
4.Keratitis Herpetika.
5.Keratitis Alergia.
a. Keratokonjungtivitis
b.Keratokonjungtivitis epidemi
d.Keratitis fasikularise.
e.Keratokonjungtivitis vernal
1.Keratitis Flikten
2.Keratitis Sika
3.Keratitis Neuroparalitik
4.Keratitis Numurali
Keratitis dengan pembentukan pita pembuluh darah yang menjalar dari limbus ke arah
kornea. Biasanya berupa tukak kornea akibat flikten yang menjalar ke daerah sentral disertai
fasikulus pembuluh darah.
2.5 Keratitis Flikten/Skrofulosa/Eksemtosa
Flikten adalah benjolan berwarna putih berdiameter 1-3 mm pada limbus, dapat
berjumlah 1 atau lebih. Pada flikten terjadi penimbunan sel limfosit, dan ditemukan sel
eosinofil serta mempunyai kecenderungan untuk meyerang kornea. Pada kaus rekuren
penyakit ini timbul pada anak-anak yang mengalami kurang gizi dan menderita TBC
sistemik.
Flikten merupakan benjolan berwarna abu-abu pada lapisan superfisial kornea. Epitel
diatasnya mudah pecah dan membentuk ulkus. Ulkus ini dapat sembuh atau tanpa
meninggalkan sikatrik. Adapula ulkus yang menjalar dari pinggir ketengah, dengan pinggir
meninggalkan sikatrik sedangkan bagian tengah nya masih aktif, yang disebut wander
phlyctaen. Keadaan ini merupakan proses yang mudah sembuh, tetapi kemudian kambuh lagi
di tempat lain bila penyebabnya masih ada dan dapat menyebabkan kelainan kornea
berbentuk bercak-bercak sikatrik, menyerupai pulau-pulau yang disertaigeographic pattern.
2.5.1 Etiologi
2.5.3 Terapi
Pengobatan dengan tetes mata steroid akan memberika hasil yang memuaskan . Steroid
oral tidak dianjurkan apalagi bila terdapat penyakit TBC yang mendasari. Kortikosteroid
topikal seperti dexametason atau Prednisolon dalam sedian obat tetes atau salep mata.
Tukak kornea berikan antibiotik topikal dan oral
2.6 Komplikasi
Komplikasi yang paling ditakuti dari keratitis adalah penipisan kornea dan akhirnya
perforasi kornea yang dapat mengakibatkan endophtalmitis sampai hilangnya penglihatan
(kebutaan). Beberapa komplikasi yang lain diantaranya:
Gangguan refraksi
Ulkus kornea
Perforasi kornea
Glaukoma sekunder
2.7 Prognosis
Keratitis dapat sembuh dengan baik jika ditangani dengan tepat dan jika tidak diobati
dengan baik dapat menimbulkan ulkus yang akan menjadi sikatriks dan dapat mengakibatkan
hilang penglihatan selamanya. Prognosis visual tergantung pada beberapa faktor, tergantung
dari:
Virulensi organisme
BAB III
KESIMPULAN
Keratitis merupakan suatu infeksi pada kornea yang ditandai dengan adanya infiltrat
yang disebabkan oleh beberapa faktor. Berdasarkan tempatnya keratitis secara garis besar
dapat dibagi menjadi keratitis pungtata superfisialis, keratitis marginal dan keratitis
interstitial. Berdasarkan penyebabnya keratitis digolongkan menjadi keratitis bakterialis,
keratitis fungal, keratitis viral dan keratitis akibat alergi. Kemudian berdasarkan bentuk
klinisnya dapat dibagi menjadi keratitis sika, keratitis flikten, keratitis nurmularis dan
keratitis neuroparalitik. Gejala umum keratitis adalah visus turun mendadak, mata merah,rasa
silau, dan merasa ada benda asing di matanya. Gejala khususnya tergantung dari jenis-jenis
keratitis yang diderita oleh pasien. Gambaran klinik masing-masing keratitis pun berbeda-
beda tergantung dari jenis penyebab dan tingkat kedalaman yang terjadi di kornea, jika
keratitis tidak ditangani dengan benar maka penyakit ini akan berkembang menjadi suatu
ulkus yang dapat merusak kornea secara permanen sehingga akan menyebabkan gangguan
penglihatan bahkan dapat sampai menyebabkankebutaan.
DAFTAR PUSTAKA
2.Roderick B. Kornea. In: Vaughan & Asbury. Oftalmologi Umum Edisi 17. Jakarta :EGC.
2009. p. 125-49.
3.Ilyas S. Ilmu Penyakit Mata edisi2 Jakarta: Balai Penerbit FKUI. 2002. p.113 116
4.Mansjoer, Arif M. 2001. Kapita Selekta edisi-3 jilid-1. Jakarta: Media AesculapiusFKUI.
Hal: 56