BAB I
PENDAHULUAN
Pada saat ini penyakit jantung merupakan penyebab kematian nomor satu
di
dunia. Pada tahun 2005 sedikitnya 17,5 juta atau setara dengan 30,0 %
kematian
penyebab utama dan pertama dari seluruh kematian, yakni sebesar 26,4%, angka
ini empat kali lebih tinggi dari angka kematian yang disebabkan oleh kanker
(6%). Dengan kata lain, lebih kurang satu diantara empat orang yang meninggal di
Indonesia adalah akibat PJK. Berbagai faktor risiko mempunyai peran penting
timbulnya PJK mulai dari aspek metabolik, hemostasis, imunologi, infeksi, dan
banyak faktor lainyang saling terkait.
Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) melaporkan satu dari tiga orang di
seluruh dunia pada tahun 2001, meninggal karena penyakit kardiovaskular.
Sementara, sepertiga dari seluruh populasi dunia saat ini berisiko tinggi untuk
mengalami major cardiovascular events. Pada tahun yang sama, WHO mencatat
sekitar 17 juta orang meninggal karena penyakit ini dan melaporkan bahwa sekitar
32 juta orang mengalami serangan jantung dan stroke setiap tahunnya.
Diperkirakan pada tahun 2001 di seluruh dunia terjadi satu serangan jantung
setiap 4 detik dan satu stroke setiap 5 detik. Dilaporkan juga, pada tahun 2001
tercatat penyakit kardiovaskular lebih banyak menyerang wanita dibanding pria,
yang sebelumnya penyakit kardiovaskular lebih banyak menyerang para pria.
Selain PJK, Hipertensi juga merupakan salah satu faktor risiko utama
gangguan jantung. Hipertensi dikenal secara luas sebagai penyakit kardiovaskular.
Diperkirakan telahmenyebabkan 4.5% dari beban penyakit secara global, dan
prevalensinya hampirsama besar di negara berkembang maupun di negara maju.
Selain mengakibatkan gagaljantung, hipertensi dapat berakibat terjadinya gagal
ginjal maupun penyakit serebrovaskular.Penyakit ini bertanggung jawab terhadap
tingginya biaya pengobatan dikarenakan alasan tingginya angka kunjungan ke
dokter, perawatan di rumah sakit dan / atau penggunaan obat jangka panjang. Pada
kebanyakan kasus, hipertensi terdeteksi saat pemeriksaan fisik karena alasan
penyakit tertentu, sehingga sering disebut sebagai silent killer. Tanpa
disadaripenderita mengalami komplikasi pada organ-organ vital seperti jantung,
otak ataupun ginjal.Gejala-gejala akibat hipertensi, seperti pusing, gangguan
penglihatan, dan sakit kepala, seringkali terjadi pada saat hipertensi sudah lanjut
disaat tekanan darah sudah mencapai angka tertentu yang bermakna.
ke dalam gagal jantung kronis. Akibatnya angka perawatan di rumah sakit karena
gagal jantung dekompensasi juga ikut meningkat.
Prevalensi gagal jantung di Amerika dan Eropa sekitar 1 2%.
Diperkirakan bahwa 5,3 juta warga Amerika saat ini memiliki gagal jantung
kronik dan setidaknya ada 550.000 kasus gagal jantung baru didiagnosis setiap
tahunnya. Pasien dengan gagal jantung akut kira- kira mencapai 20% dari seluruh
kasus gagal jantung. Prevalensi gagal jantung meningkat seiring dengan usia, dan
mempengaruhi 6-10% individu lebih dari 65 tahun. Di Indonesia belum ada data
epidemiologi untuk gagal jantung, namun pada Survei Kesehatan Nasional 2003
dikatakan bahwa penyakit sistem sirkulasi merupakan penyebab kematian utama
di Indonesia (26,4%) dan pada Profil Kesehatan Indonesia 2003 disebutkan bahwa
penyakit jantung berada di urutan ke-delapan (2,8%) pada 10 penyakit penyebab
kematian terbanyak di rumah sakit di Indonesia.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Penyakit Jantung Koroner
Manifestasi klinis penyakit jantung koroner (PJK) bervariasi tergantung
pada derajat aliran dalam arteri koroner. Bila aliran koroner masih mencukupi
kebutuhan jaringan tak akan timbul keluhan atau manifestasi klinis. Dalam
keadaan normal, dimana arteri koroner tidak mengalami penyempitan atau
spasme, peningkatan kebutuhan otot infark miokard dipenuhi oleh
peningkatan aliran darah, sebab aliran darah koroner dapat ditingkatkan
sampai dengan 5 kali dibandingkan saat istirahat, yaitu dengan cara
meningkatkan frekuensi denyut jantungdan isi sekuncup seperti pada saat
melakukan aktifitas fisik, bekerja atau olahraga. Mekanisme pengaturan aliran
koroner mengusahakan agar pasok maupun kebutuhan jaringan tetap seimbang
agar oksigenasi jaringan terpenuhi, sehingga setiap jaringan mampu
melakukan fungsi secara optimal.
Metabolisme miokard 100% memerlukan oksigem, dan hal tersebut
berlangsung pada saat istirahat, sehingga ekstraksi oksigen dari aliran darah
koroner akan habis dalam keadaan tersebut. Peningkatan kebutuhan oksigen
hanya
dimungkinkan
dengan
menambah
aliran
dan
bukan
dengan
mampu
melakukan
adaptasi,
berkontriksi
melampaui 80% saat istirahat) atau penyempitan kurang dari 80% tetapi
terjadi kritis karena peningkatan kebutuhan akibet aktifitas fisik maupun
psikis.
Bila proses kritis tersebut berlangsung lama maka hipoksia jaringan akan
berlanjut terus, tidak hanya menimbulkan gangguan yang reversibel tapi
malahan lebih jauh lagi. Otot jantung akan mengalami kerusakan, jaringan
mati, atau nekrosis, atau lebih populer disebut infark miokard.
Sistem kolateral
Tidak dapat dipungkiri sistem pertahanan tubuh selalu berusaha agar
keseimbangan selalu tercapai, salah satu dengan pembentukan sistem
kolateral. Suatu stenosis atau infark kadang kala tidak menimbulkan gejala,
meskipun stenosis yang terjadi sangat kritis. Ternyata stenosis kritis
merangsang pembentukan kolateral, dan hal ini akan membantu memberikan
pasok ke daerah yang tadinya mengalami kekurangan aliran darah akibat
proses stenosis atau infark. Latihan fisik yang teratur diketahui pula mamp
merangsang pembentukan sistem kolateral, salah satu kemungkinan
melakukan aktifitas fisik terjadi peningkatan kebtuhan miokard. Dalam
keadaan pasok tidak mencukupi namun tidak sampai menimbulkna proses
yang kritis, sudah cukup untuk merangsang terbukanya sistem kolateral yang
ada.
Aterosklerosis koroner
Pembuluh arteri seperti juga organ organ lain dalam tubh mengikuti
ketentuan dimana terjadi proses yang karateristik seperti penebalan lapisan
intima, berkurangnya elastisitas, penumpukan kalsium dan bertambahnya
diameter lapisan intima. Perubahan ini terjadi terutama pada arteri arteri
besar.
Aterosklerosis merupakan suatu penyakit sistemik dan karena itu jarang
timbul hanya pada satu pembuluh darah. Plak sering timbul pada tempat
tempat dimana terjadi turbulensi maksimum seperti pada percabangan, daerah
dengan tekanan tinggi, daerah yang pernah mengalami trauma dimana telah
terjadi deskuamasi endotel yang menyebabkan adesi trombosit. Pada keadaan
menyebabkan
gangguan
lipoprotein
10
aterosklerosis menjadi lebih besar kalau ada kombinasi 2 atau lebih faktor
resiko.
B. Hipertensi
Etiologi
Hipertensi merupakan suatu penyakit dengan kondisi medis yang beragam.
Pada kebanyakan pasien etiologi patofisiologi-nya tidak diketahui (essensial atau
hipertensi primer). Hipertensi primer ini tidak dapat disembuhkan tetapi dapat di
kontrol. Kelompok lain dari populasi dengan persentase rendah mempunyai
penyebab yang khusus, dikenal sebagai hipertensi sekunder. Banyak penyebab
hipertensi sekunder; endogen maupun eksogen. Bila penyebab hipertensi sekunder
dapat diidentifikasi, hipertensi pada pasien-pasien ini dapat disembuhkan secara
potensial.
Hipertensi primer (essensial)
Lebih dari 90% pasien dengan hipertensi merupakan hipertensi essensial
(hipertensi primer).2 Literatur lain mengatakan, hipertensi essensial merupakan
95% dari seluruh kasus hipertensi. Beberapa mekanisme yang mungkin
berkontribusi untuk terjadinya hipertensi ini telah diidentifikasi, namun belum
satupun teori yang tegas menyatakan patogenesis hipertensi primer tersebut.
Hipertensi sering turun temurun dalam suatu keluarga, hal ini setidaknya
menunjukkan bahwa faktor genetik memegang peranan penting pada patogenesis
hipertensi primer. Menurut data, bila ditemukan gambaran bentuk disregulasi
tekanan darah yang monogenik dan poligenik mempunyai kecenderungan
timbulnya hipertensi essensial. Banyak karakteristik genetik dari gen-gen ini yang
mempengaruhi keseimbangan natrium, tetapi juga di dokumentasikan adanya
mutasi-mutasi genetik yang merubah ekskresi kallikrein urine, pelepasan nitric
oxide, ekskresi aldosteron, steroid adrenal, dan angiotensinogen.
Hipertensi sekunder
11
Patofisiologi
Tekanan darah arteri
Tekanan darah arteri adalah tekanan yang diukur pada dinding arteri dalam
millimeter merkuri. Dua tekanan darah arteri yang biasanya diukur, tekanan darah
sistolik (TDS) dan tekanan darah diastolik (TDD). TDS diperoleh selama
kontraksi jantung dan TDD diperoleh setelah kontraksi sewaktu bilik jantung diisi.
Banyak faktor yang mengontrol tekanan darah berkontribusi secara potensial
dalam terbentuknya hipertensi; faktor-faktor tersebut adalah (lihat gambar 1 ):
12
natriuretik
Perubahan dalam ekspresi sistem kallikrein-kinin yang mempengaruhi
13
14
darah harus diturunkan segera (dalam hitungan menit jam) untuk mencegah
kerusakan organ target lebih lanjut. Contoh gangguan organ target akut:
encephalopathy, pendarahan intrakranial, gagal ventrikel kiri akut disertai edema
paru, dissecting aortic aneurysm, angina pectoris tidak stabil, dan eklampsia atau
hipertensi berat selama kehamilan.
Hipertensi urgensi adalah tingginya tekanan darah tanpa disertai
kerusakan organ target yang progresif. Tekanan darah diturunkan dengan obat
antihipertensi oral ke nilai tekanan darah pada tingkat 1 dalam waktu beberapa
jam s/d beberap hari.
Komplikasi hipertensi
Tekanan darah tinggi dalam jangka waktu lama akan merusak endothel
arteri dan mempercepat atherosklerosis. Komplikasi dari hipertensi termasuk
15
rusaknya organ tubuh seperti jantung, mata, ginjal, otak, dan pembuluh darah
besar. Hipertensi adalah faktor resiko utama untuk penyakit serebrovaskular
(stroke,
angina), gagal ginjal, dementia, dan atrial fibrilasi. Bila penderita hipertensi
memiliki faktor-faktor resiko kardiovaskular lain, maka akan meningkatkan
mortalitas dan morbiditas akibat gangguan kardiovaskularnya tersebut. Menurut
Studi Framingham, pasien dengan hipertensi mempunyai peningkatan resiko yang
bermakna untuk penyakit koroner, stroke, penyakit arteri perifer, dan gagal
jantung.
Diagnosis
Evaluasi hipertensi
Ada 3 tujuan evaluasi pasien dengan hipertensi:
1. Menilai gaya hidup dan identifikasi faktor-faktor resiko kardiovaskular atau
penyakit penyerta yang mungkin dapat mempengaruhi prognosis sehingga dapat
memberi petunjuk dalam pengobatan
2. Mencari penyebab tekanan darah tinggi
3. Menetukan ada tidaknya kerusakan organ target dan penyakit kardiovaskular
Data diperoleh melalui anamnesis mengenai keluhan pasien, riwayat
penyakit dahulu dan penyakit keluarga, pemeriksaan fisik, tes laboratorium rutin,
dan prosedur diagnostik lainnya.
Pemeriksaan fisik termasuk pengukuran tekanan darah yang benar,
pemeriksaan funduskopi, perhitungan BMI (body mass index) yaitu berat badan
(kg) dibagi dengan tinggi badan (meter kuadrat), auskultasi arteri karotis,
abdominal, dan bruit arteri femoralis; palpasi pada kelenjar tiroid; pemeriksaan
lengkap jantung dan paru-paru; pemeriksaan abdomen untuk melihat pembesaran
ginjal, massa intra abdominal, dan pulsasi aorta yang abnormal; palpasi ektremitas
bawah untuk melihat adanya edema dan denyut nadi, serta penilaian neurologis.
16
Gejala klinis
Secara umum pasien dapat terlihat sehat atau beberapa diantaranya sudah
mempunyai faktor resiko tambahan, tetapi kebanyakan asimptomatik.
Faktor resiko mayor
Hipertensi
Merokok
Obesitas (BMI 30)
Immobilitas
Dislipidemia
Diabetes mellitus
Mikroalbuminuria atau perkiraan GFR<60 ml/min
Umur (>55 tahun untuk laki-laki, >65 tahun untuk perempuan)
Riwayat keluarga untuk penyakit kardiovaskular prematur (laki-laki < 55
tahun atau perempuan < 65 tahun)
17
Pemeriksaan laboratorium
Pemeriksaan laboratorium rutin yang direkomendasikan sebelum memulai
terapi antihipertensi adalah urinalysis, kadar gula darah dan hematokrit; kalium,
kreatinin, dan kalsium serum; profil lemak (setelah puasa 9 12 jam) termasuk
HDL, LDL, dan trigliserida, serta elektrokardiogram. Pemeriksaan opsional
termasuk pengukuran ekskresi albumin urin atau rasio albumin / kreatinin.
Pemeriksaan yang lebih ekstensif untuk mengidentifikasi penyebab hipertensi
tidak diindikasikan kecuali apabila pengontrolan tekanan darah tidak tercapai.
Kerusakan organ target
Didapat melalui anamnesis mengenai riwayat penyakit atau penemuan
diagnostik sebelumnya guna membedakan penyebab yang mungkin, apakah sudah
ada kerusakan organ target sebelumnya atau disebabkan hipertensi. Anamnesis
dan pemeriksaan fisik harus meliputi hal-hal seperti:
Otak: stroke, TIA, dementia
Mata: retinopati
Jantung: hipertropi ventrikel kiri, angina atau pernah infark miokard, pernah
revaskularisasi koroner
Ginjal: penyakit ginjal kronis
Penyakit arteri perifer
18
pengurangan resiko.
Target nilai tekanan darah yang di rekomendasikan dalam JNC VII.2,9
penyakit ginjal). Pemilihan obat tergantung berapa tingginya tekanan darah dan
adanya indikasi khusus. Kebanyakan pasien dengan hipertensi tingkat 1 harus
diobati pertama-tama dengan diuretik tiazid. Pada kebanyakan pasien dengan
19
tekanan darah lebih tinggi (hipertensi tingkat 2), disarankan kombinasi terapi obat,
dengan salah satunya diuretik tipe tiazid.
Terapi nonfarmakologi
Menerapkan gaya hidup sehat bagi setiap orang sangat penting untuk
mencegah tekanan darah tinggi dan merupakan bagian yang penting dalam
penanganan hipertensi. Semua pasien dengan prehipertensi dan hipertensi harus
melakukan perubahan gaya hidup. Perubahan yang sudah terlihat menurunkan
tekanan darah dapat terlihat pada tabel 4 sesuai dengan rekomendasi dari JNC VII.
Disamping menurunkan tekanan darah pada pasien-pasien dengan
hipertensi, modifikasi gaya hidup juga dapat mengurangi berlanjutnya tekanan
darah ke hipertensi pada pasien-pasien dengan tekanan darah prehipertensi.
Modifikasi gaya hidup yang penting yang terlihat menurunkan tekanan
darah adalah mengurangi berat badan untuk individu yang obes atau gemuk;
mengadopsi pola makan DASH (Dietary Approach to Stop Hypertension) yang
kaya akan kalium dan kalsium; diet rendah natrium;
menurunkan berat badan secara perlahan-lahan pada pasien yang gemuk dan
obes disertai pembatasan pemasukan natrium dan alkohol. Untuk ini diperlukan
pendidikan ke pasien, dan dorongan moril.
Fakta-fakta berikut dapat diberitahu kepada pasien supaya pasien mengerti
rasionalitas intervensi diet:
a. Hipertensi 2 3 kali lebih sering pada orang gemuk dibanding orang dengan
berat badan ideal
20
Terapi Farmakologi
Ada 9 kelas obat antihipertensi . Diuretik, penyekat beta, penghambat
enzim konversi angiotensin (ACEI), penghambat reseptor angiotensin (ARB),
21
dan antagonis kalsium dianggap sebagai obat antihipertensi utama. Obat-obat ini
baik sendiri atau dikombinasi, harus digunakan untuk mengobati mayoritas pasien
dengan hipertensi karena bukti menunjukkan keuntungan dengan kelas obat ini.
Beberapa dari kelas obat ini (misalnya diuretik dan antagonis kalsium)
mempunyai subkelas dimana perbedaan yang bermakna dari studi terlihat dalam
mekanisme kerja, penggunaan klinis atau efek samping. Penyekat alfa, agonis alfa
2 sentral, penghambat adrenergik, dan vasodilator digunakan sebagai obat
alternatif pada pasien-pasien tertentu disamping obat utama.
Evidence-based medicine adalah pengobatan yang didasarkan atas bukti
terbaik yang ada dalam mengambil keputusan saat memilih obat secara sadar,
jelas, dan bijak terhadap masing-masing pasien dan/atau penyakit. Praktek
evidence-based untuk hipertensi termasuk memilih obat tertentu berdasarkan data
yang menunjukkan penurunan mortalitas dan morbiditas kardiovaskular atau
kerusakan target organ akibat hipertensi. Bukti ilmiah menunjukkan kalau sekadar
menurunkan tekanan darah, tolerabilitas, dan biaya saja tidak dapat dipakai dalam
seleksi obat hipertensi. Dengan mempertimbangkan faktor-faktor ini, obat-obat
yang paling berguna adalah diuretik, penghambat enzim konversi angiotensin
(ACEI), penghambat reseptor angiotensin (ARB), penyekat beta, dan antagonis
kalsium (CCB).
Terapi Kombinasi
Rasional kombinasi obat antihipertensi:
Ada 6 alasan mengapa pengobatan kombinasi pada hipertensi dianjurkan:
1. Mempunyai efek aditif
2. Mempunyai efek sinergisme
3. Mempunyai sifat saling mengisi
4. Penurunan efek samping masing-masing obat
5. Mempunyai cara kerja yang saling mengisi pada organ target tertentu
22
6.
(adherence)
Fixed-dose combination yang paling efektif adalah sebagai berikut:
1. Penghambat enzim konversi angiotensin (ACEI) dengan diuretik
2. Penyekat reseptor angiotensin II (ARB) dengan diuretik
3. Penyekat beta dengan diuretik
4. Diuretik dengan agen penahan kalium
5. Penghambat enzim konversi angiotensin (ACEI) dengan antagonis kalsium
6. Agonis -2 dengan diuretik
7. Penyekat -1 dengan diuretic
23
3. Gagal Jantung
1. Definisi
Tidak ada definisi yang komprehensif. Gagal jantung lebih mudah
dikenali pada pemeriksaan klinik daripada didefinisikan. Sir Thomas
Lewis mendefinisikan jantung tidak mampu mengeluarkan isinya dengan
adekuat.
Paul
Wood
mendefinisikan
jantung
tidak
mampu
remodeling
struktural,
lalu
diperbesar
oleh
24
miokard
akibat
progresivitas
penyakit
yang
atau
disebabkan
oleh
hipertensi,
25
d.
ventrikel
kiri,
vena
sistemik
yang
menyebabkan
edema
perifer,
f.
26
sistemik atau atrium kanan) atau ventrikel kiri (tekanan vena paru atau
atrium kiri).
Afterload adalah beban yang harus diatasi serat miokardium saat
kontraksi, ditentukan oleh tekanan darah arteri dan tahanan perifer
sistemik.
3. Etiologi
Sindrom klinik gagal jantung merupakan babak akhir fungsi
ventrikel yang merosot akibat berbagai penyakit jantung. Gagal jantung
bukan suatu diagnosis. Untuk dapat member terapi yang tepat perlu
diketahui penyebab gagal jantung.
Di Eropa dan Amerika Utara, penyebab utama gagal jantung adalah
iskemia akibat penyakit arteri koronaria (70%). Penyebab sindrom klinik
gagal jantung umumnya adalah disfungsi ventrikel. Disfungsi ventrikel
kanan murni jarang, dapat terjadi akibat hipertensi pulmonal kronik dan
emboli paru masif. Penyebab disfungsi ventrikel kiri antara lain :
gangguan irama jantung (takiaritmia, bradiaritmia dengan efek inotropik
negatif), kelainan endokardium, penyakit katup, penyakit miokardium
(penyakit arteri koronaria, hipertensi, kardiomiopati, miokarditis),
penyakit perikardium, penyakit jantung congenital, obat-obatan, dan
anemia/hipoksia.
4. Patofisiologi
Mekanisme yang mendasarai gagal jantung meliputi gangguan
kemampuan kontraktilitas jantung yang menyebabkan curah jantung lebih
rendah dari curah jantung normal. Bila curah jantung kurang, sistem saraf
simpatis akan mempercepat frekuensi jantung untuk mempertahankan
curah
jantung.
Bila
mekanisme
kompensasi
ini
gagal
untuk
27
jantung
kongestif
karena
kontraktilitas,
karena
preload,
5. Klasifikasi
Gagal jantung diklasifikasi berdasarkan beratnya keluhan dan
kapasitas latihan. Meskipun klasifikasi ini tidak tepat benar akan tetapi
klinik bermanfaat, terutama untuk mengevaluasi hasil terapi. Klasifikasi
yang banyak dipergunakan adalah klasifikasi dari NYHA.
New York Heart Association Classification (NYHA)1964
Kelas I :
Penderita tanpa limitasi aktivitas fisik. Aktivitas fisik sehari-hari tidak
menimbulkan dyspnoe atau kelelahan.
Kelas II :
Saat istirahat tidak ada keluhan tetapi terdapat sedikit limitasi aktivitas
fisik. Aktivitas sehari-hari menimbulkan dyspnoe atau kelelahan.
Kelas III :
Saat istirahat tidak ada keluhan tetapi aktivitas fisik yang lebih ringan dari
aktivitas sehari-hari sudah menimbulkan dyspnoe atau kelelahan.
Kelas IV :
Saat istirahat sesak. Setiap aktivitas fisik akan menambah beratnya
keluhan sesak.
6. Diagnosis
Diagnosis dibuat berdasarkan anamnesis, pemeriksaan fisik,
elektrokardiografi/foto toraks, ekokardiografi-Doppler dan kateterisasi.
Kriteria Framingham dapat pula dipakai untuk diagnosis gagal jantung
kongestif.
Tabel 2.7. Kriteria Framingham
Kriteria Mayor
Paroxysmal
noctunal
orthopnea
Distensi vena leher
Ronki paru
Kardiomegali
dyspnea
Kriteria Minor
/ Edema ekstremitas
Batuk malam hari
Dyspnea deffort
Hepatomegali
Efusi pleura
28
16 cmH2O
Waktu sirkulasi > 25 detik
Refluks hepatojugular
normal
Takikardia (>120/menit)
29
Irama gallop
EKG : LBBB
30
BAB III
PENYAJIAN KASUS
I. ANAMNESIS
Identitas
Nama
: Ny Sulastri
Jenis Kelamin
: Perempuan
Usia
: 75 tahun
Alamat
31
Agama
: Islam
Status
: Menikah
Pekerjaan
: Swasta
Sering olahraga
Merokok (-)
32
11.45 WIB
Status Generalis
Keadaan umum
: Baik
Keadaan sakit
Kesadaran
CM
, GCS : 15
52
x/menit,
Tanda vital
-
Nadi
kuat/sedang/lemah,
irama
(reguler/ireguler)
-
Tekanan darah :
-
180/100 mmHg
Napas
22
x/menit,
reguler/ireguler,
jenis
pernapasan
-
Suhu
: -
Kulit
Kepala
Mata
Telinga
: sekret ( - )
Hidung
Mulut
Leher
Paru
-
Inspeksi
Palpasi
nyeri tekan ( - )
-
Perkusi
33
: bising usus ( +)
- Palpasi
(-)
hepar teraba ( - ), nyeri tekan ( - ) permukaan
lien teraba ( - ), nyeri tekan ( - ) permukaan
- Perkusi
Hepar ukuran
Lien ukuran
Ekstremitas
- Atas
: batas jantung
Atas
Kanan
Kiri
34
III.
PEMERIKSAAN PENUNJANG
EKG (hasil pemeriksaan tanggal
22 Maret 2011 )
Deskripsi :
Frekuensi 80 x/menit
Interval PR normal
Segmen ST normal
Q patologis di (-)
IV.
RESUME
Seorang wanita (75 tahun) datang ke poli jantung dengan keluhan sesak nafas
beberapa minggu yang lalu yang disertai dengan nyeri dada. Sesak biasanya pada
saat duduk, berdiri, jualan, baring dan apabila mengerjakan pekerjaan rumah.
Pasien sering mengalami sesak pada malam hari sehingga membuat pasien susah
tidur. Untuk mengurangi sesak pada malam hari pasien tidur dengan dua bantal.
Nyeri dada yang dialami pasien juga hilang timbul, dan tidak terlalu lama. Selain
itu pasien juga mengeluhkan batuk (sudah 1 tahun lalu). Pasien juga sering pusing
35
dan cepat lelah serta lemah. Selain itu pasien juga mengeluhkan nyeri pada perut
(di daerah epigastrium). Dari pemeriksaan fisik paru di dapatkan bunyi ronki dan
pada pemeriksaan fisik jantung terdapat kardiomegali.
Sedangkan dari
VI.
DIAGNOSIS
Diagnosis etiologi
: Hipertensi
Diagnosis anatomi
Diagnosis klinis
: Gagal jantung
TATALAKSANA
Non Medikamentosa :
-
Istirahat
Makan teratur untuk memperbaiki gizi dan diet rendah garam
Medikamentosa :
-
VII.
PROGNOSIS
Ad vitam
: dubia ad malam
Ad functionam
: dubia ad malam
Ad sanactionam
: dubia ad malam
36
BAB IV
PEMBAHASAN
Pasien datang ke poli jantung dengan keluhan sesak nafas dan nyeri dada,
sesak
nafasnyantidak
terlalu
berat.
Anamnesis
dilakukan
pada
pasien
(autoanamnesis).
hasil anamnesis didapatkan keluhan utama sehingga pasien dibawa ke
rumah sakit adalah sesak nafas dan nyeri dada. Sesak nafas dirasakan sejak
beberapa minggu lalu. Pasien mengeluh mudah sesak pada saat melakukan
aktivitas-aktivitas yang agak berat dan akan hilang sesaknya bila beristirahat.
37
Selain itu pasien juga mengeluhkan sesak pada malam hari dan tidur
menggunakan 2 bantal untuk menghindari sesaknya. Pasien juga mengeluhkan
sering pusing, berdebar dan lemah. Juga terdapat nyeri pada ulu hati. Pasien
memiliki riwayat penyakit Hipertensi sejak 5 tahun lalu.
Riwayat
penyakit
keluarga
didapatkan
bahwa
suami
dan
anak
38
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 Kesimpulan
Hipertensi yang tidak terkontrol merupakan faktor utama terjadinya
39
kolesterol dan jaringan ikat pada dinding pembuluh darah secara perlahanlahan yang sering ditandai dengan keluhan nyeri pada dada.
Pada waktu jantung harus bekerja lebih keras terjadi ketidakseimbangan
antara kebutuhan dan asupan oksigen, hal inilah yang menyebabkan nyeri
dada. Kalau pembuluh darah tersumbat sama sekali, pemasokan darah ke
jantung akan terhenti dan kejadian inilah yang disebut dengan serangan
jantung.
Gagal jantung merupakan tahap akhir penyakit jantung yang dapat
menyebabkan meningkatnya mortalitas dan morbiditas penderita penyakit
jantung. Sehingga sangat penting untuk mengetahui gagal jantung secara
klinis.
5.2 Saran
DAFTAR PUSTAKA
40
41