A. Pengertian
Gagal jantung kongestif adalah keadaan patofisiologis ketika jantung sebagai
pemompa darah tidak bisa berfungsi dengan maksimal untuk memenuhi kebutuhan
darah untuk metabolisme jaringan. Gagal sirkulasi berbeda dengan gagal jantung.
Gagal sirkulasi lebih menunjukan ketidakmampuan sistem kardiovaskuler untuk
melakukan perfusi jaringan dengan memadai yang mencakup pada segala kelainan
sirkulasi yang mengakibatkan tidak memadainya perfusi jaringan termasuk perubahan
volume cairan, tonus vaskular, dan jantung. Gagal jantung, keadaan dimana terjadi
bendungan sirkulasi akibat gagal jantung dan mekanisme kompensatoriknya (Udjiati,
2010).
Gagal jantung adalah suatu keadaan patofisiologis berupa kelainan fungsi
jantung sehingga jantung tidak mampu memompa darah untuk memenuhi kebutuhan
metabolism jaringan dan /atau kemampuan hanya ada kalau disertai dengan peninggian
volume diastolic secara abnormal (Ardini, 2011).
B. Etiologi
Etiologi dari gagal jantung kongestif antara lain:
1. Disritmia
Gangguan irama jantung dapat mempangaruhi pemompaan darah oleh jantung.
pada bradikardi terjadi peningkatan pengisian diastolik dan regangan serat miokard
yang berhubungan dengan peningkatan isi sekuncup, sehingga curah jantung
dipertahankan. ini adalah toleransi yang baik pada orang yang sehat, sedangkan
pada orang dengan gagal jantung akan terjadi penurunan kontraktilitas menurun
dan curah jantung menurun.
Pada keadaan takikardi, waktu pengisian diastolik meningkat, kebutuhan miokard
akan oksigen meningkat. ini adalah toleransi pada orang yang sehat. Namun pada
orang dengan gagal jantung terjadi kontraksi premature yang mangakibatkan
penurunan curah jantung jantung dan dapat memicu untuk terjadinya gagal jantung.
2. Malfungsi katup
Malfungsi katup dapat mengakibatkan kegagalan pompa yang dapat menyebabkan
adanya kelebihan beban tekanan (obstruksi pada pengaliran keluar pompa ruang,
seperti stenosis katup aortic atau stenosis pulmonal). kelebihan beben volume dapat
meningkatkan volume darah ke ventrikel kiri.
3. Abnormalitas otot jantung
Abnormalitas otot jantung dapat menyebabkan ventrikel berupa infark miokard,
aneurisma ventrikel dan fibrosis miokard luas (biasanya dari aterosklerosis koroner
jantung atau hipertensi lama), fibrosis endokardium, pemyakit mikard primer
(kardiomiopati), hipertrofi luas (biasanya karena hipertensi pulmonal stenosis aortic
atau hipertensi sistemik).
4. Ruptur miokard
a) Ruptur otot papilaris
Ada dua otot papilaris pada ventrikel kiri yang tonjolan-tonjolan ototnya
seperti ibu jari tempat melekatnya korda tendeana, tahanan katup mitral.
otot-otot ini dapat terlibat dalam proses infark dan dapat terjadi rupture. jika
hal ini terjadi maka akan terdapat kehilangan tahanan tiba-tiba dari salah
satu katup mitral dan regurgitasi mitral terjadi pada tiap kontraksi ventrikel
kiri. tekanan ini menyebabkan kelebihan beban volume pada atrium kiri dan
dapat menunjuka menifestasi klinis :dipsnue berat dan edema pulmonal.
b) Ruptur septum interventrikular
Gagal jantung tiba-tiba tampak pada imfark miokard akut sebagai akibat
rupturnya septum intraventrikuler. rupture septal ini akan tampak pada
minggu pertama setalah kerusakan dan secara klinis menunjukan adanya
nyeri dada, dipsnea, syok, dan kegagalan pompa.Selain itu, juga terdapat
mur-mur keras yang berakhir pada sepanjang sistolik pada batas sternum
bawah.
c) Ruptur ventrikel kiri
Rupture ventrikel kiri mengakibatkan kompresi akut jantung atau
tamponade dan ketidakmampuan kedua ruang untuk mengisi dengan
adekuat. kegagalan pompa yang mendadak dapat mengakibatkan syok dan
kematian.Rupture dinding bebas dapat didahului oleh kembalinya nyeri dada
saat darah memotong melalui dinding miokard yang nekrotik. kolaps
vaskuler tiba-tiba seperti terjadi pada fibrilasi ventrikel, tetapi pada irama
tidak mengalami perubahan pada grafik EKG.
Penyebab gagal jantung menurut Sylvia A. Price, 2005, antara lain:
A. Kelainan mekanik
a) Peningkatan beban tekanan
sentral (stenosis aorta)
perifer (hipertensi sistemik)
b) Peningkatan beban volume (regurgitasi katup, pirau, peningkatan beban
awal)
c) Obstruksi terhadap pengisian ventrikel (stenosis mitral atau
trikuspidalis)
d) Tamponase pericardium
e) Pembatasan miokardium atau endokardium
f) Aneurisme ventrikel
B. Kelainan miokardium
Primer
1) Kardiomiopati
2) Miokardium
3) Kelainan metabolic
4) Toksisitas (alcohol, kobalt)
Kelainan disdinamik sekumder
1) Penyakit jantung koroner
2) Kelainan metabolic
3) Peradangan
4) Penyakit sistemik
5) Penyakit paru obstruksi kronis
keluhan
Kelas 3
bila pasien tidak dapat melakukan aktivitas sehari-hari tanpa keluhan
kelas 4
bila pasien sama sekali tidak dapat melakukan aktivitas apapun dan harus tirah baring
Tanda dan gejala yang lain, antara lain:
ronkie paru
disritmia
peningkatan berat badan
pernapasan cheyne-stokes
b) Tanda dan gejala ventrikel kanan
curah jantung rendah
distensi vena jugularis
disritmia
edema dependen
D. Klasifikasi
menurut Killip ada 4 kelas gagal jantung, yaitu:
1) kelas 1 (tidak ada kegagalan jantung)
tidak ada kegagalan
2) kelas 2 (kegagalan ringan sampai sedang)
kegagalan ringan sampai sedang yang bersifak kronik yang memiliki ciri-ciri, antara
lain:
adanya bunyi S3
E. Patofisiologi
Jantung yang normal dapat merespon terhadap peningkatan kebutuhan metabolism
dengan menggunakan mekanisme konpensasi yang bervariasi untuk mempertahankan
kardiak output yaitu meliputi:
respon system simpatis terhadap barorreseptor atau kemoreseptor
pengencangan dan pelebaran otot jantung untuk menyesuaiakan terhadap
peningkatan volume
vasokonstriksi artei renal dan aktivasi system rennin angiotensin
respon terhadap serum dan regulasi ADH dan reabsorpsi terhadap cairan
kegagalan mekanisme konpensasi dapat dipercepat oleh adanya volume darah sirkulasi
yang dipompakan untuk melawan peningkatan resistensi vaskuler oleh pengencangan
jantung. kecepatan jantung memperpendek waktu pengisian ventrikel dari arteri
koronaria. penurunan COP dan menyebabkan oksigenasi yang tidak adekuat ke
miokard.
peningkatan
dinding
akibat
dilatasi
menyebabkan
peningkatan
peningkatan
tekanan
tergantung
pada
kelenturan
ventrikel.
Dengan
meningkatnya LVEDP maka akan terjadi pula peningkatan tekanan atrium kiri( LAP)
karena atrium dan ventrikel berhubungan langsunh selama diastole. peningkatan LAP
diteruskan kebelakang ke dalam pembuluh darah paru-paru , meningkatkan tekanan
kapiler dan vena paru-paru. apabila tekanan hidrostatik kapiler paru-paru melebihi
tekanan onkotok pembuluh darah, maka akan terjadi transsudasi cairan melebihi
kecepatan drainase limfatik, akan terjadi edema interstial. peningkatan tekanan lebih
lanjutdapat meningkatkan cairan merembes ke dalam alveoli dan terjadilah edema paru.
tekanan arteri paru-paru dapat meningkatkan akibat peningkatan kronis tekanan vena
paru.hipertensi pulmonalismeningkatkan tahapan ejeksi ventrikel kanan. gagal jantung
kiri juga terjadi pada jantung kanan yang akhirnya menyebabkan edema dan kongesti
sistemik.
F. Pemeriksaan Penunjang
pemeriksaan penunjang yang dapat dilakukan , antara lain:
1) pemeriksaan foto toraks dapat mengarah ke kardiomegali
2)
3)
4)
5)
6) Sel Darah Putih : Leukosit (10.000 20.000) biasanya tampak pada hari kedua
setelah IM sehubungan dengan proses inflamasi.
7) Kreatinin kinase merupakan suatu enzim yang dilepaskan saat terjadi cedera otot
dan memiliki 3 fraksi isoenzim, yaitu CK-MM, CK-BB, dan CK-MB, CK-BB
paling banyak terdapat pada jaringan otak dan biasanya tidak terdapat dalam serum.
Peningkatan dan penurunan CK dan CK-MB merupakan pertanda cedera otot yang
paling spesifik seperti infark miocardium. Setelah infark miocardium akut, CK dan
CK-MB meningkat dalam waktu 4 hingga 6 jam dengan kadar puncak dalam 18
hingga 24 jam dan kembali menurun hingga normal setelah 2 hingga 3 hari.
G. Penatalaksanaan
I. Pengkajian
1. Pengkajian Primer
Data Subjektif
a) Keluhan utama
Pasien mengatakan sesak
b) Riwayat penyakit saat ini
P : hal yang dapat menyebabkan sesak napas pada pasien gagal jantung kongestif
Q : seberapa sering sesak napas muncul dan menghilang kembali
R:S : seberapa parah sesak napas yang dirasakan oleh pasien
T: kapan sesak napas biasanya muncul
c) Riwayat sebelumnya
Riwayat merokok,riwayat mengkonsumsi obat-obatan tertentu, riwayat penyakit
2. Pengkajian Sekunder
a. Eksposure
Tidak ada jejas atau kontusio pada dada, punggung dan abdomen.
Adanya edema di ekstermitas bawah
b. Five Intervention/Full set of vital sign
c. Give Confort
sesak napas yang dirasakan cukup berat, untuk meringankan sesak napas yang
dirasakan, maka dianjurkan untuk melakukan posisi semifowler.
d. Head to toe
1. Kepala : rambut hitam merata, bersih, tidak berketombe, tidak ada
benjolan, tidak ada nyeri tekan
2. Wajah : simetris, tidak luka, tidak ada benjolan, tidak ada nyeri tekan
3. Mata : konjunctiva tidak anemis, sklera tidak ikterik, tidak ada nyeri tekan
4. Hidung : simetris, terdapat pernafasan cuping hidung, tidak ada benjolan,
tidak ada luka, tidak ada nyeri tekan
5. Mulut dan gigi : bersih, tidak ada stomatitis, warna gusi merah muda, tidak
ada luka, tidak ada benjolan, tidak ada nyeri tekan
6. Telinga : bersih, tidak ada luka, tidak ada benjolan, tidak ada nyeri tekan
kemampuan mendengar baik
7. Leher : tidak ada pembesaran kelenjar tiroid, Adanya bendungan vena
jugularis, tidak ada luka, tidak ada nyeri tekan
8. Dada : Asimetris, pergerakan ireguler, retraksi intercoste, ada wheezing,
ada ronchi, sesak,nyeri saat inspirasi, tidak ada luka, tidak ada nyeri tekan
9. Payudara : Bersih, tidak ada nyeri tekan
10. Abdomen : tidak ada asites, adanya hematomegali, pemakaian otot
diagfragma, warna kulit sama dengan sekitar, tidak ada luka, tidak ada
benjolan, bising usus melemah 8x/menit
11. Genetalia : tidak ada pedarahan, tidak ada luka, tidak ada benjolan, tidak
ada nyeri tekan
12. Anus : tidak ada hemoroid, tidak ada nyeri tekan, tidak ada benjolan
13. Tangan : warna sama dengan sekitar, tidak ada luka, tidak ada nyeri tekan,
Adanya edema, penurunan kekuatan otot karena kelemahan, Kulit yang
dingin dan pucat akibat vasokontriksi simpatis
14. Kaki : warna seperti warna sekitar, tidak ada luka, tidak ada benjolan, Adanya
edema, penurunan kekuatan otot karena kelemahan, Kulit yang dingin dan
pucat akibat vasokontriksi simpatis
e. Inspect the posterior surface
Tidak ada jejas
J. Diagnosa Keperawatan
1. Penurunan curah jantung berhubungan dengan respon fisiologis gagal jantung dan
hipertropi jantung
2. Gangguan pertukaran gas berhubungan dengan adanya kongesti paru, ginjal, dan
penurunan perfusi perifer
3. Ansietas berhubungan dengan penyakit kronis, perubahan peran dalam keluarga dan
ketidakmampuan secara permanen.
Diagnosa
Intervensi
1.
keperawatan
Penurunan curah
Setelah dilakukan
1. ukur TTV
jantung
asuhan keperawatan
berhubungan
dengan respon
diharapkan stabilitas
fisiologis gagal
hemodinamik dapat
jantung dan
dipertahankan dengan
hipertropi jantung
Rasionalisasi
1. untuk mengetahui
status kesehatan
2. pasang dan
pantau EKG
pasien
2. untuk mengetahui
irama dan
frekuensi jantung
3. untuk memenuhi
3. berikan terapi
oksigen sesuai
kebutuhan
4. kolaborasikan
kebutuhan
oksigen pasien
4. karena memiliki
Nadi normal
60-100x/menit
Pasien merasa lebih
tenang
CRT normal
< 2 detik
Suhu normal
36.5o-37o C
RR normal
16-20x/menit
dengan dokter
osmilaritas yang
untuk pemberian
tinggi
IV line dengan
dibandingkan
cairan yang
serum, sehingga
bersifat
mampu
hipertonis
menstabilksn
tekanan darah dan
mengurangi
5. anjurkan pasien
untuk bedrest
dengan posisi
semi fowler
edema.
5. untuk
memudahkan
paru-paru
mengembang
pasien
beraktivitas
7. untuk mengurangi
beban jantung dan
paru-paru
pemberian lasix
dan nitrat
vasodilator
2.
gangguan
Setelah dilakukan
1. Ukur TTV
pertukaran gas
asuhan keperawatan
status kesehatan
berhubungan
dengan adanya
pasien
2. Untuk mengetahui
kongesti paru,
oksigenasi adekuat
1. Untuk mengetahui
adanya edema
paru
dengan kriteria hasil:
3. Untuk memenuhi
penurunan perfusi TD normal
3. Berikan terapi
kebutuhan
120/80 mmHg
perifer
oksigen sesuai
Nadi normal
oksigen pasien
60-100x/menit
kebutuhan
4. karena memiliki
Suhu normal
4. Kolaborasikan
osmilaritas yang
o
o
36.5 -37 C
dengan dokter
RR normal
tinggi
untuk
16-20x/menit
dibandingkan
tidak terdapat retraksi
pemasangan IV
serum, sehingga
dada
line dengan cairan
mampu
bunyi napas normal
yang bersifat
ginjal, dan
patu timpani
pasien dapat
melakukan batuk
3.
hipertonis
menstabilksn
tekanan darah dan
mengurangi
edema.
5. Untuk mencegah
Ansietas
efektif
Setelah dilakukan
berhubungan
asuhan keperawatan
seberapa besar
dengan penyakit
pengaruh cemas
kronis, perubahan
diharapkan kecemasan
terhadap tanda-
peran dalam
keluarga dan
berkurang dengan
2. berikan waktu
kriteria hasil:
TD normal
120/80 mmHg
Nadi normal
60-100x/menit
pasien dapat
kepada pasien
ketidakmampuan
secara permanen.
mengungkapkan
kecemasan yang
dirasakan.
pasien tampak lebih
tenang
1. Ukur TTV
untuk
mengungkapkan
atelektasis
1. Untuk mengetahui
tanda vital
2. Untuk mengetahui
hal yang
dirasakan oleh
pasien
semua kecemasan
tentang perasaan
dan penyakit yang
diderita, serta
gejala yang
dirasakan
3. berikan
3. Untuk member
lingkungan yang
rasa nyaman
kondusif untuk
kepada pasien
terciptanya
dalam
diskusi terbuka
mengungkapkan
mengenai
perasaannya
perasaan dan
persepsi pasien
mengenai
penyakitnya.
4. jelaskan kepada
pasien dan
keluarga tentang
penyakit dan cara
mengobatinya.
4. Untuk member
rasa tenang pada
keluarga dan
pasien setelsh
mengetahui
banyak tentang
5. libatkan keluarga
penyakitnya
5. untuk membantu
dan sistem
tercapainya
pendukung yang
penurunan cemas
lainnya.
6. dorong
pada pasien
6. agar keluarga
komunikasi
mendapatkan
terbuka keluarga
informasi dari
kepada perawat
sumber yang
jika keluarga
benar
pasien ingin
menanyakan
tentang kondisi
pasien
7. validasi
pengetahuan dasar
pasien dan
keluarga tentang
penyakit gagal
jantung kongestif
8. kolaborasikan
dengan dokter
untuk lebih
memberikan
penjelasan tentang
penyakit pasien
7. untuk
mengevaluasi
pengetahuan
pasien dan
keluarga tentang
penyakit pasien
8. dapat membuat
keluarga dan
pasien memahami
dan mengerti
penyakit pasien.
DAFTAR PUSTAKA
Hudak, Carolyn.2007.Keperawatan Kritis: Pendekatan Holistik.Jakarta: EGC
Mansjoer, Arief.2009.Kapita Selekta Kedokteran.Jakarta: Media Aeusculapius
Price, Sylvia A.2005. Patofisiologi: Konsep Klinis Proses-Proses Penyakit.Jakarta:EGC
LAPORAN PENDAHULUAN
CHF (CONGESTIF HEART FAILURE)
DI IGD RSUD GENTENG BANYUWANGI
Disusun oleh :
RETNO SUSANTI N
2011.02.030