b.
c.
Mengingnt :
1.
2.
3.
4.
5.
:
a.
bahwa ketersediaan lokasi permukiman
transmigrasi, merupakan prasarat bagi penempatan
transmigran agar program transmigrasi dapat
berjalan sesuai dengan arah, tujuan dan sasaran
penyelenggaraan transmigrasi;
bahwa pengembangan kawasan sebagai lokasi
permukiman transmigrasi harus direncanakan sesuai
Rencana
Tata
Ruang
Wilayah/Daerah
dan
pelaksanaannya harus memenuhi kriteria layak huni,
layak usaha, layak berkembang dan layak lingkungan;
bahwa untuk itu perlu Prosedur dan Kriteria Penyiapan
Lokasi Permukiman Transmigrasi yang ditetapkan
dengan Keputusan Menteri.
Undang-undang Republik Indonesia Nomor 5 Tahun
1960 tentang Peraturan Dasar Pokok-pokok Agraria
(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1960
Nomor 104, Tambahan lcmbaran Negara Republik
Indonesia Nomor 2034);
Undang-undang Republik Indonesia Nomor 15 Tuhun
1997 tentang Ketransmigrasian (Lembaran Negara
Republik Indonesia Tahun 1960 Nomor 37, Tambahan
Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3682);
Undang-undang Republik Indonesia Nomor 22 Tahun
1999 tentang Pemerintahan Daerah (Lembaran
Negara Republik Indonesia Tahun 1999 Nomor 60,
Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia
Nomor 3474);
Undang-undang Republik Indonesia Nomor 25 Tuhun
1999 tentang Perimbangan Keuangan Antara
Pemerintah Pusat dan Daerah (Lembaran Negara
Republik Indonesia Tahun 1999 Nomor 72, Tambahan
Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3848);
Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 24
Tahun 1997 tentang Pendaftaran Tanah (Lembaran
Negara Republik Indonesia Tahun 1997 Nomor 59,
6.
7.
8.
9.
Menetapkan
:
KEPUTUSAN
MENTERI
TENAGA
KERJA
DAN
TRANSMIGRASI REPUBLIK INDONESIA TENTANG PROSEDUR
DAN
KRITERIA
PENYIAPAN
LOKASI
PERMUKIMAN
TRANSMIGRASI.
PERTAMA
KEDUA
KETIGA
:
Prosedur dan Kriteria Penyiapan Lokasi Pemukiman
Transmigrasi meliputi:
a.
identifikasi Potensi Sumber Daya Alam dan Sumber
Daya Manusia Calon Lokasi Permukiman Transmigrasi;
b.
legalitas Calon Lokasi Permukiman Transmigrasi;
c.
luas Areal Lokasi Permukiman Transmigrasi
d.
perencanaan Pembangunan Permukiman Transmigrasi
e.
aksesibilitas
f.
kelayakan Lokasi Permukiman Transmigrasi
:
KELIMA
KEENAM
KETUJUH
BAB I
PENDAHULUAN
A.
Latar Belakang
Penyelenggaran transmigrasi merupakan bagian integral dari
Pembangunan Nasional, sehingga pelaksanaannya tidak terlepas dari
arah tujuan, dan ruang lingkup dari pembangunan nasional. Proses
penyelenggaraan transmigrasi yang menyebar di seluruh wilayah
Nusantara merupakan bagian dari pembangunan daerah. Penyediaan
dan penyiapan calon Lokasi Permukiman Transmigrasi harus
mempunyai keterkaitan langsung atau didukung dengan Rencana Tata
Ruang Wilayah/Daerah. Disamping itu kondisi lokasi harus jelas letak,
luas dan batas fisik (clear) dan sudah bebas dari tuntutan hak-hak
masyarakat atau hak-hak lainnya (clean). Pengukuhan lokasi yang
sudah clear and clean oleh Bupati/Walikota/Gubernur menjadi dasar
untuk menyusun rencana dan pengembangan Lokasi Permukiman
Transmigrasi untuk disesuaikan dengan jenis transmigrasi dan pola
usaha pokok yang dikembangkan. Lokasi Permukiman Transmigrasi
adalah permukiman yang skala dan daya tampungnya antara 100 KK
s/d 2.000 KK sehingga rancangan suatu lokasi permukiman transmigrasi
ada yang berdiri sendiri dengan membangun kelengkapan prasarana
dan sarana, namun ada pula yang menyisip atau menyatu dengan
pemukiman yang sudah ada dengan memanfaatkan prasarana dan
sarana yang sudah tersedia.
Selain itu Lokasi Permukiman Transmigrasi berfungsi untuk mendukung
percepatan pusat pertumbuhan yang telah ada atau yang sedang
berkembang. Pada pusat pertumbuhan tersebut dapat dilengkapi
dengan prasarana dan sarana permukiman dan saling berhubungan
dalam tatanan jaringan jalan, sehingga akan membentuk beberapa
Satuan, Kawasan Pengembangan yang menjadi wilayah pertumbuhan
ekonomi. Dengan dikembangkannya Lokasi Permukiman Transmigrasi
akan tercipta kesempatan kerja, peluang usaha, baik usaha primer,
sekunder maupun tersier, sesuai dengan pola usaha pokok yang pada
gilirannya akan dapat meningkatkan pendapatan dan kesejahteraan
para transmigran dan masyarakat sekitar, sehingga akhirnya dapat
membantu meningkatkan harkat, martabat serta kualitas hidup Bangsa
Indonesia.
Keragaman pengertian Lokasi Permukiman Transmigrasi akan dapat
menimbulkan berbagai pemahaman yang kurang tepat dan hal itu
berakibat pada pelaksanaan tugas identifikasi penyediaan lahan,
perencanaan permukiman dan kesiapan suatu Lokasi Permukiman
Transmigrasi kurang dapat berjalan sebagaimana semestinya.
Ruang Lingkup
Tahapan Penyiapan Lokasi Permukiman Transmigrasi ini meliputi:
1.
Identifikasi Potensi Sumber Daya Alam dan Sumber Daya Manusia
Calon Lokasi Permukiman Transmigrasi;
2.
Legalitas Calon Lokasi Permukiman Transmigrasi;
3.
Batas dan Luas Areal Lokasi Permukiman Transmigrasi;
4.
Perencanaan Pembangunan Permukiman Transmigrasi;
5.
Aksesibilitas;
6.
Kelayakan Lokasi Pemukiman Transmigrasi.
C.
D.
Sasaran
Pengertian
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
9.
10.
C.
letak, luas dan batas yang jelas, agar dapat diketahui luasan yang
dikembangkan dan daya tampungnya.
Bentuk/typologi Pembangunan dan Pengembangan Lokasi Permukiman
Transmigrasi adalah:
1.
pembangunan Satuan Kawasan Pengembangan/beberapa Satuan
Permukirnan Transmigrasi;
2.
pembangunan Satuan Permukiman Transmigrasi/Unit Permukiman
Transmigrasi;
3.
pembangunan Bagian dari permukirnan yang sudah ada/bagian
Unit Permukirnan Transmigrasi.
Sehingga luasan lahan pembangunan Lokasi Permukiman Transmigrasi
diklarifikasikan dalam:
1.
untuk
Satuan
Kawasan
Pengembangan/beberapa
Satuan
Permukiman Transmigrasi luasnya antara 2000 s/d 6000 Ha atau
setara dengan 500 KK s/d 2000 KK;
2.
untuk Satuan Permukiman/Unit Permukiman Transmigrasi luasnya
antara 500 s/d 2000 Ha atau setara dengan 300 s/d 500 KK;
3.
untuk Bagian Satuan Permukiman luasnya antara 100 s/d 500 Ha
atau setara dengan 100 s/d 300 KK.
Luas lahan lokasi permukiman transmigrasi, harus disesuaikan dengan
jenis transmigrasi yaitu Transmigrasi Umum, Transmigrasi Swakarsa
Berbantuan dan Transmigrasi Swakarsa Mandiri dan pola usaha pokok
yang dikembangkan, misalnya pola nelayan, pola tambak, pola
perkebunan, pola tanaman pangan, pola jasa industri dan pola-pola
lainnya dilengkapi dengan fasilitas umum dan fasilitas sosial.
D.
E.
Aksesibilitas
Layak Usaha
Suatu lokasi disebut layak usaha apabila pada lokasi tersebut
tersedia atau dapat dilakukan suatu kegiatan usaha yang dapat
memberikan penghasilan yang memadai untuk dapat menunjang
kehidupan sepanjang tahun.
Persyaratan untuk layak usaha meliputi:
1)
Tersedia lahan pertanian atau peluang usaha yang
memenuhi syarat untuk kegiatan produksi;
2)
Tersedia sarana dan prasarana produksi pengelolaan yang
diperlukan;
3)
Tersedia prasarana jalan yang menghubungkan antar lokasi
permukiman maupun dengan pusat pemasaran (Ibukota
Kecamatan/Ibukota Kabupaten).
c.
Layak Berkembang
Layak Lingkungan
Suatu kawasan transmigrasi yang disebut layak lingkungan
adalah kawasan transmigrasi yang sejak tahap perencanaan,
pembangunan hingga tahap pemberdayaan difasilitasi agar
sumber daya alam dan lingkungan hidup yang ada di kawasan
tersebut dapat dimanfaatkan secara berkelanjutan untuk
pemenuhan kebutuhan para transmigran dan penduduk sekitar.
Persyaratan untuk layak lingkungan meliputi:
1)
Pengembangannya sesuai dengan daya dukung dan daya
tampung lingkungan;
2)
Proses pembangunan kawasan senantiasa memperlihatkan
kelestarian lingkungan;
3)
Adanya keseimbangan untuk menimbulkan interaksi dan
integrasi sosial budaya di lokasi baru dan sekitarnya;
4)
Adanya tanggung jawab bersama diantara lintas sektor
serta masyarakat dalam pemeliharaan lingkungan.
BAB III
PROSEDUR PENYIAPAN LOKASI PERMUKIMAN TRANSMIGRASI
A.
3.
4.
5.
B.
Penyampaian
Usulan
Lokasi
Permukiman
Bupati/Walikota kepada Gubernur atau Menteri.
1.
2.
C.
Transmigrasi
dari
D.
Transmigrasi
dan
BAB IV
PENGENDALIAN DAN PENGAWASAN
A.
B.
C.
D.