Vol - VIII No.15 I P3DI Agustus 2016
Vol - VIII No.15 I P3DI Agustus 2016
Sulasi Rongiyati
Lisbet
Sulis Winurini
Handrini Ardiyanti
P U S A T
P E N E L I T I A N
B A D A N
K E A H L I A N
D P R
R I
ISSN: 2088-2351
Majalah
Abstrak
Pemberlakuan Pengampunan Pajak di Indonesia telah beberapa kali dilakukan melalui
dasar hukum yang berbeda-beda, terakhir dengan UU No. 11 Tahun 2016 tentang
Pengampunan Pajak (UU Pengampunan Pajak). Kontroversi kebijakan Pengampunan
Pajak yang diskriminatif terhadap Wajib Pajak yang taat dengan Wajib Pajak yang
tidak melaporkan hartanya secara keseluruhan, mendorong pengajuan Judicial
Review UU Pengampunan Pajak ke Mahkamah Konstitusi. Dalam perspektif hukum,
Pengampunan Pajak merupakan kebijakan dengan tujuan memperoleh data Wajib
Pajak yang melaporkan hartanya pada periode Pengampunan Pajak sebagai dasar
bagi Pemerintah untuk memungut pajak pada tahun berikutnya. UU Pengampunan
Pajak juga tidak memberikan perlakuan khusus kepada wajib pajak maupun
perorangan tertentu, sehingga tidak bertentangan dengan konstitusi.
Pendahuluan
*) Peneliti Madya Hukum Ekonomi Bidang Hukum, Pusat Penelitian, Badan Keahlian DPR RI.
Email: susidhan@yahoo.com
Info Singkat
2009, Pusat Penelitian
Badan Keahlian DPR RI
www.pengkajian.dpr.go.id
ISSN 2088-2351
-1-
Petitum
Pasal 1 angka (1), Pasal 3 ayat (1), frasa Penghapusan Pajak Bertentangan dengan Pasal 23 A UUD
Pasal 1 angka (7), Pasal 6, Pasal 4 UU 1945 dan tidak mempunyai kekuatan hukum mengikat sepanjang
Pengampunan Pajak
dimaknai penghapusan pajak ialah penghapusan pajak yang
seharusnya terutang tidak dikenai Sanksi Administrasi perpajakan
dan sanksi pidana perpajakan dengan cara mengungkap harta dan
membayar Uang Tebusan.
Pasal 1 angka (7), Pasal 5, dan Pasal 4, frasa Uang Tebusan bertentangan dengan Pasal 27 ayat (1)
Pasal 11 ayat (2), Pasal 11 ayat (3), Pasal UUD 1945 dan Pasal 28D UUD 1945 sepanjang dimaknai Uang
11 ayat (5):
Tebusan adalah sejumlah yang dibayarkan ke kas Negara untuk
mendapatkan pengampunan pajak.
Pasal 22: berkaitan dengan imunitas Frasa tidak dapat bertentangan dengan Pasal 27 ayat (1) kata
Menteri keuangan dan jajarannya dalam dalam Pasal 22 bertentangan dengan Pasal 27 ayat (1) UUD 1945
melaksanakan tugas Pengampunan Pajak dan tidak mempunyai kekuatan hukum UUD 1945.
-2-
Penutup
Kebijakan pengampunan pajak memiliki
kontradiksi, satu sisi merupakan upaya
Pemerintah untuk meningkatkan penerimaan
pajak guna membiayai program-program
pembangunan yang telah direncanakan sekaligus
menarik wajib pajak yang sebelumnya tidak
melaporkan kewajiban pajaknya menjadi wajib
pajak yang tercatat. Sisi lainnya, kebijakan ini
dianggap bertentangan dengan prinsip-prinsip
pajak yang bersifat memaksa serta kesetaraan
hak dan kedudukan warga negara yang
mendorong pengajuan permohonan Judicial
Review UU Pengampunan Pajak.
Dalam perspektif hukum, argumen
permohonan uji materiil tidak mendasar
karena: 1) pada dasarnya sifat memaksa pajak
sebagaimana diamanatkan dalam Pasal 23A UUD
Tahun 1945 tetap berlaku pasca-berakhirnya
periode pengampunan pajak. 2) Pengampunan
pajak diberikan kepada setiap wajib pajak
yang memenuhi ketentuan, sehingga tidak
mengesampingkan prinsip kesetaraan hak warga
negara. 3) Imunitas terhadap petugas pajak
dalam melaksanakan tugas pengampunan pajak
merupakan imunitas terbatas yang dibatasi oleh
itikad baik dan ketentuan peraturan perundangundangan.
Referensi
Naskah Akademik RUU Tentang Pengampunan
Pajak.
Ragimun, Analisis Implementasi Pengampunan
Pajak (Tax Amnesty) di Indonesia, www.
kemenkeu.go.id, diakses tanggal 8 Agustus
2016.Jokowi: Baru Rp118 Triliun Harta
Yang Dilaporkan dari 1.810 Orang, https://
pengampunanpajak.com/2016/08/10/,diakses
10 Agustus 2016.
R. Fadilah Achmad, Teori Keadilan Menurut
John Rawls, https://www.academia. edu/ ,
diakses tanggal 12 Agustus 2016.
UU No. 1 Tahun 2016 tentang Pengampunan
Pajak.
UU Tax Amnesty Akan Digugat Ke MK, Ini 21
Alasannya, http://nasional.kompas.com,
diakses tanggal 8 Agustus 2016.
Tax Amnesty Dianggap Tak Adil Bagi Kelompok
Miskin?,
http://nasional.kompas.com/,
diakses 8 Agustus 2016.
-4-
Majalah
HUBUNGAN INTERNASIONAL
Abstrak
Thailand baru saja melaksanakan referendum yang hasilnya menyatakan bahwa
sebagian besar rakyat Thailand menyetujui konstitusi baru yang dirancang oleh militer.
Di bawah konstitusi tersebut, militer akan memiliki pengaruh yang sangat besar dalam
menentukan arah jalannya pemerintahan di Thailand. Besarnya peran militer di bawah
konstitusi baru dan perubahan-perubahan yang mungkin ditimbulkan, tampaknya tidak
akan memberi dampak negatif terhadap kelangsungan berbagai kerja sama bilateral
Indonesia-Thailand. Kendati demikian, DPR hendaknya mengingatkan pemerintah dan
juga turut berperan langsung dalam mendorong Pemerintah Thailand untuk senantiasa
menjunjung tinggi nilai-nilai demokrasi dan hak asasi manusia.
Pendahuluan
*) Peneliti Muda Masalah-masalah Hubungan Internasional pada Bidang Hubungan Internasional, Pusat Penelitian,
Badan Keahlian DPR RI. Email: lisbet.sihombing@dpr.go.id
Info Singkat
2009, Pusat Penelitian
Badan Keahlian DPR RI
www.pengkajian.dpr.go.id
ISSN 2088-2351
-5-
Pertama,
pemerintah
Thailand
yang
terpilih melalui pemilihan umum (Pemilu)
pada Desember 2017, secara hukum, wajib
mengikuti Rencana Pembangunan Nasional
selama 20 tahun yang telah ditetapkan oleh
militer. Kedua, Pemerintah junta militer
Thailand akan menunjuk Anggota Senat
kemudian Anggota Senat terpilih tersebut
nantinya akan menyediakan kursi bagi
para komandan militernya untuk bertugas
mengawasi kinerja para anggota parlemen
yang terpilih secara demokratis dalam Pemilu
Desember 2017. Dengan demikian, semua
reformasi yang dikehendaki oleh militer
Thailand akan benar-benar dilakukan. Para
komandan militer dapat menjamin bahwa
setiap perubahan akan dilaksanakan dan
pada saat yang sama juga meyakinkan bahwa
pemerintah terpilih akan mengerjakan
tugasnya sesuai dengan apa yang dibebankan
pada mereka. Ketiga, salah satu isi dari
rancangan konstitusi yang baru itu juga akan
memungkinkan bagi perdana menteri yang
tidak terpilih melalui Pemilu mengambil
kekuasaan ketika krisis politik terjadi. Isi
lain dari rancangan konstitusi itu adalah
memastikan untuk tidak akan terjadi lagi
kudeta militer. Militer di Thailand, secara
historis akan beroperasi secara independen
dan terlepas dari pemerintahan sipil.
Meskipun
hasil
referendum
menunjukkan bahwa rancangan konstitusi
ini memperoleh dukungan yang sangat
besar, namun proses menuju referendum
bukanlah langkah yang mudah. Pada saat
menjelang referendum sudah banyak
politikus dan mahasiswa yang ditahan oleh
Pemerintah karena melakukan kampanye
untuk menolak rancangan konstitusi baru
yang dirancang oleh militer Thailand. Para
politikus dan mahasiswa tersebut ditahan
karena dinilai meluncurkan kritikan yang
bersifat provokatif terhadap pemerintah.
Kampanye ini juga dianggap Pemerintah
sebagai kegiatan untuk mengajak rakyat
menolak rancangan konstitusi baru ini.
Besarnya dukungan yang diberikan
rakyat terhadap rancangan konstitusi baru
ini akan semakin memperkuat kehadiran
militer dalam bidang politik. Tidak hanya
itu saja, apabila para komandan militer
nantinya duduk sebagai Anggota Senat
seperti yang ditetapkan dalam rancangan
konstitusi baru, maka para komandan
militer ini akan memiliki kekuasaan untuk
Referensi
Penutup
Hasil referendum Thailand yang
berlangsung tanggal 7 Agustus 2016
menyatakan
bahwa
sebagian
besar
rakyat Thailand mendukung rancangan
konstitusi yang baru. Dengan kata lain,
rakyat juga mendukung bahwa pada tahun
2017 mendatang, militer Thailand akan
berkuasa di Thailand. Perubahan kondisi
politik dalam negeri Thailand tersebut
tampaknya tidak akan menimbulkan
dampak
negatif
terhadap
hubungan
bilateral Indonesia-Thailand. Hubungan
yang saling membutuhkan antara kedua
negara memungkinkan stabilitas kerja sama
bilateral tetap terjaga meskipun terjadi
perubahan ataupun ketidakstabilan politik
dalam negeri Thailand.
Meskipun demikian, perlu kiranya
DPR mengingatkan Pemerintah agar terus
mendorong Pemerintah Thailand untuk
menghormati nilai-nilai demokrasi dan hak
asasi manusia yang telah menjadi komitmen
bersama yang tertuang dalam Piagam
ASEAN. Di samping itu, DPR hendaknya
dapat
memanfaatkan
forum
antarparlemen Asia Tenggara (AIPA/ASEAN
Inter-Parliamentary Assembly) maupun
dalam fora antar-parlemen lainnya untuk
mendorong terciptanya nilai demokrasi dan
hak asasi manusia di Thailand.
-8-
Majalah
KESEJAHTERAAN SOSIAL
Abstrak
Untuk memperkuat penanaman pendidikan karakter di sekolah, Mendikbud mewacanakan
perpanjangan jam sekolah atau full day school (FDS) terhadap siswa SD dan SMP.
Usulan ini memicu polemik. Tulisan ini akan membahas bagaimana pengaruh FDS
terhadap karakter anak dan apakah FDS dapat diterapkan di semua SD dan SMP di
Indonesia. Berdasarkan kajian literatur, FDS bisa menurunkan perilaku bermasalah dan
meningkatkan perkembangan pribadi serta sosial anak, tergantung dari isi program
dan juga pendekatan pelatihan yang digunakan. Beberapa permasalahan mendasar
dalam sistem pendidikan kita, yaitu rendahnya kualitas guru, belum meratanya distribusi
guru, serta belum amannya lingkungan sekolah mengindikasikan Indonesia belum siap
menerapkan FDS di SD dan SMP di semua wilayah untuk saat ini.
Pendahuluan
Wacana full day school (FDS) untuk
siswa SD dan SMP yang diusulkan Menteri
Pendidikan dan Kebudayaan (Mendikbud),
Muhadjir Effendy, mengundang pro dan kontra.
Mendikbud meyakini bahwa porsi pendidikan
karakter di level pendidikan dasar dan
menengah belum memadai, sehingga perlu ada
penambahan dengan menyelenggarakan kegiatan
ekstrakurikuler. Rencananya, anak pulang
sekolah pukul lima sore mengikuti rata-rata jam
pulang kerja orang tua. Mereka diharapkan bisa
pulang bersama-sama orang tua, atau setidaknya
ketika mereka pulang sekolah ada orang tua yang
mengawasi kegiatan mereka.
Komisi Perlindungan Anak Indonesia
(KPAI) menyatakan bahwa anak-anak
membutuhkan interaksi dengan teman sebaya
*) Peneliti Muda Psikologi pada Bidang Kesejahteraan Sosial, Pusat Penelitian, Badan Keahlian DPR RI.
Email: suliswinurini@yahoo.com
Info Singkat
2009, Pusat Penelitian
Badan Keahlian DPR RI
www.pengkajian.dpr.go.id
ISSN 2088-2351
-9-
Penutup
Ulasan di atas memperlihatkan bahwa
FDS bisa dimanfaatkan dengan baik apabila
mengikuti
kaidah-kaidah
evidence-based
training approach. Sayangnya, Indonesia
belum siap menerapkan FDS di semua SD
dan SMP saat ini. Tampaknya, pemerintah
perlu mematangkan konsep FDS ini. Dalam
rangka persiapan FDS ada beberapa hal
yang bisa dilakukan pemerintah, yaitu: 1)
membenahi permasalahan di dalam sistem
pendidikan; 2) membuat perencanaan yang
jelas mengenai FDS; 3) memetakan kebutuhan
FDS di setiap wilayah untuk menyelaraskan
tujuan program dan pelaksanaan kegiatan;
4) mengkaji perkembangan dan kesiapan
psikologis anak sebagai acuan penetapan model
kegiatan, substansi kegiatan serta penentuan
lamanya jam sekolah; 5) mengkaji kesiapan
sumber daya sekolah, seperti fasilitas, sarana
dan prasarana, guru; dan 6) mengkaji alokasi
dana yang tersedia. Hasil pengkajian menjadi
dasar bagi pemerintah untuk menilai apakah
FDS bisa dilaksanakan secara efektif dan tepat
sasaran. Dalam hal ini, DPR RI, khususnya
Komisi X, perlu memantau kajian yang disusun
pemerintah untuk memastikan bahwa FDS
bermanfaat bagi masyarakat dan negara.
Referensi
Gottfredson, Denise C., Gerstenblith, Stephanie
A., Soule, David A., Womer, Shannon C., Lu,
Shaoli. (2004). Do After School Program
Reduce Delinquency? Prevention Science. Vol 5
No 4, 253-265.
Burdumy, Susan James., Dynarski, Mark., Deke,
John. (2006). After School Program Effects on
Behavior: Results from the 21st Community
Learning Centers Program National Evaluation,
http://athens.src.uchicago.edu/jenni/EI/
Burdumyetal/Burdumy_Dynarski_etal_EI_
final.pdf, diakses pada tanggal 12 Agustus 2016.
- 12 -
Majalah
Abstrak
Pendahuluan
Belum genap sepekan menjabat Menteri
Keuangan (Menkeu) dalam perombakan Kabinet
Kerja Jilid II, Sri Mulyani Indrawati mengajukan
pemangkasan anggaran belanja negara sebesar
Rp133,8 triliun. Pemangkasan anggaran tersebut
dilakukan untuk kedua kalinya pada tahun ini yang
disampaikan melalui Sidang Kabinet Paripurna pada
awal Agustus lalu.
Sebelumnya,
pemerintah
melakukan
pemangkasan anggaran melalui Instruksi Presiden
(Inpres) Nomor 4 Tahun 2016 yang ditetapkan pada
tanggal 12 Mei 2016. Pemangkasan anggaran yang
pertama dilakukan hanya untuk anggaran belanja
87 Kementerian/Lembaga (K/L) dengan total
pemangkasan sebesar Rp50,02 triliun.
*) Peneliti Muda Ekonomi Terapan pada Bidang Ekonomi dan Kebijakan Publik, Pusat Penelitian, Badan Keahlian DPR RI.
Email: ariesy.t.leny@dpr.go.id
Info Singkat
2009, Pusat Penelitian
Badan Keahlian DPR RI
www.pengkajian.dpr.go.id
ISSN 2088-2351
- 13 -
Sisi Pendapatan
Pengajuan pemangkasan berawal dari
ketidakpastian target penerimaan negara berdasarkan
hitungan terbaru Kemenkeu yang mencatat potensi
tidak tercapainya penerimaan perpajakan sebesar
Rp219 triliun akibat ketidaktepatan penggunaan
basis pajak. Penerimaan perpajakan pada akhir tahun
diproyeksikan meleset minus (shortfall) 14 persen
dari target Rp1.539,2 triliun.
Pemangkasan anggaran yang kedua kalinya
pada tahun ini dalam APBN Perubahan 2016
masih diperlukan untuk merespons perlambatan
ekonomi global yang masih berlangsung dengan
diikuti menurunnya harga komoditas di pasar
internasional. Postur APBNP 2016 saat ini memang
tidak begitu ideal. Belanja negara dipatok Rp2.083
trilliun, sementara pendapatan negara ditargetkan
Rp1.786 trilliun, di antaranya sebesar Rp1.539
trilliun menjadi tanggung jawab Direktorat Jenderal
Pajak (DJP) Kemenkeu. Artinya, 80 persen
penerimaan pajak bergantung pada korporasi yang
utamanya sangat dipengaruhi harga komoditas
internasional. Penurunan harga komoditas tersebut
berkontribusi pada penurunan penerimaan negara
sebesar Rp108 triliun.
Di tengah kondisi tersebut, pemerintah harus
menjaga agar defisit anggaran tidak lebih dari 3
persen setiap tahunnya sesuai undang-undang.
Faktanya, defisit anggaran hingga semester I tahun
2016 sudah mencapai Rp276,6 trilliun atau 1,83
persen. Hal ini menandakan kondisi kas negara
sedang berada pada situasi memprihatinkan.
Upaya mengatasi defisit anggaran dapat
dilakukan melalui tiga cara, yakni memangkas
anggaran, menambah utang, atau melakukan revisi
terhadap batas maksimum defisit melalui Perppu.
Pilihan kedua tidak diambil saat ini mengingat posisi
utang pemerintah pada enam tahun terakhir yang
terus meningkat (Tabel 1). Sementara pilihan ketiga
akan semakin melemahkan kredibilitas pemerintah.
Dengan begitu, pemangkasan anggaran menjadi
Tahun
Pinjaman
SBN
2011
2012
2013
2014
621
617
714
678
1.188
1.361
1.661
1.931
2015
2016
755
740
2.410 2.623
Total
1.809 1.978 2.375 2.609 3.165 3.363
Sumber: BSPUPP (Govt Debt Profile edisi Juli 2016, DJPPR
Kemenkeu)
Sisi Belanja
Pertumbuhan ekonomi pada dasarnya
memiliki dua pola yakni musiman dan
struktural. Pola musiman misalnya ditandai oleh
bergesernya musim panen yang
dampaknya
baru terasa pada triwulan II dan menjadi salah
- 14 -
2014
2016
144,4
280,3
247,5
302,6
118,6
196,8
170,3
165,5
- Kemen PUPR
69,3
111,1
107,4
101,7
- Kemen Perhubungan
26,2
59,1
44,4
45,5
- Kemen Pertanian
1,8
8,9
8,1
5,3
- Kemen ESDM
4,0
8,1
4,4
4,6
2,5
6,8
4,1
5,3
1,2
1,1
- Belanja Hibah
0,8
4,5
3,0
4,0
14,4
41,0
39,1
83,4
11,9
29,7
27,7
62,8
8,3
8,3
18,8
D. Melalui Pembiayaan
9,0
35,7
34,1
48,3
- FLPP
3,0
5,1
5,2
9,2
4,0
28,8
28,8
38,2
Infrastruktur Sosial
8,0
6,3
5,8
6,5
6,6
4,3
3,9
5,3
- Kementerian Agama
0,9
2,1
2,0
1,2
2,1
3,7
2,9
4,4
II
2015
Infrastruktur Ekonomi
0,0
1,3
0,9
0,3
- Kemenperin
0,1
0,6
0,6
0,5
154,6
290,3
256,3
313,5
Jumlah
Sumber: Kemenkeu, 2016.
- 15 -
Penutup
Dalam rangka menjaga kredibilitas fiskal
Indonesia, defisit APBN tidak boleh melebihi 3
persen setiap tahunnya sesuai amanat UU. Untuk
itu dibutuhkan sinergi antara Pemerintah dan DPR.
Pemerintah perlu menguatkan sisi pendapatan
dan sisi belanja negara. Penguatan sisi pendapatan
dilakukan salah satunya dengan pembaharuan
sistem
perpajakan
termasuk
memperluas
akses penerimaan pajak. Pada sisi belanja,
pemangkasan kembali APBNP 2016 masih realistis
di tengah melesetnya penerimaan perpajakan
namun dilakukan pada pos-pos anggaran yang
tidak produktif sehingga potensi perlambatan
pertumbuhan ekonomi dapat diminimalisir.
Terkait pemangkasan anggaran transfer daerah,
Referensi
Dani Rodrik, One Economic Many Recipes:
Globalization, Institutions, and Economic
Growth, Princenton University Press, 2007.
A. Prasetyantoko.
Menjaga
Momentum
Pertumbuhan, Kompas, 8 Agustus 2016, hal. 15.
Bhima Y.A. Balada Potong Anggaran, Neraca, 8
Agustus 2016.
Jaga Kualitas Lewat Efisiensi: Anggaran Program
Prioritas Tidak Akan Dipotong, Kompas, 8
Agustus 2016, hal 17.
Target Pertumbuhan Sulit Tercapai, Republika, 8
Agustus 2016, hal. 18.
Bambang Brodjonegoro. Empat Hal Yang Harus
Diperhatikan Dalam Pemangkasan Anggaran.
http://ekonomi.metrotvnews.com/makro/
yNL8lVaN-pemangkasan-anggaran-bambangingatkan-kemenkeu-empat-hal-ini, diakses 10
Agustus 2016.
Yustinus Prastowo. Harus Ada Cetak Biru Reformasi
Perpajakan.http://news.ddtc.co.id/artikel/6593/
yustinus-prastowo-harus-ada-cetak-birureformasi-pajak/, diakses 10 Agustus 2016.
Agar Defisit Anggaran Tak Lampaui Tiga Persen
PDB.
http://bisniskeuangan.kompas.com/
read/2016/06/22/150244426/agar.defisit.
anggaran.tak.lampaui.tiga.persen.pdb, diakses
10 Agustus 2016.
Anggaran Infrastruktur Daerah, http://www.
anggaran.depkeu.go.id/dja/athumbs/
apbn/2016Infrastruktur.pdf, diakses 10 Agustus
2016.
Buku Kedua Nota Keuangan Beserta Rancangan
Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara
Perubahan Tahun Anggaran 2016.http://www.
anggaran.depkeu.go.id/content/Publikasi/
NK%20APBN/NK%20RAPBNP%202016.pdf,
diakses 10 Agustus 2016.
Mengukur Efektivitas Paket Kebijakan Ekonomi
Terkait Fiskal, http://www.kemenkeu.go.id/
Artikel/mengukur-efektifitas-paket-kebijakanekonomi-terkait-fiskal, diakses 10 Agustus 2016.
- 16 -
Majalah
Abstrak
Pusat Teknologi Informasi dan Komunikasi (TIK) Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi
(BPPT) melakukan ujicoba perdana verifikasi elektronik (e-verifikasi) pada 7-14 Agustus 2016.
Berlatar belakang uji coba verifikasi elektronik tersebut, tulisan ini mencoba mengulas tentang
masa depan pemilu elektronik 2019 dengan mengunakan teori difusi inovasi. Kesimpulannya,
keunggulan relatif dari sistem pemilu elekronik selain dipengaruhi oleh berbagai keunggulan
teknis juga dipengaruhi berbagai kondisi yang mendorong pemilu elektronik sebagai solusi.
Tapi untuk diadopsi secara penuh, sistem pemilu elektronik memiliki sejumlah permasalahan
yang harus segera diselesaikan yaitu belum tersedianya payung hukum, infrastruktur dan
suprastruktur yang memadai.
Pendahuluan
Pusat TIK BPPT melakukan uji coba perdana
sistem elektronik (e-verifikasi) selama 8 (delapan)
hari dari tanggal 7-14 Agustus 2016 di Desa Lopak
Aur, Kecamatan Pemayung, Batanghari, Jambi.
Sistem e-verifikasi terdiri dari dua sistem yaitu:
sistem verifikasi data pemilih (e-verifikasi) dan
sistem pemungutan suara elektronik (e-voting).
Proses e-verifikasi dan e-voting tersebut memilih
32 dari 124 calon kepala desa dengan total
jumlah pemilih di Kabupaten itu 42.792 pemilih.
Pengembangan e-verifikasi tersebut dilakukan
BPPT berdasarkan studi kasus pada 200 pilkades
sejak 2010. Peninjauan aplikasi sistem e-verifikasi
dilakukan oleh Tim Program Sistem Pemilu
Elektronik BPPT.
Menurut Kepala Pusat TIK BPPT, Michael
Andreas, penerapan e-verifikasi bisa menekan
penyimpangan di tingkat tempat pemungutan
*) Peneliti Madya Komunikasi pada Bidang Politik Dalam Negeri, Pusat Penelitian, Badan Keahlian DPR RI.
Email: handrini.ardiyanti@dpr.go.id
Info Singkat
2009, Pusat Penelitian
Badan Keahlian DPR RI
www.pengkajian.dpr.go.id
ISSN 2088-2351
- 17 -
Referensi
Penutup
Keunggulan relatif dari sistem pemilu
elekronik selain dipengaruhi oleh berbagai
keunggulan teknis yang dimiliki perangkat
teknis yang dikembangkan BPPT, juga
dipengaruhi berbagai kondisi yang mendorong
adanya pemilu elektronik sebagai sebuah
solusi. Tapi untuk diadopsi secara penuh,
sistem pemilu elektronik memiliki sejumlah
permasalahan yang harus segera diselesaikan
yaitu belum tersedianya payung hukum yang
memadai untuk pelaksanaan pemilu 2019 secara
elektronik serta kelemahan infrastruktur dan
suprastruktur pendukung. Meskipun demikian,
DPR sebagai lembaga negara yang menjalan
fungsi legislasi, pengawasan, dan anggaran perlu
secara jeli memerhatikan berbagai kendala dan
mengusulkan berbagai alternatif kebijakan yang
mampu mendorong terpenuhinya legalitas dan
infrastruktur untuk pelaksanaan pemilihan
secara elektronik, baik itu secara menyeluruh
meliputi e-verifikasi dan e-voting-nya, maupun
sebagian yaitu e-verifikasi untuk mempermudah
dan mempercepat serta menjamin akurasi data
pemilih. Karenanya, Kementerian Kominfo
perlu didesak untuk segera merealisasikan
program-program yang dapat memperkecil
digital gap di Indonesia. Program lain Kominfo
yang harus didorong adalah program Palapa
Ring yang merupakan rencana pembangunan
jaringan telekomunikasi nasional dari Sabang
sampai Merauke. Selain itu, DPR harus
segera memulai pembahasan RUU Pemilu
2019 sehingga mampu menyediakan payung
hukum yang komprehensif bagi kemungkinan
penyelenggaraan pemilu serentak 2019 secara
elektronik. Hal lain yang tak kalah penting
untuk mewujudkan e-voting 2019 adalah
memanfaatkan saluran kosmopolit dan saluran
media sebagai proses difusi.
- 20 -