substansi kurikulum yang berharga untuk hidup di masyarakat. Sama halnya dengan
perenialisme, essesialisme juga lebih berorientasi pada masa lalu.
3. Eksistensialisme menekankan pada individu sebagai sumber pengetahuan tentang hidup
dan makna. Untuk memahami kehidupan seseorang mesti memahami dirinya sendiri.
Aliran ini mempertanyakan : bagaimana saya hidup di dunia ? Apa pengalaman itu ?
4. Progresivisme menekankan pada pentingnya melayani perbedaan individual, berpusat
pada peserta didik, variasi pengalaman belajar dan proses. Progresivisme merupakan
landasan bagi pengembangan belajar peserta didik aktif.
5. Rekonstruktivisme merupakan elaborasi lanjut dari aliran progresivisme. Pada
rekonstruktivisme, peradaban manusia masa depan sangat ditekankan. Di samping
menekankan tentang perbedaan individual seperti pada progresivisme, rekonstruktivisme
lebih jauh menekankan tentang pemecahan masalah, berfikir kritis dan sejenisnya. Aliran
ini akan mempertanyakan untuk apa berfikir kritis, memecahkan masalah, dan
melakukan sesuatu ? Penganut aliran ini menekankan pada hasil belajar dari pada proses.
Filsafat membahas segala permasalahan yang dihadapi oleh manusia termasuk
masalah-masalah pendidikan yang disebut filsafat pendidikan. Walaupun dilihat sepintas,
filsafat pendidikan hanya merupakan aplikasi dari pemikiran-pemikiran filosofis untuk
memecahkan masalah-masalah pendidikan, tetapi antara keduanya yaitu antara filsafat dan
filsafat pendidikan terdapat hubungan yang sangat erat.
Masing-masing aliran filsafat pasti memiliki kelemahan dan keunggulan tersendiri.
Oleh karena itu, dalam praktek pengembangan kurikulum, penerapan aliran filsafat
cenderung dilakukan secara eklektif untuk lebih mengkompromikan dan mengakomodasikan
berbagai kepentingan yang terkait dengan pendidikan. Meskipun demikian saat ini, pada
beberapa negara dan khususnya di Indonesia, tampaknya mulai terjadi pergeseran landasan
dalam pengembangan kurikulum, yaitu dengan lebih menitikberatkan pada filsafat
rekonstruktivisme.
Terkait antara pengembangan kurikulum yang senantiasa memiliki hubungan dan
dipengaruhi oleh perkembangan politik suatu
sistematis
berkenaan
dengan
kepentingan
pendidikan.
Nasution
(1982)
adalah bersifat spiritual daripada fisik, bersifat mental daripada material. Dengan
demikian menurut filsafat idealisme bahwa manusia adalah makhluk spiritual,
makhluk cerdas dan bertujuan. Pikiran manusia diberikan kemampuan rasional
sehingga dapat menetukan pilihan mana yang harus diikutinya.
Berdasarkan pemikiran filsafat idealismebahwa tujuan pendidikan harus
dikembangkan pada upaya pembentukan karakter, pembentukan bakat insani dan
kebijakan sosial sesuai dengan hakikat kemanusiaanya. Dengan demikian tujuan
pendidikan dari mulai tingkat pusat (ideal) sampai pada rumusan tujuan yangblebih
oprasiona (pembelajaran) harus mereflesikan pembentukan karakter pengembangan
bakat dan kebijakan sosial sesuai dengan fitrah kemanusiaannya.
Isi kurikulum atau sumber pengetahuan dirangcang untuk mengembangkan
kemampuan berpikkir manusia, menyiapkan keterampilan bekerja yang dilakukan
melalui program dan proses pendidikan secara praktis. Implikasi bagi para pendidik,
yaitu bertanggung jawab untuk menciptakan lingkungan yang kondusif bagi
tersekenggaranya pendidikan. Pendidikan harus memiliki keunggulan kompetitif baik
dalam segi intelektual maupun moral, sehingga dapat dijadikan panutan bagi peserta
didik.
2.
filsafat realisme memandang bahwa dunia atau reallitas adalah bersifat materi.
Menurut realisme bahwa manusia pada hakikatnya terketak pada apa yang
dikerjakannya.
Maka dari itu kurikulum yang didasarkan pada filsafat realisme harus
dikembangkan secara komperhensif meliputi pengetahuan yang bersifat sains, sosial,
maupun muatan nilai-nilai.
Implementasi bagi para pendidik terutama bahwa peran pendidik diposisikan
sebagai pengelola pendidikan atau
tidak perlu. Kenyataan yang sebenarnya adalah kenyataan fisik, prulal dan berubah
(becoming). Manusia menurut fragmatisme adalah hasil evolusi biologis, psikologis
dan sosial. Manusia lahir tanpa dibekali kemampuan bahasa, keyakinan, gagasan atau
norma-norma.
Nilai baik buruk ditemukan secara eksperimental dalam pengalaman hidup,
jika hasilnya berguna maka tingkah laku tersebut dipandang baik. Oleh karena itu
tujuan pendidikan tidak ada batasan akhirnya, sebab pendidikan adalah pertumbuhan
sepanjang hayat, proses kontuksi yang berlangsung secara terus menerus. Tujuan
pendidikan lebih diarahkan pada upaya untuk memperoleh pengalaman yang berguna
untuk memecahkan masalah baru dalam kehidupan individu maupun sosial.
Implementasi terhadap pengembangan isi atau bahan dalam kurikulum ialah
harus memuat pengalaman-pengalamanyang telah teruji, yang sesuai dengan minat
dan kebutuhan siswa.
4.
secara cepat dan tepat kita pastikan, yakni nilai dasar yang merupak falsafah dalam
pendidikan manusia seutuhnya yakni pancasila.
Setiap Negara tentu mempunyai filsafat yang berbeda. Artinya, landasan
filosofis dan tujuan pendidikannya juga berbeda. Di Indonesia, landasan filosofis
pengembangan sistem pendidikan nasional secara formal adalah pancasila yang terdiri
atas lima sila yaitu:
1) Ketuhanan Yang Maha Esa
2) Kemanusiaan yang adil dan beradab
3) Persatuan Indonesia
4) Kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan dalam
permusyawaratan/ perwakilan, dan
5) Keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia.
Sedangkan implikasinya bagi pengembangan kurikulum adalah:
1) Nilai-nilai pancasila harus dipelajari secara mendalam dan
komprehensif sesuai dengan sifat kajian filsafat.
2) Kelima sila tersebut berisi nilai-nilai moral yang luhur sebagai dasar
dan sumber dalam merumuskan tujuan pendidikan pada setiap
tingkatan, memilih dan mengembangkan isi/bahan kurikulum,
strategi pembelajaran, media pembelajaran, dan sistem evaluasi.
Tujuan menjadi faktor penting dalam pengembangan kurikulum, tidak hanya
memberikan arah kemana kurikulum harus dituju melainkan juga sebagai acuan dan
gambaran dalam memilih dan menentukan isi/materi, proses pembelajaran dan sistem
evaluasi. Secara umum tujuan pendidikan adalah untuk membentuk manusia yang
utuh, yaitu sehat jasmani dan rohani, memiliki pengetahuan, keterampilan, sikap dan
nilai-nilai, tangguh dan mandiri, kreatif dan bertanggung jawab, berguna bagi dirinya
sendiri, agama, keluarga, masyarakat, bangsa dan Negara. Dengan kata lain, tujuan
pendidikan tersebut berkaitan dengan kebutuhan peserta didik secara individual,
kepentingan profesional, dan kebutuhan sosial.
Kesimpulan
Kurikulum merupakan inti dari bidang pendidikan dan memiliki pengaruh terhadap
seluruh kegiatan pendidikan. Mengingat pentingnya kurikulum dalam pendidikan dan
kehidupan manusia, maka penyusunan kurikulum tidak dapat dilakukan secara sembarangan.
Penyusunan kurikulum membutuhkan landasan-landasan yang kuat, yang didasarkan pada
hasil-hasil pemikiran dan penelitian yang mendalam. Penyusunan kurikulum yang tidak
didasarkan pada landasan yang kuat dapat berakibat fatal terhadap kegagalan pendidikan itu
sendiri. Dengan sendirinya, akan berkibat pula terhadap kegagalan proses pengembangan
manusia.
Saran
Indonesia sebagai Negara yang sedang berkembang sangat membutuhkan pendidikan
yang bermutu yang didalamnya mutlak harus terdapat kurukulum yang disusun secara tidak
sembarangan yang berpedoman pada tujuan Negara Indonesia yang disesuaikan dengan
Ideologi Indonesia agar dapat meminimalisir kegagalan proses proses pengembangan,
pembelajaran, dan perubahan perilaku.