SISTEM VERTEBROBASILER
Oleh :
ARIZA JULIA PAULINA
NIM. 1508434443
Pembimbing :
dr. YOSSI MARYANTI, SpS
1. PENDAHULUAN
Sistem Vertebrobasiler merupakan struktur yang memperdarahi medulla
spinalis, batang otak, serebellum, bagian inferior lobus temporal, bagian lateral
dan medial lobus oksipital serebrum. Cabang bagian dalam sistem ini
memperdarahi bagian posterior thalamus dan sebagian radiasio optik. Arteri
vertebralis dekstra dan sinistra bergabung pada batas kaudal pons membentuk
arteri
basilaris.
Arteri
ini
dan
cabang-cabangnya
membentuk
sistem
vertebrobasiler.1,2
2. SISTEM VERTEBROBASILER
2.1 Arteri vertebralis
Arteri vertebralis berasal dari arteri subklavia dekstra dan sinistra. Arteri
vertebralis berjalan naik di leher dalam kanal tulang yang dibentuk oleh foramina
transversae vertebrae servikalis, yang dimasuki oleh arteri tersebut setinggi C6.
Arteri ini meninggalkan kanal tulang pada setinggi C1 dan melengkung
mengelilingi massa lateral atlas di bagian dorsal dan medial, menempati sulkus
arterie vertebralis dipermukaan atas arkus posterior C1. Pembuluh ini kemudian
berjalan ke arah ventral di antara oksiput dan atlas dan melewati membrana
atlanto-oksipitalis. Pembuluh ini biasanya menembus duramater setinggi foramen
magnum. Pada pinggir bawah pons, arteri vertebralis beranastomosis dengan
arteri vertebralis sisi kontralateral membentuk arteri basilaris.2,3
mediana anterior. Arteri ini akan diperkuat oleh arteri radicularis yang
masuk ke kanalis vertebralis melalui foramina intervetebralia.
d. Arteri inferior posterior cerebelli (PICA), merupakan cabang terbesar
arteri vertebralis yang berjalan tidak teratur diantara medulla oblongata dan
cerebellum. Arteri ini memperdarahi permukaan inferior vermis, nuclei
centrales cerebelli dan permukaan bawah hemispherium cerebelli, serta
menyuplai medulla oblongata dan plexus choroideus ventriculi quarti.
e. Arteri medullaris merupakan cabang-cabang yang sangat kecil yang di
distribusikan ke medulla oblongata.
Arteri basilaris
Arteri basilaris terbentuk dari gabungan kedua arteri vertebralis yang
berjalan ke atas di dalam sulcus pada permukaan anterior pons. Pada pinggir atas
pons, arteri ini bercabang menjadi dua arteri cerebri posterior.2
sekeliling
mesencephalon,
kemudian
bergabung
dengan
ramus
disebabkan oleh emboli. Sebagian besar emboli berasal dari plak ateromatosa di
dinding arteri vertebralis. Berbeda dengan arteri karotis komunis, yang memilki
kecenderungan terbentuknya plak aterom pada bifurkasio karotis, sedangkan arteri
vertebralis tidak memiliki lokasi khas pembentukan aterom. Plaka teromatosa
dapat ditemukan di sepanjang perjalanan arteri vertebralis. Fakta ini menimbulkan
kesulitan dalam melokalisasi sumber emboli secara tepat. Selain itu, plak
arteromatosa pada arteri vertebralis kanan atau kiri dapat menimbulkan emboli
yang berjalan kearah distal menuju arteri basilaris atau menuju arteri serebri
posterior salah satu sisi. Stenosis arteri vertebralis, seperti stenosis arteri karotis
interna, biasanya yang menyebabkan stroke bukan melalui berkurangnya perfusi
tetapi karena emboli.3
Arteri vertebralis dan arteri basilaris menyuplai batang otak dan bagian
otak lainnya. Batang otak banyak mengendalikan fungsi penting, termasuk fungsi
pernafasan dan kardiovaskular maka infark batang otak umumnya memiliki akibat
lebih serius dari pada infark arteri karotis interna. Oklusi arteri basilaris termasuk
basilar tip umumnya bersifat fatal. Selain itu, karena hanya tersedi sedikit ruang di
fosa posterior untuk membesarnya jaringan otak yang bengkak, infark serebelum
yang relative kecil pun dapat menyebankan hipertensi intrakranial yang dapat
mengancamjiwa. Kompresi akueduktus serebri atau ventrikel keempat oleh
jaringan infark dapat menyebabkan hidrosefalus oklusif dan meningkatkan
tekanan intrakranial.3
Kedua arteri vetebralis bergabung di depan batang otak dan membentuk arteri
basilaris. Arteri basilaris juga banyak membentuk cabang arteri perfotrantes yang
kecil kebatang otak yaitu rami paramediani, rami sirkumferensiales breves
danlongi. Oklusi pada cabang-cabang ini menyebabkan sindroma batang otak.3
3.2
(yaitu hipestesia terhadap raba dan tekan, dengan gangguan sensasi posisi) serta
nistagmus.
3. Sindroma basis pontis kaudalis (sindroma Millard-Gubleratau sindroma Foville)
Penyebab: oklusi ramus sirkum ferensialis arteri basilaris, tumor, abses, dan
lain-lain. Gambaran klinis: kelumpuhan nervus abdusen dan nervus fasialis
ipsilateral, hemiplegia kontra lateral, gangguan sensasi raba, posisi, serta getar sisi
kontra lateral.
4. Sindroma tegmentum pontis kaudale
Penyebab: oklusi cabang arteri basilaris (rami sirkum ferensiales breves
danlongi). Gambaran klinis: kelumpuhan nuclear abdusen dan fasialis ipsilateral,
nistagmus, paresis tatapan kearah sisi lesi, hipestesia dangan gangguan sensasi
posisi dan getar sisi kontra lateral, mioritmia palatum dan faring ipsilateral.
5. Sindroma tegmentum pontisorale
Penyebab: oklusi ramus sirkumferensialis longus arteri basilaris dan arteri
serebelaris superior. Gambaran klinis: hilangnya sensasi wajah ipsilateral dan
paralisis otot-otot pengunyah, gangguan semua modalitas sensorik kontra lateral.
6. Sindroma basis pontis bagian tengah
Penyebab: oklusi ramus sirkumferensialis brevis dan ramus paramedianus
arteri basilaris.
Gambaran klinis: paresis flasid otot-otot pengunyah ipsilateral, hipestesia,
hemiparesis spastik kontra lateral.
7. Sindroma nucleus ruber (sindroma benedikt)
Penyebab: oklusi ramus interpedunkularis arteri basilaris dan arteri serebri
posterior. Gambaran klinis: kelumpuhan nervus okulomotorius ipsilateral,
gangguan sensasi raba, posisi, getar kontralateral, diskriminasi dua titik.
8. Sindroma pedunkulus serebri (sindroma weber)
Penyebab: oklusi ramus interpedunkularis arteri serebri posterior dan arteri
khoroidalis posterior, penyebab yang jarang adalah tumor (glioma). Gambaran
klinis: kelumpuhan nervus okulomotorius ipsilateral, hemiparesis spastic
kontralateral, deficit saraf kranialis pada N VII, IX,X, dan XII.
3.3
Sindroma Vaskular Talamik
1. Arteri talamiperforans anterior
Arteri ini berasal dari arteri komunikans posterior dan terutama menyuplai
bagian rostral talamus. Adanya infark menyebabkan tremor intense atau tremor
saat istirahat. Gangguan sensorik dan nyeri biasanya tidak terjadi.3
2. Arteri perforans posterior
Oklusi pada arteri ini menyebabkan infark bilateral pada nuclei intra
laminarestalami, mengakibatkan gangguan kesadaran berat.3
3. Arteri talamogenikulata
Infark pada arteri serebri posterior sering melibatkan iskemia pada distribusi
arteri talamogenikulata. Defisit yang bersesuaian pertama kali ditemuakan oleh
Dejerine dan Roussy: hemiparesis kontra lateral sementara, hemianestesi kontra
lateral untuk rasa raba dan profioseptif menetap (dengan gangguan sensasi nyeri
dan suhu yang lebih ringan), nyeri spontan.3
3.4 Sindroma Vaskular Serebelum
1. Arteri inferior posterior serebeli (PICA)
Oklusi proksimal PICA menyebabkan iskemia dibagian dorso lateral
medula, biasanya menimbulkan sindrom Wallenberg parsial atau total. PICA
menyuplai bagian serebelum, tetapi dengan luas bervariasi, dengan demikian
dapat terjadi deficit serebelar dengan berat bervariasai seperti hemiataksia, atau
disdokinesia. Defisit serebelar selalu ditemaukan pada sisi infark.3
2. Arteri inferior anterior serebeli (AICA)
Oklusi pada arteri ini, menimbulkan berbagai manifestasi klinis, karena
perjalanan dan luas yang bervariasi. Hemiataksia ipsilateral dan nistagmus dapat
terjadi, juga dapat timbul deficit saraf kranial VII dan VIII. Oklusi arteri labirinti,
suatu cabang AICA dapat menyebabkan sudden deafness.3
3. Arteri superior serebeli (SCA)
Oklusi arteri ini menyebabkan ataksia berat karena infark pedunkulus
sereblaris superior. Kerusakan jaringan pada tegmentum pontis menyebabkan
deficit sensorik pada setangah bagian ipsilateral wajah dan setengah bagian tubuh
kontra lateral, yang mengenai semua kualitas sensasi.3
DAFTAR PUSTAKA
1. Songur A, et al. Variations in the intracranial vertebrobasilar system. Surg
Radiol Anat. 2008;30:25764
2. Snell RS. Vaskularisasi otak dan medulla spinalis. dalam: Neuroanatomi
klinik untuk mahasiswa kedokteran. Jakarta:EGC; 2007.p.525-53.
3. Baehr M, Frotscher M. Diagnosis topik neurologi DUUS; anatomi, fisiologi,
tanda, gejala. Edisi 4. Stuttgart-New York: Thieme; 2005. p.419-32, 443-73.
4. Mardjono M, Sidharta P. Neurologi klinis dasar. Jakarta: Dian rakyat.2009.
hal: 31-5
10