Anda di halaman 1dari 78

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Otitis Media Supuratif Kronis (OMSK) merupakan penyakit
infeksi telinga tengah dan sangat sering terjadi di Negara berkembang
(Vanderpool. 2009). Di Indonesia, penyakit OMSK dikenal dengan istilah
congek, kopok, toher, curek, teleran, atau telinga berair. Otitis media
supuratif kronik dianggap sebagai salah satu penyebab tuli yang terbanyak,
terutama di negara-negara berkembang, dengan prevalensi antara 1- 46%.
Di Indonesia antara 2,10-5,20%, Korea 3,33% dan Madras India 2,25%.
Prevalensi tertinggi didapat pada penduduk Aborigin di Australia dan
bangsa Indian di Amerika Utara. Beberapa faktor yang dapat
menyebabkan otitis media akut menjadi otitis media kronis yaitu terapi
yang terlambat diberikan, terapi tidak adekuat, virulensi kuman yang
tinggi, daya tahan tubuh yang rendah (gizi buruk) atau hygiene buruk
(Djaafar ZA,2007).
Prevalensi OMA pada anak-anak dikota madya jakarta timur, tahun
2012 berdasarkan penelitian yang dilakukan terhadap populasi anak kota
madya jakarta timur adalah 5,38%. Pada penelitian ini, jumlah terbanyak
penderita OMA di dapatkan pada kelompok usia 2 sampai 5 tahun
(44,44%), dengan sebagian besar berjenis kelamin laki-laki (70,37%) dan
tergolong dalam status gizi kurang (55,56%). Subjek penderita OMA yang
memiliki gejala batuk pilek sebesar 66,67% dan tidak ada yang
mendapatkan gejala rinitis alergi. Sebagian besar subjek penderita OMA
mendapatkan pajanan asap rokok (70,37%) dan tinggal dikawasan padat
penduduk (62,96%) di kelurahan cawang dengan penghasilan keluarga
dibawah Rp 1.800.000 juta. Pada penelitian tersebut, sebagian besar (85%)
subjek penderita OMA dengan usia dibawah 5 tahun mendapatkan ASI
dengan lama pemberian ASI terbanyak selama 6 sampai 11 bulan (30%).
Subjek penderita OMA dengan usia dibawah 5 tahun dengan mendapatka

susu botol sebesar 65%, sebagian besar 70% diberikan susunya dengan
posisi berbaring. Separuh 50% penderita OMA dengan usia dibawah 5
tahun menggunakan dot dan sebagian besar 90% mendapatkan imunisasi
lengkap. OMSK dapat menyebabkan gangguan pendengaran sehingga
menimbulkan dampak yang serius terutama bagi anak-anak, karena dapat
menimbulkan pengaruh
perkembangan

bahasa,

jangka panjang pada komunikasi anak,


proses

pendengaran,

psikososial

dan

perkembangan kognitif serta kemajuan pendidikan. ( Umar et all, 2013).


B. Rumusan Masalah
Dalam penyusunan laporan ini akan dibahas mengenai kasus otitis
media kronik yang meliputi tinjauan teori, pembahasan kasus otitis media
yang terjadi pada An. P dan analisa kesenjangan teori dan kasus.
C. Tujuan
1. Tujuan umum
Untuk mengetahui konsep teori dan asuhan keperawatan pada klien
dengan Otitis Media Supuratif Kronik (OMSK) serta kesenjangan antara
teori dengan kasus
2. Tujuan khusus
a. Untuk mengetahui definisi Otitis Media Supuratif Kronik (OMSK)
b. Untuk mengetahui etiologi Otitis Media Supuratif Kronik (OMSK)
c. Untuk mengetahui manifestasi klinis Otitis Media Supuratif Kronik
(OMSK)
d. Untuk mengetahui patofisiologi Otitis Media Supuratif Kronik
(OMSK)
e. Untuk mengetahui analisa data klien dengan Otitis Media Supuratif
Kronik (OMSK)
f. Untuk mengetahui asuhan keperawatan Otitis Media Supuratif
Kronik (OMSK)
g. Untuk mengetahui pengkajian klien An.P dengan Otitis Media
Supuratif Kronik (OMSK)
h. Untuk mengetahui analisa data klien An.P dengan Otitis Media
Supuratif Kronik (OMSK)
i. Untuk mengetahui masalah keperawatan pada klien An.P dengan
Otitis Media Supuratif Kronik (OMSK)
j. Untuk mengetahui rencana asuhan keperawatan pada klien An.P
dengan Otitis Media Supuratif Kronik (OMSK)
2

k. Untuk mengetahui kesenjangan antara teori dengan kasus yang di


alami An. P
D. Manfaat
Penyusunan

laporan

ini

memiliki

manfaat

sebagai

modal

pembelajaran dan referensi terkait konsep teori dan proses asuhan


keperawatan pada klien dengan Otitis Media Supuratif Kronik (OMSK)
untuk dapat diimplementasikan dengan baik sesuai masalah keperawatan
dan rencana asuhan keperawatan yang telah dipelajari.

BAB II
TINJAUAN TEORI

A. Definisi
Otitis media adalah suatu peradangan telinga pada bagian tengah,
otitis media dapat terjadi akibat infeksi bakteri, biasanya oleh bakteri
Streptococus pneumonia, Haemophilus influenza, atau Stapilococus aureus.
(Elizabeth J Corwin, 2002 dalam Hetharia, 2011).

Otitis media kronik adalah kondisi yang berhubungan dengan patologi


jaringan irreversibel dan biasanya disebabkan karena episode berulang otitis
media akut. (Brunner and Suddarth, 2002 dalam Hetharia, 2011).
Otitis media supuratif kronik (OMSK) adalah infeksi kronik telinga
tengah dengan perforasi membran tymphani dan keluarnya sekret dari
telinga tengah secara terus menerus atau hilang timbul. Sekret mungkin
encer atau kental, bening, atau nanah yang biasanya disertai dengan
gangguan pendengaran. (Mansjoer, Arif, 2001 dalam Hetharia, 2011).
OMSK adalah stadium dari penyakit telinga tengah dimana terjadi
peradangan kronis dari telinga tengah dan mastoid dan membran timpani
tidak intak (perforasi) dan ditemukan sekret (otorea), purulen yang hilang
timbul. Istilah kronik digunakan apabila penyakit ini hilang timbul atau
menetap selama 2 bulan atau lebih (Joyce & Hawks, 2009).

Gambar 1. Otitis media supuratif kronik (Porbts & Grevers, 2000)


Dari beberapa definisi di atas dapat ditarik kesimpulan bahwa, Otitis
media supuratif kronik adalah infeksi kronik telinga tengah secara terus
menerus dari telinga media dan mastoid dan membran timpani dengan
patologi jaringan irreversibel dan biasanya disebabkan karena episode
berulang otitis media akut.
B. Anatomi Fisiologis
1. Embriologi Pendengaran
Pada saat usia kehamilan kurang dari 22 hari terjadi penebalan
ektoderm pada kedua sisi rombensalon yang terdiri dari plakoda telinga
yang membentuk gelembung telinga. Bagian ventral membentuk
saculus dan ductus cochlearis, unsur dorsal membentuk utriculus,

canalis cemicircularis, dan ductus endolymphyatikus, bagian epitel ini


dikenal sebagai labirin membranosa. Pada bulan ketiga kehamilan selepitel pada bagian dorsal celah faring pertama berkembang membentuk
sumbatan meatus kemudian pada bulan ketujuh sumbatan ini
menghilang dan epitel melapisi dasarnya ikut membentuk gendang
telinga tetap. Selain itu gendang telinga juga terbentuk dari lapisan
ektoderm dari meatus actusticus, lapisan endoderm cavum tympani, dan
lapisan tengah yang berasal dari tulang maleus dan sebagian lain
membentuk batasan pemisah antara telinga luar dan cavum tympani.
Terdapat enam buah lapisan mesenkim yang terdapat di lekung faring
pertama yang berkembang menjadi daun telinga (aurikula0 kemudian
berkembang tonjolan-tonjolan daun telinga yang masing=masing
terdapat pada sisi telinga luar dan menyatu membentuk daun telinga
yang tetap. Bagian telinga luar berkembang dari bawah leher hingga
setingga mata (sadler, T. 2009).

Gambar 2 Perkembangan Telinga Dalam (Soepardi, E A.,dkk, 2007)

Gambar 3 Perkembangan Telinga Dalam (Soepardi, E A.,dkk, 2007)


Menurut Karl (2012) perkembangan pendengaran anak 0-2 tahun
ialah :
a. Lahir 3 bulan
Bayi terkejut dengan suara keras, diam atau tersenyum
ketika di ajak biacara dan mulai mengenali suara ibu dan menangis
ketika suaranya menghilang
b. 4-6 bulan
Gerakan mata mengikuti sumber suara, merespon ketika ibu
mengubah

intonasi

suara,

memperhatikan

mainan

yang

mengeluarkan suara dan memperhatikan musik.


c. 7-1 tahun
Menyukai permainan cilukba, bergerak dan mulai mencari
suara, mendengarkan orang bicara, mulai mengenali beberapa kata
dengan satu sylabel dan mulai merespon permintaaan yang
sederhana contohnya kesini
d. 1-2 tahun
Menunjuk anggota badan ketika di minta, mengikuti
perintah sederhana dan mengerti pertanyaan sederhana (cium
Ibu), mendengarkan cerita sederhana lagu dan sajak dan
menunjukkan pada gambar di buku cerita ketika disebut.

2. Anatomi dan Fisiologi


a. Telinga Luar
Bagian telinga luar terdiri dari helix dan anti heliks, tragus
dan anti tragus, Krus heliks dan krus antiheliks, Konka, Lobulus
(bagian yang tidak bertulang rawan) serta meatus akustikus externa
(Hetharia, 2011).
Dalam meatus akustikus externa membentuk lubang yang
terdiri dari 2 bagian yaitu :
1) Bagian lateral adalah pars kartilagenea merupakan lanjutan
dari aurikulum, mempunyai rambut, kelenjar sebacea dan
kelenjar seruminalis.
2) Bagian medial pars osseus merupakan bagian dari os temporal,
tidak berambut terdapat penyempitan, yaitu isthmus, tidak
mobile dengan sekitarnya.

Gambar 4 Telinga luar (Hetharia, 2011)

b. Telinga tengah (Kavum tympani)


1) Membran tympani
Membran tympani di bentuk dari bentuk dari dinding lateral
kavum timpani dan memisahkan liang telinga luar dari kavum
timpani. Membran timpani mempunyai tiga lapisan yaitu:
a) Stratum kutaneum (lapisan epitel) berasal dari liang
telinga
b) Stratum mukosum (lapisan mukosa) berasal dari kavum
timpani

c) Stratum fibrosum (lamina propria) yang letaknya antara


kutaneum dan mukosum
Membran timpani dibagi menjadi 2 yaitu : pars
tensa dan pars flasida di antara kedua anatomis ini di batasi
dengan lipatan plika maleolaris anterior dan posterior.
2) Kavum tympani
Dibentuk dari segmen timpani, yang memisahkan telinga
tengah dari kavum timpani dan terletak dari tulang temporal,
berbentuk bikonkaf.
Kavum tympani terdiri dari Tulang-tulang pendengaran
(maleus, inkus, stapes) serta dua otot, otot tensor tympani
(muskulus tensor tympani) dan otot stapedius (muskulus
stapedius). Selain itu terdapat saraf-saraf : saraf korda tympani
dan saraf pleksus tympanikus.
3) Prosesus mastoideus
Pneumatisasi prosesus mastoideus terdiri dari Prosesus
mastoideus kompakta (sklerotik) yang tidak terdapat sel-sel,
Prosesus mastoideus spongiosa, terdapat sel-sel kecil serta
Prosesus mastoideus, terdapat sel-sel besar.
4) Tuba eustachius
Pada orang dewasa panjang tuba 36 mm pada anak di
bawah 9 bulan 17,5 mm. Tuba eustachius pada bayi biasanya
bentuknya lebih pendek, lebar dan posisinya lebih datar.
Fungsi dari tuba eustachius sebagai ventilasi telinga. Pada
tulang telinga tengah juga terdapat, jendela lonjong (venestra
ovali), jendela bulat (venestra rotunda), serta tuba eustachi.
(Hetharia, 2011)

Gambar 5 Telinga tengah (Hetharia, 2011)


c. Telinga dalam (Labyrinth)
Labirin tulang terdiri

dari

vestibulum,

kanalis

semisirkularis dan koklea. Rongga tulang ini dibatasi dengan


peritoneum dan mengandung cairan jernih disebut cairan perilimfe.
Tulang labirin terdapat labirin membranosa yang terdiri dari duktus
semisirkularis, duktus koklearis, utrikulus dan sakulus. Ruang
labirin membranosa diisi dengan cairan endolimfe.
Struktur dari telinga dalam membantu penyampaian
informasi ke otak tentang keseimbangan dan pendengaran yaitu :
duktus koklear sebagai (pendengar) dan duktus semisirkularis,
urtikulus dan sakulus sebagai organ (keseimbangan).

Gambar. 6 Membran Labirin (Grays Anatomy)

1) Vestibulum, yaitu bagian dari tulang labirin merupakan bagian


kapsul yang kaku.
2) Kanalis semisikularis
Terdapat tiga buah kanalis yaitu kanalis semisirkularis
superior, posterior dan lateral yang terletak di atas dan
belakang vestibulum. Pada salah satu ujung masing-masing
kanalis ini melebar ini disebut ampula dan mengandung sel-sel
rambut krista yang berisi epitel sensori vestibular dan terbuka
ke vestibulum. Struktur reseptor ini disebut krista ampularis.
Setiap krista terdiri dari sel rambut dan sel pedukung
(sustenakular) yang dikelilingi oleh bagian gelatinosa (kupula)
proses dari sel rambut melekat pada kupula dan basisr sel
rambut berhubungan dengan serabut aferendari bagian
vestibular dari kranial ke nervus VII. (Barrett, et all 2010).
3) Koklea
Koklea terletak di depan vestibulum dan berbentuk seperti
rumah siput. Di samping koklea membran basilar dan
membran reissner membagi koklea mnjadi tiga ruang. Di atas
terdapat ruang vestibuli dan di bawah ruang vestibuli dan di
bawah terdapat ruang timpani yang mengandung cairan
perilimfe yang berhubungan dengan puncak koklea melalui
sebuah lubang terbuka yaitu helikotrema (Barrett, el all 2010).

10

Gambar 7 Potongan Melintang Kokle (Buku Atlas of Hearing and Balance


Organs)

3. Persarafan Pendengaran
Organ vestibuler sebagai menjaga keseimbangan tubuh, bersama tot
mata, otak kecil dan saraf proprioseptif. Persarafan telinga adalah
sebagai saraf sensorik, telinga luar di persarafi oleh nervus aurikularis
mayor, nervus oksipitalis minor, nervus aurikulo temporal, nervus
fasialis dan nervus vagus. Telinga tengah di persarafi melalui cabang
nervus glosafaring, dan telinga dalam tidak ada persarafan ( Hetharia,
2011).
4. Fisiologi Pendengaran
a. Proses pendengaran
Proses pendengaran terjadi dari telinga luar masuk ke
telinga bagian dalam melalui bagian tengah. Bagian luar dan
tengah menyalurkan gelombang suara ke telinga dari udara ke
telinga dalam yang berisi cairan, di mana energi suara mengalami
penguatan dalam proses ini. Telinga dalam berisi dua sistem

11

sensorik yang berbeda; koklea, yang mengandung reseptor untuk


mengubah gelombang suara menjadi impuls saraf, dan aparatus
vestibularis bagi sensasi keseimbangan (Sherwood, 2011).

Gambar 8 Transduksi Suara (Hetharia, 2011)


b. Gelombang

suara

terdiri

dari

regio-regio

pemadatan

dan

pendengaran molekul udara yang berselang-selang


Pendengaran adalah persepsi energi suara oleh saraf.
Pendengaran terdiri dari dua aspek; Identifikasi suara (apa) dan
lokalisasinya (di mana). Gelombang suara adalah getaran udara
yang merambat yang terdiri dari daerah-daerah bergetaran tinggi

12

akibat kompresi atau pemadatan molekul udara bergantian dengan


daerah-daerah bertekanan rendah akibat penjarangan (peregangan)
molekul udara. Gelombang suara juga dapat merambat melalui
molekul selain udara, misalnya air. Namun perambatan ini kurang
efisien, diperlukan tekanan lebih besar untuk menimbulkan
pergerakan cairan dibandingkan dengan pergerakan udara karena
inersia (kelembaban, resistensi terhadap perubahan) cairan yang
lebih besar.
Suara

ditandai

oleh

nadanya

(tune),

intensitasnya

(kekuatan, keras-lembutnyna) dan timbre (warna suara, kualitas) :


1) Nada, merupakan suatu suara (misalnya nada C atau G)
ditentukan oleh frekuensi getaran. Semakin besar frekuensi
getaran, semakin tinggi nada. Telinga manusia dapat
mendeteksi gelombang suara dengan frekuensi dari 20 sampai
20.000 siklus perdetik tetapipaling peka untuk frekuensi antara
1000 dan 4000 siklus perdetik.
2) Intensitas, atau kekuatan suara bergantung pada amplitudo
gelombang suara, atau perbedaan tekanan antara daerah
pemadatan bertekanan tinggi dan peregangan bertekanan
rendah. Dalam rentang pendengaran, semakin besar amplitudo
semakin besar suara. Kekuatan suara diukur dalam desibel
(dB), yaitu ukuran logaritmik dibandingkan dengan suara
paling lemah yang masih terdengar ambang suara. Suara yang
lebih besar dari 100 dB dapat merusak secara permanen
perangkat sensorik sensitif si koklea.
3) Warna suara atau kualitas, suatu suara bergantung pada
overtone, yaitu frekuansi tambahan yang mengenai nada dasar.
(Sherwood, 2011)
c. Telinga luar berperan dalam lokalisasi
1) Reseptor-reseptor khusus untuk suara terletak di telinga dalam
yang berisi cairan. Karena itu gelombang suara di udara harus
dapat disalurkan ke arah dan dipindahkan ke telinga dalam,
dengan mengompensasi pengurangan energi suara yang terjadi

13

dalam proses alami ketika gelombang suara berpindah dari


udara ke air. Fungsi ini dilakukan oleh telinga luar ke tengah.
2) Telinga luar terdiri dari pinna (daun telinga), meatus auditorius
eksternus (saluran telinga) dan , membran timpani (gendang
telinga). Pinna, lipatan tulang rawan yang menonjol tulang
rawan berlapis kulit mengumpulkan gelombang suara dan
menyalurkannya ke saluran telinga luar. Pinna secara parsial
menghambat gelombang suara yang mendekati telinga dari
belakang, mengubah warna suara sehingga membantu orang
membedakan apakah suara berasal tepat di belakang atau
depan.
3) Lokalisasi suara untuk suara yang datang dari sisi kanan atau
kiri ditentukan berdasarkan dua petunjuk; pertama, gelombang
suara mencapai telinga yang lebih dekat dengan suara sesaat
gelambang tersebut tiba di telinga satunya. Kedua, suara
menjadi kurang intens ketika mencapai telinga yang jauh,
karena

kepala

perambatan

berfungsi
gelombang

secara

parsial

suara.korteks

menghambat
pendengaran

mengintegrasikan semua petunjuk ini untuk menentukan lokasi


sumber suara.
4) Pintu masuk saluran telinga dijaga oleh rambut-rambut halus.
Kulit yang melapisi saluran mengandung kelenjar keringat
modifikasi yang menghasilkan serumen (tahi kuping), suatu
sekresi lengket yang menjebak partikel-partikel kecil asing.
Baik rambut-rambut halus maupun serumen membantu
mencegah partikel di udara mencapai bagian dalam saluran
telinga, tempat partikel dapat menumpuk mencederai membran
timpani dan mengganggu pendengaran.
(Sherwood, 2011)
d. Membran timpani bergetar bersama gelombang suara di telinga luar
Membran timpani, yang membentang merintangi pintu masuk
ke dalam telinga tengah, bergetar ketika terkena gelombang suara.
Daerah-daerah bertekanan tinggi dan rendah yang berselang seling

14

dan ditimbulkan oleh gelombang suara menyebabkan gendang


telinga yang sangat peka melekuk ke dalam dan keluar seiring
dengan frekuensi gelombang suara.
Agar membran bebas bergerak ketika terkena suara, tekanan
udara istirahat di kedua sisi membran timpani harus sama. Bagian
luar gendang telinga terpajan ke tekanan atmosfer yang
mencapainya melalui saluran telinga. Bagian dalam gendang
telinga yang menghadap ke rongga telinga tengah juga terpajan ke
tekanan atmosfer melalui tuba eustakhius (tuba auditorius) yang
menghubungkan telinga tengah ke faring. Tuba eustakhius dalam
keadaan normal tertutup, tapi dapat terbuka saat menguap,
mengunyah dan menelan. Pembukaan ini memungkinkan udara di
telinga tengah menyamai tekanan atmosfer sehingga tekanan di
kedua sisi membran timpani sama. Sewaktu perubahan eksternal
yang cepat , gendang telinga menonjol menimbulkan nyeri karena
tekanan di luar telinga berubah sementara di dalam telinga tidak.
Membuka tuba eustakhius dengan menguap, memungkinkan
tekanan

di

kedua

sisi

membran

timpani

menjadi

sama,

menghilangkan distorsi akibat tekanan sewaktu gendang telinga


kembali ke bentuknya semula.
Infeksi yang berasal dari tenggorokan kadang menyebar melalui
tuba eustakhius ke telinga tengah. Penimbunan cairan tidak hanya
menimbulkan nyeri tapi juga dapat mengganggu pendengaran.
(Sherwood, 2011)
e. Tulang-tulang telinga tengah mengubah getaran membran timpani
menjadi gerakan cairan di telinga dalam
Telinga tengah memidahkan gerakan bergetaaar membran
timpani kecairan telinga dalam. Pemindahan ini dipermudah oleh
adanya rantai tiga tulang kecil, atau osikulus (maleus, incus, dan
stapes). Yang dapat bergerak dan membentang di telinga tengah.
Tulang pertama maleus melekat ke membran timpani dan tulang
terakhir, stapes, melekat ke jendela oval, pintu masuk ke dalam koklea
yang berisi cairan. Sewaktu membran timpni bergetar sebagai respons

15

terhadap gelombang suara, rangkaian tulang-tulang tersebut ikut


bergerak dengan frekuanesi yang sama, memindahkan frekuensi
getaran ini dari membran timpani ke jendela oval. Tekanan yang
terjadi di jendela oval yang ditimbulkan oleh setiap getaran akan
menimbulkan gerakan cairan telinga dalam mirip gelombang dengan
frekuensi yang sama seperti gelombang suara asal.namun, seperti yang
telah disebutkan diperlukan tekanan yang lebih besar untuk
menggetarkan cairan. Sistem osikulus memperkuat tekanan yang
ditimbulkan oleh gelombang suara di udara melalui dua mekanisme
agar cairan di koklea bergetar. Pertama, karena luas permukaan
membran timpani jauh lebih besar daripada luas jendela oval maka
terjadi peningkaatan tekanan ketika gaya yang bekerja pada membran
timpani di salurkan oleh osikulus ke jendela oval(tekanan=gaya/luas).
Kedua, luas osikulus juga menimbulkan penguatan. Bersamaa-sama,
kdeua mekanisme ini meningkatkan gaya yang bekerja pda jendela
oval sebesar 20 kali dibandingkan dengan jika gelombang suara
langsung mengenai jendela oval. Penambahan tekanan

ini sudah

cukup untuk menggetarkan caiaran di kioklea.


Beberapa ototo halus di telinga tengah berkontraksi secara
refleks sebagai respons terhadap suara keras (lebih dari 70 dB),
menyebabkan membran timpani mengencang dan membatasi gerakan
rangkaian osikulus. Berkurangnya getaran struktur-struktur telinga
tengah ini menurunkan transmisi gelombang suara yang keras ke
telinga dalam untuk melindungi perangkat sensori yang peka dari
kerusakan. Namun, respon refleks ini relatif lambat, terjadi paling
kurang 40 mdet setelah pajanann ke suara keras. Karena itu refleks ini
hanya

memberi

perlindungan

terhadap

suara

keras

yang

berkepanjangan, bukan dari suara mendadak misalnya ledakan,


dengan memanfaatkan refleks ini, senjata anti pesawat udara masa
perang dunia II dirancang untuk menghasilkan suatau keras peledakan
untuk melindungi telinga tentara mereka dari suara keras yang
berdetam keras yang menimbulkan oleh penembakan sebenarnya.
1) Koklea mengandung organ corti, organ indera, organ mandiri

16

Koklea yang seukuran kacang polong dan berbentuk mirip


siput ini adalah bagian telinga dalam yang mendengar dan
merupakan sistem tubulus bergelung yang terletak jauh di dalam
tulang temporal (gambar 6-30). Komponen fungsional kokhlea
akan lebih mudah dipahami jika gulungkan organ ini diuraiakan
seperti diperlihatkan di gamabar 6-30a. di sebagai besar
panjangnya

kokhlea

dibagi

menjadi

tiga

kompartemen

longitudinal berisi cairan. Duktus kokhlearis yang buntu, yang


juga dikenal sebagai skala media, membentuk kompartemen
tengah. Bagian ini membentuk trowongan di seluruh panjang
bagian tengah kokhlea, hampir mencapai ujung. Kompartemen
atas, skala vestibuli mengikuti kontur dalam spiral, dan skala
timpani, kompartemen bawah, mengikuti kontur luar. Cairan
didalam duktus kokhlearis disebut endolimfe (Sherwood, 2011).
Skala vestibuli dan skal timpani mengandung cairan yang sedikit
berbeda, perlimfe,. Daerah di luar ujung duktus koklearis tempat
cairan di kompartemen atas dan bawah berhubungan disebut
helikotrema. Skala vestibuli dipisahkan dari rongga telinga tengah
oleh jendela oval, tempat melekatnya stapes. Lubang kecil lain
yang ditutupi oleh membran, jendela bundar, menutup skala
timpani dari telinga tengah. Membran vestibularis yang tipis
membentuk atap duktus koklearis dan memisahkannya dari skala
vestibuli. Membran basilaris membentuk lantai duktus kokhlearis,
memisahkannya dari skal timpani. Membran basilaris sangat
penting karena mengandung organ corti, organ indera untuk
pendengaran.
2) Sel rambut di organ corti mengubah gerakan cairan menjadi
sinyal listrik
Organ corti, yang terletak diatas memran basilaris di
seluruh panjangnya, mengandung sel rambut yang merupakan
reseptor suara. Sebanyak 16.000 sel rambut di dalam masingmasing kokhlea tersusun menjadi empat baris sejajar di seluruh
panjang membran basilaris: satu baris sel rambut dalam dan tiga

17

baris sel rambut luar (gambar 6-330) dari permukaan masingmasing sel rambut menonjol sekitar 100 rambut yang dikenal
sebagai stereosilia, yaitu mikrovilus yang dibuat kaku oleh adanya
aktin (ligahat gambar 50). Sel rambut menghasilkan sinyal saraf
jika rambut rambut permukaannya mengalami perubahan bentuk
secara mekanis akibat gerakan cairan di telinga dalam. Stereosilia
ini berkontak dengan membran tektorium, suatu tonjolan mirip
tenda yang menutupi organ corti di seluruh panjangnya (Sherwood,
2011).
Gerakan stapes yang mirip piston terhadap jendela oval
memicu gelombang tekanan di kompartemen atas. Karena caiarn
tidak dapat mengalami penekanan, maka tekanan disebarkan
melalui dua cara ketika stapes menyebabkan jendela oval menonjol
ke dalam (1) penekanan jendela bundar dan (2) deflekasi membran
basilaris (j). Pada bagian-bagian awal jalur ini, gelombang tekanan
mendorong maju perilimfe di kompartemen atas, kemudian
mengelilingi helikotrema, dan masuk ke dalam kompartemen
bawah, tempat gelombang tersebut menyebabkan jendela bundar
menonjol keluar mengarah ke rongga telinga tengah untuk
mengkompensasi peningkatan tekanan. Sewaktu stapes bergerak
mundur dan menarik jendela oval ke arah luar ke telinga tengah,
perilimfe mengalir ke arah berlawanan, menyebabkan jendela
bundar menonjol ke dalam. Jalur ini tidak menyebabkan
penerimaan suara tetapi hanya menghilangkan tekanan.
Gelombang tekanan frekuensi-frekuensi yang berkaitan
dengan penerimaaan suara mengambil jalan pintas. Gelombang
tekanan di kompartemen atas disalurkan melalui membran
vestibularis yang tipis, menuju duktus kokhlearis, dan kemudian
melalui

membran

basilaris

dikompartemen

bawah,

tempat

gelombang ini menyebabkan jendela bundar menonjol keluar


masuk bergantian. Perbedaan utama pada jalur ini adalah bahwa
transmisi

gelombang

tekanan

melalui

membran

basilaris

menyebabkan membran ini bergerak naik-turun, atau bergetar,

18

sesuai gelombang tekanan. Karena organ corti berada di atas


membran basilaris maka sel-sel rambut juga bergetar naik-turun
sewaktu membran basilaris bergetar.
3) Peran sel rambut dalam
Sel rambut dalam dan luar memiliki fungsi berbeda. Sel
rambut dalam adalah sel yang mengubah gaya mekanis suara
(getaran caiaran koklea) menjadi impuls listrik pendengaran
(potensial aksi yang menyampaikan pesan pendengaran ke korteks
serebri). Karena berkontak dengan membran tektorium yang kaku
dan stasioner, maka sterosilia sel-sel resptor ini tertekuk majumundur ketika membran basilar mengubah posisi rlatif terhadap
membran rektorium (6-50). Deformasi mekanis maju-mundur
rambut-rambut ini secara bergantian membuka dan menutup
saluran ion berpintu mekanis di sel rambut sehingga terjadi
perubahan potensial depolarisasi dan hiperpolarisasi yang sama
seperti frekuensi rangsangan pemicu semula.
Sel rambut dalam berhubungan melalui suatu sinaps
kimiawi dengan ujung serat-serat saraf aferen yang membentuk
nervus auditorius (kokhlearis). Depolarisasi sel-sel rambut ini
(ketika membran basilaris terangkat) meningkatkan laju pelepasan
neurotransmiter yang meningkatkan frekuensi lepas muatan di serat
aferen. Sebaliknya, laju lepas muatan berkurang sewaktu sel-sel
rambut ini mengeluarkan lebih sedikit neurotransmitter ketika
mengalami hiperpolarisasi akibat pergeseran ke rah yang
berlawanan.
Karena itu, telinga mengubah gelombang suara di udara
menjadi gerakan bergetar membran basilaris yang menekuk
rambut-rambut sel reseptor maju-mundur. Deformasi mekanis
rambut-rambut ini secara bergantian membuka dan menutup
saluran sel reseptor, menghasilkan perubahan potensial berjenjang
ke reseptor yang menyebabkan perubahan dalam frekuensi
potensial aksi yang dikirim ke otak. Dengan cara ini, gelombang
suara diterjemahkan menjadi sinyal saraf yang dapat diterima oleh
otak sebagai sensasi suara (6-36).
19

(Sherwood, 2011)
4) Peran sel rambut luar
Sementara sel-sel rambut dalam mengirim sinyal auditorik
ke otak melalui serat aferen, sel rambut luar tidak memberi sinyal
ke otak tentang suara yang datang. Sel-sel rambut luar secara aktif
dan cepat berubah panjang sebagai respons terhadap perubaha
potensial membran, suatu perilaku yang di kenal sebagai
elektromotilitas. Sel rambut luar memendek pada depolarisasi dan
memanjang

pada

hiperpolarisasi.

Perubahan

panjang

ini

memperkuat atau menegaskan gerakan membran basilaris.


Analoginya

adalah

seseorang

dengan

sengaja

mendorong

pendulum jam antik sesuai ayunannya untuk memperkuat gerakan


pendulum tersebut. Modifikasi pergerakan membran basilaris
seperti ini meningkatkan respons sel rambut dalam, reseptor
sensorik pendengaran yang sebenarnya, menyebabkan mereka
sangat peka terhadap intensitas suara dan dapat membedakan
berbagai suara.
5) Diskriminasi nada bergantung pada bagian membran basilaris yang
bergetar
Diskriminasi nada yaitu kemampuan membedakan antara
berbagai frekuensi gelombang suara yang adatang.bergantng pada
bentuk dan sifat membran basilaris, yang menyempit dan kaku di
ujung jendela ovalnya secara lebar dan lentur di ujung
helikotremanya. Berbagai bagian membran basilaris secara alami
bergetar makimal pada frekuensi yang berbeda-beda, yaitu: seiap
frekuensi memperlihatkan vibrasi puncak di berbagai posisi di
sepanjang membran basilaris. Ujung sempit yang paling dekat
dengan jendela oval bergetar maksimal pada nada berfrekuensi
tinggi, sementara ujung lebar yang paling dekat dengan
helikotrema bergetar maksimal pada nada berfrekuensi rendah
(hh). Nada-nada diantaranya disortir secara tepat di sepanjang
membran dari frekuensi tinggi ke rendah. Sewaktu gelombang
suara dengan frekuensi tertentu terbentuk di sel-sel rambut di
daerah membran basilaris dengan getaran maksimal mengalami
20

deformasi mekanis paling kuat dan karenanya paling tereksitasi.


Informasi ini dikirim ke SSP, yang menginterpretasikan pola
stimulasi sel rambut sebagai suara dengan frekuensi tertentu.
Teknik-teknik modern telah memastikan bahwa membran basilaris
mempunyai batas nada yang sedemikian jelas sehingga respons
membran puncak terhadap satu nada mungkin tidak meluas
melewati lebar beberapa sel rambut.
Nada tambahan dengan beragam frekuensi menyebabkan
banyak titik di sepanjang membran basilaris bergetar bersamaan
tetapi kurang intensif dibandingkan dengan nada dasar sehingga
SSP mampu membedakan warna suara (diskriminasi warna suara).
(Sherwood, 2011)
f. Diskriminasi suara bergantung pada amplitudo getaran
Diskriminasi intensitas (kekuatan) bergantung

pada

amplitudo getaran. Sewaktu gelombang suara berasal dari suara


yang lebih keras mengenai gendang telinga, gelombang tersebut
menyebabkan gendang telinga (yaitu lebih menonjol keluar masuk)
teteapi dengan frekuensi yang sama seperti suara yang lebih lembut
dengan nada sama. Defleksi membran timpani ini diubah menjadi
peningkatan amplitudo gerakan membran basilaris di daerah
dengan responvitas tertinggi. Ssp menginterpretasikan peningkatan
osilasi membran basilaris sebagai suara yang lebih kuat (Sherwood,
2011).
g. Korteks pendengaran terpetakan sesuai nada
Korteks pendengaran primer di lobus temporalis juga tertata
secara tonotopis. Setiap membran basilaris berhubungan regio
speifik korteks pendengaran primer. Karenanya neuron-neuron
tertentu diaktifkan oleh nada-nada tinggi tertentu. Yaitu setiap regio
di korteks tereksitasi hanya sebagai respon terhadap nada tertentu
yang terdeteksi oleh bagian tertentu membran basilaris.
Neuron-neuron aferen yang menyerap sinyal auditorik dari sel
rambut dalam keluar koklea melalui saraf auditorius. Jalur saraf
antara organ corti dan korteks auditorius melibatkan beberapa
sinaps dalam perjalanannya. Dengan yang paling menonjol berada

21

di batang otak. Dan nukleus genikulim medialis talamus. Batang


otak mengguankan masukan auditorik uuntuk keadaan terjaga dan
bangun. Talamus menyortir dan menyalurkan sinyal ke atas. Sinyal
auditorik dari masing-masing telinga disalurkan ke kedua lobus
temporalis karena serat bersilangan secara parsial di batang otak.
Karena itu gangguan di jalur pendengaran di satu sisi setelah
batang otak tidak mempengaruhi pendengaran di kedua telinga.
(Sherwood, 2011)
h. Tuli disebabkan oleh defek di bagian hantaran atau pemrosesan
saraf gelombang suara
Hilangnya pendengaran mungkin temporer atau permanen,
parsial atau total. Tuli diklasifikasikan menjadi dua; tuli hantaran
dan tuli sensorineural bergantung pada bagian mekanisme
pendengaran yang tidak dapat berfungsi adekuat.
1) Tuli hantaran terjadi jika gelombang suara tidak adekuat
dihantarkan melalui bagian luar dan tengah telinga untuk
menggetarkan

cairan

di

telinga

dalam.

Kemungkinan

penyebabnya adalah sumbatan fisik oleh serumen, pecahnya


gendang telinga, infeksi telinga tengah disertai penimbunan
cairan atau retriksi gerakan osikulus akibat perlekatan antara
tulang stapes dan jendela oval.
2) Tuli sensorineural, gelombang suara ditransmisikan ke telinga
dalam tetapi tidak diterjemahkan menjadi sinyal saraf yang
dapat diinterpretasikan ke otak sebagai sensasi suara. Defeknya
dapat terletak dia organ corti atau nervus auditorius atau yang
lebih jarang di jalur auditorius asendens atau korteks
auditorius.
Salah satu penyebab tersering gangguan pendengaran
parsial adalah presbikusis saraf, yaitu proses degeneratif terkait
usia yang terjadi ketika sel rambut aus akubat pemakaian. Seiring
berjalannya waktu, pajanan bahkan suara-suara biasa akhirnya
merusak sel rambut, sehingga secara tertata orang dewasa
kehilangan lebih dari 40% sel rambut koklea mereka pada usia 65
tahun.
22

(Sherwood, 2011)
i. Aparatus vestibularis penting dengan mendeteksi posisi dan
gerakan kepala
Aparatus vestibularis yang memberi informasi esensial bagi
sensasi keseimbangan dan untuk koordinasi gerakan kepala dengan
gerakan mata dan postur. aparatus vestibularis terdiri dari dua set
struktur di dalam bagian terowongan tulang dekat koklea kanalis
semisirkularis dan organ otolit, yaitu utrikulus dan sakulus.
Aparatus vestibularis mendeteksi perubahan posisi dan gerakan
kepala. Semua aparatus vestibularis mengandung endolimfe dan
dikelilingi oleh perilimfe. Serupa dengan organ corti, komponenkomponen vestibularis memiliki masing-masing sel rambut yang
berespon terhadap deformasi mekanis yang dipicu oleh gerakan
spesifik endolimfe. Seperti sel rambut auditoris, reseptor
vestibularis dapat mengalami depolarisasi atau hiperpolarisasi,
bergantung pada arah geraan cairan.
(Sherwood, 2011)
j. Peran kanalis semisirkularis
Kanalis sirkularis mendeteksi akselerasi atau dselerasi
kepala rotasional atau angular,misalnya kerika kita mulai atau
berhenti berputar,jungkir balik, atau menengok masing- masing
telingah mengandung tiga kanalis semisirkularis yang tersusun
dalam bidang tiga dimensi yang tegak lurus satu sama lain. Sel-sel
rambut reseptif masing-masing kanalis semikularis terletak diatas
suatu hubungan yang terletak di ampula,Suatu pembesaran didasar
kanalis. Rambut-rambut terbenam didalam lapisan gelatinosa
diatasnya,kkupula, yang enonjol kedalamendolimfe didalam
ampila. Kupula bergoyang sesuai arah gerakan cairan,seperti
rumput laut yang miring kearah gelombang laut.
Akselerasi atau deselerasi sewaktu rotasi kepala dalam arah
apapun menyebabkan gerakan endolimfe paling tidak pada salah
satu kanalis semikularis,karena susunan tiga dimensi ketiganya.

23

Rambut-rambut disel rambut vertibularis terdiri dari satru


silium,kinosilium bersama dengan 20-50 mikrivilus-stereosilia
yang tersususun dalam baris-barisan yang semakin tinggi sterosilia
berhubungan diujung-ujungnya oleh tautan ujung,yaitu jembatan
molekular halus antara sterosilia-sterosilia yang berdekatan.
Ketika
sterosilia
terdefleksi
oleh
gerakan
endolimfe,tegangan yang terjadi ditautan ujung menarik saluran
ion terpintu mekanis disel rambut. Sel rambut meengalami
depolarisasi atau hiperpolarisasi,bergantung pada apakah saluran
ion terbuka atau tertutup secara mekanis oleh pergseran berrkas
rambut. Setiap sel rambut memiliki orientasi demikian sehingga sel
tersebut mengalami depolarisasi ketika sterosilia menekuk kearah
kinosilium; penekukukan kearah berlawanan akan menyebabakan
hiperpolarisasi sel. Sel-sel rambut membentuk sinaps dengan ujung
terminal neuron aferen yang aksonnya menyatu dengan akson
struktur vestibularis lain untuk membentuk nervus vesbularis. Saraf
ini menyatu dengan nervus auditorius dari kokhlea membentuk
nervus vestibulo kokhlearis. Depolarisasi meningkatkn pelepasan
neurotransmiter

dari

sel

rambut,menyebabbkan

peningkatan

frekuensi lepas muatan searat aferen; sebaliknya,hiperpolarisasi


mengurangi pelepasan neurotransmiter dari sel rambut pada
giliarannya mengurangi frekuensi pontensial aksi diserat aferen.
Ketika cairan secara perlahan berhenti rambut-rambut kembali
menjadi lurus. Dengan demikian kanalis semisirkularis mendeteksi
perubahan kecepatan gerakan rotasiaonal.
(Sherwood, 2011)
k. Peran organ otolit
Organ otolit memberi informasi tentang posisi kepala relatif
terhadap gravitasi dan juga mendeteksi perubahan kecepatan
gerakan lurus. Organ otolit urtikulus dan sakulus, adalah struktur
berbentuk kanyung yang berada dalam ruang bertulang diantara
kanalis semisirkularis dan kokhlea. Rambut (kinosilium dan

24

sterosilia ) sel-sel rambut dioragn indra ini juga menonjol kedalam


gelatinosa diatasnya,yang gerakannya mengeser rambut dab
menyebabkan perubahan potensial sel rambut. Didalm lapisan
gelstinosa terdenam banayak kristal kecil kalsium karbonat otolit
( batu telinga) menyebbakn lapisan ini lebih berat dan inersianya
lebih besar dibandingkan cairan sekitar.
Sakulus berfungsi serupa dengan utrikulus, kecuali bahwa
bagian ini berespons secara selektif terhadap gerakan miring kepala
menjauhi posisi horizontal dan terhadap gerakan miring kepala
menjauhi posisi horizontal dan terhadap akselerasi dan deselerasi
linier vertikal.
Sinyal-sinyal yang berasal dari berbagai komponen aparatus
vestibularis dibawa melalui nervus vestibulokoklearis ke nervus
vestibulokoklearis, suatu kelompok badan sel saraf dibatang otak
dan serebelum. Disini informasi vestibular diintregasikan dengan
masukan dari permukaan kulit, mata, sendi dan otot untuk:
1) Mempertahankan keseimbangan dan postur yang diinginkan
2) Mengontrol otot mata eksternal sehingga mata terfiksasi ke
satu titik meskipun kepala bergerak
3) Mempersepsikan gerakan dan orientasi
Sebagian orang sangat peka terhadap gerakan tertentu yang
mengaktifkan aparatus vestibularis dan menyebabkan gejala
pusing berputar-putar dan mual; sensitifitas ini disebut mabuk
perjalanan. Kadang-kadang ketidakseimbangan cairan di dalam
telinga tengah menyebabkan penyakit meniere.
(Sherwood, 2011)

25

Gambar 9 Transmisi Suara ( Frank H, 2007 )

C. Etiologi
Faktor risiko terjadinya otitis media adalah umur, jenis kelamin, ras,
faktor genetik, sosial ekonomi, lingkungan merokok, dan infeksi bakteri
atau virus di saluran pernafasan atas.
Faktor risiko OMSK antara lain, lingkungan, genetik, otitis media
sebelumnya, infeksi saluran nafas atas, autoimun, alergi, dan gangguan
fungsi tuba eustachius (Lasisi, 2011).
1. Usia
Pada bayi atau anak-anak cenderung mengalami otitis media
dikrenakan karakteristik tuba eustachinya. Ukurannya relatif lebih lebar,
lurus, pendek dan posisi lebih horizontal (Hetharia, 2011)
2. Tingkat Kebisingan
Pemaparan yang konstan pada tingkat kebisingan yang tinggi
(misalnya pada lokasi pekerjaan konstruksi) dapat menyebabkan
kehilangan pendengaran (A, potter., 2005).
3. Kelanjutan Otitis Media Akut (OMA)
Secara umum dikatakan otitis media kronis merupakan kelanjutan
dari otitis media akut dan / atau otitis media dengan efusi, tetapi tidak

26

diketahui faktor apa yang menyebabkan satu telinga dan bukan yang
lainnya berkembang menjadi keadaan kronis (Djaafar, 2007).
4. Terapi yang lambat
Terapi tidak adekuat, virulensi kuman tinggi, kepadatan penduduk
dan masih kurangnya pengetahuan masyarakat mengenai penyakit ini
sehingga masyarakat tidak berobat secara tuntas (Djaafar, 2007).
5. Daya tahan tubuh rendah
Penderita dengan penyakit autoimun akan memiliki insiden lebih
besar terhadap otitis media kronis (Djaafar, 2007).
6. Perforasi membran timpani
Infeksi OMSK kadang-kadang berasal dari telinga luar masuk ke
telinga tengah melalui perforasi membran timpani, maka terjadilah proses
inflamasi. Apabila terbentuk pus akan terjerat di dalam kantong mukosa
telinga tengah. Dengan perbaikan fungsi ventilasi telinga tengah dan
pengobatan yang cepat dan adekuat, maka proses patologis akan berhenti
dan kelainan mukosa akan kembali normal (Djaafar, 2007).
7. Infeksi kronis dari kuman gram negative dan anaerob
Kuman penyebab OMSK dibagi dalam kuman Gram negatif yaitu
Pseudomonas aeruginosa, Klebsiella, dan Proteus. Kuman Gram positif
yaitu Staphylococcus aureus dan ditemukan juga spesies fungi yaitu
Aspergillus spp dan Candida spp .
Kuman penyebab OMSK yaitu Streptococcus pneumoniae,
Streptococcus

pyogenes

dan

Haemophilus

influenzae.

Kuman

Pseudomonas aeruginosa menghasilkan pigmen hijau-biru (piosianin) bila


ditanam pada agar normal dan termasuk kuman aerob. Secara biokimia,
Pseudomonas

aeruginosa

dapat

dibedakan

dari

golongan

Enterobacteriaceae dengan reaksi oksidasi positif. Pewarnaan Gram


menunjukkan Gram negatif. Sejumlah infeksi seperti infeksi luka, infeksi
saluran kemih dan septikemia disebabkan oleh infeksi Pseudomonas
aeruginosa. Kuman Proteus penyebarannya lokal dari flora fekal.
Pewarnaan menunjukkan kuman Gram negatif.termasuk dalam kuman
aerob.
(Locke, 2013)
27

D. Patofisiologi

E. Manifestasi Klinis
Gangguan pendengaran konduktif selalu didapat pada pasien dengan
derajat ketulian tergantung beratnya kerusakan tulang-tulang pendengaran
dan koklea selama infeksi nekrotik akut pada awal penyakit. Gejalanya
berupa discharge mukoid yang tidak terlalu berbau busuk , ketika pertama
kali ditemukan bau busuk mungkin ada tetapi dengan pembersihan dan
penggunaan antibiotiklokal biasanya cepat menghilang, discharge mukoid
dapat konstan atau intermitten. Perforasi membrane timpani sentral sering
berbentuk seperti ginjal tapi selalu meninggalkan sisa pada bagian tepinya.
Proses peradangan pada daerah timpani terbatas pada mukosa sehingga
membrane mukosa menjadi berbentuk garis dan tergantung derajat infeksi
membrane mukosa dapt tipis dan pucat atau merah dan tebal, kadang suatu
polip didapat tapi mukoperiosteum yang tebal dan mengarah pada meatus
menghalangi pandangan membrane timpani dan telinga tengah sampai polip
tersebut diangkat. Discharge terlihat berasal dari rongga timpani dan
orifisium tuba eustachius yang mukoid da setelah satu atau dua kali
pengobatan local abu busuk berkurang (Joyce & Hawks, 2009).
Tanda dan Gejala lain yang disebutkan menurut Hetharia, P & Sri
Mulyani, (2011) ialah :
1. Tanda dari OMSK
a. Adanya abses atau fistel retroantrikular.
b. Jaringan granulasi atau polib di lubang telinga
c. Pus yang aktif dan bau busuk.
d. Adanya kolesteatom
2. Gejala klinis OMSK
a. Telinga berair (otorrea), secret bersifata urulen (kental, putih) /
mukoid (sepert air dan encer) tergantung stadium peradangan.
OMSK memiliki beberapa gambaran klinis, antara lain telinga berair
(sekret) dimana sekret bersifat purulen (kental) atau mukoid (seperti
air dan encer) tergantung stadium peradangan. Sekret yang sangat

28

bau, berwarna kuning abu-abu kotor member kesan kolesteatoma


dan produk degenerasinya. Dapat terlihat keping-keping kecil,
berwarna putih.
b. Gangguan pendengaran, biasanya dijumpai tuli konduktif namun
dapat pula bersifat campuran. Gangguan pendengaran bervariasi
namun jarang melebihi 50 dB. Perforasi membran timpani pada yang
jinak biasanya sentral, bisa di anterior, posterior atau inferior dari
malleus. Pada yang ganas di daerah atik atau posterosuperior.
Mukosa kavum timpani tampak pada perforasi membran timpani
yang besar. Secara normal warnanya merah muda, saat terjadi
inflamasi warnanya menjadi merah, udem dan lunak. Kadangkadang tampak polip.
c. Otalgia (nyeri telinga), nyeri telinga dapat mengidentifikasikan
adanya ancaman komplikasi akibat hambatan pengaliran secret,
terpaparnya durameter atau dinding sinus lateralis atau abses otak.
d. Vertigo, seringkali terjadi dan menandai terjadinya fistel labirin
akibat erosi dinding labirin koleteatom. Berdasarkan penelitian yang
pernah dilakukan Lee et al (2009), paparan langsung stimulasi suhu
dingin atau panas terhadap labirin dapat menginduksi timbulnya
nistagmus yang merupakan salah satu tanda vertigo.
3. Tanda dan Gejala pada Anak
Pada bayi dan todler, demam, rewel, dan menarik-narik telinga
(Corwin, E. 2009). Selain otitis media, umum lainnya diagnosis telinga
termasuk otitis externa, ditandai dengan gatal, iritasi, atau keduanya yang
berlangsung sakit parah, tekanan, dan kepenuhan telinga, gangguan
pendengaran (jarang), otorrhea, atau keluhan sistemik. Temuan tambahan
termasuk nyeri parah dengan pinna atau gerakan tragus, pendengaran
kanal eritema dengan puing-puing (purulen debit); mungkin limfadenopati
daerah; merah, berkerak, atau lesi pustular; otalgia (sakit telinga); dan
eksim dari pinna. Umumnya, semua bentuk otitis diperlakukan secara
empiris. diagnosis lain yang umum adalah benda asing di telinga, biasanya
dari anak menempatkan objek di dalam telinga. Sebuah benda asing
mungkin Penyebab otorrhea dan keluhan dari berdengung, kepenuhan, dan
nyeri (vanderpool, 2009).

29

F. Komplikasi
1. Labirinitis
Yaitu infeksi virus dari pernapasan atas menuju ke telingah tengah.
Penjalaran kearah medial ini terjadi karena adanya fistel pada kanalis
semisirkularis lateralis atau pada foramen ovale akibat erosi dan
kolesteatoma (Black and Hawks. 2009).
2. Komplikasi Ekstrakranial
Abses subperiosteal, juga disebut mastoiditis akut, adalah
komplikasi yang paling umum dari OMSK dan dapat terjadi dengan atau
tanpa kehadiran kolesteatoma. Abses terjadi selama korteks mastoid
ketika proses infeksi dalam sel udara mastoid meluas ke ruang
subperiosteal. Diagnosis abses subperiosteal sering dibuat secara klinis.
Umumnya, pasien akan hadir dengan gejala sistemik, termasuk demam
dan malaise, bersama dengan tanda-tanda lokal, seperti daun telinga yang
menonjol yang lateral dan inferior pengungsi, dan kehadiran berfluktuasi,
eritematosa, daerah lembut di belakang telinga. Komplikasi ekstrakranial
lainnya termasuk abses Bezold ini, fistula labirin, kelumpuhan saraf
wajah dan apicitis petrous (Erasmus T, 2012).
3. Komplikasi Intrakranial
Meningitis adalah komplikasi intrakranial yang paling umum dari
otitis media akut dan kronis. Tanda-tanda bahwa harus meningkatkan
kecurigaan komplikasi intrakranial termasuk demam persisten atau
intermiten, mual dan muntah, iritabilitas, letargi, atau sakit kepala
persisten.

tanda-tanda

menyenangkan

hampir

diagnostik

proses

intrakranial meliputi perubahan visual, kejang onset baru, kaku kuduk,


ataksia, atau penurunan status mental. Komplikasi intrakranial lainnya
adalah otak dan abses epidural, trombosis sinus lateral dan hidrosefalus
otitic (Erasmus T, 2012).
G. Pemeriksaan Penunjang
1. Pemeriksaan otoskopi
Pemeriksaan otoskopi akan menunjukan adanya dan letak perforasi.
Dari perforasi dapat dinilai kondisi mukosa telinga tengah. Pemeriksaan
otoskopi adalah untuk melihat keadaan dari liang telinga sampai
membran timpani. Dapat mengetahui bentuk liang telinga, lapang atau
30

sempit, terdapat sumbatan pada liang telinga atau tidak, kondisi gendang
telinga pasien yaitu ada atau tidaknya perforasi dan melihat ada atau
tidaknya sekret yang keluar dari telinga ( Black & Joyce, 2009).
2. Pemeriksaan audiologi
Evaluasi audiometri dan pembuatan audiogram nada murni untuk
menilai hantaran tulang dan udara penting untuk mengevaluasi tingkat
penurunan pendengaran dan untuk menentukan gap udara dan tulang.
Audiometri tutur berguna untuk menilai speech reception threshold
pada kasus dengan tujuan untuk memperbaiki pendengaran.
Audimetri nada murni adalah suatu alat elektronik yang
menghasilkan bunyi yang relatif bebas bising ataupun energi suara pada
kelebihan nada, maka dari itu disebut nada murni. Pada pemeriksaan
ini perlu diperhatikan seperti nada murni, bising NB (narrow band) dan
WN (White noise), frekuensi, intensitas bunyi, ambang dengar, nilai nol
audiometrik, stndar ISO,ASA, notasi pada audiogram, jenis dan drajat
ketulian, gap dan masking. Menurut hasil penelitian Azevedo et al
(2007) pada penderita OMSK didaptkan ambang rata-rata pendengaran
adalah 40 dB ditelinga yang sakit dan 22 dB pada telinga yang normal.
Sedengkan pada penelitian Kolo (2011) anbang rata-rata bone
conduction ditelinga yang sakit adalah 39,07 dB dan 10,26 dB ditelinga
yang terkontrol. Berdasarkan audiogram, kita dapat melihat apakah
pendengaran normal atau tuli. Dalam menuntukan drajat ketulian yang
dihitung hanya ambang dengar dari hantaran udaranya atau air
conduction. Drajat ketulian berdasarkan ISO :
0-25 dB : Normal
>25-40 dB : tuli ringan
>40-55 dB: tuli sedang
>55-70 dB: tuli sedang berat
>70-90 dB: tuli berat
>90 dB : tuli sangat berat

31

Gambar 10 Pengukuran Audiogram (Boesorie S, 2007).


Normal : AC dan BC sama atau kurang dari 25 dB
AC dan BC berimpit, tidak ada air-bone gap

Gambar 11 Skala Pengukuran Audiogram (Boesorie S, 2007).


Penderita OMSK biasanya didapati tuli konduktif. Tapi dapat pula
dijumpai adanya tuli sensorineural, beratnya ketulian tergantung besar
dan letaknya perfirasi membran tympani serta keutuhan dan mobilitas
sistem penghantaran suara ditelinga tengah.
Kelemahan diskriminasi tutur yang

rendah,

tidak

peduli

bagaimanapun keadaan hantaran tulang, menunjukan kerusakan kohlea


parah. Pemeriksaan audiologi pada OMSK harus dimulai oleh penilaian
pendengaran dengan menggunakan garpu tala dan test barani.
Audiometri tutur dengan masking adalah dianjurkan, terutama pada tuli
konduktif bilateral dan tuli campur (Boesorie S, 2007).
Tabel 1 Tes fungsi audioterik
Tes fungsi auditorik
Audiografi

Tujuan
Menguji komponen

Prosedur
Konduksi udara :

Interpestasi
Perbedaan

32

pendengaran

suara diberikan

konduksi tulang

melalui konduksi

lewat earphone

dan udara

udara, konduksi

Konduksi tulang:

sfesifik ke tuli

tulang,

suara diberikan

konduksi. Jika

pembicaraan

melalui konduksi

konduksi tulang

tulang dengan

dan udara sama,

menempatkan

dapat normal

osilator

atau tuli

dibelakang

sensorineural

telinga pada
tulang mastoid
Timpanometri

Menentukan

Tekanan udara

Abnormalitas

masalah pada

positif,

menunjukan

telinga tengah

normal,negatif

disfungsi telinga

Mengukur

diberikan kepada

tengah, tuba

komplians

meatus akustikus

eustachius, dan

(mobilitas) dan

eksternus dan

ossikula

inpedansi (oposisi

diukurresultan

gerakan) membaran aliran energi


timpani dan

suara, direkam

ossikula pada

dalam gambar

telinga tengah.

( timpanogram)

Juga dapat
mengukur refleks
otot stapedius dan
periode
menghilangny.
Menghindikasikan
Respons batang

fungsi saraf akustik


Mengkaji sistem

Memberikan

Pemeriksa

otak

saraf auditorik

suara pada telinga

mendapat

dan mengukur

informasi

33

respons pada

diagnostik

batang

spesifik,

otak( rerata

pencitraan

komputerisasi)

kepala biasanya
dibutuhkan

Elektrokokleografi

Mengukur respons

Elektroda

untuk konfirmasi
Evaluasi adanya

koklea dan saraf

ditempatkan dari

penyakit meniere

kranial VIII pada

membran timpani

atau fistula

stimulasi akustik

ke promonotrium

perlimfatik

dekat tingkap
bulat atau dalam
liang telinga, lalu
stimulasi akustik
Emisi otoakustik

Suara tingkat

diberikan.
Dapat mengukur

OAEs terbangkit

(otoacoustic

rendah diproduksi

dengan cepat dan

dapat diamati

emmisions OAEs

oleh koklea

mudah terutama

pada orang

berperan pada

pada anak yang

dengan

modulasi

menangis atau

pendengaran

mekanisme

tidakkooperatif

normal, dapat

pendengaran

digunakan untuk
skrining
ketajaman
pendengaran.

(Black dan Hawks, 2009)


3. Pemeriksaan Laboratorium
Pemeriksaan darah hanya sedikit membantu menegaka diagnosis
kelainan telinga. Sebagai contoh, peningkatan kadar sel darah putih
mengindikasikan infeksi tetapi tidak menjadi sarana diagnostik penyakit
telinga. Dengan adanya manifestasi klinis infeksi ditelinga dan tidak

34

adanya manifestasi ditempat lain, walupun demikian peningkatan sel


darah putih dapat mengindikasikan infeksi telinga akut. Tes darah yang
lain juga berguna untuk diagnosis penyakit autoimun atau penyakit
sistemik yang dapat mempengaruhi pendengaran dan kesimbangan.
Khususnya pada leukosit : lebih dari normal (12.000imm3) terdapat
infeksi. Kultur, kadang sampel cairan telinga dar liang telinga diperiksa
kultur untuk mengidentifikasi organisme penyebab infeksi. Ketika cairan
keluar dari telinga dalam waktu yang lama seperti pada otitis media
kronis, kultur lebih membantu karena berbagai organisme patogen dapat
terlibat pada proses ini ( Black & Joyce, 2009).
4. Pemeriksaan Bakteriologi
Walaupun perkembangan dari OMSK merupakan kelanjuan dari
mulainya infeksi akut, bakteri yang ditemukan pada sekret yang kronik
berbeda dengan yang ditemukan pada otitis media supuratif akut.
Bakteri

yang

sering

dijumpai

Pseudomonasaeruginosa, Staphylococcus

pada

OMSK

adalah

aureus,

dan Proteus

sp.

Sedangkan bakteri pada otitis media supuratif akut adalah Streptococcus


pneumonie dan H. Influenza. Infeksi telinga biasanya masuk melalui
tuba dan berasal dari hidung, sinus paranasal, adenoid, atau faring.
Dalam hal ini penyebab biasanya adalah pneumokokus, streptokokus
atau H. influenza. Akan tetapi, pada OMSK keadaan ini agak berbeda
karena adanya perforasi membran timpani maka infeksi lebih sering
berasal dari luar yang masuk melalui perforasi tadi.
Walaupun perkembangan dari OMSK merupakan lanjutan dari
mulainya infeksi akut, bakteriologi yang ditemukan pada sekret yang
kronis berbeda dengan yang ditemukan pada otitis media supuratif akut.
Bakteri yang sering dijumpai pada OMSK adalah Pseudomonas
aeruginosa, stafilokokus aureus dan proteus. Sedangkan bakteri pada
OMSA streptokokus pneumonie. H influenza dan morexella kataralis.
Bakteri lain dijumpai pada OMSK E.coli, difteroid, klebsiella, dan
bakteri aneorob adalah Bacteriodes sp. Infeksi telinga biasanya masuk
melalui tuba dan berasal dari hidung, sinus parasanal, adenoid atau
faring (Corwin, E. 2009).

35

5. Tes Ketajaman Telinga


Pengkajian telinga tengah dan telinga dalam untuk pendengaran
dapat

dilakukan

(pemeriksaan

dengan

audiometri

pemeriksaan
dan

lanjutan

vestibular).

secara

indirek

Pengkajian

umum

pendengaran dapat dilakukan secara kasar dengan pembicaraan dengan


mengevaluasi respon pembicaraan.
Pemeriksaan telinga secara terpisah untuk memperkirakan
pendengaran. Mulailah dengan menutup satu telinga menggunakan jari
lalu menjauh sejauh 1 kaki. Dan lalu bisikan 2 kata acak dengan suara
bisikan pelan, sedang, dan keras. Jika dicurigai klien hanya membaca
bibir alihkan wajah klie ke sisi yang lain yang bertentangan dengan
wajah kita. Tanyakan apakah pendengaran lebih baik diantara satu sisi,
jika tajam pendengaran kedua telinga berbeda periksa pada kondisi
bagian telinga yang lebih baik. Berikan rangsang suara gesekan jari
didepan liang telinga dengan pendengran lebih baik ketika telinga
kontralateral sedang diperiksa.
Walaupun suara detik jam dapat digunakan untuk menguji
pendengaran, suara ini pula menghasilkan nada yang lebih tinggi yang
kurang relevan untuk mengkaji fungsi telinga dibanding tes bisik.
Garpu tala juga memberikan perkiraan kehilangan pendengaran.
Direkomendasikan menggunakan frekuensi 512 Hz. Ada 2 cara
menggunkan uji coba garpu tala utama yang dinamai berdasarkan
penemuan pada abad 19, yaitu tes webber, rinne dan swabach.
( Black & Joyce, 2009)
a.

Rinne
Tes Rinne adalah untuk membandingkan atara hantaran tulang
dengan hantaran udara pada satu telinga pasien. Tuli konduksi: tes
rine negatif (getaran dapat didengar melalui tulang lebih lama).
Hasil tes rinne :
1) Positif : bila masih terdengar
2) Negatif : bila terdengar
Interpretasi hasil:

36

1) Positif (AC = 2 kali lebih lama daripada) : Normal


2) Positif (AC > BC) : Tuli sensoriuneural
3) Negatif ( AC<BC atau AC =BC) : tuli konduktif
b.

Test Weber
Tujuan kita melakukan tes weber adalah untuk membandingkan
hantaran tulang antara kedua telinga pasien. Bila pendengar
mendengar lebih keras pada sisi di sebelah kanan disebut lateralisai
ke kanan, disebut normal bila antara sisi kanan dan kiri sama
kerasnya.
1) Tuli konduksi sebelah kanan, missal adanya ototis media
disebelah kanan.
2) Tuli konduksi pada kedua telinga, tetapi gangguannya pada
telinga kanan ebih hebat.
3) Tuli persepsi sebelah kiri sebab hantaran ke sebelah kiri
terganggu, maka di dengar sebelah kanan.
4) Tuli persepsi pada kedua teling, tetapi sebelah kiri lebih
hebaaaat dari pada sebelah kanan.
5) Tuli persepsi telinga dan tuli konduksi sebelah kana jarang
terdapat.

c.

Swabach
Membandingkan daya transport melalui tulang mastoid
antara pemeriksa (normal) dengan probandus. Penguji meletakkan
pangkal garputala yang sudah digetarkan pada puncak kepala
probandus. Probandus akan mendengar suara garputala itu makin
lama makin melemah dan akhirnya tidak mendengar suara garputala
lagi. Pada saat garputala tidak mendengar suara garputala, maka
penguji akan segera memindahkan garputala itu, ke puncak kepala
orang

yang

diketahui

normal

ketajaman

pendengarannya

(pembanding). Bagi pembanding dua kemungkinan dapat terjadi :


akan mendengar suara, atau tidak mendengar suara.
( Black & Joyce, 2009)
6. Tes keseimbangan
Tes Romberg : kaji telinga tengah untuk fungsi keseimbangan
dengan melakukan tes romberg. Klien berdiri dengan kedua kaki

37

rapat,lengan disamping dan mata tertutup. Perhatikan kemampuan


untukmempertahankan posisintegak dengan hanya sedikit gerakan
sempoyongan. Pemeriksa lebih dekat dengan klien untuk memberikan
sokongan keseimbangan apabila diperlukan. Jika klien kehilangan
kesimbangan, hal ini menunjukan tes ronberg positif,yang menunjukan
terdapat gangguan kesimbangan yang disebabkan gangguan vestibular
maupun ataksi serebelar. Uji tandem romberg sebaiknya juga dilakukan
dengan mengintrusikan klien berjalan maju mundur, tumit ke ujung jari.
Lesi vestibular perifer dapat menyebabkan penderita sempoyongan atau
jauh.

Klien

tanpa

gangguan

vestibular

dapat

mempetahnkan

kesimbangan tergantung umurnya.


Uji past-pointing dapat juga mengindikasikan gangguan labirin.
Lakukan pemeriksaan dengan posisi klien duduk berhadapan dengan
pemeriksa dengan mata terbuka. Tahan ujung jari pemeriksa setinggi
bahu klien dan intrusikan klien meraih ujung jari ini dengan jari
telunjuk kanannya. Minta klien menurunkan lengannya, lalu menutup
mata dan meminta menyentuh ujung jari pemeriksa lagi. Ulangi
prosedur ini dan uji klien dengan tangan sebaliknya. Amati dan catat
ada atau tidaknya kelainan pada uji pas ppointing ini, mengenai arah
dan derajatnya. Gangguan labirin dapat menyebabkan past pointing
ketika mata tertutup. Lesi serebral diindikasikan bila post pointing
terjadi ketika mata terbuka atau tertutup.
( Black & Joyce, 2009)

H. Penatalaksanaan
1. Farmakologi
Sebagai pengobatan lini pertama dapat diberikan hanya obat tetes
telinga yang mengandung antiseptik (asam asetat 2% atau larutan
povidon yang diencerkan 1:2) atau antibiotik, pilihan obat tetes
antibiotik terbaik adalah golongan fluor kuinolon (ciprofloxacin atau
ofloxacin) karena tidak ototoksik. Obat topikal ini diberikan sekali

38

sehari selama 2 minggu, (International Child Health Review


Collaboration, 2012). Untuk pasien dengan sekret telinga (otorrhea),
maka disarankan untuk menambahkan terapi tetes telinga ciprofloxacin
atau ofloxacin. (Bina Kefarmasian dan Alat Kesehatan Depkes, 2005).
Jika telinga masih bernanah atau mengeluarkan cairan, tanyakan
kepada keluarga apakah masih terus membersihkan telinga anak dan
dapat diberikan antibiotik oral. Bila 3 bulan tidak sembuh, idealnya
dilakukan

terapi

bedah,

(International

Child

Health

Review

Collaboration, 2012).
Tabel 2 Antibiotika pada terapi Otitis Media
Antibiotika

Dosis

Keterangan

Lini Pertama
Amoksisilin

Anak:

Untuk

20-40mg/kg/hari

rendah yaitu: Usia>2th,

terbagi dalam 3 dosis.

tidak

Dewasa:

antibiotika

40mg/kg/hari

pasien

risiko

mendapat
selama

terbagi bulan terakhir.

dalam 3 dosis
Anak:

Untuk

80mg/kg/hari

pasien

risiko

terbagi tinggi

dlm 2 dosis.
Dewasa:
80mg/kg/hari

terbagi

dlm 2 dosis
Lini Kedua
Amoksisilin
klavulanat

Anak:
25-45mg/kg/hari
terbagi dlm 2 dosis
Dewasa:

39

Kotrimoksazol

2x875mg
Anak:
6-12mg
60mg

TMP/30SMX/kg/hari

terbagi dlm 2 dosis


Dewasa:
Cefuroksim

2 x 1-2 tab
Anak:
40mg/kg/hari

terbagi

dlm 2 dosis
Dewasa:
Ceftriaxone

2 x 250-500 mg
Anak:

1 dosis untuk otitis

50mg/kg; max 1 g; i.m. media yang baru 3 hari


terapi untuk otitis yang
resisten
Cefprozil

Anak:

30mg/kg/hari

terbagi dlm 2 dosis.

Cefixime

Dewasa:

250-

500mg
Anak:

8mg/kg/hari

terbagi dlm 1-2 dosis.


Dewasa:
2 x 200mg
Sumber: Bina Kefarmasian dan Alat Kesehatan Depkes, 2005.
Rejimen antibiotika yang digunakan dibagi menjadi dua pilihan
yaitu lini pertama dan kedua. Antibiotika pada lini kedua diindikasikan bila:
a.
b.
c.
d.

Antibiotika pilihan pertama gagal.


Riwayat respon yang kurang terhadap antibiotika pilihan pertama.
Hipersensitivitas.
Organisme resisten terhadap antibiotika pilihan pertama yang

dibuktikan dengan tes sensitifitas.


e. Adanya penyakit penyerta yang mengharuskan pemilihan antibiotika
pilihan kedua.
(Bina Kefarmasian dan Alat Kesehatan Depkes, 2005).

40

2. Non-Farmakologi
a. Irigasi Telinga
Telinga sering diirigasi untuk membersihkan liang telinga atau
untuk mengangkat serumen, debris atau bendah asing untuk
membantu penyembuhan. Irigasi tidak dilakukan pada klien yang
dicurigai mengalami perforasi membran timpani. Irigasi telinga
dilakukan dengan cara sebagai berikut:
1) Hangatkan larutan irigasi (biasanya air) sampai suhu tubuh dan
tempatkan pada spuit /syringe irigasi.
2) Lindungi pakaian klien dengan penutup plastik, dan tempatkan
piala ginjal (bengkok) dibawah telinga untuk mewadahi cairan
irigasi.
3) Tempatkan klien sedemikian rupa dalam keadaan duduk agar
anda menghadap telinga yang akan diirigasi dan materi yang
diirigasi dapat mengalir kebawah.
4) Pada orang dewasa , tarik daun telingah kearah belakang atas
(pada anak-anak, depan atas) dan arahkan ujung spuit disepanjang
liang telinga.
5) Liang sebaiknya tidak tertutup spuit untuk memberi arah bagi
cairan untuk keluar. Saat mendokumentasi irigasi, catat tipe cairan
yang digunakan untuk irigasi, dan jumlah cairan irigasi yang
keluar, warna, tekstur dan tipe depris. Instruksikan klien untuk
melaporkan

nyeri,

vertigo,

atau

mual

selama

prosedur

berlangsung.
6) Kadang klien diminta menggunakan cairan irigasi telinga. Cairan
yang paling sering adalah asam boraks dan alkohol, yang
didapatkan dari resep. Larutan ini membersihkan telinga dari
debris dan infeksi serta berperan sebagai agen pengering.
Dibutuhkan spuit irigasi berukuran 2-3 ons. Anggota keluarga lain
yang melakukan irigasi. Biasanya irigasi telinga diikuti dengan
penggunaan tetes telinga.
Antibiotik lokal dan sistemik merupakan inti pencegahan dan
penatalaksanaan infeksi liang telinga, akan tetapi aturan pertama
mengobati infeksi adalah pembersihan tempat infeksi agar antibiotik

41

lokal dapat mencapai tempat infeksi. Pengisapan, irigasi, atau


pengangkatan manual materi dengan kapas lidi dapat dilakukan.
Pemberian tetes telinga antibiotik-steroid secara teratur dibutuhkan
selama satu minggu.
Jika liang telinga tersumbat edema, dapat digunakan semacam
sumbu untuk memudahkan cairan tetes telinga merembes ke liang
telinga. Terdapat sumbu yang dijual bebas atau kapas lidi berukuran
inci. Sumbu tidak saja berperan sebagai pembalut tetapi juga sebagai
pembawa obat ke liang telinga. Sumbu ini dimasukkan secara perlahan
keliang telinga dengan forsep saat daun telinga ditarik kebelakang atas.
Sumbu ini biasanya sepanjang 1 inci. Klien sebaiknya berbaring pada
sisi sehat selama 3-5 menit untuk menggerakkan obat menuju liang
telinga akibat gaya gravitasi. Jika infeksi berat atau luas, antibiotik
sistemik dapat digunakan. Infeksi yang melibatkan kartilago juga harus
ditangani dengan baik dengan antibiotik sistemik untuk menghindari
komplikasi.
(Black & jane hokanson hawks , 2009).
b. Timpanoplasti
Berbagai prosedur pembedahan dapat dilakukan bila dengan
penanganan

obat

tidak

efektif.

Yang

paling

sering

adalah

timpanoplasti-rekonstruksi bedah membrane timpani daan osikulus.


Tujuan timpani-plasti adalah mengembalikan fungsi telinga tengah,
menutup lubang perforasi telinga tengah, mencegah infeksi berulang,
dan memperbaiki pendengaran. Dalam sejarah, ada lima tipe
timpanoplasti. Prosedur bedah yang paling sederhana, tipe I
(miringoplasti), dirancang untuk menutup lubang perforasi pada
membrane timpani. Prosedur yang lain, Tipe II sampai V, meliputi
perbaikan yang lebih intensif struktur telinga tengah. Struktur dan
derajat keterlibatannya bias berbeda, namun bagian semua prosedur
timpanoplasti

meliputi

pengembalian

kontinuitas

mekanisme

konduksi suara (Black & jane hokanson hawks , 2009).

42

Timpanoplasti dilakukan melalui kanalais auditorius eksternus,


baik secara transkanal atau melalui insisi post-aurikuler. Isi telingan
tengah diinspkesi secara teliti, dan hubungan antara osikulus
dievaluasi. Terputusnya rantai osikulus adalah yang paling sering pada
otitis media, namun masalah rekonstruksi juga akan muncul dengan
adanya malformasi telinga tengah dan dislokasi osikuler akibat cedera
kepala. Perbaikan dramatis pendengaran dapat terjadi setelah
penutupan lubang perforasi dan perbaikan kembali osikulus.
Pembedahan biasanya dilakukan pada pasien rawat jalan dengan
anetesia umum, (Black & jane hokanson hawks , 2009).
c. Mastoidektomi
Tujuan pembedahan mastoid adalah untuk mengangkat
koleostoma, mencapai struktur yang sakit, dan menciptakan telinga
yang aman, kering, dan sehat. Bila mungkin, osikulus direkonstruksi
selama prosedur pembedahan awal. Namun, kadang beratnya penyakit
mengharuskan hal ini dilakukan sebagai bagian operasi kedua yang
terencana. Mastoidektomi biasanya dilakukan melalui insisi postaurikuler, dan infeksi dihilangkan dengan mengambil secara sempurna
sel udara mastoid. Nervus fasialis berjalan melalui telinga tengah dan
mastoid dan dapat mengalami bahaya selama pembedahan mastoid,
meskipun jarang mengalami cedera. Begitu pasien bangun dari
pembiusan, harus diperhatikan setiap tanda paresis fasialis yang harus
segera dilaporkan kedokter. Bila terjadi kelemahan fasialis, balutan
mastoid harus dilonggarkan dan pasien dikembalikan ke meja operasi,
luka dibuka, dan nervus fasialis didekompresi untuk melonggarkan
kanalis tulang yang mengelilingi nervus fasialis. Mastoidektomi kedua
mungkin diperlukan 6 bulan setelah yang pertama untuk mengecek
kekambuhan

koleostoma.

Mekanisme

pendengaran

daoat

direkonstruksi pada saat ini bila koleostoma telah dieradikasi


sempurna. Angka keberhasilan untuk mengkoreksi kehilangan
pendengaran konduktif ini sekitar 50% sampai 60%,.
Pembedahan biasanya dilakukan dengan anesthesia umum dan
pada pasien rawat jalan. Pasien diberi balut tekan mastoid, yang

43

dilepas 24 jam sampai 48 jam setelah pembedahan, (Black & jane


hokanson hawks , 2009).
d. Osiikuloplasti
Pemebedahan untuk rekonstruksi tulang pendengaran adalah
osiikuloplasti. Metode yang digunakn untuk reposisi tulang-tulang
kecil ini bervariasi.bermacam prostesis sintetik telah banyak
diguankan untyk menyambungkan kembali tulang agar dapat
meneruskan suara. Untuk mencengah lepasnya prostesis untuk
membangun kembali tulang pendengaran.( Black & jane hokanson
hawks , 2009).
e. Miringotomi
Insisi dimembran timpani untuk menyalurkan cairan dengan
alat penghisap disebut miringotomi . untuk menjaga insisi tetap
terbuka dan mencegah kembuhnya cairan,dibuat bermacam tuba
transimpanika yang dimasukkan pada insisi tersebut. Tuba ini keluar
dengan ssendiri dalam 3-12 bulan dan tidak perlu diambil. Tuba yang
lebih permanen (tuba T) dengan ukuran lebih besar digunakan
padaklien yang membutuhkan miringotomi ulungan.( Black & jane
hokanson hawks , 2009).
f. Manajemen Keperawatan pada Klien Bedah
1) Perawatan praoperasi
Lingkup aktivitas keperawatan

untukklien

dengan

pemebedahan telinga dapat luas seperti pengkajian praoperasi


dilakukan diklinik sebagai pengkajian pada daerah yang bedah.
Sebelum pembedahan,dilakukan audiogram dan timpanogram
untuk mengkajitajam pendengaran sebelum operasi. Tingkat
pengetahuan klien mengenai prosedur,harapan dan kesiapan
psikososial dievaluasi bersama status fisiologinya.
Klien ynag menjalani bedah telinga sebaiknya diberitahu
yang akan terjadi selama pembedahan karena akan digunakan
anestesi lokal dengan sedasi. Petunjuk sebaiknya diberikan adalah
lama prosedur,lama rawat inap,dan instruksi segera pascaoperasi.
2) Perawatan pascaoperasi
Nyeri biasanya tidak menjadi masalah utama,tetapi dapat
diberikan analgesia ringan. Vertigo dan rasa kepala melayang
dapat terjadi saat klien bergerak pada hari pembedahan untuk
44

menhindari jatuh. Beberapa klien dengan vertigo biasanya hilang


segera dan jarang membutuhkan pengobatan.
Posisikan klien berbaring dengan telinga yang dioperasi
menghadap keatas untuk beberapa jam setelah operasi. Sejumlah
kecil cairan serosanguinosa dapat ditemukan. Panduan edukasi
klien dibawa dapat memberikan arahan pada klien setelah operasi
telinga.
( Black & jane hokanson hawks , 2009).

I. Konsep Nursing Care Plan


1. Pengkajian
a. Berkomunikasi dengan Anak
1) Sisihkan waktu untuk lebih mengenal anak dan orang tua.
2) Ciptakan lingkungan yang hangat, ceria, dan menjaga privasi.
3) Tanya orangtua bagaimana anak biasanya mengatasi situasisituasi baru atau situasi yang penuh tekanan.
4) Tanya orang tua apa yang telah mereka katakan kepada anak
mengenai fasilitas pelayanan kesehatan yang mereka datangi.
5) Amati tingkah laku anak yang merupakan tanda-tanda kesiapan.
6) Pertimbangkan tingkat perkembangan dan rentang perhatian anak
dan

gunakan

pendekatan

imajinatif

saat

merencanakan

pemeriksaan.
7) Jika anak sulit menerima pengkajian: berbicara dengan orang tua
dan biarkan anak sejenak, puji anak, bermain (seperti main cilukba)

atau

bercerita,

mulai

pengkajian

dari

yang

sedikit

menimbulkan ketidaknyamanan ke pengkajian yang paling tidak


nyaman, mulai dari jari kaki ke kepala, lepas pakaian anak secara
bertahap atau biarkan anak melepas pakaiannya sendiri, lakukan
teknik dengan cepat pada orangtua terlebih dahulu.
8) Dorong anak untuk bertanya selama pengkajian, tetapi jangan
menekan anak untuk bertanya.
9) Jelaskan proses pengkajian dengan bahasan yang sesuai tingkat
perkembangan anak.
10) Gunakan istilah-istilah yang konkret bukan informasi teknis.
11) Berikan sedikit informasi danal sedikit waktu.
12) Jangan membuat gerakan yang terburu-buru.

45

13) Buatlah harapan-harapan yang diketahui dengan jelas dan


sederhana.
14) Berikan pujian yang jujur.
15) Jika menggunakan penerjemah, penting untuk menjelaskan tujuan
pengkajian dan memperkenalkan penerjemah ke keluarga.
16) Apabila memeriksa lebih dari satu anak, biasanya dimulai pada
anak yang lebih besar atau yang paling kooperatif.
(Engel, Joyce. 2008)
b. Berkomunikasi dengan Todler
Todler (12 bulan sampai 3 tahun) belum mempunyai
kemampuan untuk berkomunikasi secara verbal dengan efektif.
Komunikasi mereka kaya dengan ungkapan isyarat nonverbal dan
komunikasi verbal yang sederhana. Anak todler menerima
komunikasi verbal dari orang lain secara harfiah. Anak todler
mempunyai kemampuan memori awal dan membangun rasa
percaya, tetapi mereka tidak mampu memahami hal-hal yang
abstrak dan menjadi frustasi serta takut dengan frase-frase yang
tampak bagi oranag dewasa.
Dalam berkomunikasi dengan todler, perawat perlu
menggunakan istilah-istilah yang pendek dan konkret. Penjelasan
dan deskripsi perlu diulang beberapa kali. Alat-alat peraga seperti
boneka membantu penjelasan.
(Engel, Joyce. 2008)
c. Berkomunikasi dengan Orang Tua
Orang tua seringkali merupakan bagian integral dari
pengkajian kesehatan bayi atau anak. Orang tua merupakan sumber
informasi utama tentang anak. Informasi yang diberikan orang tua
dapat dipertimbangkan keandalannya dalam banyak hal karena
hubungan yang dekat dengan anak-anak mereka. Pertanyaan
terbuka sangat berguna, khususnya dalam mengurangi responsrespons pada area yang sensitif karena orangtua dianggap dapat
lebih mengendalikan arah respons. Pertanyaan-pertanyaan yang
lebih tertutup dan terfokus harus disimpan untuk proses pengkajian
berikutnya jika informasi spesifik diinginkan.

46

(Engel, Joyce. 2008)


d. Menata Lingkungan
Wawancara harus dilakukan dalam ruangan tersendiri,
terang, dan tidak menakutkan. Mainan anak-anak dan gambargambar bermanfaat untuk mengalihkan perhatian anak sehingga
orang tua dapat memberi perhatian penuh ke pewawancara.
Sebelum

memulai

wawancara

kesehatan,

perawat

harus

memperkenalkan diri dan menanyakan nama anggota keluarga.


Anggota keluarga dipanggil dengan namanya. Kecuali bayi, anak
biasanya termasuk dalam wawancara, tingkat keterlibatan beragam
berdasarkan usia. Perawat harus menjelaskan peran mereka dalam
proses pengkajian karena dalam beberapa lingkungan kesehatan
banyak praktisi kesehatan melihat anak. Tujuan wawancara
kesehatan dan pengkajian fisik dijelaskan karena orang tua bisa
bertanya-tanya tentang hubungan informasi yang akan mereka
berikan. Orang tua dan anak juga dijelaskan siapa yang mempunyai
akses terhadap informasi tersebut dan dijamin keterbatasan akses
dari informasi tersebut. Jika parameter wawancara dan pengkajian
fisik telah disusun, orang tua lebih mampu memutuskan bagaimana
dan apa yang mereka ingin sampaikan.
(Engel, Joyce. 2008)
e. Aspek Riwayat Kesehatan
Pengumpulan riwayat kesehatan merupakan komponen
penting proses pengkajian kesehatan. Wawancara kesehatan
membantu dalam membangun hubungan anatar orang tua dan anak,
memberi data untuk membuat diagnosa sementara, menyediakan
kesempatan bagi perawat dan keluarga untuk menetapkan tujuan,
dan membuat kesempatan bagi perawat untuk memberi penyuluhan
dan dukungan kepada keluarga. Tujuan dan cakupan wawancara
kesehatan beragam menurut sifat hubungan perawatan kesehatan.
Sebagai contoh, pada situasi gawat darurat berfokus pada keluhan
utama dan rincian hubungan perawatan kesehatan masa lalu adalah

47

penting. Riwayat pranatal dan postnatal serta dimensi psikososial


dapat dikaji kemudian, kecuali difokuskan untuk pertimbangan
kesehatan. Jika anak mempunyai hubungan yang berulang dengan
fasilitas perawatan kesehatan, hanya perlu riwayat kesehatan yang
baru jika riwayat tersebut telah lengkap pada hubungan awal.
Bagian dari wawancara harus dimodifikasi dengan situasi dan
tempat yang sesuai. Sebagai contoh, di rumah mungkin akan
mendapat banyak gangguan dan memerlukan adaptasi dengan
lingkunga keluarga.
(Engel, Joyce. 2008)

f. Informasi Untuk Riwayat Yang Komprehensif


INFORMASI
Tanggal Riwayat

KOMENTAR
Identifikasi data

Termasuk nama, nama panggilan, Kebanyakan informasi ini telah ada


nama orang tua (wali), nomor pada papan nama atau grafik anak.
telepon rumah, nomor telepon orang
tua atau wali yang dapat dihubungi
selama jam-jam kerja, tanggal lahir
anak,

umur

kelamin,

(bulan,tahun),

suku

bangsa,

jenis
bahasa

percakapan, bahasa yang dimengerti.


Sumber Rujukan, jika ada
Sumber Informasi
Termasuk pertimbangan keandalan
informasi tersebut.
Keluhan Utama
Gunakan

pertanyaan

pembukaan Perhatikan

singkat seperti apa masalah yang mengidentifikasi


membuat anda datang kesini ?

Dalam

beberapa

siapa

yang

keluhan

utama.

keadaan

guru

Catat kata-kata orang tua atau anak sekolah atau dokter mungkin telah
sendiri diare sejak hari sabtu

mengungkapkan

keluhan.
48

Persetujuan antara orang tua dan


sumber rujukan lain adalah penting
untuk perawatan. Remaja dan orang
tua dapat mempunyai persepsi yang
berbeda terhadap keluhan.
Penyakit Saat Ini
Termasuk pula yang keluhan utama Orang tua mungkin memerlukan
secara kronologis. Uraian menjawab bantuan dalam menyortir hal-hal
pertanyaan
dengan

yang

berhubungan kecil. Pengetahuan tentang diagnosis

dimana

(kualitas,

(lokasi),

faktor-faktor

memperburuk
gejala),

atau

kapan

apa sebelumnya

dapat

yang merencanakan

membantu

pertanyaan

yang

memperingan spesifik, namun, harus berhati-hati

(awitan,

durasi, untuk menghindari terlalu cepat

frekuensi), dan seberapa (intensitas, mengakhiri

atau

menghilangkan

keparahan). Orang tua atau anak keterbukaan terhadap kemungkinan


harus

juga

ditanya

manifestasi-manifestasi

tentang yang

tidak

mewakili

diagnosis.

yang Dalam lingkungan perawatan utama,

berhubungan termasuk pengertian perawat seringkali memulai dengan


negatif:

Orang

tua

menyangal masalah perawatan dan peningkatan

bahwa anaknya telah mengalami kesehatan. Informasi yang mengenai


kelelahan, memar, atau nyeri tekan informasi perawatan kesehatan dan
pada sendi yang tidak semestinya. di

rumah

yang

dilakukan

Dapatkan data mengenai intervensi sebelumnya memberikan data yang


perawatan kesehatan formal dan di penting tentang pengetahuan orang
rumah apa yang telah dicoba untuk tua atau anak terhadap intervensi,
mengatasi

masalah

tersebut. kemampuan perawatan diri sendiri,

Gunakan pertanyaan langsung untuk motivasi,

dan

memfokuskan pada hal-hal kecil Beberapa

pengobatan

yang spesifik, jika perlu.

dapat

praktik

budaya.
tradisional

membahayakan.

Sebagai

contoh, dua obat tradisional dari


meksiko

yang

digunakan

untuk

mengobati kolik mengandung timbal


(azarkon dan greta).
49

Kewaspadaan Klinis
Penyangkalan yang terus-menerus
dalam menghadapi cedera yang tidak
dapat dijelaskan atau samar-samar
dapat menjadi tanda penganiayaan
anak.

Penyangkalan

mengindikasikan
terhadap

juga

dapat

ketidakterimaan

masalah

seperti

keterlambatan perkembangan atau


masalah perilaku. Tampilnya gejala
yang terus-menerus (terutama oleh
ibu) sementara tidak ada objektif
yang

menunjukkan

kemungkina

dugaan Munchausen Syndrom By


Proxy.
Riwayat Medis Masa Lalu
Keadaan Umum Kesehatan
Tanyakan mengenai nafsu makan, Jangan memasukkan informasi yang
penurunan atau peningkatan berat telah diperoleh dari keluhan utama
badan akhir-akhir ini, keletihan, atau penyakit saat ini.
stres.
Riwayat Kelahiran
Termasuk

riwayat

pranatal Riwayat kelahiran terutama penting

(kesehatan maternal, infeksi, obat- jika anak kurang dari dua tahun atau
obatan yang diminum (dengan resep yang

mengalami

masalah

atau ilegal); konsumsi alkohol dan perkembangan atau neurologik.


tembakau;
penambahan

perdarahan
berat

badan,

kehamilan,

sikap

kehamilan,

kelahiran,

persalinan,

jenis

komplikasi,

berat

abnormal,
lama

terhadap
lama
pelahiran,
badan

lahir,

kondisi bayi saat lahir) dan riwayat


50

neonatus

(distres

sianosis,

pernapasan;

ikterus,

kemampuan

makan

kejang,
buruk, pola

tidur).
Pemberian Makan
Untuk

bayi,

pemberian

Kewaspadaan Klinis

termasuk

makan

cara Terlewatkan

(botol,

waktu

makan

ASI, kemungkinan merupakan prediktor

makanan

padat),

frekuensi terkuat asupan kalsium yang tidak

pemberian

makan,

kuantitas adekuat pada remaja.

makanan,

respon

terhadap

pemberian makan, jenis makanan,


masalah-masalah spesifik dengan
pemberian makan (kolik, regurgitasi,
letargi). Untuk anak-anak, termasuk
kemampuan untuk makan sendiri,
kesukaan dan yang ketidaksukaan,
nafsu makan, dan jumlah makanan
yang

dimakan.

Untuk

remaja,

termasuk pola makan yang biasa dan


asupan kalori harian.
Penyakit, Operasi, atau Cedera
Sebelumnya
Termasuk tanggal masuk RS, alasan Mengetahui bagaimana anak reaksi
masuk RS, dan respon terhadap terhadap perawatan di RS pada masa
penyakit.

yang lalu dapat membantu dalam


merencanakan

intervensi

perawatn saat ini.


Penyakit Masa Kanak-kanak
Termasuk penyakit menular yang
umum, seperti campak, gondok, dan
cacar

air

(varicella).

Tanyakan

kontak terakhir dengan orang yang

51

untuk

menderita penyakit menular.


Imunisasi
Termasuk hal-hal spesifik tentang
imunisasi (tanggal, jenis) dan reaksi
yang tidak diharapkan. Jika anak

Vaksin MMR berisi jaringan embrio


yang dapat mencetuskan reaksi pada
pasien yang sensitif terhadap telur.

belum diimunisasi, catat alasannya.


Catat prosedur desensitisasi.
Pengobatan Saat Ini
Termasuk obat-obatan dengan resep
atau tanpa resep dokter, dosis,
frwkuensi, lama penggunaan, waktu
dari dosis terakhir dan pemahaman
orang tua dan / atau anak tentang
obat yang diresepkan.
Alergi
Termasuk zat-zat yang menyebabkan
alergi dan reaksinya.

Mengetahui reaksi alergi sangat


berguna karena reaksi mungkin tidak
menggunakan manifestasi alergi.

Riwayat
Pertumbuhan dan Perkembangan
Fisik
Termasuk tinggi dan berat badan
rata-rata pada usia 1,2,5 dan 10
tahun dan erupsi/ tanggalnya gigi.

pertumbuhan

dan

perkembangan secara keseluruhan


adalah penting dalam perencanaan
intervensi keperawatan yang sesuai
dengan tingkat perkembangan anak
dan

dalam

perkembangan
Riwayat

skrining
dan

masalah
neurologik.

sosial

dapat

mengidentifikasi kebutuhan untuk


bimbingan antisipasi.
Riwayat sosial
Meliputi kemampuan eliminasi (usia Perilaku dan watak (temperamen)
pada saat anak dapat mengendalikan dapat memberi informasi diagnostik

52

defekasi dan berkemih di waktu


siang dan malam hari atau tingkat
pengendalian

saat

ini,enuresis, dan intervensi yang penting anak

enkopresis, kemampuan melakukan yang


eliminasi

sendiri,

istilah

mengalami

yang pendengaran,

digunakan), tidur (jumlah dan pola sekolah

gangguan

seperti

yang

anak

menderita

usia
nyeri

tidur siang dan malam hari, ritual abdomen berulang lebih cenderung
waktu tidur dan objek yang aman, memiliki temperamen yang sulit.
ketakutan,

dan

mimpi

buruk), Anak

dengan

penyakit

jantung

kemampuan berbicara (cadel,gagap kronis mempunyai suasana hati yang


dan jelas), seksualitas (hubungan lebih intens, menarik diri, dan lebih
dengan lawan jenis, keingin tahuan negatif dibandingkan anak yang
tentang
seksual,

informasi
jenis

dan

aktifitas sehat. Anak laki-laki dari lingkungan

informasi

yang keluarga

yang

keras

cenderung

diberikan anak), sekolah (tingkatan mengganggu, suka menentang, dan


dalam sekolah, prestasi akademi, mempunyai watak pemarah serta
penyesuaian
kebiasaan

terhadap
(menghisap

sekolah) rentang
ibu

perhatian

sempit.

Anak

jari, perempuan dari keluarga dengan

mengggit kuku, pika (kebiasaan kekerasan cenderung cemas atau


memakan selain makanan, seperti tertekan, ingin selalu ditemani, dan
tanah),
disiplin

membenturkan
(metode-metode

kepala)., menjadi perfeksionis. Bayi yang


yang lahir

dari

ibu

digunakan, respons anak terhadap memperlihatkan


disiplin)., dan kepribadian dan watak Perilaku,
(keserasian, agresip, tempratrantum, terkait
menarik

diri,

hubungan

seperti
dengan

pecandu

kokain

gangguan

tidur.

perilaku

yang

toilet

training,

dengan beragam sesuai dengan

budaya.

teman sebaya dan keluarga). Anak- Diskusi terbuka mengenai masalah


anak dan remaja harus ditanya seksual kemungkinan dibatasai dari
apakah mereka pernah merasa sedih beberapa

kebudayaan

atau murung. Jika ya, mereka Hispanik)


harus ditanya apakah mereka pernah
berpikir untuk bunuh diri.
Riwayat Keluarga
53

(mis.

Termasuk

usia

dan

kesehatan

keluarga terkini, penyakit keturunan,


dan

adanya

jenis

kelainan

kongenital, kekerabatan orang tua,


pekerjaan dan pendidikan orang tua,
dan interaksi keluarga, termasuk
siapa yang bertanggung jawab untuk
pengasuhan

anak

dan

membuat

keputusan

berhubungan

dengan

untuk
yang

perawatan

kesehatan.

Genogram

berguna

menunjukkan

untuk

hubungan,

usia,

kesehatan anggota keluarga, dan


siapa anggota keluarga. Kebutuhan
program

perawatan

kesehatan

seharusnya diseimbangkan dengan


kebutuhan

keluarga.

Orangtua

mengidentifikasi kebutuhan utama


mereka, seperti informasi tentang
diagnosis, efek diagnosis terhadap
perkembangan informasi mengenai
pengobatan,

dan

dampaknya

terhadap kondisi seksualitas anak.


Kewaspadaan Klinis
Waspada terhadap gejala keracunan
timbal pada anak-anak yang saudara
kandung atau teman bermainnya
menjalani

pengobatan

akibat

keracunan timbal. Usia orang tua


kurang dari 18 tahun saat anak lahir
kemungkinan menjadi faktor risiko
untuk penganiayaan.

(Engel, Joyce. 2008)

2. Analisa Data
Tabel 3 Analisa Data Berdasarkan Teori
Data-data

Etiologi

Masalah
Keperawatan

Pre op

54

DS:

Nyeri kronik

Klien mengatakan
telinganya terasa

sakit
Klien mengatakan
nyeri menyebar
hingga ke kepala
sebelah kiri dan di
belakang telinga

DO:

Klien tampak
meringis sembari
memegang telinga

kirinya
Klien tampak tidak
nyaman dengan

keadaan telinganya
Skala nyeri: 5, nyeri
seperti ditekan pada
telinga kiri bagian
dalam, nyeri

sepanjang waktu
Telinga kiri klien
mengeluarkan cairan
bening, encer, tidak

berbau
Hasil otoskop:
perforasi sentral
membrane timpani,
membrane tipis dan

pucat
Hasil biakan cairan
telinga: ditemukan
bakteri
55

Staphylococcus
aureus

DS :

Resiko infeksi

Klien mengatakan,
Keluar cairan telinga
berwarna kuning
kekuningan.
DO:

Terlihat adanya
cairan warna
kekuning-kuningan

pada telinga kanan


DS :
Klien mengatakan,

Defisit
Pengetahuan

Dengan keadaan
seperti ini tidak tahu
harus berbuat apa
DO:

Klien tampak tidak


paham tentang
penyakitnya

DS :

Risiko
Keterlambatan

Ibu Klien mengatakan,

Perkembangan

saya tidak pernah


memperhatikan
perkembangan anak
saya

56

DO:

Klien terlihat

murung
Sulit

berinteraksi
Tidak dapat
melakukan
aktifitas sesuai
dengan usianya.

DS:

Gangguan

Klien mengatakan,

Komunikasi

Sulit dalam

verbal

mendengar apa yang


orang bicarakan
kepadanya
Klien mengatakan,
sulit dalam mendengar
instruksi yang diberikan
oleh tenaga kesehatan
saat melakukan
pemeriksaan
DO:

Klien tidak dapat


mendengar instruksi
atau pertanyaan

57

yang diberikan oleh


perawat dengan baik
Klien melakukan lip

reading
Post op
DS:

Nyeri Akut

Klien mengatakan,
Telinga terasa sakit,
nyeri menyebar hingga
ke kepala sebalah kiri
dan dibelakang telinga

DO:

Klien tampak

meringis
Klien terihat
memegang telinga
kiri
Skala nyeri 5 (0-10)
Klien tampak tidak

nyaman dengan
keadaan telinganya
DS:

Risiko Infeksi

Klien mengatakan,
telinga terasa panas dan
bengkak

DO:

Kemerahan pada

area telinga
Keluar cairan

58

berwarna kuning

3. Diagnosa Keperawatan
a. Diagnosa Pre Operasi
1). Nyeri kronik berhubungan berhubungan dengan tumor infiltration,
kondisi post trauma (infeksi).
2). Resiko infeksi berhubungan dengan penyakit kronik (otitis media
kronik)
3). Defisit pengetahuan berhubungan dengan kurang pajanan
informasi
4). Risiko Keterlambatan Perkembangan dengan faktor risiko Otitis
5).

Media Berulang
Gangguan Komunikasi

Verbal

b.d

Perubahan

dalam

Peasirkembangan
b.

Diagnosa Post Operasi


1). Nyeri akut berhubungan dengan agen injury fisik (Prosedure
operasi)
2). Risiko infeksi berhubungan dengan faktor resiko tindakan infasif

59

4. Rencana Asuhan Keperawatan


Tabel 4 Rencana Asuhan Keperawatan Berdasarkan Teori

60

PRE OP
No
.
1.

Diagnosa Keperawatan

Tujuan (NIC)

Intervensi (NOC)

Nyeri kronik berhubungan

Setelah dilakukan tindakan keperawatan Environmental management :

berhubungan dengan tumor

selama 3 x 24 jam diharapkan nyeri

1. Ciptakan lingkungan yang

infiltration, kondisi post

dapat berkurang, dengan kriteria hasil:

trauma (infeksi).

Pain level :

aman untuk klien


2. Kendalikan kegaduhan yang
tidak diinginkan

1. Melaporkan nyeri berkurang


2. Eksprsi wajah karena nyeri

menjadi lebih baik


No
1.

Pain Management :

Comfort statusNOC
physical :
1. Kaji komprehensif
mengenai
Diagnosa keperawatan
NIC
Nyeri akut b.d agen injuri
levelbertambah
Pain management
1. fisik
Posisi Pain
nyaman
lokasi, karakteristik,
durasi,
2. Dapat mengontrol
gejala. nyeri berkurang
(prosedur operasi)
1. Identifikasi
secara
Melaporkan
frekuensi, kualitas,
intensitas,
Ekspresi wajah baik
komprehensif
dan faktor pencetus
nyeri. dari
Tanda-tanda vital dalam rentang
2. Observasi keluhan
non verbal
pengkajian
karakteristik
normal
terhadap ketidaknyamanan.
nyeri seperti lokasi,
TD :
3. Ajarkan tehnik non
N :
onset/durasi, frekuensi,
farmakologik (teknik
S :
kualitas, intensitas, skala,
R :
relaksasi).
dan faktor preipitasi
4. Bantu klien mendapatkan
Surgical recovery : immediate post-op
2. Observasi ketidaknyamanan
Tingkat kesadaran compos dukungan dari keluarga untuk
secara nonverbal, jika klien
mengurangi
nyeri.
mentis
tidak mampu melakukan
5. Beri
Bising usus dapat terdengar
8-10informasi tentang nyeri
komunikasi yang efektif
(penyebab, durasi,
X/menit
3. Ajarkan prinsip
Sensasi perifer baik
prosesantisipasi
management nyeri
Surgical recovery : con valescence ketidaknyamanan).
4. Kolaborasi

POST OP

Kelemahan berkurang

Medication Prescribing

Resiko infeksi berhubungan

Setelah dilakukan tindakan keperawatan Ear care :

dengan penyakit kronik (otitis

selama 3 x 24 jam diharapkan resiko

media kronik)

infeksi dapat dihindari, dengan kriteria

1. Monitor fungsi pendengaran


2. Monitor struktur anatomi

dari tanda dan gejala dari

61

Nyeri berkurang

1. Identifikasi medikasi
analgesic yang di
indikasikan untuk masalah
tersebut.
2. Konsulkan kepada dokter
dan farmasi untuk
menyesuaikan pemberian
medikasi.
Medication administration
1. Ikuti prinsip 5 benar dalam
pemberian obat
2. Catat riwayat alergi klien
3. Monitor respon klien saat

Risiko infeksi dengan faktor


resiko tindakan bedah

Immune status:

Leukosit dalam rentang normal

(..)
Infeksi tidak berulang

Surgical Recovery : Convalscene

Suhu tubuh dlam rentang normal

diberikan medikasi
Risk Identification
1. Identifikasi agen penyebab
meningkatnya faktor resiko
infeksi
2. Tentukkan kebutuhan klien
akan penanganan medis dan
tindakan keperawatan
62

(.)
Penyembuhan luka cepat

Medication Prescribing
1. Identifikasi medikasi
antibiotic yang di
indikasikan untuk masalah
tersebut
2. Konsulkan kepada dokter
dan farmasi untuk
menyesuaikan pemberian
medikasi
Medication administration
1. Ikuti prinsip 5 benar dalam
pemberian obat
2. Catat riwayat alergi klien
3. Monitor respon klien saat

diberikan medikasi
( Herdman, T Heather, Bulechek, G. M, Butcher, H. K., & Dochterman, J. M. 2015 )

63

BAB III
PEMBAHASAN KASUS

A. Pengkajian
1. Identitas
a. Klien
Nama
Tanggal lahir
Umur
Jenis Kelamin
Tanggal Pengkajian
Diagnosa Medis
b. Penanggung Jawab
Nama
Perkerjaan
2. Keluhan Utama

: An. P
: 3 Januari 2014
: 26 bulan 13 hari
: Perempuan
: 16 Maret 2016
: Otitis Media Kronik
: Ibu An. P
: Ibu Rumah Tangga

Ibu An. P mengatakan, Sekarang aku takut An. P terbelakang.


3. Riwayat Kesehatan
a. Riwayat Kesehatan Sekarang
Ibu An.P merasakan takut sejak dilakukan anamnesa oleh Perawat.
Penyebab dari Ibu An. P merasa takut ialah karena tidak tahu
bagaimana membantu anaknya yang terbelakang. Ketakutan tersebut
terjadi pada diri Ibu An. P.
b. Riwayat Kesehatan Dahulu
Ibu An. P mengatakan, Anak saya pernah demam tinggi pada
usia 9 bulan dan memiliki masalah perilaku sejak ia berusia 11
bulan, anak saya tidak pernah mendengarkan saya dan bahkan tidak
melihat saya ketika saya memanggil dan berbicara dengannya. Anak
saya tidak berbicara sepanjang waktu ketika bermain bersama
teman-temannya.
An. P mengalami episode berulang otitis media selama bayi
meskipun infeksi yang dialami An.P ini telah berkurang. Bicara An.
P tidak dimengerti meskipun ia mengoceh terus-menerus.
Saat dilakukan pemeriksaan telinga di Posyandu, dengan
menempatkan mainan kecil di telinga An. P, An.P diam tidak
menghiraukan bunyi apapun.
c. Riwayat Kesehatan Keluarga

64

Kedua orangtua An. P adalah perokok sejak sebelum


menikah. Mereka merokok didalam maupun diluar rumah. An. P dan
keluarga tinggal di pedesaan padat penduduk. Adik An. P mengalami
episode berulang otitis media selama bayi.
4. Pola Pemenuhan Aktivitas
Tidak terdapat data dalam kasus.
5. Riwayat Psikososial, Spiritual, dan Budaya
Ibu An. P mengatakan, Saya percaya ini adalah karena
kurangnya berinteraksi dengan anak-anak lain seusianya dirumah.
Masalah An. P mungkin kesalahan saya karena saya tidak melatihnya
berbicara.
Menurut Ibu An.P, masalah yang terjadi pada An. P tidak pernah
di sampaikan kepada siapa pun dan belum pernah diperiksakan
kemanapun karena Ibu An. P merasa malu. Selain itu, budaya
dilingkungan mereka dan situasi keuangan tidak mendukung untuk
dilakukannya terapi pada anak-anakanya.
6. Riwayat Perkembangan
An. P mengalami penyimpangan dalam tahapan perkembangan,
misalnya berbicara yang tidak dimengerti dan mengoceh terus menerus.
Selain mengalami keterlambatan dalam berkomunikasi secara
verbal, An. P juga mengalami keterlambatan dalam berinteraksi dengan
teman-temannya.
7. Pemeriksaan Fisik
- Orientasi buruk, An. P tampak apatis dan tidak tertarik pada
-

lingkunagnnya
An. P tidak melakukan kontak mata dengan orangtuanya atau

perawat.
- An. P mengoceh dipangkuan ibunya.
8. Pemeriksaan Penunjang
Tidak terdapat data dalam kasus.
9. Therapi dan Diet
Tidak terdapat data di kasus.

65

B. Analisa Data
Tabel 5 Analisa Data Berdasarkan Kasus
Data-data
(Subjektif-Objektif)

Etiologi

DS:
Ibu An. P mengatakan,

Masalah Keperawatan
Ansietas b.d Perubahan
dalam Status Kesehatan

Sekarang aku takut An. P

terbelakang.
Ibu An. P mengatakan,
Masalah An. P mungkin
kesalahan saya karena saya
tidak melatihnya berbicara.

DO:

Ibu An. P mengungkapkan


keluhan-keluhanya.

DS:
Ibu

Defisiensi Pengetahuan b.d


An.

Sekarang

aku

mengatakan,
takut

Kurang Pajanan Informasi

Puspa

terbelakang dan aku tidak takut

66

bagaimana untuk membantunya


DO:

Ibu An. P mengungkapkan


keluhan mengenai bagaimana
membantu anaknya.

DS :
Ibu An.P mengatakan bahwa
anaknya pernah mengalami

Resiko infeksi berhubungan


dengan penyakit kronik (otitis
media kronik)

demam tinggi pada usia 9 bulan


DO :

Riwayat Demam
Riwayat Episode
berulang otitis media

67

DS:
Ibu An.P mengatakan, An.P
tidak berbicara.
DO:
- An.P beumur 2 tahun 2 bulan
-

Risiko Keterlambatan
Perkembangan dengan faktor
risiko Otitis Media Berulang.

13 hari
Bicara An. P tidak dimengerti
meskipun ia mengoceh

terus-menerus
DS:
Ibu An. P mengatakan tidak
pernah mendengarkan saya dan

Gangguan Komunikasi
Verbal b.d Perubahan dalam
Perkembangan

bahkan tidak melihat saya ketika


berbicara dengannya.
DO:
Bicara An. P tidak dimengerti
meskipun ia mengoceh

terus-menerus
Hasil pemeriksaan pada saat
di dekatkan mainan kecil di
telinganya, An.P diam tidak
menghiraukan bunyi apapun.
68

DS:
Ibu An.P mengatakan, An.P
tidak berbicara sepanjang waktu
disaat bermain bersama teman-

Risiko Ketidakefektifan
Hubungan dengan faktor
resiko ketidakefektifan
kemampuan komunikasi

temannya.
DO:
An.P tidak melakukan
kontak mata dan tidak
berbicara pada orangtuanya

atau perawat saat anamnesa.


An.P tampak tak tertarik
dengan lingkungannya
( Herdman, T Heather, 2015 )

C. Diagnosa Keperawatan
1. Ansietas b.d Perubahan dalam Status Kesehatan.
2. Defisiensi Pengetahuan b.d Kurang Pajanan Informasi.
3. Resiko infeksi berhubungan dengan penyakit kronik (otitis media kronik)
4. Risiko Keterlambatan Perkembangan dengan faktor risiko Otitis Media Berulang.
5. Gangguan Komunikasi Verbal b.d Perubahan dalam Perkembangan.
6. Risiko Ketidakefektifan Hubungan dengan faktor resiko Ketidakefektifan Kemampuan Komunikasi.

69

D. Nursing Care Plan


Tabel 6 Nursing Care Plan Berdasarkan Kasus
No
1

Diagnosa

NOC

NIC

Keperawatan
Ansietas b.d

Setelah dilakukan tindakan

Perubahan dalam

keperawatan selama 1 x 24 jam, 1

Bantu klien dan keluarga untuk

Status Kesehatan.

diharapkan ansietas Ibu klien

mengidentifikasi informasi

Coping Enhancement:

berkurang dengan kriteria hasil:


2

yang paling di inginkan


Gunakan pendekatan dengan
tenang untuk pengalihan cemas
Ketahui latar belakang spiritual

Rasional
Coping Enhancement:
1

Dapat memberikan dampak


positif dalam mengontrol

tingkat kecemasan
Memberikan efek rileksasi

dalam menghadapi ansietas


Mendorong managemen

Memonitor intensitas

kecemasan
Gunakan strategi coping

yang efektif
Monitor manifestasi fisik

Teaching : Procedure/Treatment

keluarga sesuai latarbelakang

kecemasan

dan budayanya

atau budaya klien dan keluarga


Informasikan pada keluarga
klien tentang kapan dimana

koping pada klien dan

Teaching : Procedure/Treatment

70

prosedur atau treatment akan


2

dilakukan
Informasikan kepada keluarga
klien berapa lama prosedur

Defisiensi

Setelah dilakukan tindakan

Pengetahuan b.d

keperawatan selama 1 x2 4 jam,

Kurang Pajanan

diharapkan gangguan

Informasi.

pengetahuan ibu klien


bertambah dengan kriteria hasil:
Akses pelayanan kesehatan

yang strategis
Rencana untuk perawatan
tindak lanjut

memahami atas penanganan


2

masalah pada klien


Memberikan penjelasan
tentang prosedur treatmen

akan berlangsung
Jelaskan tujuan prosedur atau

meliputi waktu pelaksanaan

3
4

treatment tersebut
Diskusikan treatment

Teaching : disease process


1

Jelaskan tanda dan gejala

dan durasinya
Melibatkan keluarga dlam
memilih alternatif treatmen

selanjutnya
Teaching : disease process
1

Membantu klien dan

umum dari penyakit otitis

keluarga untuk mengenal

media kronis.
Ketahui apakah klien

tanda dan gejala awal adanya

sudah mengatasi penyakit

Knowledge: Health Resources

Memastikan agar keluarga

atau treatment diperkirakan

alternative
2

tersebut.
Jelaskan proses dari

penyakit.
Diskusi dalam memilih
terapi/trarment

penyakit
Mengklarifikasi sejauhmana
pemahaman klien dan
keluarga atas adanya

penyakit tersebut
Membantu klien dan
keluarga agar memahami
71

Teaching: procedure/treatment
4

proses penyakit tersebut


Mendorong klien dalam

Jelaskan prosedur /

treatment
Anjurkan klien untuk

Teaching: procedure/treatment

kooperatif atau

memberikan keputusan
Bertujuan agar klien

berpartisipasi selama

kooperatif dan memahami

dilakukan treatment.

prosedur yang akan dilakukan


Mendorong klien agar
kooperatif dan tenang dalam
mengikuti prosedur

Resiko infeksi

Setelah dilakukan tindakan

berhubungan

keperawatan selama 3 x 24 jam

dengan penyakit

diharapkan resiko infeksi dapat

kronik (otitis

dihindari, dengan kriteria hasil:

Ear care :
1

Monitor fungsi

pendengaran
Monitor struktur anatomi

Ear care :
1

Mengetahui karakteristik

pendengaran klien
Mengetahui keadaan

inflamasi pada klien


Mengetahui tingkat

dari tanda dan gejala dari

media kronik)
3

inflamasi
Monitor episode dari otitis

Nyeri berkurang
Lemah berkurang
Purulen drainage

media kronik
Lakukan test pendengaran

berkurang

yang sesuai
Bersihkan telinga luar

Infection severity :

keparahan otitis media pada


4

klien
Melakukan tes pendengaran
mampu memberikan hasil

72

menggunakan wash-lap
6

yang menutupi jari


Anjurkan klien dan

yang sesuai kebutuhan


5

pengkajian
Menghindari kontaminasi

baru pada telinga


Memandirikan klien dan

keluarga bagaimana
7

membersihkan telinga
Berikan obat tetes telinga

jika dibutuhkan
Rujuk klien ke spesialis

keluarga dalam personal


7

telinga jika dibutuhkan

untuk meminimalisir
8

hiegien
Memberi obat tetes bertujuan
inflamasi dan rasa nyeri
Memastikan masalah dan

Gangguan

Setelah dilakukan tindakan

Communication Enhancement:

terapi yang dibutuhkan


Communication Enhancement:

Komunikasi

keperawatan selama 3x24 jam,

Hearing Defisit

Hearing Deficit

Verbal b.d

diharapkan gangguan

Gunakan bahasa isyarat bila

Memudahkan komunikasi

Perubahan dalam

komunikasi verbal dapat diatasi


2

diperlukan
Gunakan bahasa yang sesuai

yang efektif dengan klien


Pemilihan bahasa sederhana

dan sederhana
Fasilitasi membaca bibir

Perkembangan

dengan kriteria hasil:


Sensory function : Hearing

Merespon stimulus

dengan tatap muka langsung

pendengaran
Klien mampumendengar

pada penenrangan yang baik

dan sesuai perkembangan


dapat meningkatkan
adaptasi klien dalam
berkomunikasi

73

Communication Enhancement:

Memberi fasilitas agar klien

Speech Deficit

mampu memahami dan

Instruksikan klien untuk

memberi umpan balik dalam

berbicara secara perlahan-

komunikasi

lahan
Kolaborasi dengan keluarga
dan terapis untuk

Communication Enhancement:
Speech Deficit
1

mengembangkan komunikasi

Membiasakan klien agar


mampu mengucakpan

yang efektif
2

kalimat
Mengusahakan agar
keterlambatan proses
komunikasi verbal klien
dapat teratasi

Risiko

Setelah dilakukan tindakan

Teaching Toddler Safety 25 36

Teaching Toddler Safety 25 36

Keterlambatan

keperawatan selama 3x24 jam

Months:

Months:

Perkembangan

diharapkan keterlambatan

dengan faktor

perkembangan dapat di atasi

orangtua/pengasuh untuk

tidak mengalami cedera saat

risiko Otitis

dengan kriteria hasil:

mengajarkan anak tentang

menyentuh benda-benda

Media Berulang

Child developmen 2 year

bahaya menyentuh benda

disekitarnya

Instruksikan

Menghindari anak agar

74

Dapat berbicara 2-3 kata


Dapat menyebutkan

menghindari benda berbahaya


Instruksikan orangtua untuk

Memastikan agar anak tidak


menggunakan ataupun

mengajarkan anak untuk

beberapa bagian tubuh


Mendengarkan cerita
buku dongeng

asing
Instruksikan orangtua untuk

memakai benda yang


3

memberikan pengawasan

berbahaya
Menghindari terjadinya
cedera dengan selalu

tentang penggunaan mainan

mengawasi aktivitas anak

ataupun memanjat benda dan


6

Risiko

Setelah dilakukan tindakan

Ketidakefektifan

keperawatan selama 3x24 jam,

Hubungan

diharapkan klien mampu

dengan faktor

berkomunikasi dgn baik dengan

resiko

kriteria hasil:

Ketidakefektifan

Family fuction

Kemampuan

Dapat bersosialisasi dgn

orang baru
Peduli terhadap orang

Komunikasi

permukaan yang lebih tinggi


Family Therapy
1

Identifikasi bagaimana

keluarga mengatasi masalah.


Fasilitasi diskusi dengan
keluarga mengenai
komunikasi yang efektif.

Family Therapy
1

Mengetahui mekanisme
koping yang dilakukan oleh

keluarga klien.
Memberikan wadah dan
tempat untuk mendiskusikan
komunikasi yang baik untuk
anaknya.

lain

75

( Herdman, T Heather, Bulechek, G. M, Butcher, H. K., & Dochterman, J. M. 2015 )

76

E. Analisa Kesenjangan Teori dan Kasus


Didalam teori tentang otitis media supuratif kronik dijelaskan bahwa
salah satu tanda dan gejalanya ialah terdapat otore (keluarnya cairan dari
telinga) sedangkan pada kasus yang dialami An.P yang mengalami otitis
media supuratif kronik data tidak dijelaskan ada tidaknya cairan telinga.
An. P mengalami penyimpangan dalam tahapan perkembangan,
seharusnya anak usia 26 bulan sudah dapat berbicara yang bermakna dengan
menggunakan dua kaliamat seperti mama atau papa, merespon seperti
rewel, menangis, membantah, namun pada kasus An. P berbicara tidak
dimengerti hanya mengoceh terus menerus seakan An. P acuh tak acuh.

77

BAB V
PENUTUP

A. Kesimpulan
Dari analisis kasus An. P, didapatkan bahwa An. P mengalami
keterlambatan perkembangan dalam kemampuan persepsi auditori akibat
otitis media kronik yang dideritanya, sehingga memunculkan masalah
keperawatan yang lebih kompleks lagi, yaitu sikap ibu An. P yang
mengalami penurunan harga diri dampak dari masalah tersebut, oleh karena
itu muncul beberapa tindakan keperawatan yang dapat dilakukan perawat
dalam kasus tersebut. Dengan membuat kajian literartur kembali sebagai
tolok ukur dalam membuat nursing care plan yang sesuai dengan klien.
B. Saran
1. Bagi Mahasiswa
Meningkatkan kualitas belajar dan memperbanyak literatur dalam
pembuatan asuhan keperawatan yang baik dan benar.
2. Bagi Pendidikan
Bagi dosen pembimbing agar dapat memberikan bimbingan yang lebih
baik dalam pembuatan asuhan keperawatan selanjutnya.
3. Bagi Kesehatan
Memberikan pengetahuan kepada mahasiswa kesehatan khususnya untuk
mahasiswa

keperawatan

agar

mengetahui

bagaimana

asuhan

keperawatan pada klien dengan gangguan pendengaran.

78

Anda mungkin juga menyukai