PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Otitis Media Supuratif Kronis (OMSK) merupakan penyakit
infeksi telinga tengah dan sangat sering terjadi di Negara berkembang
(Vanderpool. 2009). Di Indonesia, penyakit OMSK dikenal dengan istilah
congek, kopok, toher, curek, teleran, atau telinga berair. Otitis media
supuratif kronik dianggap sebagai salah satu penyebab tuli yang terbanyak,
terutama di negara-negara berkembang, dengan prevalensi antara 1- 46%.
Di Indonesia antara 2,10-5,20%, Korea 3,33% dan Madras India 2,25%.
Prevalensi tertinggi didapat pada penduduk Aborigin di Australia dan
bangsa Indian di Amerika Utara. Beberapa faktor yang dapat
menyebabkan otitis media akut menjadi otitis media kronis yaitu terapi
yang terlambat diberikan, terapi tidak adekuat, virulensi kuman yang
tinggi, daya tahan tubuh yang rendah (gizi buruk) atau hygiene buruk
(Djaafar ZA,2007).
Prevalensi OMA pada anak-anak dikota madya jakarta timur, tahun
2012 berdasarkan penelitian yang dilakukan terhadap populasi anak kota
madya jakarta timur adalah 5,38%. Pada penelitian ini, jumlah terbanyak
penderita OMA di dapatkan pada kelompok usia 2 sampai 5 tahun
(44,44%), dengan sebagian besar berjenis kelamin laki-laki (70,37%) dan
tergolong dalam status gizi kurang (55,56%). Subjek penderita OMA yang
memiliki gejala batuk pilek sebesar 66,67% dan tidak ada yang
mendapatkan gejala rinitis alergi. Sebagian besar subjek penderita OMA
mendapatkan pajanan asap rokok (70,37%) dan tinggal dikawasan padat
penduduk (62,96%) di kelurahan cawang dengan penghasilan keluarga
dibawah Rp 1.800.000 juta. Pada penelitian tersebut, sebagian besar (85%)
subjek penderita OMA dengan usia dibawah 5 tahun mendapatkan ASI
dengan lama pemberian ASI terbanyak selama 6 sampai 11 bulan (30%).
Subjek penderita OMA dengan usia dibawah 5 tahun dengan mendapatka
susu botol sebesar 65%, sebagian besar 70% diberikan susunya dengan
posisi berbaring. Separuh 50% penderita OMA dengan usia dibawah 5
tahun menggunakan dot dan sebagian besar 90% mendapatkan imunisasi
lengkap. OMSK dapat menyebabkan gangguan pendengaran sehingga
menimbulkan dampak yang serius terutama bagi anak-anak, karena dapat
menimbulkan pengaruh
perkembangan
bahasa,
pendengaran,
psikososial
dan
laporan
ini
memiliki
manfaat
sebagai
modal
BAB II
TINJAUAN TEORI
A. Definisi
Otitis media adalah suatu peradangan telinga pada bagian tengah,
otitis media dapat terjadi akibat infeksi bakteri, biasanya oleh bakteri
Streptococus pneumonia, Haemophilus influenza, atau Stapilococus aureus.
(Elizabeth J Corwin, 2002 dalam Hetharia, 2011).
intonasi
suara,
memperhatikan
mainan
yang
dari
vestibulum,
kanalis
10
3. Persarafan Pendengaran
Organ vestibuler sebagai menjaga keseimbangan tubuh, bersama tot
mata, otak kecil dan saraf proprioseptif. Persarafan telinga adalah
sebagai saraf sensorik, telinga luar di persarafi oleh nervus aurikularis
mayor, nervus oksipitalis minor, nervus aurikulo temporal, nervus
fasialis dan nervus vagus. Telinga tengah di persarafi melalui cabang
nervus glosafaring, dan telinga dalam tidak ada persarafan ( Hetharia,
2011).
4. Fisiologi Pendengaran
a. Proses pendengaran
Proses pendengaran terjadi dari telinga luar masuk ke
telinga bagian dalam melalui bagian tengah. Bagian luar dan
tengah menyalurkan gelombang suara ke telinga dari udara ke
telinga dalam yang berisi cairan, di mana energi suara mengalami
penguatan dalam proses ini. Telinga dalam berisi dua sistem
11
suara
terdiri
dari
regio-regio
pemadatan
dan
12
ditandai
oleh
nadanya
(tune),
intensitasnya
13
kepala
perambatan
berfungsi
gelombang
secara
parsial
suara.korteks
menghambat
pendengaran
14
di
kedua
sisi
membran
timpani
menjadi
sama,
15
ini sudah
memberi
perlindungan
terhadap
suara
keras
yang
16
kokhlea
dibagi
menjadi
tiga
kompartemen
17
baris sel rambut luar (gambar 6-330) dari permukaan masingmasing sel rambut menonjol sekitar 100 rambut yang dikenal
sebagai stereosilia, yaitu mikrovilus yang dibuat kaku oleh adanya
aktin (ligahat gambar 50). Sel rambut menghasilkan sinyal saraf
jika rambut rambut permukaannya mengalami perubahan bentuk
secara mekanis akibat gerakan cairan di telinga dalam. Stereosilia
ini berkontak dengan membran tektorium, suatu tonjolan mirip
tenda yang menutupi organ corti di seluruh panjangnya (Sherwood,
2011).
Gerakan stapes yang mirip piston terhadap jendela oval
memicu gelombang tekanan di kompartemen atas. Karena caiarn
tidak dapat mengalami penekanan, maka tekanan disebarkan
melalui dua cara ketika stapes menyebabkan jendela oval menonjol
ke dalam (1) penekanan jendela bundar dan (2) deflekasi membran
basilaris (j). Pada bagian-bagian awal jalur ini, gelombang tekanan
mendorong maju perilimfe di kompartemen atas, kemudian
mengelilingi helikotrema, dan masuk ke dalam kompartemen
bawah, tempat gelombang tersebut menyebabkan jendela bundar
menonjol keluar mengarah ke rongga telinga tengah untuk
mengkompensasi peningkatan tekanan. Sewaktu stapes bergerak
mundur dan menarik jendela oval ke arah luar ke telinga tengah,
perilimfe mengalir ke arah berlawanan, menyebabkan jendela
bundar menonjol ke dalam. Jalur ini tidak menyebabkan
penerimaan suara tetapi hanya menghilangkan tekanan.
Gelombang tekanan frekuensi-frekuensi yang berkaitan
dengan penerimaaan suara mengambil jalan pintas. Gelombang
tekanan di kompartemen atas disalurkan melalui membran
vestibularis yang tipis, menuju duktus kokhlearis, dan kemudian
melalui
membran
basilaris
dikompartemen
bawah,
tempat
gelombang
tekanan
melalui
membran
basilaris
18
(Sherwood, 2011)
4) Peran sel rambut luar
Sementara sel-sel rambut dalam mengirim sinyal auditorik
ke otak melalui serat aferen, sel rambut luar tidak memberi sinyal
ke otak tentang suara yang datang. Sel-sel rambut luar secara aktif
dan cepat berubah panjang sebagai respons terhadap perubaha
potensial membran, suatu perilaku yang di kenal sebagai
elektromotilitas. Sel rambut luar memendek pada depolarisasi dan
memanjang
pada
hiperpolarisasi.
Perubahan
panjang
ini
adalah
seseorang
dengan
sengaja
mendorong
pada
21
cairan
di
telinga
dalam.
Kemungkinan
(Sherwood, 2011)
i. Aparatus vestibularis penting dengan mendeteksi posisi dan
gerakan kepala
Aparatus vestibularis yang memberi informasi esensial bagi
sensasi keseimbangan dan untuk koordinasi gerakan kepala dengan
gerakan mata dan postur. aparatus vestibularis terdiri dari dua set
struktur di dalam bagian terowongan tulang dekat koklea kanalis
semisirkularis dan organ otolit, yaitu utrikulus dan sakulus.
Aparatus vestibularis mendeteksi perubahan posisi dan gerakan
kepala. Semua aparatus vestibularis mengandung endolimfe dan
dikelilingi oleh perilimfe. Serupa dengan organ corti, komponenkomponen vestibularis memiliki masing-masing sel rambut yang
berespon terhadap deformasi mekanis yang dipicu oleh gerakan
spesifik endolimfe. Seperti sel rambut auditoris, reseptor
vestibularis dapat mengalami depolarisasi atau hiperpolarisasi,
bergantung pada arah geraan cairan.
(Sherwood, 2011)
j. Peran kanalis semisirkularis
Kanalis sirkularis mendeteksi akselerasi atau dselerasi
kepala rotasional atau angular,misalnya kerika kita mulai atau
berhenti berputar,jungkir balik, atau menengok masing- masing
telingah mengandung tiga kanalis semisirkularis yang tersusun
dalam bidang tiga dimensi yang tegak lurus satu sama lain. Sel-sel
rambut reseptif masing-masing kanalis semikularis terletak diatas
suatu hubungan yang terletak di ampula,Suatu pembesaran didasar
kanalis. Rambut-rambut terbenam didalam lapisan gelatinosa
diatasnya,kkupula, yang enonjol kedalamendolimfe didalam
ampila. Kupula bergoyang sesuai arah gerakan cairan,seperti
rumput laut yang miring kearah gelombang laut.
Akselerasi atau deselerasi sewaktu rotasi kepala dalam arah
apapun menyebabkan gerakan endolimfe paling tidak pada salah
satu kanalis semikularis,karena susunan tiga dimensi ketiganya.
23
dari
sel
rambut,menyebabbkan
peningkatan
24
25
C. Etiologi
Faktor risiko terjadinya otitis media adalah umur, jenis kelamin, ras,
faktor genetik, sosial ekonomi, lingkungan merokok, dan infeksi bakteri
atau virus di saluran pernafasan atas.
Faktor risiko OMSK antara lain, lingkungan, genetik, otitis media
sebelumnya, infeksi saluran nafas atas, autoimun, alergi, dan gangguan
fungsi tuba eustachius (Lasisi, 2011).
1. Usia
Pada bayi atau anak-anak cenderung mengalami otitis media
dikrenakan karakteristik tuba eustachinya. Ukurannya relatif lebih lebar,
lurus, pendek dan posisi lebih horizontal (Hetharia, 2011)
2. Tingkat Kebisingan
Pemaparan yang konstan pada tingkat kebisingan yang tinggi
(misalnya pada lokasi pekerjaan konstruksi) dapat menyebabkan
kehilangan pendengaran (A, potter., 2005).
3. Kelanjutan Otitis Media Akut (OMA)
Secara umum dikatakan otitis media kronis merupakan kelanjutan
dari otitis media akut dan / atau otitis media dengan efusi, tetapi tidak
26
diketahui faktor apa yang menyebabkan satu telinga dan bukan yang
lainnya berkembang menjadi keadaan kronis (Djaafar, 2007).
4. Terapi yang lambat
Terapi tidak adekuat, virulensi kuman tinggi, kepadatan penduduk
dan masih kurangnya pengetahuan masyarakat mengenai penyakit ini
sehingga masyarakat tidak berobat secara tuntas (Djaafar, 2007).
5. Daya tahan tubuh rendah
Penderita dengan penyakit autoimun akan memiliki insiden lebih
besar terhadap otitis media kronis (Djaafar, 2007).
6. Perforasi membran timpani
Infeksi OMSK kadang-kadang berasal dari telinga luar masuk ke
telinga tengah melalui perforasi membran timpani, maka terjadilah proses
inflamasi. Apabila terbentuk pus akan terjerat di dalam kantong mukosa
telinga tengah. Dengan perbaikan fungsi ventilasi telinga tengah dan
pengobatan yang cepat dan adekuat, maka proses patologis akan berhenti
dan kelainan mukosa akan kembali normal (Djaafar, 2007).
7. Infeksi kronis dari kuman gram negative dan anaerob
Kuman penyebab OMSK dibagi dalam kuman Gram negatif yaitu
Pseudomonas aeruginosa, Klebsiella, dan Proteus. Kuman Gram positif
yaitu Staphylococcus aureus dan ditemukan juga spesies fungi yaitu
Aspergillus spp dan Candida spp .
Kuman penyebab OMSK yaitu Streptococcus pneumoniae,
Streptococcus
pyogenes
dan
Haemophilus
influenzae.
Kuman
aeruginosa
dapat
dibedakan
dari
golongan
D. Patofisiologi
E. Manifestasi Klinis
Gangguan pendengaran konduktif selalu didapat pada pasien dengan
derajat ketulian tergantung beratnya kerusakan tulang-tulang pendengaran
dan koklea selama infeksi nekrotik akut pada awal penyakit. Gejalanya
berupa discharge mukoid yang tidak terlalu berbau busuk , ketika pertama
kali ditemukan bau busuk mungkin ada tetapi dengan pembersihan dan
penggunaan antibiotiklokal biasanya cepat menghilang, discharge mukoid
dapat konstan atau intermitten. Perforasi membrane timpani sentral sering
berbentuk seperti ginjal tapi selalu meninggalkan sisa pada bagian tepinya.
Proses peradangan pada daerah timpani terbatas pada mukosa sehingga
membrane mukosa menjadi berbentuk garis dan tergantung derajat infeksi
membrane mukosa dapt tipis dan pucat atau merah dan tebal, kadang suatu
polip didapat tapi mukoperiosteum yang tebal dan mengarah pada meatus
menghalangi pandangan membrane timpani dan telinga tengah sampai polip
tersebut diangkat. Discharge terlihat berasal dari rongga timpani dan
orifisium tuba eustachius yang mukoid da setelah satu atau dua kali
pengobatan local abu busuk berkurang (Joyce & Hawks, 2009).
Tanda dan Gejala lain yang disebutkan menurut Hetharia, P & Sri
Mulyani, (2011) ialah :
1. Tanda dari OMSK
a. Adanya abses atau fistel retroantrikular.
b. Jaringan granulasi atau polib di lubang telinga
c. Pus yang aktif dan bau busuk.
d. Adanya kolesteatom
2. Gejala klinis OMSK
a. Telinga berair (otorrea), secret bersifata urulen (kental, putih) /
mukoid (sepert air dan encer) tergantung stadium peradangan.
OMSK memiliki beberapa gambaran klinis, antara lain telinga berair
(sekret) dimana sekret bersifat purulen (kental) atau mukoid (seperti
air dan encer) tergantung stadium peradangan. Sekret yang sangat
28
29
F. Komplikasi
1. Labirinitis
Yaitu infeksi virus dari pernapasan atas menuju ke telingah tengah.
Penjalaran kearah medial ini terjadi karena adanya fistel pada kanalis
semisirkularis lateralis atau pada foramen ovale akibat erosi dan
kolesteatoma (Black and Hawks. 2009).
2. Komplikasi Ekstrakranial
Abses subperiosteal, juga disebut mastoiditis akut, adalah
komplikasi yang paling umum dari OMSK dan dapat terjadi dengan atau
tanpa kehadiran kolesteatoma. Abses terjadi selama korteks mastoid
ketika proses infeksi dalam sel udara mastoid meluas ke ruang
subperiosteal. Diagnosis abses subperiosteal sering dibuat secara klinis.
Umumnya, pasien akan hadir dengan gejala sistemik, termasuk demam
dan malaise, bersama dengan tanda-tanda lokal, seperti daun telinga yang
menonjol yang lateral dan inferior pengungsi, dan kehadiran berfluktuasi,
eritematosa, daerah lembut di belakang telinga. Komplikasi ekstrakranial
lainnya termasuk abses Bezold ini, fistula labirin, kelumpuhan saraf
wajah dan apicitis petrous (Erasmus T, 2012).
3. Komplikasi Intrakranial
Meningitis adalah komplikasi intrakranial yang paling umum dari
otitis media akut dan kronis. Tanda-tanda bahwa harus meningkatkan
kecurigaan komplikasi intrakranial termasuk demam persisten atau
intermiten, mual dan muntah, iritabilitas, letargi, atau sakit kepala
persisten.
tanda-tanda
menyenangkan
hampir
diagnostik
proses
sempit, terdapat sumbatan pada liang telinga atau tidak, kondisi gendang
telinga pasien yaitu ada atau tidaknya perforasi dan melihat ada atau
tidaknya sekret yang keluar dari telinga ( Black & Joyce, 2009).
2. Pemeriksaan audiologi
Evaluasi audiometri dan pembuatan audiogram nada murni untuk
menilai hantaran tulang dan udara penting untuk mengevaluasi tingkat
penurunan pendengaran dan untuk menentukan gap udara dan tulang.
Audiometri tutur berguna untuk menilai speech reception threshold
pada kasus dengan tujuan untuk memperbaiki pendengaran.
Audimetri nada murni adalah suatu alat elektronik yang
menghasilkan bunyi yang relatif bebas bising ataupun energi suara pada
kelebihan nada, maka dari itu disebut nada murni. Pada pemeriksaan
ini perlu diperhatikan seperti nada murni, bising NB (narrow band) dan
WN (White noise), frekuensi, intensitas bunyi, ambang dengar, nilai nol
audiometrik, stndar ISO,ASA, notasi pada audiogram, jenis dan drajat
ketulian, gap dan masking. Menurut hasil penelitian Azevedo et al
(2007) pada penderita OMSK didaptkan ambang rata-rata pendengaran
adalah 40 dB ditelinga yang sakit dan 22 dB pada telinga yang normal.
Sedengkan pada penelitian Kolo (2011) anbang rata-rata bone
conduction ditelinga yang sakit adalah 39,07 dB dan 10,26 dB ditelinga
yang terkontrol. Berdasarkan audiogram, kita dapat melihat apakah
pendengaran normal atau tuli. Dalam menuntukan drajat ketulian yang
dihitung hanya ambang dengar dari hantaran udaranya atau air
conduction. Drajat ketulian berdasarkan ISO :
0-25 dB : Normal
>25-40 dB : tuli ringan
>40-55 dB: tuli sedang
>55-70 dB: tuli sedang berat
>70-90 dB: tuli berat
>90 dB : tuli sangat berat
31
rendah,
tidak
peduli
Tujuan
Menguji komponen
Prosedur
Konduksi udara :
Interpestasi
Perbedaan
32
pendengaran
suara diberikan
konduksi tulang
melalui konduksi
lewat earphone
dan udara
udara, konduksi
Konduksi tulang:
sfesifik ke tuli
tulang,
suara diberikan
konduksi. Jika
pembicaraan
melalui konduksi
konduksi tulang
tulang dengan
menempatkan
dapat normal
osilator
atau tuli
dibelakang
sensorineural
telinga pada
tulang mastoid
Timpanometri
Menentukan
Tekanan udara
Abnormalitas
masalah pada
positif,
menunjukan
telinga tengah
normal,negatif
disfungsi telinga
Mengukur
diberikan kepada
tengah, tuba
komplians
meatus akustikus
eustachius, dan
(mobilitas) dan
eksternus dan
ossikula
inpedansi (oposisi
diukurresultan
suara, direkam
ossikula pada
dalam gambar
telinga tengah.
( timpanogram)
Juga dapat
mengukur refleks
otot stapedius dan
periode
menghilangny.
Menghindikasikan
Respons batang
Memberikan
Pemeriksa
otak
saraf auditorik
mendapat
dan mengukur
informasi
33
respons pada
diagnostik
batang
spesifik,
otak( rerata
pencitraan
komputerisasi)
kepala biasanya
dibutuhkan
Elektrokokleografi
Mengukur respons
Elektroda
untuk konfirmasi
Evaluasi adanya
ditempatkan dari
penyakit meniere
membran timpani
atau fistula
stimulasi akustik
ke promonotrium
perlimfatik
dekat tingkap
bulat atau dalam
liang telinga, lalu
stimulasi akustik
Emisi otoakustik
Suara tingkat
diberikan.
Dapat mengukur
OAEs terbangkit
(otoacoustic
rendah diproduksi
dapat diamati
emmisions OAEs
oleh koklea
mudah terutama
pada orang
berperan pada
dengan
modulasi
menangis atau
pendengaran
mekanisme
tidakkooperatif
normal, dapat
pendengaran
digunakan untuk
skrining
ketajaman
pendengaran.
34
yang
sering
dijumpai
Pseudomonasaeruginosa, Staphylococcus
pada
OMSK
adalah
aureus,
dan Proteus
sp.
35
dilakukan
(pemeriksaan
dengan
audiometri
pemeriksaan
dan
lanjutan
vestibular).
secara
indirek
Pengkajian
umum
Rinne
Tes Rinne adalah untuk membandingkan atara hantaran tulang
dengan hantaran udara pada satu telinga pasien. Tuli konduksi: tes
rine negatif (getaran dapat didengar melalui tulang lebih lama).
Hasil tes rinne :
1) Positif : bila masih terdengar
2) Negatif : bila terdengar
Interpretasi hasil:
36
Test Weber
Tujuan kita melakukan tes weber adalah untuk membandingkan
hantaran tulang antara kedua telinga pasien. Bila pendengar
mendengar lebih keras pada sisi di sebelah kanan disebut lateralisai
ke kanan, disebut normal bila antara sisi kanan dan kiri sama
kerasnya.
1) Tuli konduksi sebelah kanan, missal adanya ototis media
disebelah kanan.
2) Tuli konduksi pada kedua telinga, tetapi gangguannya pada
telinga kanan ebih hebat.
3) Tuli persepsi sebelah kiri sebab hantaran ke sebelah kiri
terganggu, maka di dengar sebelah kanan.
4) Tuli persepsi pada kedua teling, tetapi sebelah kiri lebih
hebaaaat dari pada sebelah kanan.
5) Tuli persepsi telinga dan tuli konduksi sebelah kana jarang
terdapat.
c.
Swabach
Membandingkan daya transport melalui tulang mastoid
antara pemeriksa (normal) dengan probandus. Penguji meletakkan
pangkal garputala yang sudah digetarkan pada puncak kepala
probandus. Probandus akan mendengar suara garputala itu makin
lama makin melemah dan akhirnya tidak mendengar suara garputala
lagi. Pada saat garputala tidak mendengar suara garputala, maka
penguji akan segera memindahkan garputala itu, ke puncak kepala
orang
yang
diketahui
normal
ketajaman
pendengarannya
37
Klien
tanpa
gangguan
vestibular
dapat
mempetahnkan
H. Penatalaksanaan
1. Farmakologi
Sebagai pengobatan lini pertama dapat diberikan hanya obat tetes
telinga yang mengandung antiseptik (asam asetat 2% atau larutan
povidon yang diencerkan 1:2) atau antibiotik, pilihan obat tetes
antibiotik terbaik adalah golongan fluor kuinolon (ciprofloxacin atau
ofloxacin) karena tidak ototoksik. Obat topikal ini diberikan sekali
38
terapi
bedah,
(International
Child
Health
Review
Collaboration, 2012).
Tabel 2 Antibiotika pada terapi Otitis Media
Antibiotika
Dosis
Keterangan
Lini Pertama
Amoksisilin
Anak:
Untuk
20-40mg/kg/hari
tidak
Dewasa:
antibiotika
40mg/kg/hari
pasien
risiko
mendapat
selama
dalam 3 dosis
Anak:
Untuk
80mg/kg/hari
pasien
risiko
terbagi tinggi
dlm 2 dosis.
Dewasa:
80mg/kg/hari
terbagi
dlm 2 dosis
Lini Kedua
Amoksisilin
klavulanat
Anak:
25-45mg/kg/hari
terbagi dlm 2 dosis
Dewasa:
39
Kotrimoksazol
2x875mg
Anak:
6-12mg
60mg
TMP/30SMX/kg/hari
2 x 1-2 tab
Anak:
40mg/kg/hari
terbagi
dlm 2 dosis
Dewasa:
Ceftriaxone
2 x 250-500 mg
Anak:
Anak:
30mg/kg/hari
Cefixime
Dewasa:
250-
500mg
Anak:
8mg/kg/hari
40
2. Non-Farmakologi
a. Irigasi Telinga
Telinga sering diirigasi untuk membersihkan liang telinga atau
untuk mengangkat serumen, debris atau bendah asing untuk
membantu penyembuhan. Irigasi tidak dilakukan pada klien yang
dicurigai mengalami perforasi membran timpani. Irigasi telinga
dilakukan dengan cara sebagai berikut:
1) Hangatkan larutan irigasi (biasanya air) sampai suhu tubuh dan
tempatkan pada spuit /syringe irigasi.
2) Lindungi pakaian klien dengan penutup plastik, dan tempatkan
piala ginjal (bengkok) dibawah telinga untuk mewadahi cairan
irigasi.
3) Tempatkan klien sedemikian rupa dalam keadaan duduk agar
anda menghadap telinga yang akan diirigasi dan materi yang
diirigasi dapat mengalir kebawah.
4) Pada orang dewasa , tarik daun telingah kearah belakang atas
(pada anak-anak, depan atas) dan arahkan ujung spuit disepanjang
liang telinga.
5) Liang sebaiknya tidak tertutup spuit untuk memberi arah bagi
cairan untuk keluar. Saat mendokumentasi irigasi, catat tipe cairan
yang digunakan untuk irigasi, dan jumlah cairan irigasi yang
keluar, warna, tekstur dan tipe depris. Instruksikan klien untuk
melaporkan
nyeri,
vertigo,
atau
mual
selama
prosedur
berlangsung.
6) Kadang klien diminta menggunakan cairan irigasi telinga. Cairan
yang paling sering adalah asam boraks dan alkohol, yang
didapatkan dari resep. Larutan ini membersihkan telinga dari
debris dan infeksi serta berperan sebagai agen pengering.
Dibutuhkan spuit irigasi berukuran 2-3 ons. Anggota keluarga lain
yang melakukan irigasi. Biasanya irigasi telinga diikuti dengan
penggunaan tetes telinga.
Antibiotik lokal dan sistemik merupakan inti pencegahan dan
penatalaksanaan infeksi liang telinga, akan tetapi aturan pertama
mengobati infeksi adalah pembersihan tempat infeksi agar antibiotik
41
obat
tidak
efektif.
Yang
paling
sering
adalah
meliputi
pengembalian
kontinuitas
mekanisme
42
koleostoma.
Mekanisme
pendengaran
daoat
43
untukklien
dengan
gunakan
pendekatan
imajinatif
saat
merencanakan
pemeriksaan.
7) Jika anak sulit menerima pengkajian: berbicara dengan orang tua
dan biarkan anak sejenak, puji anak, bermain (seperti main cilukba)
atau
bercerita,
mulai
pengkajian
dari
yang
sedikit
45
46
memulai
wawancara
kesehatan,
perawat
harus
47
KOMENTAR
Identifikasi data
umur
kelamin,
(bulan,tahun),
suku
bangsa,
jenis
bahasa
pertanyaan
pembukaan Perhatikan
Dalam
beberapa
siapa
yang
keluhan
utama.
keadaan
guru
Catat kata-kata orang tua atau anak sekolah atau dokter mungkin telah
sendiri diare sejak hari sabtu
mengungkapkan
keluhan.
48
yang
dimana
(kualitas,
(lokasi),
faktor-faktor
memperburuk
gejala),
atau
kapan
apa sebelumnya
dapat
yang merencanakan
membantu
pertanyaan
yang
(awitan,
atau
menghilangkan
juga
ditanya
manifestasi-manifestasi
tentang yang
tidak
mewakili
diagnosis.
Orang
tua
rumah
yang
dilakukan
masalah
dan
pengobatan
dapat
praktik
budaya.
tradisional
membahayakan.
Sebagai
yang
digunakan
untuk
Kewaspadaan Klinis
Penyangkalan yang terus-menerus
dalam menghadapi cedera yang tidak
dapat dijelaskan atau samar-samar
dapat menjadi tanda penganiayaan
anak.
Penyangkalan
mengindikasikan
terhadap
juga
dapat
ketidakterimaan
masalah
seperti
menunjukkan
kemungkina
riwayat
(kesehatan maternal, infeksi, obat- jika anak kurang dari dua tahun atau
obatan yang diminum (dengan resep yang
mengalami
masalah
perdarahan
berat
badan,
kehamilan,
sikap
kehamilan,
kelahiran,
persalinan,
jenis
komplikasi,
berat
abnormal,
lama
terhadap
lama
pelahiran,
badan
lahir,
neonatus
(distres
sianosis,
pernapasan;
ikterus,
kemampuan
makan
kejang,
buruk, pola
tidur).
Pemberian Makan
Untuk
bayi,
pemberian
Kewaspadaan Klinis
termasuk
makan
cara Terlewatkan
(botol,
waktu
makan
makanan
padat),
pemberian
makan,
makanan,
respon
terhadap
dimakan.
Untuk
remaja,
intervensi
air
(varicella).
Tanyakan
51
untuk
Riwayat
Pertumbuhan dan Perkembangan
Fisik
Termasuk tinggi dan berat badan
rata-rata pada usia 1,2,5 dan 10
tahun dan erupsi/ tanggalnya gigi.
pertumbuhan
dan
dalam
perkembangan
Riwayat
skrining
dan
masalah
neurologik.
sosial
dapat
52
saat
sendiri,
istilah
mengalami
yang pendengaran,
gangguan
seperti
yang
anak
menderita
usia
nyeri
tidur siang dan malam hari, ritual abdomen berulang lebih cenderung
waktu tidur dan objek yang aman, memiliki temperamen yang sulit.
ketakutan,
dan
mimpi
buruk), Anak
dengan
penyakit
jantung
informasi
jenis
dan
informasi
yang keluarga
yang
keras
cenderung
terhadap
(menghisap
sekolah) rentang
ibu
perhatian
sempit.
Anak
membenturkan
(metode-metode
dari
ibu
diri,
hubungan
seperti
dengan
pecandu
kokain
gangguan
tidur.
perilaku
yang
toilet
training,
budaya.
kebudayaan
(mis.
Termasuk
usia
dan
kesehatan
adanya
jenis
kelainan
anak
dan
membuat
keputusan
berhubungan
dengan
untuk
yang
perawatan
kesehatan.
Genogram
berguna
menunjukkan
untuk
hubungan,
usia,
perawatan
kesehatan
keluarga.
Orangtua
dan
dampaknya
pengobatan
akibat
2. Analisa Data
Tabel 3 Analisa Data Berdasarkan Teori
Data-data
Etiologi
Masalah
Keperawatan
Pre op
54
DS:
Nyeri kronik
Klien mengatakan
telinganya terasa
sakit
Klien mengatakan
nyeri menyebar
hingga ke kepala
sebelah kiri dan di
belakang telinga
DO:
Klien tampak
meringis sembari
memegang telinga
kirinya
Klien tampak tidak
nyaman dengan
keadaan telinganya
Skala nyeri: 5, nyeri
seperti ditekan pada
telinga kiri bagian
dalam, nyeri
sepanjang waktu
Telinga kiri klien
mengeluarkan cairan
bening, encer, tidak
berbau
Hasil otoskop:
perforasi sentral
membrane timpani,
membrane tipis dan
pucat
Hasil biakan cairan
telinga: ditemukan
bakteri
55
Staphylococcus
aureus
DS :
Resiko infeksi
Klien mengatakan,
Keluar cairan telinga
berwarna kuning
kekuningan.
DO:
Terlihat adanya
cairan warna
kekuning-kuningan
Defisit
Pengetahuan
Dengan keadaan
seperti ini tidak tahu
harus berbuat apa
DO:
DS :
Risiko
Keterlambatan
Perkembangan
56
DO:
Klien terlihat
murung
Sulit
berinteraksi
Tidak dapat
melakukan
aktifitas sesuai
dengan usianya.
DS:
Gangguan
Klien mengatakan,
Komunikasi
Sulit dalam
verbal
57
reading
Post op
DS:
Nyeri Akut
Klien mengatakan,
Telinga terasa sakit,
nyeri menyebar hingga
ke kepala sebalah kiri
dan dibelakang telinga
DO:
Klien tampak
meringis
Klien terihat
memegang telinga
kiri
Skala nyeri 5 (0-10)
Klien tampak tidak
nyaman dengan
keadaan telinganya
DS:
Risiko Infeksi
Klien mengatakan,
telinga terasa panas dan
bengkak
DO:
Kemerahan pada
area telinga
Keluar cairan
58
berwarna kuning
3. Diagnosa Keperawatan
a. Diagnosa Pre Operasi
1). Nyeri kronik berhubungan berhubungan dengan tumor infiltration,
kondisi post trauma (infeksi).
2). Resiko infeksi berhubungan dengan penyakit kronik (otitis media
kronik)
3). Defisit pengetahuan berhubungan dengan kurang pajanan
informasi
4). Risiko Keterlambatan Perkembangan dengan faktor risiko Otitis
5).
Media Berulang
Gangguan Komunikasi
Verbal
b.d
Perubahan
dalam
Peasirkembangan
b.
59
60
PRE OP
No
.
1.
Diagnosa Keperawatan
Tujuan (NIC)
Intervensi (NOC)
trauma (infeksi).
Pain level :
Pain Management :
Comfort statusNOC
physical :
1. Kaji komprehensif
mengenai
Diagnosa keperawatan
NIC
Nyeri akut b.d agen injuri
levelbertambah
Pain management
1. fisik
Posisi Pain
nyaman
lokasi, karakteristik,
durasi,
2. Dapat mengontrol
gejala. nyeri berkurang
(prosedur operasi)
1. Identifikasi
secara
Melaporkan
frekuensi, kualitas,
intensitas,
Ekspresi wajah baik
komprehensif
dan faktor pencetus
nyeri. dari
Tanda-tanda vital dalam rentang
2. Observasi keluhan
non verbal
pengkajian
karakteristik
normal
terhadap ketidaknyamanan.
nyeri seperti lokasi,
TD :
3. Ajarkan tehnik non
N :
onset/durasi, frekuensi,
farmakologik (teknik
S :
kualitas, intensitas, skala,
R :
relaksasi).
dan faktor preipitasi
4. Bantu klien mendapatkan
Surgical recovery : immediate post-op
2. Observasi ketidaknyamanan
Tingkat kesadaran compos dukungan dari keluarga untuk
secara nonverbal, jika klien
mengurangi
nyeri.
mentis
tidak mampu melakukan
5. Beri
Bising usus dapat terdengar
8-10informasi tentang nyeri
komunikasi yang efektif
(penyebab, durasi,
X/menit
3. Ajarkan prinsip
Sensasi perifer baik
prosesantisipasi
management nyeri
Surgical recovery : con valescence ketidaknyamanan).
4. Kolaborasi
POST OP
Kelemahan berkurang
Medication Prescribing
media kronik)
61
Nyeri berkurang
1. Identifikasi medikasi
analgesic yang di
indikasikan untuk masalah
tersebut.
2. Konsulkan kepada dokter
dan farmasi untuk
menyesuaikan pemberian
medikasi.
Medication administration
1. Ikuti prinsip 5 benar dalam
pemberian obat
2. Catat riwayat alergi klien
3. Monitor respon klien saat
Immune status:
(..)
Infeksi tidak berulang
diberikan medikasi
Risk Identification
1. Identifikasi agen penyebab
meningkatnya faktor resiko
infeksi
2. Tentukkan kebutuhan klien
akan penanganan medis dan
tindakan keperawatan
62
(.)
Penyembuhan luka cepat
Medication Prescribing
1. Identifikasi medikasi
antibiotic yang di
indikasikan untuk masalah
tersebut
2. Konsulkan kepada dokter
dan farmasi untuk
menyesuaikan pemberian
medikasi
Medication administration
1. Ikuti prinsip 5 benar dalam
pemberian obat
2. Catat riwayat alergi klien
3. Monitor respon klien saat
diberikan medikasi
( Herdman, T Heather, Bulechek, G. M, Butcher, H. K., & Dochterman, J. M. 2015 )
63
BAB III
PEMBAHASAN KASUS
A. Pengkajian
1. Identitas
a. Klien
Nama
Tanggal lahir
Umur
Jenis Kelamin
Tanggal Pengkajian
Diagnosa Medis
b. Penanggung Jawab
Nama
Perkerjaan
2. Keluhan Utama
: An. P
: 3 Januari 2014
: 26 bulan 13 hari
: Perempuan
: 16 Maret 2016
: Otitis Media Kronik
: Ibu An. P
: Ibu Rumah Tangga
64
lingkunagnnya
An. P tidak melakukan kontak mata dengan orangtuanya atau
perawat.
- An. P mengoceh dipangkuan ibunya.
8. Pemeriksaan Penunjang
Tidak terdapat data dalam kasus.
9. Therapi dan Diet
Tidak terdapat data di kasus.
65
B. Analisa Data
Tabel 5 Analisa Data Berdasarkan Kasus
Data-data
(Subjektif-Objektif)
Etiologi
DS:
Ibu An. P mengatakan,
Masalah Keperawatan
Ansietas b.d Perubahan
dalam Status Kesehatan
terbelakang.
Ibu An. P mengatakan,
Masalah An. P mungkin
kesalahan saya karena saya
tidak melatihnya berbicara.
DO:
DS:
Ibu
Sekarang
aku
mengatakan,
takut
Puspa
66
DS :
Ibu An.P mengatakan bahwa
anaknya pernah mengalami
Riwayat Demam
Riwayat Episode
berulang otitis media
67
DS:
Ibu An.P mengatakan, An.P
tidak berbicara.
DO:
- An.P beumur 2 tahun 2 bulan
-
Risiko Keterlambatan
Perkembangan dengan faktor
risiko Otitis Media Berulang.
13 hari
Bicara An. P tidak dimengerti
meskipun ia mengoceh
terus-menerus
DS:
Ibu An. P mengatakan tidak
pernah mendengarkan saya dan
Gangguan Komunikasi
Verbal b.d Perubahan dalam
Perkembangan
terus-menerus
Hasil pemeriksaan pada saat
di dekatkan mainan kecil di
telinganya, An.P diam tidak
menghiraukan bunyi apapun.
68
DS:
Ibu An.P mengatakan, An.P
tidak berbicara sepanjang waktu
disaat bermain bersama teman-
Risiko Ketidakefektifan
Hubungan dengan faktor
resiko ketidakefektifan
kemampuan komunikasi
temannya.
DO:
An.P tidak melakukan
kontak mata dan tidak
berbicara pada orangtuanya
C. Diagnosa Keperawatan
1. Ansietas b.d Perubahan dalam Status Kesehatan.
2. Defisiensi Pengetahuan b.d Kurang Pajanan Informasi.
3. Resiko infeksi berhubungan dengan penyakit kronik (otitis media kronik)
4. Risiko Keterlambatan Perkembangan dengan faktor risiko Otitis Media Berulang.
5. Gangguan Komunikasi Verbal b.d Perubahan dalam Perkembangan.
6. Risiko Ketidakefektifan Hubungan dengan faktor resiko Ketidakefektifan Kemampuan Komunikasi.
69
Diagnosa
NOC
NIC
Keperawatan
Ansietas b.d
Perubahan dalam
Status Kesehatan.
mengidentifikasi informasi
Coping Enhancement:
Rasional
Coping Enhancement:
1
tingkat kecemasan
Memberikan efek rileksasi
Memonitor intensitas
kecemasan
Gunakan strategi coping
yang efektif
Monitor manifestasi fisik
Teaching : Procedure/Treatment
kecemasan
dan budayanya
Teaching : Procedure/Treatment
70
dilakukan
Informasikan kepada keluarga
klien berapa lama prosedur
Defisiensi
Pengetahuan b.d
Kurang Pajanan
diharapkan gangguan
Informasi.
yang strategis
Rencana untuk perawatan
tindak lanjut
akan berlangsung
Jelaskan tujuan prosedur atau
3
4
treatment tersebut
Diskusikan treatment
dan durasinya
Melibatkan keluarga dlam
memilih alternatif treatmen
selanjutnya
Teaching : disease process
1
media kronis.
Ketahui apakah klien
alternative
2
tersebut.
Jelaskan proses dari
penyakit.
Diskusi dalam memilih
terapi/trarment
penyakit
Mengklarifikasi sejauhmana
pemahaman klien dan
keluarga atas adanya
penyakit tersebut
Membantu klien dan
keluarga agar memahami
71
Teaching: procedure/treatment
4
Jelaskan prosedur /
treatment
Anjurkan klien untuk
Teaching: procedure/treatment
kooperatif atau
memberikan keputusan
Bertujuan agar klien
berpartisipasi selama
dilakukan treatment.
Resiko infeksi
berhubungan
dengan penyakit
kronik (otitis
Ear care :
1
Monitor fungsi
pendengaran
Monitor struktur anatomi
Ear care :
1
Mengetahui karakteristik
pendengaran klien
Mengetahui keadaan
media kronik)
3
inflamasi
Monitor episode dari otitis
Nyeri berkurang
Lemah berkurang
Purulen drainage
media kronik
Lakukan test pendengaran
berkurang
yang sesuai
Bersihkan telinga luar
Infection severity :
klien
Melakukan tes pendengaran
mampu memberikan hasil
72
menggunakan wash-lap
6
pengkajian
Menghindari kontaminasi
keluarga bagaimana
7
membersihkan telinga
Berikan obat tetes telinga
jika dibutuhkan
Rujuk klien ke spesialis
untuk meminimalisir
8
hiegien
Memberi obat tetes bertujuan
inflamasi dan rasa nyeri
Memastikan masalah dan
Gangguan
Communication Enhancement:
Komunikasi
Hearing Defisit
Hearing Deficit
Verbal b.d
diharapkan gangguan
Memudahkan komunikasi
Perubahan dalam
diperlukan
Gunakan bahasa yang sesuai
dan sederhana
Fasilitasi membaca bibir
Perkembangan
Merespon stimulus
pendengaran
Klien mampumendengar
73
Communication Enhancement:
Speech Deficit
komunikasi
lahan
Kolaborasi dengan keluarga
dan terapis untuk
Communication Enhancement:
Speech Deficit
1
mengembangkan komunikasi
yang efektif
2
kalimat
Mengusahakan agar
keterlambatan proses
komunikasi verbal klien
dapat teratasi
Risiko
Keterlambatan
Months:
Months:
Perkembangan
diharapkan keterlambatan
dengan faktor
orangtua/pengasuh untuk
risiko Otitis
menyentuh benda-benda
Media Berulang
disekitarnya
Instruksikan
74
asing
Instruksikan orangtua untuk
memberikan pengawasan
berbahaya
Menghindari terjadinya
cedera dengan selalu
Risiko
Ketidakefektifan
Hubungan
dengan faktor
resiko
kriteria hasil:
Ketidakefektifan
Family fuction
Kemampuan
orang baru
Peduli terhadap orang
Komunikasi
Identifikasi bagaimana
Family Therapy
1
Mengetahui mekanisme
koping yang dilakukan oleh
keluarga klien.
Memberikan wadah dan
tempat untuk mendiskusikan
komunikasi yang baik untuk
anaknya.
lain
75
76
77
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
Dari analisis kasus An. P, didapatkan bahwa An. P mengalami
keterlambatan perkembangan dalam kemampuan persepsi auditori akibat
otitis media kronik yang dideritanya, sehingga memunculkan masalah
keperawatan yang lebih kompleks lagi, yaitu sikap ibu An. P yang
mengalami penurunan harga diri dampak dari masalah tersebut, oleh karena
itu muncul beberapa tindakan keperawatan yang dapat dilakukan perawat
dalam kasus tersebut. Dengan membuat kajian literartur kembali sebagai
tolok ukur dalam membuat nursing care plan yang sesuai dengan klien.
B. Saran
1. Bagi Mahasiswa
Meningkatkan kualitas belajar dan memperbanyak literatur dalam
pembuatan asuhan keperawatan yang baik dan benar.
2. Bagi Pendidikan
Bagi dosen pembimbing agar dapat memberikan bimbingan yang lebih
baik dalam pembuatan asuhan keperawatan selanjutnya.
3. Bagi Kesehatan
Memberikan pengetahuan kepada mahasiswa kesehatan khususnya untuk
mahasiswa
keperawatan
agar
mengetahui
bagaimana
asuhan
78